Anda di halaman 1dari 70

KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.WS DENGAN CARSINOMA MAMMAE Commented [AP1]: Pasien post op?

DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR


PADA TANGGAL 28 – 31 OKTOBER 2019

KELOMPOK XVII
KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.WS DENGAN CARSINOMA MAMMAE
DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 31 OKTOBER 2019

1. Diva Pradesa (19J10182)


2. Ni Made Bintang Windy Lestari (19J10178)
3. Kadek Dwi Ananda Sarasmita (19J10183)
4. Ni Luh Putu Mega Kartika Candra (19J10088)
5. Ni Wayan Yatik Marlinda (19J10116)
6. Luh Putu Emma Fitriantini (19J10136)
7. Ni Putu Mega Novi Andani (19J10143)
8. I Gusti Ayu Nopiani (19J10149)
9. Putu Meranggi Nadia Wulandari (19J10146)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI
DENPASAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,

Pembimbing Ruangan Mahasiswa Commented [AP2]: Mahasiswa dihilangkan karena kasus


seminar
Ruang Astina RSU Sanjiwani Gianyar Dosen dan CI dibuat sejajar

Ns. Putu Ardiani, S.Kep.


NIP. 19750115 1994 022001

Pembimbing Akademik
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

Ns. Anselmus Aristho Parut, S.Kep., M.Ked.Trop.


NIDN. 0721048903
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan kasus seminar tentang
“Carsinoma Mammae.” Dalam penyusunan kasus seminar ini, penulis banyak
mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga kasus ini
bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian kasus seminar ini penulis telah berusaha sesuai dengan
kemampuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kasus ini masih dapat dikatakan
jauh dari sempurna, baik dalam penulisan maupun penyajian dan masih
membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Maka dari itu dengan hati terbuka
penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstuktif untuk kesempurnaan
skripsi ini.

Gianyar, 14 November 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................ i


HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 0
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 0
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 0
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 0
A. Konsep Dasar Teori Carsinoma Mammae ......................... 0
1. Pengertian ........................................................................ 0
2. Etiologi ............................................................................ 0
3. Tanda dan Gejala ............................................................. 0
4. Patofisiologi ..................................................................... 0
5. Klasifikasi ........................................................................ 0
6. Pemeriksaan Penunjang ................................................... 0
7. Penatalaksanaan ............................................................... 0
8. Komplikasi ...................................................................... 0
9. Skrining ........................................................................... 0
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .................................. 0
1. Pengkajian ....................................................................... 0
2. Diagnosa Keperawatan .................................................... 0
3. Intervensi Keperawatan ................................................... 0
4. Implementasi Keperawatan ............................................. 0
5. Evaluasi ........................................................................... 0
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................... 0
A. Pengkajian ............................................................................. 0
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 0
C. Intervensi Keperawatan ......................................................... 0
D. Implementasi Keperawatan ................................................... 0
E. Evaluasi .................................................................................. 0
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 0

BAB V PENUTUP .................................................................................. 0


A. Simpulan ................................................................................ 0
B. Saran ...................................................................................... 0
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2
juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for
Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat
14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh
dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya antara lain
disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara
(Kemenkes RI, 2015).
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan
pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat
merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari
asalnya yang disebut metastasis. Kanker hingga saat ini menjadi masalah
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Jenis kanker yang banyak diderita dan
ditakuti oleh perempuan adalah kanker payudara. Pada umumnya kanker
payudara menyerang kaum wanita, kemungkinan menyerang kaum laki-laki
sangat kecil yaitu 1: 1000 (Mulyani, 2013) dalam (Briliana, Arafah &
Notobroto, 2017)
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on
Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus
baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker
payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan
persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar
43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara
merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi
akibat kanker.
Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization
(WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia
adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809
kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker kedua yang
paling banyak terjadi di Indonesia sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total
kasus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) menyatakan, angka
kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk.
Rata-rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per 100 ribu
penduduk. Sementara itu, angka kanker serviks di Indonesia mencapai 23,4
orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker serviks
mencapai 13,9 orang per 100 ribu penduduk. Berdasarkan data Kemenkes RI
(2015) sebanyak 1.233 orang menderita kanker payudara di provinsi Bali pada
Tahun 2013, sedangkan di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar
rata-rata jumlah kunjungan pasien kanker payudara pada bulan Agustus-
Oktober 2019 adalah sekitar 336 orang.
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun,riwayat keluarga
dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)),
riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama,
LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun)
atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak
dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi
dinding dada, faktor lingkungan. Prevensi dan deteksi dini pencegahan
(primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara. Pencegahan primer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat
erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan
primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui
faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan
berusaha menghindarinya. Prevensi primer agar tidak terjadi kanker payudara
saat ini memang masih sulit, yang bisa dilakukan adalah dengan meniadakan
atau memperhatikan beberapa faktor risiko yang erat kaitannya dengan
peningkatan insiden kanker payudara seperti berikut: (level -3). Pencegahan
sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker
payudara adalah pemeriksaan atau usahauntuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang
tidak me mepunyai keluhan. Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan
angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka kematian. Pencegahan
sekunder merupakan primadona dalam penanganan kanker secara keseluruhan.
Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok
orang yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining
ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan
menjadi efektif; dengan demikian akan menurunkan kemungkinan
kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup (level -
3). Beberapa tindakan untuk skrining adalah: 1. Periksa Payudara Sendiri
(SADARI) 2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS) 3. Mammografi Skrining
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Briliana, Arafah &
Notobroto (2017) mayoritas ibu rumah tangga tidak mendapatkan dukungan
dari penyedia layanan kesehatan. Faktor yang berhubungan dengan perilaku
ibu rumah tangga dalam melakukan SADARI antara lain sikap, aksesibilitas
informasi dan dukungan penyedia layanan kesehatan. Ibu rumah tangga yang
bersikap kurang dan cukup baik cenderung untuk sering melakukan SADARI.
Ibu rumah tangga yang tidak mendapatkan informasi dari tenaga informan
cenderung untuk tidak melakukan SADARI dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang mendapatkan informasi dari tenaga informan. Ibu rumah tangga
yang sulit mengakses informasi memiliki cenderung untuk tidak melakukan
SADARI dan ibu rumah tangga yang tidak mendapatkan dukungan dari
penyedia layanan kesehatan cenderung untuk tidak melakukan SADARI. Oleh
sebab itu penulis tertarik untuk melakukan eksplorasi lebih mendalam pada
klien dengan kanker payudara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis mengangkat
permasalahan yaitu : “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan
kanker payudara?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
kanker payudara.
c. Mengetahui rencana keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
d. Mengetahui tindakan keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.
e. Mengetahui evaluasi keperawatan pada klien dengan kanker
payudara.

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Menambah informasi dan wawasan tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
b. Mendapatkan pengalaman dan mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2. Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit kanker
payudara.
3. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam upaya mengembangkan ilmu keperawatan
dan sebagai suatu pendekatan pelayanan pada setiap tindakan yang akan
dilakukan pada klien.

4. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan


Dapat digunakan sebagai bahan acuan, gambaran dan masukan untuk
penulis selanjutnya, sehingga kekurangan dari penulis sebelumnya tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Carsinoma Mammae


1. Pengertian
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan
dalam pertumbuhan selnormal mammae dimana sel abnormal timbul dari
sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan
pembuluh darah (Nurarif, 2015).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang
dari selsel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu
kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu
yaitu saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker
payudara tumbuh dan berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di
dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah (Putra, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara
yang tidak normal. Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat dan
tidak terkendali serta dapat tumbuh lebih lanjut menyebar ke bagian tubuh
lainnya.

2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA (2015) penyebab
kanker payudara belum dapat ditentukan tetapi terdapat beberapa faktor
genetik. Kanker payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan
kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan sel menjadi massa.
Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan
kanker payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang
dapat diubah dan faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut
sebagai berikut.
a. Faktor risiko yang dapat diubah
1) Obesitas
Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan
lemak dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan
sumber utama estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih
banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan
risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam
insulin darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth
factors (IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat
meningkatkan risiko kanker payudara.
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat
mempengaruhi organ – organ tubuh. Menurut penelitian WHO
menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560 oranng
di seluruh dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat
kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat
pemicu kanker).
4) Stress
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres
pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya
tahan tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan
pembakaran asap tembakau. Zat karsinogen dapat memicu
tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes, 2015).
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada
dua gen yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium
yaitu gen BRCA1 (Brest Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2
(Brest Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai
5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga
kanker payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki
salah satu atau kedua gen BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena
kanker payudara akan meningkat, BRCA1 berisiko lebih tinggi
kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara sedangkan
BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2) Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker
payudara, tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara.
Hal ini disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormon
estrogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel
kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak,
bukan kelenjar seperti perempuan.
3) Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker
payudara. presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu,
dari usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%,
usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia
50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69
tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua
usia seseorang kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin
tinggi karena kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan
kemampuan untuk beregenerasi sel menurun.
4) Riwayat kehamilan
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko
kanker payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada
usia remaja bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel
payudara yang imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang
abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami kematuran sel
pada payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.
5) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum
umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi
terkena kanker payudara. Risiko yang sama juga dimiliki
perempuan yang menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah
wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak
terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat
hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
6) Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari
satu tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara.
Selama menyusui, sel payudara menjadi lebih matang (matur).
Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal ini
akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh
sehingga menurunkan risiko kanker payudara.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya
massa tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau
terfiksasi pada kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki
batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya
rabas pada puting atau terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan
pada kulit, payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila.
Pasien yang menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan
nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun
menunjukan adanya metastase (Nurarif, 2015).
4. Patofisiologi
Sel-sel kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang rumit
yang dinamakan dengan transformasi yang meliputi beberapa tahapan yaitu
tahap inissiasi, promosi dan metastasis (Pazdur et al, 2011) dalam (Weny
Amelia, 2017):
a. Fase inisiasi
Pada tahap ini terjadi suatu perubahan bahan genetik sel yang dapat
mengakibatkan sel menjadi ganas, perubahan ini disebabkan oleh
suatu gen yang dinamakan karsinogen yang berupa bahan kimia,
virus, radiasi, sinar matahari, dan kepekaan terhadap suatu
karsinoma yang tidak ada pada semua sel, kecuali jika terdapat
kelaianan genetik dalam sel yang biasanya disebut dengan promotor
yang menyebabkan sel tersebut rentan terhadap suatu karsinogen.
Pasien yang sakit menahun juga akan dapat terjadi kepekaan sel
terhadap karsinogen, begitu juga dengan hormone progesterone
dapat menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara.
b. Fase promosi
Pada tahap ini sel yang sudah mengalami inisiasi, maka akan
berubah menjadi ganas. Jika sel tersebut belum melalui tahap inisiasi
maka tidak akan terpengaruh oleh fase promosi. Dalam situasi ini
sangat diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(beberapa gabungan sel yang peka dan suatu karsinogen).
c. Fase metastase
Pada tahap ini, terjadinya metastasis sampai ke tulang adalah hal
yang sangat sering terjadi pada kanker payudara, dan sebagian
diantaranya terdapat komplikasi lain seperti, simtoma
hiperklasemia. Sifat dari metastasis ini adalah osteolitik yang berarti
bahwa osteoklas dari hasil induksi sel kanker merupakan mediator
osteolisis dan dapat mempengaruhi diferensiasi ativitas osteoblast
dan osteoklas lain hingga terjadi peningkatan resorpsi tulang.
Web of Causation (WOC)
 Peningkatan aktivitas estrogen abnormal
 Genetik

Sel-sel kanker dibentuk


transformasi,inisiasi

Terbentuk benjolan

Carsinoma Mammae
Gangguan
Kerusakan Citra Tubuh
Pre Operasi Persiapan Kurang Integumen permukaan
operasi pengetahuan Post Operasi
kulit
Kerusakan
Mendesak jaringan Ansietas Ansietas integritas kulit
di sekitar mamae
Penyempitan B2 B3 B5 B6
B1
pembuluh darah Port de entry kuman
Reflek batuk dan telan menurun Luka insisi jaringan Efek anastesi
Trauma jaringan Efek anastesi
Peningkatan
Resiko infeksi (luka Trauma dinding Pelepasan mediator Pusing
sensitivitas nyeri Akumulasi secret meningkat Kelemah-
post operasi) pembuluh darah kimia (serotonin
Mual, muntah an fisik
Korteks cerebri Penurunan proses histamin)
Ketidakefektifan Penurunan suplai
bersihan difusi O2 di Berikatan dengan Resiko
Sesak O2 Jaringan Anorexia
jalan nafas alveoli reseptor nyeri IP3 defisit
Nyeri nervosa
perawatan
Ketidak- Peningkatan diri
Gangguan Gangguan Resiko nutrisi
efektifan pola
pertukaran gas nafas tidak perfusi jaringan sensitivitas nyeri kurang dari Resiko
efektif kebutuhan kekurang-
Nyeri tubuh an volume
cairan
5. Klasifikasi
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut (Putra, 2015).
a. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus, kelenjar
yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya disebut
dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum menyebar ke
bagian luar jaringan kantong susu.
b. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan di
sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong susu dan
menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti ke
jaringan kelenjar limfe.
c. Paget’s disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola dan
puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan.
Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai dengan massa.

Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National


Cancer Institute- Surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam
NANDA, 2015).
a. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening
region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup 99%
selama 5 tahun kedepan.
b. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar
getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup 92%
selama 5 tahun kedepan.
c. Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat
berpindahpindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup
82% selama 5 tahun kedepan.
d. Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat
berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.
e. Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah bening
melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.
f. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan, juga
terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast
cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup 44%
selama 5 tahun kedepan.
g. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,
atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5 tahun
kedepan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Nurarif, 2015).
a. Scan (MRI, CT).
Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.
b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum
kanker dapat dipalpasi.
d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer
Susceptibility Gene).
e. USG (Ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

7. Penatalaksanaan
a. Mastektomi
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:
1) Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.
Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae
internal.

2) Mastektomi radikal (haisted klasik)


Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan
minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis
ditinggalkan.
3) Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,
vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
4) Mastektomi sederhana
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.
Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi
radikal.
5) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan
kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,
memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
7) Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah
payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan
jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon
disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.
b. Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek
kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai
akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan
lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).
d. Terapi hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok
kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra,
2015).
e. Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorbsi
tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh
ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan
evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.
Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek
samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium lanjut
atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk menjadi
kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk menjamin aliran balik
limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat karena nodus eksilaris dan
sistem limfe diangkat.
9. Skrining
Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang atau
kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining juga ditujukan
untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif
dengan demikian menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.
Tindakan untuk skrining antara lain sebagai berikut:
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan terhadap kondisi
payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus
untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada payudara. SADARI dilakukan setiap
bulan sekitar 7-10 hari setelah mentruasi (Putra, 2015).
b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional
dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri biasanya dilakukan setiap
setahun sekali. Pemeriksaan SADANIS sangat penting untuk umur 40 tahun lebih
saat risiko kanker payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia 20-30an
tahun di anjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan ini disamping tenaga
kesehatan menguatkan SADARI (Martin dan Griffin, 2014).
c. Termografi (clinical infrared imaging)
Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan mencatat perubahan
suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal inframerah digital digunakan
dalam skrining kanker payudara, menggunakan kamera termal inframerah untuk
memotret area suhu yang berbeda di sekitar payudara. Area payudara yang
terkena kanker biasanya memiliki suhu lebih tinggi yang akan terdeteksi melalui
prosedur termografi.
d. Mammografi
Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang menggunakan sinar
X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari 90% kanker payudara dapat
terdeteksi dengan mammografi tetapi hanya 20% sampai 50% lesi pada payudara
hanya dapat terdeteksi oleh mammografi. Mammografi lebih dini menemukan
kanker yang lebih kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan
lebih sedikit metastase ke nodus limfe ( dan Griffin, 2014). Skrining mammografi
dianjurkan untuk perempuan berusia 40 tahun dengan resiko standar dan untuk
wanita yang berisiko tinggi dapat dilakukan pada umur 25 tahun.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar pasien
dan membantu pasien untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Proses keperawatan
mencakup tahap-tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi, evaluasi dan dokumentasi (Martin dan Griffin, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk mengumpulkan data pasien secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas pasien, dan validasi status kesehatan pasien. Pengkajian
bertujuan untuk menegaskan drajat kesehatan atau kesakitan pasien dan untuk
mendiagnosa kemungkinan masalah (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa lama
muncul massa, penebalan massa atau gejala kanker lain dan apakah telah mengalami
perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara, rabas dari puting, adanya ruam,
atau eksem pada puting, riwayat trauma pada payudara, dan riwayat keluarga memiliki
penyakit kanker (Martin dan Griffin, 2014). Pengkajian dalam proses keperawatan
meliputi:
d. Anamnesis
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara
langsung antara perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua
ungkapan perasaan yang dirasakan pasien atau orang lain yang berkepentingan
termasuk keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien.
Data yang mencakup wawancara meliputi:
1) Identitas pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, jam
masuk rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk rumah
sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama pada pasien dengan kanker
payudara dapat nerupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di
payudara, keluar cairan pada puting, kemerahan pada payudara, payudara
terasa restraksi.
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum
terjadinya keluhan utaman sampai terjadi keluhan utama dan hingga
pada saat pengkajian. Riwayat kanker payudara dari tanda gejala munjul,
penetapan biopsi, keluhan yang paling dirasakan hingga penanganan
yang sudah diberikan untuk menangani keluhan tersebut.
b) Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita
oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.
c) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota kelurga
pasien yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV,
hepatits B, penyakit kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki
riwayat kanker payudara.
d) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Prilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas atau
prilaku sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan
pasien, seperti peminum alkohol atau tidak, merokok atau tidak,
ketergantungan obat-obatan atau tidak, dan bagaimana dengan aktivitas
berolahraga.
Commented [AP3]: spasi

4) Data pisikososial
Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki pasien,
persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui apakah terjadi
gangguan konsep diri pada pasien.
5) Personal hygiene
Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,
keramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.
6) Pengkajian spiritual
Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah
selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan guna
untuk mencari ketenangan hidupnya.
e. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat kondisi
pasien maupun lingkungan sekitar pasien atau respon pasien dengan penyakit
kanker, biasanya terdapat nyeri sehingga respon pasien terlihat meringis menahan
nyeri.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan
menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki
untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu sistem.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi dan
perkusi. Pemeriksaan fisik meliputi: Keadaan umum berupa keadaan kesadaran
pasien, apakah pasien dalam keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma.
Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif dari keadaan
pasien, pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah
denyut nadi.
Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah
,warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, lapang pandang
penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi,
keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid,
kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi karotis.
Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi
kulit seperti kemerahan, papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak oedem,
dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian
payudara). Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan pengkajian luka meliputi
jenis luka, panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil
(biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara
simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu pernafasan dan
lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal premitus), perkusi
(melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi (penilaian suara nafas,
suara uacapan suara).
Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi melihat
bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan palpasi
menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jangtung, auskultasi
mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung tambahan ada atau tidak. Cantumkan
juga apakah pasien menggunakan alat bantu pernapasan.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen, ada
atau tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh darah), auskultasi (bising
usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak massa,
ada atau tidak pembesaran limfe dan line serta ada atau tidak nyeri tekan) dan
perkusi (penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika
abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes).
Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan bagian-
bagian genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia,
kemempuan berkemih, intake dan output cairan serta menghitung belance cairan.
Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot,
kelainan pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas. Pemeriksaan
integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban, turgor kulit,
apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit serta berapa hasil penilaian resiko
dekubitus. Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and score
(GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal dan motorik, pemeriksaan
ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif, orientasi (tempat, waktu dan
orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu dan sentuhan), pemeriksaan syaraf otak
(NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan ferleks fisiologis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai
keadaan kesehatan pada individu atau kelompok (Martin dan Griffin, 2014). Diagnosa
keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat mengumpulkan data-data
untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam
diagnosa medis. Setelah melakukan pengkajian keperawatan dan timbul diagnosa
yang tepat. Menurut Martin dan Griffin (2014), diagnosa keperawatan pada pasien
kanker payudara meliputi: defisiensi pengetahuan berhubugan dengan tes yang
dilakukan dan penanganan yang dipilih, gangguan citra tubuh berhubungan dengan
kemungkinan kehilangan bagian tubuh atau fungsi tubuh, gangguan harga diri
berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau feminitas, kecemasan
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, nyeri berhubungan dengan
insisi bedah pascaoperasi, ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang
berpengaruh pada aktivitas, gangguan proses keluarga berhubungan dengan dampak
penyakit pada keluarga dan perubahan pola seksualitas berhubungan dengan
ketakutan akan penolakan dari pasangan.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker
payudara yaitu:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada, hambatan
upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas).
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke
jaringan.
4) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(penekanan massa kanker).
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
6) Gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh.
7) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
8) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
10) Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan penilaian
klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan hasil
klien/pasien (NANDA, 2015). Membuat intervensi keperawatan membutuhkan
keterampilan meliputi, penetapan prioritas, penetapan tujuan klien (dalam prilaku
yang dapat diukur) dan kriteria hasil serta menetukan tindakan keperawatan (Martin
dan Griffin, 2014).
Membuat prioritas masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
dirumuskan sebelumnya karena tidak semua diagnosa keperawatan diselesaikan
secara bersama. Menentukaan tujuan, tujuan ada dua yaitu tujuan jangka panjang
untuk mengatasi masalah secara umum dan tujuan jangka pendek untuk mengatasi
etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan mencakup SMART
yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable
(dapat dicapai bersma pasien), realistic (dapat dicapai dan nyata), dan timing (harus
ada target waktu).

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi


(SDKI) Kriteria Hasil (SIKI)
(NOC)
1 Pola nafas tidak efektif Tujuan: Manajemen pernafasan
berhubungan dengan Pola nafas menjadi dan pemantauan respirasi
deformitas dinding dada, efektif 1. Monitor pola nafas
hambatan upaya nafas. (frekuensi, kedalaman,
Ditandai dengan: Kriteria hasil: usaha nafas)
Mayor RR dalam batas 2. Monitor saturasi
DS: normal (16 – oksigen
Pasien mengatakan sesak 24x/menit), jalan 3. Posisikan semi fowler
nafas DO: nafas paten, suara atau fowler Berikan
- Penggunaan otot bantu nafas vasikuler, pola oksigen
pernafasan nafas normal, irama
- Fase ekspirasi terlihat nafas reguler, tidak
memanjang ada suara nafas
- Pola nafas abnormal tambahan
(hiperventilasi)
Minor
DS:
Pasien mengatakan sesak pada
posisi tidur saja
DO:
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter toraks anterior dan
posterior meningkat
2 Nyeri akut berhubungan Tujuan: Manajemen nyeri
dengan agen cedera fisiologi. Nyeri hilang atau 1. Identifikasi lokasi,
Ditandai dengan: nyeri berkurang karakteristik, durasi,
Mayor frekuensi, kualitas,
DS: Kriteria hasil: intensitas nyeri
- Pasien mengeluh nyeri - Skala nyeri 2. Identifikasi respon
- Pasien mengatakan sulit berkurang (skala nyeri non verbal
tidur DO: nyeri 2-3)
- Terlihat meringis - Klien mampu 3. Berikan analgesik
- Bersikap protektif (mis. mengontrol nyeri sesuai terapi
waspada, posisi menghindari dengan manajemen 4. Ajarkan teknik non-
nyeri) nyeri non farmakologis untuk
- Gelisah farmakologi mengurangi nyeri
- Frekuensi nadi meningkat - Klien mampu
Minor menyatakan
DO: nyaman setelah
- Tekanan darah meningkat nyeri berkurang
- Pola nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri

3 Defisit nutrisi berhubungan Tujuan: Manajemen nutrisi


dengan ketidakmampuan Nutrisi terpenuhi 1. Identifikasi status
mengabsorbsi nutrien ke nutrisi
jaringan. Kriteria hasil: 2. Monitor asupan
Ditandai dengan: - Tidak terjadi makanan
Mayor penurunan berat 3. Monitor berat badan
DS: badan 4. Monitor hasil
- Pasien mengatakan BB turun - Adanya pemeriksaan
DO: peningkatan berat laboratorium
- Berat badan turun minimal badan 5. Berikan medikasi
- 10% dibawah rentang - Tidak ada mual sebelum atau sesudah
normal Minor dan muntah makan
DS: - Mampu
- Pasien mengatakan cepat menghabiskan
kenyang porsi makannya
- Pssien mengatakan nafsu
makan menurun
- Pasien mengatakan mual
muntah
DO:
- Membran mukosa pucat
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
4 Gangguan integritas Tujuan:
kulit/jaringan berhubungan Integritas kulit Perawatan luka
dengan faktor mekanik membaik 1. Monnitor karakteristik
(penekanan massa kanker). luka (mis. drainase,
Ditandai dengan: Kriteria hasil: warna, ukuran, bau)
Mayor - Menunjukan proses 2. Monitor tanda-tanda
DS: penyembuhan luka infeksi
- Pasien mengatakan nyeri - Kebersihan dan 3. Pertahankan teknik
- Pasien mengatakan gatal kelembapan kulit steril saat melakukan
DO: terjaga perawatan luka
- Kerusakan jaringan dan - Kehangatan kulit 4. Ajarkan prosedur
lapisan kulit merata perawatan luka secara
- Adanya ulkus kanker mandiri
Minor
DO:
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma

5 Gangguan mobilitas fisik Tujuan: Pergerakan


berhubungan dengan nyeri aktifitas fisik Dukungan mobilisasi
Ditandai dengan: meningkat 1. Monitor TTV sebelum
Mayor meulai mobilisasi
DS: Kriteria hasil: 2. Fasilitasi melakukan
- Pasien mengatakan sulit - Klien meningkat mobilisasi fisikd
- Menggerakan esktremitas dalam aktifitas 3. Libatkan keluarga
DO: fisik untuk membantu pasien
- Kekuatan otot menurun - Memverbalisasi dalam meningkatkan
Minor perasaan dalam pergerakan
DS: meningkatkan 4. Jelaskan tujuan dan
Pasien mengatakn nyeri saat kekuatan dan prosdur mobilisasi
bergerak kemampuan
DO: berpindah.
- Fisik terlihat lemah - Mengerti tujuan
- Gerakan terbatas dari mobilisasi

6 Gangguan cinta tubuh Tujuan:


berhubungan dengan Klien mampu Promosi citra tubuh dan
perubahan struktur/bentuk beradaptasi dengan koping
tubuh. perubahan tubuhnya. 1. Identifikasi
Ditandai dengan: kemampuan yang
Mayor Kriteria hasil: dimiliki
DS: - Body image positif 2. Monitor frekuensi
- Mengungkapkan kehilangan - Mampu pernyataan kritik
bagian tubuh mengidentifikasi terhadap diri sendiri
DO: kekuatan personal
- Fungsi/struktur tubuh 3. Anjurkan keluarga
berubah/hilang terlibat untuk
- Terlihat kehilangan bagian memotivasi pasien
tubuh 4. Diskusikan perubahan
Minor tubuh dan fungsinya
DS:
- Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan
tubuh
- Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan
DO:
- Menghindari melihat atau
menyentuh bagian tubuh
- Respon nonverbal pada
perubahan bagian tubuh
- Hubungan sosial berubah

7 Tujuan:
Ansietas berhubungan dengan Ansietas berkurang
ancaman terhadap kematian
Ditandai dengan: Kriteria hasil: Reduksi ansietas
Mayor Klien mampu 1. Identifikas penyebab
DS: mengidentifikasi dan ansietas
- Pasien mengatakan khawatir mengungkapkan 2. Berikan terapi relaksasi
dengan kondisinya perasaan cemas serta 3. Anjurkan keluarga
- Sulit berkonsentrasi dapat mengontrol untuk tatap bersama
- Pasien mengatakan sulit cemas pasien
tidur 4. Jelaskan prosedur,
DO: termasuk sensasi yang
- Terlihat gelisah akan dialami
- Terlihat tegang
Minor
DS:
Pasien mengeluh pusing
DO:
- Frekuensi nadi menngkat
8 - Tekanan darah meningkat Tujuan:
Pola tidur pasien
Gangguan pola tidur efektif
berhubungan dengan kurang Dukungan tidur
kontrol tidur. Kriteria hasil: 1. Identifikasi faktor
Ditandai dengan: - Jumlah jam tidur pengganggu tidur
Mayor dalam batas 2. Monitor kuantitas dan
DS: normal 6-8 kualitas tidur pasien
- Pasien mengatakan sulit jam/hari 3. Modifikasi lingkungan
tidur (mis. kebisingan)
- Pasien mengeluh pola tidur - Perasaaan segar 4. Anjurkan menepati
berubah setelah bangun waktu tidur
Minor tidur
DS:
Mengeluh kemampuan 5. Jelaskan pentingnya
9 beraktivitas menurun waktu tidur

Tujuan: pengetahuan
pasien meningkat
Defisit pengetahuan Kriteria hasil: 1. Kaji tingkat
berhubungan dengan kurang - Pasien dan pengetahuan pasien
terpapar informasi. keluarga mengenai penyakitnya
Ditandai dengan: menyatakan 2. Jelaskan patofisiologis
Mayor pemahamannya dari penyakit dengan
DS: tentang penyakit, cara yang tepat
- Pasien menanyakan masalah prognosisi dan 3. Jelaskan tanda dan
pengobatan kanker pengobatan gelaja penyakit
- Pasien menanyakan seputar - Pasien dan 4. Jelaskan kepada
masalah yang sedang keluarga dapat keluarga mengenai cara
dihadapi menjelaskan skrining penyakit
DO: kembali apa yang 5. Sediakan informasi
- Menunjukan persepsi yang dijelaskan oleh mengenai kondisi
kliru terhadap masalah perawat dengan cara yang tepat
Minor
DO:
- Menunjukan prilaku
10 berlebihan (mis. apatis,
agitasi)
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi
Resiko infeksi berhubugan Pencegahan infeksi
dengan faktor resiko tindakan Kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan
invasive. - Pasien terbebas gejala infeksi lokal dan
Ditandai dengan: dari tanda dan sistemik
DO: gejala infeksi 2. Berikan perawatan luka
- Pasien telah melakukan - Menunjukan proses 3. Berikan antibiotik
tindakan mastektomi penyembuhan luka sesuai terapi
- Terihat luka insisi panjang, - Menunjukan 4. Cuci tang an sesudah
lebar kemampuan untuk dan sebelum kontak
mencegah pasien dan lingkungan
timbulnya infeksi
5. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana harus
membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin dan Griffin,
2014). Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang
sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan
implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif maupun objektif pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014).
Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan
tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan
sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjectif,
objectif, analysis and planning). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien
dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon respon tersebut didapat setelah
perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan dari
tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah
teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi. Sedangkan planing berisi perencanaan
tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.
Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan sesuai
kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika klien
menunjukan perubuahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan
tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama
sekali.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. WS
DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMY) Commented [AP4]: maskukan ini di judul makalah

DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR


PADA TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2019 pukul 13.00 wita di
Ruang Astina RSUD Sanjiwani Gianyar dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA
a. IdentitasPasien
Pasien Penanggung
(suami)
Nama : Ny. WS Tn. MS
Umur : 49 tahun 52 tahun
JenisKelamin : Perempuan Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah Menikah
Suku /Bangsa : Bali/INA Bali/INA
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga PNS Daerah
Alamat : Payangan Payangan
AlamatTerdekat :- -
NomorTelepon :- 087865628xxx
Nomor Register : 650579 -
Tanggal MRS : 27 Oktober 2019 -

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pre OP MRM (Modified Radikal Mastektomy) Commented [AP5]: ini diagnosa medis bukan keluhan
utama
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh nyeri pada bagian post operasi (payudara kanan)
dengan skala 5 dari 0-10 skala yang diberikan. Pasien tampak meringis menahan
nyeri memegang daerah post operasi, tampak adanya cairan yang merembes
pada balutan post operasi. Pasien tampak terpasang surgical drain. Commented [AP6]: pasien mengeluh nyeri pada area bekas
operasi.

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien menderita kanker payudara dari 1 tahun lalu. Pasien awal Commented [AP7]: Apakah satu tahun lalu sudah
terdiagnosa? Atau baru ada benjolan saja tidak terdiagnosa?
mengetahui ketika merasa payudara nya memadat seperti buah apel, kemudian
pergi memeriksakannya ke dokter. Pasien melakukan pemeriksaan di poli bedah
RSUD Sanjiwani Gianyar, pasien rutin melakukan pengobatan sampai pasien
mendapatkan jadwal operasi pada tanggal 28 Oktober 2019. Pasien masuk rawat
inap pada tanggal 27 Oktober 2018 pada ruang Astina RSUD Sanjiwani
Gianyar.

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelum nya

5) Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti jantungm
DM dan hipertensi Commented [AP8]: Ada yg menderita kanker dalam
keluarga?

6) Genogram

: Laki-laki
: Perempuan
: Orang sakit

c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan tidak memiliki gangguan pernapasan
Saat Pengkajian : √t.a.k (tidak ada keluhan)
Data lain : pasien mengatakan tidak mengalami keluhan
pada pernafasan baik saat menarik ataupun
menghembuskan nafas.

2) Makan dan minum


Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa makan nasi 3x sehari dengan
porsi sedang dengan menu nasi, ayam/ikan dan sayur dan
biasa minum ± 8 gelas sehari.
Saat Pengkajian : frekuensi makan (3x/hari), jenis makanan (padat),
makanan pantangan (-), alergi makanan (-), porsi makan
sehari (1 porsi), minuman yg biasa diminum (air putih)
jumlah minum sehari (± 8 gelas/hari)

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa BAB 1x sehari dan BAK 5-6x
dalam sehari
Saat Pengkajian : BAB frekuensi (1x/hari), teratur, konsistensi (lembek),
Warna (kuning), Bau (khas faces)
BAK frekuensi (6x/hari), warna (putih), Bau (kas urine),
jumlah/volume (150cc/kencing), lancar

4) Gerak dan aktivitas


Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa melakukan kegiatan namun
tidak mengangkat yang berat-berat
Saa tPengkajian :Jenis kegiatan utama berbaring, aktivitas yang biasa
dilakukan memasak, aktivitas yang tidak bisa dilakukan Commented [AP9]: Masak di RS?

mengangkat benda, penyebab tidak bisa beraktivitas post


op MRM
5) Istirahat dan tidur
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa tidur 6-7 jam sehari
Saat Pengkajian : Jumlah jam tidur 7 jam/hari), tidur siang (1 jam/hari)

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasa melakukan kebersihan diri
dengan kadang dibantu keluarga
Saat Pengkajian : Mandi, frekuensi (1x/hari) pada tempat tidur
Pemeliharaan mulut dan gigi, frekuensi sikat gigi
(2x/hari, sesudah makan, memakai pasta gigi)
Berpakaian, frekuensi ganti baju (1x/hari)
Kebersihan kuku:bersih dan pendek,
Kemampuan membersihkan diri: dibantu (oleh keluarga)

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan tidak merasakan panas atau meriang
Saat Pengkajian : pasien tidak merasakan perasaan panas
Data lain : Suhu Tubuh Pasien 36 0 C

8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan merasakan nyeri pada bagian
payudara kanan
Saat Pengkajian : Merasa tidak nyaman nyeri, skala nyeri (5), intensitas
nyeri (sedang), kualitas nyeri(seperti disayat-sayat),
Lokasi nyeri (payudara kanan), waktu (pada saat
bergerak), penyebab nyeri post op MRM

9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan cemas akan dirinya yang akan
melakukan oprasi
Saat Pengkajian : cemas, penyebab karena akan menjalai oprasi Commented [AP10]: operasi
10) Data sosial
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan kondisi rumah harmonis
Saat Pengkajian : Jenis keluarga (keluarga inti), peran dalam keluarga
(istri), pengambil keputusan dalam keluarga suami.
Keharmonisan keluarga :harmonis.
Hubungan dengan tetangga baik.
Lingkungan rumah : kondisi lingkungan rumah baik
Kemampuan ekonomi keluarga cukup
Hubungan dengan pasien lain baik
Hubungan dengan perawat baik

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum Pengkajian : pasien hanya beraktivitas dirumah
Saat Pengkajian : Prestasi yang pernah dicapai -
Pengaruh pekerjaan terhadap penyakit mempengaruhi
dalam mengambil pekerjaan
Pengaruh penyakit terhadap produktivitas hanya bisa
berbaring

12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian : pasien biasa keluar rumah untuk berbincang dan
bersosialisasi dengan tetangga
Saat Pengkajian : pasien hanya bisa berbaring
Data lain : pasien mengatakan saat dirumah sakit
hiburannya hanya keluarga dan jika pasien merasa bosan
pasien akan menonton TV.

13) Belajar
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan tidak begitu paham dengan
penyakitnya
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan dengan
penyakitnya perawatan luka
Pemahaman pasien terhadap penyakitnya baik
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : pasien biasa beribadah
Saat Pengkajian : Agama/kepercayaan yang dianut hindu
Kebiasaan beribadah rutin Commented [AP11]: yang dtanya apakahdia beribadah rutin
tetapi bagaimana pandangan pasien mengenai sakitnya dari
sisi agama

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran :compos mentis/sadar penuh
b) Bangun Tubuh :kurus
c) Postur Tubuh :tegak
d) Cara Berjalan : lancar terkoordinir
Data lainnya (tidak terkaji)
e) Gerak Motorik : normal
f) Keadaan Kulit
Warna : normal
Turgor : elastis
Kebersihan: bersih
Luka : ada: √tertutup
Lokasi : payudara kanan
Luas luka: 15 cm
Warna: kemerahan
Gambar :

Depan Belakang

g) Gejala Kardinal :TD : 110/70 mmhg


N : 88x/mnt
S : 36oC
RR : 18x/mnt
h) Ukuran lain :BB : 56kg
TB : 165cm
LL : 14.cm
2) Kepala
a) Kulit kepala: bersih
b) Rambut :tidak ada rontok
c)Nyeri tekan: tidak ada nyeri tekan
d) Luka : tidak ada
Gambar

3) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sklera : putih,
c) Kelopak mata : tidak ada oedema
d) Pupil :reflek pupil baik, pupil isokor

4) Hidung
a) Keadaan :Bersih
b) Penciuman : Baik
c) Nyeri : tidak ada nyeri tekan
d) Luka : Tidak ada luka

5) Telinga
a) Keadaan :Bersih
b) Nyeri :tidak ada nyeri
c) Pendengaran : baik/normal

6) Mulut
a) Mukosa bibir :mukosa lembab
b) Gusi :tidak berdarah
c) Gigi : gigi lengkap, gigi bersih
d) Lidah : bersih
e) Tonsil : normal

7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : baik/normal,
Palpasi :tidak ada pembesaran kelenjar limfe

8) Thorax
a) Inspeksi
 Bentuk :simetris
 Gerakan dada :bebas
 Payudara : asimetris
√Nyeri pada payudara kanan
√Luka, Lokasi payudara kanan
Luas: 15cm
Warna: kemerahan
Pus : terdapat cairan yang merembes pada kain penutup luka
b) Palpasi
 Pengembangan dada : simetris
 Vibrasi tactile premitus : simetris
 Nyeri tekan: tidak ada
c) Perkusi
 Suara paru : Sonor/resonan
d) Auskultasi
 Suara paru : vesikuler/normal
 Suara jantung : Regular

9) Abdomen
a) Inspeksi
 Pemeriksaan : tidak ada distensi abdomen
 Luka :tidak ada
b) Auskultasi
 Peristaltik usus :12x/mnt
c) Palpasi :tidak teraba hepatomegali, apendiksitis, distensi
abdomen, ascites, massa, nyeri tekan,
d) Perkusi :tympani

10) Genetalia
a) Keadaan :Bersih,
b) Letak Uretra : Normal
c) Prosedur invasife : Tidak ada

11) Anus
Keadaan: -
Data lainnya (tidak terkaji)

12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas: pergerakan bebas, CRT <2 detik
Terpasang infuse NaCL 20 tpm pada tangan kiri Commented [AP12]: ada benjolan pada kelenjar limfe
axila?
b) Ektremitas Bawah: pergerakan bebas, CRT <2 detik
c) KekuatanOtot
555 555
555 555

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium Commented [AP13]: Yang abnormal di bold

No. Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Lab Pemeriksaan

1 Jumat, 25 oktober Faal Hemostatis


2019 pukul 10.00 - Masa perdarahan 3.00 1-6
- Masa pembekuan 8.00 10-15

2 Jumat, 25 oktober Kimia Klinik 94 80-120


2019 pukul 10.00 - Glukosa sewaktu 18.6 15-43
- Ureum 0.73 0.5-1.0
- Creatinin 29 <31
- SGOT 18 <31
- SGPT

Darah Lengkap
3 Jumat, 25 oktober 7.58 4.00-10.00
- Leukosit
2019 pukul 10.00 5.92 2.50-7.50
- Neu#
1.19 1.00-4.00
- Lym#
0.39 0.10-1.20
- Mon#
0.06 0.00-0.50
- Eos#
0.02 0.00-0.10
- Bas#
78.1 47.0-80.0
- Neu%
15.7 13.0-40.0
- Lym%
5.1 2.0-11.0
- Mon%
0.9 0.5-5.0
- Eos%
0.2 0.0-2.0
- Bas%
3.93 3.50-5.50
- Eritrosit
10.8 11.0-16.0
- Hemoglobin
32.5 37.0-48.0
- Hematokrit
82.7 80.0-100.0
- MCV
27.5 27.0-34.0
- MCH
33.2 32.0-36.0
- MCHC
12.3 11.0-16.0
- RDW-CV
37.3 35.0-56.0
- RDW-SD
149 150-450
- Trombosit
8.9 6.5-12.0
- MPV
0.132 0.108-0.282
- PCT
16.4 9.0-17.0
- PDW
2. DATA FOKUS

Data Subyektif Data Obyektif


Pasien mengeluh nyeri pada bagian Pasien tampak menahan nyeri, pasien
payudara kanan dengan skala 5 dari 0-10 tampak meringis kesakitan
skala yang diberikan, pasien mengatakan
nyeri dirasakan seperti tersayat-sayat,
pasien mengatakan nyeri dirasakan
bertambah jika bergerak, pasien
mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul.
Klien mengatakan malu dengan keadaan Pasien tampak dengan sengaja
dirinya menyembunyikan bagian tubuh yang
hilang, pasien tampak malu menunjukkan
luka bekas operasinya.
Pasien mengatakan penutup luka bekas Tampak adanya balutan pada luka bekas
operasinya kotor. operasi, penutup luka bekas operasi pasien
tampak kotor, panjang luka pasien ± 15
cm, luka tampak berwarna kemerahan,
luka pasien tampak tertutup perban dan
hypafix, terdapat cairan yang merembes
pada kain penutup luka, Pasien tampak
terpasang drainage.

3. ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah


1 Pasien mengeluh nyeri pada bagian Pasien tampak menahan Nyeri Akut Commented [AP14]: Dibuat bagan kenapa sampai nyeri
payudara kanan dengan skala 5 dari nyeri, pasien tampak menggunakan yg ada di WOC
0-10 skala yang diberikan, pasien meringis kesakitan
mengatakan nyeri dirasakan seperti
tersayat-sayat, pasien mengatakan
nyeri dirasakan bertambah jika
bergerak, pasien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
2. Klien mengatakan malu dengan Pasien tampak dengan Gangguan
keadaan dirinya sengaja menyembunyikan Citra Tubuh
bagian tubuh yang hilang,
pasien tampak malu
menunjukkan luka bekas
operasinya.
3. Pasien mengatakan penutup luka Tampak adanya balutan Resiko
bekas operasinya kotor. pada luka bekas operasi, Infeksi
penutup luka bekas operasi
pasien tampak kotor,
panjang luka pasien ± 15
cm, luka tampak berwarna
kemerahan, luka pasien
tampak tertutup perban
dan hypafix, terdapat
cairan yang merembes
pada kain penutup luka,
Pasien tampak terpasang
drainage.

4. RUMUSAN MASALAH KEPERAWATAN


Ditemukanmasalahkeperawatandalamanalisa data, yaitu:
1. Nyeri akut
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko infeksi

5. ANALISA MASALAH
a. P : Nyeri akut
E : Trauma jaringan sekunder akibat proses pembedahan
S : Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara kanan dengan skala 5 dari 0-10
skala yang diberikan, pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tersayat-sayat,
pasien mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika bergerak, pasien mengatakan
nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak
meringis kesakitan
Proses Terjadinya : Nyeri timbul dari kerusakan jaringan yang dipersepsikan dari
kemampuan sistem saraf untuk mengubah stimulus rangsangan
menjadi potensial aksi
Akibat Bila Tidak Ditangani : dapat mengganggu aktivitas

b. P : Gangguang citra tubuh


E : Kehilangan salah satu organ tubuh yang menunjang penampilan
S : Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya, Pasien tampak dengan sengaja
menyembunyikan bagian tubuh yang hilang, pasien tampak malu menunjukkan
luka bekas operasinya.
Proses Terjadinya :
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain, cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang
penting pada aspek psikologinya. Ketika seseorang kehilangan organ tubuh yang
menunjang penampilan seseorang sehingga menimbulkan rasa cemas yang
berkepanjangan akan menimbulkan gangguan pada dirinya.
Akibat Bila Tidak Ditangani :
Gangguan psikologi, harga diri rendah
c. P : Resiko infeksi
E : Adanya prosedur invasive dan luka bekas operasi
Proses Terjadinya :
Infeksi bakteri adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri serta dapat
menyerang seluruh tubuh. Resiko infeksi bakteri dapat meningkat jika seseorang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah dank arena terpasang alat medis.
Akibat Bila Tidak Ditangani :
Pasien akan mengalami infeksi dan mengakibatkan demam, muntah, diare, lemas
dan luka yang tak kunjung membaik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat proses pembedahan
ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara kanan dengan skala 5
dari 0-10 skala yang diberikan, pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tersayat-
sayat, pasien mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika bergerak, pasien mengatakan
nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak meringis
kesakitan
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan salah satu organ tubuh yang
menunjang penampilan ditandai dengan klien mengatakan malu dengan keadaan
dirinya, Pasien tampak dengan sengaja menyembunyikan bagian tubuh yang hilang,
pasien tampak malu menunjukkan luka bekas operasinya.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive dan luka bekas operasi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Prioritas masalah keperawatan, yaitu :
1. Nyeri akut
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko infeksi
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. WS
DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMY)
DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Senin, 28 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda – 1. Untuk mengetahui
Oktober 2019 dengan trauma jaringan keperawatan selama 2 x 24 tanda vital status kesehatan
sekunder akibat proses jam diharapkan nyeri pada 2. Observasi skala nyeri pasien dan
pembedahan ditandai pasien dapat berkurang pasien peningkatan nadi
dengan Pasien mengeluh dengan kriteria hasil : 3. Berikan posisi semi mengidentifikasikan
nyeri pada bagian payudara 1. Pasien mampu fowler terjadinya nyeri.
kanan dengan skala 5 dari 0- mengontrol nyeri 4. Ajarkan teknik 2. Untuk mengetahui
10 skala yang diberikan, 2. Pasien mengatakan distraksi dan tingkiatan nyeri
pasien mengatakan nyeri nyeri yang dirasakan relaksasi pada pasien
dirasakan seperti tersayat- berkurang dengan 5. Delegatif dalam 3. Posisi yang nyaman
sayat, pasien mengatakan skala nyeri 3 dari 0- pemberian analgetik akan memberikan
nyeri dirasakan bertambah 10 skala yang (keterolak 1 ampul) efek relaksasi pada
jika bergerak, pasien diberikan klien
mengatakan nyeri dirasakan 3. Pasien tidak meringis 4. Teknik distraksi dan
hilang timbul. Pasien relaksasi dapat
tampak menahan nyeri, mengalihkan rasa
pasien tampak meringis nyeri yang
kesakitan dirasakan
5. Pemberian
analgetik dapat
membantu
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan pasien
dengan
menghambat
penyampaian
stimulus nyeri ke
pusat nyeri.
2. Senin, 28 Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan 1. Kaji secara verbal 1. Untuk
Oktober 2019 berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 dan non verbal meningkatkan
kehilangan salah satu organ jam diharapkan gangguan respon klien penerimaan dan
tubuh yang menunjang citra tubuh pada pasien terhadap tubuhnya perubahan yang
penampilan ditandai dengan dapat berkurang dengan 2. Dorong klien untuk terjadi
klien mengatakan malu kriteria hasil : mengekspresikan 2. Dengan
dengan keadaan dirinya, 1. Pasien tidak merasa perasaannya mengekspresikan
Pasien tampak dengan malu 3. Jelaskan pada perasaannya dapat
sengaja menyembunyikan (Body image positif) pasien dan keluarga mengurangi
bagian tubuh yang hilang, 2. Dapat mempertahankan perawatan dan kesedihan yang
pasien tampak malu interaksi sosial pengobatan yang dirasakan pasien
menunjukkan luka bekas diberikan akibat kehilangan
operasinya. bagian tubuhnya
3. Dengan
memberikan
penjelasan
mengenai
perawatan yang
baik dan benar
dapat
meningkatkan rasa
3. Senin, 28 Resiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda- 1. Untuk
Oktober 2019 dengan adanya prosedur keperawatan selama 2 x 24 tanda vital mengetahui
invasive dan luka bekas jam diharapkan resiko 2. Observasi tanda dan status kesehatan
operasi infeksi pada pasien tidak gejala infeksi pasien
terjadi dengan kriteria hasil 3. Lakukan perawatan 2. Untuk
: luka mengetahui ada
1. Pasien bebas dari tanda 4. Ajarkan pasien dan atau tidaknya
dan gejala infeksi keluarga cara tanda dan gejala
2. Tanda-tanda vital perawatan luka infeksi
dalam batas normal 5. Delegatif dalam 3. Untuk mencegah
3. Menunjukkan pemberian terjadinya infeksi
kemampuan untuk antibiotic pada luka pasien
mencegah timbulnya ceftriaxone 2 dan membantu
infeksi. gram. mempercepat
proses
penyembuhan
luka serta
menjaga daerah
luka agar tetap
bersih
4. Untuk
menambah
pengetahuan
pasien dan
keluarga
mengenai cara
perawatan luka
serta menjaga
luka agar tetap
bersih.
5. Pemberian
antibiotik dapat
mencegah
terjadinya resiko
infeksi

PELAKSANAANKEPERAWATAN PADA PASIEN NY. WS


DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMY)
DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

No. Hari/Tgl/Jam No. Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf


Diagnosa
1. Senin, 28 Dx. I, III Mengobservasi tanda – tanda vital DS : Pasien mengeluh pusing dan lemas
Oktober 2019 DO : tanda – tanda vital pasien :
Pukul 08.00 TD : 130 / 90 mmHg, Nadi, 80 x/menit, Suhu
WITA : 37,1 º C, RR : 19 x/menit

Pukul 09.00 Dx. III Melakukan perawatan luka DS : Pasien mengatakan penutup luka bekas
WITA operasinya kotor
DO : pasien tampak meringis, tampak adanya
balutan pada luka bekas operasi, penutup
luka bekas operasi pasien tampak kotor,
panjang luka pasien ± 15 cm, luka tampak
berwarna kemerahan, luka pasien tampak
tertutup perban dan hypafix, terdapat cairan
yang merembes pada kain penutup luka,
Pukul 10.00 Dx. I Memberikan posisi semi fowler DS : pasien mengatakan nyaman
WITA DO : pasien tampak nyaman dengan posisi yang
diberikan

Pukul 11.00 Dx. III Mengajarkan pasien dan keluarga cara DS : pasien dan kelurga mengatakan tidak
WITA perawatan luka mengetahui cara perawatan luka yang
benar.
DO : keluarga pasien tampak kebingungan saat
diajarkan cara perawatan luka yang baik
dan benar.

Pukul 11.15 Dx. I Mengobservasi skala nyeri pasien DS : Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara
WITA kanan dengan skala 5 dari 0-10 skala yang
diberikan, pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti tersayat-sayat, pasien
mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika
bergerak, pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul.
DO : pasien tampak meringis
Pukul 12. 00 Dx. III Mengobservasi tanda dan gejala infeksi DS : Pasien mengatakan penutup luka bekas
WITA operasinya kotor
DO : Tampak adanya balutan pada luka bekas
operasi, penutup luka bekas operasi pasien
tampak kotor, panjang luka pasien ± 15 cm,
luka tampak berwarna kemerahan, luka
pasien tampak tertutup perban dan hypafix,
terdapat cairan yang merembes pada kain
penutup luka, Pasien tampak terpasang
drainage

Pukul 14. 00 Dx. II Mengkaji secara verbal dan non verbal respon DS : pasien mengatakan malu dengan keadaan
WITA klien terhadap tubuhnya tubuhnya
DO : pasien tampak dengan sengaja
menyembunyikan bagian tubuh yang hilang,
pasien tampak malu menunjukkan luka
bekas operasinya.
Pukul 15.00 Dx. II Mendorong klien untuk mengekspresikan DS : pasien mengatakan malu dengan keadaan
perasaannya tubuhnya
DO : pasien tampak sedih saat menceritakan
penyakitnya

Pukul 16. 00 Dx. I, III Delegatif dalam pemberian analgetik DS : pasien mengatakan nyeri pada payudara
WITA (keterorak 1 ampul ) dan analgetik kanan
Ceftriaxone 2 gram. DO : Pasien tampak tenang saat diberikan obat
melalui IV preset.

Pukul 18. 00 Dx. I Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi DS : Pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara
WITA kanan dengan skala 5 dari 0-10 skala yang
diberikan, pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti tersayat-sayat, pasien
mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika
bergerak, pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul.
DO : pasien tampak mengikuti perintah, pasien
tampak mengerti dengan teknik distraksi
dan relaksasi yang diberikan

Pukul 21.00 Dx. II Menjelaskan pada pasien dan keluarga DS : pasien mengatakan takut jika penyakitnya
WITA perawatan dan pengobatan yang diberikan muncul kembali
DO : pasien tampak mengerti akan penjelasan
yang diberikan mengenai perawatan dan
pengobata yang diberikan.
Pukul 23.00 Dx. I, III Delegatif dalam pemberian DS : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
WITA analgetik(keterorak 1 ampul ) dan analgetik operasi di payudara kanannya sedikit
Ceftriaxone 2 gram. berkurang, pasien mengatakan skala nyerinya
4 dari 0 – 10 skala yang diberikan
DO : pasien tampak meringis

Selasa , 29 Dx. I, III Mengobservasi tanda-tanda vital DS : pasien mengatakan tidak dapat tidur karna
Oktober 2019 nyeri yang dirasakan, pasien mengatakan
Pukul 07.00 skala nyerinya masih 4 dari 0 – 10 skala yang
WITA diberikan
DO : tanda –tanda vital pasien :
TD : 110/70 mmHg, N : 85 x/menit,
Suhu : 360C, RR : 20 x/menit

Pukul 08.00 Dx. I,III Delegatif dalam pemberian DS : pasien mengatakan nyeri pada luka
WITA analgetik(keterorak 1 ampul ) dan analgetik operasinya sudah berkurang, pasien
Ceftriaxone 2 gram. mengatakan skala nyeri yang dirasakan 4 dari
0-10 skala yang diberikan.
DO : pasien tampak tenang saat diberikan obat
melalui IV perset.

Pukul 09.00 Dx. III Mengobservasi tanda dan gejala infeksi DS : pasien mengatakan nyeri pada lukanya sudah
WITA bekurang
DO : Tampak adanya balutan pada luka bekas
operasi, penutup luka bekas operasi pasien
tampak bersih, panjang luka pasien ± 15 cm,
luka tampak berwarna kemerahan, luka
pasien tampak tertutup perban dan hypafix,
tampak tidak ada cairan yang merembes pada
kain penutup luka, Pasien tampak terpasang
drainage,

Pukul 10.00 Dx. III Melakukan perawatan luka DS : pasien mengatakan nyeri pada lukanyaa
WITA sudah berkurang
DO : pasien tampak meringis saat dilakukan
perawatan luka, luka pasien tampak bersih,
panjang luka pasien ± 15 cm, luka tampak
berwarna kemerahan, luka pasien tampak
tertutup perban dan hypafix, tidak ada cairan
yang merembes dari luka pasien.

Pukul 11. 00 Dx. III Mengajarkan pasien dan keluarga cara DS : pasien dan keluarga mengatakan masih
WITA perawatan luka kebingungan cara merawat luka yang benar
DO : pasien dan keluarga tampak antusias
memperhatikan perawat mendemonstrasikan
cara merawat luka yang benar.

Pukul 12.00 Dx. II Mengkaji secara verbal dan non verbal DS : Pasien mengatakan masih sedikit malu jika
WITA respon klien terhadap tubuhnya bertemu orang banyak dan menanyakan
keadaannya.
DO : Pasien tampak sudah mulai bisa menerima
keadaan tubuhnya

Pukul 13. 00 Dx. II Mendorong klien untuk mengekspresikan DS : pasien mengatakan jika merasa sedih dirinya
WITA perasaannya mengukapkan kesedihannya dengan bercerita
dengan suaminya
DO : pasien tampak sudah dapat berinteraksi
dengan keluarga. Pasien tampak lebih tenang
saat menceritakan penyakitnya.

Pukul 15.00 Dx. I Mengobservasi skala nyeri pasien DS : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
WITA operasinya sudah berkurang
DO : pasien tampak tidak meringis lagi

Pukul 16.00 Dx. I,III Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien mengaku lemas.
WITA DO : tanda- tanda vital pasien :
TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit,
Suhu : 36,5 0 C, RR : 20 x/menit.

Pukul 18. 00 Dx. I Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi DS : Pasien mengatakan setelah mempraktikkan
WITA teknik distraksi dan relaksasi yang diajarnya
nyeri pada luka bekas operasinya berkurang,
skala nyeri yang dirasakan 3 dari 0 – 10
skala yang diberikan
DO : Pasien tampak mempraktikkan teknik
distraksi dan relaksasi yang nsudah diajarkan.

Pukul 20.00 Dx. II Menjelaskan pada pasien dan keluarga DS : Pasien mengatakan takut jika penyakitnya
WITA perawatan dan pengobatan yang diberikan muncul kembali
DO : pasien dan keluarga tampak paham dengan
penjelasan yang diberikan perawat
mengenai perawatan payudara

Pukul 23. 00 Dx. I, III DS : pasien mengatakan kondisinya sudah lebih


WITA baik, nyeri pada lukanya sudah berkurang
Delegatif dalam pemberian analgetik DO : Pasien tampak tidak meringis lagi
(keterorak 1 ampul ) dan analgetik
Rabu, 30 Dx. I, III Ceftriaxone 2 gram. DS : Pasien mengatakan sudah tidak lemas lagi
Oktober 2019 DO : tanda-tanda vital pasien :
Pukul 06.30 Mengobservasi tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit,
WITA Suhu : 36,5 0 C, RR : 20 x/menit.

Pukul 08.00 Dx. II DS : pasien mengatakan sudah dapat menerima


WITA keadaan tubuhnya
Mengkaji secara verbal dan non verbal respon DO : pasien tampak sudah tidak bersedih lagi jika
klien terhadap tubuhnya ada yang bertanya tentang kondisinya.
(dilakukan setiap hari )

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.WS


DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL
MASTEKTOMY) DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Selasa, 29 Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan
Oktober 2019 dengan trauma jaringan nyeri pada luka bekas
Pukul 08. 00 sekunder akibat proses operasi di payudara
WITA pembedahan ditandai dengan kanannya sedikit
Pasien mengeluh nyeri pada berkurang, pasien
bagian payudara kanan mengatakan skala
dengan skala 5 dari 0-10 nyerinya 4 dari 0 – 10
skala yang diberikan, pasien skala yang diberikan
mengatakan nyeri dirasakan O : pasien tampak meringis
seperti tersayat-sayat, pasien A : Masalah 1,2,3 belum
mengatakan nyeri dirasakan teratasi, tujuan belum
bertambah jika bergerak, tercapai
pasien mengatakan nyeri P : Lanjutkan Intervensi
dirasakan hilang timbul.
Pasien tampak menahan
nyeri, pasien tampak
meringis kesakitan

2. Selasa,
r 29 Gangguan citra tubuh S : pasien mengatakan jika
Oktober 2019 berhubungan dengan merasa sedih dirinya
Pukul 08. 00 kehilangan salah satu organ mengukapkan
WITA tubuh yang menunjang kesedihannya dengan
penampilan ditandai dengan bercerita dengan
klien mengatakan malu suaminya
dengan keadaan dirinya, O : pasien tampak sudah
Pasien tampak dengan dapat berinteraksi
sengaja menyembunyikan dengan keluarga.
bagian tubuh yang hilang, Pasien tampak lebih
pasien tampak malu tenang saat
menunjukkan luka bekas menceritakan
operasinya. penyakitnya
A : Masalah 1,2 tercapai,
masalah 3 belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi 3

3. Selasa, 29 Resiko infeksi berhubungan S : Pasien mengatakan


Oktober 2019 dengan adanya prosedur penutup luka bekas
Pukul 08. 00 invasive dan luka bekas operasinya kotor
WITA operasi O : Tampak adanya balutan
pada luka bekas
operasi, penutup luka
bekas operasi pasien
tampak kotor,
panjang luka pasien ±
15 cm, luka tampak
berwarna kemerahan,
luka pasien tampak
tertutup perban dan
hypafix, terdapat
cairan yang
merembes pada kain
penutup luka, Pasien
tampak terpasang
drainage
A : Masalah 2,3,4,5 belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2,3,4,5
EVALUASI KEPERAWATANPADA PASIEN NY. WS
DENGAN POST OPERASI MRM (MODIFIED RADIKAL
MASTEKTOMY)DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Rabu, 30 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan
Oktober 2019 dengan trauma jaringan setelah
Pukul 08.00 sekunder akibat proses mempraktikkan teknik
WITA pembedahan ditandai dengan distraksi dan relaksasi
Pasien mengeluh nyeri pada yang diajarnya nyeri
bagian payudara kanan pada luka bekas
dengan skala 5 dari 0-10 operasinya berkurang,
skala yang diberikan, pasien skala nyeri yang
mengatakan nyeri dirasakan dirasakan 3 dari 0 –
seperti tersayat-sayat, pasien 10 skala yang
mengatakan nyeri dirasakan diberikan
bertambah jika bergerak, O : Pasien tampak
pasien mengatakan nyeri mempraktikkan teknik
dirasakan hilang timbul. distraksi dan relaksasi
Pasien tampak menahan yang sudah diajarkan.
nyeri, pasien tampak A : Tujuan 1,2,3 tercapai,
meringis kesakitan masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
paien
2. Rabu, 30 Gangguan citra tubuh S : pasien mengatakan
Oktober 2019 berhubungan dengan sudah dapat menerima
Pukul 08.00 kehilangan salah satu organ keadaan tubuhnya
WITA tubuh yang menunjang
penampilan ditandai dengan O : pasien tampak sudah
klien mengatakan malu tidak bersedih lagi jika ada
dengan keadaan dirinya, yang bertanya tentang
Pasien tampak dengan kondisinya
sengaja menyembunyikan A : Tujuan 1,2 tercapai,
bagian tubuh yang hilang, masalah teratasi
pasien tampak malu P : Pertahankan kondisi
menunjukkan luka bekas pasien
operasinya.
3. Rabu, 30 Resiko infeksi berhubungan S : pasien mengatakan
Oktober 2019 dengan adanya prosedur kondisinya sudah
Pukul 08.00 invasive dan luka bekas lebih baik, nyeri
WITA operasi pada lukanya sudah
berkurang
O : Pasien tampak tidak
meringis lagi
A : Tujuan 1,2,3 tercapai,
masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas tentang kesenjangan konsep teori yang ada dengan
pernyataan yang telah terjadi dalam kasus, kesenjangan yang terjadi dan solusi serta
pemecahan yang diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan
asuhan keperawatan pada klien Ny.WS dengan post operasi MRM (Modified
Radikal Mastectomy) di ruang Astina RSUD. Sanjiwani Gianyar pada tanggal 28 –
31 Oktober 2019. Pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaann, evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan
dilaksanakan pada klien Ny. WS melalui beberapa tekhnik yaitu, observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi ( rekam medis). Menurut
Martin dan Griffin (2014), manifestasi klinis pada ca mammae yaitu adanya
massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan pada puting,
kemerahan pada payudara, payudara terasa retraksi. Pada saat melakukan
pengkajian, pasien mengatakan menderita kanker payudara dari 1 tahun lalu.
Pasien awal mengetahui ketika merasa payudara nya memadat seperti buah
apel, rasa sakit pada payudara, kemerahan pada payudara, kemudian pasien
pergi memeriksakannya ke dokter.
Berdasarkan tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan penunjang yang
ada, kemudian dokter mendiagnosa Ny. WS dengan diagnosa medis ca
mammae dan dilakukan tindakan pembedahan MRM (Modified Radikal
Mastectomy) pada tanggal 28 Oktober 2019. Pada saat pengkajian penulis
hanya mendokumentasikan pemeriksaan penunjang berupa hasil faal
hemostatis, darah lengkap dan kimia klinik, ini merupakan kekurangan penulis
saat melakukan pengkajian.
Menurut Martin dan Griffin (2014) mastektomi adalah pembedahan
yang dilakukan untuk mengangkat payudara. Tindakan pembedahan yang
dilakukan oleh pasien Ny. WS adalah MRM (Modified Radikal Mastectomy)
dimana melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit
yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan
minor diangkat, vena aksila dipotong, dalam pembedahan kulit yang tipis
ditinggalkan.
Setelah dilakukan tindakan ini dapat menimbulkan berbagai masalah
keperawatan diantaranya nyeri. International Association for the Study of Pain
menyatakan bahwa nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
digambarkan dengan istilah kerusakan. Pada saat pengkajian pasien Ny. WS
mengeluh nyeri pada bagian luka post operasi (payudara kanan) dengan skala
5 dari 0-10 skala yang diberikan. Pasien tampak meringis menahan nyeri dan
memegang daerah post operasi, tampak adanya cairan yang merembes pada
balutan post operasi. Pasien tampak terpasang surgical drain.

B. Diagnosa Keperawatan Commented [AP15]: Jelaskan tentang berdasarkan WOC


jumlah masalah kep berapa dan yang muncul di kasus berapa
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah acuan keperawatan untuk sertakana alasan.

membuat rencana keperawatan yang tepat. Pada kasus Ny. WS diagnosa


keperawatan yang diprioritaskan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik (Modified Radikal Mastectomy). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada kasus ini, diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
(Modified Radikal Mastectomy) sebagai prioritas diagnosa keperawatan
karena nyeri pasca operasi merupakan nyeri akut secara serius yang
mengancam proses penyembuhan klien, yang harus menjadi prioritas
perawatan. Nyeri pasca operasi yang akut menghambat kemampuan klien
untuk terlibat aktif dan meningkatkan risiko komplikasi akibat imobilisasi.
Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak
terkontrol (Potter, 2010).
Hal ini didukung dengan hasil pengkajian pada tanggal 28 Oktober
2019 didapatkan data pasien mengeluh nyeri, P= post op Modified Radikal
Mastectomy, Q= nyeri dirasakan seperti tersayat-sayat, R= lokasi nyeri pada
bagian payudara kanan, S= dengan skala nyeri 5 dari 0-10 skala yang
diberikan, T= pasien mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika bergerak,
pasien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak menahan
nyeri, pasien tampak meringis kesakitan.
Selain itu, muncul juga diagnosa keperawatan lainnya yang sudah
sesuai dengan teori yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit,
pembedahan. Dimana tindakan MRM (Modified Radikal Mastectomy) adalah
pengangkatan pada seluruh bagian payudara. Hal ini didukung dengan hasil
pengkajian pada tanggal 28 Oktober 2019 didapatkan data pasien mengatakan
malu dengan keadaan dirinya, pasien tampak dengan sengaja menyembunyikan
bagian tubuh yang hilang, pasien tampak malu menunjukkan luka bekas
operasinya. Efek dari prosedur invasif MRM (Modified Radikal Mastectomy)
tersebut juga menimbulkan masalah keperawatan yaitu risiko infeksi dimana
klien yang dilakukan tindakan pembedahan mengalami peningkatan resiko
untuk terserang organisme patogen (NANDA, 2015).

C. Perencanaan Keperawatan
Pada perencanaan terdiri dari diagnosa keperawatan. Untuk prioritas
diagnosa ditulis berdasarkan masalah utama pada asuhan keperawatan
Ny.WS yang menjadi prioritas utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik (Modified Radikal Mastectomy). Penyusunan rencana
keperawatan meliputi langkah-langkah menentukan tujuan yang mengacu
pada masalah dan tujuan khusus yang mengacu pada penyebab, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana intervensi serta membuat rasional atas
intervensi yang dilakukan. Perencanaan dilakukan dengan tujuan pasien
mampu mengontrol rasa nyeri, pasien tidak merasa malu (body image positif),
pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.

D. Pelaksanaan Keperawatan Commented [AP16]: Apakah ada tindakan yang di


perencanaan tidakdilakukan dengan alas an apa?
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan sebagai realisasi dari
perencanaan dimana telah disesuaikan dengan kondisi pasien dan kebutuhan
pasien akan pelayanan keperawatan. Penulis melakukan pengkajian pada
tanggal 28 Oktober 2019 dan pelaksaannya dilaksanakan pada tanggal 28 –
31 Oktober 2019 sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan tindakan penulis bekerjasama dengan perawat ruang Astina
RUSD Sanjiwani Gianyar dan keluarga klien sehingga intervensi dapat
dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan Commented [AP17]: Jelaskan kenapa ada masalah


keperawatan yang belum teratasi
Evaluasi yang dilaksanakan merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (Modified Radikal
Mastectomy) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, P= post op Modified
Radikal Mastectomy, Q= nyeri dirasakan seperti tersayat-sayat, R= lokasi
nyeri pada bagian payudara kanan, S= dengan skala nyeri 5 dari 0-10 skala
yang diberikan, T= pasien mengatakan nyeri dirasakan bertambah jika
bergerak, pasien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak
menahan nyeri, pasien tampak meringis kesakitan.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit, pembedahan ditandai
dengan pasien mengatakan malu dengan keadaan dirinya, pasien tampak
dengan sengaja menyembunyikan bagian tubuh yang hilang, pasien tampak
malu menunjukkan luka bekas operasinya.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif
BAB V

Demikian berdasarkan tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis


pada pasien post MRM ( Modified Radikal Mastektomy) di ruang Astina RSUD
Sanjiwani Gianyar, maka penulis memberikan kesimpulan serta saran untuk
meningkatkan pelayanan kesehaan dan asuhan keperawatan antara lain :
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian, pasien merupakan post operasi MRM (Modified Radikal
Masektomy) hari ke I dan di dapatkan data subjektif yaitu pasien mengeluh
nyeri pada bagian post operasi (payudara kanan) dengan skala 5 dari 0-10
skala yang diberikan. Pasien tampak meringis menahan nyeri memegang
daerah post operasi, tampak adanya cairan yang merembes pada balutan post
operasi. Pasien tampak terpasang surgical drain.
2. Diagnosa yang muncul yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat proses
pembedahan. Nyeri timbul dari kerusakan jaringan yang dipersepsikan
dari kemampuan sistem saraf untuk mengubah stimulus rangsangan
menjadi potensial aksi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive dan luka
bekas operasi. Infeksi bakteri adalah masalah kesehatan yang
disebabkan oleh bakteri serta dapat menyerang seluruh tubuh. Resiko
infeksi bakteri dapat meningkat jika seseorang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah dank arena terpasang alat medis.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan salah satu organ
tubuh yang menunjang penampilan. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
3. Rencana tindakan keperawatan untuk megatasi nyeri yaitu Observasi tanda
– tanda vital, observasi skala nyeri pasien, ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi, delegatif dalam pemberian analgetik (keterolak 1 ampul).
Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi resiko infeksi yaitu :
observasi tanda-tanda vital, observasi tanda dan gejala infeksi, Lakukan
perawatan luka, Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka, delegatif
dalam pemberian antibiotic ceftriaxone 2 gram. Rencana tindakan
keperawatan untuk mengatasi gangguan citra tubuh yaitu : kaji secara verbal
dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya, dorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, Jelaskan pada pasien dan keluarga
perawatan dan pengobatan yang diberikan
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk Pasien Ny. WS sudah
dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang akan diberikan.
5. Evaluasi menggunakan metode SOAP.

B. Saran
Dengan adanya uraian di atas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningatkan
kualitaspelayanan kesehatan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP)
di berbagai rumah sakit.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan
asuhan keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
berkualitas dan professional, guna terciptanya perawat-perawat yang
professional, terampil, cekatan dan handal dalam memberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia Weny. (2017). Analisa Praktik Residensi Keperawatan Medical Bedah


Pada Pasien Kanker Payudara Dengan Pendekatan Teori Peaceful End Of
Life Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Diakses pada tanggal 24
November 2019, dari lib.ui.ac.id › file › 20460605-SP-PDF-Weny_Amelia.

Briliana, A. & Notobroto, H. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Ibu Rumah Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Diakses pada 10 November 2019, dari The Indonesian Journal of Public
Health.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker


Payudara. Diakses pada 10 November 2019, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatink
anker.pdf.

Martin, dkk. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 1. Jakarta: EGC.

Mulyani, N.S. (2013). Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

NANDA Internasional Inc (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi


2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta: Medication.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta: Laksana.

Anda mungkin juga menyukai