Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen Pengampu : Ranny Septiani, SST., M.Keb

Disusun Oleh :
1. Defi Santika Putri ( 1915401027 )
2. Rahma Yunita Roguska ( 1915401028 )
3. Almunadiya Intan Putri ( 1915401029 )
4. Zelvi Ayu Prastiwi ( 1915401030 )

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI D III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat mengerjakan tugas
makalah dari materi Ilmu Kebidanan Dasar III (Kespro) tentang KESEHATAN
REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER.
Dalam mengerjakan tugas ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari Dosen
kami. Oleh karena itu kami inign menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Ranny
Septiani, SST., M.Keb  selaku Dosen mata kuliah Ilmu Kebidanan Dasar III (Kespro) tentang
KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER.
Dan kepada teman-teman yang terlibat dalam pengerjaan makalah ini hingga selesai.kami
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Bandar Lampung, 27 Juli 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah  .............................................................................................. 
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................
A. Definisi Kesehatan Reproduksi ...........................................................................
B. Peran Gender .......................................................................................................
C. Definisi Seksualitas ..............................................................................................
D. Perbedaan Gender dan Seksualitas .......................................................................
E. Budaya yang Mempengaruhi Gender ...................................................................
F. Diskriminasi Gender ..............................................................................................
G. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender...................................................................
H. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi .............................................................
I. Penyakit Menular Seksual .......................................................................................
J. Kesehatan Reproduksi Remaja ...............................................................................
K. Kesehatan Reproduksi Lansia ...............................................................................
L. Pentingnya Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi .......................
M. Kebijakan Kesehatan dalam Kesenjangan Gender ...............................................
N. Analisi Gender .......................................................................................................
O. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gender ...........................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................................
1.1 Kesimpulan ...........................................................................................................

1.2 Saran .....................................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak reproduksi adalah hak semua orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk
memutuskan mengenal jumlah anak, jarak antara anak-anak, serta menentukan waktu dan
tempat kelahiran anak. Hak reproduksi ini berdasarkan pada pengakuan akan HAM yang
diakui di dunia internasional.
Hak reproduksi perempuan merupakan hak yang timbul karena memiliki fungsi
reproduksi yang diberikan tuhan, sehingga hak itu harus dijamin. Perempuan dijaga dari
penyakit menular seksual dengan memberikan pengetahuan kesehatan dan pengobatan yang
cukup. Perempuan harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan agar tidak menimbulkan keguguran yang membahayakan jiwa dan kesehatan
reproduksinya.
Kematian ibu masih merupakan masalah dinegara berkembang termasuk Indonesia.
Penyebab buruknya kesehatan reproduksi di indonesia antara lain sosioekonomi dan
pendidikan yang rendah, budaya yang tidak mendukung, khususnya yang berkaitan dengan
ketidak setaraan gender. Misalnya hubungan peran sosial laki-laki dan peran sosial
perempuan dalam suatu masyarakat memengaruhi usia perkawinan dan pengendalian
kelahiran yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan reproduksi perempuan. Keberhasilan
dapat di capai secara maksimal bila semua faktor penyebab diperbaiki. Tetapi hal ini tidak
mungkin dilaksanakan jika faktor budaya yang berbasis gender sulit diubah.
Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang dikontruksikan oleh budaya karena
seseorang lahir sebagai perempuan atau sebagai laki-laki sudah menjadi pemahaman bahwa
laki-laki akan menjadi kepala keluarga pencari nafkah menjadi orang yang menentukan bagi
perempuan. Seseorang yang lahir sebagai perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga,
sebagai istri, sebagai orang yang dilindungi, orang yang lemah, irasional, dan emosional.
Meskipun dihampir setiap budaya, ibu adalah sebuah peran yang sangat dihormati.
Perhatian akan keselamatan perempuan kurang. Masih ada kebiasaan tradisional yang
merugikan kesehatan perempuan secara umum, maupun kesehatan produksinya. Ketidak
sataraan dalam aspek pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan, dan sumber daya
merupakan pelanggaran pasal 48,49, ayat ( 1 dan 2 ) UU No.39/1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja pada
istri, namun melibatkan peran suami. Banyak kendala yang dihadapi baik faktor sosial
maupun budaya, terutama yang berkaitan dengan kehidupan gender. Perespektif baru dalam
kesehatan reproduksi adalah keikut sastraan pria atau suami dalam kesehatan reproduksi
wanita. Selain itu sejalan dengan perubahan sosial budaya membawa perubahan orientasi
peran suami dan istri. Oleh karna kesehatan reproduksi perempuan sudah merupakan
tanggung jawab bersama antara suami dan istri maka diperlukan pemahaman dan pengaruh
yang seimbang antara suami dan istri untuk dapat membantu perilaku kesehatan reproduksi
secara optimal melalui komunikasi dan layanan suami istri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi ?
2. Apa pengertian gender ?
3. Apa perbedaan gender dan seks ?
4. Bagaimana isu gender dalam kesehatan reproduksi ?
5. Bagaimana penanganan isu gender dalam kesehatan reproduksi ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kesehatan reproduksi
2. Menjelaskan pengertian gender
3. Menjelaskan perbedaan gender dan seks
4. Menjelaskan isu gender dalam kesehatan reproduksi
5. Menjelaskan cara isi gender dalam kesehatan reproduksi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan Reproduksi


Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat fisik mental dan sosial budaya
yang utuh ( bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat saja ) dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi ( ICPD 1994 ).
Kesehatan ReproduksI juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan kesehatan fisik
mental dan sosial yang utuh, bukan bebas dari penyakit atau kecacatan. Dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta proses nya. ( WHO 1992 )/UU
36/2009 PASAL 71 ayat 2. Sedangkan menurut badan koordinasi keluarga berencana
nasional ( BKKBN, 1996 ) yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan sepiritual dan material-material yang layak, bertakwa kepada
tuhan yang maha esa, sepiritual memiliki hubungan yang serasi selaras seimbang antara
anggota keluarga masyarakat dan likungan.
Laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan hanya perbedaan biologis. Peran gender
dibentuk secara sosial, institusi sosial memainkan peranan penting dalam pembentukan peran
gender dan hubungan. Menurut WHO (1998), gender merupakan peran sosial di manaperan
laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perbedaan tanggung jawab laki-laki
dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai
perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan
budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan.

B. Peran Gender
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin
seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita
dapat berbeda diantara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan
lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa kemasa, karena pengaruh kemajuan :
pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan
antara pria dengan wanita.
Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria dan
wanita sebagai berikut :
Perempuan :
1. Ibu rumah tangga.
2. Bukan pewaris.
3. Tenaga kerja domestik (urusan rumah tangga).
4. Pramugari.
Pria :
1. Kepala keluarga/ rumah tangga.
2. Pewaris.
3. Tenaga kerja publik (pencari nafkah).
4. Pilot.
5. Pencangkul lahan.
Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil pekerjaan urusan rumah tangga, dan ada pula
wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai pilot, pencangkul
lahan dan lain-lain. Dengan kata-kata lain, peran gender tidak statis, tetapi dinamis (dapat
berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi). Berkaitan dengan
gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut :
1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan
yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk
diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor publik.

2. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang
berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah
tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alatrumah
tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut
juga peran di sektor domestik.

3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan
beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perankodrati bersifat statis, sedangkan
peran gender bersifat dinamis. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut :
Peran Kodrati :
Wanita :
1. Menstruasi
2. Mengandung
3. Melahirkan
4. Menyusui dengan air susu ibu
5. Menopause

Pria :
Membuahi sel telur wanita

Peran Gender :
1. Mencari nafkah
2. Memasak
3. Mengasuh anak
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan pekerjaan
milik bersama, dan lain-lain

C. Definisi Seksualitas
a. Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya sistem
reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang
menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan ( Depkes RI, 2002:2 )

b. Seksualitas/jenis kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat
melalui ciri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan
perempuan ( Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003 )

c. Seksualitas/jenis kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara


biologis melekat pada jenis kelamin tertentu ( Handayani, 2002 :4 )

d. Seks adalah karakteritik genetik/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan


apakah dia seorang perempuan atau laki-laki ( WHO, 1998 )

D. Perbedaan Gender dan Seksualitas


Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin :
Jenis Kelamin Gender
Tidak dapat berubah, contohnya alat Dapat berubah, contohnya peran dalam
kelamin laki-laki dan perempuan kegiatan sehari-hari, seperti banyak
perempuan menjadi juru masak jika
dirumah, tetapi jika direstoran juru masak
lebih banyak laki-laki.
Tidak dapat dipertukarkan, contohnya jakun Dapat dipertukarkan
pada laki-laki dan payudara pada
perempuan
Berlaku sepanjang masa, contohnya status Tergantung budaya dan
sebagai laki-laki atau perempuan kebiasaan,contohnya di jawa pada jaman
penjajahan belanda kaum perempuan tidak
memperoleh hak pendidikan. Setelah
Indonesia merdeka perempuan mempunyai
kebebasan mengikuti pendidikan
Berlaku dimana saja, contohnya dirumah, Tergantung budaya setempat, contohnya
dikantor dan dimanapun berada, seorang pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan
laki-laki/perempuan tetap laki-laki dan terhadap perempuan dikarenakan budaya
perempuan. setempat antara lain diutamakan untuk
menjadi perawat, guru TK, pengasuh anak

Merupakan kodrat Tuhan, contohnya laki- Bukan merupakan budaya setempat,


laki mempunyai cirri-ciri utama yang contohnya pengaturan jumlah anak dalam
berbeda dengan cirri-ciri utama perempuan satu keluarga
yaitu jakun.
Keluarga Ciptaan Tuhan, contohnya Buatan manusia, contohnya laki-lakidan
perempuan bisa haid, hamil, melahirkan dan perempuan berhak menjadi calonketua RT,
menyusui sedang laki-laki tidak. RW, dan kepala desa bahkan presiden.

E. Budaya yang Mempengaruhi Gender


a. Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti
menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.

b. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan
bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan
sebagai wanita/pria. Contohnya, wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria
bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi
keluarga dari ancaman.

c. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya
adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan
dan merawat anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.

d. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia, tergantung
pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.

e. Peran gender bahkan bisa tidak sama di dalam suatu masyarakat, tergantung pada
tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita
dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita
lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.

f. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak
berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda,
meskipun kadang tanpa mereka sadari.

F. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya
sistem (struktur) sosial di mana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi
korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak,
walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.

G. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender


a. Marginalisasi (peminggiran). Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi.
Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus,
baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun statusdari pekerjaan yang didapatkan. Hal
ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan.
Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara
yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-
asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).

b. Subordinasi (penomorduaan). Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu


memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua
setelah laki-laki.

c. Stereotip (citra buruk). Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan


yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya.

d. Violence (kekerasan). Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan
mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi
maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh
kekerasan paling banyak dialami perempuan.

e. Beban kerja berlebihan. Tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus
menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut
mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan
tanggung jawab di atas.

H. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi


Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan
kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
a.Keluarga Berencana dalam hal ini adalah penggunaan alat kontrasepsi. Seperti diketahui
selama ini ada anggapan bahwa KB adalah identik dengan urusan perempuan. Hal ini juga
menunjukkan adanya budaya kuasa dalam pengambilan keputusan untuk ber-KB. Dari
peserta KB aktif sebanyak 425.960 peserta, peserta KB wanita sebanyak 402.017 (94,38%),
sedangkan peserta KB pria sebanyak 23.943 (5,62%). Faktor penyebab kesenjangan :
 Lingkungan sosial budaya yang menganggap bahwa KB urusan perempuan, bukan
urusan pria/suami.
 Pelaksanaan program KB yang sasarannya cenderung diarahkan kepada kaum
perempuan.
 Terbatasnya tempat pelayanan KB pria.
 Rendahnya pengetahuan pria tentang KB.
 Terbatasnya informasi KB bagi pria serta informasi tentang hak reproduksi bagi
pria/suami dan perempuan/istri.
 Sangat terbatasnya jenis kontrasepsi pria.
 Kurang berminatnya penyedia pelayanan pada KB pria.
b.Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe Motherhood). Upaya peningkatan derajat
kesehatan ibu, bayi (kesehatan ibu dan bayi baru lahir) dan anak dipengaruhi oleh kesadaran
dalam perawatan dan pengasuhan anak. Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor
kesehatan, antara lain :
 Perdarahan saat melahirkan.
 Eklamsia.
 Infeksi.
 Persalinan macet.
 Keguguran.
Sedangkan faktor non kesehatan antara lain kurangnya pengetahuan ibu yang berkaitan
dengan kesehatan termasuk pola makan dan kebersihan diri. Faktor penyebab kesenjangan
antara lain :
 Budaya dalam sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki,
contohnya dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari yang menempatkan bapak atau
anak laki-laki pada posisi yang diutamakan dari pada ibu dan anak perempuan. Hal ini
sangat merugikan kesehatan perempuan, terutama bila sedang hamil.
 Masih kurangnya pengetahuan suami dan anggota keluarga tentang perencanaan
kehamilan.
 Perempuan kurang memperoleh informasi dan pelayananyang memadai karena alasan
ekonomi maupun waktu
 Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
kesehatan dirinya, misalnya dalam menentukan kapan hamil, di mana akan
melahirkan, dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan kedudukan perempuan yang
lemah di keluarga dan masyarakat.
 Tuntutan untuk tetap bekerja. Pada daerah tertentu, seorang ibu hamil tetap dituntut
untuk tetap bekerja keras seperti pada saat ibu tersebut tidak hamil.
I. Penyakit Menular Seksual
Dari berbagai jenis PMS yang dikenal, dampak yang sangat berat dirasakan oleh
perempuan, yaitu berupa rasa sakit yang hebat pada kemaluan, panggul dan vagina, sampai
pada komplikasi dengan akibat kemandulan, kehamilan di luar kandungan serta kanker mulut
rahim. Faktor penyebab kesenjangan gender :
a. Pengetahuan suami/istri tentang PMS, HIV/AIDS masih rendah.
b. Rendahnya kesadaran suami/pria akan perilaku seksua lsehat.
c. Adanya kecenderungan kelompok masyarakat/budaya yang membolehkan suami
melakukan apa saja.
d. Suami/pria sering tidak mau disalahkan, termasuk dalam penularan PMS, HIV/AIDS
karena sikap egois dan dominan pria.
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan yang telah menikah dan ingin
punya anak tetapi tidak dapat mewujudkannya karena ada masalah kesehatan reproduksi, baik
pada suami maupun istri atau keduanya. Informasi menunjukkan penyebab infertilitas adalah
40% pria, 40%wanita dan 20% kedua belah pihak.
Dalam kasus infertilitas, istri menjadi pihak pertama yang disalahkan, ada
kecenderungan orang yang diminta oleh keluarga untuk memeriksakan diri adalah istri.
Faktor kesenjangan gender dalam infertilitas :
a. Norma dalam masyarakat bahwa ketidaksuburan disebabkan oleh pihak istri.
b. Superioritas suami (merasa “jantan”) sehingga dianggap selalu mampu memberi
keturunan.
c. Infertilitas diindentik dengan mandul.
d. Dominasi suami/pria (budaya kuasa) dalam pengambilan keputusan keluarga,
termasuk perintah, memeriksakan diri.
e. Pengetahuan suami tentang infertilitas terbatas.
Sering kali pihak suami/pria yang mengalami infertilitas, yang disebabkan oleh perilaku
sendiri antara lain :
a. Merokok.
b. Penggunaan Napza.
c. Minum-minuman keras/beralkohol.
d. Adanya penyakit yang disebabkan karena sering melakukan hubungan seks sebelum
menikah.
Hal-hal tersebut tanpa disadari sehingga sering menyebabkan menurunnya kualitas dan
kuantitas sperma. Padahal seorang laki–laki secara normal akan mengeluarkan sebanyak
antara 2–6 cc sperma dan setiap cc mengandung 20 juta ekor spermatozoa.
J. Kesehatan Reproduksi Remaja
Banyak orang dewasa dan tokoh pemuda tidak siap membantu remaja menghadapi
masa pubertas, akibatnya remaja tidak memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan untuk
menghadapi perubahan, gejolak dan masalah yang sering timbul pada masa remaja. Hal ini
dapat menyebabkan remaja sering terjebak dalam masalah fisik, psikologis dan emosional
yang kadang-kadang sering merugikan sepertistres, depresi, KTD, penyakit dan infeksi
menular seksual.
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 -19 tahun. Berdasarkan UN (PBB)
batasan usia remaja 15 –24 tahun. Sedangkan BKKBN menggunakan batasan usia remaja
10–24tahun.
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut :
a. Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab. Pada pergaulan yang terlalu bebas, remaja
putri selalu menjadi korban dan menanggung segala akibatnya (misalnya kehamilan yang
tidak dikehendaki dan putus sekolah). Ada kecenderungan pula untuk menyalahkan pihak
perempuan, sedangkan remaja putranya seolah-olah terbebaskan dari segala permasalahan,
walaupun ikut dan adil dalam menciptakan permasalahan tersebut.
b. Ketidakadilan dalam aspek hukum. Dalam tindakan aborsi illegal, yang diancam oleh
sanksi dan hukuman adalah perempuan yang menginginkan tindakan aborsi tersebut,
sedangkan laki-laki yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum. Kesehatan
reproduksi remaja dianggap penting karena beberapa hal berikut :
 Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan reproduksi.
 Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang sering cukup
berat.
 Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi seperti IMS,
HIV AIDS serta kehamilan tidak diinginkan (KTD).
Sedangkan sumber masalah kesehatan reproduksi pada remaja adalah :
 Seks dengan sembarang orang.
 Seks tanpa alat pengaman (kondom).
 Melakukan hubungan seksual saat perempuan sedang haid.
 Seks tidak normal, misalnya seks anal (melalui dubur).
 Oral seks dengan penderita gonore, menyebabkan faringitis gonore (gonore pada
kerongkongan).
 Seks pada usia terlalu muda, bisa mengakibatkan kanker serviks.
 Perilaku hidup tidak sehat dapat mendatangkan penyakit (tekanan darah tinggi,
jantung koroner, diabetes melitus) yang dapat memicu disfungsi ereksi (DE).
 Kehidupan seks menimbulkan trauma psikologis juga faktor pemicu DE. Lembar
fakta yang diterbitkan oleh PKBI, United Nations Population Fund (UNFPA) dan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa
setiap tahun terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan. Setiap
tahun, masih menurut lembar fakta tersebut, sekitar 2,3 juta kasus aborsi juga terjadi
di Indonesia dan 30 persennya dilakukan oleh remaja.
K. Kesehatan Reproduksi Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu
usia pertengahan (middleage) 45 –59 tahun, lanjut usia (elderly) 60–74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Dalam memasuki masa tua seorang wanita memasuki masa klimakterium yaitu
merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium dan bagian dari masa
klimakterium terjadi masa menopause. Menopause adalah salah satu fase dalam kehidupan
normal seorang wanita. Masa menopause ditandai oleh berhentinya kapasitas reproduksi
seorang wanita. Ovarium tidak berfungsi dan produksi hormon steroid serta peptida
berangsur-angsur hilang. Sementara itu, sejumlah perubahan fisiologik pun terjadi. Hal itu
terjadi sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan
oleh prosespenuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut
dan biasanya menghilang perlahan dan tidak menyebabkan kematian. Namun tak jarang
menimbulkan rasa tidak nyaman dan terkadang perlahan menyebabkan gangguan dalam
aktivitas sehari-hari. Sedang masa senium adalah masa sesudah pasca menopause, ketika
telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan
vegetatif maupun psikis. Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi
wanita bukan saja berada pada isteri, namun melibatkan peran suami. Oleh karena masalah
kesehatan reproduksi perempuan sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami
dan istri maka sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara suami
danistri untuk dapat membantu perilaku kesehatan reproduksi secara optimal melalui
komunikasi dan layanan suami istri, salah satu bentuk gambaran suami dalam perilaku
kesehatan reproduksi perempuan lansia terutama saat proses memasuki masa menopause
dengan berbagai permasalahan yang timbul baik fisik maupun psikisnya.
Melihat perkembangan jumlah penduduk di Indonesia, pada tahun 1997 penduduk
Indonesia telah berjumlah 201,4 juta dan 100,9 juta diantaranya adalah wanita, termasuk 14,3
juta orang wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada tahun 2000, jumlah wanita berusia 50
tahun keatas telah mencapai 15,5 juta orang, tentunya perlu mendapatkan perhatian
bagaimana kesehatan reproduksinya, oleh karena terjadi perubahan baik secara fisik maupun
psikisnya seperti incontinentia urinae, berkurangnya penglihatan dan pendengaran, patah
tulang, depresi, palpitasi, sakit kepala dan lain sebagainya. Namun masih banyak hal yang
memprihatinkan pada wanita menopause, fakta menunjukkan bahwa makin bertambahnya
jumlah penduduk, makin maju suatu negara, makin terisolir penduduk usia tua termasuk
menopause, apalagi harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibanding dengan laki-laki,
selain itu konsep budaya yang berkembang di Indonesia bahwa seorang wanita adalah
istriyang harus melayani kehidupan seksual suami, sehingga dalam keadaan yang bagaimana
pun serta adanya rasa bahwa layanan suami istri adalah suatu kewajiban yang harus
dilakukan dengan menekan rasa sakit dan tanpa memperhatikan kesehatan reproduksinya.
Dengan melihat kondisi masyarakat yang berada pada dua perspektif yaitu pola
tradisional yang timpang gender dan masyarakat yang mengalami perubahan sosial, maka
perlu dilihat tingkat partisipasi suami dalam ikut merawat atau memelihara kesehatan
reproduksi wanita lansia.

L. Pentingnya Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi


Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal
itu semakin dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena hal-hal
berikut :
a. Dalam perspektif gender, hal-hal tersebut Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi
sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah inses yang terjadi pada masa
kanak-kanak di rumah, masalah pergaulan bebas pada masa remaja, kehamilan
remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi
dan masalah kesehatan reproduksi lainnya. Status sosial perempuan (termasuk anak
perempuan) di masyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan reproduksi
yang dihadapi perempuan. Akibatnya mereka kehilangan kendali terhadap kesehatan,
tubuh dan fertilitasnya.

b. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi seperti


kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi.
Karena strukur alat reproduksinya perempuan rentan secara sosial maupun biologis
terhadap penularan IMS termasuk STD/HIV/AIDS.

c. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan


perempuan. Namun keterlibatan, motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan
reproduksi dewasa ini masih sangat kurang.

d. Laki-laki mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan


dengan IMS, termasuk HIV/AIDS. Karena itu, dalam menyusun strategi untuk
memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian
dan tanggung jawab laki-laki.

e. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan domestik) atau
perlakuan kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap
laki-laki atau hubungan gender yang tidak setara.

f. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan “urusan perempuan”, seperti bila
menyebutkan akseptor KB, aborsi, pemeriksaan kehamilan, kemandulan dan kematian
ibu. Urusan tersebut memang dekat sekali dengan perempuan, baik dalam target
sasaran maupun pelaku. Kesuksesan program KB selama ini berasal dari partisipasi
perempuan yang mencapai 98%. Kematian karena aborsi meliputi sekitar 15%
kematian ibu. Angka Kematian Ibu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup SDKI,
2007). Semua ukuran dikaitkan dengan perempuan, karena target dan korbannya
adalah perempuan.
mencerminkan adanya hubungan gender yang timpang perlakuan yang diskriminatif
terhadap perempuan dan banyaknya intervensi yang buta gender.

M. Kebijakan Kesehatan dalam Kesenjangan Gender


Dalam keadaan negara yang mengalami krisis multi dimensi, perempuan yang
menanggung beban terberat dalam keluarganya. Keragaman perempuan berdasarkan kelas,
ras, maupun nation, dikaitkan dalam benang merah isu-isu sentral perempuan seperti
pendidikan, kesehatan reproduksi, kerja domestik, upah rendah, peran ganda, kekerasan
seksual, ideologi gender, terutama pada masyarakat yang telah mengenal kapitalisme dan
komersialisasi.
Kebijakan dalam bidang kesehatan reproduksi yang perlu dilakukan untuk menangani
kesenjangan gender antara lain :
a. Peningkatan kondisi kesehatan perempuan dan peningkatan kesempatan kerja. Hal ini
dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan usia kawin dan melahirkan, sehingga
resiko selama kehamilan akan menurun.

b. Pendekatan target pada program KB harus disertai dengan adanya tenaga dan
peralatan medis yang cukup. Hal ini untuk mencegah terjadinya mal praktek karena
keinginan untuk mencapai target.

c. Peningkatan partisipasi laki-laki dalam menurunkan angka kelahiran. Tidak hanya


perempuan yang dituntut untuk mencegah kehamilan, tetapi juga laki-laki, karena
pada saat ini sudah tersedia beberapa alat kontrasepsi untuk laki-laki.

d. Penyadaran akan kesetaraan dalam menentukan hubungan seksual dengan laki-laki.


Penyadaran bahwa perempuan berhak menolak berhubungan seksual dengan laki-laki,
meskipun laki-laki tersebut suaminya, bila hal itu membahayakan kesehatan
reproduksinya (misalnya laki-laki tersebut mengidap HIV/AIDS).

e. Penyuluhan tentang jenis, guna, dan resiko penggunaan alat kontrasepsi. Baik alat
kontrasepsi modern maupun tradisional perlu diperkenalkan guna dan resikonya
kepada perempuan. Dengan demikian perempuan dapat menentukan alat kontrasepsi
mana yang terbaik untuk dirinya.

f. Penyuluhan tentang HIV/AIDS dan PMS (penyakit menular seksual) kepada


perempuan.

g. Pendidikan seks pada remaja perempuan dan laki-laki.

N. Analisi Gender
Analisis Gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan,
fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Kebijakan, program, kegiatan strategis yang ternyata bias dan netral gender
direformulasikan menjadi kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender. Tujuan
kebijakan, program, kegiatan baru yang responsif gender harus dituliskan dan bandingkan
dengan tujuan yang lama. Program, kegiatan pokok yang responsif gender, tuliskan dan pilih
program dan kegiatan pokok yang responsif gender berdasarkan tujuan baru yang akan
dicapai.

O. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang


rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta
lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk
pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang
fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan
satu dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang memberi
kebebasan secara materi).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual).

Pengaruh dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas dapat
dikurangi dengan strategi intervensi yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi
wanita dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat
diintegrasikan kedalam berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan non
kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan jaman.
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin
seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita
dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan
lingkungan.
Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada
jenis kelamin tertentu. Seks berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai mahluk yang
secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis
kelamin seks mengandung pengertian laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis.
Sedangkan ’gender’ sering diartikan sebagai kelompok laki-laki, perempuan, atau perbedaan
jenis kelamin. Namun sebenarnya konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-
laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir
beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan.
Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya
sistem (struktur) sosial di mana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi
korban. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender antara lain; marginalisasi, subordinasi,
stereotipe, kekerasan, dan beban kerja berlebihan.
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan
kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
Isu-isu gender dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi terdapat dalam kasus-kasus
di Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak Baru Lahir (Safe Motherhood), Penyakit
Menular Seksual, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Kesehatan Reproduksi Lansia.
Kesenjangan gender dalam kesehatan reproduksi sering kali menjadikan perempuan
sebagai korban, karena sebagian besar masalah kesehatan reproduksi selalu berkaitan dengan
perempuan. Sedangkan partisipasi dan motivasi dari laki-laki saat ini sangatlah kurang.
2. Saran
Untuk mencapai kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi, masyarakat harus
diberikan pemahaman yang benar agar lebih bisa menerima dan terbuka akan adanya ide,
serta memberikan dukungan yang dibutuhkan, terlebih lagi kepada kaum perempuan yang
paling terkena dampak dalam masalah perbedaan gender ini. Apalagi bagi pasangan suami-
isteri, kerja sama antara kedua belah pihak harus terjalin dengan baik. Karena masalah
kesehatan reproduksi perempuan sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami
dan istri maka sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara suami dan
istri untuk dapat membantu perilaku kesehatan reproduksi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009. Gender, Kekuasaan & Kesehatan Reproduksi.www.babel.bkkbn.go.id.


Diunduh Selasa, 28 Mei 2013.BAB III Isu Gender dalam Kesehatan
Reproduksi.www.perpustakaan.depkes.go.id. Diunduh Selasa, 28 Mei 2013.Bias Gender
dalam Kebijakan Kesehatan Reproduksi di Indonesia.www.duniaesai.com. Diunduh Selasa,
28 Mei 2013.Hadi, Tono. 2007. Hak Reproduksi dan Ketidakadilan Gender. www.mail-
archive.com. Diunduh Rabu, 3 April 2013.http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-heritage-2003-drirmasusw-
386http://lailychoyriati.blogspot.com/2013/04/kesehatan-reproduksi-dalam-
perspektif.htmlhttp://ikeherdiana-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-63794-Psikologi
%20Perempuan-Konsep%20Gender%20dan%20Jenis%20Kelamin.htmlhttp://ikeherdiana-
fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-63796-Psikologi%20Perempuan-Implementasi
%20Ketidaksetaraan%20%28Gender
%29.htmlhttp://tikacakef.blogspot.com/2013/01/kesehatan-reproduksi-berspektif-
gender.htmlhttp://www.k4health.org/toolkits/indonesia/sekitar-masalah-genderKesehatan
Reproduksi dalam Perspektif Gender.www.elearning.baktiinangpersada.ac.id. Diunduh
Selasa, 28 Mei2013.:
https://idtesis.com/pengertian-analisis-gender/#:~:text=Analisis%20Gender%20adalah
%20proses%20menganalisis,serta%20faktor%2Dfaktor%20yang%20mempengaruhinya.
https://www.psychologymania.com/2012/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_18.html

SOAL KESPRO
1. Sebagai akibat kurang matangnya kejiwaan dan emosi remaja, pernikahan dini bias
menimbulkan, kecuali…
A. Perasaan gelisah
B. Tibul rasa curiga
C. Shock
D. Alergi terhadap aktivitas
E. Perasaan gembira

2. Dalam kespro usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah, dan
juga usia pertama hamil juga mempengaruhi dan merupakan factor…
A. Psikologis
B. Budaya dan lingkunga
C. Demograsi
D. Sosio ekonomi
E. Demografis

3. Pada remaja mempunyai naluri kebutuhan seksual yang harus di salurkan menjadi
kegiatan-kegiatan seperti hobi danolahraga. Jika remaja sekarang menyalahgunakan
naluri seksualnya dengan melakukan hubungan seksual diluar nikah, atau
pemerkosaan, berarti remaja tersebut…
A. Masa pubertas
B. Masalah pada proses reproduksi yang bertanggung jawab
C. Masa menopause dini
D. Pergaulan bebassesama remaja
E. Perkembangan jiwa, fisik, dan seksual

4. Di tinjau dari aspek hokum, pelanggaran abortus bersifat mutlak. Tetapi jika pada saat
tertentu, karna alasan yang sangat mendasar untu melakukannya adalah. Untuk
menyelamatkan ibu telah di atur dalam UU…
A. No. 23 thn 1992
B. No. 29 thn 2004
C. No. 32 thn 2000
D. No. 23 thn 2006
E. No. 27 thn 2004

5. Pemeriksaan rutin pada menit-menit pertama kelahiranuntuk identifikasi masalah


yang membahayakan BBL dan untuk memastikan bahwa bayi ersebut sehat. Tindakan
yang mendukung kedalam kesehatan BBL dalam siklus hidupnya adalah…
A. Resusitasi bayi
B. Pemeriksaan secret
C. APGAR score
D. Tes Guthrie
E. Pemeriskasaan medik pertama
6. Suatu keadaan fisk, mental dan socialsecara utuh, tidak semata mata bebas dari yang
berkaitan dengan sytem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya, merupakan pengertian
dari…
A. Ruang lingkup kespro
B. Area permasalahn kespro
C. Kespro
D. Hak-hak reproduksi
E. Semua di atas salah

7. PKRE dan PRKR adalah sebagai komponen kespro yang menjadi masalah pokok di
Indonesia, kespro pada usia lanjut merupakan bagian komponen…
A. PKRK
B. PKRE
C. PKK
D. PRKK
E. PERK

8. Hak-nak reproduksi bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara


utuh, baik kesehatan jasmani mau[un rihani, meliputi…
A. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi
B. Untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual
C. Pencegahan dan penanganan infertilitas
D. Promosi hak hak reproduksi
E. Penerapan pelayanan kespro

9. Ketidak setaraan dalam aspek pendidikan, pekerjaan pengambilan keputusan, dan


sumber dayamerupakan pelanggaran 48, 49, ayat (1dan 2) dalam UU…
A. UU No. 26/2006 tentang kebudayaan
B. UU No. 39/1999 tentang HAM
C. UU No. 36/ 2009 tentang kesehatan reproduksi
D. Depkes RI. 2002:2 tentang seksualitas
E. WHO 1992tentang fungsi serta prosesnya

10. Status dan peran yang di cap cock atau pantas oleh masyarakat untuk wanita adala…
A. Pewaris
B. Pilot
C. Tenaga kerja public
D. Tenaga kerja demestik
E. Kepala keluarga
11. Dlama Depkes RI, 2002:2 telah di jelaskan tentang…
A. Definisi seksualitas
B. Peran gender
C. Definisi kesehatan reproduksi
D. Definisi gender
E. Perbedaan gender dan seks

12. Yang termasuk bentuk-bnentuk ketidak adilan gender yaitu…


A. Program KB
B. Budaya globalisasi
C. Violence
D. Normative seks
E. Diskriminalitas

13. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di sebut juga dengan…
A. KI dan BBL
B. Morningkiness
C. Mom health
D. Safe safety
E. Safe motherhood

14. Yang bukan merupakan penyakit menular seksual adalah…


A. Salmonella typhi
B. HIV/AIDS
C. Gornore
D. Klamidia
E. Herpes genital

15. Dalam kehidupan seks yang tidak baik dan berlebihan dapat menimbulkan…
A. Penghilang setres
B. Trauma seks
C. Kesenangan jiwa
D. Kelelahan hormone
E. Penyebab mandul

16. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, seperti
berikut kecuali…
A. Masalah inses pada anak
B. Kehaamilan remaja
C. Pergaulan brbas pada remaja
D. Penyebab penyakit DM
E. Aborsi yang tidak aman

17. WHO menggolongkan usia menjadi 4 yaitu…


A. Middle age (45-59) tahun
B. Elderly (60-74) tahun
C. Middle old (30-40) tahun
D. Old (75-90) tahun
E. Very old (790) tahun

18. Salah satu faktor yang mempengaruhi gender yaitu…


A. Faktor sosial-ekonomi dan demografi
B. Faktor etika
C. Faktor kekayaan
D. Faktor imigrasi
E. Faktor gaya hidup

19. Pengertian analisis gender adalah…


A. Proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan
perempuan
B. Proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki
dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan mengungkapkan
kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan,
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
C. Proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
D. Proses menganalisis data tentang manusia
E. Proses menganalisis data dan informasi tentang hewan dan tumbuhan

20. Pengertian seks adalah…


A. Pembagian jenis kelamin
B. Pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara psikologis
C. Pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis
kelamin tertentu
D. Pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
E. Pembagian jenis kelamin berdasarkan jenis kelamin tertentu

21. Salah satu penyakit reproduksi adalah…


A. HIV/AIDS
B. Anemia
C. Maag kronis
D. Tifus
E. Leukimia

22. Salah satu faktor kesehatan yang menyebabkan sebagian ibu hamil mengalami
kematian adalah…
A. Perdarahan saat melahirkan
B. Gaya hidup
C. Makanan dan minuman
D. Tekanan batin
E. Trauma

23. Salah satu bentuk-bentuk ketidakadilan gender adalah…


A. Imigrasi
B. Transmigrasi
C. Ekonomi
D. Sosial
E. Subordinasi

24. Salah satu sumber masalah kesehatan reproduksi pada remaja adalah…
A. Seks dengan sembarang orang
B. Memakai pengaman
C. Seks secara normal
D. Seks tiap hari
E. Seks dengan suami

25. Menurut WHO batasan usia remaja adalah…


A. 12-20 tahun
B. 10-19 tahun
C. 23-40 tahun
D. 2-10 tahun
E. 34-45 tahun

Anda mungkin juga menyukai