ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.WS DENGAN CARSINOMA MAMMAE Commented [AP1]: Pasien post op?
KELOMPOK XVII
KASUS SEMINAR
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.WS DENGAN CARSINOMA MAMMAE
DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 31 OKTOBER 2019
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI
DENPASAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan kasus seminar tentang
“Carsinoma Mammae.” Dalam penyusunan kasus seminar ini, penulis banyak
mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga kasus ini
bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian kasus seminar ini penulis telah berusaha sesuai dengan
kemampuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kasus ini masih dapat dikatakan
jauh dari sempurna, baik dalam penulisan maupun penyajian dan masih
membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Maka dari itu dengan hati terbuka
penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstuktif untuk kesempurnaan
skripsi ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2
juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for
Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat
14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh
dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya antara lain
disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara
(Kemenkes RI, 2015).
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan
pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat
merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari
asalnya yang disebut metastasis. Kanker hingga saat ini menjadi masalah
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Jenis kanker yang banyak diderita dan
ditakuti oleh perempuan adalah kanker payudara. Pada umumnya kanker
payudara menyerang kaum wanita, kemungkinan menyerang kaum laki-laki
sangat kecil yaitu 1: 1000 (Mulyani, 2013) dalam (Briliana, Arafah &
Notobroto, 2017)
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on
Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus
baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker
payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan
persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar
43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara
merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi
akibat kanker.
Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization
(WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia
adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809
kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker kedua yang
paling banyak terjadi di Indonesia sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total
kasus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) menyatakan, angka
kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk.
Rata-rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per 100 ribu
penduduk. Sementara itu, angka kanker serviks di Indonesia mencapai 23,4
orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker serviks
mencapai 13,9 orang per 100 ribu penduduk. Berdasarkan data Kemenkes RI
(2015) sebanyak 1.233 orang menderita kanker payudara di provinsi Bali pada
Tahun 2013, sedangkan di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar
rata-rata jumlah kunjungan pasien kanker payudara pada bulan Agustus-
Oktober 2019 adalah sekitar 336 orang.
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun,riwayat keluarga
dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)),
riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama,
LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun)
atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak
dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi
dinding dada, faktor lingkungan. Prevensi dan deteksi dini pencegahan
(primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara. Pencegahan primer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat
erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan
primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui
faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan
berusaha menghindarinya. Prevensi primer agar tidak terjadi kanker payudara
saat ini memang masih sulit, yang bisa dilakukan adalah dengan meniadakan
atau memperhatikan beberapa faktor risiko yang erat kaitannya dengan
peningkatan insiden kanker payudara seperti berikut: (level -3). Pencegahan
sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker
payudara adalah pemeriksaan atau usahauntuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang
tidak me mepunyai keluhan. Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan
angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka kematian. Pencegahan
sekunder merupakan primadona dalam penanganan kanker secara keseluruhan.
Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok
orang yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining
ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan
menjadi efektif; dengan demikian akan menurunkan kemungkinan
kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup (level -
3). Beberapa tindakan untuk skrining adalah: 1. Periksa Payudara Sendiri
(SADARI) 2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS) 3. Mammografi Skrining
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Briliana, Arafah &
Notobroto (2017) mayoritas ibu rumah tangga tidak mendapatkan dukungan
dari penyedia layanan kesehatan. Faktor yang berhubungan dengan perilaku
ibu rumah tangga dalam melakukan SADARI antara lain sikap, aksesibilitas
informasi dan dukungan penyedia layanan kesehatan. Ibu rumah tangga yang
bersikap kurang dan cukup baik cenderung untuk sering melakukan SADARI.
Ibu rumah tangga yang tidak mendapatkan informasi dari tenaga informan
cenderung untuk tidak melakukan SADARI dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang mendapatkan informasi dari tenaga informan. Ibu rumah tangga
yang sulit mengakses informasi memiliki cenderung untuk tidak melakukan
SADARI dan ibu rumah tangga yang tidak mendapatkan dukungan dari
penyedia layanan kesehatan cenderung untuk tidak melakukan SADARI. Oleh
sebab itu penulis tertarik untuk melakukan eksplorasi lebih mendalam pada
klien dengan kanker payudara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis mengangkat
permasalahan yaitu : “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan
kanker payudara?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
kanker payudara.
c. Mengetahui rencana keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
d. Mengetahui tindakan keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
e. Mengetahui evaluasi keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Menambah informasi dan wawasan tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
b. Mendapatkan pengalaman dan mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2. Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit kanker
payudara.
3. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam upaya mengembangkan ilmu keperawatan
dan sebagai suatu pendekatan pelayanan pada setiap tindakan yang akan
dilakukan pada klien.
2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA (2015) penyebab
kanker payudara belum dapat ditentukan tetapi terdapat beberapa faktor
genetik. Kanker payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan
kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan sel menjadi massa.
Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan
kanker payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang
dapat diubah dan faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut
sebagai berikut.
a. Faktor risiko yang dapat diubah
1) Obesitas
Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan
lemak dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan
sumber utama estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih
banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan
risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam
insulin darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth
factors (IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat
meningkatkan risiko kanker payudara.
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat
mempengaruhi organ – organ tubuh. Menurut penelitian WHO
menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560 oranng
di seluruh dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat
kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat
pemicu kanker).
4) Stress
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres
pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya
tahan tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan
pembakaran asap tembakau. Zat karsinogen dapat memicu
tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes, 2015).
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada
dua gen yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium
yaitu gen BRCA1 (Brest Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2
(Brest Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai
5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga
kanker payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki
salah satu atau kedua gen BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena
kanker payudara akan meningkat, BRCA1 berisiko lebih tinggi
kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara sedangkan
BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2) Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker
payudara, tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara.
Hal ini disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormon
estrogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel
kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak,
bukan kelenjar seperti perempuan.
3) Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker
payudara. presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu,
dari usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%,
usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia
50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69
tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua
usia seseorang kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin
tinggi karena kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan
kemampuan untuk beregenerasi sel menurun.
4) Riwayat kehamilan
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko
kanker payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada
usia remaja bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel
payudara yang imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang
abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami kematuran sel
pada payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.
5) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum
umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi
terkena kanker payudara. Risiko yang sama juga dimiliki
perempuan yang menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah
wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak
terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat
hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
6) Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari
satu tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara.
Selama menyusui, sel payudara menjadi lebih matang (matur).
Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal ini
akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh
sehingga menurunkan risiko kanker payudara.
Terbentuk benjolan
Carsinoma Mammae
Gangguan
Kerusakan Citra Tubuh
Pre Operasi Persiapan Kurang Integumen permukaan
operasi pengetahuan Post Operasi
kulit
Kerusakan
Mendesak jaringan Ansietas Ansietas integritas kulit
di sekitar mamae
Penyempitan B2 B3 B5 B6
B1
pembuluh darah Port de entry kuman
Reflek batuk dan telan menurun Luka insisi jaringan Efek anastesi
Trauma jaringan Efek anastesi
Peningkatan
Resiko infeksi (luka Trauma dinding Pelepasan mediator Pusing
sensitivitas nyeri Akumulasi secret meningkat Kelemah-
post operasi) pembuluh darah kimia (serotonin
Mual, muntah an fisik
Korteks cerebri Penurunan proses histamin)
Ketidakefektifan Penurunan suplai
bersihan difusi O2 di Berikatan dengan Resiko
Sesak O2 Jaringan Anorexia
jalan nafas alveoli reseptor nyeri IP3 defisit
Nyeri nervosa
perawatan
Ketidak- Peningkatan diri
Gangguan Gangguan Resiko nutrisi
efektifan pola
pertukaran gas nafas tidak perfusi jaringan sensitivitas nyeri kurang dari Resiko
efektif kebutuhan kekurang-
Nyeri tubuh an volume
cairan
5. Klasifikasi
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut (Putra, 2015).
a. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus, kelenjar
yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya disebut
dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum menyebar ke
bagian luar jaringan kantong susu.
b. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan di
sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong susu dan
menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti ke
jaringan kelenjar limfe.
c. Paget’s disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola dan
puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan.
Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai dengan massa.
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Nurarif, 2015).
a. Scan (MRI, CT).
Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.
b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum
kanker dapat dipalpasi.
d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer
Susceptibility Gene).
e. USG (Ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.
7. Penatalaksanaan
a. Mastektomi
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:
1) Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.
Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae
internal.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium lanjut
atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk menjadi
kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk menjamin aliran balik
limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat karena nodus eksilaris dan
sistem limfe diangkat.
9. Skrining
Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang atau
kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining juga ditujukan
untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif
dengan demikian menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.
Tindakan untuk skrining antara lain sebagai berikut:
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan terhadap kondisi
payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus
untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada payudara. SADARI dilakukan setiap
bulan sekitar 7-10 hari setelah mentruasi (Putra, 2015).
b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional
dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri biasanya dilakukan setiap
setahun sekali. Pemeriksaan SADANIS sangat penting untuk umur 40 tahun lebih
saat risiko kanker payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia 20-30an
tahun di anjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan ini disamping tenaga
kesehatan menguatkan SADARI (Martin dan Griffin, 2014).
c. Termografi (clinical infrared imaging)
Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan mencatat perubahan
suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal inframerah digital digunakan
dalam skrining kanker payudara, menggunakan kamera termal inframerah untuk
memotret area suhu yang berbeda di sekitar payudara. Area payudara yang
terkena kanker biasanya memiliki suhu lebih tinggi yang akan terdeteksi melalui
prosedur termografi.
d. Mammografi
Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang menggunakan sinar
X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari 90% kanker payudara dapat
terdeteksi dengan mammografi tetapi hanya 20% sampai 50% lesi pada payudara
hanya dapat terdeteksi oleh mammografi. Mammografi lebih dini menemukan
kanker yang lebih kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan
lebih sedikit metastase ke nodus limfe ( dan Griffin, 2014). Skrining mammografi
dianjurkan untuk perempuan berusia 40 tahun dengan resiko standar dan untuk
wanita yang berisiko tinggi dapat dilakukan pada umur 25 tahun.
4) Data pisikososial
Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki pasien,
persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui apakah terjadi
gangguan konsep diri pada pasien.
5) Personal hygiene
Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,
keramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.
6) Pengkajian spiritual
Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah
selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan guna
untuk mencari ketenangan hidupnya.
e. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat kondisi
pasien maupun lingkungan sekitar pasien atau respon pasien dengan penyakit
kanker, biasanya terdapat nyeri sehingga respon pasien terlihat meringis menahan
nyeri.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan
menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki
untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu sistem.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi dan
perkusi. Pemeriksaan fisik meliputi: Keadaan umum berupa keadaan kesadaran
pasien, apakah pasien dalam keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma.
Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif dari keadaan
pasien, pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah
denyut nadi.
Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah
,warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, lapang pandang
penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi,
keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid,
kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi karotis.
Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi
kulit seperti kemerahan, papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak oedem,
dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian
payudara). Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan pengkajian luka meliputi
jenis luka, panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil
(biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara
simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu pernafasan dan
lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal premitus), perkusi
(melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi (penilaian suara nafas,
suara uacapan suara).
Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi melihat
bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan palpasi
menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jangtung, auskultasi
mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung tambahan ada atau tidak. Cantumkan
juga apakah pasien menggunakan alat bantu pernapasan.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen, ada
atau tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh darah), auskultasi (bising
usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak massa,
ada atau tidak pembesaran limfe dan line serta ada atau tidak nyeri tekan) dan
perkusi (penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika
abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes).
Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan bagian-
bagian genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia,
kemempuan berkemih, intake dan output cairan serta menghitung belance cairan.
Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot,
kelainan pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas. Pemeriksaan
integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban, turgor kulit,
apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit serta berapa hasil penilaian resiko
dekubitus. Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and score
(GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal dan motorik, pemeriksaan
ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif, orientasi (tempat, waktu dan
orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu dan sentuhan), pemeriksaan syaraf otak
(NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan ferleks fisiologis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai
keadaan kesehatan pada individu atau kelompok (Martin dan Griffin, 2014). Diagnosa
keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat mengumpulkan data-data
untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam
diagnosa medis. Setelah melakukan pengkajian keperawatan dan timbul diagnosa
yang tepat. Menurut Martin dan Griffin (2014), diagnosa keperawatan pada pasien
kanker payudara meliputi: defisiensi pengetahuan berhubugan dengan tes yang
dilakukan dan penanganan yang dipilih, gangguan citra tubuh berhubungan dengan
kemungkinan kehilangan bagian tubuh atau fungsi tubuh, gangguan harga diri
berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau feminitas, kecemasan
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, nyeri berhubungan dengan
insisi bedah pascaoperasi, ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang
berpengaruh pada aktivitas, gangguan proses keluarga berhubungan dengan dampak
penyakit pada keluarga dan perubahan pola seksualitas berhubungan dengan
ketakutan akan penolakan dari pasangan.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker
payudara yaitu:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada, hambatan
upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas).
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke
jaringan.
4) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(penekanan massa kanker).
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
6) Gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh.
7) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
8) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
10) Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan penilaian
klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan hasil
klien/pasien (NANDA, 2015). Membuat intervensi keperawatan membutuhkan
keterampilan meliputi, penetapan prioritas, penetapan tujuan klien (dalam prilaku
yang dapat diukur) dan kriteria hasil serta menetukan tindakan keperawatan (Martin
dan Griffin, 2014).
Membuat prioritas masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
dirumuskan sebelumnya karena tidak semua diagnosa keperawatan diselesaikan
secara bersama. Menentukaan tujuan, tujuan ada dua yaitu tujuan jangka panjang
untuk mengatasi masalah secara umum dan tujuan jangka pendek untuk mengatasi
etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan mencakup SMART
yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable
(dapat dicapai bersma pasien), realistic (dapat dicapai dan nyata), dan timing (harus
ada target waktu).
7 Tujuan:
Ansietas berhubungan dengan Ansietas berkurang
ancaman terhadap kematian
Ditandai dengan: Kriteria hasil: Reduksi ansietas
Mayor Klien mampu 1. Identifikas penyebab
DS: mengidentifikasi dan ansietas
- Pasien mengatakan khawatir mengungkapkan 2. Berikan terapi relaksasi
dengan kondisinya perasaan cemas serta 3. Anjurkan keluarga
- Sulit berkonsentrasi dapat mengontrol untuk tatap bersama
- Pasien mengatakan sulit cemas pasien
tidur 4. Jelaskan prosedur,
DO: termasuk sensasi yang
- Terlihat gelisah akan dialami
- Terlihat tegang
Minor
DS:
Pasien mengeluh pusing
DO:
- Frekuensi nadi menngkat
8 - Tekanan darah meningkat Tujuan:
Pola tidur pasien
Gangguan pola tidur efektif
berhubungan dengan kurang Dukungan tidur
kontrol tidur. Kriteria hasil: 1. Identifikasi faktor
Ditandai dengan: - Jumlah jam tidur pengganggu tidur
Mayor dalam batas 2. Monitor kuantitas dan
DS: normal 6-8 kualitas tidur pasien
- Pasien mengatakan sulit jam/hari 3. Modifikasi lingkungan
tidur (mis. kebisingan)
- Pasien mengeluh pola tidur - Perasaaan segar 4. Anjurkan menepati
berubah setelah bangun waktu tidur
Minor tidur
DS:
Mengeluh kemampuan 5. Jelaskan pentingnya
9 beraktivitas menurun waktu tidur
Tujuan: pengetahuan
pasien meningkat
Defisit pengetahuan Kriteria hasil: 1. Kaji tingkat
berhubungan dengan kurang - Pasien dan pengetahuan pasien
terpapar informasi. keluarga mengenai penyakitnya
Ditandai dengan: menyatakan 2. Jelaskan patofisiologis
Mayor pemahamannya dari penyakit dengan
DS: tentang penyakit, cara yang tepat
- Pasien menanyakan masalah prognosisi dan 3. Jelaskan tanda dan
pengobatan kanker pengobatan gelaja penyakit
- Pasien menanyakan seputar - Pasien dan 4. Jelaskan kepada
masalah yang sedang keluarga dapat keluarga mengenai cara
dihadapi menjelaskan skrining penyakit
DO: kembali apa yang 5. Sediakan informasi
- Menunjukan persepsi yang dijelaskan oleh mengenai kondisi
kliru terhadap masalah perawat dengan cara yang tepat
Minor
DO:
- Menunjukan prilaku
10 berlebihan (mis. apatis,
agitasi)
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi
Resiko infeksi berhubugan Pencegahan infeksi
dengan faktor resiko tindakan Kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan
invasive. - Pasien terbebas gejala infeksi lokal dan
Ditandai dengan: dari tanda dan sistemik
DO: gejala infeksi 2. Berikan perawatan luka
- Pasien telah melakukan - Menunjukan proses 3. Berikan antibiotik
tindakan mastektomi penyembuhan luka sesuai terapi
- Terihat luka insisi panjang, - Menunjukan 4. Cuci tang an sesudah
lebar kemampuan untuk dan sebelum kontak
mencegah pasien dan lingkungan
timbulnya infeksi
5. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana harus
membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin dan Griffin,
2014). Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang
sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan
implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif maupun objektif pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014).
Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan
tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan
sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjectif,
objectif, analysis and planning). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien
dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon respon tersebut didapat setelah
perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan dari
tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah
teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi. Sedangkan planing berisi perencanaan
tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.
Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan sesuai
kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika klien
menunjukan perubuahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan
tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama
sekali.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. WS
DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMY) Commented [AP4]: maskukan ini di judul makalah
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2019 pukul 13.00 wita di
Ruang Astina RSUD Sanjiwani Gianyar dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis)
1. PENGUMPULAN DATA
a. IdentitasPasien
Pasien Penanggung
(suami)
Nama : Ny. WS Tn. MS
Umur : 49 tahun 52 tahun
JenisKelamin : Perempuan Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah Menikah
Suku /Bangsa : Bali/INA Bali/INA
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga PNS Daerah
Alamat : Payangan Payangan
AlamatTerdekat :- -
NomorTelepon :- 087865628xxx
Nomor Register : 650579 -
Tanggal MRS : 27 Oktober 2019 -
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pre OP MRM (Modified Radikal Mastektomy) Commented [AP5]: ini diagnosa medis bukan keluhan
utama
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh nyeri pada bagian post operasi (payudara kanan)
dengan skala 5 dari 0-10 skala yang diberikan. Pasien tampak meringis menahan
nyeri memegang daerah post operasi, tampak adanya cairan yang merembes
pada balutan post operasi. Pasien tampak terpasang surgical drain. Commented [AP6]: pasien mengeluh nyeri pada area bekas
operasi.
6) Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: Orang sakit
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan tidak memiliki gangguan pernapasan
Saat Pengkajian : √t.a.k (tidak ada keluhan)
Data lain : pasien mengatakan tidak mengalami keluhan
pada pernafasan baik saat menarik ataupun
menghembuskan nafas.
3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa BAB 1x sehari dan BAK 5-6x
dalam sehari
Saat Pengkajian : BAB frekuensi (1x/hari), teratur, konsistensi (lembek),
Warna (kuning), Bau (khas faces)
BAK frekuensi (6x/hari), warna (putih), Bau (kas urine),
jumlah/volume (150cc/kencing), lancar
6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa melakukan kebersihan diri
dengan kadang dibantu keluarga
Saat Pengkajian : Mandi, frekuensi (1x/hari) pada tempat tidur
Pemeliharaan mulut dan gigi, frekuensi sikat gigi
(2x/hari, sesudah makan, memakai pasta gigi)
Berpakaian, frekuensi ganti baju (1x/hari)
Kebersihan kuku:bersih dan pendek,
Kemampuan membersihkan diri: dibantu (oleh keluarga)
8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan merasakan nyeri pada bagian
payudara kanan
Saat Pengkajian : Merasa tidak nyaman nyeri, skala nyeri (5), intensitas
nyeri (sedang), kualitas nyeri(seperti disayat-sayat),
Lokasi nyeri (payudara kanan), waktu (pada saat
bergerak), penyebab nyeri post op MRM
9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan cemas akan dirinya yang akan
melakukan oprasi
Saat Pengkajian : cemas, penyebab karena akan menjalai oprasi Commented [AP10]: operasi
10) Data sosial
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan kondisi rumah harmonis
Saat Pengkajian : Jenis keluarga (keluarga inti), peran dalam keluarga
(istri), pengambil keputusan dalam keluarga suami.
Keharmonisan keluarga :harmonis.
Hubungan dengan tetangga baik.
Lingkungan rumah : kondisi lingkungan rumah baik
Kemampuan ekonomi keluarga cukup
Hubungan dengan pasien lain baik
Hubungan dengan perawat baik
12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian : pasien biasa keluar rumah untuk berbincang dan
bersosialisasi dengan tetangga
Saat Pengkajian : pasien hanya bisa berbaring
Data lain : pasien mengatakan saat dirumah sakit
hiburannya hanya keluarga dan jika pasien merasa bosan
pasien akan menonton TV.
13) Belajar
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan tidak begitu paham dengan
penyakitnya
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan dengan
penyakitnya perawatan luka
Pemahaman pasien terhadap penyakitnya baik
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : pasien biasa beribadah
Saat Pengkajian : Agama/kepercayaan yang dianut hindu
Kebiasaan beribadah rutin Commented [AP11]: yang dtanya apakahdia beribadah rutin
tetapi bagaimana pandangan pasien mengenai sakitnya dari
sisi agama
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran :compos mentis/sadar penuh
b) Bangun Tubuh :kurus
c) Postur Tubuh :tegak
d) Cara Berjalan : lancar terkoordinir
Data lainnya (tidak terkaji)
e) Gerak Motorik : normal
f) Keadaan Kulit
Warna : normal
Turgor : elastis
Kebersihan: bersih
Luka : ada: √tertutup
Lokasi : payudara kanan
Luas luka: 15 cm
Warna: kemerahan
Gambar :
Depan Belakang
3) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sklera : putih,
c) Kelopak mata : tidak ada oedema
d) Pupil :reflek pupil baik, pupil isokor
4) Hidung
a) Keadaan :Bersih
b) Penciuman : Baik
c) Nyeri : tidak ada nyeri tekan
d) Luka : Tidak ada luka
5) Telinga
a) Keadaan :Bersih
b) Nyeri :tidak ada nyeri
c) Pendengaran : baik/normal
6) Mulut
a) Mukosa bibir :mukosa lembab
b) Gusi :tidak berdarah
c) Gigi : gigi lengkap, gigi bersih
d) Lidah : bersih
e) Tonsil : normal
7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : baik/normal,
Palpasi :tidak ada pembesaran kelenjar limfe
8) Thorax
a) Inspeksi
Bentuk :simetris
Gerakan dada :bebas
Payudara : asimetris
√Nyeri pada payudara kanan
√Luka, Lokasi payudara kanan
Luas: 15cm
Warna: kemerahan
Pus : terdapat cairan yang merembes pada kain penutup luka
b) Palpasi
Pengembangan dada : simetris
Vibrasi tactile premitus : simetris
Nyeri tekan: tidak ada
c) Perkusi
Suara paru : Sonor/resonan
d) Auskultasi
Suara paru : vesikuler/normal
Suara jantung : Regular
9) Abdomen
a) Inspeksi
Pemeriksaan : tidak ada distensi abdomen
Luka :tidak ada
b) Auskultasi
Peristaltik usus :12x/mnt
c) Palpasi :tidak teraba hepatomegali, apendiksitis, distensi
abdomen, ascites, massa, nyeri tekan,
d) Perkusi :tympani
10) Genetalia
a) Keadaan :Bersih,
b) Letak Uretra : Normal
c) Prosedur invasife : Tidak ada
11) Anus
Keadaan: -
Data lainnya (tidak terkaji)
12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas: pergerakan bebas, CRT <2 detik
Terpasang infuse NaCL 20 tpm pada tangan kiri Commented [AP12]: ada benjolan pada kelenjar limfe
axila?
b) Ektremitas Bawah: pergerakan bebas, CRT <2 detik
c) KekuatanOtot
555 555
555 555
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium Commented [AP13]: Yang abnormal di bold
Darah Lengkap
3 Jumat, 25 oktober 7.58 4.00-10.00
- Leukosit
2019 pukul 10.00 5.92 2.50-7.50
- Neu#
1.19 1.00-4.00
- Lym#
0.39 0.10-1.20
- Mon#
0.06 0.00-0.50
- Eos#
0.02 0.00-0.10
- Bas#
78.1 47.0-80.0
- Neu%
15.7 13.0-40.0
- Lym%
5.1 2.0-11.0
- Mon%
0.9 0.5-5.0
- Eos%
0.2 0.0-2.0
- Bas%
3.93 3.50-5.50
- Eritrosit
10.8 11.0-16.0
- Hemoglobin
32.5 37.0-48.0
- Hematokrit
82.7 80.0-100.0
- MCV
27.5 27.0-34.0
- MCH
33.2 32.0-36.0
- MCHC
12.3 11.0-16.0
- RDW-CV
37.3 35.0-56.0
- RDW-SD
149 150-450
- Trombosit
8.9 6.5-12.0
- MPV
0.132 0.108-0.282
- PCT
16.4 9.0-17.0
- PDW
2. DATA FOKUS
3. ANALISA DATA
5. ANALISA MASALAH
a. P : Nyeri akut
E : Trauma jaringan sekunder akibat proses pembedahan
S : Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara kanan dengan skala 5 dari 0-10
skala yang diberikan, pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tersayat-sayat,
pasien mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika bergerak, pasien mengatakan
nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak
meringis kesakitan
Proses Terjadinya : Nyeri timbul dari kerusakan jaringan yang dipersepsikan dari
kemampuan sistem saraf untuk mengubah stimulus rangsangan
menjadi potensial aksi
Akibat Bila Tidak Ditangani : dapat mengganggu aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat proses pembedahan
ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara kanan dengan skala 5
dari 0-10 skala yang diberikan, pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tersayat-
sayat, pasien mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika bergerak, pasien mengatakan
nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak meringis
kesakitan
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan salah satu organ tubuh yang
menunjang penampilan ditandai dengan klien mengatakan malu dengan keadaan
dirinya, Pasien tampak dengan sengaja menyembunyikan bagian tubuh yang hilang,
pasien tampak malu menunjukkan luka bekas operasinya.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive dan luka bekas operasi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Prioritas masalah keperawatan, yaitu :
1. Nyeri akut
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko infeksi
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. WS
DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMY)
DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019
Pukul 09.00 Dx. III Melakukan perawatan luka DS : Pasien mengatakan penutup luka bekas
WITA operasinya kotor
DO : pasien tampak meringis, tampak adanya
balutan pada luka bekas operasi, penutup
luka bekas operasi pasien tampak kotor,
panjang luka pasien ± 15 cm, luka tampak
berwarna kemerahan, luka pasien tampak
tertutup perban dan hypafix, terdapat cairan
yang merembes pada kain penutup luka,
Pukul 10.00 Dx. I Memberikan posisi semi fowler DS : pasien mengatakan nyaman
WITA DO : pasien tampak nyaman dengan posisi yang
diberikan
Pukul 11.00 Dx. III Mengajarkan pasien dan keluarga cara DS : pasien dan kelurga mengatakan tidak
WITA perawatan luka mengetahui cara perawatan luka yang
benar.
DO : keluarga pasien tampak kebingungan saat
diajarkan cara perawatan luka yang baik
dan benar.
Pukul 11.15 Dx. I Mengobservasi skala nyeri pasien DS : Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara
WITA kanan dengan skala 5 dari 0-10 skala yang
diberikan, pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti tersayat-sayat, pasien
mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika
bergerak, pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul.
DO : pasien tampak meringis
Pukul 12. 00 Dx. III Mengobservasi tanda dan gejala infeksi DS : Pasien mengatakan penutup luka bekas
WITA operasinya kotor
DO : Tampak adanya balutan pada luka bekas
operasi, penutup luka bekas operasi pasien
tampak kotor, panjang luka pasien ± 15 cm,
luka tampak berwarna kemerahan, luka
pasien tampak tertutup perban dan hypafix,
terdapat cairan yang merembes pada kain
penutup luka, Pasien tampak terpasang
drainage
Pukul 14. 00 Dx. II Mengkaji secara verbal dan non verbal respon DS : pasien mengatakan malu dengan keadaan
WITA klien terhadap tubuhnya tubuhnya
DO : pasien tampak dengan sengaja
menyembunyikan bagian tubuh yang hilang,
pasien tampak malu menunjukkan luka
bekas operasinya.
Pukul 15.00 Dx. II Mendorong klien untuk mengekspresikan DS : pasien mengatakan malu dengan keadaan
perasaannya tubuhnya
DO : pasien tampak sedih saat menceritakan
penyakitnya
Pukul 16. 00 Dx. I, III Delegatif dalam pemberian analgetik DS : pasien mengatakan nyeri pada payudara
WITA (keterorak 1 ampul ) dan analgetik kanan
Ceftriaxone 2 gram. DO : Pasien tampak tenang saat diberikan obat
melalui IV preset.
Pukul 18. 00 Dx. I Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi DS : Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara
WITA kanan dengan skala 5 dari 0-10 skala yang
diberikan, pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti tersayat-sayat, pasien
mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika
bergerak, pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul.
DO : pasien tampak mengikuti perintah, pasien
tampak mengerti dengan teknik distraksi
dan relaksasi yang diberikan
Pukul 21.00 Dx. II Menjelaskan pada pasien dan keluarga DS : pasien mengatakan takut jika penyakitnya
WITA perawatan dan pengobatan yang diberikan muncul kembali
DO : pasien tampak mengerti akan penjelasan
yang diberikan mengenai perawatan dan
pengobata yang diberikan.
Pukul 23.00 Dx. I, III Delegatif dalam pemberian DS : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
WITA analgetik(keterorak 1 ampul ) dan analgetik operasi di payudara kanannya sedikit
Ceftriaxone 2 gram. berkurang, pasien mengatakan skala nyerinya
4 dari 0 – 10 skala yang diberikan
DO : pasien tampak meringis
Selasa , 29 Dx. I, III Mengobservasi tanda-tanda vital DS : pasien mengatakan tidak dapat tidur karna
Oktober 2019 nyeri yang dirasakan, pasien mengatakan
Pukul 07.00 skala nyerinya masih 4 dari 0 – 10 skala yang
WITA diberikan
DO : tanda –tanda vital pasien :
TD : 110/70 mmHg, N : 85 x/menit,
Suhu : 360C, RR : 20 x/menit
Pukul 08.00 Dx. I,III Delegatif dalam pemberian DS : pasien mengatakan nyeri pada luka
WITA analgetik(keterorak 1 ampul ) dan analgetik operasinya sudah berkurang, pasien
Ceftriaxone 2 gram. mengatakan skala nyeri yang dirasakan 4 dari
0-10 skala yang diberikan.
DO : pasien tampak tenang saat diberikan obat
melalui IV perset.
Pukul 09.00 Dx. III Mengobservasi tanda dan gejala infeksi DS : pasien mengatakan nyeri pada lukanya sudah
WITA bekurang
DO : Tampak adanya balutan pada luka bekas
operasi, penutup luka bekas operasi pasien
tampak bersih, panjang luka pasien ± 15 cm,
luka tampak berwarna kemerahan, luka
pasien tampak tertutup perban dan hypafix,
tampak tidak ada cairan yang merembes pada
kain penutup luka, Pasien tampak terpasang
drainage,
Pukul 10.00 Dx. III Melakukan perawatan luka DS : pasien mengatakan nyeri pada lukanyaa
WITA sudah berkurang
DO : pasien tampak meringis saat dilakukan
perawatan luka, luka pasien tampak bersih,
panjang luka pasien ± 15 cm, luka tampak
berwarna kemerahan, luka pasien tampak
tertutup perban dan hypafix, tidak ada cairan
yang merembes dari luka pasien.
Pukul 11. 00 Dx. III Mengajarkan pasien dan keluarga cara DS : pasien dan keluarga mengatakan masih
WITA perawatan luka kebingungan cara merawat luka yang benar
DO : pasien dan keluarga tampak antusias
memperhatikan perawat mendemonstrasikan
cara merawat luka yang benar.
Pukul 12.00 Dx. II Mengkaji secara verbal dan non verbal DS : Pasien mengatakan masih sedikit malu jika
WITA respon klien terhadap tubuhnya bertemu orang banyak dan menanyakan
keadaannya.
DO : Pasien tampak sudah mulai bisa menerima
keadaan tubuhnya
Pukul 13. 00 Dx. II Mendorong klien untuk mengekspresikan DS : pasien mengatakan jika merasa sedih dirinya
WITA perasaannya mengukapkan kesedihannya dengan bercerita
dengan suaminya
DO : pasien tampak sudah dapat berinteraksi
dengan keluarga. Pasien tampak lebih tenang
saat menceritakan penyakitnya.
Pukul 15.00 Dx. I Mengobservasi skala nyeri pasien DS : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
WITA operasinya sudah berkurang
DO : pasien tampak tidak meringis lagi
Pukul 16.00 Dx. I,III Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien mengaku lemas.
WITA DO : tanda- tanda vital pasien :
TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit,
Suhu : 36,5 0 C, RR : 20 x/menit.
Pukul 18. 00 Dx. I Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi DS : Pasien mengatakan setelah mempraktikkan
WITA teknik distraksi dan relaksasi yang diajarnya
nyeri pada luka bekas operasinya berkurang,
skala nyeri yang dirasakan 3 dari 0 – 10
skala yang diberikan
DO : Pasien tampak mempraktikkan teknik
distraksi dan relaksasi yang nsudah diajarkan.
Pukul 20.00 Dx. II Menjelaskan pada pasien dan keluarga DS : Pasien mengatakan takut jika penyakitnya
WITA perawatan dan pengobatan yang diberikan muncul kembali
DO : pasien dan keluarga tampak paham dengan
penjelasan yang diberikan perawat
mengenai perawatan payudara
2. Selasa,
r 29 Gangguan citra tubuh S : pasien mengatakan jika
Oktober 2019 berhubungan dengan merasa sedih dirinya
Pukul 08. 00 kehilangan salah satu organ mengukapkan
WITA tubuh yang menunjang kesedihannya dengan
penampilan ditandai dengan bercerita dengan
klien mengatakan malu suaminya
dengan keadaan dirinya, O : pasien tampak sudah
Pasien tampak dengan dapat berinteraksi
sengaja menyembunyikan dengan keluarga.
bagian tubuh yang hilang, Pasien tampak lebih
pasien tampak malu tenang saat
menunjukkan luka bekas menceritakan
operasinya. penyakitnya
A : Masalah 1,2 tercapai,
masalah 3 belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi 3
Dalam bab ini dibahas tentang kesenjangan konsep teori yang ada dengan
pernyataan yang telah terjadi dalam kasus, kesenjangan yang terjadi dan solusi serta
pemecahan yang diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan
asuhan keperawatan pada klien Ny.WS dengan post operasi MRM (Modified
Radikal Mastectomy) di ruang Astina RSUD. Sanjiwani Gianyar pada tanggal 28 –
31 Oktober 2019. Pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaann, evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan
dilaksanakan pada klien Ny. WS melalui beberapa tekhnik yaitu, observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi ( rekam medis). Menurut
Martin dan Griffin (2014), manifestasi klinis pada ca mammae yaitu adanya
massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan pada puting,
kemerahan pada payudara, payudara terasa retraksi. Pada saat melakukan
pengkajian, pasien mengatakan menderita kanker payudara dari 1 tahun lalu.
Pasien awal mengetahui ketika merasa payudara nya memadat seperti buah
apel, rasa sakit pada payudara, kemerahan pada payudara, kemudian pasien
pergi memeriksakannya ke dokter.
Berdasarkan tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan penunjang yang
ada, kemudian dokter mendiagnosa Ny. WS dengan diagnosa medis ca
mammae dan dilakukan tindakan pembedahan MRM (Modified Radikal
Mastectomy) pada tanggal 28 Oktober 2019. Pada saat pengkajian penulis
hanya mendokumentasikan pemeriksaan penunjang berupa hasil faal
hemostatis, darah lengkap dan kimia klinik, ini merupakan kekurangan penulis
saat melakukan pengkajian.
Menurut Martin dan Griffin (2014) mastektomi adalah pembedahan
yang dilakukan untuk mengangkat payudara. Tindakan pembedahan yang
dilakukan oleh pasien Ny. WS adalah MRM (Modified Radikal Mastectomy)
dimana melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit
yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan
minor diangkat, vena aksila dipotong, dalam pembedahan kulit yang tipis
ditinggalkan.
Setelah dilakukan tindakan ini dapat menimbulkan berbagai masalah
keperawatan diantaranya nyeri. International Association for the Study of Pain
menyatakan bahwa nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
digambarkan dengan istilah kerusakan. Pada saat pengkajian pasien Ny. WS
mengeluh nyeri pada bagian luka post operasi (payudara kanan) dengan skala
5 dari 0-10 skala yang diberikan. Pasien tampak meringis menahan nyeri dan
memegang daerah post operasi, tampak adanya cairan yang merembes pada
balutan post operasi. Pasien tampak terpasang surgical drain.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada perencanaan terdiri dari diagnosa keperawatan. Untuk prioritas
diagnosa ditulis berdasarkan masalah utama pada asuhan keperawatan
Ny.WS yang menjadi prioritas utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik (Modified Radikal Mastectomy). Penyusunan rencana
keperawatan meliputi langkah-langkah menentukan tujuan yang mengacu
pada masalah dan tujuan khusus yang mengacu pada penyebab, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana intervensi serta membuat rasional atas
intervensi yang dilakukan. Perencanaan dilakukan dengan tujuan pasien
mampu mengontrol rasa nyeri, pasien tidak merasa malu (body image positif),
pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
B. Saran
Dengan adanya uraian di atas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningatkan
kualitaspelayanan kesehatan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP)
di berbagai rumah sakit.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan
asuhan keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
berkualitas dan professional, guna terciptanya perawat-perawat yang
professional, terampil, cekatan dan handal dalam memberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, N.S. (2013). Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.