Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH DISCOVERY LEARNING

“Keperawatan keluarga”
Makalah disusun untuk memenuhi tugas discovery learning Keperawatan Komunitas dan
Keluarga III

Kelompok 2B:
Ani Selfi Yulianti 11151040000059
Visia Talimurti 11151040000071
Sherly Mulya P 11151040000075
Dewi Sartika 11151040000079
Yasni Maulidatun N 11151040000080
Sherly Vidianti E 11151040000094
Novi Fitriani 11151040000096
Eneng Fitri A 11151040000102
Luthfi Dwi A 11151040000107
Luthfy Anshari 11151040000120
Ibnu Syarifudin H 11151040000121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah dalam bentuk
makalah tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Jamaludin, M.Kep sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Anak I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah discovery learning mengenai Keperawatan Keluarga.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam makalah ini yang
kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Penyusun,
Kelompok 2B

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI………………………….……………………………………………………….….3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 7
2.1 Pengertian Keperawatan Keluarga ........................................................................................ 7
2.2 Sejarah Keperawatan Keluarga ............................................................................................. 8
2.3 Tujuan, Fungsi Dan Struktur Keperawatan Keluarga ......................................................... 10
2.4 Tahap-Tahap Perkembangan Keperawatan Keluarga ......................................................... 14
2.5 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan ...................................................................................... 25
2.6 Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga............................................................................... 25
BAB III ......................................................................................................................................... 28
PENUTUP..................................................................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan diarahkan kepada peningkatan mutu sumber daya manusia dan
lingkungan yang saling mendukungdengan pendekatan dengan paradigm sehat,yang
memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan dan rehabilitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN,
1999).
Kementerian Kesehatan dalam menjalankan tugasnya memiliki visi-misi, kebijakan,
program dan target nasional pembangunan kesehatan di Indonesia yang telah dituangkan
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Disamping target
lingkup nasional, Indonesia juga memiliki komitmen global bidang kesehatan yang salah
satunya adalah Target Pembangunan Milenium (MDGs) tahun 2015. Tujuan MDGs sangat
identik dengan pembangunan kesehatan karena sebagian besar merupakan capaian-capaian di
bidang kesehatan diantaranya gizi, kesehatan ibu dan anak, penyakit menular dan kesehatan
lingkungan.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2015, program kesehatan unggulan antara lain adalah program pengendalian penyakit
dan penanggulangan kesehatanakibat bencana yang bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian, kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta
mengurangi dampak sosialakibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan.
Penyakitmenular saat ini merupakan masalah besar dan menjadi ancaman global, baik dalam
bentuk new emerging diseases maupun reemerging diseases. Keberadaan penyakit-penyakit
tersebut menjadi masalah karena memiliki tingkat virulensi sangat tinggi, memiliki
penyebaran sangat cepat, sehingga perlu program peningatan ketersediaan, pemerataan dan
kualitas tenaga kesehatan (Depkes, 2009).
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya
dani keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.

4
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran keperawatan keluarga
yaitu individu, family atau keluarga dn community atau masyarakat. Prinsip utama dalam
perawatan kesehatan masyarakat mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari
pelayanan kesehatan.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk
gerakan lambat, dn figur tubuh yang tidak proporsional.
Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lansia ini menciptakan ruang
kosong, yang kemudian diisi oleh dunia medis. Disatu sisi, perhatian besar dari kalangan
kedokteran ini harus disambut secara positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah
kesehatan lansia dapat teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu
diperhatikan pada kehidupan lansia. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang
daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lansia (keperawatan
gerontik dan geriatrik) perlu ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian keperawatan keluarga?
2. Sejarah keperawatan keluarga?
3. Sebutkan tujuan, fungsi dan struktur keperawatan keluarga?
4. Jelaskan tahap-tahap perkembangan keperawatan keluarga?
5. Jelaskan tugas keluarga dalam kesehatan?
6. Jelaskan prinsip perawatan kesehatan keluarga?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian keperawatan keluarga
2. Mahasiswa memahami Sejarah keperawatan keluarga
3. Mahasiswa memahami tujuan, fungsi dan struktur keperawatan keluarga

5
4. Mahasiswa memahami tahap-tahap perkembangan keperawatan keluarga
5. Mahasiswa memahami tugas keluarga dalam kesehatan
6. Mahasiswa memahami prinsip perawatan kesehatan keluarga

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Keluarga


Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu
rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan,
kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanak yang
belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):
a. Keluarga batih berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota,
dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi
kebutuhan anggotanya.
c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami
proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
e. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan
seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan
dan pemeliharaan anak.

Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page (Khairuddin,
1985: 12), yaitu
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja
dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 7
7
2.2 Sejarah Keperawatan Keluarga
Perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari tokoh metologi
Yunan yaitu: Ascleipius dan Higeia. Berdasarkan mitos Yunani bahwa Ascleipius adalah
seorang dokter yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan
apa yang ditempuhnya, berdasarkan mitos orang Yunani bahwa dia dapat mengobati penyakit
dan melakukan bedah. Hegeia adalah asisten Asclepius dan juga merupakan istrinya, dia juga
telah melakukan upaya upaya kesehatan. Perbedaabbya beliau lebih menekankan pada cara
pendekatan atau penanganan masalah kesehatan (Wahit Iqbal Mubarak, 200lima). Berbicara
tentang sejarah keperawatan di Indonesia, maka perkembangan keperawatan di Indonesia
dapat dibagi dalam tiga masa yaitu:

1. Keperawatan di Masa Kuno


Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu disebabkan
oleh perbuatan makhluk hakus yang jahat.
2. Keperawatan di Masa Penjajahan
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemajuan.
Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep konsep keperawatan dari
Negeri belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah Belanda yang mendirikan
dinas kesehatan khusus tentara (saat itu disebut MGD) dan dinas kesehatan rakyat (saat
itu disebut BGD). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah Belanda merekrut perawat
dari penduduk pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan tugasnya
sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang disebut Zieken Opposer.
Para perawat dan penjaga orang sakit ini di fasilitasi untuk membentuk organisasi profesi.
Organisasi profesi perawat pertama dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi
tersebut bernama Perkoempoelan Zieken Velpleeger/Velpleester Boemi Poetra
(disingkat PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen Hospital di Surabaya
untuk merawat staf dan tentara Belanda.
Sejak saat itu banyak sekali istilah istilah keperawatan Indonesia yang mengadopsi
bahasa belanda sampai sekarang masih sering kita dengar istilah belanda tersebut,

8
misalnya nierbeken (bengkok) , laken ( sprei ) , bovenlaken (kain penutup) ,warmwater
zak (buli buli hangat), liskap (buli buli dingin ), scheren ( gunting/cukur), dan lain lain.

3. Keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan


a. Sebelum tahun 1950 : Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang
keperawatan
b. Tahun 1950 : Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu sekolah penata rawat
(SPR)
c. Tahun 1945-1955 berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu
persatuan Djuru rawat dan bidan Indonesia (PDBI), serikat buruh kesehatan ,
persatuan djuru kesehatan Indonesia ( PDKI) Persatuan pegawai dalam kesehatan.
d. 1962 : berdirinya akademik keperawatan ( Akper)
e. 1955-1974 : organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu ikatan
perawat Indonesia , ikatan bidan Indonesia , ikatan guru perawat Indonesia , corps
perawat Indonesia , majelis permusyawaratan perawat Indonesia sementara (
MAPPIS) , dan pederasi tenaga keperawatan.
f. 1974 : rapat kerja nasional tentang pendidikan tenaga perawat tingkat dasar yaitu
berdirinya sekolah perawat kesehatan ( SPK) yang mengganti sekolah penata rawat
(SPR).
g. 1974 : berdirinya persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI)
h. 1876 : pendidikan keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan
pelayanan di rumah sakit, telah memulai memisahkan diri ( terpisah ) dari rumah
sakit .
i. Pada januari 1983: dilaksanakan loka karya nasional keperawatan I yang
menghasilkan :
 Peranan independent dan interdependent yang lebih terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan.
 Program gelar dalam pendidikan keperawatan
 Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai
identitas professional berotonomi, ber keahlian , mempunyai hak untuk
mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan,

9
j. Tahun 1985 : berdiri pendidikan keperawatan setingkat sarjana S1 keperawatan
yang pertama yaitu fakultas ilmu keperawatan universitas Indonesia yang menjadi
momentum terbaik kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia
k. Tahun 1999 : berdiri pendidikan keperawatan pasca sarjana (S2 keperawatan)
l. Tahun 2000 : keluarnya lisensi praktek keperawatan berupa peraturan menteri
kesehatan .

2.3 Tujuan, Fungsi Dan Struktur Keperawatan Keluarga


1. Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga adalah
meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktifitas dan
kesejahteraan keluarga.

10
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan,
mencegah, memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya meningkat dan
mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan keluarga dalam hal ini:
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar
daam keluarga.
3) Meningktakan kemampuan keluarga dalam memgambil keputusan yang tepat.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
5) Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai


tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman
(1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada

2. Fungsi Keperawatan Keluarga

11
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah: ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
2) Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
3) Peranan anak: anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

Peran keluarga menurut Friedman, 2010:


a. Peran formal
1. Peran parenteral dan perkawinan
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
suami – ayah dan istri – ibu:
a) Peran sebagai provider
b) Peran sebagai pengatur rumah tangga
c) Peran perawatan anak
d) Peran sosialisai anak
e) Peran rekreasi
f) Peran perasudaraan (memeliharan hubungan keluarga paternal dan maternal)
g) Peran terapeutik
h) Peran seksual
2, Peran perkawinan
a) Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan
b) perkawinan yang kokoh. Anak anak terutama dapat mempengaruhi
c) hubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana

12
d) suami istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
e) suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas
f) perkembangan yang vital dari keluarga.
b. Peran informal
1. Pengharmonis
2. Inisiater-kontributor
3. Pendamai
4. Perawat keluarga
5. Koordinator keluarga
(Friedman, 2010)

3. Struktur Keperawatan Keluarga


1. Macam macam struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam macam diantaranya adalah :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

13
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri (Nasrul efendi, 1998).

2.4 Tahap-Tahap Perkembangan Keperawatan Keluarga


1. Tahap I : Keluarga Pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru –
keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status
lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini
berlangsung lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun 1985, 75

14
persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah pada usia 21
tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dan 36 persen masing-
masing dalam tahun 1970.
Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan
Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga Pemula
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua)

2. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30
bulan. Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka, tapi
agak takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari,
karena ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak
dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah
tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan
semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka.
Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi
orangtua baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para profesional
perawatan kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun tengah malam oleh
bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan fisiologis.
Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga bekerja,
selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami
persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.
Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi
setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke
dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah
setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang baru.
Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek
nenekpun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup

15
dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak
sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama
seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk
menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin
sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang
nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini
merupakan suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.
Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan
yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya
sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan
biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi
kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan
bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang
menambah kesukaran dalam menerima peran orangtua adalah bahwa kebanyakan orang
sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya
yang tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam masyarakat kami
(Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit
dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan
dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.
Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga
memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar
rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan,
penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya
biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap
siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).
Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak dan
Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga sedang mengasuh anak
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi
baru ke dalam keluarga).

16
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek dan nenek.

3. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri dari
tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak
perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan berbeda (Duvall dan Miller,
1985).
Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orangtua. Kedua
orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar ibu bekerja,
baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari bahwa orangtua adalah
“arsitek keluarga”, merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983),
adalah penting bagi mereka untuk memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar
perkawinan mereka tetap hidup dan lestari.
Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam
hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu memenuhi
kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur tangan
orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak,
Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama lainnya
merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Program-
program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam membantu orangtua
dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan berpendapatan rendah.
Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial telah dilaporkan terjadi setelah
anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).
Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus
kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen keluarga
kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88 persen dari keluarga

17
ini dikepalai oleh ibu (Nortan and Glick, 1986). Di kalangan keluarga dengan orangtua
tunggal, ketegangan yang timbul dari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah,
ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat-pusat perawatan sehari bagi
bayi dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan baik sulit ditemukan jika
ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu yang masih
remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program perawatan
anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).
Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga dengan anak usia Prasekolah.
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.
c. Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak
yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).

4. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini (Duvall,
1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini,
anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping
kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua
sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama
seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas perkembangannya sendiri (Tabel 7).
Menurut Erikson (1950), orangtua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya
mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan
generasivitas) dan memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara anak-anak

18
usia sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry – kapasitas untuk
menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan rendah diri.
Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah, dan Tugas-
Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga dengan anak usia sekolah
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Anak-anak lain dalam rumah biasanya
masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang
melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih
besar bagi remaja dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).
Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam masa
remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini meliputi
“pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan sementara
pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini
seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka
memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang dihadapi oleh kakek
nenek dalam usian tua”
Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu yang
paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga Amerika
dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan menciptakan
konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan. Tugas perkembangan
remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan kendali orangtua dan orang

19
dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan pengaruh kelompok teman sebaya yang
kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa (Adams, 1971).
Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak
sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan
kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al, 1983), serta
konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams (1971) menguraikan
tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni
emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan
teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara
orangtua dan remaja).
Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja danTugas-Tugas
Perkembangan Keluarga yang bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga dengan anak remaja
a. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa
dan semakin mandiri.

b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.


c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

6. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda


Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa
banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum menikah yang
masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini
biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan ini, tahap ini berlangsung lebih
lama dalam keluarga dengan dua orangtua, mengingat anak-anak yang lebih tua baru
meninggalkan orangtua setelah selesai sekolah dan mulai bekerja. Motifnya adalah
seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri. Akan tetapi, trend yang
meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah
dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang

20
dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang berkembangan
dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal meninggalkan
rumah lebih dini dari pada mereka yang dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua.
Perbedaan ini tidak dipandang karena dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan
karena perbedaan orangtua dan lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak
untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak
mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada pasangan
perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi penting karena
keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke sebuah rumah
tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri. Tujuan utama keluarga adalah
reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan sementara melepaskan
anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri (Duvall, 1977). Selama tahap
ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek nenek-perubahan lainnya dalam
peran maupun dalam citra diri mereka.
Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para orangtua
melepaskan anak mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan yang
“terperangkap” ; terperangkap antara tuntutan-tuntutan kaum muda dan harapan-harapan
dari mereka yang lebih tua dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang
bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin
memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut. Akan tetapi studi-studi
membuktikan bahwa mereka yang berusia pertengahan mungkin merasa tertekan atau
terjepit diantara kutub orangtua dan muda, paling tidak bagi individu-individu golongan
kelas menengah dan kelas atas, mereka senantiasa dapat mengapresiasikan bagaimana
mereka dan prestasi mereka : “Mereka senantiasa mengetahui bahwa mereka adalah para
pembuatan keputusan negara ; mereka yang menggambarkan kualitas umum kehidupan
dalam masyarakat ini. Masyarakat tergantung kepada kepemimpinan dan produktifitas
dari orang yang berasal dari golongan usia pertengahan (Kerchoff, 1976).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

21
Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua
juga membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau
perempuan yang “dilepas” menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan menerima nilai-
nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri.
Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia dewasa muda dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga melepas anak dewasa muda
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

7. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan


Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi
orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya
16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya
merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka
yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota
keluarga dari hasil perkawinan keturunannya. Pasangan postparental (pasangan yang
anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin
banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga menghabiskan sebagian masa hidupnya
dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang
merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan
(seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri (lebih merata),
dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989).
Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan

22
Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik.
Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah survey besar, bersifat nasional
dan representatif terhadap keluarga utuh kelas menengah yang didominasi oleh kulit
putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan dan keluarga, serta kualitas hidup
bertambah dan memuncak selama fase postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan
umumnya secara ekonomi lebih baik daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain
(McCollough dan Rutenbergm 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh
wanita dan berpendapatan yang lebih tinggi dari pada periode sebelumnya oleh pria
bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia
pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu sama
lain disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual juga
memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan
perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan
mungkin mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri yang intim
sangat penting untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam
tahun-tahun ini.
Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat,
karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri
mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya,
tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus
kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan
bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus
menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman).
Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia pertengahan dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Orangtua usia pertengahan
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orangtua lansia dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.

23
8. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985).
Jumlah lansia-berusia 65 tahun atau lebih di negara kami meningkat dengan pesat dalam
dua dekade terakhir ini, dua kali lipat dari sisa populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9
juta orang berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan 9,8 persen dari seluruh populasi.
Menjelang tahun 1990, menurut angka-angka sensus, populasi lansia berkembangan
hingga angka 31,7 juta (12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020, 17,2
persen penduduk negara ini berusia 65 tahun atau lebih (gambar 1). Informasi tentang
usia populasi menyatakan “penduduk yang lebih tua” populasi 85 tahun ke atas secara
khusus tumbuh dengan cepat. Populasi berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta
jiwa pada tahun 1980. Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan berjumlah
hingga 7,1 juta jiwa (2,7 persen dari seluruh populasi). Akibat dari semakin majunya
pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan, lebih banyak orang yang diharapkan
dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena bertambahnya populasi lansia, maka
semakin mungkin orang-orang yang lebih tua akan memiliki minimal 1 orangtua yang
masih hidup (Biro Sensus Amerika, 1984)
Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun
dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga: Keluarga Lansia
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup).

24
2.5 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan

Sesuai dengan Fungsi Keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga
mempunyai Tugas dalam Bidang Kesehatan yang harus dilakukan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Freeman (1981), yang antara lain adalah :

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga


Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat dan memperhatikan
segala perubahan yang terjadi dalam keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri.

Tugas ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan untuk
melakukan tindakan pertolongan pertama agar masalah yng lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

2.6 Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

25
2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan
utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan
dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-keluarga yang
tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
o Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
o Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
o Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
b. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
o Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
o Menderita kekurangan gizi (anemia).
o Menderita hipertensi.
o Primipara dan Multipara.
o Riwayat persalinan atau komplikasi

26
c. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
o Lahir prematur (BBLR).
o Berat badan sukar naik.
o Lahir dengan cacat bawaan.
o ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
o Ibu menderita peny akit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
o Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
o Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul
cekcok dan ketegangan.
o Ada anggota keluarga yang sering sakit
o Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan
rumah

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan
dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998). Dimana
keluarga juga bagian atau unit terkecil dari masyarakat yang beranggotakan dua orang ataupun
lebih dan masing – masing mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah, mempunyai
kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing – masing serta menganut suatu budaya
yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai beberapa tipe dan memiliki fungsi. Keluarga juga
mempunyai struktur yang dapat digambarkan bagaimana keluarga menjalankan peran dan
fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran juga
untuk membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC


Friedman, Marilyn M . 2010 . Buku Ajar Keperawatan eluarga : Riset, Teori danPraktek .
Jakarta : EGC
Hernialwati . 2013 . konsep dan proses keperwatan keluarga. Sulawesi : AS salam
Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Setiadi. 2008 . Konsep & Proses Keperawatan Keluarga . Jogjakarta : Graha Ilmu

Setiadi.2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, cetakan pertama.Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu
Setiawati, Santun. 2008 . Asuhan Keperawatan Keluarga . Jakarta : TIM.
Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin . 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas pengantar dan
teori, buku . Salemba Medika : Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai