Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

Pada Ny. S P3A0 dengan Sectio Caesaria (SC) Indikasi Letak Sungsang
Di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
Arina Shinta Dewi R (KHGD21055)
Ayu Novitasari (KHGD21002)
Bambang Yulianto I (KHGD21084)
Bubuh Bukhori (KHGD21062)
Fattah Royan Maulana (KHGD21094)
Eva Mardiana (KHGD21056)
Nurfahira Oktaviani (KHGD21069)
Rizky Aulia Jamil (KHGD21096)
Ryan Andryana L (KHGD21040)
Sulaeman (KHGD21089)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KARSA HUSADA GARUT


2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan
termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut
mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem model asuhan
keperawatan professional (MAKP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan
MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan
pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi
tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk
menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan
melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan
diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir
kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim
keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi,
rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde
keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan
cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata.
Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis
dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga
akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim
kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien
(Nursalam,2007).
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik membahas tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S P3A0 DENGAN SECTIO

CAESARIA (SC) INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RUANG JADE


RSUD DR. SLAMET GARUT” dengan harapan skala nyeri pada pasien
berkurang, didampingi oleh perawat atau petugas kesehatan lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah akan dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodivikas rencana keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
1) Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2) Memberikan keperawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
1.3.2 Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kogintif, efektif dan psikomotor perawat.
2) Meningkatkan kerja sama tim.
3) Menciptakan komunitas keperawatann profesional
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ronde Keperawatan


2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.1.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing-masing anggota tim
Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Penetapan Pasien
Tahap Pra-Ronde
KATIM

Persiapan Pasien

Penentuan Diagnosa

Tahap Pelaksanaan Evaluasi intervensi


Ronde di Nurse Station Penyajian Masalah yang telah dilakukan

Hambatan yang
ditemukan

Validasi Data

Lanjutan dari diskusi di Nurse Station


Tahap Pelaksanaan (KATIM – KATIM, Konselor, KARU
Ronde di Kamar Pasien

Tahap Pasca Ronde Kesimpulan dan Rekomendasi


Solusi Masalah

Keterangan :
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur memersiapkan pasien
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yanng difokuskan pada
masalah keperawatan dan perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.1.6 Evaluasi
2.1.6.1 Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut,
persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat, dan
lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2.1.6.2 Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
2.1.6.3 Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

2.2 Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Sectio Caesaria (SC)


Indikasi Letak Sungsang
2.2.1 Konsep Penyakit
A. Pengertian
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat insisi
pada abdomen dan uterus (Oxorn, 1996 : 634). Sectio Caesaria adalah suatu
cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau section
caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janji dan dalam rahim
(Mochtar, 1998 : 177).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan
persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai
keadaan sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115).
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
post sectio caesaria adalah masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah
kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan uterus disebabkan
kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan
proteinuria.
B. Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo
pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli,
sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang,
hidrocepalus (Oxorn, 1996 : 634).
C. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang
paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
E. Komplikasi
Komplikasi sectio caesaria adalah
a. Infeksi puerpeural (nifas)

1) Ringan

Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang

Dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut sedikit


kembung.

3) Berat
Dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus terlantar,
dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang
teah pecah terlalu lama, penanganannya adalah pemberian cairan,
elektrolit dan antibiotik yang ada dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena

1) Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.

2) Antonia uteri

3) Perdarahan pada placenta bed.


c. Luka kandung kemih
d. kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang.
(Mochtar, 1998 : 121)
F. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin

b. Hematokrit

c. Leukosit

d. Golongan darah

(Arief Mansjoer, 1999 : 270)


G. Penatalaksanaan medis Post SC
1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya, Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbedabeda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
BAB III

RENCANA PELAKSANAAN RONDE ASUHAN KEPERAWATAN PADA


NY. S P3A0 DENGAN SECTIO CAESARIA (SC)
INDIKASI LETAK SUNGSANG

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Ny. S P3A0 dengan SC


indikasi Letak Sungsang
Sasaran : Ny. S
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Januari 2022
Waktu : 45 menit (Pukul 10.00-10.45 WIB)

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
B. Sasaran
Pasien di ruang Jade (Rawat Inap RSUD dr. Slamet Garut)
C. Materi
Telampir
D. Metode
Diskusi
E. Media
1. Dokumen/Status pasien
2. Sarana diskusi : kertas,bullpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
F. Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat


Pasien
1 hari sebelum Pra-ronde Pra-ronde Mahasiswa - Nurse Station
ronde  Menentukan kasus dan topik
 Menentukan tim ronde
 Menentukan EBP
 Membuat proposal
 Mempersiapkan pasien
 Diskusi pelaksanaan
5 menit Ronde  Pembukaan Mahasiswa - Mendengarkan Nurse Station
 Salam pembuka - Memberikan

 Memparkenalkan tim ronde respon

 Menyampaikan identitas dan masalah pasien


 Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah - Mahasiswa - Mendengarkan Nurse Station
1. Memberi salam dan memperkenalkan - KATIM - Memberikan respon
pasien dan keluarga kepada tim ronde. dan menjawab
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan pertanyaan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan serta
menetapkan prioritas yang perlu dilakukan.
Validasi data:
- Mencocokan dan menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan .
- Diskusi antar anggota tim dan pasien
tentang masalah keperawatan tersebut.
- Pemberian justifikasi oleh tim tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan.
- Menentukan tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah ditetapkan.
10 menit Pasca ronde  Evaluasi dan rekomendasi intervensi Karu,supervisor 10 menit Pasca ronde
keperawatan ,
 Penutup pembimbing.
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Jade RSUD dr. Slamet Garut
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dan mahasiswa dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan, menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian

Kepala Ruang : Fattah Royan Maulana


Katim : Rizky Aulia Jamil
PP : Bubuh Bukhori
Perawat Assosiet : Renisa Fatir Rahma
Perawat Konselor : - Bambang Yulianto I
- Ryan Andryana L
Observer : Sulaeman
Notulen : - Ayu Novitasari
- Eva Mardiana
Dokumentasi : - Arina Shinta Dewi Ruswana
- Nurfahira Oktaviani
Dosen Pembimbing : Ibu K. Dewi Budiarti S.Kp. M.Kep

CI Klinik/Ruangan : Ibu Ismi S,Kep.,Ns


A. Dialog Ronde Keperawatan
KATIM (AJ) : Selamat pagi pak!
Karu (roy) : Selamat pagi, ada yang bisa dibantu ?
KATIM (AJ) : Begini pak, saya ingin mengkonsultasikan masalah pasien atas
nama Ny. S di kamar (….)
Karu (roy) : Silahkan, ada masalah apa dengan pasien tersebut ?
KATIM (AJ) : Begini pak, pasien atas nama Ny. S yang masuk pada tanggal 20
Januari 2022 dengan keluhan nyeri, saat dilakuan pengkajian klien
mengeluh nyeri dibagian luka Post SC, dengan skala nyeri 6 (0-10).
Setelah dilakukan kolaborasi pemberian Analgetik, klien masih
mengeluh nyeri saat melakukan pergerakkan

Karu (roy) : Kapan rencananya mau mengadakan ronde keperawatan ?


KATIM (AJ) : Rencananya hari ini pak, tim rondenya sudah saya bentuk, inform
consent ke keluarga pasien juga sudah dilakukan kemarin dan
keluarga pasien pun sudah menyetujuinya.
Karu (roy) : Siapa saja timnya ?
KATIM (AJ) : Jadi untuk tim ronde kali ini terdiri dari 11 orang, saya sendiri
sebagai Ketua Tim, dan lainnya (mengenalkan secara mandiri).
Karu (roy) : Baik, kalau memang sudah siap silahkan dipersiapkan apa yang
perlu disiapkan
KATIM (AJ) : Baik pak kalau begitu. Saya permisi dulu

Semua tim ronde berkumpul di Nurse station, kepala tim ronde membuka
kegiatan ronde keperawatan
KATIM (AJ) : Selamat pagi teman-teman perawat semua, serta bapak/ibu rekan
semua, baiklah pada hari ini kita akan melakukan ronde
keperawatan, dan untuk mengefesienkan waktu saya serahkan
kepada perawat primer untuk menyampaikan masalah yang akan
dibahas dalam ronde kali ini.
PP (Bubuh) : Terimakasih saya ucapkan kepada katim atas waktu yang telah
diberikan, disini kita mengelola pasien atas nama Ny. S P3A0
dengan SC indikasi Letak Sungsang, atas masalah keperawatan
nyeri akut, resiko infeksi, dan Ansietas
PP (Bubuh) : Sebelum memberikan terapi keperawatan, kami memonitor
terlebih dahulu mengenai keluhan pasien saat ini, skala nyeri dan
observasi apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak. Namun, klien
masih merasakan nyeri pada luka post SC. sehingga kami
mengadakan ronde keperawatan ini untuk mendiskusikan
mengenai tindakan yang akan dilakukan kepada Ny. S
KATIM (AJ) : Nah sesuai hasil pengkajian yang telah dipaparkan oleh perawat
Bubuh, untuk mengatasi maslah yang dialami Ny. S apakah ada
saran/ solusi dari yang lain untuk mengatasi masalah yang masih
muncul ?
PA1 (Renisa) : untuk mengatasi masalah pada Ny. S ada salah satu teknik
berdasarkan EBP yang dapat dilakukan yaitu teknik relaksasi nafas
dalam. Teknik rrelaksasi nafas dalam bertujuan untuk mengontrol
diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stress yang membuat
individu merasa dalam konidisi yang tidak nyaman menjadi
nyaman . Penggunaan metode ini dapat mengurangi sensasi nyeri
pada diri klien.
KATIM (AJ) : baiklah kalau begitu kita langsung ke ruangan pasien untuk
melakukan intervensi tersebut.

Tim ronde memasuki ruangan pasien


PP (Bubuh) : Assalamu`alaikum ibu/bapak
Klg pasien : waalaikumsalam
PP (Bubuh) : Bagaimana keadaan Ny.S hari ini bu/pak ?
apakah masih nyeri dibagian luka SC ?
Klg pasien : Iya pak
PP (Bubuh) : Begini bapak, ibu, untuk menindak lanjuti masalah yang ada
pada Ny. S ,kami tenaga kesehatan disini sesuai dengan kontrak
kemarin. hari ini akan melakukan intervensi/tindakan yakni suatu
tekhnik pemecahan masalah pasien yang nantinya akan diberikan
solusi oleh perawat dan tim medis lainnnya.
PK 1 (Bayu) : Ibu kita akan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah nyeri
pada ibu ya dengan teknik relaksasi nafas dalam. Untuk caranya
akan di praktekan oleh teman saya.
PK 2 (Ryan) : ( melakukan teknik relaksasi nafas dalam )
PK 1 (Bayu): Baik bu untuk selanjutnya karna ibu masih merasakan nyeri, maka
saya akan mengajarkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri pada luka post SC
( Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri )
Observer (Sule) : Bagaimana bu setelah teman saya mengajarkan cara tersebut,
apakah ibu mengerti caranya ?
Pasien : iya pa sudah mengerti
Observer (sule) : Baik bu jika sudah mengerti, nanti ibu bisa melakukannya
secara mandiri ya bu, apabila nyeri terasa ibu bisa melakukan cara
tersebut ya ..
Mari bu kami tinggal dulu . . .

Di Nurse Station
Observer (Sule) : Baik seperti yang sudah kita lihat tadi, kalo pasien sudah mulai
mampu untuk melakukan intervensi tersebut. mudah-mudahan
pasien mampu melakukannya secara mandiri meskipun tidak di
dampingi oleh perawat.
PK1 (Bayu) : baik kalo begitu, kita observasi intervensi yang telah diajarkan
tadi selama 1x24 jam, mudah2an dapat bekerja sesuai dengan EBP
yang telah kita temukan.
PK1 (Bayu) : pada sore hari nanti tolong pantau keadaan umum dan ttv pasien
mudah2 an ada perubahan nyerinya berkurang
KATIM (AJ) : allhamdulilah mungkin ronde keperawatan kali ini sudah selesai
kita laksanakan dan allhamdulilah juga pasien sudah mengerti cara
yang telah diajarkan rekan – rekan semua. Sebelum diakhiri apakah
bapak karu ada yang ingin di sampaikan
Karu (roy) : saya mau setelah ini tolong pantau semua pasien terutama untuk
Ny. S tolong selalu cek keadaannya ya.
Semua : iya baik
KATIM (AJ) : Baik kalo begitu kita tutup acara ronde hari ini dengan mengucap
alhamdulillah
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Aru, Sudoyo W, dkk. (2015).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing.
Debora Oda. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan. Jakarta : Salemba
Medika
Karson. (2018). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
SAlemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI: Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI
Masengi K.G.D., Ongkowijaya J., Wantania F., (2016). Hubungan Hiperurisemia
dengan Kardiomegali pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal e-Clinic
Universitas Sam Ratulangi. 4(1):1-7
Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction
publishing
Nursalam, (2013). Menejemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). (2014). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi VI). Jakarta:InternaPublishing
Tamsuri. (2012). Konsep & penatalaksanaan nyeri. Jakarta EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Udjianti W. (2018). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Wijayaningsih Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Tim.
Wijaya AS, Putri YM. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2.
Keperawatan Dasar Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wulandari, A.(2017). Prevalensi Penyakit Jantung Hipertensi pada
Pasien Gagal Jantung KOngestif di RSUP H.Adam Malik. E-
journal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1(1):1-
5

Anda mungkin juga menyukai