disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan
Disusun oleh :
Kelompok 1 Tingkat 2 B
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN D-III KEPERAWATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan
dengan judul “TUGAS-TUGAS KELUARGA YANG SELARAS DAN BELUM SELARAS
DENGAN KESEHATAN” tepat pada waktunya.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
07 Oktober 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 4
2.3 Tugas-tugas Keluarga Yang Sudah Selaras dan Belum Selaras ................................ 6
3.2 Saran..................................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keluarga menjadi unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat pula. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain, mempengaruhi
sistem keluarga, komunitas setempat bahkan komunitas global. Dengan demikian
kesehatan dan kemandirian keluarga merupakan kunci utama pembangunan kesehatan
masyarakat (Ekasari 2008).
Kementrian kesehatan melalui visinya “ Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan. Masyarakat mandiri dalam lingkup kecil dapat di artikan adalah
keluarga. Tujuan yang sejalan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melalui
Renstranya tahun 2009-2014 yakni ”Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan ibu, bayi, anak, remaja dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi. Tergetan
minimalnya sebesar 30% Kabupaten/Kota, melaksanakan pelayanan kesehatan
pralansia dan lansia sesuai target provinsi dan 50% puskesmas di daerah tertinggal
dan terpencil melakukan pembinaan keluarga rawan. Bentuk pembinaannya adalah
melakukan kunjungan dan kontak langsung kesasaran kegiatan.
Unit fungsional terkecil dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga, dimana pertisipasi anggota keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan
keluarga sangat mempengaruhi hasil dari asuhan keperawatan keluarga lansia tersebut
( Badriah 2013 ). Selain keluarga, perawat juga memiliki peran penting yakni sebagai
pendidik, koordinator/penghubung, advokat/pelindung, pemberi pelayanan langsung,
konselor, dan modifikator lingkungan. Pemberian pelayanan keperawatan keluarga
beriringan dengan tiga tingkat pencegahan. Tingkat pertama (promotion dan primary
prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) , maupun pencegahan
tingkat ketiga (tertiary prevention). Setiap pencegahan melibatkan keluarga sebagai
mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari setiap pelayanan
keperawatan yang diberikan pada keluarga (Depkes RI, 2006).
Proses pelibatan keluarga sebagai bentuk tranformasi ilmu dari perawat ke
keluarga, dengan keadaan keluarga yang memiliki latar belakang masalah yang
berbeda. Perbedaan tersebut akan menentukan tingkat pencegahan yang digunakan.
mulai dari promosi kesehatan, dimana hal ini ditujukan kepada keluarga yang sehat,
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Keluarga lebih berperan
aktif dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Pecegahanan
kuratif, yang mana ditujukan kepada keluarga yang mengalami sakit, sehinga
2
intervensi yang diberikan terfokuskan untuk menyembuhkan peyakit yang dialami
oleh keluarga tersebut. Selanjutnya adalah pencegahan tersier yang ditujukan kepada
keluarga yang mengalami sakit, adapun intervensi yang diberikan terfokuskan agar
tidak terjadi komplikasi dari penyakit tersebut.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keluarga
2. Mengetahui bagaimana tugas-tugas keluarga yang berkitan dengan Kesehatan
3. Mengetahui apa saja tugas-tugas keluarga yang sudah selaras dan yang belum
selaras dengan Kesehatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut.
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan
Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
5
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif
dan preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.
6
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga , dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang memepunyai kramampuan memeutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
a) Keadaan penyakit
b) Sifat dan perkembangan perawat yang diperlukan untuk perawatan
c) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
e) Sikap keluarga terhadap yang skait
f) Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
7
Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
adalah:
8
semudah atau sesepele itu. Sikap orang tua yang memarahi anak dapat
meninggalkan luka mendalam agi diri anak. Menurut Afifah (2019), ada akibat
yang luar biasa yang harus dipahami orang tua sebelum melampiaskan rasa marah.
Anak menderita banyak saat dimarahi oleh orang tuanya, dampak psikis itu adalah
sebagai berikut :
1. Kerusakan atau Kematian Sel-Sel Otak Anak
Suara keras dan bentakan yang diucapkan oleh orang tua dapat merusak atau
menggugurkan pertumbuhan sel otak pada anak. Satu bentakan atau perkataan
kasar yang terucap kepada anak dapat merusak satu miliar sel otaknya. Lebih
parahnya lagi, jika orang tua memukul atau menyubit anak disertai dengan
bentakan atau suara keras bisa jadi membunuh bermiliar-miliar sel otak anak.
Maka dianjurkan pada orang tua untuk lebih banyak memberi pujian, pelukan,
dan kasih sayang untuk membentuk rangkaian otak anak yang indah dan hal
ini dapat meningkatkan kecerdasan anak.
2. Jantung Lelah
Saat orang tua membentak anak, kinerja dari jantung anak akan lebih cepat.
Hal ini dapat menyebabkan jantung tidak dalam kondisi yang normal.
3. Masalah Lambung
Anak yang biasanya mendapatkan ancaman dan bentakan dari orang tuanya
akan mengalami stress. Stress merupakan suatu pemicu yang dapat
menyebabkan asam lambung menjadi naik, sehingga saat anak mendapat
ancaman atau bentakan dari orang tuanya maka akan terjadi masalah lambung.
4. Kepercayaan Diri Menurun dan Penakut
Anak yang sering dimarahi oleh orang tuanya akan memiliki anggapan bahwa
kemarahan orang tuanya itu adalah kesalahan yang mereka lakukan. Semakin
sering anak dimarahi maka mereka akan semakin yakin bahwa orang tua
mereka akan marah setiap mereka melalukan suatu hal. Alhasil mereka tidak
lagi percaya diri dan cenderung menjadi penakut
5. Introvert
Memarahi atau membentak anak dapat membuat anak merasa taku salah dan
akhirnya anak akan lebih memilih untuk diam, menutup diri, dan tidak
meceritakan apapun kepada orang lain. Hal ini dinilai dapat membahayakan
anak karena nantinya anak akan menjadi anti terhadap lingungan sosialnya.
6. Depresi
9
Ketika anak sering dimarahi oleh orang tuanya, maka tingkat stress anak akan
meningkat. Tingkat stress pada anaka yang sudah tinggi ini mengakibatkan
seorang anak akan mengalami depresi. Hal ini biasanya terjadi karena anak
merasa bahwa orang tua dan lingkungannya tidak bisa lagi untuk menerima
keberadaannya.
7. Konsentrasi Menurun
Perasaan tidak percaya diri pada anak yang serig dimarahi ini dapat
mengganggu konsentrasi anak di berbagai hal, termasuk dalam proses belajar.
Kondisi ini jelas dapat merugikan anak karena anak menjadi sulit menerima
pelajaran
8. Sulit Menjadi Pendengar yang Baik
Seorang anak yang sering dimarahi oleh orang tuanya akan lebih sering
mendengar kata-kata yang kasar atau suara bentakan, anak menjadi cenderung
malas untuk mendengarkan yang dikatakan orang tuanya sehingga itu akan
berdampak pada anak yang menjadi malas untuk mendengarkan orang lain
9. Jadi Pribadi yang Emosional
Anak-anak mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Saat
orang tua sering memarahi anaknya, mereka pun akan merekam kebiasaan itu
dalam memorinya dan hal itu akan dilakukan juga olehnya. Maka hal ini dapat
membuat pribadi anak menjadi lebih emosional.
10. Kepercayaan Pada Orang Tua Menurun
Saat orang tua sering memarahi anaknya, mereka akan menganggap bahwa
apapun yang mereka lakukan akan menjadi sebuah kesalahan sehingga sulit
untuk timbul kepercayaan anak kepada orang tuanya.
11. Mencari Pelampiasan
Orang tua yang sering memarahi anaknya akan membuat anaknya termotivasi
untuk melarikan diri. Hal ini menjadi resiko ketika anak-anak mencari
pelampiasannya di luar dan mengambil tindakan yang negatif, mereka akan
terjerumus ke dalam hal-hal yang sangat membahayakan
Keluarga merupakan pusat pelayanan kesehatan secara total, karena jika salah
satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan maka akan berpengaruh pada
sistem anggota keluarga tersebut. Dalam hal ini beberapa permasalahan atau tugas
keluarga yang belum selaras dalam kesehatan adalah sebagai berikut.
10
1. Peran yang belum selaras dengan Kesehatan Mental
Tidak sedikit dari berbagai kalangan usia ketika berbicara mengenai
keluarganya banyak sekali ditemukan keluhan tentang pola asuh yang salah
dari didikan orangtua yang menyebabkan kesehatan mental anak terganggu.
Contoh kasus :
a. Anak-anak dilatih berjalan dan berdiri, namun saat ia mahir dan terus
bergerak, ada orangtua yang membentaknya untuk tidak boleh kesana
kemari dalam artian Strict Parent.
b. Anak-anak dilatih berbicara namun saat ia banyak berbicara, ada orangtua
yang kesal dan menyuruhnya diam.
c. Anak-anak diajari agar berpengetahuan, berwawasan, bahkan sampai
disekolahkan, namun saat ia memberi masukan, ada orangtua yang
tersinggung dan marah, anaknya dianggap sok tahu dan sok pintar.
d. Orangtua berharap anak percaya pada kemampuan dirinya, namun yang
ditunjukkan adalah apa yang kurang dari anak.
2. Peran yang belum selaras antara Kesehatan dengan Budaya / adat istiadat
Masih banyak terdapat di berbagai daerah yang lekat dengan budaya
atau istiadat yang mereka rutin lakukan untuk berbagai kegiatan ataupun di
kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit menyinggung dengan permasalahan
kesehatan salah satunya yang paling terdekat adalah di keluarga. Terutama
pada daerah-daerah pelosok yang jauh dari perkotaan masih dapat terlihat, dan
terdengar alasan mereka melakukan kegiatan adat istiadat yang berkaitan
dengan kesehatan. Padahal, setelah ditinjau ulang kembali kebanyakan dari
alasan yang mereka katakana adalah mitos dan tidak ada penelitiannya atau
menyimpang dari dunia kesehatan.
Dunia kesehatan memiliki peran penelitian yang khusus dan dibuktikan
dengan berbagai percobaan sehingga memiliki tingkat kualitas dan
kepercayaan yang terjamin. Sementara ketika dihubungkan dengan mitos,
hanya berdasarkan pengalaman dan cerita terdahulu. Oleh karena itu, peran
keluarga yang turun temurun dalam menyikapi mitos tersebut masih belum
selaras dengan kesehatan karena mitos hanyalah himpunan kepercayaan yang
tidak didukung oleh fakta ilmiah sehingga perlu banyaknya pendidikan
kesehatan ada keluarga yang masih menganggap mitos adalah kepercayaan
yang mutlak.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang
tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan
darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga memiliki
pengaruh yang penting tehadap pembentukan identitas individu, status kesehatan dan
perasaan harga diri individu. Sistem pendukung yang vital bagi individu adalah
keluarga, dimana keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarga dengan menjalankan fungsi biologi, fungsi pendidikan, fungsi psikis, fungsi
sosiokultural, serta fungsi kesehatan.
3.2 Saran
Diharapkan dapat menjadikan bahan masukan terhadap sebuah keluarga untuk
menciptakan keluarga yang penuh ketentraman , ketenangan, kebahagiaan, dan
keharmonisan keluarga agar memperoleh kesehatan jasmani dan rohani bagi keluarga
12
DAFTAR PUSTAKA
13