Nama Kelompok:
Norjannah
Nur Fitriani
Nurul Hidayati
Nuril Lailani
Ratna Anggreyeni
Rahmah Nurul Faridah
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan KB dan Kespro.
Tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan akademis serta meningkatkan rasa tanggung jawab seorang mahasiswa. Kami
menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat membantu demi terciptanya karya yang
lebih baik dimasa-masa yang akan datang. Semoga dengan segala keterbatasanya pada
kami, makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak.Terimakasih.
Penulis
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.1 Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita......................................................2
1.2 Pandangan Masyarakat terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita............................................2
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
2.1Definisi Kesehatan Reproduksi Wanita.....................................................................................5
2.2Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita...........................................................5
1. Pendidikan yang rendah.....................................................................................................6
2. Kawin muda........................................................................................................................6
3. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.......................................................................7
4. Beban Kerja yang berat......................................................................................................7
2.3 Wanita Di Tempat Kerja...........................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................11
Daftar Pustaka..................................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta
kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang
pembangunan seperti yang tercantum dalam GBHN, tetapi secara faktual persamaan
tersebut saat ini belum terwujud, diantaranya di bidang kesehatan. Masih banyak
wanita yang mengalami diskriminasi dalam bidang kesehatan, umpamanya:
pembedaan pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses
infomasi, dan akses pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk menghilangkan
hambatan-hambatan ini salah satu usaha pemerintah berusaha untuk meningkatkan
pelayanan terhadap wanita usia produktif dengan menyediakan puskesmas dan
rumah sakit dengan berbagai fasilitasnya. Tetapi di Indonesia, usaha dalam
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi ini masih belum mencapai tujuan yang
diinginkan. Hal ini masih terbukti masih tingginya angka kematian ibu bersalin
yaitu 375/100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya angka
kematian ibu, disinyalir penyebab utamanya adalah perdarahan, infeksi, dan
toksemia dan penyebab tak langsung adalah kemiskinan, tradisi sosial budaya,
status gizi yang tidak memadai dan kurangnya akses pemanfaatan dan fasilitas
kesehatan serta rendahnya status wanita. Masalah kesehatan reproduksi wanita ini
tidak terlepas dari faktor sosial, budaya dan ekonomi secara keseluruhan. Oleh
sebab itu diperlukan usaha-usaha yang lebih sederhana, lebih mudah terjangkau,
lebih sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya setempat, dan juga
mengikut sertakan masyarakat secara umum dan terpadu. Hal yang lebih penting
dalam memasyarakatkan kesehatan reproduksi ini adalah kesadaran dan motivasi
masyarakat sendiri (terutama pihak wanita) yang menjaga kesehatan reproduksinya.
Artinya hal ini membawa pemikiran baru untuk mengefektifkan serta
mengintensifkan pelaksanaan berdasarkan kesadaran masyarakat dan kebutuhannya
sendiri. Terobosan dan strategi bagaimana memasyarakatkan program kesehatan
reproduksi khususnya reproduksi wanita tanpa arahan atau paksaan. Untuk itu
penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana tanggapan wanita sendiri dan
masyarakatnya tentang kesehatan reproduksi mereka.
1
1.1 Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
2
sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa peristiwa mulai dari haid sampai
perkawinan, hamil,melahirkan atau segala yang berkaitan dengan alat kelamin
wanita adalah peristiwa alamiah dan tidak perlu dibesar-besarkan.Pandangan yang
telah berurat bermekaran baik pada kelompok wanita dan masyarakat tidak terlepas
dari peran jender wanita yang disosialisasikan bahwa wanita harus mendahulukan
kepentingan-kepentingan di luar dirinya, dan bahkan sering mengabaikan
kesehatannya sendiri.
Definisi sehat dan sakit dalam pengertian masyarakat desa berbeda dengan
pengetian medis. Pengertian medis yang menyatakan sakit adalah terganggunya
salah satu organ tubuh dalam menjalankan fungsinya, dianggap masyarakat
bukanlah sakit sepanjang masih dapat berjalan dan melakukan kegiatan seperti
biası. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita, masyarakat beranggapan
bahwa hal tersebut merupakan masalah "pribadi" yang bersangkutan.Akibatnya
banyak wanita jika mengalami penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya
berusaha mengatasi sendiri, misalnya dengan obat tradisional atau jamu.Padahal
masalahnya tidak sesederhana itu.jika penyakitnya sudah parah barulah mereka
mencari pertolongan dokter, atau bidan.Hal lain yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi wanita, adalah mengenai kegiatan ber-KB. Masyarakat
termasuk wanita yang .berusia subur beranggapan bahwa yang ber-KB adalah
wanita. Meskipun laki-laki pun dapat ber-KB misalnya dengan metode vasektomi,
tetapi baik wanita maupun laki-laki sama-sama keberatan.
3
melahirkan masih dapat dimaafkan, tetapi kalau sekedar berobat atau memeriksa
kehamilan sebaiknya dengan petugas sesama wanita.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara
internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi.Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada
pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan
menentukan kelahiran anak mereka.
5
tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita. Indikator-indikator
permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
2. Kawin muda
6
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini
berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan.
Disamping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang
menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya
akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah
dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya
wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis,
stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu kerja,
tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan membahayakan.
7
Di India banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim
panen karena wanita terus-terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria
maupun wanita dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih
berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap
janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di
industri-industri misalnya panas yang berlebih lebihan, berisik, dan cahaya yang
menyilaukan, bahan kimia, atau mdiasi.Peran jender yang menganggap status
wanita yang rendah berakumulasi denganindikator-indikator lain seperti
kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan
wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikankesehatan
reproduksinya.
1) Aktualisasi diri.
2) Mata pencaharian.
8
Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan saat bekerja dalam
memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola pikir terbuka memungkinkan
jalinan saling mendukung dalam keluarga.
Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman sehingga dapat memperkaya
wawasan bagi wanita.
5) Peningkaan keterampilan/kompetensi.
Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu meningkatkan keterampilan atau
kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih
sebagai karyawan.
6) Pengaruh lingkungan.
Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan memberikan motivasi bagi
wanita lain untuk bekerja.
C. Upaya pemecahan
9
1) Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung tangan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
3) Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila
lembur, dinas luar.
4) Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari oleh
atasan.
5) Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut
pada ancaman di pecat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaian besar responden pada kelompok usia 40-49 tahun. Sebagian besar
bekerja salama 7 hari/minggu sedang lama kerjadalam sehari sebagaian besar
kurang dari 6 jam/hari Sebagian besar responden menikah di usia muda dan
mengalami kehamilan di usia muda. Sebagaian kecil responden belum mempunyai
anak (keguguran dan belum pernah hamil) Sebagian besar responden tidak
mengatur jumlah anak yang diinginkan dan sebagian besar mendapat menstrusi
pertama yang terlambat. Belum adanya pelayanan kesehatan reproduksi sehat di
tempat kerja kurangnya keserasian antara aktivitas kerja dan menjaga kondisi
kesehatan reproduksi.
B. Saran
11
Daftar Pustaka
1. http://agungsantoso77.wordpress.com/2009.02/24/memasyarakatkan-kesehatan-
reproduksi-Wanital
2. http://urfisyifa.blog.fricndster.com/2007/07/wanita-di-tempat-kerial
3. http://www.google.co.idsearch2hl=id&client-firefoxakchannel-
s&rls=org.mozill'á3Acn-
LUSaiAofficial&qmakalahtkesehatan+reproduksižwanitatbekerjakbtnG=Telusunik
meta=
4. http:l//www.gongle.co.id.search2hl=id&client-
fircfoxakchannel=skrls=org.mozilla@a3Acn-LIS63Aofficial&q-
wanitatditempattkerjakbtnG=Telusuri&meta
12