OLEH :
KELOMPOK 2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
1). Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2). Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3). Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4). Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5). Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
6). Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7). Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1). Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2). Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3). Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
1). Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
2). Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
3). Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit
1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Ronde Keperawatan
2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat
primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
2.1.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
2 RONDE
Penetapan Pasien
Pasien
Persiapan Pasien :
Informed Concent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
7 TAHAP RONDE
Validasi data
DI BED KLIEN
8
9
TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan diskusi
di Nurse Station
Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
Aplikasi Hasil
analisis
dan diskusi
Masalah teratasi
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Aster A RSUP Muhammad
Hoesin, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat, dan
lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Tn.B dengan diagnosa medis Limfoma dengan
masalah keperawatan utama .........................................
2.2.1 Konsep Penyakit
a. Pengertian
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung,
dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
b. Etiologi
1. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang
bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,
variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi
juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air
atau tanah yang tercemar.
2. Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali
antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida
dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
b. Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak
epitel kornea.
c. Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel
yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih
lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
d. Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
e. Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU
(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
g. Pajanan (exposure)
h. Neurotropik
c. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
d. Manifestasi klinik
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer
kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
e. Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan
sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat
terutama bila letaknya di daerah pupil.
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi
infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh
dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi
kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit
juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada
kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang
meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf
kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada
pembuluh iris.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah
yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan
lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi
sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat
baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.
f. Pathway
Kelemahan fisik
umum,odem
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas
1. Konsep Askep
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahan yang dipakai sehari-hari, status
perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal atau jam MRS, dan
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh tindak nyamanan kerena adanya benjolan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan benjolan terasa nyeri bila
ditelan kadang-kadang disertai dengan kesulitan bernafas, gangguan penelanan,
berkeringat di malam hari. Pasien biasanya megnalami dendam dan disertai dengan
penurunan BB.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pasien dengan limfoma biasanya diperoleh riwayat penyakit seperti
pembesaran pada area seperti : leher, ketiak, dll. Pasien dengan transplantasi ginjal
atau jantung.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan anggota keluarga yang mempunyaio penyakit yang sama dengan
pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular, penyakit turunan seperti DM,
Hipertensi, dan lain-lain.
b. Data dasar pengkajian pasien
1) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien lemah, cemas, nyeri pada benjolan, demam, berkeringat pada malam hari,
dan menurunnya BB.
b. Kulit, rambut, kuku
( tidak ada perubahan )
c. Kepala dan leher
Terdapat benjolan pada leher, yang terasa nyeri bila ditekan.
d. Mata dan mulut
Tidak ada masalah/perubahan.
e. Thorak dan abdomen
Pada pemeriksa yang dilakukan tidak didapatkan perubahan pada thorak
maupun abdomen.
f. Sistem respirasi
Biasanya pasien mengeluh dirinya mengeluh sulit untuk bernafas karena ada
benjolan.
g. Sistem gastrointestinal
Biasanya pasien mengalami anorexia karena rasa sakit yang dirasakan saat
menelan makanan, sehingga pasien sering mengalami penurunan BB.
h. Sistem muskuluskeletal
Pada pasien ini tidak ada masalah.
i. Sistem endokrin
Terjadi pembesaran kelenjar limfe.
j. Sistem persyarafan
Pasien ini sering merasa cemas akan kondisinya, penyakit yang sedang
dideritanya.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
Banyak digunakan untuk melihat pembesaran kelenjar getah bening.
2. Foto thorak
Digunakan untuk menentukan keterlibatan kelenjar getah bening mediastina.
3. CT- Scan
Digunakan untuk diagnosa dan evaluasi pertumbuhan limpoma
4. Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb, DL, pemeriksaan uji fungsi hati /
ginjal secara rutin).
5. Laparatomi
Laparatomi rongga abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi kelenjar getah
bening pada illiaka, para aortal dan mesentrium dengan tujuan menentukan
stadiumnya.
d. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat ( mual, muntah)
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
4. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya persediaan dan
kebutuhan oksigen kelemahan umum serta kelelahan karena gangguan pola tidur
6. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
e. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada pasien dan 1. pasien dan keluarga lebih kooperatif.
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan keluarganya.
berhubungan dengan selama 3 x24 jam 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga 2. pasien mendapat informasi yang tepat.
intake yang tidak Kebutuhan nutrisi klien penyebabnya dari rasa sakit dan cara
adekuat ( mual, dapat terpenuhi dengan mengurangi rasa sakit.
muntah) Kriteria Hasil : 3. Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya 3. pasien mendapat informasi yang tepat.
BB meningakat dan akibatnya jika ia tidak makan.
Nafsu makan pasien 4. Anjurkan pada kelurga untuk memberikan 4. untuk memudahkan pasien menelan.
meningkat makanan tambahan yang ringan untuk
Gangguan penelanan dicerna
berkurang 5. Obervasi TTV 5. untuk mengetahui perkembangan pasien
Rasa sakit pada waktu 6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan ahli 6. untuk menetukan diet yang diperoleh oleh px
menelan berkurang gizi
2. Resiko terjadinya Setelah dilakukan 1. beri penjelasan tentang terjadinya infeksi 1. pasien mengetahui proses terjadinya infeksi
infeksi berhubungan tindakan keperawatan 2. beritahu pasien tentang tanda-tanda 2. pasien mengetahui tanda-tanda inflamasi dan
dengan proses selama 2x24 Tidak terjadi inflamasi pencegahannya
inflamasi. infeksi, dengan Kriteria 3. beri kompres basah 3. menurunkan suhu tubuh pasien
Hasil : 4. Anjurkan pasien untuk memakai baju 4. agar keringat mudah diserap dan suhu tubuh
Suhu tubuh dalam yang menyerap keringat. tidak meningkat
batas normal 5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam 5. diharapkan dapat mempercepat proses
Tidak ada tanda pemberian obat kesembuahn pasien
inflamasi
Keringat berkurang
3 Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi nafsu makan klien 1. Porsi makan yang tidak habis menunjukkan
dengan kurangnya keperawatan selama 2x24 nafsu makan belum membaik
pengetahuan tentang jam tidak terjadi nutrisi 2. Meningkatkan masukan secara perlahan
penyakitnya. kurang dari kebutuhan tubuh 2. Beri makan klien sedikit tapi sering 3. Klien dapat memahami dan mau meningkatkan
dengan kriteria hasil : 3. Beritahu klien pentingnya nutrisi masukan nutrisi
Nafsu makan 4. Peningkatan energi dan protein pada tubuh
meningkat, 4. Pemberian diet TKTP sebagai pembangun
porsi habis,
BB tidak turun drastic
4 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Observasi suhu tubuh pasien 1. Dengan memantau suhu diharapkan diketahui
berhubungan dengan tindakan keperawatan keadaan sehingga dapat mengambil tindakan
tak efektifnya selama 1x24 jam yang tepat.
termoregulasi sekunder diharapkan suhu tubuh 2. Anjurkan dan berikan banyak minum 2. Dengan banyak minum diharapkan dapat
terhadap inflamasi klien menurun dengan (sesuai kebutuhan cairan anak menurut membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
Kriteria Hasil : umur) tubuh
TTV dalam batas 3. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, 3. Kompres dapat membantu menurunkan suhu
normal perut dan lipatan paha. tubuh pasien secara konduksi
4. Anjurkan untuk memakaikan pasien 4. Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat
pakaian tipis, longgar dan mudah mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh
menyerap keringat. menjadi seimbang.
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik. 5. antipiretik akan menghambat pelepasan panas
oleh hipotalamus.
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Mengevaluasi respon pasien terhadap 1. Memberikan kemampuan atau kebutuhan pasien
yang berhubungan tindakan keperawatan aktivitas, mencatat dan melaporkan dan memfasilitasi dalam pemilihan intervensi
dengan tidak selama 2x24 jam adanya dispnea, peningkatan kelelahan,
seimbangnya Aktivitas dapat terpenuhi serta perubahan dalam tanda vital selama
persediaan dan selama perawatan dengan dan setelah aktivitas.
2. Mengurangi stress dan stimulasi yang
kebutuhan oksigen kriteria hasil : 2. Memberikan lingkungan yang nyaman
berlebihan, serta meningkatkan istirahat.
kelemahan umum serta Laporan secara verbal, dan membatasi pengunjung selama fese
kelelahan karena kekuatan otot akut atas indikasi. Menganjurkan untuk
gangguan pola tidur meningkat dan tidak menggunakan memejen stress dan
ada perasaan aktivitas yang beragam.
kelelahan. 3. Menjelaskan pentingnya beristirahat pada 3. Bedrest akan memelihara tubuh selama fase
Tidak ada sesak rencana tindakan dan perlunya akut untuk menurunkan kebutuhan metabolisme
Denyut nadi dalam keseimbangan antara aktivitas dengan dan memelihara energy untuk penyembuhan
batas normal istirahat. 4. Pasien mungkin merasa nyaman dengan kepala
Tidak muncul sianosis 4. Membantu pasien untuk berada pada dalam keadaan elevasi, tidur di kursi atau
posisi yang nyaman untuk beristirahat dan istirahat pada meja dengan bantuan bantal
atau tidur.
5. Membantu pasien untuk memenuhi 5. Meminimalkan kelelahan dan menolong
kebutuhan self-care. Memberikan menyeimbangkan suplai oksigen dan kebutuhan.
aktivitas yang meningkat selama fase
penyembuhan.
6 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, 1. menentukan tindak lanjut intervensi.
dengan interupsi sel tindakan keperawatan perhatikan isyarat verbal dan non verbal
saraf selama 2x24 jam setiap 6 jam 2. nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan
diharapkan intensitas darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat
nyeri berkurang dengan 2. Pantau tekanan darah, nadi dan 3. mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
kriteria hasil : pernafasan tiap 6 jam 4. relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot
sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.
Klien merasa nyaman 3. Terapkan tehnik distraksi (berbincang-
5. mengurangi keteganagan area nyeri.
bincang)
6. analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan
Skala nyeri menurun
4. Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) menimbulkan penghilangan nyeri.
GCS E4V5M6 dan sarankan untuk mengulangi bila
merasa nyeri
Tanda-tanda vital
normal(nadi : 60-100 5. Beri dan biarkan pasien memilih posisi
kali permenit, suhu: 36- yang nyaman
36,7 C, pernafasan 16-
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
20 kali permenit)
BAB 3
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
1
b. Alat tulis : kertas dan bollpoin
3.6 Mekanisme kegiatan
KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
KLIEN
Pra Pra Ronde Ruang PP 1, PA1 - Dua hari
Ronde a) Menetapkan kasus dan Aster A sebelum
topik pelaksan
b) Menentukan tim ronde. aan
c) Mencari sumber dan ronde
literatur.
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan klien
f) Informed consent
kepada keluarga
Ronde Ronde
I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengarkan 5 Menit
a) Salam pembukaan Station Ruangan
b) Memperkenalkan
klien dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya
2
melibatkan keluarga .
c) Karu membuka dan Nurse
memimpin diskusi. Station
d) Diskusi antar anggota
tim dan klien tentang Karu
masalah keperawatan PP2, PA,
yang belum Tim ronde
terselesaikan dari
validasi data antar tim
ronde
e) Pemberian justifikasi
oleh konselor tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan
yang akan dilakukan
3
BAB IV
RESUME KEPERAWATAN
Data Umum
Nama Pasien : Tn B
Usia : 31 tahun
No RM : 847373
Alamat : Jln. Gerak Alam No 25 Bengkulu
Tgl MRS : 26 September 2014
4
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya; pasien terlihat tampak cemas dan
bingung.
Daftar Masalah Keperawatan :
1. Intoleransi aktifitas
2. Ansietas
Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 98 <200 mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 135-155 mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.5 mEq/L
5
BAB 5
PELAKSANAAN KEGIATAN
6
a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan menetapkan pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan.
b. Penanggung jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan
c. Menyiapkan resume keperawatan pasien selama dirawat
d. Konsultasi pada pembimbing ruangan mengenai resume kasus ronde
keperawatan.
5.7 Pelaksanaan
Topik : Ronde Keperawatan
Sasaran :Pasien dan keluarga pasien Tn.B dengan diagnosa medis
Limfoma
Hari/tanggal : Senin 29 September 2014
Waktu : 01.10- 01.40 WIB
Tempat : Ruang Aster A
Acara dihadiri oleh :
1. Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang
2. Supervisor sebanyak 1 orang
Pengorganisaasian :
Penanggung jawab :
Kepala Ruangan :
Konselor :
PP 1 :
PA 1 :
PP 2 :
PA 2 :
Dokter :
Masalah keperawatan yang belum dapat diatasi dan dibahas dalam ronde
keperawatan adalah nyeri
5.8 Hambatan dan Dukungan
Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur yang
sudah direncanakan, ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde keperawatan,
karena sampai saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di ruangan.
Dukungan diberikan oleh CI Ruang Aster A untuk membimbing mahasiswa ketika
melakukan praktek ronde keperawatan di ruang Aster A.
5.9 Hasil Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan yang dilakukan kelompok,
telah dipersiapkan sebelumnya yang meliputi penetapan kasus ronde
7
keperawatan, pembuatan proposal kegiatan, pembagian peran sebagai PP1,
PA1, PP2, PA2, Karu. Pasien yang diangkat sebagai kasus ronde keperawatan
adalah pasien yang telah menjalani perawatan di Ruang Aster Adengan kasus
yang unik dan jarang ditemukan di ruang rawat inap Aster A. Sebelum
pelaksanaan, pasien dan keluarganya telah diberitahukan dan bersedia untuk
menjadi pasien ronde keperawatan.
b. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan
No WAKTU KEGIATAN
1 01.20 – 01.40 WIB Proses pelaksanaan Role Play