MAKALAH
Oleh:
KELOMPOK 1
1
LEMBAR PERSETUJUAN
MAKALAH
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat serta karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Musculuskeletal:
“(Dislokasi)” satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Maluku Husada.
Peneliti menyadari bahwa penulis makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.sahril sellehu,SKM.,M.Kes pembina yayasan STIKes Maluku Husada
2. Rasma Tunny S.Sos selaku ketua yayasan STKes Maluku Husada, yang telah
menyediakan fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di
STIKes Maluku Husada
3. Lukman La Basy, S.Farm., M.Sc., Apt, Selaku Ketua Stikes Maluku Husada
sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti
dalam penyusunan proposal penelitian ini
4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Program Studi beserta seluruh staf
pengajar/Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada
5. Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
6. Teman-teman sejawat seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan
bantuan dan motivasi.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………….
Lembar Persetujuan………………………………………………………...
Kata Pengantar……………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………...
Daftar Tabel………………………………………………………………..
Daftar Gambar……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………..
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………….
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………..
1.4.2 Manfaat Praktis……………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Definisi……………………………………………..
2.1.2 Klasifikasi…………………………………………..
2.1.3 Etiologi……………………………………………..
2.1.4 Manifestasi Klinis…………………………………..
2.1.5 Patofisiologi (WOC)………………………………..
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium……………………………………
2. Rontage………………………………………….
2.1.7 Penatalaksanaa
1. Keperawatan…………………………………….
2. Medis …………………………………………...
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Musculusceletal: Dislokasi
2.2.1 Pengekajian
1. Keluhan Utama…………………………………
2. Riwayat Penyakit Sekarang…………………….
3, Riwayat Penyakit Dahulu………………………
4. Pemeriksaan Per System (Range Of System)
a. B3 (brain)……………………………….
b. B6 (bone)……………………………….
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium……………………………
b. Rontage…………………………………
2.2.2 Diagnosa keperawatan………………………………
2.2.3 Intervensi Keperawatan……………………………..
4
BAB III LITERATURE REVIEW……………………………………….
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan sistem musculoskeletal Dislokasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan pada pasien
Dislokasi.
1.1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami Konsep Penyakit
Dislokasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dislokasi.
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
11
Gambar 2.2 Dislokasi
(sumbeer:Thespinalis.wordpress.com)
2.1.2 KLASIFIKASI
12
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,
akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
13
Gambar 2.5 dislokasi sendi siku
(sumber:flexfreeclinic.com)
14
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-
ekstensipersendian.
6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior
acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus
acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah
medial pada sisi lateralpatella sambil mengekstensikan
lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan
stabilisasi secara bedah.
15
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan.
Brunner and Suddarth, 2017
2.1.3 ETIOLOGI
Menurut, Brunner and Suddarth, 2017 Etiologi Dislokasi antara lain:
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
3. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
4. Terjatuh, Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas
lantai yang licin
5. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler
yang merupakan kompenen vital penghubung tulang
16
2.1.5 Patofisiologi WOC
Stabilitas sendi
DISLOKASI
Kehilangan
kemampuan
stabilitasnya
Perubahan struktur
MK:
GANGGUAN
Kekauan sendi
MOBILITAS
FISIK
REPOSISI
17
2.1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengawal proses
penyembuhan patah tulang. Sampel darah diperiksa untuk mengukur
kadar kalsium, fosfor, alkalin fosfatase, kreatinin kinase, laktat
dehydrogenase, asparat amino transferase dan aldolase.
2. Radiologi
a. Sinar-X (Rontage)
Merupakan pemeriksaan diagnostic noninvasive untuk membantu
nenegakkan diagnose medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi pada mangkuk sendi dimana tulang dan sendi
berwarna putih.
18
b. CT Scan.
Yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
computer, sehingga memperoleh gambar yang lebig detail dan dapat
dibuat gambar 3 dimensi dimana sendi tidak ada pada tempatnnya.
c. MRI
Merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekwensi radio dan tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif sehingga dapat memperoleh gambar jaringan tubuh terutama
jaringan lunak dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran pada mangkuk
sendi.
19
2.1.7. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Sendi yang terkena harus di imobilisasi saat pasien
dipindahkan.Pada saat Dislokasi sendi ini harus segera dilakukan
reposisi atau dislokasi reduksi yaitu dikembalikan ke tempat semula
dengan menggunakan anestesi, misalnya bagian yang bergeser
dikembalikan ke tempat semula yang normal.Dislokasi sendi kecil
dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi.Kaput tulang yang
mengalami Dislokasi harus dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.Sendi kemudian di imobilisasi dengan pembalut, bidai,
gips, atau traksi dan dijaga tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari
sampai satu minggu setelah reduksi, dilakukan mobilisasi dengan
gerakan aktiflembut 3 –4 xsehari yang berguna untuk
mengembalikan kisaran gerak sendi. Sendi tetap harus disangga
diantara dua saat latihan.Memberikan kenyamanan dan melindungi
sendi selama masa penyembuhan.Untuk Dislokasi bahu, siku atau
jari dapat direposisi dengan anestesi local dan obat-obat penenang
misalnya Valium.Sedangkan untuk Dislokasi sendibesar
memerlukan anestesi umum. (Brunner and Suddarth, 2017).
2. Medis.
a. Farmakologi.
Pemberian obat analgesic non narkotik
1) Analsic yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot,sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis, dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3x1/2
kapsul.
2) Bimastan yang berfungsi menghilangkan nyeri ringan atau
sedang kondisi akut atau krinik termaksud nyeri persendian,
nyeri otot, nyeri setelah melahirkan.
Efek samping dari obat ini adalah, mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: Dewasa; dosis awal 500 mg lalu 250 mg per 6 jam.
b. Pemebedahan
1) Operasi ortopedia
Merupakan spesialis medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki
kondisi kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian
terutama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasive
minimaldan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakuakn meliputi:
20
a) Reduksi terbuka: melakukan reduksi dan membuat
kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakuakan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
b) Fiksasi internal: stabilisasi tulang patah yang telah
direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
c) Artropalsti: memperbaiki masalah sendi denagn
artroskop (suatu alat yang memungkinkan seorang ahli
bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalu pembedahan sendi terbuka.
(Brunner and Suddarth, 2017)
21
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Musculuskeletal: Dislokasi
2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Pada pasien Dislokasi sendi mengeluh nyeri pada lutut akibat
tertimpa benda berat saat duduk di bawah benda.
2. Riwayat penyakit
sekarang Pasien mengeluh nyeri pada bagian lututnya.Pasien
tidak dapat melakukan aktivitas fisik seperti biasanya.Pasien
tidak dapat mandi secara mandiri.Pasien mengeluh susuah tidur
karena merasakan nyeri pada lututnya.Pasien di bawa ke rumah
sakit dan didiagnosa menderita Dislokasi sendi pada lutut.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak menderita penyakit menular sebelumnya.Pasien
belum pernah mengalami pembedahan dan kecelakaan
sebelumnya.
1. B3 (brain):
1) Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi
adalah kompos mentis.
2) Pemeriksaan fungsi selebral Status mental :observasi
penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas
motorik klien.
3) Pemeriksaan saraf kranial.
4) Pemeriksaan refleks. Pada pemeriksaan refleks dalam
,reflecs achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh
karna otot hamstring melemah.
2. B6 (Bone):
22
5. Pemeriksaan Diagnostik
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengawal proses
penyembuhan patah tulang. Sampel darah diperiksa untuk mengukur
kadar kalsium, fosfor, alkalin fosfatase, kreatinin kinase, laktat
dehydrogenase, asparat amino transferase dan aldolase.
4. Radiologi
d. Sinar-X (Rontage)
Merupakan pemeriksaan diagnostic noninvasive untuk membantu
nenegakkan diagnose medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi pada mangkuk sendi dimana tulang dan sendi
berwarna putih.
23
(sumber:En.wikipedia.org)
e. CT Scan.
Yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
computer, sehingga memperoleh gambar yang lebig detail dan dapat
dibuat gambar 3 dimensi dimana sendi tidak ada pada tempatnnya.
f. MRI
Merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekwensi radio dan tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif sehingga dapat memperoleh gambar jaringan tubuh terutama
jaringan lunak dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran pada mangkuk
sendi.
24
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik (mis: trauma, latihan fisik berlebihan).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan dengan kekakuan sendi.
25
nyeri) pemberian mengurangi atau
analgesic menghilangkan
rasa sakit
3. Lakukan Untuk
pemantauan nyeri menganalisa
data nyeri
26
3. Memperagakan mempertahankan
penggunaan alat. atau
Bantu untuk mobilisasi meningkatkan
(walker). kebugaran dan
kesehatan
4. Lakukan Untuk
pengaturan posisi menempatkan
bagian tubuh
agar dapat
meningkatkan
kesehatan
fisiologis dan
psikologis
27
28
TBAB III
LITERATURE REVIEW
29
latihan lingkup gerak didapat yaitu
sendi, adanya
meningkatkan penurunan
kemampuan nyeri,
otot, peningkatan
meningkatkan kekuatan otot,
kemampuan meningkatnya
fungsional lingkup ferak
sendi, dan
peningkatan
kemampuan
aktivitas
fungsional
30
31
BAB IV
KESILPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) 2017 yang berhubungan dengan Dislokasi ada dua
diagnosa. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data muncul dua:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kekauan sendi. Tidak sepenuhnya dijadikan
intervensi oleh penulis pada pengelolaan pasien karena situasi dan kondisi
klien serta kebijakan dari instansi rumah sakit. Dalam implementasi
sebagian besar telah sesuai dengan rencana tindakan yang diterapkan,
namun dalam pendokumentasiannya dirasa masih kurang terutama pada
rencana tindakan yang didelegasikan. Pada evaluasi hasil yang dilakukan
penulis pada dasarnya dapat terlaksana dengan baik dan masalah teratasi.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa
hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai
pihak penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada
waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan
kepada :
1. Perawat.
Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.
Mampu memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien. Terkait
dengan masalah kesehatan yang dialami.
32
2. Rumah sakit ( bidang pelayanan ).
Penulis mengharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien. Khususnya dalam bidang keperawatan,
guna meningkatkan pelayanan atau asuhan keperawatan yang lebih
optimal.
33
DATAR PUSTAKA
PPNI, DPP SDKI Tim Penyusun 2017 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan III (Revisi).Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson 2006 Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC.
Kapita Selekta Penyakit Nurse’s Quick Check. edisi 2, alih bahasa Dwi Widiarti,
2011 Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi
12”. Jakarta : EGC,
34