Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar pemikiran dalam Sistem Kesehatan Nasional berkaitan dengan tujuan
pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
tersebut, maka disusun program pelayanan kesehatan dasar yang meliputi berbagai upaya
diantaranya upaya keperawatan kesehatan masyarakat.
Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan berbagai masalah yang ada di masyarakat
harus dipecahkan. Dan untuk mengetahui masalah-masalah tersebut dibutuhkan informasi datadata yang akurat serta relevan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan
yang sebenarnya dari masyarakat. Karenanya, tenaga kesehatan perlu terjun langsung di
masyarakat untuk melakukan pendataan, pengumpulan, pengolahan dan menginterpretasikan
data yang sebaik-baiknya dan adanya masalah-masalah kesehatan dalam masyarakat merupakan
salah satu cara melakukan analisa sebagai wujud dalam rangka pembangunan Indonesia sehat
2010.
Puskesmas Tanrutedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap merupakan puskesmas
perawatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan melalui kegiatan pokok baik rawat jalan
maupun rawat inap serta upaya rujukan kesehatan. Salah satu program pokok pelayanan
kesehatan di Puskesmas Tanrutedong adalah upaya pelaksanaan kesehatan jiwa di mana
kesehatan jiwa ini merupakan bagian integral dari kesehatan yang tercakup dalam Sistem
Kesehatan Nasional tahun 1990 yang menguraikan bahwa pada tahun 2000 diperkirakan jumlah
gangguan kesehatan jiwa relative berkembang di berbagai bidang yang diakibatkan karena
1

besarnya tekanan hidup, demikian halnya ketergantungan obat, kenakalan remaja dan
penyimpangan perilaku manusia.
Oleh karena itu peran dan fungsi perwat dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang
dapat membantu penyembuhan pasien gangguan kesehatan jiwa melalui usaha pendidikan
kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang ditujukan kepada penderita,
keluarga dan masyarakat. Hal ini perlu dilaksanakan secara berkesinambungan karena gangguan
kesehatan jiwa dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapat
perawatan secara intensif. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis mencoba menerapkan
bagaimana peran perawat dalam penatalaksanaan pasien gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas
Tanrutedong.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
- Meningkatkan derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup masyarakat.
2. Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan jiwa
- Meningkatkan upaya untuk mencagah kekambuhan pasien gangguan jiwa.
- Mendeteksi dan menanggulangi masalah kesehatan jiwa secara dini.
3. Masalah
Masih terdapat masyarakat/keluarga pasien yang belum mengetahui cara
menghadapi penderita pasien jiwa.
4. Indikator Keberhasilan
a. Kekuatan
- Ada tenaga professional (medis 2 orang yaitu dokter umum dan dokter gigi,
b.
-

paramedis 20 orang)
Kepercayaan terhadap puskesmas
Adanya fasilitas penunjang
Memiliki pelaporan puskesmas
Kelemahan
Pendataan kurang menyeluruh sehingga belum mencapai angka maksimal.
Alokasi dana dari puskesmas yang masih kurang
Program posyandu jiwa tidak optimal.
Kurangnya upaya kesehatan dalam hal promotif.
Peran kader kurang
Kurang partisipasi lintas sektoral
2

Persediaan obat tidak cukup/terbatas.


Peluang
Lokasi wilayah puskesmas yang strategis dan mudah dijangkau.
Kinerja dinas kesehatan cukup baik.
Adanya kader kesehatan
Adanya praktisi swasta ( dokter praktek swasta, bidan dan perwat ).
Adanya dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
Ancaman
Kurangnya pengetahuan masyarakat dan dukungan keluarga terhadap

pemberian obat teratur dalam menghindari kekambuhan.


Tingkat pendidikan dan status ekonomi masyarakat yang masih rendah.
Sarana pelayanan kesehatan yang masih belum lengkap sehingga pasien harus

c.
d.

dirujuk ke rumah sakit yang ada di propinsi.

```

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Sehat Jiwa
a. Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
b. Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinan perkembangan optimal bagi
individu secara fisik, intelektual dan emosional sepanjang hal itu tidak bertentangan
dengan kepentingan orang lain. (WHO).
c. Posyandu adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat di wilayah tertentu dimana
mereka bisa mendapat pelayanan
2. Ciri-ciri sehat Jiwa :
a. Bersikap positif terhadap diri sendiri
b. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.
c. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya.
d. Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil.
3. Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai factor penyebab terjadinya gangguan jiwa, atau gangguan
kesehatan secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada
lingkungan social.
Ciri-ciri masalah psikososial yaitu :
4

a. Cemas, khawatir berlebihan, takut


b. Mudah tersinggung
c. Sulit berkonsentrasi
d. Bersifat ragu-ragu merasa rendah diri
e. Merasa kecewa
f. Pemarah dan agresif
g. Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala
4. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi gangguan jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran.
Ciri-ciri gangguan jiwa :
a. Sedih berkepanjangan
b. Tidak bersemangat dan cenderung malas.
c. Marah tanpa sebab
d. Menggantung diri.
e. Tidak mengenali orang
f. Bicara kacau
g. Bicara sendiri.
h. Tidak mampu merawat diri.
5. Peran dan Fungsi perawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan
fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya.
Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting
untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan
jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia
untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.
5

1.
2.
3.
4.

Pengkajian yg mempertimbangkan budaya


Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
Berperan serta dalam pengelolaan kasus
Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit

mental - penyuluhan dan konseling


5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan
Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas (Competent Of Caring)
a. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
b. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
c. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
d. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
e. Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
f. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik.
g. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas
Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan
jiwa yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi
masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat sakit yag memerlukan
pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat


pencegahan yaitu pencegaha primer , sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan
dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan
jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan ,
program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa ,
manajemen stress , persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah :
a. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :
1) Pendidikan menjadi orangtua
2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah

4) Stress pasca bencana


c.

Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang
kehilangan pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang
semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orangtua asuhbagi
anak yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.

d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering


digunakan sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang dilakukan:
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
2)

Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa


menyakiti orang lain.

3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada


diri seseorang.
e.

Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan program :
8

1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat


tentang tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.

2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan
adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
dan gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a.

Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari


berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.

b.

Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai


berikut :
1)

Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua


pasien

yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.

2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi


maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
3)

Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di


tempat tempat umum)
9

4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan

sesuai

dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan


dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan
pasien minum obat.
5)

Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).

6)

Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar


melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang
tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.

7)

Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang


aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.

8)

Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk


membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi
keluarga dan terapi lingkungan.

9)

Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau


kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas
masalah-masalah

yang

terkait

dengan

kesehatan

jiwa

dan

cara

penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan

dalam

24 pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.

10

11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana
keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan
atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas pada pencegahan tersier
meliputi :
1. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat seperti:
sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat),
dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan
adalah :
a.

Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap

b.

penerima pasien gangguan jiwa.


Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang melayani kekambuhan.

2.

Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri


berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :
a.

Meningkatkan

kemampuan

koping

yaitu

belajar

mengungkapkan

dan

menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat


b. Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayaka keluarga

dan

masyarakat.
11

c. Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan


oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif kembali.
d. Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan untuk
dirinya.
3. Program sosialisasi
a. Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
b.

Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari


[ADL],mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi

c.

Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat


rekreasi.

d.

Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama,

majelis taklim, kegiatan adat)


4.

Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam


masyarakat terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program
mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien
gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai
pasien gangguan jiwa.
b. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang
berpengaruh

dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan

gangguan jiwa.

12

BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Geografis
Kecamatan Duapitue adalah salah satu dari kecamatan dalam Kabupaten
Sidenreng Rappang yang terletak kurang lebih 22 km di sebelah timur kota Pangkajene
(Ibukota Kabupaten Sidenreng Rappang).
Letak Kecamatan Duapitue berbatasan dengan :
- Sebelah Utara
- Sebelah Timur
- Sebelah Selatan
- Sebelah Barat
B. Visi dan Misi
1. Visi

:
:
:
:

Kecamatan Pitu Riawa dan Pitu Riase


Kabupaten Wajo
Kabupaten Wajo
Kecamatan Pitu Riawa

Pembangunan kesehatan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010.


Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, maka dalam penyelenggaraannya
Dinas Kesehatan harus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar pembangunan
kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju
Indonesia Sehat 2010 yaitu : Perikemanusiaan, Pemberdayaan dan Kemandirian, Adil
dan Merata dan Pengutamaan dan manfaat.
Dalam pencapaian pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009,
puskesmas sangat berperan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal
seperti telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah
Daerah. (RPJM-D). Tahun 2006-2009 dan juga telah mempertimbangkan

13

perkembangan masalah serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan ke


depan maka ditetapkan visi Puskesmas Tanrutedong. Kecamatan sehat 2010
2. Misi
- Melaksanakan kesehatan dasar yang bermutu dan merata
- Mengembangkan peran serta masyarakat secara aktif dan kemitraan dengan lintas
sector.
- Meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat tentang pola hidup sehat.
C. Tugas Pokok
1. Melaksanakan manajemen puskesmas
2. Melaksanakan upaya kesehatan keluarga
3. Melaksanakan upaya kesehatan lingkungan
4. Melaksanakan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat/promosi kesehatan dan peran
serta kelompok potensial.
D. Fungsi
1. Sebagai pusat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata.
2. Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat.
3. Sebagai pusat pelayanan kegawatdaruratan.

BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun program yang digunakan untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam
menekan jumlah penderita pasien gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmas tanrutedong yaitu :
1. Advokasi pada pimpinan
Advokasi pada pimpinan melahirkan dukungan dalam melaksanakan kegiatan
upaya kesehatan jiwa.
2. Sosialisasi lintas sektoral
14

Tujuan : Pemberian informasi tentang latar belakang keadaan dan masalah, defenisi,
maksud dan tujuan upaya kesehatan jiwa
3. Pendataan / kunjungan rumah
Untuk mengetahui jumlah sasaran dan masalah yang dihadapi oleh pasien dan
keluarga pasien gangguan jiwa.
4. Penyuluhan
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara
menghadapi pasien gangguan jiwa dengan segala permasalahannya.
5. Posyandu Jiwa
Pos pelayanan terpadu untuk masyarakat di wilayah tertentu dimana mereka bisa
mendapat pelayanan yang optimal pada umumnya dan gangguan kesehatan jiwa pada
khususnya.
Kegiatan kegiatan tersebut diadakan di sarana kesehatan dan rumah penduduk oleh
tenaga kesehatan/ perawat melalui perencanaan yang bisa membantu mengetahui permasalahan
yang dihadapi penderita/keluarga pasien jiwa.
Jenis
NO
Kegiatan

BULAN
JAN

FE
B

Pendataan

Analisa data

Diagnosa

Tujuan/sasaran

Merencanakan tindakan

Melaksanakan tindakan

Evaluasi hasil kegiatan

MAR

AP
R

MEI JUN

JU
L

AGS SEP

OK
T

NOV DES

X
X
x
X

x
x

Rencana kegiatan kesehatan jiwa pada tahun 2014 meliputi pendataan wilayah kerja
dimana data dikumpulkan baik melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
15

maupun melalui wawancara perawat dengan pasien atau keluarganya, kemudian data tersebut
dianalisa dengan mengetahui penyebab dan masalah yang dihadapi pasien. Berdasarkan analisa
data, maka akan diperoleh diagnose sesuai dengan jenis penyakit. Selanjutnya, sasaran yang
ingin dicapai lebih mengarah kepada suatu keadaan situasi yang mencakup kehidupan pasien dan
lingkungannya menjadi lebih baik. Perencanaan tindakan yang dilakukan harus mengarah pada
mengatasi/mengurangi masalah yang dialami oleh pasien yang menyebabkan gangguan jiwa.
Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang diterapkan dengan melihat
keadaan pasien pada pengkajian akhir. Evaluasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan. Bila tindakan keperawatan
yang telah diberikan berhasil, merupakan lanjutan proses keperawatan selanjutnya dan jika tidak
berhasil, maka harus dilakukan pengkajian ulang.

16

BAB V
HASIL KEGIATAN
Berdasarkan hasil pendataan di Puskesmas Tanrutedong tahun 2014,. Diperoleh data
jumlah penduduk yang mengalami gangguan kesehatan jiwa berjumlah 45 orang yang tersebar di
2 (dua) kelurahan dan 7 (tujuh) desa dengan perincian sebagai berikut

Kelurahan Tanrutedong sebanyak 7 orang


Kelurahan Salomallori sebanyak 4 orang
Desa Padangloang Alau sebanyak 3 orang
Desa Padangloang sebanyak 4 orang
Desa Kalosi Alau sebanyak 5 orang
Desa Kalosi sebanyak 9 orang
Desa Salobukkang sebanyak 4 orang
Desa Taccimpo sebanyak 3 orang
Desa Bila sebanyak 6 orang
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, dari 45 penderita gangguan kesehatan jiwa hanya

20 orang ( 44,44% ) saja yang mendapat pengobatan di Puskesmas Tanrutedong sedangkan yang
25 orang ( 55,55% ) belum mendapat pengobatan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
kesadaran dan onformasi tentang pengobatan gangguan kesehatan jiwa di puskesmas. Adapun
17

pengobatan yang dilakukan oleh pasien gangguan kesehata jiwa yaitu dengan cara langsung
datang berobat ke puskesmas ataupun kalau pasien tidak bias datang, pertugas kesehatan dalam
hal ini perawat yang berkunjung ke rumah pasien. Dalam kunjungan itu, perawat memberikan
tindakan keperawatan yang merupakan proses teraupetik yang melibatkan hubungan kerja sama
antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tujuan kesehatan
yang optimal.

18

19

Dari hasil data tersebut, maka ada beberapa program yang kami kembangkan untuk
menekan penderita gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Tanrutedong yaitu :
1. Posyandu Jiwa
Posyandu jiwa yang kami lakukan disini bertepatan dengan posyandu usila
dimana keluarga penderita gangguan jiwa diberikan informasi bagaimana
pentingnya kegiatan ini demi tercapainya derajat kesehatan.
2. Penyuluhan dan Konseling
Penyuluhan dan konseling diberikan kepada penderita yang telah mandiri dan
keluarga pasien gangguan jiwa sehingga mereka paham dan mengerti tentang
kesehatan jiwa

20

BAB VI
PENUTUP
Setelah membahas mengenai penatalaksanaan pasien gangguan kesehatan jiwa di
Puskesmas Tanrutedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap maka penulis membuat
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Salah satu pokok program pelayanan kesehatan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan dasar meliputi berbagai upaya diantaranya upaya perawatan kesehatan
masyarakat dalam hal ini upaya kesehatan jiwa.
2. Dari hasil pendataan, diperoleh pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa di
Puskesmas Tanrutedong sebanyak 45 orang dimana hanya 20 orang (44,44%) saja
yang telah mendapat pengobatan secara rutin di puskesmas dengan jenis penyakit
yang terbesar yaitu Schizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain sebanyak 15
orang.
3. Untuk menekan dan mengurangi angka kesakitan pada gangguan kesehatan jiwa perlu
adanya

rencana

kegiatan

yang

dilaksanakan

secara

terus-menerus

dan

berkesinambungan.
B. Saran
Keberhasilan suatu program kegiatan tidak terlepas dari kerjasama semua pihak
baik lintas program maupun lintas sektoral.

21

22

23

Anda mungkin juga menyukai