Anda di halaman 1dari 60

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN

SISTIM INFORMASI KESEHATAN JIWA (SISKEWA)

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN


JIWA DAN NAPZA
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
FEBRUARI 2019
KATA SAMBUTAN

Assalammualaikum Wr-Wb

Puji syukur Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa kita panjatkan atas KaruniaNya
sehingga dapat tersusun Buku Petunjuk Pelaksanaan Sistim Informasi Kesehatan
Jiwa (SISKEWA) di Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan NAPZA.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial,
pertumbuhan dan perkembangan , dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko
mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang
yang mengalami ganguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, sert
adapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia.
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah Daerah, dan /atau
masyarakat.
Saya menyambut baik terbitnya “Buku Petunjuk Pelaksanaan Sistim Informasi
Kesehatan Jiwa (SISKEWA)”, ini, dengan harapan buku ini dapat bermanfaat bagi
kader kesehatan jiwa, petugas kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,
Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan, Pemegang Program Kesehatan Jiwa di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi, serta Petugas terkait di Tingkat Pusat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

2
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan
kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan buku ini.

Wassalammualaikum Wr-Wb

Direktur Jenderal P2P Kemenkes RI

dr. Anung Sugiantono, M.Kes


NIP

3
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga dapat tersusun Buku Petunjuk Pelaksanaan
Sistim Informasi Kesehatan Jiwa (SISKEWA)
Sistim informasi kesehatan jiwa tidak hanya bertujuan untuk pengumpulan
data saja, namun juga dapat digunakan untuk kepentingan pengambilan keputusan
dalam semua aspek sistim kesehatan mental berdasarkan data yang telah
didapatkan. Mental Health Information System merupakan salah satu indikator yang
ditanyakan dalam kuestioner Mental Health Atlas tahun 2017 sebagai sumber
ketersediaan data masalah kesehatan jiwa sebuah negara. Oleh karena itu
pembuatan sistim informasi kesehatan jiwa dipandang perlu untuk dikembangkan
secara nasional agar dapat memiliki data tentang kesehatan jiwa baik di layanan
primer/komunitas maupun di Rumah Sakit.
Sistim informasi kesehatan jiwa adalah sistim untuk mengumpulkan,
memproses, menganalisis, menyebarluaskan, dan menggunakan informasi tentang
layanan kesehatan jiwa dan kebutuhan kesehatan jiwa dari populasi yang
dilayaninya. Sistim Informasi kesehatan jiwa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
adalah sistimyang dirancang untuk mengakomodir pencatatan dan pelaporan
kesehatan jiwa dengan menggunakan manual tertentu berbasis teknologi informasi.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada narasumber, segenap tim
penyusun dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku
petunjuk pelaksanaann Sitem Informasi Kesehatan jiwa (SISKEWA) ini. Masukan
dan saran dari pengguna buku ini, sangat kami harapkan demi penyempurnaannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Februari 2019


Direktur P2 Makeswa dan NAPZA

Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ., MPH

4
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN i
KATA SAMBUTAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 6
A Latar Belakang 6
B Tujuan 9
C Sasaran 10
D Pengertian 15
E RUANG LINGKUP 16
F Landasan Hukum 16
BAB II ANALISIS SITUASI 18
BAB III PETUNJUK TEKNIS SISTIM INFORMASI KESWA 21
A. Definisi Operasional 21
B. Petunjuk Teknis 22
BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 55
A. Monitoring 55
B. Evaluasi 57
C. Pelaporan 57
BAB V PENUTUP 59
DAFTAR PUSTAKA 60

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah menghadapi berbagai transpormasi dan transisi di
berbagai bidang yang mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup, pola
perilaku dan tata nilai kehidupan. Transisi di bidang kesehatan secara
epidemiologi ditunjukkan dengan bergesernya kelompok penyakit menular ke
kelompok penyakit tidak menular, termasuk berbagai jenis gangguan akibat
perilaku manusia dan gangguan jiwa.
Keterbatasan sumber daya di bidang kesehatan jiwa, masih menjadi
problem, sehingga penguatan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
secara optimal menjadi kebutuhan penting. Layanan kesehatan primer
sebagai ujung tombak layanan kesehatan di masyarakat memiliki peran yang
sangat penting dalam penyediaan layanan kesehatan jiwa yang terpadu
dengan layanan kesehatan umum selain sebagai penggerak masyarakat.
Saat ini, kesehatan jiwa belum menjadi program prioritas, namun penyediaan
layanan kesehatan jiwa harus tetap berjalan untuk memenuhi hak dan
kebutuhan masyarakat. Hal ini harus didukung dengan kebijakan yang sesuai,
fasilitas sarana prasarana termasuk ketersediaan obat, serta penguatan
kapasitas sumber daya manusia secara optimal. Dengan berlakunya
kebijakan otonomi daerah di bidang kesehatan, maka pemerintah daerah
turut memegang peranan penting dan memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan kesehatan jiwa di wilayahnya.
Tuntutan internasional baik global maupun regional juga semakin kuat
terutama dalam menurunkan kesenjangan pengobatan (treatment gap)
gangguan jiwa, penyediaan layanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan
kontinyu, peningkatan upaya kesehatan jiwa melalui pemberdayaan
masyarakat, serta penyediaan data dalam rangka penyusunan kebijakan dan
strategi kesehatan jiwa di tiap-tiap Negara. Hal ini antara lain tersebut dalam
Resolusi WHO (World Health Assembly 65.4 tahun 2012), WHO Global
Mental Health Action Plan 2013 – 2020, serta target dan indikator kinerja
ASEAN melalui ASEAN Mental Health Taskforce. Selain itu kesehatan jiwa
saat ini telah menjadi fokus perhatian Asia-Pacific Economic Cooperation

6
(APEC) akibat beban ekonomi yang ditimbulkannya.World Health
Organization (WHO) mengestimasikan depresi sebagai penyebab beban
akibat penyakit no.2 terbesar pada tahun 2020, dan menjadi no.1 pada tahun
2030 berdasarkan DALY’s (Global Burden of Disease, 2004).
Pencatatan dan pelaporan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
telah dilaksanakan mulai dari pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
secara manual hingga pencatatan berbasis elektronik (sistim informasi
kesehatan). Namun demikian data tentang gangguan jiwa belum dapat
diakumulasi secara keseluruhan untuk menggambarkan kondisi yang
sesungguhnya. Secara umum kendala pencatatan dan pelaporan tersebut
disebabkan karena beberapa aspek antara lain:

❖ Aspek Kemampuan dan Kemauan Sumber Daya Manusia


Pencatatan dan pelaporan dimulai dari tenaga kesehatan di layanan
primer atau Rumah Sakit. Dokter memiliki kewenangan untuk
menegakkan dan menuliskan diagnosis gangguan jiwa dan tatalaksana
medis, sedangkan perawat memiliki kewenangan untuk menegakkan
dan menuliskan diagnosis keperawatan dan asuhan keperawatan.
Kemauan dan kemampuan tenaga kesehatan tersebut akan menjadi
dasar untuk proses pencatatan dan pelaporan ke selanjutnya. Data
diagnosis dan tatalaksana akan dimasukkan dalam sistiminformasi oleh
petugas, untuk dihimpun dan dikirimkan ke dinas kesehatan
Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Dengan demikian kemauan dan
kemampuan petugas juga menjadi aspek penting dalam pencatatan dan
pelaporan.
❖ Aspek Kepemimpinan
Segala sesuatu yang terkait dengan kebijakan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama sangat dipengaruhi oleh kebijakan pimpinan. Komitmen
pimpinan terhadap program kesehatan jiwa secara langsung atau tidak
langsung berdampak pada motivasi petugas yang terkait dengan
penyajian data.
❖ Aspek Sistim Informasi
Sistiminformasi pencatatan dan pelaporan baik di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama selama ini telah banyak yang menggunakan sistim

7
informasi khusus berupa suatu program yang didesain khusus untuk
memudahkan pencatatan dan pelaporan. Namun dalam aplikasinya
belum ada standar yang sama sehingga data masalah kesehatan jiwa
belum sepenuhnya terakomodir dan belum memiliki standar yang sama
sehingga menjadi kendala untuk direkap dan dilaporan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Kementerian Kesehatan.
❖ Aspek Standar Operasional Prosedur
Standar operasional prosedur dibutuhkan untuk pelaksanaan pencatatan
dan pelaporan sehingga pelaksanaan akan terstandar di semua wilayah.
Standar operasional prosedur yang belum sama akan berpengaruh
terhadap pencatatan dan pelaporan data di tingkat selanjutnya.
Dari berbagai aspek, maka aspek sistim informasi khususnya
sistiminformasi kesehatan jiwa merupakan salah satu aspek penting yang
harus dikembangkan. Sistiminformasi kesehatan jiwa tidak hanya bertujuan
untuk pengumpulan data saja, namun juga dapat digunakan untuk
kepentingan pengambilan keputusan dalam semua aspek sistimkesehatan
mental berdasarkan data yang telah didapatkan. Mental Health Information
System merupakan salah satu indikator yang ditanyakan dalam kuestioner
Mental Health Atlas tahun 2017 sebagai sumber ketersediaan data masalah
kesehatan jiwa sebuah negara. Oleh karena itu pembuatan sistim informasi
kesehatan jiwa dipandang perlu untuk dikembangkan secara nasional agar
dapat memiliki data tentang kesehatan jiwa baik di layanan primer/komunitas
maupun di Rumah Sakit.
Sistim informasi kesehatan jiwa adalah sistim untuk mengumpulkan,
memproses, menganalisis, menyebarluaskan, dan menggunakan informasi
tentang layanan kesehatan jiwa dan kebutuhan kesehatan jiwa dari populasi
yang dilayaninya. Sistim Informasi kesehatan jiwa Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama adalah sistim yang dirancang untuk mengakomodir pencatatan dan
pelaporan kesehatan jiwa dengan menggunakan manual tertentu berbasis
teknologi informasi. Sistim informasi kesehatan jiwa ini akan digunakan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sebagai penginput data awal dari
kunjungan pasien maupun dari laporan masyarakat/kader kesehatan jiwa.
Pengembangan sistim informasi kesehatan jiwa yang telah dibangun,

8
membutuhkan panduan yang akan digunakan oleh pihak-pihak terkait,
sehingga dapat memudahkan dalam aplikasi penggunaannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
- Terwujudnya data yang konsisten untuk pengambilan keputusan dalam
semua asfek sistim kesehatan jiwa dan membantu perencanaan,
implementasi, monitroing, dan evaluasi program

2. Tujuan Khusus:
a. Merupakan panduan bagi petugas kesehatan dalam melakukan input
data, membaca data, melakukan penyaringan data dan menggunakan
data.
b. Memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan
tentang masalah-masalah kesehatan jiwa yang perlu diperhatikan pada
suatu populasi.
c. Meningkatkan koordinasi berjenjang dari petugas di tingkat Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama sampai dengan Tingkat Pusat.
d. Memberikan perlindungan dan menjamin pelayanan kesehatan jiwa
bagi ODMK dan ODGJ berdasarkan hak asasi manusia.
e. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif,
dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bagi ODMK dan ODGJ;
f. Meningkatkan mutu upaya kesehatan jiwa sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
g. Menguatkan sumber daya serta penguatan mekanisme kerja

C. SASARAN
Pengembangan sistim informasi kesehatan jiwa ini akan digunakan
oleh beberapa pihak di bidang kesehatan secara berjenjang sebagai berikut:
1. Kader Kesehatan Jiwa (Kader Keswa)
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari
masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat. Kader kesehatan
jiwa (kader keswa) adalah kader kesehatan yang telah dilatih tentang

9
masalah kesehatan jiwa di masyarakat oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Kader kesehatan jiwa menjadi perpanjangan tangan petugas
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam mengenali masalah kesehatan
jiwa di komunitas yang selanjutnya akan dilaporkan kepada petugas
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk ditindaklanjuti. Kader keswa
mendapatkan data masalah kesehatan jiwa di masyarakat dan selanjutnya
melakukan kunjungan atau home visit untuk mendapatkan data pasien.
Dalam proses pencarian data, Kader keswa memastikan keaslian dan
kelengkapan data yang didapat. Kader keswa melakukan pencatatan data
(input) menggunakan media kertas, yakni mengisi form yang telah di print
out dari system, atau melakukan input secara langsung menggunakan
media online (aplikasi android mobile). Proses pencarian data pasien harus
memenuhi target yakni validitas dan kelengkapan data serta ketepatan
waktu pengumpulan kepada petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Apabila Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam lingkup area yang
masih kecil, pencarian data pasien yang dilakukan oleh Kader keswa dapat
dilakukan secara langsung oleh Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama.

Gambar 2.1 Diagram Alur Tugas dari Kader Keswa

10
Kriteria data sebelum pengumpulan:
- Data valid (data tentang kasus gangguan jiwa sesuai dengan
informasi yang didapat dari sumber informasi yang tepat)
- Data Lengkap (misalnya ada informasi pasien telah meninggal
dunia atau case closed)
- Tepat waktu

2. Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


Petugas di tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah
personal yang mendapat wewenang untuk melakukan input data masalah
kesehatan jiwa ke dalam sistim informasi kesehatan jiwa. Petugas
tersebut misalnya petugas administrasi, pemegang program kesehatan
jiwa atau tenaga kesehatan lain yang telah dilatih teknis penggunaan
sistim informasi kesehatan jiwa.
Petugas di tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama bisa
melakukan input data, edit data, filter data dan rekap data tingkat Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Data yang diinput oleh petugas adalah data
yang diperoleh dari:
1. Kader Keswa
2. Tenaga kesehatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (dokter dan
perawat)
Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama bertugas melakukan
input data yang telah didapat dari Kader Keswa ke dalam sistim program
yang bernama SISKEWA (Sistim Informasi Kesehatan Jiwa). Data yang
didapat dari Kader Keswa berupa identitas dan riwayat gangguan yang
dialami pasien. Data tersebut bisa berupa print out form pengisian data
(hard copy) atau import data dari simpus (soft copy). Langkah awal yang
dilakukan adalah log in ke sistimSISKEWA lalu input data-data tersebut.
Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama juga melakukan input
data yang berasal dari rekam medis pasien di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama yang telah diisi oleh dokter dan perawat Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
memasukkan dua data yakni data Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan data pasien. Pencatatan riwayat pemeriksaan pasien dilakukan

11
secara detail pada kolom pencatatan harian form A. Apabila pemeriksaan
pasien dilakukan setiap satu bulan sekali, maka petugas Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama akan memperbaharui (update) data riwayat
pemeriksaan pasien.

Gambar 2.2 Diagram Alur Tugas dari Petugas Fasilitas Kesehatan


Tingkat Pertama

Data yang telah di upload ke dalam sistim kemudian secara otomatis


akan menjadi laporan kepada Dinkes Kabupaten/Kota dan Dinkes
Provinsi. Kriteria data tersebut adalah:
- Data terbaru (Up to date)
- Mensatukan data dari tiap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
sebelum di laporkan ke Dinas Kesehatan
- Menampilkan report data laporan kepada pihak Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama

3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi


Petugas di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi
adalah personal yang mendapat wewenang untuk menggunakan sistim
informasi kesehatan jiwa di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. Personil
tersebut telah telah dilatih teknis penggunaan sistim informasi kesehatan

12
jiwa. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi melihat laporan data
dari Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada sistem. Petugas
mengisi form questioner yang telah tersedia pada sistem, setelah itu
memasukan data pada masing-masing tingkat. Kuestioner untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota berbeda dengan questioner untuk Dinas
Kesehatan Provinsi. Data yang harus dimasukan dalam sistimmerupakan
questioner itu sendiri serta data-data lainnya. Data yang sudah di upload
kemudian secara otomatis akan menjadi laporan kepada Kementerian
Kesehatan.

Gambar 2.3 Diagram Alur Tugas dari Dinas Kabupaten Kota

Gambar 2.4 Diagram Alir Tugas dari Dinas Kesehatan Provinsi

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Petugas di tingkat Pusat (Kemenkes) adalah personal yang mendapat
wewenang untuk menggunakan sistim informasi kesehatan jiwa di tingkat
Pusat. Personil tersebut telah dilatih teknis penggunaan sistim informasi
kesehatan jiwa. Petugas di tingkat Pusat bisa merekap data di tingkat
pusat/nasional. Kementerian Kesehatan berperan untuk memantau dan

13
mengevaluasi data laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Provinsi. Kementerian Kesehatan bertanggung jawab untuk
menyampaikan hasil laporan dari tiap Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama diberbagai daerah untuk kemudian dilakukan evaluasi pasien
gangguan jiwa ataupun evaluasi sistimyang digunakan (SISKEWA).

Gambar 2.5 Diagram Alur Tugas dari Kemenkes

D. PENGERTIAN
1. Kesehatan Jiwa
Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
2. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan , dan/atau
kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa
3. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Orang yang mengalami ganguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
4. Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah suatu orientasi kesehatan jiwa yang
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat dengan memperhatikan
kebutuhan populasi, meningkatkan pemberdayaan masyarakat,

14
membangun jejaring kerja serta melaksanakan layanan berbasis bukti dan
beorientasi pada pemulihan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
5. Pembangunan Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, serta masyarakat
secara terpadu dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan jiwa masyarakat, serta mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan jiwa.
6. TPKJM adalah wadah koordinatif yang bertugas mengkoordinasikan
upaya kesehatan jiwa masyarakat.
7. TPKJM Provinsi adalah wadah koordinasi lintas sektor dan lintas
pemangku kepentingan untuk melakukan upayakesehatan jiwa
masyarakat di tingkat provinsi.
8. TPKJM Kabupaten/Kota adalah wadah koordinasi lintas sektor dan lintas
pemangku kepentingan untuk melakukanupaya kesehatan jiwa
masyarakat di tingkat kabupaten/kota.
9. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
10. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahandaerah.
12. Sistim informasi kesehatan jiwa (SISKEWA) adalah sistimuntuk
mengumpulkan, memproses, menganalisis, menyebarluaskan, dan
menggunakan informasi tentang layanan kesehatan jiwa dan kebutuhan
kesehatan jiwa dari populasi yang dilayaninya

15
E. RUANG LINGKUP
Petunjuk pelaksanaan sistim informasi kesehatan jiwa ini merupakan
panduan bagi Kader kesehatan, dan petugas kesehatan berjenjang dari
tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sampai dengan tingkat pusat
yang meliputi:
1. Definisi operasional penggunaan sistim kesehatan jiwa
2. Upaya peningkatan kesehatan jiwa melalui pendekatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
3. Pencatatan dan pelaporan kesehatan jiwa terkait seseorang yang terkena
ODMK dan ODGJ.
4. Konsep dan upaya meningkatkan sistim kesehatan jiwa berbasis komputer
5. Koordinasi lintas program dan lintas sektor kesehatan

F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Undang-undang Nomor 22 Thun 1997 tentang Narkotika
3. Undang-undang Nomor 39Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
4. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah:
7. Undang - undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang SistimPerencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahahn Daerah Kabupaten/Kota
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/menkes/Per/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 375/MENKES/SK/V/2009
tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Bidang Kesehatan
Tahun 2005-2025

16
BAB II
ANALISIS SITUASI

Kesehatan jiwa merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan, yang dipandang penting karena permasalahan
kesehatan jiwa cukup besar dan menimbulkan beban akibat kesehatan yang
signifikan. Jika permasalahan kesehatan jiwa tidak ditanggulangi akan
menurunkan status kesehatan fisik, menurunkan produktivitas kerja dan kualitas
sumber daya manusia, menimbulkan disharmoni keluarga, dan meningkatkan
permasalahan psikososial.
Apabila dilihat dari prevalensi gangguan jiwa di Indonesia, berdasarkan
data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, didapatkan data gangguan mental
emosional sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 10
juta jiwa mengalami gejala-gejala depresi dan ansietas di Indonesia. Dan untuk
gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per
1000 penduduk, atau diperkirakan lebih dari 400.000 orang menderita gangguan
jiwa berat (psikosis). Data yang dihimpun dalam Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 menyebutkan bahwa angka pemasungan pada orang dengan gangguan
jiwa adalah sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang
mengalami pemasungan.
Beberapa masalah kesehatan jiwa dan psikososial di masyarakat antara
lain adalah masalah kekerasan/agresivitas di masyarakat termasuk KDRT,
maalah bunuh diri, pemasungan orang dengan gangguan jiwa, masalah
kesehatan jiwa padaTKI, penyalahgunaan Napza, masalah kesehatan jiwa di
tempat kerja maupun keluarga. Data yang di dapat dari Badan Narkotika
Nasional tahun 2011, dalam 1 (satu) tahun terakhir kurang lebih 2,2 % dari
penduduk menggunakan Napza di Indonesia, dengan 1,8 juta diantaranya
merupakan pengguna reguler.
Gangguan jiwa yang berkiatan dengan perilaku yang membahayakan diri,
seperti bunuh diri. Bunuh diri bisa terjadi pada gangguan depresi, gangguan
psikotik atau gangguan jiwa yang lain. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri
pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0,5 kasus dalam
100.000 populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang
dipalorkan dalam satu tahun.

17
Dalam kebijakan kesehatan jiwa masyarakat terdapat 4 (empat)
perubahan yaitu dari berbasis rumah sakit menjadi berbasis masyarakat, dapat
ditangani di semua pelayanan kesehatan yang ada, dahulu rawat inap sekarang
mengandalkan pelayanan rawat jalan dan dahulu penderita gangguan jiwa perlu
disantuni sekarang dapat diberdayakan :promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Di beberapa daerah di Indonesia saat ini telah tersedia layanan
kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan pertama. Hal ini merupakan
perkembangan yang penting dalam meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan jiwa kepada masyarakat, dan merupakan bukti meningkatnya
pemahaman lintas program akan pentingnya kesehatan jiwa. Fasilitas kesehatan
tingkat pertama juga merupakan tempat pelayanan kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS. Dalam peningkatan pelayanan kesehatan jiwa,
kerjasama ini sangat membantu dalam peningkatan cakupan pelayanan
kesehatan jiwa di masyarakat, meningkatkan kerjasama dalam sistim rujukan
dan rujukan balik untuk pasien gangguan jiwa, sehingga pasien gangguan jiwa
peserta JKN bisa mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih luas dan
mudah dijangkau. Peluang yang dapat dimanfaatkan di bidang organisasi
layanan kesehatan jiwa adalah peningkatan kesadaran akan pentingnya
kesehatan jiwa, baik di lintas sektor maupun di masyarakat, adanya upaya
kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang telah dikembangkan di beberapa
daerah, dan adanya kesempatan dalam kerjasama program serta bantuan
sumberdaya.
Upaya-upaya promosi dan prevensi di bidang kesehatan jiwa
merupakan bagian yang penting dari upaya kesehatan jiwa, dan merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif. Di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di beberapa wilayah telah menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa melalui kegiatan promosi dan prevensi, baik melalui kegiatan
penyuluhan, edukasi, deteksi dini maupun kegiatan lain dalam berbagai setting
pelayanan. Di tingkat nasional, beberapa program kesehatan jiwa telah
terintegrasi dalam program nasional kesehatan. Dukungan pemerintah juga
dapat dilihat dari usaha pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sumber daya
yang diperlukan khususnya untuk peningkatan upaya kesehatan jiwa.
Diharapkan dengan terpenuhinya kebutuhan sumberdaya tersebut dapat

18
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa pada masyarakat. Meningkatnya
kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa di lintas sektor dan masyarakat,
adanya kesempatan dalam kerjasama program serta bantuan sumberdaya
merupakan modal yang penting yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan
kualitas upaya kesehatan jiwa.
Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati
adanya 12 indikator utama untuk penentu status kesehatan sebuah keluarga.
Salah satu indikator tersebut isinya menyebukan bahwa: penderita gangguan
jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.

19
BAB III
PETUNJUK TEKNIS SISTIM INFORMASI KESWA

A. Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional dalam menggunakan aplikasi ini adalah:
1. Pencatatan
Pencatatan adalah cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
mencatat data yang penting mengenai pelayanan tersebut dan selanjutnya
disimpan sebagai arsip di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam sistim
informasi kesehatan jiwa.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah mekanisme yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk
melaporkan kegiatan pelayanan yang dilakukannya kepada instansi yang
lebih tinggi (dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota, Provinsi maupun
kementerian kesehatan).
3. Jenis Kasus
Jenis kasus dalam sistim informasi terbagi menjadi kasus baru dan kasus
lama.
a. Kasus baru (B) dalam data sistim informasi kesehatan jiwa ini adalah
adalah kasus gangguan jiwa (pasien dengan diagnosis baru) yang
pertama kali datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
b. Kasus lama (L) dalam data sistim informasi kesehatan jiwa ini adalah
kunjungan kedua dan seterusnya dari kasus gangguan jiwa yang belum
sembuh (pasien dengan diagnosis lama).
Apabila pasien yang sama tapi datang dengan diagnosis yang berbeda
dari diagnosis yang sebelumnya, maka pasien dimasukkan dalam data
Kasus Baru (B).
4. Diagnosis Gangguan Jiwa
Diagnosis gangguan yang digunakan dalam pedoman ini menggunakan
acuan diagnosis menurut ICD-10. Hal ini akan sesuai dengan penulisan
diagnosis di Rumah Sakit sehingga akan lebih mudah untuk penggunaan data
yang berintegrasi dengan data di Rumah Sakit. Disamping itu juga dapat
menilai pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara lain di Dunia.

20
a. Diagnosis yang diinput dalam sistim informasi kesehatan jiwa dapat
berupa diagnosis kelompok gangguan.
Misalnya:
❖ Gangguan neurotik (F40#)
❖ Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
b. Diagnosis juga bisa lebih rinci dengan nama diagnosis gangguan jiwa.
Misalnya:
Kelompok Gangguan Cemas (Anxietas) memiliki diagnosis yang lebih
rinci. misalnya:
❖ Gangguan Panik
❖ Gangguan Pobia
❖ gangguan Cemas menyeluruh (F41.1)
❖ Gangguan Depresi
c. Disediakan kolom: diagnosis lain-lain yang digunakan untuk menginput
gangguan jiwa yang tidak terdapat dalam daftar poin a dan poin b.
5. Kasus Lain
Selain diagnosis gangguan jiwa, harus diinput juga kasus lain yang
berkaitan dengan gangguan jiwa yang harus diketahui datanya di setiap
wilayah yaitu kasus:
❖ Bunuh Diri
❖ Pasung
6. Nakes Terlatih adalah ....................
7. Gangguan jiwa yang terdata adalah jumlah orang dengan gangguan jiwa
berat yang dilaporkan dan dicatat dalam sistim informasi kesehatan jiwa.
8. Gangguan jiwa yang tertangani adalah prosentase orang dengan gangguan
jiwa berat yang mendapat tatalaksana standar.
9. Data Dinkes Kabupaten/Kota
Data jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa.
Target adalah Kabupaten/Kota yang memiliki 20% Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sesuai
kriteria: nakes terlatih, promotif preventif, deteksi dan tatalaksana awal

21
B. Petunjuk Teknis
Petunjuk ini digunakan oleh Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
yang bertugas untuk melakukan input data pasien. Langkah awal yang dilakukan
adalah Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama harus mempunyai akun
SISKEWA. Setelah akun sudah terdaftar, petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama bisa mengakses SISKEWA tersebut dengan memasukan user berupa
kode puskesmas (contoh P1110040101) dan kata sandi yang tepat lalu klik tombol
masuk.

Gambar 3.1 Gambar Tampilan Awal SISKEWA

Gambar 3.2 Gambar Tampilan Dashboard Puskesmas

22
Fitur dashboard Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama terdiri dari
1. Lokasi Puskesmas
Berisi data Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama setempat yang sudah
ada di database sistem yang terdiri dari :
• No urut
• Kode Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
• Nama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
• Alamat
• Nama Kecamatan
• Nama Kabupaten/Kota
• Nama Provinsi
• Jenis Puskesmas : Rawat Inap/ Non Rawat Inap

Gambar 3.3 Gambar Tampilan Data Fasilitas Kesehatan Tingkat Dasar

23
2. Data Pasien
Data tersebut berupa identitas pasien yang bisa dimasukkan secara
manual atau menggunakan import export data. Form data pasien terdiri
dari:
• No. Registrasi
• Nama Lengkap
• Nama Kepala Keluarga (KK)
• NIK
• NKK
• Tempat Lahir
• Tanggal Lahir
• Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
• Status Pernikahan
- Kawin
- Tidak Kawin
- Duda/Janda
• Pendidikan
- Tidak Sekolah
- SD/MI
- SMP/MTs
- SMA/MA
- PT
• Pekerjaan
- Tidak Bekerja
- Bekerja
- Mahasiswa/Pelajar
- Pensiunan
• Alamat Lengkap
• Kecamatan
• Kabupaten/Kota
• Provinsi

24
• Status berobat
− Pulih/ sembuh
− Berhenti berobat
− Pindah
− Meninggal
− Hilang/ Lose to follow up

Data pasien bisa dimasukkan kedalam system dengan menggunakan


export-import dengan mendowload template import dalam bentuk csv file
dan mengupload kembali. Apabila file berhasil diupload maka system akan
membaca sukses sebanyak data yang dimasukkan, atau error
menunjukkan data tidak dimasukkan sesuai template.

Gambar 3.4 Gambar Tampilan Import Export Data Pasien

Data pasien juga dapat dimasukkan secara manual dengan mengklik tombol
tambah data. Untuk pasien yang berasa dari luar area kerja Puskesmas selain
memasukkan data wajib mengklik tombol “ Pasien dari luar wilayah” yang
berada di bawa kolom NIK

25
Gambar 3.5 Gambar Tampilan Manual Data Pasien

26
Aksi Form Isian Data Pasien disediakan:
1) Detail Pasien untuk melihat keseluruhan data pasien
2) Edit Pasien untuk melakukan perubahan data pasien
3) Delete Pasien untuk menghapus data pasien

Gambar 3.6 Gambar Tampilan Data Pasien SISKEWA

3. Pencatatan Harian (FORM A)


Setelah mengisi data pasien, langkah selanjutnya adalah mengisi
pencatatan harian pasien rawat jalan terdiri dari:
1. Data Pasien . Petugas pasien tinggal mencari nama pasien dengan
menggunakan fitur filtering bisa berupa Nama, NIK, atau tanggal lahir
dan selanjutkan melengkapi data penyakit pasien

Gambar 3.7 Tampilan Pencatatan Harian Form A

27
2. Data Penyakit
Data penyakit merupakan kumpulan riwayat kunjungan pasien
berobat ke Puskesmas , terdiri dari :
• Tanggal : Dipilih tanggal pasien berobat
• Tahun awal sakit : Dipilih saat pertama tahun pasien sakit
• Tahun awal pengobatan : Dipilih saat awal pasien berobat
• Diagnosis fisik : Dipilih kelainan fisik yang ada, apabila tidak ada pilih “
Tidak ada kelainan”
• Diagnosis Gangguan Jiwa
Diagnosis yang dicantumkan berupa diagnosis dalam golongan
gangguan jiwa (tanda #) atau diagnosis gangguan jiwa yang menjadi
bagian dalam golongan diagnosis gangguan jiwa (bagian dari
DIAGNOSIS tanda #).
Diagnosis Gangguan Jiwa terdiri dari:
1) F00# Gangguan Mental Oganik (GMO)
- Demensia (F00#)
- Hendaya Kognitif Ringan (F01)
- Demensia dengan atau tanpa GPPD (F02)
- Delirium (F05)
2) F10# Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif
- Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol
(F10)
- Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioid
(F11#)
- Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa
dan Hipnotika (F13)
- Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau
(F17)
3) F20# Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Kronik lain
- Gangguan Waham Menetap (F22)
- Gangguan Skizoafektif (F25)
4) F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

28
5) F30# Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)
- F30 Gangguan Manik
- F31 Gangguan Bipolar
- F32 Gangguan Depresif
6) F40# Gangguan Neurotik, Somatoform dan Gangguan Terkait
Stres
- Gangguan Fobik (F40)
- Gangguan Panik (F 41.0)
- Gangguan Anxietas Menyeluruh (F41.1)
- Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi (F 41.2)
- Gangguan Obsesif Kompulsif (F 42)
- Gangguan Stres Pasca Trauma (F 43.1)
- Gangguan Penyesuaian (F43.2)
- Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44)
- Gangguan Somatoform (F45)
7) F50# Sindrom Perilaku yang Berhubungan Dengan Gangguan
Fisiologis dan Faktor Fisik
- Gangguan Makan (F50)
- Insomnia Non Organik (F51.0)
- Disfungsi Seksual (F52)
- Gangguan Mental dan Perilaku yang Berhubungan Dengan
Masa Nifas (F53)
- Faktor Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan atau Penyakit (F54)
8) F60# (Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa)
9) F70 Retardasi Mental
10) F80-90# Gangguan Perkembangan Psikologis
- Gangguan Perkembangan Bicara (F80)
- Gangguan Perkembangan Belajar (F81)
- Gangguan Perkembangan Pervasif/Autis (F84)
11) F90# Gangguan Perilaku dan Emosional Masa Kanak dan
Remaja
- Gangguan Hiperkinetik (Hiperaktif) (F90)

29
- Gangguan Tic (F.95)
- Enuresis Non Organik (F98.0)
- Enkopresis Non Organik (F98.1)
12) “Diagnosis Lainnya” (disediakan kolom tempat untuk mengetik
nama diagnosis yang tidak tercantum dalam list yang disediakan)
• Diagnosis Keperawatan ; Dipilih diagnosis keperawatan yang
terdiagnosis, apabila tidak ada didalam pilihan klik “Lainnya”
− Halusinasi
− Waham
− Perilaku Kekerasan
− Harga Diri Rendah
− Risiko Bunuh Diri
− Defisit Perawatan Diri
− Lainnya....
• Asuhan Keperawatan : Dipilih asuha keperawatan yang dilakukan,
apabila tidak ada didalam pilihan klik “Lainnya”
− Managemen Halusinasi
− Managemen Waham
− Managemen Perilaku Kekerasan
− Managemen Harga Diri Rendah
− Managemen Risiko Bunuh Diri
− Managemen Defisit Perawatan Diri
− Lainnya....
• Tingkat Kemandirian :
− Mandiri
− Produktif
− Tergantung penuh
• Faktor Resiko : Dipilih factor resiko yang ada, apabila tidak ada pilih “
Tidak ada Kelainan”
• Pencetus Kejadian Khusus ; Dipilih dari pilihan yang ada, apabila tidak
ada pilih “ Tidak Ada”

30
• Rujukan UKBM : Merupakan asal rujukan pasien untuk berobat ke
Puskesmas , apabila tidak ada pilihannya, klik lainnya dan isi kolom
kosong
• Kasus; Baru/ Lama
• Kunjungan ; Baru/Lama
• Terapi Non Farmakologi (Psikoedukasi, Konseling, Suportif Therapi,
KIE, Relaksasi, Edukasi, Rehabilitasi) bisa dipilih multiple .
• Rujukan
- Non Rujukan
- PKM Rawat Inap
- Rumah Sakit
- Unit Lainnya
• Status ( BPJS, Gakin, Umum
• Nama Obat ( apabila jenis obat yang diberikan lebih dari 1 bisa
menambahkan dengan mengklik tombol “ Tambah obat”)
• Jumlah Obat
• Efek Samping ( Gangguang metabolic, Gangguan pergerakan lainnya,
Parkinson, Tidak ada)

Gambar 3.9 Gambar Tampilan Riwayat Penyakit Pasien SISKEWA

31
Gambar 3.10 Gambar Tampilan Rawat Jalan Pasien SISKEWA

32
3. Data Pasung
Data penyakit merupakan kumpulan riwayat pasung pasien ,
terdiri dari :

Gambar 3.11 Gambar Tampilan Riwayat Pasung Pasien SISKEWA

• Tahun Awal Sakit : Dipilih tahun awal pasien sakit


• Riwayat pengobatan ( Ya /Tidak )
• Layanan Kesehatan ( Puskesmas/RSU/RSJ)
• Cara Pemasungan ( Balok Kayu/ Rantai/Kurung/Tali/Lainnya)
• Frekuensi ( Terus Menerus/Situasional)
• Tahun Awal Pemasungan
• Inisiator Pasung (Keluarga/ Masyarakat/ Pengobatan Tradisional/
Lainnya)
• Alasan Pemasungan ( Riwayat tindakan kekerasan /Perilaku kacau yang
membahayakan pasien/ Lainnya)
• Dilepaskan ( Ya/Tidak)
• Petugas yang melepaskan ( Puskesmas/RSU/RSJ/Dinas sosial)
• Jenis Tatalaksana ( Terapi obat /Edukasi keluarga/ Edukasi masyarakat /
Rehabilitasi Psikososial)
• Pemasungan kembali (Ya/Tidak)
• Tanggal ( Bila Ya, maka masukkan tanggal)

33
Gambar 3.12 Gambar Tampilan Form Pasung Pasien SISKEWA

34
4. Data Bunuh Diri
Data Bunuh Diri merupakan kumpulan riwayat bunuh diri pasien
, terdiri dari :

Gambar 3.13 Tampilan Data Riyawat Bunuh Diri Pasien

• Tahun Awal Sakit : Dipilih tahun awal pasien sakit


• Riwayat pengobatan ( Ya /Tidak )
• Layanan Kesehatan (Puskesmas/RSU/RSJ)
• Penyakit Fisik ( Diabetes mellitus/ Jantung / Hipertensi Asma / Kanker/
Jantung/ Nyeri Kronis/ Stroke/Lainnya)
• Pilihan Gangguan Jiwa ( Depresi/ Bipolar/ Skizofrenia /Skizoafektif
/Penyalahan Obat / Demensia /Lainnya)
• Cara Bunuh Diri ( Gantung diri/ Minum Racun/ Memotong tangan denga
pisau / Menggunakan senjata api/ Meloncat dari ketinggian /Menabrak
kendaraan / Lainnya
• Tanda-tanda gejala
− Sedih berkepanjangan
− Sering menangis tanpa sebab
− Cemas berlebihan dan gelisah
− Perubahan mood/suasana perasaan yang sangat ekstrim (senang
berlebihan sampai sedih berlebihan)

35
− Kebiasaan merokok dan minum alkohol berat
− Gangguan tidur yang menetap atau berulang
− Mudah tersinggung, bingung
− Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari
− Sulit mengambil keputusan
− Perilaku menyakiti diri
− Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau
anggota keluarga lain
− Menjadi ”sangat fanatik terhadap agama” atau jadi ”atheis”
− Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus
− Mendengar suara-suara atau bayangan tanpa wujud merendahkan
atau menyuruh mengakhiri hidup
• Faktor Resiko bunuh diri
− Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian.
− Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi,
gagal panen, krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam.
− Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
− Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
− Mendengar suara-suara gaib yang menyuruh untuk mati.
− Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
− Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain
yang sebelumnya disenangi.
− Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
− Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan
tidak tahu harus berbuat apa.
− Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak
kekerasan, berpisah, putus hubungan.
− Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya
pada orang muda.
− Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya
khususnya pada perempuan.
− Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau
anggota keluarga atau orang lain.

36
− Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan
jiwa (depresi, skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti
kanker, HIV/AIDS, TBC, dan cacat).
− Tinggal sendirian di rumah tanpa adanya dukungan keluarga
ataupun dukungan ekonom
• Upaya yang telah dilakukan
− Layanan kesehatan puskesmas
− Layanan tradisional
− Tokoh spiritual
− Tokoh masyarakat / pemuka agama
− Belum dilakukan upaya
− Lain-lain

37
Gambar 3.14 Tampilan Form Data Bunuh Diri Pasien

38
4. Penyuluhan
1. Penyuluhan Individu
Form Penyuluhan Individu merupakan rincian informasi tentang kegiatan
penyuluhan perorangan yang dilaksanakan oleh petugas Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Petugas yang melakukan input data adalah
petugas di tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Gambar 3.15 Tampilan Data Penyuluhan

Data Laporan Penyuluhan Individu terdiri dari:


• Kode Puskesmas
• Nama Program Penyuluhan
• Tanggal Penyuluhan
• Topik Penyuluhan
• Status : baru / Lama
• Metoda ; Penyuluhan /Konselin
• Uraian Pelaksana
• Tempat Kegiatan : Puskesmas / Balai Kota
• Lokasi : Luar/ Dalan
• Lama
• Petugas
• Upload foto kegiatan

39
Gambar 3.16 Gambar Tampilan Form Penyuluhan Individu SISKEWA

Setelah menambahkan data program penyuluhan individu, klik tombal data


peserta, dan masukkan detil data peserta. Satu nama program penyuluhan bisa
ditambah data peserta lebih dari 1

40
Gambar 3.17 Tampilan Tambah Data Peserta Penyuluhan
Aksi Form Isian Penyuluhan Individu terdiri dari:
1) Detail Penyuluhan Individu

2) Edit Penyuluhan Individu

3) Delete Penyuluhan Individu

41
5. Penyuluhan Kelompok
Form Penyuluhan Kelompok merupakan rincian informasi tentang
kegiatan penyuluhan Kelompok yang dilaksanakan oleh petugas Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Petugas yang melakukan input data adalah
petugas di tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Data Laporan
Penyuluhan Kelompok terdiri dari:

• No urut
• Program Penyuluhan
• Tanggal Penyuluhan
• Topik Penyuluhan
• Status : Baru / Lama
• Metode : Konseling / Penyuluhan
• Nara sumber
• Uraian pelaksana
• Tempat kegiatan
• Lokasi
• lama
• Media
• Kesepakatan
• Pelaksana
• Foto kegiatan : upload foto

42
Gambar 3.17 Gambar Tampilan Form Penyuluhan Kelompok SISKEWA

43
Setelah data penyuluhan kelompok dimasukkan maka tambahkan data peserta
caranya denga klik detik nama penyuluhan dan klik tambah peserta

Gambar 3.18 Gambar Tampilan Detil Penyuluhan Kelompok SISKEWA

Gambar 3.19 Gambar Tampilan Tambah Data Peserta Penyuluhan


Kelompok SISKEWA

44
Aksi Form Isian Form Penyuluhan Kelompok terdiri dari:
1) Detail Penyuluhan Kelompok
2) Edit Penyuluhan Kelompok
3) Detail Penyuluhan Kelompok

45
6. Kunjungan Rumah
Form kunjungan rumah merupakan rincian informasi tentang kegiatan
kunjungan rumah yang dilaksanakan oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama atau kader keswa. Jika data pasien telah ada dalam
Siskewa, maka data identitas pasien didapat dari migrasi data yang telah
diinput sebelumnya. Data Laporan kunjungan rumah terdiri dari:
• Nama Petugas
• Profesi: Dokter/Psikolog/Perawat/Bidan/Kader
• Tanggal Kunjungan
• Nama Pasien
• Jenis Kelamin
• Tanggal Lahir
• Status Pernikahan
• Alamat
• Mulai sakit
• Mulai mendapatkan pengobatan medis
• Mulai mendapat penanganan non medis
• Riwayat rawat inap
• Tempat Pengobatan saat ini
• Jenis obat saat ini
• Kondisi saat ini

46
Gambar 3.20 Gambar Tampilan Tambah Data Kunjugan SISKEWA

47
7. Laporan SP2TP
Laporan SP2TP adalah form yang merupakan hasil rekapan kasus
gangguan jiwa yang telah diinput oleh petugas di tingkat Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Merupakan data agregat dari data pasien
dan data form A. Laporan SP2TP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
yang terdiri dari:
• No urut
• Jenis Gangguan Jiwa
• Jumlah penderita dengan klasifikasi umur
1) Usia:
- 0 – 7 hari
- 8 – 28 hari
- 1 – 11 bulan
- 1 – 14 thn
- 5 – 9 th
- 10 – 14 th
- 15 – 19 th
- 20 -44 th
- 45 – 59 th
- 60 – 69 th
- > 70 thn
2) Jenis Kelamin:
- Laki-laki
- Perempuan
• Jumlah Kasus Lama
• Jumlah kasus baru
• Jumlah kunjungan baru
• Jumlah kunjungan lama

48
Gambar 3.21 Gambar Tampilan Laporan SP2TP SISKEWA

8. Laporan ODGJ
Filtering pemantauan ODGJ bisa berdasarkan bulan, tahun,
jenis penyakit, golongan umur, nama pasien dan alamat

Gambar 3.22 Gambar Tampilan Laporan ODGJ SISKEWA

Data-data yang bisa dihat pada laporan ini adalah sebagai berikut :
• No urut
• Registrasi kasus
• Nama

49
• Nik
• Tanggal lahir
• Jenis kelamin
• Alamat
• Diagnosa Jiwa
• Tahun awal sakit
• Tahun awal pengobatan
• Jenis kasus (baru/lama)
• Fasyankes
• Layanan kesehatan yang diberikan ( pemberian obat, konseling, edukasi,
fisioterapi, rehabilitasi)
• Jadwal kunjunga
• Efek samping ( tidak ada, Parkinson, gangguan pergerakan lain,
gangguan metabolic)
• Hasil pemantauan pengobatan ( mandiri, dibantu, produktif,
dirawat,sembuh, berhenti berobat, meninggal, hilang, pindah)

9. Laporan Pasung

Gambar 3.23 Gambar Tampilan Laporan Pasung SISKEWA

50
Data-data yang terdapat di laporan pasung adalah sebagai berikut :
• No
• Nomer kaus
• Registrasi kasus
• Nama
• Jenis kelamin
• Tanggal lahir
• Alamat
• Diagnosis jiwa
• Diagnosis keperawatan
• Tahun awal sakit
• Riwayat pengobatan
• Layanan kesehatan
• Cara pemasungan ( balok, tali, kurung,rantai,lainnya)
• Frekuensi ( terus menerus, situasional)
• Tahun awal pemasungan
• Inisiator pasung
• Alasan pemasungan
• Petugas yang melepaskan
• Layanan pengobatan
• Jenis tatalaksana (terapi obat, edukasi keluarga, edukasi masyarakat,
edukasi psikososial)
• Pemasungan kembali

51
10. Kuesioner Propinsi
Form kuestioner Provinsi adalah data yang dibutuhkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi sebagai indikator yang telah ditetapkan secara
nasional. Indikator adalah Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki 20%
Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sesuai criteria,
yaitu:
- Nakes Terlatih
- Promotif preventif
- Deteksi dan tatalaksana awal
Petugas yang dapat melakukan adalah petugas di tingkat propinsi. Form
kuestioner propinsi terdiri dari:
• No.
• Nama Propinsi
• Jumlah Seluruh Puskesmas di Kabupaten/Kota di Provinsi
• Nama Kabupaten/Kota yang memiliki 20% puskesmas yang
menyelenggarakan Upaya Keswa
• Keterangan (Tercapai/Tidak Target 20%)

Gambar 3.18 Gambar Tampilan Kuestioner ProvinsiSISKEWA

11. Kuesioner Kabupaten/Kota


Form kuestioner kabupaten/kota adalah data yang dibutuhkan oleh
Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagai indikator yang telah ditetapkan
secara nasional. Indikator adalah Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki
20% Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sesuai
criteria, yaitu:
- Nakes Terlatih
- Promotif preventif
- Deteksi dan tatalaksana awal.
Petugas yang dapat melakukan adalah petugas di tingkat propinsi. Form
kuestioner kabupaten/kota terdiri dari:
• No Urut

52
• Kabupaten/Kota
• Jumlah Seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota
• Nama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa
• Keterangan (tercapai/tidak target 20%)

Gambar 3.24 Gambar Tampilan Kuestioner Provinsi SISKEWA

53
BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam pembuatan buku petunjuk


pelaksanaan sistiminformasi kesehatan jiwa (SISKEWA) untuk mengetahui sejauh
mana petugas kesehatan dapat memanfaatkan sistim informasi ini sekaligus untuk
mengetahui kendala dan hambatan, sekaligus untuk penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi pada tahap perencanaan, pelaksanaan program dari kegiatan
yang dilaksanakan.

A. Monitoring
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan
atau pengendalian program pelaksanaan sistiminformasi kesehatan jiwa
(SISKEWA) agar program tersebut sesuai dengan kebutuhan, maka umpan balik
dari lapangan sangat diperlukan. Monitoring dilakukan secara terus-menerus,
baik terhadap program maupun proses pelaksanaan lebih lanjut.

1. Tujuan Monitoring
Mengetahui sejauh mana manfaat/kegunaan dari program yang telah
dilaksanakan, serta untuk mengetahui kendala dan hambatan yang mungkin
terjadi pada pelaksanaan program dan kegiatan.

2. Sasaran Monitoring
Sasaran monitoring adalah pelaksanaan dan pengelolaan sistiminformasi
kesehatan jiwa (SISKEWA) oleh petugas kesehatan .pada setiap Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan dilakukan sebagai berikut:
a. Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kecamatan melakukan
monitoring terhadap kader kesehatan di tiap Kelurahan yang telah
melaksanakan sistiminformasi kesehatan jiwa secara teratur 6 bulan
sekali.
b. Petugas Dinas kesehatan Kabupaten/Kota melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan sistiminformasi kesehatan jiwa di tiap Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama setiap kecamatan secara terarur 1 tahun sekali.

54
c. Petugas Dinas kesehatan Provinsi melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan sistiminformasi kesehatan jiwa di tiap Dinas kesehatan
Kabupaten/Kota tiap 1 tahun sekali.
d. Petugas Pusat melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
sistiminformasi kesehatn jiwa di tiap Provinsi 1 tahun sekali.
e. Pejaringan data dan informasi dilakukan dengan wawancara dan
pengamatan yang selanjutnya dicatat pada instrumen monitoring
sistiminformasi kesehatan jiwa.

3. Hasil yang diharapkan :


Hasil yang diharapkan dapat dilihat dari indikator input, proses dan output.
a. Indikator Input
1). Sumber daya manusia.
▪ Mendapatkan pelatihan minimal 1 tenaga kesehatan untuk petunjuk
pelaksanaan sistiminformasi kesehatan jiwa (SISKEWA)

2). Sarana
▪ Tersedianya buku petunjuk sisitim informasi kesehatan jiwa

b. Indikator Proses
▪ Dilaksanakannya sosialisasi pengisian buku petunjuk informasi
kesehatan jiwa
▪ Monitorig dan Evaluasi yng dilakukan oleh petugas pusat 1x dalam
setahun

c. Indikator Output
1). Minimal 75% dari jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia sudah
menggunakan pemakaian SISKEWA.
2). Tersedianya pencatatan dan pelaporan pelaksanaan sisitim informasi
kesehatan jiwa di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/RS.
3). Tersedinya pencatatan dan pelaporan hasil peleksanaan sistim
informasi kesehatan jiwa d tingkat Pusat

55
B. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinana melalui proses pengukuran
hasil yang dcapai dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan
sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan Sistim
Informasi Kesehatan Jiwa (SISKEWA).
1. Evaluasi ini bertujuan untuk :
a. Memberikan umpan balik sebagai dasar penyempurnaan program
pembinaan dan pengembangan.
b. Mengukur keberhasilan seluruh program yang dilaksanakan pada
akhir kegiatan.
2. Sasaran Evaluasi adalah :
a. Kader kesehatan
b. Petugas kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/RS.
c. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi.
d. Pengelolaan program pada setiap jenjang
e. Manajemen/Pengelolaan program pada setiap jenjang
f. Ruang lingkup evaluasi meliputi seluruh komponen penggunaan sistim
informasi kesehatan jiwa di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/RS.
3. Unsur-unsur yang dievaluasi adalah :
a. Perubahan tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan
jiwa.
b. Tingkat keberhasilan maupun ketidakberhasilan pelaksanaan sistim
informasi kesehatan jiwa.
4. Teknik Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan diskusi kelompok
terarah berdasarkan indikator yang digunakan.

C. Pelaporan
Pelaporan dalam pelaksanaan petunjuk sistim informasi kesehatan jiwa di
lakukan oleh petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/RS yang diteruskan
ke dinas kesehatan tingkat Kabupaten/Kota, ke Provinsi dan terakhir berlabuh di
Pusat.
1. Laporan Tahunan :

56
a. Tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan penggunaan buku petunjuk
sistim informasi kesehatan jiwa.
b. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh petugas Pusat ke Dinas
kesehatan tingkat Provinsi di 34 Provinsi di seluruh Indonesia terkait
penggunaan sistim informasi kesehatan jiwa
c. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Provinsi
ke dinas kesehatan tingkat Kabupaten/Kota terkait penggunaan sisitim
informasi kesehatan jiwa.

2. Laporan Bulanan
Laporan hasil pengggunaan sisitim informasi kesehatan jiwa yang
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Jumlah orang yang dideteksi dini masalah kesehatan jiwa.
b. Jumlah orang yang terdeteksi berisiko masalah kesehatan jiwa.
c. Jumlah orang yang terdeteksi masalah kesehatan jiwa yang harus
dirujuk.

57
PENUTUP

Sistim Informasi Kesehatan Jiwa (Siskewa) ini dibuat sebagai upaya dari
Kementerian Kesehatan dalam menerapkan standarisasi Sistem Informasi
Kesehatan jiwa sehingga dapat tersedia data dan informasi kesehatan jiwa yang
akurat, tepat, dan cepat dalam pengambilan kebijakan di bidang kesehatan jiwa (di
Kab/Kota, Provinsi, dan Kementerian Kesehatan) dengan mendayagunakan TIK.
Sistim Informasi Kesehatan Jiwa ini dibuat dengan mengakomodir berbagai
kepentingan dan kebutuhan. Dalam pelaksanaan dilapangan sangat mungkin
terdapat modifikasi di sana-sini. Namun diharapkan ada keseragaman terutama
dalam format dan isi. Tentu saja masih perlu ditindak lanjuti dengan sosialisasi dan
pelatihan kepada petugas terkait.
Dalam Program Indonesia Sehat, salah satu indikator utama sebagai penentu
status kesehatan sebuah keluarga dikatakan bahwa penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan dan tidak boleh ditelantarkan. Sehingga buku
petunjuk ini dapat dijadikan dasar dan arah bagi lintas sektor terkait dan pemerintah
daerah dalam penanganan orang dengan masalah kesehatan jiwa di seluruh
Indonesia.
Semoga buku petunjuk sistim informasi kesehatan jiwa ini dapat bermanfaat
dan dimanfaatkan sebagimana mestinya. Masukan dan arahan serta koreksi tetap
kami harapkan dari pemakai buku ini. Kami juga mohon maaf bila masih banyak
kekurangan di dalam pembuatan buku ini.

58
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Pedoman Penggolongan dan


Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

World Bank. 1993. Global Economic Prospects and The Developing Countries.
Washington DC.

World Health Organization (WHO). 2001. The World Health Report 2001.
Mental Health: New Understanding, New Hope. WHO Press Geneva

World Health Organization (WHO). 2005. Mental Health Information Systems:


Mental Health Policy and Sevices Guidance Package. WHO Press Geneva

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan JIwa. 2006.Buku Pedoman Pelayanan


Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta: Departemen
Kesehatan RI

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku


Pedoman Pengobatan Dasar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta:
Depertemen Kesehatan RI

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI. 2009. Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan


Medik. 2011. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.


2014. Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah:
Kementerian Kesehatan RI

World Health Organization (WHO). 2017. Mental Health Atlas - 2017


Questionnaire. mhATLAT@who.inc. WHO Press Geneva

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2018. Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta

59
60

Anda mungkin juga menyukai