Anda di halaman 1dari 53

KEPERAWATAN GERIATRI

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN SINDROMA GERIATRI:


IMPECUNITY DAN ISOLASI

Dosen Fasilitator: Dianis Wulan Sari, S.Kp., Ns.,MHS.,Ph.D

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

1. Muhammad Zuhdi Rizqullah (132111123005)


2. Maulida Fitri Arifinanda (132111123006)
3. Desy Kaita Anaamah (132111123027)
4. Natalia Rosa Correia Barros (132111123030)
5. Imelda Adelwati Kabau (132111123031)
6. Desmianti Anawulang (132111123032)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma
Geriatri: Impecunity dan Isolasi dalam mengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dianis Wulan Sari, S.Kp., Ns.,MHS.,Ph.D selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Gerontik yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 20 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ......................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
2.1 Konsep Lansia ........................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi............................................................................................................ 6
2.1.2 Klasifikasi ....................................................................................................... 6
2.1.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi .................................................................. 6
2.1.4 Sindroma Geriatri ............................................................................................ 8
2.2 Konsep Sindroma Geriatri: Impecunity ...................................................................... 8
2.2.1 Definisi............................................................................................................ 8
2.2.2 Faktor Penyebab Ketidaklayakan Bekerja pada Lansia..................................... 9
2.2.3. Pathway of Caution ........................................................................................ 10
2.2.4 Dampak Impecunity pada Lansia ..................................................................... 10
2.2.5 Peran Perawat terhadap Lansia dengan Impecunity .......................................... 11
2.2.6 Teori Asuhan Keperawatan .............................................................................. 11
2.3 Konsep Sindroma Geriatri: Isolasi ............................................................................. 14
2.3.1 Definisi............................................................................................................ 14
2.3.2 Etiologi............................................................................................................ 14
2.3.3 Patofisiologi .................................................................................................... 16
2.3.4 Tanda dan Gejala ............................................................................................. 16
2.3.5 Mekanisme Koping.......................................................................................... 17
2.3.6 Teori Asuhan Keperawatan .............................................................................. 17
BAB 3 KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 21
3.1 Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Impecunity.......................... 21
3.2 Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Isolasi................................. 34
BAB 4 PENUTUP .......................................................................................................... 51
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 51
4.2 Saran ......................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 52
LAMPIRAN ................................................................................................................... 53

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang
kehidupan. Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya yang lanjut mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial (Murwani dan Priyantari, 2011, hlm 1).
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapat perhatian
khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan (UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 Pasal 138).
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan psikososialnya.
Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi
dengan baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh.
Permasalahan psikologis yang dialami lansia di panti dan merupakan bagian dari komponen
yang menentukan kualitas hidup seseorang dan berhubungan dengan dukungan keluarga.
Interaksi sosial atau dukungan sosial dalam keluarga dapat berjalan dengan baik apabila
keluarga menjalankan fungsi keluarga dengan baik, terutama dalam fungsi pokok kemitraan
(partnership), kasih sayang (affection), dan kebersamaan (resolve). Pemenuhan kebutuhan
sosial lansia di komunitas cenderung lebih baik dari pada di panti, karena interaksi lansia di
komunitas pada dasarnya lebih luas dari pada lansia di panti.
Hal ini disebabkan karena ada penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi karena
interaksi lansia di komunitas pada dasarnya lebih luas dari pada lansia di panti .Hal ini
disebabkan karena, ada penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi, tingkat keterlibatan
dalam pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, serta penurunan dukungan dari keluarga (Yuliati,
dkk 2014)
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan lansia dengan sindroma geriatric impecunity dan
isolasi?
1.3. Tujuan
2.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui proses asuhan keperawatan lansia dengan sindroma geriatric
impecunity dan isolasi

4
2.3.1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep lansia
2. Mengetahui konsep sindroma geriatric impecunity
3. Mengetahui konsep sindroma geriatric isolasi
4. Mengetahui contoh kasus dan proses keperawatan lansia dengan sindroma
geriatric impecunity
5. Mengetahui contoh kasus dan proses keperawatan lansia dengan sindroma
geriatric isolasi

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia


2.1.1. Definisi
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
2.1.2. Klasifikasi
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
2.1.3. Perubahan-perubahan yang Terjadi
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia yang meliputi:
1. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi
atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin
biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik,
emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan
rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lender,
penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis,
tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan
tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
2. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial.
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan

6
tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda
penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
3. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan
kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses
penuaan yang normal.
4. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin
banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-
masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
a. Kehilangan finansial (pedapatan berkurang)
b. Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas)
c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan
Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut:
a. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit)
b. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah
c. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
d. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
e. Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan

7
f. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
g. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga
h. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)
2.1.4. Sindroma Geriatri
Lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun
psikologis. Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang sering
dihadapi lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom Geriatri (Geriatric
Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah:
1. Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi)
2. Instability (ketidakseimbangan, risiko jatuh)
3. Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak mampu menahan buang air kecil/besar)
4. Intelectual Impairment (penurunan fungsi kognitif, demensia)
5. Infection (rentan mengalami infeksi)
6. Impairmentof Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran)
7. Impaction (sulit buangair besar)
8. Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri)
9. Inanition (kurang gizi)
10. Impecunity (penurunan penghasilan)
11. Iatrogenesis (efek samping obat-obatan)
12. Insomnia (sulit tidur)
13. Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubuh)
14. Impotence (impotensi)
2.2. Konsep Sindroma Geriatri: Impecunity
2.2.1. Definisi
Impecunity atau yang dalam bahasa Indonesia berarti kemiskinan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan
sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya
(Suryawati,2005). Pada konteks kemiskinan yang dialami oleh lansia maka hal penting yang
harus dipertanyakan adalah mengapa lansia bisa sampai mengalami kemiskinan.
Berbagai teori telah menyebutkan dan fakta telah membuktikan bahwa ketika
seseorang memasuki usia lanjut maka akan terjadi proses penurunan fungsi tubuh. Penurunan
fungsi tubuh tersebut dapat memengaruhi produktivitas lansia ketika bekerja. Sehingga

8
fenomena yang terjadi pada lansia adalah adanya fase pension baik bagi pekerja formal
maupun informal.
Miller (2009) mengemukakan bahwa fase berhenti kerja atau pensiun pasti akan
dialami oleh seluruh lansia dan pada saat itu mengakibatkan pendapatan (uang) menurun
serta perubahan peran dan status sosial. Pada fase tersebut tugas lansia adalah harus mampu
beradaptasi dengan masa pensiun dan penurunan pendapatan yang terjadi (Rosdahl dan
Kowalski, 2012).
2.2.2. Faktor Penyebab Ketidaklayakan Bekerja pada Lansia
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan karenanya lansia dikatakan tidak
memenuhi kriteria untuk bekerja secara produktif sehingga terjadi penurunan pendapatan,
meliputi:
1. Penurunan penglihatan, akan mengakibatkan kesulitan dalam beraktivitas sehari-
hari, berisiko jatuh, dan kecelakaan/insiden lainnya (Wang, C.W., et al., 2014).
2. Demensia/penurunan daya ingat, akan menyebabkan lansia butuh pendampingan
dalam berbagai kegiatan, terutama kegiatan instrumental (bepergian, mencuci,
menelepon, dan lain sebagainya) dan pemenuhan kebutuhan dasar (Ananta &
Wulan, 2011).
3. Penurunan kekuatan otot, akan menyebabkan lansia kesulitan melakukan kegiatan
fungsional seperti kemampuan mobilitas dan aktivitas perawatan diri (Utomo, 2010).
4. Penurunan pendengaran, berisiko tinggi terjadi kesalahan dalam berkomunikasi
(Ciorba, et al., 2012).
Menurut Turner dan Helms (1995), lansia sudah tidak layak dipekerjakan karena:
1. Pekerja lanjut usia adalah pekerja yang lambat dalam bekerja, kurang (bahkan tidak
dapat) memenuhi persyaratan standar produktivitas yang ditentukan perusahaan.
2. Pekerja lanjut usia banyak yang tidak fleksibel, sulit dilatih dan dikembangkan karena
mereka sulit untuk dapat menerima perubahan.
3. Gaji pekerja lanjut usia akan menambah beban perusahaan yang rasionya sudah tidak
realistis lagi dengan peningkatan kinerjanya

9
2.2.3. Pathway Of Caution

2.2.4. Dampak Impecunity pada Lansia


1. Dampak Bagi Lansia itu Sendiri
Penurunan penghasilan bagi lansia akan menyebabkan stres dan depresi (Kurniasih,
2013). Selain itu lansia yang cenderung benar-benar tidak melakukan kegiatan apa-
apa setelah pensiun juga berisiko tinggi mengalami depresi (Hayati dan Nurviyandari,
2013). Bahkan pada lansia laki-laki dapat terjadi gangguan konsep diri dikarenakan
perannya sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah tidak lagi berjalan optimal.
(Lee & Smith, 2009)
2. Dampak Bagi Pembangunan Sosial-Ekonomi
Orlicka (2015) dalam studinya menjelaskan bahwa peningkatan populasi usia lanjut
dan kemiskinan yang terjadi pada lansia dapat berdampak pada pembangunan
ekonomi bagi pemerintah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Dethier et
al. (2011) turut mendukung dengan menjabarkan terdapat korelasi antara berapa
jumlah uang pensiun yang didapat seorang lansia dengan tingkat kemiskinan dan
kesejahteraan suatu wilayah

10
2.2.5. Peran Perawat terhadap Lansia yang Mengalami Impecunity
1. Memberikan Pelayanan Konseling
Lansia yang mengalami penurunan pendapatan cenderung akan mudah stres
dan depresi. Ketika hal itu terjadi maka perawat harus menggunakan teknik
komunikasi terapeutik yang tepat untuk memberikan intervensi keperawatan.
Perawat harus menjadi pendengar yang baik, menunjukkan sikap empati,
menggali kemampuan yang masih dimiliki lansia, memotivasi, dan memberi
pujian pada kegiatan tercapai yang dilakukan.
2. Mengadakan Pelatihan/Terapi Okupasi
Perawat di era globalisasi dituntut untuk dapat terampil dan kreatif dalam
berbagai bidang. Karena keterampilan dan tingkat kreativitas seorang perawat
dapat menjadi role model dan ditularkan pada kliennya. Pada kasus ini, perawat
dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan yang masih bisa dilakukan oleh
lansia untuk kemudian dijadikan sebuah wirausaha guna menambah penghasilan.
Selain itu terapi okupasi juga dapat meningkatkan persepsi kebermaknaan
hidup, mengurangi stres, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan
produktivitas lansia (Kaharingan et al., 2015; Ponto et al., 2015; Umah, 2012).
3. Advokasi Asuransi Kesehatan Pemerintah
Bagi lansia-lansia yang tidak memiliki asuransi kesehatan sedang ia dalam
kondisi miskin, maka perawat wajib mengadvokasi dari mulai
memberikan penyuluhan hingga membantu pendaftaran asuransi kesehatan
pemerintah tersebut agar jika lansia sakit maka tidak akan terlalu dibebani secara
finansial.
2.2.6. Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada:
a. Data Demografi
1) Jenis Kelamin
Laki-laki yang mengalami penurunan pendapatan cenderung berisiko depresi
lebih tinggi dibandingkan perempuan karena laki-laki merupakan kepala keluarga
yang mempunyai peran besar dalam keluarga (Lee dan Smith, 2009).
2) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan lansia dapat mempengaruhi pendapatan uang pensiunan dan
mekanisme koping yang dilakukan (Hayati, 2014).

11
3) Anggota Keluarga
Kaji berapa jumlah anggota keluarga inti dan berapa orang yang sekiranya masih
dalam masa pembiayaan klien.
4) Pekerjaan Terdahulu dan Penghasilan
Pekerjaan lansia sebelum pensiun/berhenti bekerja perlu dikaji. Tidak semua
pekerjaan apalahi yang bukan pegawai akan dapat uang pensiun. Selain itu jumlah
uang pensiunan juga dapat memengaruhi tingkat stress dan depresi lansia (semakin
rendah jumlah uang pensiun yang diterima maka semakin tinggi tingkat stress dan
depresi) (Kurniasih, 2013).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang
Perlu dikaji terkait penyakit yang pernah diderita untuk memprediksi apakah lansia
tersebut dapat terserang penyakit yang sama lagi dikemudian hari atau justru menderita
komplikasi akibat penyakit primernya terdahulu. Hal tersebut berkaitan dengan
pembiayaan yang mungkin akan dibebankan pada lansia apalagi jika lansia tersebut
tidak memiliki keanggotaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif (head to toe/per sistem) wajib dilakukan
meski tidak ada keluhan berarti yang dirasakan lansia guna mengantisipasi penyakit
degeneratif.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin muncul
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem
pendukung/strategi koping
b. Gangguan konsep diri: penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan faktor
ekonomi
c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungandengan kesulitan ekonomi
3. Intervensi

Diagnosa NOC Intervensi Keperawatan


Setelah dilakukan 1) Bina hubungan saling percaya
Koping Tidak tindakan keperawatan dengan kliendan/atau keluarga
Efektif b.d. selama…..x….jam, 2) Berikan kesempatanklien untuk
ketidakadekuatan klien mampu mengungkapkan perasaannya,
sistem menghadapi bantuklien identifikasi stressor
pendukung/ permasalahan yang 3) Berikan dukungan pada klien
strategi koping dihadapi dengan apabila telah mengungkapkan
menggunakan perasaanya

12
mekanisme koping 4) Ajarkan alternatif koping yang
adaptif yang konstruktif
ditunjukkan dengan: 5) Ajarkan klien untuk menggunakan
1) Ekspresi wajah klien strategi koping berorientasi ego
tampak tenang, tidak yaitu dengan memfasilitasi dan
cemas menjadwalkan secara berkala
2) Klien mengungkapkan klien melakukan hobinya serta
dengan verbal tentang membantu klien untuk
perasaanyang lebih baik meningkatkan religiusitas, latih
klienuntuk senantiasa berdoa dan
3) Klien menunjukkan
mengadu kepada Tuhan YME
perilaku yang
setiap kali ada masalah.
konstruktif dalam
Gunakan pendekatan konseling
kegiatan sehari-hari
logoterapi
Gangguan konsep Setelah dilakukan tindakan 1) Diskusikan dengan klien hal-hal
diri: penampilan keperawatan apa saja yang masih dapat
peran tidak selama…..x….jam, klien dilakukan dan sekiranya
efektif mampu menerima diri menghasilkan
berhubungan terhadap peran yang 2) Bangun kepercayaan diri klien
dengan faktor diembannya karena dengan memberi motivasi dan
ekonomi kondisinya yang sekarang pujian
ditunjukkan dengan: 3) Ajarkan suatu keterampilan
1) Klien mengungkapkan okupasi pada lansia
secara verbal tentang
kepuasannya sekarang
menjalani peran dalam
keluarga
2) Klien mampu
menjalani perannya
saat ini dengan strategi
koping yang adaptif
Manajemen Setelah dilakukan tindakan 1) Anjurkan keluarga untuk
kesehatan keperawatan mendukung lansia
keluarga tidak selama…..x….jam, klien senantiasa memeriksakan
efektif mampu menunjukkan kesehatannya secara rutin
berhubungan kemampuan mengatur 2) Advokasi klien untuk
dengan kesulitan kesehatan keluarga dengan mendapatkan pembiayaan
ekonomi efektif menggunakan apabila belum mempunyai
kemampuan/sumber daya keanggotaan asuransi kesehatan
yang tersedia yang pemerintah
ditunjukkan dengan: 3) Berikan pendidikan kesehatan
1) Klien dan keluarga terkait pemanfaatan pelayanan
menunjukkan posyandu lansia, risiko kesehatan

13
perilaku hidup bersih lansia dan pencegahannya, serta
dan sehat secara rutin penyakit umum yang sering
2) Klien dan keluarga terjadi di masyarakat
berpartisipasi aktif
dalam kegiatan
kesehatan di
masyarakat
(posyandu, kerja
bakti, senam, dan lain
sebagainya)

2.3. Konsep Sindroma Geriatri: Isolasi


2.3.1. Definisi
Isolasi sosial merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam. Isolasi
sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Nanda, 2012).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Pasien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman.
2.3.2. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Pada masa dewasa akhir, kehidupan seseorang akan mengalami banyak perubahan,
baik saat akibat penurunan kemampuan fisik, perubahan status individu, kehilangan
pasangan hidup, kehilangan komunikasi dengan anak, sehingga menyebabkan
peningkatan ketergantungan dengan orang lain.

14
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku:
a. Sikap bermusuhan/hostilitas
b. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c. Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
d. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara
terbuka dengan musyawarah.
e. Ekspresi emosi yang tinggi
f. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan
dari lingkungan sosial.
4. Faktor Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah
sebagai berikut:
a. Tingkah laku curiga: proyeksi
b. Dependency: reaksi formasi
c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi

15
2.3.3. Patofisiologi
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangan hubungan
dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan
dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

2.3.4. Tanda dan Gejala


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
1. Pasien banyak diam dan tidak mau berbicara
2. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat
3. Pasien tanpak sedih, ekspresi dangkal dan datar

16
4. Kontak mata kurang
5. Apatis
6. Afek tumpul
7. Berdiam diri dikamar
8. Perawatan diri kurang
2.3.5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh pasien menarik diri adalah regresi.
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi.
Regresi dapat mempengaruhi keseluruhan atau sebagian aspek kepribadian yang dapat
menimbulkan macam-macam prilaku antara lain: gangguan asosiasi, pembicaran, austistik,
prilaku kekanak-kanakan atau gejala katatonik lainnya.
Pasien mula-mula “merasa rendah diri, tidak berharga lagi dan tidak berguna sehingga
tidak aman dalam membina hubungan dengan orang lain, pasien dengan prilaku menarik diri
biasanya berasal dari keluarga yang penuh permasalahan”, ketegangan dan kecemasan yang
tidak menjamin/ mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan oranglain dan pada lansia disebabkan karena pensiun sehingga para lansia merasa
tidak produktif dan berguna lagi. Akibatnya pasien tak dapat membantu kuantitas diri,
penghayatan diri dan kurang mampu mengembangkan dan mempelajari cara berhubungan
dengan orang lain yang dapat menumbuhkan rasa aman pada pasien dan prilaku menarik diri,
keadaan ini terjadi karena pada masa perkembangan sebelumnya pasien tidak dapat
mengidentifikasi dari orangtua jenis yang sama, sehingga pasien merasa takut tidak diterima
bila mencintai orang lain.
Pasien memerlukan usaha-usaha melindungi diri sehingga merasa pasif dan
berkepribadian kaku, pasien tidak mau mencari penyebab dan berusaha menyesuaikan diri
dengan kenyataan, tetapi dia mengembangkan rasionalisasi dan menghamburkan realitas.
2.3.6. Teori Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Untuk mengkaji pasien lansia dengan isolasi sosial perawat dapat menggunakan wawancara
dan observasi. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara,
adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Pasien merasa tidak aman dengan orang lain.
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
4. Pasien merasa bosan dan dan lambat menghabiskan waktu.

17
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien merasa tidak berguna.
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan- pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subjektif:
1. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
2. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami pasien?
6. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
7. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi dan wawancara maka
perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien lansia
dengan isolasi sebagai berikut:
1. Isolasi Sosial / Menarik Diri
2. Defisit Perawatan Diri
3. Harga diri rendah
C. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada klien:
1. Tujuan: setelah tindakan keperawatan, pasien mampu:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
c) Berinteraksi dengan orang lain
2. Tindakan
a) Membina hungan saling percaya
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.

18
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
 Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.
 Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
b) Membantu pasien menyadari prilaku isolasi sosial
 Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinterkasi dengan orang lain.
 Tanyakan kepada pasien apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
 Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka.
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
c) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
 Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
 Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
 Beri kesempatan pasien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan perawat.
 Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu teman / anggota keluarga.
 Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan
dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
 Siap mendengar ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang
lain.
 Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan
interaksinya.
D. Evaluasi
1) Evaluasi kemampuan pasien:
 Pasien menjelaskan kebiasaan interaksi

19
 Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain
 Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
 Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
 Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain
 Pasien bergaul/ berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga
 Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
 Pasien menggunakan obat dengan patuh
2) Evaluasi kemampuan keluarga
 Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya
 Keluarga menyebutkan penyebabkan dan proses terjadinya isolasi sosial
 Keluarga membantu pasien dengan orang lain
 Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga

20
BAB 3
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Impecunity


A. Kasus
Tn. A berusia 75 tahun alamat di Jln. Mulyorejo Tengah, Surabaya. Pendidikan
terakhir SD, bekerja sebagai seorang pedagang buah keliling selama 30 tahun dengan
penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak memiliki tabungan. Tn.
A memiliki seorang istri bernama Ny. S berusia 69 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Tn. A dan Ny. S memiliki dua anak laki-laki yang sudah menikah dan tinggal
bersama keluarganya. Satu bulan terakhir, Tn. A mengeluh mudah lelah dan tidak sanggup
untuk berjualan sehingga tidak memiliki pendapatan. Setiap bulan mendapat kiriman uang
dari kedua anaknya namun Tn. A mengatakan uang tersebut hanya cukup untuk makan saja.
Ny. S memiliki beberapa hutang dibeberapa warung karena kiriman dari anak-anaknya sering
terlambat. Kedua anaknya tinggal di luar kota sehingga jarang mengujungi Tn. A dan Ny. S.
Pada pemeriksaan di dapatkan keadaan umum baik dan kesadarannya composmentis.
Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 75x/menit, pernafasan 18x/menit dan suhu badan
36,6 C. Tinggi badan Tn. A 165 cm dan berat badan 50 kg.
Dari hasil pemeriksaan fisik rambut pendek dan beruban, tidak ada benjolan dikepala,
mengalami penurunan pendengaran, tidak terdapat edema di wajah, konjungtiva merah muda,
pupil mata keruh, sklera terlihat putih, pandangan mata kabur dan berbayang. Pada mulut dan
bibir tidak ada sariawan (stomatitis), lidah bersih, tidak ada pembengkakan dan pendarahan
pada gusi serta gigi ompong. Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid dileher dan
kelenjar getah bening di axilla. Bentuk dadanya simetris dan tidak ada retraksi pada dadanya,
bunyi jantung tidak ada bunyi mur-mur dan paru – paru tidak ada bunyi wheezing, pada
punggung dan pinggang tidak ada kelainan, posisi tulang belakang normal, tidak ada nyeri
ketuk pada pinggang. Kulit kuning bersih, keriput, tidak ada bekas luka dan tidak ada odema.
Tn. A BAB kadang 2 hari 1x sehari, BAK tidak terhitung, tidak mengompol. Tn. A
mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan asam urat yang sering kambuh.

21
Pengkajian:
Nama : Tn. A
Tanggal Pengkajian : 06 November 2021
1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Tn. A
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat asal : Surabaya
2. DATA KELUARGA :
Nama : Ny. S
Umur : 69 tahun
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Klien mengatakan tidak memiliki penghasilan
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA):
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahannafsu makan : √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Keterbatasan gerak dalam pemenuhan kebutuhan
ADL

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Kulit Tn. A dalam keadaan baik

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakankel : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ada keluhan

22
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Tn. A mengatakan sering pusing
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tn. A mengeluh pandangan berkurang

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : √
pendengaran
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan : √
membersihkan telinga
Dampak pada ADL : Terkadang ketika dipanggil dari jarak yang tidak
terlalu jauh dan suara normal, Tn. A tidak mampu
mendengar.
KETERANGAN : Pendengaran kurang kemungkinan karena faktor
usia.

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada hidung

23
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x sehari, hanya ketika mandi.
KETERANGAN : Gigi tidak lengkap lagi, mulut dan gigi tampak
kurang bersih

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : RR 18x/menit

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tekanan darah 140/90 mmHg

24
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : BAB 2 hari sekali
KETERANGAN : Tn. A mengalami penurunan nafsu makan

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : Tidak terhitung
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Normal
KETERANGAN : -

14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah sex : √
Impotensi : √
Tidak ada masalah

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
25
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Pola latihan berjalan Tn. A dengan berjalan jarak
pendek .
Dampak ADL : Tn. A tidak mampu berjualan
KETERANGAN : Gangguan disebabkan oleh riwayat asam urat dan
faktor usia.

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Tidak ada kelainan patologis dan fisiologis.

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Koping Tn. A tidak efektif
Persepsi tentang kematian : Tn. A menganggap kematian merupakan hal yang
pasti terjadi pada manusia dan harus siap
menghadapinya.
Dampak pada ADL : terdapat dampak pada ADL

Spiritual
 Aktivitas ibadah : Tn. A rajin beribadah dimasjid
 Hambatan : Jika asam urat dan hipertensinya kambuh atau Tn. A merasa
lelah, Tn. A beribadah dirumah
KETERANGAN :

26
6. LINGKUNGAN:

 Kamar : kurang rapi dan tidak wangi

 Kamar mandi : agak jauh dengan kamar mandi

 Dalam rumah : kurang rapi, pencahayaan kurang di dalam rumah

 Luar rumah : Perumahan yang padat penduduk

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat ini:
Tn. A yang merasa tubuhnya sudah sering merasa tubuhnya mudah lelah tidak
mampu untuk berjualan keliling sehingga tidak memiliki penghasilan.

8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Kemampuan ADL : Dibantu Ny. S ketika dirumah, istri
2. Aspek Kognitif : tidak ada gangguan kognitif
3. Tes Keseimbangan : keseimbangan baik
4. GDS : 110 mgdL
5. Status Nutrisi : TB=165 cm,BB 50 kg
6. Fungsi social lansia : menurun, karena terkendala mobilitas
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik :
No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1 GDS 06/11/2021 110mg/dL (80-200)
2 Asam urat 06/11/2021 7,5mg/dL (2,4-5,7 P)
3 Kolesterol 06/11/2021 180mg/dL (150-200)

27
Lampiran
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Skor Skor klien
1 Makan 0 = tidak mampu 10
5 = dengan bantuan (memaotong makanan,
mengoleskan selai , dll atau membutuhkan menu
makanan tertentu, misal makan cair, bubur)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 10
5 = butuh bantuan
10 = mandiri (mengancingkan, memakai resleting,
menalikan renda/tali)
4 Berhias 0 = butuh bantuan dalam perawatan pribadi 5
5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas, gosok gigi,
bercukur)
5 Kontrol 0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan enema untuk 10
Bowel BAB
(BAB) 5 = sesekali BAB tidak sadar (occasional accident)
10 = Kontrol BAB baik
6 Kotrol 0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak 10
Bladder mampu merawat kateter dan baik
(BAK) 5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional accident)
10 = Kontrol BAK baik
7 Penggunaan 0 = Tidak mampu 10
toilet 5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu
(mencuci, dengan mandiri
menyeka, 10 = mandiri
menyiram)
8 Naik turun 0 = Tidak mampu 5
tangga 5 = dengan bantuan
10 = mandiri
9 Mobilisasi 0 = tidak mampu mobilisasi atau berjalan/kursi roda < 15
di 45,72 m (50 yard)
permukaan 5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50 yard),
datar mampu memosisikan kursi roda di pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72 m (50
yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan bantuan alat,
pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
10 Berpindah ( 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk dengan 15
dari kursi ke seimbang
tempat tidur 5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2 orang yang
dan membantu)
sebaliknya 10 = dengan bantuan lebih sedikit
15 = mandiri
TOTAL SKOR 95

28
Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)Aspek Kognitif
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama : Tn. A
Tgl/Jam: 06 November 2021
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2021 Hari : Rabu
Musim : hujan Bulan : November
Tanggal : 06/11/2021
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: Indonesia Panti : …………………
Propinsi: Jawa Timur Wisma/Kamar :
…………
Kabupaten/kota : Surabaya
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, piring,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). piring 3).
Kertas
4 Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
1) mampu 2) mampu 3) tidak
mampu

6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda


(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Kipas angin
2). TV
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Tidak ada, jika, tetapi

29
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah yang dituliskan di
kertas nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 29 29
Inteprestasi hasil
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif
2. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 06/11/2021 12 detik
2
3
Rata-rata Waktu TUG 12 detik
Interpretasi hasil Keseimbangan Baik
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer& Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &
Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

30
3. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 0 1 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 1
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 0 1 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 0 1 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 0 1 1
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 0 1 0
Jumlah 7
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

4. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia :
No Indikators score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 2
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 2
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2 2
tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 4
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0
atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0

31
terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0
belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 10
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

5. Fungsi sosial lansia


Apgar keluarga dengan lansia
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

N URAIAN FUNGSI SKOR


O
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION 1
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 1
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 1
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 5
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

32
3.3 Analisa Data dan Diagnosa
Analisa Data :

NO DATA FOKUS MASALAH

1. DS : Ketidakberdayaan (00125)
- Tn. A mengatakan sudah satu bulan tidak
bekerja karena tubuhnya mudah lelah sehingga
tidak memiliki penghasilan
- Tn. A mengatakan aktivitasnya berkurang
sehingga banyak hal yang tidak dapat
dilakukan
DO :
- Tn. A terlihat lemas dan menunjukan ekspresi
lelah
- Tes Indeks Barthel = 95
- Tes fungsi sosial = 5
- Tes GDS = 7
2. DS : Ketidakefektifan manajemen
- Tn. A mengatakan sering merasa pusing kesehatan (00078)
- Tn. A mengatakan jarang periksa ke pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan keadaannya
- Tn. A mengatakan jarang mengkonsumsi obat
DO :
- Tn. A memiliki riwayat hipertensi dan asam
urat
- Status nutrisi = 10

Diagnosa Keperawatan :

1. Ketidakberdayaan b.d kesulitan ekonomi

2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kesulitan ekonomi

Intervensi Keperawatan

N
DIAGNOSA NOC NIC
O
1. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan asuhan 1) Tentukan apakah terdapat
b.d kesulitan keperawatan diharapkan perbedaan antara pandangan
ekonomi ketidak berdayan dapat pasien dan pandangan
teratasi dengan kriteria penyedia perawatan kesehatan
hasil: mengenai kondisi pasien
1) Usaha untuk 2) Bantu pasien untuk
mengumpulkan mengklarifikasi nilai dan
informasi harapan yang mugkin akan
meningkat membantu dalam membuat
2) Keyakinan bahwa pilihan yang penting dalam
tindakan sendiri hidup
yang mengontrol 3) Berikan penguat kepercayaan

33
hasil kesehatan diri dalam membuat perubahan
3) Kesediaan untuk perilaku dan mengambil
memiliki keinginan tindakan
untuk hidup 4) Berikan lingkungan yang
mendukung perilaku yang
diinginkan untuk mempelajari
pengetahuan dan ketrampilan
yang diperlukan untuk
berperilaku
5) Berikan penguat positif dan
dukungn emosi.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1) Bantu pasien untuk


manajemen keperawatan diharapkan mengidentifikasi perilaku-
kesehatan b.d ketidakefektifan perilaku sasaran yang perlu
kesulitan ekonomi manajemen kesehatan diubah serta untuk mencapai
dapat teratasi dengan tujuan yang diinginkan
kriteria hasil: 2) Identifikasi bersama pasien
1) Melakukan mengenai strategi paling
tindakan efektif terkaitdengan
pencegahan perubahan perilaku
meningkat 3) Baantu pasien untuk
2) Melakukan merumuskan rencana yang
tinndakan untuk sistematis terhadap perubahan
mengurangi geja perilaku
meningkat 4) Dorong pasien untuk
3) Mendapatkan menyesuaikan rencana yang
perawatan sudah dibentuk untuk
kesehatan ketika meningkatkan perubahan
gejala yang perilaku, jika diperlukan
berbahaya muncul 5) Bantu perkembangan pasien
untuk terus maju melewati
ketergantungan terhadap diri
sendiri

3.2. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Isolasi


A. Kasus
Ny.U usia 65 tahun alamat Jln. Kedung sroko 4, Surabaya. Pendidikan terakhir SD,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, kebangsaan Indonesia, suku Jawa, agama Islam. Suami Ny.U
sudah meninggal dunia sekitar 5 tahun yang lalu. Ny.U memiliki anak bernama Tn.S usia 45
tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan kuli bangunan dan aktif bekerja, kebangsaan
Indonesia, suku Jawa, agama islam, telah menikah dan memiliki 1 orang anak berusia 6
tahun, Tn.S tinggal bersama istri, anak dan ibunya(Ny. U). Menurut keterangan dari

34
Tn.S,ibunya pernah mengeluhkan merasa malu pada menantunya dikarenakan kondisi Ny. U
yang sakit dan sering mengompol sehingga Ny.U merasa bahwa istri Tn.S sebal
kepadanya.Ny. U sering susah untuk berjalan dan beraktifitas karena sakit di lututnya, Ny.U
lebih sering berdiam diri di kamar dan tiduran.
Pada saat pengkajian wajah Ny.U tampak sedih dengan ekspresi wajah yang datar dan
lebih banyak diam, jika ditanya Ny.U hanya menjawab dengan singkat dan kadang terbata-
bata, saat menjawab Ny.U sering menunduk dan mengalihkan pandangan. Ny.U mengatakan
tidak pernah keluar rumah karena merasa malu, merasa dikucilkan tetangga dan orang di
sekitarnya karena kondisinya saat ini yang sudah tua, tidak berguna dan bergantung pada
orang lain, sering mengompol dan merasa hanya menjadi beban dalam kehidupan anaknya.
Ny.U mengatakan nafsu makan menurun, tidak berselera untuk makan. Pada pemeriksaan
didapatkan keadaan umum baik dan kesadarannya composmentis. Tekanan darah 130/80
mmHg, denyut nadi 70 x/menit, pernafasan 16 x/menit dan suhu badan 36,5oC.Tinggi badan
150 cm dengan berat badan 44 kg.
Hasil pemeriksaan fisik rambut beruban dan tidak terawat, pada kepala tidak ada
benjolan, mengalami penurunan pendengaran, tidak ada oedema pada muka, konjungtiva
merah muda, pupil mata keruh, sklera terlihat putih, pandangan mata kabur dan berbayang.
Pada mulut dan bibir tidak ada sariawan (stomatitis), lidah bersih, tidak ada pembengkakan
dan perdarahan pada gusi, gigi tidak lengkap lagi.Tidak ada pembesaran pada kelenjar
thyroid dileher dan kelenjar getah bening di axilla. Bentuk dadanya simetris dan tidak ada
retraksi pada dadanya, bunyi jantung tidak ada bunyi mur-mur dan paru – paru tidak ada
bunyi wheezing, pada punggung dan pinggang tidak ada kelainan, posisi tulang belakang
normal, tidak ada nyeri ketuk pada pinggang. Kulit kuning bersih, keriput, tidak ada bekas
luka dan tidak ada odema. Ny.U BAB kadang 3 hari 1x sehari, BAK tidak terhitung
terkadang mengompol dan Ny. U merasa malu karena mengompol.

35
3.2 Pengkajian
Nama : Ny.U
Tanggal Pengkajian : 20 November 2021
2. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Ny.U
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat asal : Surabaya
2. DATA KELUARGA :
Nama : Tn. S
Hubungan : Anak Kandung
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : Surabaya
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Klien mengeluh malu bertemu orang-orang karena sering mengompol
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA):
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu makan : √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Keterbatasan gerak dalam pemenuhan kebutuhan ADL

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Kulit Ny.U dalam keadaan baik

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ada keluhan

36
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : Rambut tampak tidak terawat

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Ny.U mengeluh pandangan berkurang

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : √
pendengaran
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan : √
membersihkan telinga
Dampak pada ADL : Terkadang ketika dipanggil dari jarak yg tidak terlalu
jauh dan suara normal, Ny.U tidak mampu
mendengar.
KETERANGAN : Pendengaran kurang kemungkinan karena faktor
usiadan di perparah karena kotoran telinga yang
menyumbat namun Ny.U tidak menggunakan alat
bantu dengar

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √

37
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada hidung

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x sehari, hanya ketika mandi.
KETERANGAN : Gigi tidak lengkap lagi, mulut dan gigi tampaak
kurang bersih
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : RR 16x/menit

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tekanan darah 130/80 mmHg

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √

38
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : BAB 3 hari sekali
KETERANGAN : Ny.U mengalami penurunan nafsu makan

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : Tidak terhitung
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √ -
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Sering Ngompol
KETERANGAN : ada kelainan patologis dan fisiologis

14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Tidak terkaji
Aktifitas seksual : Menurun
Pap smear : √
KETERANGAN : .................................................................................
.................................................................................

39
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Pola latihan berjalan Ny.U dengan berjalan jarak
pendek .
Dampak ADL : Ny.U tidak pernah pergi
KETERANGAN :

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Tidak ada kelainan patologis dan fisiologis.

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Koping Ny.U tidak efektif
Persepsi tentang kematian : Ny.U menganggap kematian merupakan hal yang pasti
terjadi pada manusia dan harus siap menghadapinya.
Dampak pada ADL : terdapat dampak pada ADL
Spiritual
 Aktivitas ibadah : Ny.U kurang rajin beribadah
 Hambatan : kerap kali mengompol diwaktu malam, sehingga mengakibatkan
Ny. U tidak shubuh karena tidak mungkin mandi pagi hari
KETERANGAN : Ny. U menganggap hambatan dalam beribadah merupakan
suatu tantangan.

40
6. LINGKUNGAN :

 Kamar : kurang rapi dan tidak wangi/ bau pesing

 Kamar mandi : agak jauh dengan kamar mandi

 Dalam rumah : kurang rapi, pencahayaan kurang di dalam rumah

 Luar rumah : Perumahan yang padat penduduk

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat
ini: Ny. U hanya berdiam diri dirumah sangat jarang berinteraksi dengan lingkungan
semenjak dirinya sering mengompol dan sulit beraktivitas karena nyeri lututnya.
8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
8. Kemampuan ADL : Dibantu Tn. S ketika dirumah, istri jarang membantu.
9. Aspek Kognitif : terdapat gangguan kognitif
10. Tes Keseimbangan : keseimbangan kurang baik
11. GDS : 110 mgdL
12. Status Nutrisi : TB=1 cm,BB 44 kg
13. Fungsi social lansia : menurun, karena terkendala mobilitas dan pandangan
mata yang kurang jelas
14. Hasil pemeriksaan Diagnostik :
No Jenis pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan Hasil
1 GDS 20/11/2021 110mg/dL (80-200)
2 Asam urat 20/11/2021 3,3mg/dL (2,4-5,7 P)
3 Kolesterol 20/11/2021 180mg/dL (150-200)

Lampiran
6. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Skor Skor yang
didapat
1 Makan 0 = tidak mampu 10
5 = dengan bantuan (memaotong makanan,
mengoleskan selai , dll atau membutuhkan
menu makanan tertentu, misal makan cair,
bubur)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
41
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 5
5 = butuh bantuan
10 = mandiri (mengancingkan, memakai
resleting, menalikan renda/tali)
4 Berhias 0 = butuh bantuan dalam perawatan pribadi 5
5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas, gosok
gigi, bercukur)
5 Kontrol Bowel (BAB) 0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan enema 10
untuk BAB
5 = sesekali BAB tidak sadar (occasional
accident)
10 = Kontrol BAB baik
6 Kotrol Bladder (BAK) 0 = inkontinensia atau memakai kateter dan 5
tidak mampu merawat kateter dan baik
5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional
accident)
10 = Kontrol BAK baik
7 Penggunaan toilet 0 = Tidak mampu 5
(mencuci, menyeka, 5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan
menyiram) sesuatu dengan mandiri
10 = mandiri
8 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 5
5 = dengan bantuan
10 = mandiri
9 Mobilisasi di 0 = tidak mampu mobilisasi atau berjalan/kursi 10
permukaan datar roda < 45,72 m (50 yard)
5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50
yard), mampu memosisikan kursi roda di
pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72 m
(50 yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan bantuan
alat, pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
10 Berpindah ( dari kursi 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk 10
ke tempat tidur dan dengan seimbang
sebaliknya 5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2 orang
yang membantu)
10 = dengan bantuan lebih sedikit
15 = mandiri
TOTAL SKOR 70

Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan

42
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)spek Kognitif
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama : Ny. U
Tgl/Jam: 20 November 2021
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2021 Hari : sabtu
Musim : hujan Bulan : 10
Tanggal : 20/11/2021
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: Indonesia Panti : -
Propinsi: Jawa Timur Wisma/Kamar : -
Kabupaten/kota : Surabaya
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, piring,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
2) Kursi 2). piring 3). Kertas
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 78 4). 71 5). 65
5 Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin 1 nilai)
1) mampu 2) (tidak mampu) 3) (tidak
mampu)
6 Bahasa 9 5 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Kipas angin (mampu)
2). TV (mampu)
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“tidak ada, dan, jika, atau tetapi”
Klien menjawab :
Tidak ada, jika, tetapi (mampu)
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda (mampu)
5). Lipat dua (tidak mampu)
6). Taruh dilantai (tidak mampu)
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah yang dituliskan di
kertas nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda” (mampu)
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan (tidak mampu)

43
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk (Tidak mampu)

Total nilai 30 20
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : gangguan kognitif sedang
7. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 20/11/2021 16 detik
2
3
Rata-rata Waktu TUG 16 detik
Interpretasi hasil Risiko tinggi jatuh
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer& Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &
Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
8. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 1 0 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 0 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 1 0 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 0 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1

44
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 0 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 10
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

9. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia :
No Indikators score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 1
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2 1
tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0
atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0
terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 2
belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 5
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

45
10. Fungsi sosial lansia
Apgar keluarga dengan lansia
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKOR


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 1
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 0
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 0
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 1
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 0
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 2
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

3.3 Analisa Data dan Diagnosa


Analisa Data :
NO DATA FOKUS MASALAH
1. DS : Isolasi sosial
- Tn.S mengatakan bahwa Ny.U lebih sering berdiam (00053)
diri di kamar dan tiduran
- Ny.U mengatakan tidak pernah keluar rumah karena
merasa malu, merasa dikucilkan tetangga dan orang
di sekitarnya karena kondisinya saat ini yang sudah
tua, tidak berguna dan bergantung pada orang lain,
sering mengompol dan merasa hanya menjadi beban
dalam kehidupan anaknya
- Ny.U mengatakan nafsu makan menurun, tidak
berselera untuk makan

46
DO :
- Ny.U lebih banyak diam pada saat pengkajian, jika
ditanya Ny.U hanya menjawab dengan singkat dan
kadang terbata-bata, saat menjawab Ny.U sering
menunduk dan mengalihkan pandangan.
- Wajah Ny.U tampak sedih dengan ekspresi yang
datar
- Tes Indeks Barthel : ketergantungan sedang
(skor=70)
- Tes MMSE : Gangguan kognitif sedang (skor=20)
- Tes GDS : Indikasi Depresi (skor=10)
- Tes Status nutrisi : Moderate nutritional risk (skor=5)
- Tes Fungsi sosial lansia : disfungsi berat (skor=2)
2. DS : Harga diri rendah
- Ny.U mengatakan tidak pernah keluar rumah karena situasional(00120)
merasa malu, merasa dikucilkan tetangga dan orang
di sekitarnya karena kondisinya saat ini yang sudah
tua, tidak berguna dan bergantung pada orang lain,
sering mengompol dan merasa hanya menjadi beban
dalam kehidupan anaknya
DO :
- Ny.U lebih banyak diam pada saat pengkajian, jika
ditanya Ny.U hanya menjawab dengan singkat dan
kadang terbata-bata, saat menjawab Ny.U sering
menunduk dan mengalihkan pandangan.
- Wajah Ny.U tampak sedih dengan ekspresi yang
datar
- Tes GDS : Indikasi Depresi (skor=10)
- Tes Fungsi sosial lansia : disfungsi berat (skor=2)

Diagnosa Keperawatan :
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat
dan gangguan kesehatan
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan fungsi dan
ketidakadekuatan pemahaman
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Isolasi sosial Diharapkan interaksi dengan Peningkatan citra tubuh (5220)
(00053) orang lain dapat ditingkatkan - Tentukan harapan citra diri
berhubungan NOC : klien didasarkan pada tahap
dengan sumber a. Keterlibatan sosial (1503), perkembangan
personal yang skala outcome : - Bantu klien menentukan
tidak adekuat - Berinteraksi dengan keberlanjutan dari perubahan-
dan gangguan anggota keluarga perubahan aktual dari tubuh
kesehatan (150303) atau tingkat fungsinya
- Berinteraksi dengan - Bantu klien mendiskusikan
tetangga (150302) perubahan-perubahan
- Berpartisipasi dalam disebabkan oleh penuaan

47
aktivitas waktu luang dengan cara yang tepat
dengan orang lain - Ajarkan pada klien mengenai
(150313) perubahan-perubahan normal
b. Keparahan kesepian (1203) yang terjadi dalam tubuhnya
- Rasa kehilangan terkait dengan beberapa tahap
harapan (120304) proses penuaan, dengan cara
- Perasaan terisolasi yang tepat
secara sosial (120307)
- Rasa tidak dimengerti Terapi aktivitas (4310)
oleh orang lain - Pertimbangkan kemampuan
(120308) klien dalam berpartisipasi
- Pola makan tidak sehat melalui aktivitas spesifik
(120328) - Pertimbangkan komitmen klien
- Penurunan level aktiitas untuk meningkatkan frekuensi
(120323) dan jarak aktivitas
- Depresi (120327) - Bantu klien untuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan dan
aktivitas-aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk memilih
aktivitas dan pencapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan kemampuan
fisik, biologis dan sosial
- Bantu klien untuk tetap fokus
pada kekuatan yang
dimilikinya dibanding
kelemahannya
- Dorong aktivitas kreatif yang
tepat
- Dorong keterlibatan dalam
aktivitas kelompok maupun
terapi, jika memang diperlukan
- Bantu dengan aktivitas fisik
secara teratur
(misalnya:ambulasi,berpindah,
berputar dan kebersihan diri),
sesuai dengan kebutuhan.
Peningkatan integritas keluarga
(7100)
- Jadilah pendengar yang baik
bagi anggota keluarga
- Bina hubungan saling percaya
dengan klien dan anggota
keluarga
- Pertimbangkan perasaan
keluargaa terhadap situasi yang
mereka hadapi
- Monitor hubungan keluarga

48
saat ini
- Identifikasi tipe mekanisme
koping keluarga
Peningkatan keterlibatan
keluarga (7110)
- Identifikasi defisit perawatan
diri klien
- Identifikasi kemampuan
anggota keluarga untuk terlibat
dalam perawatan klien
- Informasikan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
kondisi klien pada anggota
keluarga
- Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan hubungan
keluarga yang sesuai
2. Harga diri Diharapkan penilaian harga Peningkatan koping (5230)
rendahsituasional diri sendiri dapat di - Berikan penilaian dan
(00120) pertahankan diskusikan respon alternatif
berhubungan NOC : terhadap situasi yang ada
dengan 1. Harga diri (1205), skala - Gunakan pendekatan yang
gangguan outcome : tenang dan memberikan
fungsi dan - Verbalisasi penerimaan jaminan
ketidakadekuata diri (120501) - Berikan suasana penerimaan
n pemahaman - Penerimaan terhadap - Dukung sikap klien terkait
keterbatasaan diri dengan harapan yang realistis
(120502) sebagai upaya untuk mengatasi
- Mempertahankan kontak perasaan ketidakberdayaan
mata (120504) Perawatan inkontinensia urine
- Mempertahankan (0610)
penampilan dan - Identifikasi faktor apa saja
kebersihan diri (120509) penyebab inkontinensia pada
- Keinginan untuk klien
berhadapan muka dengan - Jelaskan penyebab terjadinya
orang lain (120515) inkontinensia dan rasionalisasi
2. Pengaturan tiap tindakan yang dilakukan
psikososial:perubahan - Modifikasi pakaian dan
kehidupan (1305), skala lingkungan untuk
outcome : mempermudah akses ke toilet
- Menjaga harga diri - Berikan umpan balik positif
(130502) jika inkontinensia membaik
- Melaporkan perasaan - Batasi intake cairan 2-3 jam
berguna (130504) sebelum tidur
- Verbalisasi optimisme Latihan kandung kemih (0570)
mengenai saat ini - Pertimbangkan kemampuan
(130505) untuk mengenali dorongan
- Menggunakan strategi pengosongan kandung kemih
koping yang efektif - Lakukkan eliminasi pada klien

49
(130509) atau ingatkan klien untuk
- Menggunakan dukungan mengosongkan kandung kemih
sosial yang tersedia pada interval yang sudah
(130513) ditentukan
- Partisipasi dalam - Tunjukkan kepercayaan bahwa
aktivitas di waktu luang inkontinensia dapat
(130514) ditingkatkan
3. Kesadaran diri (1215), skala - Ajarkan klien untuk secara
outcome : sadar menahan urin sampai
- Mengenali keterbatasan saat buang hajat yang
pribadi secara fisik dijadwalkan
(121506) Terapi latihan : Mobilitas sendi
- Mengenali nilai-nilai (0224)
pribadi (121510) - Tentukan batasan pergerakan
- Mempertahankan sendi dan efeknya thd fungsi
kesadaran terhadap sendi
perasaan (121516) - Pakaikan baju yang tidak
- Mengungkapkan menghambat pergerakan
perasaan pada orang lain - Lakukan latihan ROM aktif
(121520) maupun pasif
- Mencerminkan interaksi - Jelaskan ke pasien dan
besama orang lain keluarga manfaat latihan sendi.
(121521)
- Mengungkapkan
kebutuhan kepada orang
lain (121522)

50
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009). Semakin panjang usia seseorang, maka akan
semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Impecunity atau yang dalam bahasa Indonesia berarti kemiskinan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan
sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya
(Suryawati,2005). Sedangkan isolasi sosial merupakan kesepian yang dialami oleh individu
dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

4.2. Saran
Pada pasien lansia yang mengalami isolasi sosial dan impecunity sangat dipengaruhi
oleh pandangan keluarganya. Untuk mengatasi sindroma geriatric ini sangat dibutuhkan
dukungan dan peran aktif keluarga dalam perawatannya, begitupun dengan dukungan
lingkungan sekitarnya dan perhatian dari tenagaa kesehatan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat, SKp. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Azizah, Lilik M. (2011). Perawatan Lanjut Usia. Surabaya: Graha Ilmu
Hayati, R. & Nurviyandari, D., 2014. Depresi Ringan pada Lansia Setelah Memasuki Masa
Pensiun. Depok: Skripsi Universitas Indonesia.
Kurniasih, D., 2013. Stres dan Strategi Coping Lansia pada Masa Pensiun yang Berstatus
Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Yogyakarta:
Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Kusumawati dan Hartono.2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Lee, J. & Smith, J. P., 2009. Work, Retirement, and Depression. J Popul Ageing, Volume 2,
pp. 57-71.
Miller, C. A., 2009. Nursing for Wellness in Older Adults. US: Lippincott Williams &
Wilkins.
Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Orlicka, E., 2015. Impact of Population Ageing and Elderly Poverty on Macroeconomic
Aggregates. Procedia Economics and Finance, Volume 30, pp. 598-605
Ponto, D. L., Bidjuni, H. & Karundeng, M., 2015. Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi
Terhadap Penurunan Stres pada Lansia di Panti Werdha Dama Ranomuut Manado.
ejournal Keperawatan (e-Kp), 3(2)
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Yulianti, Anis. 2018. Impecunity pada Lansia. diunduh dari https://pdf-impecunity-pada-
lansia_compress.pdf

52
Lampiran

DAFTAR PERTANYAAN YANG DIAJUKAN SELAMA DISKUSI


1. Apa saja peran perawat pada lansia dengan Impecunity?
(penanya: Raden Ndawa Reha - 132111123026)
2. Mengapa pada lansia jarang berobat ke dokter?
(penanya: Elvina - 132111123004)
3. Bagaimana mengatasi lansia dengan impecunity, terutama dulunya merupakan kepala
keluarga?
(penanya: Maria Patrisia Lau - 132111123021)
4. Pada pengkajian, pertanyaan apa saja yang diajukan untuk lansia yang mengalami isolasi
sosial?
(penanya: Konstantiana Yustina - 132111123029)
5. Jelaskan pelayanan konseling apa saja yang dapat dilakukan pada klien dengan
impecunity! Serta berikan contoh pelatihan terapi okupasinya!
(penanya: Margaretha Nabutaek - 132111123035)

53

Anda mungkin juga menyukai