Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

WANITA DI PUSAT REHABILITASI

Dosen Pengampu :
IBU RAFIDAH, S.SiT.,M.Kes

Di Susun Oleh :
Norjanah
Nur Fitriani
Nuril Lailani
Nurul Hidayati
Ratna Anggreyeni
Rahmah Nurul Faridah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KESEHATAN

REPRODUKSI PADA WANITA DI REHABILITASI“ dengan lancar.

Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Kesehatan Reproduksi. Hal ini karena untuk mengetahui bagaimana perkembangan

pengetahuan kesehatan reproduksi wanita dimasyarakat kita.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena kurangnya

pengetahuan dan terbatasnya referensi yang saya dapatkan, sehingga saya memerlukan saran dan

kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Saya mengharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi pembaca

tentang Kesehatan reproduksi Pada wanita di Rehabilitasi dan pendidikan.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita adalah objek utama dalam asuhan-asuhan yang dilakukan pada kebidanan. Dalam
kenyataannya tidak sedikit wanita yang mengalami permasalahan hidupnya, sehingga
mengganggu kesehatan reproduksinya. Masalah-masalah yang terjadi pada wanita-wanita
tersebut diantaranya adalah penyalahgunaan NAPZA, menjadi PSK, terkena kanker payudara
dan masalah osteoporosis. Untuk menangani masalah-masalah tersebut dapat dilakukan dengan
pencegahan bagi wanita yang belum terjerat masalah-masalah tersebut dan pengobatan bagi
wanita yang telah terjerat masalah-masalah tersebut. Untuk menyempurnakan pengobatan yang
telah dilakukan maka harus dilaksanakan rehabilitasi, karena tak jarang bahwa pengobatan tidak
berhasil karena wanita yang bermasalah tersebut tidak menjalani masa rehabilitasinya dengan
baik.
Wanita pemakai atau pecandu narkoba biasanya terganggu atau menderita secara fisik
(penyakit), mental (perilaku salah), spiritual (kekacauan nilai-nilai luhur) dan social (rusak
komunikasi). Wanita ini perlu mendapatkan rehabilitasi.Pusat rehabilitasi adalah tempat atau
sarana yg digunakan untuk proses pemulihan atau perbaikan untuk kembali seperti semula missal
ketergantungan narkoba, penyandang cacat baik fisik atau mental dan masalah yg lain.
Dengan banyaknya wanita yang mengalami masalah-masalah seperti yang telah disebutkan di
atas, maka kita sebagai bidan harus mengatahui bagaimana memberikan pelayanan rehabilitasi
pada wanita tersebut. Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas apa itu rehabilitasi dan
bagaimana melakukan rehabilitasi yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.


1. Apa pengertian dari wanita dan rehabilitasi?
2. Apa saja jenis rehabilitasi?
3. Apa saja program rehabilitasi?
4. Apa pengertian pusat rehabilitasi?
5. Apa saja macam-macam pusat rehabilitasi untuk wanita?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan memahami tentang wanita di pusat rehabilitasi.
2. Tujuan Khusus
Tujan khusus dari penulisan makalah ini yaitu dapat :
a. Memahami pengertian wanita, rehabilitasi dan pusat rehabilitasi.
b. Mengetahui jenis-jenis rehabilitasi.
c. Mengetahui macam-macam pusat rehabilitasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanita

Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis


kelaminbetina.Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan
dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk
perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga
dengan anak gadis. Perempuan yang memiliki organreproduksi yang baik akan memiliki
kemampuan untuk mengandung, melahirkandan menyusui.

B. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memilki penyakit
kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya. Program Rehabilitasi individu adalah program
yang mencangkup penilaian awal, pendidikan pasien, pelatihan, bantuan psikologis, dan
pencegahan penyakit. Selain itu, ada beberapa definisi tentang rehabilitasi yang tercantum
dalam ketentuanketentuan yaitu:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Narkotika, Rehabilitasi Medis
adalah “suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu untuk membebaskan pecandu
dari ketergantungan narkotika”.
b. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Rehabilitasi Sosial
adalah ”suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial
agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam
kehidupan masyarakat”.
c. Menurut KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA.
Rehabilitasi adalah ”Upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal
mungkin”.
d. KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana
Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA, Sarana Pelayanan
Rehabilitasi adalah ”tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, berupa Kegiatan Pemulihan
dan Pengembangan secara terpadu baik fisik, mental, sosial dan agama”.

C. Jenis Rehabilitasi

Dengan prinsip utama bahwa rehabilitasi tersebut adalah dalam upaya melakukan pemulihan
terhadap korban secara komprehensif (baik medis mapun sosial) dan dalam prinsip untuk
memanusiakan-manusia
Pada dasarnya Rehabilitasi yang diatur dalam regulasi KEPMENKES
996/MENKES/SK/VIII/2002 tersebut ada 2 yaitu:
a. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis adalah suatu bentuk layanan kesehatan terpadu di bawah naungan
rumah sakit yang dikoordinasi dokter spesialis rehabilitasi medis
b. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
Tim rehabilitasi medik:
1. Dokter spesialis rehabilitasi medik: penanggung jawab tim, coordinator, dokter
2. fungsional dan terapis rehabilitasi medik.
3. Fisioterapis: tindakan terapi fisik.
4. Terapis Wicara.
5. Terapis Okupasi.
6. Psikolog.
7. Ortotis/Prostetis.
8. Petugas sosial medis.
9. Perawat rehabilitasi medik.
Rehabilitasi medik membantu penanganan:
1. Gangguan tumbuh kembang/cacat bawaan sejak bayi hingga dewasa.
2. Ancaman kecacatan karena penyakit atau cidera.
3. Kecacatan penyakit atau cidera.
4. Dampak psikologis sosial budaya dan vokasional.
5. Kecuali cacat pada mata, telinga, dan gangguan jiwa.

D. Program Rehabilitasi

Program Rehabilitasi diantaranya yaitu, program rehabilitasi yang lamanya 3 bulan yang
mencakup :
a. Pendidikan agama (kognitif, afektif, dan psikomotor).
b. Psikoterapi kelompok (group psychotherapy) dan psikoterapi perorangan (Individual
Psychotherapy).
c. Pendidikan umum.
d. Pendidikan keterampilan.
e. Pendidikan jasmani (olahraga).
f. Rekreasi.

Hasil yang diharapkan seusai dari program rehabilitasi adalah:


a. Beriman dan bertakwa.
b. Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAPZA.
c. Memiliki keterampilan.
d. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari, baik di
rumah (keluarga), di sekolah/kampus, di tempat kerja, maupun masyarakat.

E. Gejala penyakit yang banyak ditemui pada pusat rehabilitasi


Pusat rehabilitasi menggunakan berbagai metode yang berbeda terhadap pasien, perawatan
pun disesuaikan menurut penyakit pasien dan seluk-beluk dari awal terhadap pasien tersebut.
Waktu juga menentukan perbedaan perawatan antar pasien. Dan pengobatan rawat jalan
adalah program yang sangat bermanfaat bagi para pasien di tahap awal, khususnya bagi
pasien yang kecanduan atau addiction.
Gejala penyakit yang banyak ditemui pada pusat Rehabilitasi:
a) Watak Pemarah.
b) Perilaku yang aneh.
c) Kehilangan nafsu makan.
d) Kehilangan berat badan.
Para pasien yang masuk di pusat Rehabilitasi kebanyakan menderita rendah diri dan
kurangnya pandangan positif terhadap kehidupan, oleh karena itu psikologi memainkan
peranan yang sangat besar dalam program Rehabilitasi, dan hal ini juga sangat penting untuk
menjaga pasien dari teman-teman dan lingkungan yang memungkinkan kecanduan kembali
terhadap obat-obat terlarang.
Sangat dianjurkan untuk tidak memilih pusat Rehabilitasi yang terletak dekat dengan rumah
pasien, uangpun memainkan peranan penting dalam perawatan, tidak lupa kesabaran juga
merupakan faktor yang penting baik itu dari pihak individu dan keluarganya sendiri.
Beberapa tips menjaga pasien agar tidak mengulang kesalahannya setelah pulang dari pusat
Rehabilitasi:
1. Menemukan kembali hobi yang positif atau perkerjaan yang tetap bagi pasien.
2. Menjaga hubungan baik antara lingkungan keluarga dan sekitar.
3. Bertemu dengan konsultan kejiwaan atau psikiater secara berkala.
4. Kesabaran dan keyakinan dari pasien itu sendiri akan proses pemulihan dari obat dan
kecanduan.

F. Pusat Rehabilitasi

Pusat rehabilitasi adalah tempat atau sarana yg digunakan untuk proses pemulihan
atauperbaikan untuk kembali seperti semula misal ketergantungan narkoba, penyandang
cacat baik fisik atau mental dan masalah yg lain.
1. Subyek Rehabilitasi
a) Pribadi korban narkoba.
b) Orang-orang terdekat.
c) Masyarakat sekitar dan umum.
d) Gembong dan pengedar narkoba.
2. Sarana Dan Prasarana Rehabilitasi
a) Tersedia dukungan, pertolongan dan harapan.
b) Perpustakaan dan buku, bahan audiovisual dan alat peraga.
c) Sarana peningkatan minat dan ketrampilan.
d) Sarana rekreasi.
e) Jadwal harian atau program kegiatan.
f) Fasilitas angkutan dan komunikasi.
g) Tenaga professional seperti dokter, psikiater, psikolog, sosiolog, ahli kerohanian, TOGA,
fisioterapi.
3. Pola Dasar Rancangan Rehabilitasi
a) Tahap I yaitu proses transisi awal (1-8minggu).
b) Tahap II yaitu proses rehabilitasi intensif (3-18 bulan).
c) Tahap III yaitu proses transisi akhir (1-6 tahun).
d) Tahap IV yaitu pemeliharaan lanjut (seumur hidup).
4. Jenjang Proses Kesembuhan
a) Jenjang Transisi.
b) Jenjang stabilisasi Dini.
c) Jenjang kesembuhan awal.
d) Jenjang kesembuhan menengah.
e) Jenjang akhir kesembuhan.
f) Jenjang Pemantapan

G. Macam-Macam Pusat Rehabilitasi

Pusat Rehabilitasi terdiri dari berbagai macam, diantaranya:

1. Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba/NAPZA

Penggunaan rutin obat-obatan terlarang oleh pengguna narkoba yang terus berlangsung,
dapat menimbulkan masalah yang semakin bertambah. Biasanya mereka melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan obat-obatan, seperti mereka mencari pinjaman dari teman dan
keluarga dengan alasan yang dibuat-buat, serta tidak jarang harta benda keluarga dijual di
bawah harga yang seharusnya untuk membeli obat-obatan tersebut. Berbohong dan
manipulasi juga menjadi cara untuk menutupi penggunaan obat.
Menyadari banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba maka
diperlukan perhatian khusus untuk menanggulangi masalah tersebut, seperti diadakannya
rehabilitasi untuk pengguna narkoba. Dalam rehabilitasi terdapat treatment yang dapat
membantu dalam proses penyembuhan pengguna narkoba.
Ada beberapa hak-hak umum yang disediakan bagi korban dan keluarga korban narkoba
yang meliputi:
a. Hak untuk memperoleh ganti kerugian atas penderitaan yang dialaminya. Pemberian
ganti kerugian ini dapat diberikan oleh pelaku atau pihak lainnya, seperti negara atau
lembaga khusus yang bentuk untuk menangani masalah ganti kerugian korban.
b. Hak untuk memperoleh pembinaan dan rehabilitasi.
c. Hak untuk memperoleh perlindungan dari ancaman pelaku.
d. Hak untuk memperoleh bantuan hukum.
e. Hak untuk memperoleh hak (harta) miliknya.
f. Hak untuk memperoleh akses pelayanan medis.
g. Hak untuk diberitahu bila pelaku kejahatan akan dikeluarkan dari tahanan sementara,
atau pelaku buron dari tahanan.
h. Hak untuk memperoleh informasi tentang penyidikan polisi berkaitan dengan kejahatan
yang menimpa korban.
i. Hak atas kebebasan pribadi/kerahasiaan pribadi, seperti merahasiakan nomor telepon
atau identitas korban lainnya.
Demikian juga pada pasal 6 undang-undang menyatakan: korban dalam pelanggaran hak
asasi manusia yang berat, selain berhak atas hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, juga
berhak untuk mendapatkan:
a. bantuan medis.
b. bantuan rehabilitasi psiko-sosial.
Yang dimaksud dengan “bantuan rehabilitasi psiko-sosial” adalah bantuan yang diberikan
oleh psikolog kepada korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk
memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban.
Dalam hukum internasional, reparasi adalah hak korban yang tidak dapat dihilangkan dalam
keadaan apapun (non-derogable rights). Untuk menjamin reparasi komisi HAM PBB telah
membuat prinsip dasar dan panduan yang dikenal dengan “Basic Principles and Guidelines
on the Rights to a Remedy and Reparation”. Reparasi yang diatur dalam hukum
internasional ada 4 (empat) bentuk yaitu:
1) Kompensasi
2) Restitusi
3) Rehabilitasi
4) Jaminan tidak berulangnya pelanggaran berat HAM tersebut
Menurut Prinsip-prinsip Van Boven-Bassiouni, ”Rehabilitasi yang juga harus menyertakan
perawatan medis dan psikologis dan psikiatris (Butir 24)” (koersif; penulis).
Dari paparan diatas dapat diperhatikan bahwa salah satu hak yang dimiliki korban yaitu:
berhak untuk mendapatkan pembinaan dan rehabilitasi.

2. Pusat Rehabilitasi PSK

PSK (Pekerja Seks Komersial) adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan
kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan
tubuhnya.
Dikalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada
pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun
dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran
pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum
laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang
dan memperkosa perempuan mana saja.
Masalah prostitusi merupakan masalah yang kompleks karena sangat berkaitan dengan
tatanan nilai, norma agama dan budaya masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan seorang wanita menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK), antara lain:
kemiskinan, kebodohan, lapangan kerja yang terbatas dan rendahnya self esteem pada
diri seorang wanita. Maka dari itu setiap individu termasuk pula pada PSK haruslah
memiliki rasa optimis dalam menghadapi masa depannya, karena sikap optimis adalah
modal utama bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan
meraih keberhasilan di masa yang akan datang. Tanpa harapan dan keyakinan akan masa
depan membuat PSK semakin terpuruk dalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan
untuk:
1)Mengetahui latar belakang apa saja yang mempengaruhi seseorang menjalani
profesi sebagai pekerja seks komersial di Surakarta
2)Mendeskripsikan optimisme masa depan pada eks Pekerja Seks Komersial yang
mengikuti rehabilitasi.
3)Menggali faktor -faktor yang mempengaruhi optimisme masa depan pada eks
Pekerja Seks Komersial.
Latar belakang yang mempengaruhi subjek menjalani profesi sebagai PSK antara lain:
faktor ekonomi (miskin), pendidikan rendah, kecewa terhadap orang yang
dikasihi,adanya permasalahan dalam keluarga, faktor psikologis (adanya rasa ingin balas
dendam dan ingin mendapatkan sesuatu dengan mudah), terjerumus pergaulan yang salah
optimisme masa depan pada subjek yang mengikuti rehabilitasi mengalami perubahan
perilaku positif, hal ini ditunjukkan dari perilaku-perilaku seperti: merasa yakin
mempunyai pengendalian atas masa depan mereka, menghentikan arus pemikiran
negatif, memiliki visi pribadi dan berpikir realistis. Faktor-faktor yang mempengaruhi
optimisme masa depan pada pekerja seks komersial yang dominan ada pada faktor
egosentris yaitu perasaan, keinginan dan tujuan hidup.

3. Pusat Rehabilitasi Kanker Payudara

Kanker Payudara adalah penyakit di mana sel-sel (kanker) yang ganas terdeteksi dalam
jaringan payudara. Sel-sel kanker ini kemudian bisa menyebar di dalam jaringan atau
organ tubuh dan juga bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain. Faktor pemicu kanker
jenis ini masih belum diketahui. Kanker ini bisa terkait dengan riwayat kanker payudara
dalam keluarga, menstruasi dini atau kemungkinan faktor risiko lainnya. Karena sukar
dipastikan, maka semua orang berisiko, khususnya ketika berusia 40 tahun ke atas.
Meskipun faktor-faktor penyebabnya masih belum diketahui, penyembuhan sempurna
sudah mungkin terjadi berkat deteksi dini melalui pemeriksaan payudara yang teratur.
Tanda-Tanda Peringatan Kanker Payudara:
a) Benjolan yang tidak menyakitkan di payudara.
b) Rasa gatal dan ruam merah yang tidak kunjung sembuh di putting.
c) Perdarahan atau lendir yang tidak normal dari putting.
d) Kulit payudara membengkak dan menebal.
e) Cekungan atau kerutan pada kulit payudara.
f) Puting tertarik masuk.

4. Pusat Rehabilitasi Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa


tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan resiko terjadinya patah tulang meningkat.
Dalam keadaan Fisiologis/normal, tulang kita juga mengalami pengeroposan yang
diikuti dengan pembentukan sel-sel tulang baru di bagian tulang yang keropos,
sedangkan pada penyakit tulang osteoporosis, pengeroposan tulang terjadi berlebihan
dan tidak diikuti proses pembentukan yang cukup sehingga tulang jadi lebih tipis dan
rapuh. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk
wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya
hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata
menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada
wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah
usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.
Penderita osteoporosis rentan mengalami patah tulang. Karena itu, jika sudah
mengalamigejala seperti nyeri di pinggang, ada baiknya langsung melakukan
pemeriksaan tulang. Dan kalau terdeteksi osteoporosis, terang dia lagi, harus dilakuan
kombinasi pengobatan dengan Perubahan gaya hidup termasuk memperbaiki asupan
nutrisi, melakukan olahraga seperti senam rehabilitasi osteoporosis, menggunakan
obatan-obatan untuk osteoporosis, serta mengurangi risiko patah tulang dengan
mencegah kejatuhan.
Rehabilitasi untuk penyakit osteoporosis dapat dilakukan dengan cara senam
osteoporosis yang bisa membantu penderita osteoporosis dengan meningkatkan
kepadatan tulang, menguatkan otot, memperbaiki kelenturan, serta mengurangi rasa
sakit. Para penderita osteoporosis disarankan untuk melakukan senam 3 kali per minggu.
Selain senam, penderita sebaiknya menghindari risiko jatuh. Patah tulang seringkali
terjadi akibat jatuh. Dan untuk mencegah jatuh, penderita sebaiknya memperhatikan
semua hal termasuk hal-hal yang sederhana di rumah. Jika rumah dilengkapi tangga,
sebaiknya dipasang pegangan, hindari alas kaki yang licin, hindari kabel-kabel atau
sepatu berserakan, serta jangan naik ke atas kursi saat hendak meletakkan atau
menjangkau sesuatu dari tempat yang tinggi. Perawatan ketiga, adalah mengikuti terapi
dengan obat-obatan osteoporosis. Ketiga cara ini, bukanlah pilihan. Tetapi, sebaiknya
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebuah studi di tahun 2008
menunjukan, hasil kombinasi olahraga dengan terapi obat jauh lebih baik. Selain itu
untuk mendapatkan hasil masksimal, penggunaan obat osteoporosis ini paling tidak
harus dilakukan selama 1 tahun.

H. PENDIDIKAN KESPRO

a. Pendidikan Seks
Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika tidak
mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya, mereka akan termakan mitos-mitos
tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari
orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka.
Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan
bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah.
Angka yang memprihatinkan di negeri yang cukup menjunjung tinggi nilai moral
sehubungan seks. Mengapa mereka bisa melakukan hubungan seks pranikah?
Penyebabnya karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja. Bertambahanya
pengetahuan tentang kespro, tentu tidak dimaksudkan agar para remaja mencoba
melakukan hubungan seks namun justru agar mereka memiliki sikap dan tingkah laku
yang bertanggung jawab. Melalui pendidikan kespro, remaja juga diharapkan mempunyai
pengetahuan mengenai anatomi serta proses reproduksinya, serta kemungkinan resiko
yang timbul apabila berperilaku reproduksi yang tidak sehat. Juga dimaksudkan agar
remaja dapat memanfaatkan waktu remajanya yang terbatas untuk melakukan kegiatan
kegiatan yang produktif dan sehat untuk mempersiapkan masa depannya.
Kesehatan reproduksi (KR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari system,
fungsi dan proses alat reproduksi yang kita miliki. Pengertian sehat tersebut tidak semata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosila-kultural. Oleh karena itu, dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan di Kairo (1994), kespro diartikan keadaan kesehatan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atas
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi-
fungsi serta proses-prosesnya.
Remaja perlu mengetahui kespro, seperti disebutkan tadi, agar mereka memiliki informasi
yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya.
Dengan informasi yang benar tersebut diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkahlaku
yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Selain itu, dengan mengetahui
berbagai aspek kespro maka remaja akan dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan
atau sedini mungkin melakukan tindakan pengobatan bila memiliki permasalahan dengan
system, proses dan fungsi-fungsi reproduksi.

b. Kapan Pendidikan Seks Dimulai?


Kapan pendidikan seks bisa mulai diberikan kepada anak? Beberapa orang tua sering
menjawab pertanyaan seks dengan jawaban singkat: “Tunggu kamu besar!”. Sebenarnya
waktu terbaik memberikan pendidikan seks adalah sejak dini! Pendidikan seks dimulai
bahkan sejak anak masih balita.
Jika Anda menunda memberikan pendidikan seks pada saat anak Anda mulai
memasuki usia remaja, maka itu sudah terlambat. Karena di zaman di mana informasi
mudah didapat dari Internet dan teman sebaya, maka saat anak usia remaja mereka telah
mengetahui lebih banyak tentang seks dan kemungkinan besar dari sudut pandang yang
salah.

c. Bagaimana Pendidikan Seks Diberikan


Bagaimana cara terbaik memberikan pendidikan seks kepada anak-anak Anda?
Berikut ini beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan
tingkat usia anak Anda.
1. Balita (1-5 tahun)
Pada usia ini, Anda bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah,
yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara
singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak
biasanya pendek.
Misalnya saat memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu berbagai organ tubuh
anak, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau
vulva. Lalu terangkan perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil
memiliki adik yang berlawanan jenis.Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin
tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada
yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak keras-keras
dan melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak Anda bisa dilindungi
terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.
2. Usia 3-10 tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan
bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul
bayi.
Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
Contoh #1: “Bayi berasal dari mana?” Anda bisa menjawab dari perut ibu. Atau Anda
bisa
tunjukkan seorang ibu yang sedang hamil dan menunjukkan lokasi bayi di perut ibu
tersebut.
Contoh #2: “Bagaimana bayi keluar dari perut Ibu?” Anda bisa menjawab bayi keluar
dari
lubang vagina atau vulva supaya bisa keluar dari perut ibu.
Contoh #3: “Mengapa bayi bisa ada di perut?” Anda bisa menjawab bahwa bayi di perut
ibu
karena ada benih yang diberikan oleh ayah kepada ibu. Caranya adalah ayah
memasukkan
benih tersebut menggunakan penis dan melalui vagina dari ibu. Itu yang dinamakan
hubungan seks, dan itu hanya boleh dilakukan oleh pria dan wanita yang telah menikah.
3. Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid,
mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja.
Anda
bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau
terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.
4. Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual.
Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan
penjelasan
mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara
emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar
pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak
perlu
tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan
informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka
anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika
informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi
salah.
Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan
mengenai seks dengan cara yang tepat.Bottom of Form
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menyimpulkan tidak sedikit wanita yang berada di
pusat rehabilitasi. Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang
memilki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya, sedangkan pusat rehabilitasi
sendiri yaitu tempat atau sarana yg digunakan untuk proses pemulihan atau perbaikan untuk
kembali seperti semula misal ketergantungan narkoba, penyandang cacat baik fisik atau mental
dan masalah yg lain.
Rehabilitasi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun pada dasarnya terdapat dua
jenis rehabilitasi yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pusat rehabiliasi sendiri meliputi subjek rehabilitasi, sarana dan prasarana rehabilitasi, pola dasar
rancangan rehabilitasi dan jenjang proses kesembuhan.
Utuk macam-macam pusat rehabilitasi wanita terdapat pusat rehabilitasi pengguna
NAPZA/Narkoba, pusat rehabilitasi PSK, pusat rehabilitasi kanker payudara dan pusat
rehabilitasi osteoporosis.

B. Saran

Wanita di pusat rehabilitasi merupakan wanita yang memerlukan perhatian khusus. Karena
wanita-wanita tersebut mempunyai maslah-masalah serius. Perhatian ini ditunjukkan guna
berhasilnya pengobatan pada wanita tersebut.
Rehabilitasi jangan hanya dilakukan secara medis, melainkan juga secara sosial karena peran
sosial juga sangat berpengaruh dan berperan penting.
Sarana dan prasarana serta pola dasar rangcangan untuk pusat rehabilitasi wanita disiapkan
secara tepat dan sesuai dengan permasalahan yang dialami wanita tersebut agar wanita tersebut
mendapatkan pelayanan rehabilitasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan terciptanya pelayanan rehabilitasi yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan akan
penanganan masalah yang dihadapi oleh seorang wanita diharapkan tujuan-tujuan yang
direncanakan pada awal dilakukannya rehabilitasi tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

http://duniathoto.blogspot.com/2010/11/wanita-di-pusat-rehabilitasi-kespro.html
Wildyastuti Yani. 2009.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Awalia nur baeti.2010.Wanita di Pusat Rehabilitasi:Jakart

Anda mungkin juga menyukai