Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSCULESKELETAL : (DISLOKASI)

MAKALAH

Oleh:
KELOMPOK 1

1. RUS SRIYANI NPM: 1420118070


2. REKMA AYUNDA SAKINAH NPM: 1420118081
3. SALSA HARDIYANTI TUHULELE NPM: 1420118290
4. SITI RUZMATALA NPM: 1420118287
5. RIFA ANGKOTTASAN NPM: 1420118126
1. PUJA SARI LETAHIT NPM: 1420118116

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSCULUSKELETAL: (DISLOKASI)

MAKALAH

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

2. RUS SRIYANI NPM: 1420118070


3. REKMA AYUNDA SAKIANAH NPM: 1420118081
4. SALSA HARDIYANTI TUHULELE NPM: 1420118290
5. SITI RUZMATALA NPM: 1420118287
6. RIFA ANGKOTTASAN NPM: 1420118126
7. PUJA SARI LETAHIT NPM: 1420118116

Malah ini telah Disetujui


Tanggal, Oktober 2020

Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep


NIDN: 1203029002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat serta karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Musculuskeletal:
“(Dislokasi)” satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Maluku Husada.
Peneliti menyadari bahwa penulis makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.sahril sellehu,SKM.,M.Kes pembina yayasan STIKes Maluku Husada
2. Rasma Tunny S.Sos selaku ketua yayasan STKes Maluku Husada, yang telah
menyediakan fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di
STIKes Maluku Husada
3. Lukman La Basy, S.Farm., M.Sc., Apt, Selaku Ketua Stikes Maluku Husada
sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti
dalam penyusunan proposal penelitian ini
4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Program Studi beserta seluruh staf
pengajar/Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada
5. Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
6. Teman-teman sejawat seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan
bantuan dan motivasi.

Ambon, Oktober 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………….
Lembar Persetujuan………………………………………………………...
Kata Pengantar……………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………...
Daftar Tabel………………………………………………………………..
Daftar Gambar……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………..
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………….
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………..
1.4.2 Manfaat Praktis……………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Definisi……………………………………………..
2.1.2 Klasifikasi…………………………………………..
2.1.3 Etiologi……………………………………………..
2.1.4 Manifestasi Klinis…………………………………..
2.1.5 Patofisiologi (WOC)………………………………..
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium……………………………………
2. Rontage………………………………………….
2.1.7 Penatalaksanaa
1. Keperawatan…………………………………….
2. Medis …………………………………………...
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Musculusceletal: Dislokasi
2.2.1 Pengekajian
1. Keluhan Utama…………………………………
2. Riwayat Penyakit Sekarang…………………….
3, Riwayat Penyakit Dahulu………………………
4. Pemeriksaan Per System (Range Of System)
a. B3 (brain)……………………………….
b. B6 (bone)……………………………….
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium……………………………
b. Rontage…………………………………
2.2.2 Diagnosa keperawatan………………………………
2.2.3 Intervensi Keperawatan……………………………..

4
BAB III LITERATURE REVIEW……………………………………….
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Intervensi Keperawatan…………………………………………..27


Tabel 1.2: Literature Riview…………………………………………………28

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dislokasi……………………………………………………….11


Gambar 2.2 Dislokasi……………………………………………………….12
Gambar 2.3 Dislokasi Sendi Rahang………………………………………..13
Gambar 2.4 Dislokasi Sendi Bahu…………………………………………..13
Gambar 2.5 Dislokasi Sendi Siku…………………………………………...14
Gambar 2.6 Dislokasi Sendi Jari…………………………………………….14
Gambar 2.7 Dislokasi Panggul………………………………………………15
Gambar 2.8 Dislokasi Patella………………………………………………..15
Gambar 2.9 Tabel Pemeriksaan Kalsium……………………………………18
Gambar 2.10 Sinar-X………………………………………………………...18
Gambar 2.11 CT.Scan………………………………………………………..19
Gambar 2.12 MRI…………………………………………………………….19
Gambar 2.13 Tabel Pemeriksaan Kalsium……………………………………23
Gambar 2.14 Sinar-X…………………………………………………………23
Gambar 2.15 CT.Scan………………………………………………………..24
Gambar 2.16 MRI……………………………………………………………24

7
8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Epidemioligi, dislokasi merupakan hal yang paling


sering ditemukan di instansi gawat darurat. Pasien dengan riwayat dislokasi
sebelumnya akan cenderung lebih mudah mengalami redislokais karena
jaringan sekitar yang tidak sembuh sempurna atau menjadi longgar akibat
dislokasi pertama.
Secara internasional terdapat pada sebuah kohort retrospektif di Amerika
Serikat (AS),rasio insidensi 10 tahun dislokasi bahu pada tentara AS sekitar
3,13 per 1000 persen-year dengan total15,426 kasus dan persentase rekurensi
28,7%. Sebuah studi di Taiwan melaporkan insidensi tahuanan dislokasi bahu
sebesar 15,3 per 100.000 populasi. Studi di Oslo melaporkan insidensi
dislokasi bahu sebesar 56,3 per 100.000 orang tahun, WHO (2018). Dislokasi ,
menurut RISKESDA 2018 di Indonesia persentasi kasus Dislokasi 9,2%, di
daerah Maluku juga persentasi kasus Dislokasi mencapai 9,2%.
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuhnya tangan. Humerus terdorong
kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-
kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesur
akromiumdapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta
(dengan tangan mengangah ; lengan ini hamper selalu jatuh membawa kaput
ke posisi di bawah karakoid). Dislokasi terjadi saat ligament memberikan
jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal
didalam sendi, karna terpeleset dari tempatnya maka mengalami macet, selain
itu juga mengalami nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi
ligament-ligamentnya menjadi kendor, akibanya sendi itu akan mudah
mengalami dislokasi lagi.
Upaya yang diharapkan dengan adanya makalah tentang Dislokasi ini agar
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tehadap penyakit tersebut,dan
masyarakat dapat serta memahami dengan adanya penjelasan terhadap
penyakit Dislokasi.

9
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan sistem musculoskeletal Dislokasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan pada pasien
Dislokasi.
1.1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami Konsep Penyakit
Dislokasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dislokasi.

1.4 Manfaat Penulisan


1.1.1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu keperawatan Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah khususnya pada pasien Penyakit Dislokasi agar perawat
mampu memenuhi kebutuhan dasar pasien.
1.1.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Klien
Menambah pengetahuan bagi klien,sehingga klien termotivasi untuk
meningkatkan derajat kesehatannya
2. Bagi keluarga
Menambah pengetahuan bagi keluarga,sehingga keluarga dapat
membantu pasien dalam tindakan mandiri yang sederhana dalam
perawatannya
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan bisa memperhatikan serta
memenuhi kebutuhan pasien dengan kasus Penyakit Dislokasi
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan dasar penelitian,serta dapat
memberikan intervensi yang lebih luas pada pasien Penyakit
Dislokasi.

10
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit Dislokasi


2.1.1 Definisi
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak
lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)
(brunner&suddarth, 2018).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya
saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang
tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.
Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi


merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. (Arif Mansyur, dkk. 2016).

Gambar 2.1 Dislokasi


(sumber:Medicaboo.com)

11
Gambar 2.2 Dislokasi
(sumbeer:Thespinalis.wordpress.com)

2.1.2 KLASIFIKASI

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :


1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi Kronik
3. Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.

12
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,
akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

Gambar 2.3 dislokasi sendi rahang


(sumber:dentalica.blogspot.com)

2. Dislokasi Sendi Bahu


Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di
anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior
(dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).

Gambar 2.4 dislokasi sendi bahu


(sumber:medium.com)

3. Dislokasi Sendi Siku


Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh padatangan yg
dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan
siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-
tonjolan tulang siku.

13
Gambar 2.5 dislokasi sendi siku
(sumber:flexfreeclinic.com)

4. Dislokasi Sendi Jari


Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong
dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari
dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung
tangan.

Gambar 2.6 dislokasi sendi jari


(sumber:jih.com.id)

14
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-
ekstensipersendian.

6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior
acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus
acetabulum (dislokasi sentra).

Gambar 2.7 dislokasi panggul


(sumber:ilmu kedokteran.xyz)

7. Dislokasi Patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah
medial pada sisi lateralpatella sambil mengekstensikan
lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan
stabilisasi secara bedah.

Gambar 2.8 dislokasi patella


(sumber:patella.id)

15
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan.
Brunner and Suddarth, 2017

2.1.3 ETIOLOGI
Menurut, Brunner and Suddarth, 2017 Etiologi Dislokasi antara lain:
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
3. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
4. Terjatuh, Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas
lantai yang licin
5. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler
yang merupakan kompenen vital penghubung tulang

2.1.4 MANIFESTASI KLINIK


Menurut, Brunner and Suddarth, 2017 manifestasi klinik Dislokasi antara
lain:
1. Deformitas pada persendiaan
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakan Otot - otot tidak dapat bekerja dengan baik pada
tulang tersebut.
3. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas.
4. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku,
metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
5. Kekakuan.

16
2.1.5 Patofisiologi WOC

Kelainan Traumatik Patologi


kongenital

Kekenduran pada Gerakan yang Perubahan struktur


ligament berlebihan pada sendi
sendi

Stabilitas sendi

DISLOKASI

Robekan Ligament Terjadi trauma jaringan &tukang

Kehilangan
kemampuan
stabilitasnya

Penyempitan Edema = SPP


pembuluh darah

Perubahan panjang ektremitas MK: NYERI


AKUT

Perubahan struktur
MK:
GANGGUAN
Kekauan sendi
MOBILITAS
FISIK
REPOSISI

17
2.1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengawal proses
penyembuhan patah tulang. Sampel darah diperiksa untuk mengukur
kadar kalsium, fosfor, alkalin fosfatase, kreatinin kinase, laktat
dehydrogenase, asparat amino transferase dan aldolase.

Gambar 2.9 tabel pemeriksaan kalsium


(sumber:jurnals.um.ac.id)

2. Radiologi
a. Sinar-X (Rontage)
Merupakan pemeriksaan diagnostic noninvasive untuk membantu
nenegakkan diagnose medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi pada mangkuk sendi dimana tulang dan sendi
berwarna putih.

Gambar 2.10 Sinar-X (Rontage)


(sumber:En.wikipedia.org)

18
b. CT Scan.
Yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
computer, sehingga memperoleh gambar yang lebig detail dan dapat
dibuat gambar 3 dimensi dimana sendi tidak ada pada tempatnnya.

Gambar 2.11 CT Scan


(sumber:Halodoc.com)

c. MRI
Merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekwensi radio dan tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif sehingga dapat memperoleh gambar jaringan tubuh terutama
jaringan lunak dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran pada mangkuk
sendi.

Gambar 2.12 MRI


(sumber:Simdos.unud.ac.id)

19
2.1.7. PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan
Sendi yang terkena harus di imobilisasi saat pasien
dipindahkan.Pada saat Dislokasi sendi ini harus segera dilakukan
reposisi atau dislokasi reduksi yaitu dikembalikan ke tempat semula
dengan menggunakan anestesi, misalnya bagian yang bergeser
dikembalikan ke tempat semula yang normal.Dislokasi sendi kecil
dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi.Kaput tulang yang
mengalami Dislokasi harus dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.Sendi kemudian di imobilisasi dengan pembalut, bidai,
gips, atau traksi dan dijaga tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari
sampai satu minggu setelah reduksi, dilakukan mobilisasi dengan
gerakan aktiflembut 3 –4 xsehari yang berguna untuk
mengembalikan kisaran gerak sendi. Sendi tetap harus disangga
diantara dua saat latihan.Memberikan kenyamanan dan melindungi
sendi selama masa penyembuhan.Untuk Dislokasi bahu, siku atau
jari dapat direposisi dengan anestesi local dan obat-obat penenang
misalnya Valium.Sedangkan untuk Dislokasi sendibesar
memerlukan anestesi umum. (Brunner and Suddarth, 2017).

2. Medis.
a. Farmakologi.
Pemberian obat analgesic non narkotik
1) Analsic yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot,sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis, dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3x1/2
kapsul.
2) Bimastan yang berfungsi menghilangkan nyeri ringan atau
sedang kondisi akut atau krinik termaksud nyeri persendian,
nyeri otot, nyeri setelah melahirkan.
Efek samping dari obat ini adalah, mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: Dewasa; dosis awal 500 mg lalu 250 mg per 6 jam.

b. Pemebedahan
1) Operasi ortopedia
Merupakan spesialis medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki
kondisi kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian
terutama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasive
minimaldan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakuakn meliputi:

20
a) Reduksi terbuka: melakukan reduksi dan membuat
kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakuakan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
b) Fiksasi internal: stabilisasi tulang patah yang telah
direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
c) Artropalsti: memperbaiki masalah sendi denagn
artroskop (suatu alat yang memungkinkan seorang ahli
bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalu pembedahan sendi terbuka.
(Brunner and Suddarth, 2017)

21
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Musculuskeletal: Dislokasi

2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Pada pasien Dislokasi sendi mengeluh nyeri pada lutut akibat
tertimpa benda berat saat duduk di bawah benda.

2. Riwayat penyakit
sekarang Pasien mengeluh nyeri pada bagian lututnya.Pasien
tidak dapat melakukan aktivitas fisik seperti biasanya.Pasien
tidak dapat mandi secara mandiri.Pasien mengeluh susuah tidur
karena merasakan nyeri pada lututnya.Pasien di bawa ke rumah
sakit dan didiagnosa menderita Dislokasi sendi pada lutut.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak menderita penyakit menular sebelumnya.Pasien
belum pernah mengalami pembedahan dan kecelakaan
sebelumnya.

4. Pemeriksaan per system (Range of System)

1. B3 (brain):
1) Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi
adalah kompos mentis.
2) Pemeriksaan fungsi selebral Status mental :observasi
penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas
motorik klien.
3) Pemeriksaan saraf kranial.
4) Pemeriksaan refleks. Pada pemeriksaan refleks dalam
,reflecs achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh
karna otot hamstring melemah.

2. B6 (Bone):

1) Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga


mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai
dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena.
2) Look, pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan
adanya pendarahan, pembengkakan dan deformitas.
3) Fell, kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma
dengan palpasi pada ramus dan simfisi fubis.
4) Move, disfungsi motorik yang paling umum adalah
kelemahan dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.
(Brunner and Suddarth, 2017)

22
5. Pemeriksaan Diagnostik

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengawal proses
penyembuhan patah tulang. Sampel darah diperiksa untuk mengukur
kadar kalsium, fosfor, alkalin fosfatase, kreatinin kinase, laktat
dehydrogenase, asparat amino transferase dan aldolase.

Gambar 2.13 tabel pemeriksaan kalsium


(sumber:jurnals.um.ac.id)

4. Radiologi
d. Sinar-X (Rontage)
Merupakan pemeriksaan diagnostic noninvasive untuk membantu
nenegakkan diagnose medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi pada mangkuk sendi dimana tulang dan sendi
berwarna putih.

Gambar 2.14 Sinar-X (Rontage)

23
(sumber:En.wikipedia.org)

e. CT Scan.
Yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
computer, sehingga memperoleh gambar yang lebig detail dan dapat
dibuat gambar 3 dimensi dimana sendi tidak ada pada tempatnnya.

Gambar 2.15 CT Scan


(sumber:Halodoc.com)

f. MRI
Merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekwensi radio dan tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif sehingga dapat memperoleh gambar jaringan tubuh terutama
jaringan lunak dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran pada mangkuk
sendi.

Gambar 2.16 MRI


(sumber:Simdos.unud.ac.id)

24
2.2.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik (mis: trauma, latihan fisik berlebihan).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan dengan kekakuan sendi.

2.2.3 Intervensi keperawatan

Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan  Untuk
pencedera fisik. selama ...x24 jam masalah menajemen nyeri mengelolah
nyeri akut dapat teratasi pengalaman
dengan kriteria hasil: sensorik atau
1. Mampu mengotrol emosional yang
nyeri (tahu penyebab berkaitan dengan
nyeri, mmpu kerusakan
menggunakan tekhnik jaringan atu
non farmakologi untuk fungsional
mengurangi nyeri, dengan onset
mencari bantuan). mendadak atau
2. Melaporkan bahwa lambat dan
nyeri berkurang berintansitas
dengan menggunakan ringan hingga
menajement nyeri. berat dan
3. Mampu mengenali konstan.
nyeri (skala, intensitas,
frekwensi dan tanda 2. Lakukakn  Untuk

25
nyeri) pemberian mengurangi atau
analgesic menghilangkan
rasa sakit
3. Lakukan  Untuk
pemantauan nyeri menganalisa
data nyeri

4. Lakukan terapi  Untuk


relaksasi mengurangi
tanda dan gejala
ketidaknyamana
n seoerti nyeri,
ketegangan otot,
atau kecemasan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan dukungan  Untuk
dengan kekakuan sendi. selama ...x24 jam masalah ambulasi meningkatkan
Gangguan mobilitas fisik aktivitas
dapat teratasi dengan kriteria berpindah
hasil:
1. Klien meningkat 2. Lakukan dukungan  Untuk
dalam aktivitas fisik. mobilisasi meningkatkan
2. Memverbalisasikan aktivitas fisik
perasaan dalam
meningkatkana
kekuatan dan 3. Lakukan edukasi  Untuk
kemampuan latihan fisik mengajarkan
berpindah. aktivitas fisik
regulasi agar

26
3. Memperagakan mempertahankan
penggunaan alat. atau
Bantu untuk mobilisasi meningkatkan
(walker). kebugaran dan
kesehatan

4. Lakukan  Untuk
pengaturan posisi menempatkan
bagian tubuh
agar dapat
meningkatkan
kesehatan
fisiologis dan
psikologis

5. Lakukan pemberian  Untuk


obat mengevaluasi
keefektivan agen
farmakologi
yang di
programkan

27
28
TBAB III
LITERATURE REVIEW

Tabel 1.2 Literature Riview

No. JUDUL ARTIKEL, DESAIN SAMPEL VARIABEL INTERVENSI ANALISIS HASIL


TAHUN
1 Novyan Seorang Dislokasi akut Memberikan Pasien dating
Pelaksanaan dislokasi Abraham, pasien usia membutuhkan analgesic dan untuk control
sendi temporamandibula Endang 35 tahun reposisi manual muscle pada hari ke 4
anterior bilateral (2016) syamsudin, mandibular relaxant, setelah
Fathurachman segera untuk kemudian tindakan,
mencegah dilakukan pasien sudah
terjadinya reposisi secara tidak ada
spasme otot manual dan keluhan baik
yang progresif pemasangan dari ekstra
head bamdage oral maupun
intraoralnya
kemudian
head
bandagenya
dilepas.
2. Penatalksanaan Nur fadhilah Pasien Penanganan Melakukan Mengurangi Setelah
fisioterapi pada kasus sari bernama dislokasi dapat fisioterpi spasemen, dilakukan
post dislokasi elbow An. IQ usia dilakukan berupa infra mengurangi terapi
dextra (2014) 10 tahun dengan red, massage, nyeri, sebanyak 7x
redukasi dan terapi meningkatkan hasil yang

29
latihan lingkup gerak didapat yaitu
sendi, adanya
meningkatkan penurunan
kemampuan nyeri,
otot, peningkatan
meningkatkan kekuatan otot,
kemampuan meningkatnya
fungsional lingkup ferak
sendi, dan
peningkatan
kemampuan
aktivitas
fungsional

30
31
BAB IV
KESILPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) 2017 yang berhubungan dengan Dislokasi ada dua
diagnosa. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data muncul dua:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kekauan sendi. Tidak sepenuhnya dijadikan
intervensi oleh penulis pada pengelolaan pasien karena situasi dan kondisi
klien serta kebijakan dari instansi rumah sakit. Dalam implementasi
sebagian besar telah sesuai dengan rencana tindakan yang diterapkan,
namun dalam pendokumentasiannya dirasa masih kurang terutama pada
rencana tindakan yang didelegasikan. Pada evaluasi hasil yang dilakukan
penulis pada dasarnya dapat terlaksana dengan baik dan masalah teratasi.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa
hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai
pihak penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada
waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan
kepada :
1. Perawat.
Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.
Mampu memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien. Terkait
dengan masalah kesehatan yang dialami.

32
2. Rumah sakit ( bidang pelayanan ).
Penulis mengharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien. Khususnya dalam bidang keperawatan,
guna meningkatkan pelayanan atau asuhan keperawatan yang lebih
optimal.

33
DATAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda,dkk.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Nic-Noc Edisi Revisi Jilid III.Jogjakarta:Mediaction
Jogja.

PPNI, DPP SDKI Tim Penyusun 2017 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan III (Revisi).Jagakarsa, Jakarta Selatan.

PPNI, DPP SDKI Tim Penyusun 2018 Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II.Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Mansjoer, arif M 2000 Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson 2006  Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner 2002  Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Kapita Selekta Penyakit Nurse’s Quick Check. edisi 2, alih bahasa Dwi Widiarti,
2011 Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif, Kartini, dkk. 1999. “Kapita Selekta Kedokteran.” Fakultas


Kedokteran UI : Media Aesculapius.

Muttaqin, Arif, 2008. “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Musculusceletal” Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi
12”. Jakarta : EGC,

Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R, 2011. “ Buku Saku Diagnosis Keperawatan,


edisi 9,Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC.” Jakarta : EGC

34

Anda mungkin juga menyukai