Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

J DENGAN CHRONIC KIDNEY


DISEASES (CKD) DI RUANG ANGGREK RS GUNTUR GARUT

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Keperawatan Dasar
Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
Aghniya Noviya Diani (KHGD23014)
Ai Tuti (KHGD23018)
Andrie Syaepul Rohim (KHGD23009)
Dandi Rohandi (KHGD23011)
Dendi (KHGD23016)
Dendi Rizkianto (KHGD23015)
Intan Puspitasari (KHGD23013)
Rizqi Zulfikar (KHGD23012)
Silvi Sri Wahyuni (KHGD22007)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KARSA HUSADA


GARUT 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan
termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut
mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem model asuhan
keperawatan professional (MAKP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan
MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan
pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi
tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk
menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan
melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan
diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir
kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi
medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan
juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata.
Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis
dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga
akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim
kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien
(Nursalam,2007).
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik membahas tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN CHRONIC KIDNEY
DISEASES (CKD) DI RUANG ANGGREK RS GUNTUR GARUT” dengan
harapan suhu tubuh menurun, didampingi oleh perawat atau petugas kesehatan
lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah akan dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodivikasi rencana keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
1) Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2) Memberikan keperawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
1.3.2 Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kogintif, efektif dan psikomotor perawat.
2) Meningkatkan kerja sama tim.
3) Menciptakan komunitas keperawatann profesional
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ronde Keperawatan


2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.1.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing-masing anggota tim
Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah
klien b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Penetapan Pasien
Tahap Pra-Ronde
KATIM

Persiapan Pasien

Penentuan Diagnosa

Tahap Pelaksanaan Evaluasi intervensi


Ronde di Nurse Station yang telah dilakukan
Penyajian Masalah

Hambatan yang
ditemukan

Validasi Data

Lanjutan dari diskusi di Nurse Station


Tahap Pelaksanaan (KATIM – KATIM, Konselor, KARU
Ronde di Kamar Pasien

Tahap Pasca Ronde Kesimpulan dan Rekomendasi


Solusi Masalah

Keterangan :
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur memersiapkan pasien
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yanng difokuskan pada
masalah keperawatan dan perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.1.6 Evaluasi
2.1.6.1 Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Anggrek RS Guntur Garut,
persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat, dan
lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2.1.6.2 Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
2.1.6.3 Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan diagnosa medis Chronic Kidney Diseases
2.2.1 Konsep Penyakit

A. Pengertian
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabo dan keseimbangan cairan
dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer 2013)
B. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi : pielonefritis kronis, glomerulonefritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif sepetri nefrosklerosis benigna, nefroskleroris ma stenosis
arteri renalis.
3. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus g
4. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
5. Nefropati toksik
6. Nefropati obstruktif : penyalahgunaan analgesic, kalkuli, neoplasma, hipe prostate dan
striktur uretra (Price & Wilson, 1994) dan (Musliha, 2020)
C. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejalabergantung pada bagian
dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dankondisi yang mendasari. Tanda dan
gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema(kaki,tangan,sakrum),
edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
D. Patofisiologi
1. Penjelasan Secara Naratif
Patofisiologi penyakit CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Penyakit CKD dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan,
penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung
pada ginjal yang sakit (Muttaqin & Sari, 2011).
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi,
vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi
kerusakan nefron sehingga menyebabkan penurunan GFR dan menyebabkan CKD,
yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi
(Nursalam,2007). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak masalah muncul pada CKD sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan kliresn
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal). Menurunnya filtrasi
glomerulus (akibat tidak berungsinya gromeruli) klirens kreatinin akan menurun dan
kadar kreatinin serum
akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) juga meningkat
(Smeltzer & Bare, 2015).
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Terjadi penahanan cairan dan natrium,
sehingga beresiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan
asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-)
dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam
organik yang terjadi, maka mual dan muntah tidak dapat dihindarkan (Smeltzer &
Bare, 2015). Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk
hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh
hemoglobin berkurang maka tubuh akan mengalami keletihan,angina dan napas sesak.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar
serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar
serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parathhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit
aktif vitamin D yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan
berkembangnya gagal ginjal (Smeltzer & Bare, 2015).
E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukandiit berlebih.

2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk


sampahuremik dan dialisis yang tidak adekuat.

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensinaldosteron.

4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.

5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.

6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.

7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.

8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.


1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.

2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel


jaringan untuk diagnosis histologis.

3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.

4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit


dan asam basa.

b. Foto Polos Abdomen

Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena

Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal


ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram

Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,


parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung

Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis


g. Pemeriksaan radiologi Tulang

Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi


metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru

Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.

i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde

Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible

j. EKG

Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda


perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal

dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjalkronis


atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal

1) Laju endap darah

2) Urin

Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria). Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan
oleh pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor,
warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).

Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan


tubular, amrasiourine / ureum sering 1:1.

3) Ureum dan
KreatininUreum:

Kreatinin : Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL


diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia

5) Hiperkalemia

6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia

8) Gula darah tinggi

9) Hipertrigliserida

10) Asidosis metabolik

G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama
mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001;
Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK
namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :

1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara


mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol
berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein
(pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai
biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)

2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik,


perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler;

3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;

4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga(Black


& Hawks, 2005)

Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan


dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10
ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
• Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

• Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

• Overload cairan (edema paru)

• Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran

• Efusi perikardial

• Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati)


yangmemburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFGnya,


yaitu:
BAB III

RENCANA PELAKSANAAN RONDE ASUHAN KEPERAWATAN


PADA TN. J DENGAN CHRONIC KIDNEY (CKD) DISEASES DI
RUANG ANGGREK RS GUNTUR GARUT

Topik : Asuhan keperawatan pada Tn. J dengan CKD

Sasaran : Tn. J
Hari/Tanggal : Senin, 28 Agustus 2023
Waktu : 45 menit

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
B. Sasaran
Pasien di ruang Anggrek (Rawat Inap RS Guntur Garut)
C. Materi
Telampi
r
D. Metode
Diskusi
E. Media
1. Dokumen/Status pasien
2. Sarana diskusi : kertas,bullpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
F. Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat


Pasien
1 hari sebelum Pra-ronde Pra-ronde Mahasiswa - Nurse Station
ronde • Menentukan kasus dan topik
• Menentukan tim ronde
• Menentukan EBP
• Membuat proposal
• Mempersiapkan pasien
• Diskusi pelaksanaan
5 menit Ronde • Pembukaan Mahasiswa - Mendengarkan Nurse Station
• Salam pembuka - Memberikan
• Memparkenalkan tim ronde Respon
• Menyampaikan identitas dan masalah pasien
• Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah - Mahasiswa - Mendengarkan Nurse Station
1. Memberi salam dan memperkenalkan - KATIM - Memberikan respon
pasien dan keluarga kepada tim ronde. dan menjawab
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan pertanyaan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan serta
menetapkan prioritas yang perlu dilakukan.

- Mencocokan dan menjelaskan kembali data


yang telah disampaikan .
- Diskusi antar anggota tim dan pasien
tentang masalah keperawatan tersebut.
- Pemberian justifikasi oleh tim tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan.
- Menentukan tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah ditetapkan.
10 menit Pasca ronde • Evaluasi dan rekomendasi intervensi Karu,supervisor 10 menit Pasca ronde
Keperawatan ,
• Penutup pembimbing.
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Anggrek RS Guntur Garut
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dan mahasiswa dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan,
menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian

Kepala Ruang : Dandi Rohadi


Katim : Dendi Rizkianto
PP : Dendi
Perawat Assosiet : - Aghniya Noviya Diani
Perawat Konselor : - Andrie Syaepul Rohim
- Rizqi Zulfikar
Observer : Silvi Sri Wahyuni
Notulen : Ai Tuti
Dokumentasi : Intan Pupitasari
Dosen Pembimbing : Ibu Susan Susyanti, S.Kep., M.Kep

CI Klinik/Ruangan : Bapak Gilang AMD.Kep


A. Dialog Ronde Keperawatan
KATIM (dendi r) : Selamat pagi pak!
Karu (dandi r) : Selamat pagi, ada yang bisa dibantu ?
KATIM (dendi r) : Begini pak, saya ingin mengkonsultasikan masalah
pasien atas nama Tn. J
Karu (dandi r) : Silahkan, ada masalah apa dengan pasien tersebut ?
KATIM (dendi r) : Begini pak, pasien atas nama Tn. J yang masuk
pada tanggal 27 Agustus 2023 dengan keluhan demam
sudah 2 hari, saat dilakuan pengkajian klien suhu : 38°C
respirasi : 20x/mnt, SPO2 : 95%. Setelah dilakukan
kolaborasi pemberian Obat Analgesik, demam klien
masih naik turun.

Karu (dandi r) : Kapan rencananya mau mengadakan ronde keperawatan ?


KATIM (dendi r) : Rencananya hari ini pak, tim rondenya sudah saya
bentuk, inform consent ke keluarga pasien juga sudah
dilakukan kemarin dan keluarga pasien pun sudah
menyetujuinya.

Karu (dandi r) : Siapa saja timnya ?


KATIM (dendi r) : Jadi untuk tim ronde kali ini terdiri dari 9 orang,
saya sendiri sebagai Ketua Tim, dan lainnya
(mengenalkan secara mandiri).
Karu (dandi r) : Baik, kalau memang sudah siap silahkan
dipersiapkan apa yang perlu disiapkan
KATIM (dendi r) : Baik pak kalau begitu. Saya permisi dulu

Semua tim ronde berkumpul di Nurse station, kepala tim ronde


membuka kegiatan ronde keperawatan
KATIM (dendi r) : Selamat pagi teman-teman perawat semua, serta
bapak/ibu rekan semua, baiklah pada hari ini kita akan
melakukan ronde keperawatan, dan untuk
mengefesienkan waktu saya serahkan kepada perawat
primer untuk menyampaikan masalah yang akan
dibahas dalam ronde kali ini.
PP : Terimakasih saya ucapkan kepada katim atas waktu
(dendi)
yang telah diberikan, disini kita mengelola pasien atas
nama Ny. J dengan diagnosa Chronic Kidney Disease, atas
masalah keperawatan hipertermi

PP : Sebelum memberikan terapi keperawatan, kami


(dendi)
memonitor terlebih dahulu mengenai keluhan pasien
saat ini, dengan memonitor suhu tubuh klien dan usaha
pasien untuk mengurangi demam. setelah memonitor
pasien kami juga sudah melakukan intervensi yaitu
memberikan terapi Obat analgesik. Namun, suhu tubuh
klien masih naik turun. Sehingga kami mengadakan
ronde keperawatan ini untuk mendiskusikan mengenai
tindakan yang akan dilakukan kepada Tn. J
KATIM (dendi r) : Nah sesuai hasil pengkajian yang telah dipaparkan
oleh perawat dendi, untuk mengatasi masalah yang
dialami Tn. J apakah ada saran/ solusi dari yang lain
untuk mentatasi masalah yang masih muncul ?
PA : untuk mengatasi masalah pada Tn. J ada salah satu
(Aghniya)
teknik berdasarkan ebp yang dapat dilakukan yaitu
teknik kompres hangat.

PA : teknik kompres hangat ini bertujuan untuk


(Aghniya)
menurunkan suhu tubuh pada klien , agar klien merasa
nyaman kembali saat melakukan teknik tersebut
KATIM (dendi r ) : baiklah kalau begitu kita langsung ke ruangan pasien
untuk melakukan intervensi tersebut.
Tim ronde memasuki ruangan pasien
PP (dendi) : Assalamu`alaikum ibu/bapak Klg
pasien : waalaikumsalam
PP (dendi) : Bagaimana keadaan Tn.J hari ini bu/pak ?
Demamnya apakah masih naik turun ?
Klg pasien : Iya pa
PP (dendi) : Begini bapak, ibu, untuk menindak lanjuti masalah
yang ada pada Tn. J ,kami tenaga kesehatan disini
sesuai dengan kontrak kemarin. hari ini akan melakukan
intervensi/tindakan yakni suatu tekhnik pemecahan
masalah pasien yang nantinya akan diberikan solusi oleh
perawat dan tim medis lainnnya.
PK 1 (andrie) : Bapak kita akan melakukan tindakan untuk mengatasi
masalah nyeri pada bapak ya , yaitu dengan teknik
kompres hangat
PK 2 (rizqi) : ( melakukan teknik kompres hangat untuk menurunkan suhu
tubuh )
PK 1 (andrie) : Baik pak , coba diulang teknik tersebut … Nah, nanti
kalau bapak merasakan nyeri bapak gunakan teknik tersebut
ya ..
( melakukan teknik kompres hangat)
Observer (silvi) : Bagaimana pak setelah teman saya mengajarkan
cara tersebut, apakah bapak mengerti caranya ?
Pasien : iya pa sudah mengerti
Observer (silvi) : Baik pak jika sudah mengerti, nanti bpk bisa
melakukannya secara mandiri ya, apabila demam
kembali bapak bisa melakukan hal tersebut
Mari pak kami tinggal dulu . . .

Di Nurse Station
Observer (silvi) : Baik seperti yang sudah kita lihat tadi, kalo pasien
sudah mulai mampu untuk melakukan intervensi
tersebut. mudah-mudahan pasien mampu melakukannya
secara mandiri meskipun tidak di dampingi oleh
perawat.
PK1 (andrie) : baik kalo begitu, kita lakukan terlebih dahulu
intervensi yang telah diajarkan tadi selama 1x24 jam,
mudah2an dapat bekerja sesuai dengan ebp yang telah
kita temukan.
PK1 (andrie) : pada pagi hari nanti tolong pantau keadaan umum dan
ttv pasien mudah2 an ada perubahan pada suhu tubuh
berkurang dan pasien mampu mengatasi nya.
KATIM (dendi r) : allhamdulilah mungkin ronde keperawatan kali ini
sudah selesai kita laksanakan dan allhamdulilah juga
pasien sudah mengerti cara yang telah diajarkan rekan –
rekan semua. Sebelum diakhiri apakah bapak karu ada
yang ingin di sampaikan
Karu (dandi) : saya mau setelah ini tolong pantau semua pasien
terutama untuk Tn. J tolong selalu cek keadaannya ya.
Semua : iya baik
KATIM (dendi r) : Baikkalo begitu kita tutup acara ronde hari ini
dengan Mengucap alhamdulillah
DAFTAR PUSTAKA

Aru, Sudoyo W, dkk. (2015).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I


Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
Debora Oda. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan. Jakarta :
Salemba Medika
Masengi K.G.D., Ongkowijaya J., Wantania F., (2016). Hubungan
Hiperurisemia dengan Kardiomegali pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif. Jurnal e-Clinic Universitas Sam Ratulangi. 4(1):1-7
Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. (3, Ed.). Jogjakarta:
Mediaction publishing
Nursalam, (2013). Menejemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
(2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi VI).
Jakarta:InternaPublishing
Tamsuri. (2012). Konsep & penatalaksanaan nyeri. Jakarta EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Wijaya AS, Putri YM. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2.


Keperawatan Dasar Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wulandari, A.(2017). Prevalensi Penyakit Jantung Hipertensi pada
Pasien Gagal Jantung KOngestif di RSUP H.Adam Malik. E-
journal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1(1):1-5

Anda mungkin juga menyukai