Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“Askep Lansia Dengan Gangguan Hubungan Sosial”

Dosen Pengampu: Wuriani, M.Kep, MPd

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :

Japri : S19128005

Elni Nurhayani : S19128009

Liana Affandi Putri : S19128015

Meremius Yikwa : S18127027

PRORAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Gerontik, dengan judul :
“Askep Lansia Dengan Gangguan Hubungan Sosial” dan tidak lupa pula kami haturkan sholawat serta
salam kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Seorang rasul yang membawa petunjuk
bagi manusia yang tersesat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Keperawatan Gerontik ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Wuriani, M.Kep, MPd yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
3. Teman-teman kelompok yang bekerja sama dalam membuat makalah Keperawatan Gerontik . Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah dan menyadari pula bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih
ada dalam keterbatasan. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi
kita semua. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.

Pontianak, Rabu 15 September 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................................................................4
A.Latar Belakang..................................................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah.............................................................................................................................................5
C.Tujuan...............................................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASANAN.....................................................................................................................................................6
A.Konsep Teori Lansia..........................................................................................................................................6
1.Pengertian Lansia..........................................................................................................................................6
2.Batasan Lansia...............................................................................................................................................7
3.Proses Menua...............................................................................................................................................7
B.Konsep Gangguan Interaksi Sosial.....................................................................................................................7
1. Pengertian....................................................................................................................................................7
2. Rentang Respon Hubungan Sosial................................................................................................................7
3. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia....................................................................................................................8
4. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia...................................................................................10
C. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................................................12
I. Pengkajian...................................................................................................................................................12
II.Diagnosa Keperawatan................................................................................................................................13
III. Intervensi keperawatan.............................................................................................................................14
BAB III……………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………15

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan penduduk lansia pada dasarnya merupakan dampak positif dari pembangunan.
Pembangunan meningkatkan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka kematian dan
meningkatkan usia harapan hidup. Namun, disisi lain pembangunan secara tidak langsung juga
berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik
terhadap kesejahteraan lansia. Lansia sering kehilangan pertalian keluarga yang selama ini
diharapkan. Perubahan yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia
dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga
terhadap lansia (Junaidi, 2007).

Penduduk lansia di Indonesia tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa, dengan usia harapan hidup
66,2 tahun,tahun 2010 diperkirakan jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan
hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.Peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh
tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan dibidang pelayanan kesehatan dan
tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat(MENKOKESRA, 2007).

Meningkatnya jumlah lansia membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah
lansia itu mengalami kemunduran baik dari fisik, biologis, maupun mentalnya. Hal ini tidak
terlepas dari masalah ekonomi,sosial dan budaya sehingga perlu adanya peran serta dan
dukungan dari keluarga dalam penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ, lansia
menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi
penyakit degeneratif dan penyakit metabolik (Nugroho, 2000).

Selain penyakit degeneratif, masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi kehidupan lansia, diantaranya adalah:kesepian, keterasingan dari lingkungan,
ketidakberdayaan, ketergantungan,kurang percaya diri, keterlantaran terutama bagi lansia yang
miskin sertakurangnya dukungan dari anggota keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan
depresi yang dapat menghilangkan kebahagiaan, Hasrat, harapan, Ketenangan pikiran dan
kemampuan untuk merasakan ketenangan hidup, hubungan yang bersahabat dan bahkan
menghilangkan keinginan. Menikmati kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada perubahan sosial
antara lain terjadinya penurunan aktivitas, peran dan partisipasi sosial (Partini,2002).

Permasalahan yang dihadapi lansia memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk


menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa mereka.
Konsep untuk memecahkan masalah ini disebut dengan mekanisme koping. Koping dilakukan
untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan.Koping merupakan
reaksi terhadap tekanan yang dibutuhkan lansia untuk memecahkan, mengurangi, dan
menggantikan kondisi yang penuh tekanan(Hawari, 1997).

Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia masih mampu memahami
makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Namun dalam
kenyataanya ada sebagian lansia yang mampu memahami dan memanfaatkan dukungan sosial
dengan optimal dan ada pula lansia yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari
orang lain, sehingga meskipun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan
adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan perilaku yang maladaptif seperti,kecewa, kesal
dan perilaku menyimpang lainnya (Kuntjoro, 2002).

Dukungan sosial dari keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang
diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluargayang lansia. Dukungan keluarga
memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan
ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan dari keluarga dapat membantu lansia menghadapi
masalahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lansia?

2. Bagaimana konsep gangguan interaksi sosial pada lansia?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan interkasi sosia

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep lansia

2. Untuk mengetahui konsep gangguan interaksi sosial pada lansia

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan interaksi


BAB II

PEMBAHASANAN

A. Konsep Teori Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini
individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih,
kerut-kerut ketuaan diwajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya
tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.Belum lagi mereka harus
berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan
dengan orang-orangyang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi
yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi
ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya,tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya(Darmojo, 2004).

Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menurut UU
no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999).Usia lanjut adalah sesuatu yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri
dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial(BKKBN 1998).Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ.Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa
tua,seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.Dari
aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat,
penduduk lanjut usia menduduki stratasosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari
keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akantetapi di Indonesia
penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga
muda (Suara Pembaharuan 14Maret 1997).

2. Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi

a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90tahun.

3. Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masakanak-kanak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun secara psikologis.Memasuki masa
tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun secara psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut putih, penurunan pendengaran, penglihatan menurun,
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital,sensitivitas emosional meningkat.

B. Konsep Gangguan Interaksi Sosial

1. Pengertian

Gangguan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, pada
tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya. Hal
ini disebabkan oleh cara pemecahan masalah yang diselesaikannya kepada orang lain atau
lingkungan sosial (Hamid Achir Yani, dkk. 1994 : 114).
2. Rentang Respon Hubungan Sosial

Manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari selalu membutuhkan orang dan


lingkungan sosial. Manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya
hubungan dengan lingkungan sosial, berada dalam rentang yang adaptif sampai
maladaptif.Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku,dengan kata lain bahwa individu tersebut masih
dalam batas – batas normal menyelesaikan masalah, respon ini meliputi ;

a. Menyendiri (solitute) adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya.

b. Otonomi adalah kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide


pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

c. Bekerja sama adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Interdependen adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.Respon maladaptif adalah respon yang diberikan
individu untuk menyelesaikan masalahnya, misalnya yang sudah menyimpang dari norma-
norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Respon maladaptif yang sering ditemukan
antara lain :

1) Menarik diri: Terjadi dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina


hubungan secara terbuka dengan oranglain.

2) Ketergantungan (dependen): Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya


diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

3) Manipulasi: Gangguan hubungan sosial ini terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai obyek. Individutersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
dalam.

4) Curiga: Gangguan ini terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya (basic
trust) dengan orang lain.

5) Narcisisme: Pada individu narcisisme terdapat harga diri yang rapuh secara terus-
menerus, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

3. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas
pada pasien-pasien Geriatri dan psikogeriatri. yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu
ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis,
psikologis,sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)Peningkatan penduduk
lansia pada dasarnya merupakan dampak positif dari pembangunan. Pembangunan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka kematian dan meningkatkan
usiaharapan hidup. Namun, di sisi lain pembangunan secara tidak langsung juga berdampak
negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap
kesejahteraan lansia.Ada tiga dampak pembangunan yang berpengaruh kurang baik terhadap
kesejahteraan lansia. Pertama, peningkatan prevalensi migrasidesa-kota. Kedua,
meningkatnya aktivitas ekonomi wanita dan yang terakhir adalah perubahan sistem
perekonomian tradisional ke perekonomian modern. Hal ini selanjutnya menyebabkan
terjadinya pemisahan/keluarnya penduduk lansia dari struktur keluarga. Tiga bentuk
pemisahan lansia dari struktur keluarga tersebut adalah ;

a. Spatial Separation

Peningkatan prevalensi migrasi desa-kota, menyebabkan banyak penduduk lansia


yang ditinggal oleh keluarganya.Meningkatnya mobilitas penduduk yang pada umumnya
dilakukan oleh penduduk usia muda menyebabkan banyak penduduk lansia tidak dapat
lagi menjadi satu dengan keluarga(spatial separation). Kondisi semacam ini jelas sangat
menyulitkan untuk tetap menyantuni orang tua mereka pada usia lanjut.

b. Cultural Separation

Pembangunan juga berdampak pada peningkatan pendidikan wanita. Peningkatan


pendidikan akan menyebabkan nilai waktu wanita di luar rumah akan lebih tinggi. Hal
tersebut menyebabkan berkurangnya alokasi waktu untuk pekerjaan- pekerjaan kerumah
tanggaan, termasuk mengurus orang tua.Selain pendidikan wanita, peningkatan pendidikan
generasi muda secara keseluruhan dan juga akibat kemajuan komunikasi menyebabkan
terjadi perbedaan nilai budaya yang cukup tajam antara penduduk usia muda dan lanjut
usia. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan kesulitan untuk menggabungkan keduanya
dalam satu kehidupan.Fenomena ini disertai perubahan bentuk keluarga dari keluarga luas
menjadi keluarga inti.

Dalam suatu keluarga luas, beban sosial dan ekonomi keluarga dapat ditanggung
bersama antara orang tua dan anak. Sementara itu, dalam usia lanjut, tugas perawatan
orang tua dapat dilakukan oleh anak. Akan tetapi,dalam keluarga inti hal semacam itu telah
berubah sama sekali akibat terjadinya pergeseran fungsi sosial dan ekonomi. Perananak di
bidang sosial seperti membantu pekerjaan rumah tangga,akan digantikan oleh orang lain,
biasanya pembantu. Demikian juga dalam menemani dan merawat orang tua yang lanjut
usia.Peran tersebut tidak lagi dilakukan oleh anak tetapi akan diambil alih oleh institusi
atau pemerintah. Apabila hal ini yang terjadi maka lansia pada akhirnya bukan lagi bagian
dari suatu keluarga.

c. Economic Separation
Bersamaan dengan proses pembangunan, sistem perekonomian akan mengalami
perubahan dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern. Peranan orang tua
yang tinggi dalam ekonomi secara tradisional, akan berkurang dalam masyarakat modern.
Hal ini disebabkan angkatan kerja muda dengan pendidikan lebih baik lebih mampu
menyesuaikan diri dengan teknologi baru dan akan mempunyai penghasilan yang lebih
baik dari orang tuanya. Peningkatan mobilitas vertikal telah menyebabkan perubahan sikap
perilaku dan aspirasi merekaterhadap aspek-aspek sosial budaya dan bahkan ekonomi. Hal
ini diperkirakan telah menyebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab untuk menyantuni
keluarga pada usia lanjut. Dilihat darisegi ekonomi, ada kecenderungan bahwa rumah
tangga sebagai "a unit of production shared” telah berubah. Terlihat adanya pemilahan
produksi antargenerasi, bahkan cenderung keantar individu. Hal ini jelas akan
menyebabkan penduduk lanjut usia akan mengalami kesulitan dalam ekonomi.Selain itu
dalam masyarakat modern peranan orang tuasebagai sumber pengetahuan dan
kebijaksanaan telah berkurang.

Dalam masyarakat tradisional, peranan orang tua sangat penting dalam meneruskan
pengetahuan secara lisan kepada anaknya.Dalam era modern, pengetahuan disalurkan
melalui institusi-institusi formal seperti sekolah, perpustakaan, dan mass media.Oleh
karenanya para orang tua merasa kehilangan rasa keintiman dan hubungan antar individu
dalam keluarga, sehingga mereka merasa diasingkan.Berkaitan dengan semua perubahan-
perubahan tersebut,status orang tua juga mengalami perubahan yang berarti. Status orang
tua yang tinggi dalam masyarakat dengan sistim keluarga luas, akan cenderung rendah
pada masyarakat dengan keluargainti. Status penduduk tua cenderung tinggi di masyarakat
pertanian, akan rendah di masyarakat industri berdasarkan hal tersebut terlihat perubahan
yang terjadi menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia dalam keluarga. Selain itu
juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan sosial-ekonomi secara tradisional.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhikesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

1) Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
Yang bersifat patologis berganda misalnya tenaga kurang, energi menurun, keriput, gigi
makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.Dalam
kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial,
sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat
memporsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti:

a. Gangguan jantung

b. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus

c. Vaginitisd) Baru selesai operasi : misalnya prostatektome)Kekurangan gizi, karena


pencernaan kurang sempurna ataunafsu makan sangat kurangf)Penggunaan obat-obat
tertentu, seperti antihipertensi,golongan steroid, tranquilizer, sertag)Faktor psikologis
yang menyertai lansia antara lain :-Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan
seksual pada lansia-Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya-Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya-Pasangan hidup telah meninggal-Disfungsi seksual karena perubahan
hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3) Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain - lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.Dengan adanya penurunan kedua fungsi
tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:

a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome,apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya

c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga,apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.

e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

4) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun
dalam kenyataan nya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, statusdan harga diri. Reaksi
setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti
yang telah diuraikan pada point tiga di atas.

5) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,gerak fisik dan sebagainya


maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri,mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang
tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan
hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam
perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

6) Permasalahan Sosial terkait Kesejahteraan Lansia

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan Lanjut Usia,
antara lain sebagai berikut:

a. Permasalahan

1) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan
pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih
bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan
untung rugi, lugas dan efisien,yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan
lanjut usia.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan
masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan
berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.

5) Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut usia

b. Permasalahan Khusus Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai


permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai
berikut:

1) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran
sosialnya dandapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.

2) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan Lanjut
Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka
yangmerasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.

3) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda dan
tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat
mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur

4) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat,sehingga diperlukan bantuan
dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepadatatanan masyarakat


individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka
tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi
dan urbanisasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia

C. Konsep Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

1. Identitas klien meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,agama,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

2. Orang-orang terdekat status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugaskeluarga


dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, prosesi nteraksi dalam keluarga.
3. Kultural latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan(sistem rujukan
penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor
kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit,
kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.

4. Keluhan Utama keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.

5. Faktor predisposisi kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami
,putussekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan
,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/
perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

6. Aspek fisik / biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB,BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien

7. Aspek Psikososial.

8. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

9. Konsep diri

a. Citra tubuh :Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang , mengungkapkan keputusasaan,mengungkapkan ketakutan.

b. Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri ,sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan

c. Peran : Berubah atau berhenti fungsi peran yangdisebabkan penyakit , proses menua ,
putus sekolah,PHK.

d. Ideal diri :Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan


keinginan yang terlalu tinggi.

e. Harga diri :Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang
percaya diri.

10. Kemampuan interaksi : Klien mempunyai gangguan /hambatan dalam melakukan


hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti
dalam masyarakat.

11. Status Mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga
dalam hidup.

12. Mekanisme Koping klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain ( lebih seringmenggunakan koping menarik diri.

13. Aspek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan interaksi social berhubungan dengan kendala komunikasi dan gangguan konsep
diri

2. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan terpapar peristiwa traumatic

3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan dukungan social yang tidak adekuat yang
diciptakan oleh karakteriktik hubungan.

4. Ansieta berhubungan dengan krisissituasional/maturasional.

III. Intervensi keperawatan

1. Hambatan interaksi social berhubungan dengan kendala komunikasi dan gangguan konsep
diri.

Intervensi :

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah dari kurangnya keterampilan

 Dukung pasien untuk verbalisasi perasaanya berkaitan dengan masalah interpersonal

 Identifikasi keterampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi focus latihan.

 Sediakan model yang menunjukkan langkah-langkah dalam berperilaku dalam konteks


situasi yang berarti bagi pasien.

 Didik SO pasien (keluarga,grup dan pimpinan)dengan cara yang tepat mengenai tujuan
dan proses training keterampilan social

2. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan terpapar peristiwa traumatic

Intervensi :

 Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri

 Mentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri


 Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri

 Dukung (melakukan) kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang lain

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain

 Jangan mengkritisi (pasien) secara negative

3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan dukungan social yang tidak adekuat yang
diciptakan oleh karakteriktik hubungan

Intervensi

 Kaji munculnya kemampuan koping positif,misalnya penggunaan teknik relaksasi


keinginan untuk mengekspresikan perasaan.

 Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien

4. Ansietas berhubungan dengan krisissituasional/maturasional

Intervensi :

 Pahami rasa takut/ansietas.

 Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkatan sietas.

 Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah
terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan
aspek budaya, nilai –nilai, norma dan agama.
2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam praktik asuhan
keperawatan.
B. Saran
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu antropologi
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan yang lain yang
terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Jakarta:.Gramedia Pustaka Utama.

Stanley,Mickey. 2002.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta; EGC.Watson, Roger. 2003.

Perawatan Lansia Edisi ke-3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai