Anda di halaman 1dari 167

Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi

KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk jumlah perokok terbesar dari jumlah
perokok dunia dan nomor satu di ASEAN (4,8%) setelah Cina (30%) dan India (11,2%).
Data Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, menunjukkan bahwa prevalensi
merokok diIndonesia adalah sebesar 36,1% (67,4% laki-laki dan 4,5% perempuan), dan
rata-rata jumlah batang rokok yang dikonsumsi pada tahun 2010 adalah 10 batang per
hari (10 batang pada laki-laki dan 6 batang pada perempuan). Menurut WHO 2010, data
hasil dari Global Report on NCD (Non Communicable Disease) menunjukkan bahwa
prosentase kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) menempati proporsi yang
cukup besar yaitu 63%.

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih kurang 251 juta jiwa merupakan pasar
potensial bagi pengusaha rokok, dikarenakan adanya kebebasan bagi pengusaha rokok
untuk mengiklankan, mempromosikan, dan mensponsori berbagai kegiatan di
masyarakat. Tidak hanya itu, hal lain yang juga sangat memprihatinkan adalah rokok
dapat dijual bebas secara eceran terhadap anak-anak. Merokok menimbulkan beban
kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi bagi orang
lain. Konsumsi rokok di Indonesia naik tujuh kali lipat dari 33 milyar batang menjadi 240
milyar batang, dengan tingkat konsumsi 240 milyar batang/ tahun sama dengan 658 juta
batang rokok per hari, atau sama dengan senilai uang 330 milyar rupiah dibakar oleh
para perokok Indonesia setiap hari.

Pada tahun 2010 penerimaan negara dari cukai tembakau adalah sebesar 55 triliun,
sementara pengeluaran makro akibat tembakau adalah sebesar 245,41 triliun. Tentunya
pemasukkan dan pengeluaran negara sangat tidak sebanding, oleh karena itu
Pemerintah Pusat, Daerah, dan Masyarakat harus melakukan upaya pengendalian
tembakau termasuk rokok sebagai akibat tingginya penyakit tidak menular terkait dampak
tembakau. Rokok terbukti sebagai faktor risiko utama penyakit stroke dengan
kecenderungan kesakitan sebesar 12,1%, penyakit hipertensi 31,7%, dan penyakit
jantung 0,3% (Riskesdas, 2013).
Fakta menunjukkan bahwa jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Data Riset
Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi perokok meningkat dari 34,2% pada tahun
2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013 dengan peningkatan prevalensi perokok
perempuan dari 5,2% menjadi 6,7%.

1
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Proporsi penduduk yang terkena paparan asap rokok lingkungan/ Environmental


Tobacco Smoke (ETS) adalah sebesar 76,1%. Perokok pasif terbanyak terdapat pada
usia balita dan anak (0-14 tahun) baik laki-laki maupun perempuan dan usia 50 tahun
keatas. Terjadi peningkatan perokok pasif sekitar satu juta orang dalam kurun waktu 3
tahun ( tahun 2007 – 2010).

Secara umum, kebisaaan merokok pada masyarakat Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan karena konsumsi rokok yang masih cenderung tinggi. Sementara
beban biaya yang berkaitan dengan penyakit akibat rokok dan dapat menyebabkan
terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti gangguan pernapasan (PPOK, Asma ),
Penyakit Jantung, Stroke dan Kanker Paru, dan ini bukan hanya dari biaya pengobatan
tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu produktivitas. Semakin banyak generasi muda
yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan
karsinogenik yang bersifat fatal. Apalagi saat ini anak-anak dan kaum muda kita semakin
dijejali dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat
gencar.

Melihat kondisi tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan pengendalian dampak
bahaya rokok khususnya bagi anak sekolah, termasuk menyediakan layanan upaya
berhenti merokok di sekolah sebagai ujung tombak dalam upaya promotif dan
pencegahan. Peran guru dan Petugas Kesehatan di Puskesmas akan menjadi lebih
optimal dalam konseling, bagaimana cara menghindar untuk menjadi seorang perokok,
dan bagi yang sudah terlanjur menjadi perokok adalah bagimana cara berhenti dari
ketergantungan merokok. Untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten dalam melaksanakan layanan tersebut, perlu dilakukan pelatihan yang
memenuhi standar kompetensi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu disusun kurikulum dan modul pelatihan
TOT bagi Petugas Kesehatan dalam Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
Upaya Berhenti Merokok di sekolah, sehingga dapat menghasilkan fasilitator yang
kompeten dan profesional dalam melatih tenaga kesehatan pada pelatihan konseling
upaya berhenti merokok.

B. Filosofi Pelatihan

Pelatihan untuk pelatih bagi petugas kesehatan dalam implementasi kawasan tanpa
rokok dan Upaya Berhenti Merokok di sekolah ini diselenggarakan dengan
memperhatikan:
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:

2
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya tentang Implementasi


kawasan tanpa rokok di sekolah dalam program pengendalian PTM
terkait tembakau melalui Konseling Upaya Berhenti Merokok.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam
konteks pelatihan.
c. Dihargai keberadaannya dengan tidak dipermalukan, dilecehkan
maupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan sebuah paket modul tentang Petunjuk Teknis Upaya
Berhenti Merokok (UBM) di Sekolah.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan
berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi
pelatihan.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual,
auditorial maupun kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing
tentang Konseling Upaya Berhenti Merokok.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi (terhadap penyelenggara maupun fasilitator) dan
dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya tentang Konseling
Upaya Berhenti Merokok.
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk:
a. Mengembangkan ketrampilan langkah demi langkah dalam
memperoleh kompetensi yang diharapkan dalam pelatihan.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.
4. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk:
a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan
dengan menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi
kelompok, ceramah tanya jawab, latihan (exercise) baik secara individu
maupun kelompok dan praktek.
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.

3
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta memiliki peran sebagai pelatih bagi petugas
kesehatan dalam Upaya Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Upaya Berhenti
Merokok di sekolah.

B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi:
1. Melakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi dampak konsumsi rokok
terhadap kesehatan.
2. Melakukan Upaya Berhenti Merokok.
3. Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat rokok
4. Melakukan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas pelayanan
kesehatan primer
5. Melakukan tindak lanjut Upaya Berhenti Merokok
6. Melakukan pencatatan & pelaporan
7. Melatih pada Pelatihan implementasi Kawasan Tanpa Rokok di sekolah

C. Kompetensi
Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai kompetensi:
1. Melakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi dampak konsumsi rokok
terhadap kesehatan.
2. Melakukan Upaya Berhenti Merokok.
3. Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat rokok
4. Melakukan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas pelayanan
kesehatan primer
5. Melakukan tindak lanjut Upaya Berhenti Merokok
6. Melakukan pencatatan & pelaporan
7. Melatih pada Pelatihan implementasi Kawasan Tanpa Rokok di sekolah

4
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB III
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih Petugas Kesehatan dalam Upaya
Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Upaya Berhenti Merokok di sekolah.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan :


Tenaga Kesehatan
1. Melakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi dampak konsumsi rokok
terhadap kesehatan.
2. Melakukan Upaya Berhenti Merokok.
3. Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat rokok
4. Melakukan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas pelayanan
kesehatan primer
5. Melakukan tindak lanjut Upaya Berhenti Merokok
6. Melakukan pencatatan & pelaporan
7. Melatih pada Pelatihan implementasi Kawasan Tanpa Rokok di sekolah

5
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB IV
STRUKTUR PROGRAM

NO MATERI WAKTU
T P PL JLH
A. MATERI DASAR:
1. Kebijakan dan Strategi Pengendalian P2PTM dan 2 2
Rokok dan Kebijakan KTR di Tatanan Sekolah
sebagai Tindak Lanjut Implementasi PP 109 tahun
2012 2 2
2. Manajemen Penerapan KTR & UBM
B. MATERI INTI:
1. KIE Dampak Konsumsi Rokok terhadap Kesehatan 2 1 3

2. Upaya Berhenti Merokok 2 2 4

3. Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


1 2 3
Akibat Rokok
4. Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di Fasilitas
2 8 10
Pelayanan Kesehatan Primer.

5. Tindak Lanjut upaya berhenti merokok 1 1 2

6. Pencatatan & Pelaporan 1 2 3

7. Teknik Melatih 5 7 12

C. MATERI PENUNJANG:
1. Membangun Komitmen Belajar 2 2
2. Anti Korupsi Pada Pelayanan Publik 2 2
3. Rencana Tindak Lanjut Pelatihan 2 2
Jumlah 20 27 47
Catatan: 1 jam pembelajaran @ 45 menit

Keterangan:
T = Teori Alokasi waktu:
P = Penugasan Teori sebesar 40%
PL = Praktik Lapangan Penugasan dan Praktik lapangan sebesar 60%

6
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

PESERTA TENAGA KESEHATAN


Kebijakan dan Strategi Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Rokok dan Kebijakan
Judul Materi Dasar 1 :
KTR di Tatanan Sekolah sebagai Tindak Lanjut Implementasi PP 109 tahun 2012
Waktu : 2 Jpl (T : 2, P : 0)
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Kebijakan dan Strategi Pengendalian
Tujuan Pembelajaran Umum : Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Rokok dan Kebijakan KTR di Tatanan Sekolah sebagai
Tindak Lanjut Implementasi PP 109 tahun 2012

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Kebijakan 1. Kebijakan dan Strategi


dan Strategi Pengendalian Pengendalian Penyakit 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Penyakit Tidak Menular Tidak Menular (PTM) dan 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
(PTM) dan Rokok dan Rokok dan Kebijakan KTR Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
Kebijakan KTR di Tatanan di Tatanan Sekolah sebagai 4. LCD Berhenti Merokok pada anak usia
Sekolah sebagai Tindak Tindak Lanjut Implementasi 5. Flipchart sekolah/Madrasah bagi guru Pembina
Lanjut Implementasi PP PP 109 tahun 2012 6. Pointers UKS/Madrasah, 2015
109 tahun 2012 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
2. Kegiatan dalam Primer,2014
2. Menjelaskan Kegiatan Pengendalian Penyakit 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
dalam Pengendalian Tidak Menular (PTM) dan Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
Penyakit Tidak Menular Rokok dan KTR di Tatanan 2013
(PTM) dan Rokok dan Sekolah sebagai Tindak
KTR di Tatanan Sekolah Lanjut Implementasi PP 109
sebagai Tindak Lanjut tahun 2012
Implementasi PP 109
tahun 2012

7
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul Materi Dasar 2 : Manajemen Penerapan KTR dan Upaya Berhenti Merokok(UBM)
Waktu : 2 Jpl (T : 2, P : 0)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Manajemen Penerapan KTR dan UBM

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Perencanaan 1. Perencanaan Penerapan 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
1. CTJ
Penerapan KTR dan KTR dan Layanan 2. Laptop Primer,2014
2. Curah
Layanan Konseling Upaya Konseling Upaya 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
Pendapat
Berhenti Merokok Berhenti Merokok 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS/
2. Menjelaskan Pembiayaan 2. Pembiayaan Penerapan 6. Pointers Madrasah, 2015
Penerapan KTR dan KTR dan Layanan 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Layanan Konseling Upaya Konseling Upaya Primer,2014
Berhenti Merokok Berhenti Merokok 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
3. Menjelaskan 3.Penyelenggaran 2013
Penyelenggaraan Penerapan KTR dan
Penerapan KTR dan Layanan Konseling
Layanan Konseling Upaya Upaya Berhenti Merokok
Berhenti Merokok

4. Menjelaskan Pemantauan 4. Pemantauan dan


dan Penilaian KTR dan Penilaian KTR dan
Layanan Konseling Upaya Layanan Konseling
Berhenti Merokok Upaya Berhenti Merokok

8
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 1 : KIE Dampak Konsumsi Rokok terhadap Kesehatan


Waktu : 3 Jpl (T : 2, P : 1)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan KIE Dampak Konsumsi Rokok
terhadap Kesehatan

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu

Setelah selesai mengikuti


materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Konsep KIE 1. Konsep KIE Dampak 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Dampak Konsumsi Rokok Konsumsi Rokok 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
2. Menjelaskan Masalah 2. Masalah Kesehatan 3. Role Play 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
Kesehatan Akibat Akibat Konsumsi Rokok 5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS/
Konsumsi Rokok 6. Pointers Madrasah, 2015
7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
3. Menjelaskan Karakteristik 3. Karakteristik Asap Rokok 8. Scenario Role Primer,2014
Asap Rokok Play 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
9. Lembar Kasus Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
4. Melakukan KIE Dampak 4. Pelaksanaan KIE 2013
Akibat Konsumsi Rokok Dampak Akibat
Konsumsi Rokok

9
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 2 : Upaya Berhenti Merokok


Waktu : 4 Jpl (T : 2, P : 2)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Upaya Berhenti Merokok

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu

Setelah selesai mengikuti


materi ini, peserta mampu: 1. Manfaat dan Kendala
Upaya Berhenti Merokok 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
a. Manfaat 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
1. Menjelaskan Manfaat dan b. Kendala Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling
Kendala Upaya Berhenti 3. Latihan 4. LCD Berhenti Merokok pada anak usia
Merokok 2. Langkah-langkah Upaya mengisi 5. Flipchart sekolah/Madrasah bagi guru Pembina
Berhenti Merokok: Form 6. Pointers UKS/Madrasah, 2015
2. Menjelaskan Langkah- a. Identifikasi Awal 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
langkah Upaya Berhenti b. Evaluasi Motivasi 8. Panduan Latihan Primer,2014
Merokok c. Pilihan Terapi 9. Format Klinis 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
d. Follow up 10. Lembar Kasus Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
3. Melakukan Upaya Berhenti e. Ringkasan 2013
Merokok (Pendekatan 4 T)

3. Upaya Berhenti Merokok

10
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 3 : Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Akibat Rokok
Waktu : 3 Jpl (T : 1, P : 2)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Pengukuran Faktor Risiko Penyakit
Tidak Menular Akibat Rokok

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Metode Media dan Alat Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu

Setelah selesai mengikuti


materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Pengendalian 1. Pengendalian Faktor 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Faktor Risiko Penyakit Risiko Penyakit Tidak 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
Tidak Menular Akibat Menular Akibat Rokok Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling
Rokok 3. Simulasi 4. LCD Berhenti Merokok pada anak usia
5. Flipchart sekolah/Madrasah bagi guru Pembina
2. Melakukan Pengukuran 2. Pengukuran Faktor 6. Pointers UKS/Madrasah, 2015
Faktor Risiko Penyakit Risiko Penyakit Tidak 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Tidak Menular Akibat Menular Akibat Rokok 8. Lembar Kasus Primer,2014
Rokok a. Pengertian 9. Panduan 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
b. Langkah-langkah Simulasi Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
c. Analisis hasil 2013
pengukuran

11
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 4 : Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas kesehatan tingkat pertama
Waktu : 10 Jpl (T : 2, P : 8)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Konseling Upaya Berhenti Merokok
(UBM) di fasilitas pelayanan kesehatan primer

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Pengertian 1. Pengertian dan Kriteria 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
dan Kriteria Konselor Konselor 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
a. Pengertian Konselor Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
b. Kriteria Konselor 3. Studi 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
2. Menjelaskan Tahapan kasus 5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina
Perubahan Perilaku 2. Tahapan Perubahan 4. Role play 6. Pointers UKS/Madrasah, 2015
Perilaku 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
8. Panduan studi Primer,2014
3. Menjelaskan Prinsip Dasar 3. Prinsip Dasar Konseling Kasus 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Konseling a. Tujuan Konseling 9. Lembar kasus Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
b. Proses Konseling 10. Scenario Role 2013
c. Lama dan frekuensi Play
Konseling
4. Melakukan Teknik
Konseling Berhenti 4.Teknik Konseling Upaya
Merokok Berhenti Merokok
a. Jenis Teknik
Konseling
b. Langkah-langkah
Teknik Konseling
c. Wawancara
Motivasional

12
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 5 : Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok


Waktu : 2 Jpl (T : 1, P : 1)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Tindak Lanjut Upaya Berhenti
Merokok

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Pengertian 1. Pengertian dan 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
dan Penanganan Efek Penanganan Efek Putus 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
Putus Nikotin (withdrawal Nikotin (withdrawal Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
effect) effect) 3. Latihan 4. LCD Merokok pada Anak Usia sekolah/
mengisi 5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS /
Form 6. Pointers Madrasah, 2015
2. Menjelaskan Rujukan 2. Rujukan Upaya Berhenti 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Upaya Berhenti Merokok Merokok 8. Lembar kasus Primer,2014
a.Jenis Rujukan 9. Format Rujukan 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
b. Kriteria Rujukan Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
c. Mekanisme Rujukan 2013

3. Melakukan Tindak Lanjut 3. Tindak Lanjut Upaya


Upaya Berhenti Merokok Berhenti Merokok

13
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 6 : Pencatatan dan Pelaporan


Waktu : 3 Jpl (T : 1, P : 2)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Pencatatan dan Pelaporan

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Media dan Alat


Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Pengertian 1. Pengertian Pencatatan 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Pencatatan dan Pelaporan dan Pelaporan 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
a. Pengertian Pencatatan Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
b. Pengertian Pelaporan 3. Latihan 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
mengisi 5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS/
Form 6. Pointers Madrasah, 2015
2. Menjelaskan Mekanisme 2. Mekanisme Pelaporan 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Pelaporan 8. Format Primer,2014
Pencatatan dan 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Pelaporan Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
3. Melakukan Pencatatan dan 3. Pencatatan dan 2013
Pelaporan Konseling Pelaporan Konseling

14
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Judul MATERI INTI 7 : Teknik Melatih


Waktu : 12 Jpl (T : 5, P : 7)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melatih pada pelatihan bagi petugas
kesehatan dan guru dalam Implemetasi KTR di sekolah

Pokok dan Sub Pokok


Tujuan Pembelajaran Khusus Metode Media dan Alat Bantu Referensi
Bahasan
Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu :

1. Melakukan Pembelajaran Orang 1. Pembelajaran Orang Dewasa 1.CTJ 1.Modul Modul Tenaga
Dewasa (POD). (POD) Pelatihan Program
2.Latihan 2.Bahan Tayang
a. Prinsip-prinsip POD Kesehatan Tahun 2009
Menyusun SAP
b. Ruang lingkup 3.Laptop
pendekatan dan tujuan 3.Micro Teaching
4.Proyektor/LCD
POD
c. Strategi POD 5. Microphone

2. Melakukan Satuan Acara 2. Satuan Acara Pembelajaran 6. Pointer


Pembelajaran (SAP) (SAP) 7. ATK
a. Pengertian
8. Form SAP
b. Manfaat
c. Tujuan 9. Panduan latihan
10. Checklist micro
3. Menggunakan Metode, media, 3. Metode, media, dan alat bantu
dan alat bantu a. Pendahuluan teaching
b. Ragam Metode
Pembelajaran
c. Keunggulan dan
kelemahan masing-
masing metode
pembelajaran
d. Metode pembelajaran
yang efektif

15
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Melakukan Presentasi Interaktif 4. Tehnik Presentasi Interaktif


a. Pengertian dan tujuan
presentasi interaktif
b. Pengantar sesi
pembelajaran
c. Cara Presentasi Interaktif
d. Persiapan tehnik micro
teaching

16
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Materi Penunjang : Building Learning Commitment (BLC)


Waktu : 2 JPL (T :0, P :2, PL : 0)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta dan penyelenggara/ panitia saling mengenal serta menyepakati
apa yang akan dilakukan selama pelatihan berlangsung.

Tujuan Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
Pembelajaran Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah selesai mengikuti materi
ini, peserta mampu:

1. Mengenal seluruh peserta dan 1. Penjelasan singkat 1. Modul 1. Dinamika Kelompok,


1.Pencairan/perkenalan antar
panitia penyelenggara 2. Baderel Munir
peserta serta fasilitator/ 2. Curah pendapat 2. Bahan tayang
penyelenggara (brainstorming) 3. Laptop
3. Permainan untuk 4. Proyektor/LCD
2. Menjelaskan tujuan pelatihan 2.Tujuan pelatihan (Kurikulum perkenalan/pencair
yang diikutinya. Pelatihan) an dan tim building 5. Microphone
4. Diskusi (snow 6. Pointer
3.Nilai dan Norma bolling) 7. ATK
3. Menguraikan harapannya
dalam mengikuti pelatihan. 8. Skenario game

4. Menyusun bersama tentang 4.Tim Building


nilai dan norma yang akan
diterapkan selama pelatihan.

17
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Materi Penunjang : Anti Korupsi


Waktu : 2 JPL (T : 2,P :0, PL :0)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti Korupsi

Tujuan Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
Pembelajaran Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan konsep 1. Konsep korupsi 1.Curah 1.Modul 1. Undang-undang Nomor 20


korupsi a. Defenisi korupsi pendapat 2.Bahan tayang Tahun 2001 tentang Perubahan
b. Ciri-ciri korupsi Atas Undang-undang Nomor 31
c. Bentuk/jenis korupsi 2.Ceramah 3.Komputer
1999 tentang Pemberantasan
d. Tingkatan korupsi 3. Tanyajawab 4.Flipchart
Tindak Pidana Korupsi
e. Faktor penyebab 5.ATK
korupsi 2. Instruksi Presiden Nomor 1
6.Skenario
f. Dasar hukum tentang Tahun 2013
peran
korupsi 3. Keputusan Menteri Kesehatan
2. Menjelaskan Konsep anti 2. Konsep anti korupsi Nomor 232/MENKES/SK/VI/
Korupsi 2013 tentang Pekerjaan dan
a. Definisi anti Korupsi
b. Nilai-nilai anti Korupsi Budaya Anti Korupsi
c. Prinsip-prinsip anti
Korupsi
3. Menjelaskan Upaya
3. Pencegahan korupsi dan
Pencegahan korupsi dan pembrantasan korupsi
pemberantasan korupsi a. Upaya pencegahan
korupsi
b. Upaya pemberantasan
c. Strategi komunikasi
Pemberantasan Korupsi
(PK)
18
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Menjelaskan Tata cara 4. Pelaporan dugaan


pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana
pelanggaran tindak korupsi
pidana korupsi a. Laporan
b. Penyelesaian hasil
penanganan pengaduan
masyarakat
c. Pengaduan
d. Tata cara penyampaian
pengaduan
e. Tim penanganan
pengaduan masyarakat
terpadu dilingkungan
Kemenkes.
f. Pencatatan pengaduan
5. Menjelaskan Gratifikasi 5.Gratifikasi
a. Pengertian gratifikasi
b. Aspek hukum
c. Gratifikasi dikatakan
sebagai Tindak Pidana
Korupsi (TPK)
d. Contoh gratifikasi
e. Sanksi gratifikasi

19
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Materi Penunjang : Rencana Tindak Lanjut( RTL)


Waktu : 2 JPL (T=0 Jpl, P=2Jpl, PL:0Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami perencanaan kegiatan pasca pelatihan.

Tujuan Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
Pembelajaran Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah selesai mengikuti
materi ini, peserta mampu:

1. Memahami pengertian dan 1. Pengertian dan ruang 1. Buku Dinamika Kelompok


1. Penjelasan Singkat 1.Modul
ruang lingkup RTL lingkup RTL
2. Diskusi Kelompok 2.Bahan Tayang 2. Buku Team Building
3. Pleno 3.Laptop
2. Menjelaskan unsur-unsur 2. Unsur-unsur RTL
4.Proyektor/LCD
RTL
5. Microphone
6. Pointer
3. Menjelaskan langkah- 3. Langkah-langkah
Penyusunan RTL
langkah penyusunan RTL

4. Menyusun RTL untuk 4. Formulir Isian RTL

pelatihan/ kegiatan yang


akan diselenggarakan di
instansi masing-masing

20
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
BAGI PETUGAS KESEHATAN

Proses pembelajaran digambarkan seperti alur diagram berikut:

PRE TEST

PEMBUKAAN

BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)

WAWASAN PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN

MATERI DASAR : MATERI INTI :


1. Kebijakan dan strategi 1. KIE Dampak Konsumsi Rokok terhadap
Pencegahan dan Kesehatan
Pengendalian PTM dan rokok 2. Upaya Berhenti Merokok
E
dan Kebijakan KTR di tatanan 3. Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak
V
A sekolah sebagai tindak lanjut Menular akibat Rokok
L implementasi PP 109 tahun 4. Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM)
U 2012 di fasilitas kesehatan tingkat pertama
A 2. Manajemen Penerapan KTR 5. Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok
S dan UBM 6. Pencatatan dan Pelaporan
I 7. Teknik Melatih
METODE :
 Brainstorming METODE :
 ceramah tanya jawab  Brainstroming
 CTJ
 Role Play
 Simulasi
 Studi kasus
 Latihan menyusun laporan
 Microteaching

POST TEST

RENCANA TINDAK LANJUT

PENUTUPAN

21
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB VI
PESERTA DAN PELATIH

A. Komponen Peserta:
Kriteria peserta adalah :
1. Petugas Kesehatan yang ditugaskan sebagai Konselor Upaya
Berhenti Merokok di Puskesmas
2. Jumlah peserta pelatihan per kelas sebanyak 30 orang

B. Komponen Pelatih:

1. Pendidikan minimal setara dengan kriteria pendidikan peserta


dengan tambahan keahlian di bidang materi yang diajarkan,
minimal strata 1
2. Memiliki kemampuan kediklatan telah mengikuti pelatihan Training
of Trainer Pengendalian Penyakit Tidak Menular Terintegrasi/
TPPK atau widyaiswara dasar (widyaiswara/ struktural/ praktisi/
staf) yang menguasai substansi yang diajarkan.
3. Menguasai materi yang diajarkan atau mempunyai pengalaman
dan pengetahuan di bidang Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
dan Upaya Berhenti Merokok

22
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB VII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara

Penyelenggara Training of Trainer (ToT) ini adalah Subdit Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular bekerja sama
dengan Pusdiklat Aparatur Kesehatan, Badan PPSDM Kementerian
Kesehatan RI/ Institusi Pendidikan dan Lembaga Pelatihan yang
terakreditasi baik pemerintah atau swasta.

B. Tempat

Institusi diklat yang telah terakreditasi dan atau fasilitas yang mempunyai
sarana dan prasarana yang memadai sesuai serta mendukung proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pelatihan.

23
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB VIII
EVALUASI PELATIHAN

Tujuan evaluasi/ penilaian pelatihan ToT ini adalah untuk mengetahui


kemajuan tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dicapai oleh peserta
pada proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil ini dapat digunakan
untukm menilai efektifitas pelatihan dan perbaikan pelaksanaan berikutnya.
Evaluasi ToT bagi Petugas Kesehatan dalam Implementasi Kawasan
Tanpa Rokok dan Upaya Berhenti Merokok terdiri dari :

1. Evaluasi Hasil Belajar Peserta


Evaluasi yang dilakukan terhadap peserta melalui :
a. Evaluasi awal melalui pre test
b. Evaluasi akhir peserta terhadap materi yang telah diterima
(post test)
c. Evaluasi formatif untuk setiap hasil penugasan.
Standar minimal evaluasi hasil belajar adalah evaluasi terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran khusus.

2. Evaluasi terhadap Fasilitator


Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian
yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap
kemampuan fasilitator dalam menyampaikan pengetahuan dan atau
ketrampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan
diserap oleh peserta meliputi:

a. Penguasaan materi
b. Penggunaan metode
c. Hubungan interpersonal dengan peserta
d. Motivasi.

3. Evaluasi terhadap penyelenggara


Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap penyelenggara pelatihan,
obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang
meliputi :
24
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

a. Tujuan pelatihan
b. Relevansi program pelatihan dengan tugas
c. Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas
d. Manfaat pelatihan bagi peserta/ instansi
e. Mekanisme pelaksanaan pelatihan
g. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan
h. Pelayanan kesekretariatan terhadap peserta
i. Pelayanan akomodasi dan lain-lain
j. Pelayanan konsumsi.

25
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

BAB IX
SERTIFIKASI

Setiap peserta yang telah menyelesaikan proses pembelajaran minimal


mengikuti 95% dari seluruh jumlah jam pembelajaran, dan dinyatakan
berhasil sesuai dengan hasil evaluasi belajar akan diberikan sertifikat
pelatihan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dengan angka kredit 1 (satu), dan ditandatangani oleh Kepala
Pusdiklat Aparatur an. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

26
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

PENUTUP

Kurikulum Pelatihan Untuk Pelatih bagi Petugas Kesehatan dalam


Implementasi Kawasan Tanpa Rokok dan Upaya Berhenti Merokok di
sekolah ini merupakan acuan bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan
(diklat) dalam rangka pelatihan bagi tenaga kesehatan baik di tingkat pusat
maupun daerah dalam penyelenggaraan Implementasi Kawasan Tanpa
Rokok di Sekolah di Indonesia.

Jakarta, Maret 2016

Penyusun,

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Tidak Menular

27
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Materi Dasar 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN ROKOK

I. DESKRIPSI SINGKAT
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kementerian
Kesehatan terbentuk pada tahun 2005, maka Kebijakan Nasional yang
diterapkan adalah penekanan pada pengendalian faktor risiko, promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, deteksi dini, dan tatalaksana penyakit
secara tepat. Pendekatan utama yang dipilih dalam melakukan
pengendalian penyakit tidak menular didasarkan pada pelayanan
kesehatan tingkat pertama/ fasilitas pelayanan kesehatan primer yang
melibatkan multisektor; Profesional dan masyarakat. Program pokok
mengacu pada kebijakan pemerintah tentang kesehatan, jejaring/
kemitraan, sosialisasi, advokasi,dan pengendalian PTM yang berbasis
pada pemberdayaan masyarakat, surveilans penyakit tidak menular, serta
deteksi dini.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu memahami
kebijakan dan strategi pengendalian PTM
2. Tujuan Pembelajaran khusus
a. Peserta mampu menjelaskan kebijakan Pengendalian PTM.
b. Peserta mampu menjelaskan strategi Pengendalian PTM.

III. POKOK BAHASAN


1. Kebijakan Pengendalian PTM
2. Strategi Pengendalian PTM

29
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti


Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup Sehat Tanpa
Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
berhenti Merokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
4. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling Upaya
Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh fasilitator
kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih mendengar, mencatat
dan mengikuti arahan dan petunjuk narasumber. Proses pembelajaran ini
akan dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut :

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan peserta
latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Menyiapkan perlengkapan belajar
2. Langkah Ke-2
a. Kegiatan Fasilitator

30
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan


ceramah tentang pokok bahasan kebijakan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah
tentang pokok bahasan strategi Pengendalian Penyakit
Tidak Menular
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
4 .Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membahas sesi ketiga ini/ pokok bahasan
ketiga dengan brainstorming, dengan cara meminta
peserta latih menuliskan pendapatnya dalam flipchart
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih ikut menyumbangkan pikiran/ pendapatnya
dalam curah pendapat
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
31
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.


4) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan tujuan
khusus pembelajaran serta merta bertanya pada peserta
latih tentang jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.

VI. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1

Kebijakan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Indonesia saat ini dihadapkan pada Triple Burden Disease yaitu penyakit
menular, penyakit tidak menular dan re-emerging disease. Dengan
berubahnya tingkat kesejahteraan dan umur harapan hidup di Indonesia,
pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai
dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh
penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (Non Communicable
Disease), penyakit tidak menular (PTM) merupakan 60% penyebab
kematian di dunia maupun di Indonesia (WHO 2008 dan Riskesdas 2010).
PTM menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan dibidang
kesehatan, dimana kelompok masyarakat yang terpapar mayoritas adalah
usia produktif, mereka yang diperlukan oleh keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara sebagai sumber daya manusia yang menanggung beban
pembiayaan hidup dan generasi penerus yang pada usia tumbuh kembang.
Di Indonesia, proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat
dari 41,4 % pada tahun 1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (Riskesdas
2007). PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya yaitu
merokok, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang, kurang aktivitas dan
konsumsi alkohol. Secara umum, perilaku kebisaaan merokok pada
32
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

masyarakat Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan karena


konsumsi tembakau yang masih cenderung tinggi. Riskesdas 2007
menunjukkan konsumsi rokok di Indonesia naik tujuh kali lipat dari 33 milyar
batang menjadi 240 milyar batang, dengan tingkat konsumsi 240 milyar
batang/ tahun sama dengan 658 juta batang rokok per hari, atau sama
dengan senilai uang 330 milyar rupiah dibakar oleh para perokok Indonesia
setiap hari.

Rokok terbukti sebagai faktor risiko utama penyakit stroke dengan


kecenderungan kesakitan sebesar 12,1%, penyakit hipertensi 31,7%, dan
penyakit jantung 0,3% (Riskesdas, 2013). Sehubungan dengan hal
tersebut, beban biaya yang berkaitan dengan penyakit akibat
mengkonsumsi rokok semakin meningkat. Konsumsi rokok dapat
menyebabkan terjadinya penyakit tidak menular seperti gangguan
pernapasan (PPOK, Asma ), penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke
dan kanker paru. Akibat dari konsumsi rokok bukan hanya meningkatkan
biaya pengobatan tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu produktivitas.
Penyakit tidak menular berpotensi besar menghambat pertumbuhan
ekonomi dan pencapaian target MDGs karena tingginya biaya yang harus
dikeluarkan oleh negara untuk mengobati PTM. PTM adalah isu kedua
setelah HIV/AIDS (tahun 2002) yang akan diangkat pada level global di
PBB agar mendapat perhatian dan komitmen politik dari Pemerintah untuk
menanggulanginya, oleh karena itu disetiap daerah dihimbau agar
memprioritaskan program pencegahannya. Ancaman penyakit tidak
menular dan beban ekonomi yang diakibatkan dianggap sebagai “salah
satu tantangan terbesar pembangunan dalam abad ke-21”.
Kebijakan dan strtategi pengendalian PTM tergantung dari kebijakan
masing-masing daerah, begitu juga dengan penerapannya tergantung pada
daerah kerja masing-masing dengan didasari mencakup seperti dibawah
ini:
1. Mengembangkan dan memperkuat program pengendalian faktor
risiko PTM,
2. Mengembangkan dan memperkuat deteksi dini faktor risiko PTM,

33
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

3. Meningkatkan dan memperkuat manajemen, dan kualitas peralatan


untuk deteksi dini faktor risiko PTM,
4. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pengendalian faktor risiko PTM,
5. Mengembangkan kegiatan layanan konseling upaya berhenti
merokok pada pelayanan kesehatan tingkat pertama dan klinik
berhenti merokok di Rumah Sakit,
6. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans epidemiologi
faktor risiko PTM,
7. Meningkatkan pemantauan program pengendalian faktor risiko PTM,
8. Mengembangkan dan memperkuat pengelolaan sistem informasi
PTM,
9. Mengembangkan dan memperkuat jaringan untuk pengendalian
faktor risiko PTM,
10. Meningkatkan advokasi dan diseminasi pengendalian faktor risiko
PTM,
11. Mengembangkan dan memperkuat sistem pendanaan pengendalian
faktor risiko PTM.

POKOK BAHASAN 2
Strategi Pengendalian PTM PTM
Berdasarkan kebijakan tersebut diatas perlu dikemukan strategi
pengendalian PTM sebagai berikut :
1. Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam
pengendalian faktor risiko PTM melalui program yang berbasis
masyarakat, seperti Posbindu PTM,
2. Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat untuk
deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM,
3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan,
4. Meningkatkan tatalaksana PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif
dan efisien,
5. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM,

34
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

6. Mengembangkan penelitian dan pengembangan kesehatan terkait


PTM,
7. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans epidemiologi
faktor risiko PTM termasuk monitoring dan sistem informasi
khususnya melalui surveilans faktor risiko PTM berbasis
masyarakat dan registri PTM,
8. Meningkatkan dukungan dana yang efektif untuk pengendalian
PTM berdasarkan kebutuhan dan prioritas.

POKOK BAHASAN 3

Kegiatan Pokok Pengendalian PTM


Terkait dengan strategi tersebut diatas maka perlu dikemukan kegiatan
pokok sebagai berikut :
1. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal pengendalian
Penyakit Tidak Menular di Unit Pelaksana Teknis (UPT), Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dan
Puskesmas,
2. Advokasi PPTM kepada Pemerintah (pusat dan daerah) secara
intensif dan efektif dengan fokus pesan “Dampak PTM (ancaman)
terhadap pertumbuhan ekonomi negara/daerah”,
3. Surveilans faktor risiko dan registri PTM yang mampu laksana dan
didukung regulasi memadai dan menjamin ketersediaan “evidence
based” untuk advokasi kepada penentu kebijakan, perencanaan,
dan pelaksanaan program PTM prioritas,
4. Promosi kesehatan dan perlindungan “population at risk” PTM
yang efektif dan didukung regulasi memadai melalui “Health in All
Policy” untuk menjamin pelaksanaannya secara terintegratif
melalui “Triple Acs” (active cities, active community and active
citizens) dengan kerja sama lintas program, kemitraan lintas
sektor, pemberdayaan swasta/industri dan kelompok masyarakat
madani,
5. Deteksi dan tindak lanjut dini PTM secara terintegrasi dan fokus
pada faktor risikonya, melalui “Community Base Intervension and

35
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Development”, yang didukung oleh sistim rujukan dan regulasi


memadai, dengan kerja sama lintas profesi dan keilmuan, lintas
program, kemitraan, lintas sektor, pemberdayaan swasta/ industri,
dan kelompok masyarakat madani,
6. Tatalaksana pasien PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan
efisien, yang didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/
prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan dan regulasi
memadai, untuk menjamin akses pasien PTM dan faktor risiko
terhadap tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan
kesehatan primer, sekunder, maupun tersier,
7. Jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM yang terdiri sub
jejaring surveilans, promosi kesehatan, dan manajemen upaya
kesehatan, baik di tingkat pusat maupun daerah,
8. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang menjamin
ketersediaan informasi, insidensi, dan prevalensi PTM dan
determinannya, yang menghasilkan teknologi intervensi kesehatan
masyarakat/ pengobatan/ rehabilitasi dalam bentuk “Best Practice”,
dan intervensi kebijakan yang diperlukan.

VII. REFERENSI

1. Undang-Undang RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah;
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
4. Kementerian Kesehatan RI 2010, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan, 2010 – 2014;

36
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri Kesehatan


RI Nomor 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
6. Kementerian Kesehatan RI 2010, Surat Keputusan Menkes
Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
7. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2010
– 2014, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
8. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
9. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur.

VIII. LAMPIRAN

1. Buku Juknis Upaya Berhenti Merokok di Fasyankes Primer


2. Buku Modul Pelatihan Peningkatan SDM dan Upaya Berhenti
Merokok
3. Buku Saku Hidup Sehat Tanpa Rokok
4. Lembar Balik Upaya Berhenti Merokok

37
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Materi Dasar 2
MANAJEMEN LAYANAN KONSELING UPAYA BERHENTI
MEROKOK

I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya berhenti merokok merupakan perpaduan antara upaya kesehatan
masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif
dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) sebagai bagian dari tatalaksana
dalam pengendalian konsumsi rokok. UKM dilakukan dengan melibatkan
masyarakat sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah
sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan UBM selanjutnya
dilakukan kegiatan konseling upaya berhenti merokok yang dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan jika tidak dapat
ditanggulangi akan dirujuk ke Rumah Sakit. Agar kegiatan konseling upaya
berhenti merokok dapat terselenggara dan terencana dengan baik serta
dapat dipantau dan dievaluasi hasilnya, maka perlu disusun manajemen
kegiatan ini yang meliputi perencanaan dan pembiayaan, penyelenggaraan,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan penilaian.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu dan memahami
manajemen layanan konseling upaya berhenti merokok (UBM).
2. Tujuan pembelajaran khusus peserta mampu
a. Menjelaskan perencanaan layanan konseling UBM
b. Menjelaskan pembiayaan layanan konseling UBM
c. Menjelaskan penyelenggaraanlayanan konseling UBM
d. Menjelaskan pemantauan dan penilaian layanan konseling UBM.

III. POKOK BAHASAN


1. Perencanaan layanan konseling UBM
2. Pembiayaan layanan konseling UBM
3. Penyelenggaraan layanan konseling UBM
4. Pemantauan dan Penilaian layanan konseling UBM.

38
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

IV. BAHAN BELAJAR


1. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya Berhenti
Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2014 Modul Pelatihan Konseling
Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Buku Saku Hidup Sehat Tanpa
Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
4. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh


fasilitator kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih
mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk narasumber.
Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan dengan
peserta latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam, dan memperkenalkan diri peserta
2) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
3) Menyiapkan perlengkapan belajar.
39
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan perencanaan dan
penganggaran kegiatan layanan konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan penyelenggaraan
kegiatan layanan konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah
yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membahas sesi ketiga ini/ pokok bahasan
ketiga dengan brainstorming, dengan cara meminta
peserta latih menuliskan pendapatnya dalam flipchart
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.

40
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Peserta latih ikut menyumbangkan pikiran/
pendapatnya dalam curah pendapat
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan pokok bahasan
pemantauan dan penilaian hasil kegiatan layanan
konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.

VI. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1
Perencanaan Layanan Konseling Upaya Berhenti Merokok
Kegiatan layanan konseling upaya berhenti merokok (UBM) yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pertama merupakan salah
satu cara dalam tatalaksana untuk berhenti merokok. Layanan
konseling ini merupakan membantu atau memfasilitasi klien yang
berkeinginan untuk berhenti merokok, sehingga klien akan termotivasi
untuk berhenti merokok.
Persiapan dalam penyelenggaraan kegiatan layanan konseling Upaya
Berhenti Merokok (UBM) adalah didahului dengan identifikasi sumber
daya yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
misalnya tenaga pelaksana, alat kesehatan yang diperlukan, tempat
pelaksanan konseling, pengaturan mekanisme kerja, serta sumber
pembiayaan.

41
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Dalam penyelenggaraannya layanan konseling UBM memerlukan


persiapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Konseling
Kepala institusi kesehatan menerbitkan surat keputusan tentang
pembentukkan Tim Konseling yang bertanggung jawab dalam
pengelolahan layanan konseling upaya berhenti merokok.
Tim Layanan Konseling di Fasyankes Primer meliputi:
a. Dokter Umum
1) Bekerja di poli umum Puskesmas
2) Telah bekerja minimal 1 tahun
3) Bersedia menjadi konselor/ pelatih upaya berhenti
merokok.
b. Perawat/ non perawat (kesmas)
1) Bekerja di poli umum/ layanan konseling di
Puskesmas
2) Telah bekerja minimal 1 (satu) tahun
3) Bersedia menjadi konselor/ pelatih.

2. Identifikasi Sumber Daya lain

a. Pengelolaan layanan konseling upaya berhenti merokok


pada fasilitas pelayanan kesehatan primer memerlukan
sumber daya lainnya seperti: Tempat layanan konseling
adalah ruangan yang terpisah dari poli umum.
b. Alat penunjang meliputi alat ukur berat badan, tinggi badan,
tekanan darah, peak flowmeter, Co analyzer, dan tes
nikotinin urine,
c. Formulir pencatatan dan pelaporan
Media KIE yang diperlukan seperti Buku Saku, lembar balik,
banner, leafleat, poster, film terkait dampak buruk rokok
bagi kesehatan, dll.
d. Layanan konseling UBM dalam bentuk call center.

3. Penyusunan rencana kegiatan

42
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Penyusunan rencana kegiatan layanan konseling upaya berhenti


merokok yang meliputi sasaran, bentuk kegiatan, pelaksanaan,
biaya, tempat dan waktu. Rujukan dilakukan dalam pelayanan
kesehatan berkelanjutan (Continuum of Care) dari fasilitas
pelayanan kesehatan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan dan dari masyarakat fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama.

POKOK BAHASAN 2
Pembiayaan Layanan Konseling Upaya Berhenti Merokok
Biaya penyelenggaraan kegiatan layanan konseling UBM dapat berasal
dari berbagai sumber yaitu dapat berasal dari:
1. Pemerintah misalnya dalam bentuk APBN, APBD, BOK, Dana Desa,
pajak rokok daerah atau masuk dalam pembiayaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN),
2. Swasta seperti CSR, dana kesehatan perusahaan, donor dan lain-
lain
3. Iuran warga, serta bantuan yang tidak mengikat lainnya.
Pada awal pelaksanaan mendapat stimulasi atau subsidi dari
pemerintah. Secara bertahap, diharapkan masyarakat mampu
membiayai penyelenggaraan kegiatan secara mandiri. Pihak swasta
dapat berpartisipasi dalam membina kegiatan konseling UBM di
masyarakat dalam bentuk dan mekanisme kemitraan yang sudah ada,
yaitu "CSR (Corporate Social responsibility)” sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan
yang potensial untuk mendukung dan memfasilitasi penyelenggaraan
kegiatanlayanan konseling UBM selaku pembina kesehatan di wilayah
kerjanya. Salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) yang ada di Puskesmas melalui fasilitasi transportasi
petugas Puskesmas untuk melakukan pemantauan atau penilaian
terhadap klien saat pemantauan bulan ke 6, ke 9 dan ke 12. Disamping
itu Puskesmas juga dapat memanfaatkan dana BPJS (40% dana BPJS
di Puskesmas dialokasikan untuk kegiatan di luar kuratif) untuk
43
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

pemberian insentif petugas konseling. Puskesmas juga diharapkan


mampu melakukan advokasi ke pemerintah daerah, melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, untuk memanfaatkan dana pajak rokok
daerah dalam pelaksanaan layanan konseling UBM ini.
Pemerintah Daerah setempat memiliki kewajiban juga untuk menjaga
keberlangsungan kegiatan layanan konseling UBM agar dapat terus
berlangsung dengan dukungan kebijakan termasuk berbagai fasilitasi
lainnya.

POKOK BAHASAN 3

Penyelenggaraan Layanan Konseling Upaya Berhenti Merokok


Pelaksanaanlayanan konseling upaya berhenti merokok di fasilitas
pelayanan ke sehatan tingkat pertama, meliputi kegiatan wawancara,
pemeriksaan fisik meliputi TB, BB, TD dan pemeriksaan fungsi paru
sederhana, kadar CO dalam paru, nikotinin urin serta melakukan
pendekatan 4 T, yaitu Tanyakan, Telaah, Tolong dan nasehati
dan Tindak lanjut.
Layanan konseling UBM pada tahap awal dilaksanakan 2 minggu
sekali sampai 3 bulan pertama. Jika klien sudah dapat berhenti
merokok di bulan ke-tiga, maka disebut klien sudah mencapai berhenti
merokok, klien masih akan terus diminta datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama setiap 3 bulan, untuk dapat dipantau apakah
masih tetap berhenti merokok, sampai 1 tahun pertama. Klien yang
tetap berhenti merokok selama 1 (satu) tahun pertama telah mencapai
sukses berhenti merokok, dan tidak perlu kontrol lagi, namun tetap
diberikan nasehat untuk pola hidup bersih dan sehat, serta segera
kembali jika klien merokok kembali (relaps).
Klien yang berasal dari layanan konseling upaya berhenti merokok di
luar gedung akan dirujuk kembali setelah dapat mencapai berhenti
merokok dalam 3 bulan pertama, dengan catatan agar dipantau
keadaaannya setiap 3 bulan. Khusus untuk klien yang berasal dari
rujukan sekolah, maka akan disampaikan kemajuan setiap kali
kunjungan, sebagai bahan pemantauan guru dalam penerapan upaya

44
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

berhenti merokok di sekolah.Jika dalam waktu 3 bulan pertama klien


tidak dapat berhenti merokok, maka klien akan dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder.
Rujukan dilakukan dalam kerangka pelayanan kesehatan berkelanjutan
(Continuum of Care) dari masyarakat hingga ke fasilitas pelayanan
kesehatan baik di tingkat pertama maupun sekunder termasuk rujuk
balik ke masyarakat untuk pemantauannya.
Format dan alur pencatatan dan pelaporan layanan konseling upaya
berhenti merokok dapat dapat dilihat pada bagian pencatatan dan
pelaporan di modul inti.

Peran Pemangku kepentingan

Penyelenggaraan kegiatan layanan konseling upaya berhenti merokok


memerlukan peran lintas program dan lintas sektor seperti promosi
kesehatan, pelayanan kesehatan; lintas sektor seperti PKK, Bea cukai,
Perhubungan, dan pemangku kepentingan lainnya seperti pihak
swasta, mulai di Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota sampai ke tingkat
Desa dan masyarakat. Adapun peran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pusat
a. Menyusun norma, standar, prosedur, modul, dan pedoman,
b. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program,
lintas sektor dan pemegang kebijakan baik di Pusat dan Daerah
dalam pengembangan layanan konseling upaya berhenti merokok,
c. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pengendalian
PTM di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota,
d. Menyusun materi dan Media KIE Pengendalian PTM termasuk
pendistribusiannya,
e. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik sebagai
stimulant maupun subsidi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
layanan konseling upaya berhenti merokok,
f. Melakukan bimbingan teknis dan pembinaan program
pengendalian PTM,
g. Melakukan pemantauan dan penilaian.

45
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Lintas Unit/ Program di Kementerian Kesehatan


a. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar,
b. Penetapan standar Puskesmas menjadi pembina layanan
konseling upaya berheti merokok, melaksanakan pelatihan
petugas konseling, kader atau petugas pelaksana kegiatan
posbindu PTM,
c. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
d. Tersedianya mekaniksme dan adanya alur Sistem rujukan dari
layanan konseling upaya berhenti merokok dari Puskesmas ke
RS termasuk rujuk balik,
e. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Penunjang
f. Penyediaan dan penetapan standar sarana pemeriksaan
penunjang untuk layanan konseling upaya berhenti merokok dan
faktor risiko merokok di posbindu PTM

3. Pusat Promosi Kesehatan,


Peningkatan peran serta masyarakat melalui Desa Siaga untuk,
advokasi, sosialisasi dan penyuluhan tentang layanan konseling
upaya berhenti merokok serta faktor risiko dan upaya pencegahan
dan pengendalian PTM melalui kegiatan Posbindu PTM,

4. Pusat Data dan Informasi,


Dukungan data, informasi dan surveilans faktor risiko merokok
berbasis fasilitas pelayanan kesehatan primer/ tingkat pertama dan
Posbindu PTM.

5. Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan


UPT yaitu Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Teknis Kesehatan
Lingkungan, Balai Besar Pelatihan Kesehatan, melakukan:
a. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program,
lintas sektor dan pemegang kebijakan di wilayah kerjanya,
b. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja,
c. Melakukan bimbingan teknis dan pembinaan
d. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik dan
perbekalan dalam mendukung pengembangan layanan konseling
upaya berhenti merokok di wilayah kerjanya,
46
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

e. Melakukan pemantauan dan penilaian,


f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

6. Dinas Kesehatan provinsi


a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan di
bidang PPTM,
b. Mensosialisasikan pedoman umum dan pedoman teknis, modul,
standar dan prosedur kegiatan layanan konseling upaya berhenti
merokok,
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi kegiatan Posbindu PTM
kepada Pemerintah Daerah, DPRD, lintas program, lintas sektor,
dan swasta,
d. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor,
e. Membangun dan memantapkan kemitraan dan jejaring kerja PTM
secara berkesinambungan.
f. Memfasilitasi Kabupaten/ Kota dalam mengembangkan layanan
konseling upaya berhenti merokok di wilayahnya,
g. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik dan
perbekalan dalam mendukung pengembangan layanan konseling
upaya berhenti merokok bersumber dana APBD,
h. Melaksanakan pemantauan, penilaian dan pembinaan,
i. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke
Pusat.

7. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota


a. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik dan
perbekalan dalam mendukung pengembangan layanan konseling
upaya berhenti merokok di wilayah kerjanya,
b. Melakukan pemantauan dan penilaian,
c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
d. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar
operasional prosedur dari kegiatan layanan konseling upaya berhenti
d. 5
merokok,
e. Melakukan
2 Advokasi kegiatan layanan konseling upaya berhenti

47
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

merokok kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota dan DPRD, lintas


program, lintas sektor, swasta, dan masyarakat,
f. Melaksanakan pertemuan lintas program maupun lintas sektor,
g. Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta forum
masyarakat pemerhati PTM secara berkelanjutan,
h. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis ke Puskesmas dan
jaringannya,
i. Memfasilitasi Puskesmas dan jaringannya dalam mengembangkan
layanan konseling upaya berhenti merokok di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan layanan konseling
upaya berhenti merokok,
k. Mengelola surveilans epidemiologi faktor risiko PTM pada wilayah
Kabupaten/ Kota,
l. Menyelenggarakan pelatihan penyelenggaran layanan konseling
upaya berhenti merokok bagi petugas Puskesmas dan petugas
pelaksana Posbindu PTM,
m. Melaksanakan promosi pengendalian PTM melalui berbagai metode
dan media penyuluhan kepada dan masyarakat/ petugas pelaksana,
n. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian PTM
yang sesuai dengan kondisi daerah (local area specific) melalui
kegiatan layanan konseling upaya berhenti merokok,
o. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan,
p. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke
Provinsi.
8. Puskesmas
Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang layanan konseling upaya
berhenti merokok, yang meliputi informasi tentang PTM dan
dampaknya, bagaimana pengendalian dan manfaatnya bagi
masyarakat, kepada pimpinan wilayah, pimpinan organisasi, kepala/
ketua kelompok dan para tokoh masyarakat yang berpengaruh.
Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam
menerima rujukan dari Posbindu PTM.
48
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

a. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana termasuk logistik


dan perbekalan lainnya untuk menunjang kegiatan layanan
konseling upaya berhenti merokok
b. Menyelenggarakan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM.
c. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi teknis kepada petugas
pelaksana Posbindu PTM.
d. Melakukan pemantauan dan penilaian
e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dan mengirimkan ke
provinsi.

9. Profesi/ Akademisi/ Perguruan Tinggi


a. Mendukung implementasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam pengendalian PTM,
b. Mengadvokasi dan mensosialisasikan kegiatan layanan konseling
upaya berhenti merokok,
c. Menginisiasi terselenggaranya layanan konseling upaya berhenti
merokok,
d. Membina kegiatan layanan konseling upaya berhenti merokok di
suatu wilayah,
e. Memberikan umpan balik pengembangan program layanan
konseling upaya berhenti merokok kepada Pemerintah Pusat dan
Daerah dalam pengendalian PTM.
f. Melakukan penilaian kebutuhan dan sumber daya masyarakat,
termasuk identifikasi kelompok potensial di masyarakat untuk
menyelenggarakan layanan konseling upaya berhenti merokok,
misalnya swasta/ dunia usaha, PKK/ dasa wisma, LSM, organisasi
profesi, serta lembaga pendidikan misalnya Sekolah, Perguruan
Tinggi.
10.Kelompok/ Organisasi/ Lembaga Masyarakat/ Swasta
a. Menyelenggarakan layanan konseling upaya berhenti merokok di
lingkungannya,
b. Mendorong secara aktif anggota kelompoknya untuk menerapkan
gaya hidup sehat dan mawas diri terhadap faktor risiko PTM,

49
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

c. Memfasilitasi pembentukan, pembinaan dan pemantapan jejaring


kerja pengendalian PTM secara berkesinambungan,
d. Mendukung implementasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam pengendalian PTM,
e. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota dan Puskesmas dalam menyelenggarakan
kegiatan Posbindu PTM,
f. Berpartisipasi mengembangkan rujukan dari Posbindu PTM ke
Puskesmas,
g. Berkontribusi mengembangkan Posbindu PTM melalui dana CSR.

POKOK BAHASAN 4
Pemantauan dan Penilaian Layanan Konseling Upaya Berhenti
Merokok
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah hasil kegiatan sudah
sesuai dengan target yang diharapkan dan mengidentifikasi masalah dan
hambatan yang dihadapi, serta menentukan alternatif pemecahan masalah.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek masukan, proses,
keluaran atau output termasuk kontribusinya terhadap tujuan kegiatan.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat
perkembangan kegiatan layanan konseling UBM dalam
penyelenggaraannya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.
Pemantauan dan penilaian dilakukan sebagai berikut:
1. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas Puskesmas,
Dinkes Kabupaten/ Kota, Dinkes Provinsi dan Pusat,
2. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para petugas pelaksana,
3. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali dan
penilaian indikator dilakukan setiap 1 tahun sekali,

50
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Hasil pemantauan dan penilaian ini dipergunakan sebagai bahan


penilaian kegiatan yang lalu dan sebagai bahan informasi besaran
masalah merokok di masyarakat serta tingkat perkembangan kinerja
kegiatan layanan konseling UBM disamping untuk bahan menyusun
perencanaan pengendalian PTM umumnya, dan secara khusus
pengendalian dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan pada tahun
berikutnya,
5. Hasil pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM
disosialisasikan kepada lintas program, lintas sektor terkait dan
masyarakat untuk mengambil langkah-langkah upaya tindak lanjut.
6. Pelaksanaan pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM di masyarakat/ lembaga/ institusi, Provinsi maupun
Kabupaten/ Kota, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Obyektif dan profesional
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
profesional berdasarkan analisis data yang lengkap dan akurat agar
menghasilkan penilaian secara obyektif dan masukan yang tepat
terhadap pelaksanaan kegiatan layanan konseling UBM.
2. Terbuka/ Transparan
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara terbuka/
transparan dan dilaporkan secara luas melalui berbagai media yang
ada agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah tentang
informasi dan hasil kegiatan pemantauan dan penilaian Kegiatan
layanan konseling UBM.
3. Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian dilakukan dengan
melibatkan secara aktif dan interaktif para pelaku layanan konseling
UBM.
4. Akuntabel
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dapat
dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal.

51
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

5. Tepat waktu
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dilakukan sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.
6. Berkesinambungan.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik
bagi penyempurnaan kebijakan.
7. Berbasis indikator kinerja.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan berdasarkan
kriteria kinerja, baik indikator masukan, proses, keluaran, manfaat
maupun dampak.
Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan
kegiatan Posbindu PTM harus dilakukan dengan membandingkan
indikator yang telah ditetapkan sejak awal dan dibandingkan dengan
hasil pencapaiannya.

Indikator yang dinilai dalam kegiatan layanan konseling UBM


adalah:

a. Proporsi/ tingkat capaian berhenti merokok dlam 3 bulan pertama


b. Drop out rate
c. Relaps Rate
d. Sukses Rate
e. Tingkat Rujukan

Indikator dalam pemantauan pengendalian penyakit tidak menular di


daerah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab terhadap surveilans penyakit tidak menular di
daerah
b. Terbentuknya jejaring/ kemitraan kerja berfungsi dalam surveilans
faktor risiko, registri penyakit dan kematian akibat penyakit tidak
menular
c. Adanya regulasi daerah yang mendukung kegiatan pengendalian
penyakit tidak menular khususnya program konseling upaya
berhenti merokok

52
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

d. Menurunnya faktor risiko penyakit tidak menular terkait rokok,


mmelalui program konseling upaya berhenti merokok.

Indiktor penilaian yang akan dicapai adalah :

a. Tersedianya tenaga konseling (konselor) yang terlatih


b. Tersedianya ruang untuk memberikan layanan konseling
c. Terlaksananya kegiatan layanan konseling
d. Tercapainya Puskesmas dengan layanan konseling upaya
berhenti merokok tahun 2014 sebanyak 5% - 10% dan akhir
tahun 2019 sebanyak 50%.
e. Tersedianya quit line layanan konseling upaya berhenti merokok
f. Tersedianya e-Konseling upaya berhenti merokok.

Pembinaan kegiatan layanan konseling UBM

Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan


Kabupaten / Kota, Provinsi, dan Pusat. Dukungan Pemerintah Pusat dan
Daerah terhadap kegiatan layanan konseling UBM harus berjalan optimal
untuk menjamin keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan ini termasuk
memotivasi dan memfasilitasi organisasi masyarakat/ profesi/ swasta/ dunia
usaha sesuai dengan kearifan lokal.

VII. REFERENSI

1. Undang-Undang RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah;
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Kementerian Kesehatan RI 2010, Surat Keputusan Menkes Nomor
1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;
4. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2010 –
2014, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
5. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI No.
109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan;

53
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya Berhenti


Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
7. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
8. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur.

VIII. LAMPIRAN

54
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

MATERI INTI 1
KIE DAMPAK KONSUMSI ROKOK TERHADAP KESEHATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya kepada


masyarakat, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dimana salah satu
upaya dimaksud adalah memberikan layanan konseling upaya berhenti
merokok pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Konsumsi rokok
merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi bangsa di
Indonesia.

Di Indonesia setiap tahun konsumsi rokok mengalami peningkatan secara


pesat dan saat ini Indonesia merupakan negara nomor tiga dengan jumlah
perokok tertinggi di dunia setelah China dan India. Perokok mempunyai risiko
2-4 kali untuk terkena penyakit jantung koroner dan kanker paru, serta
penyakit tidak menular lainnya yang sebenarnya dapat dicegah. Konsumsi
rokok di Indonesia telah sampai pada situasi yang mengkhawatirkan,
dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan kesehatan perokok dan
orang lain yang terpapar asap rokok, akan tetapi mengancam ekonomi
keluarga masyarakat miskin. Oleh karena itu perlu upaya pengendalian
dampak konsumsi rokok di Indonesia dilaksanakan antara pemerintah dan
masyarakat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melakukan KIE
dampak konsumsi merokok bagi kesehatan.
2. Tujuan Pembelajaran khusus
a. Peserta mampu menjelaskan konsep KIE dampak konsumsi
rokok
b. Peserta mampu menjelaskan masalah kesehatan akibat
konsumsi rokok
c. Peserta mampu menjelaskan karakteristik asap rokok.
55
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

III. POKOK BAHASAN


1. Konsep KIE
a. Prinsip Komunikasi
b. Informasi
c. Edukasi
2. Masalah kesehatan akibat konsumsi rokok
3. Karakteristik asap rokok.

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Tenis Upaya Berhenti


Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup sehat Tanpa
Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
berhenti Merokok,Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
4. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan Kurikulum
dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM
Kesehatan, Pusdiklat Aparatur
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara Pelatihan
Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur
6. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling Upaya
Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pokok bahasan dan sub pokok bahasan masing-masing akan diuraikan
secara runtut oleh fasilitator kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta
latih mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk narasumber.
Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator

56
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan peserta latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan .
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Menyiapkan perlengkapan belajar.

2. Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan masalah kesehatan akibat
konsumsi rokok
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan dari peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah
tentang pokok bahasan karakteristik asap rokok
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan dari peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan

57
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2) Peserta ikut menyumbangkan pikiran/ gagasan/


pendapatnya dalam curah pendapat
3) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
4) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan tujuan
khusus pembelajaran serta merta bertanya pada peserta
latih tentang jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
Konsep Komunikasi Informasi dan Edukatif (KIE)
Pengertian Komunikasi efektif adalah jika sudah terjadi kesamaan persepsi
atas informasi yang disampaikan antara komunikator dengan komunikan.
Informasi yang sebaiknya disampaikan kepada klien terkait.
Dalam komunikasi perlu juga diberi informasi sebagai berikut:
1. Dampak konsumsi rokok bagi kesehatan
2. Manfaat berhenti merokok
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Keterampilan Tujuan yang ingin dicapai

1. Bertanya dan mendengarkan Memahami keluhan dari klien


Mengetahui sejauh mana klien mengenal
keluhannya
Mengidentifikasi dan menolong klien untuk
memecahkan masalah.
2. Menunjukkan sikap peduli dan Memotivasi klien untuk datang fasilitas
hormat  kesehatan
dengan teratur
3.Memuji dan berikan semangat
pada klien


58
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Bicara dengan jelas dan  Memastikan klien mengerti dan mengingat


sederhana pesan-pesan yang penting mengenai dan
mengingat
keluhan
5. Mendorong klien untuk  Memastikan klien/ pasien mengerti apa
bertanya
 yang harus dilakukan terkait dengan
6. Berikan pertanyaan untuk terapi dan upaya pencegahan.
menilai pemahaman klien

Mengkomunikasikan pesan kesehatan untuk pasien dan keluarganya


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan
disemua tingkatan. Tenaga kesehatan harus memberikan KIE kepada setiap
klien yang datang ke Fasilitas Kesehatan, dalam bahasa yang jelas dan tepat
sesuai dengan latar belakang budaya, tingkat pendidikan dan keluarga.
Keterampilan berkomunikasi secara efektif dengan klien sebagai berikut:
a. Cara melakukan pendekatan kepada klien
1) Kewajiban anda sebagai konselor adalah menyediakan informasi
dan bantuan,
2) Hargai hak klien,untuk memiliki pendapat pilihan sendiri,
3) Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien. Berlakulah
fleksibel, sabar serta tidak menghakimi,
4) Jangan memaksakan pendapat dan nilai-nilai anda kepada klien.
b. Mendengarkan
1) Efektif dalam mendengarkan adalah dasar membangun relasi
dalam konseling,
2) Dengarkan bahasa verbal maupun non-verbal klien dan
perhatikan ekspresi wajahnya, gerak tubuh dan kontak gerakan
matanya,
3) Konseling seyogyanya dilakukan dalam ruangan dengan suasana
tenang,
4) Bila klien bicara, berikan semua perhatian anda (jangan melihat
catatan, melayani telepon/ SMS atau membaca pedoman),
5) Jangan bicara terlalu banyak. Beri waktu untuk klien menanggapi
atau bertanya

59
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

6) Gunakan bahasa non-verbal:


7) Pandang klien, lakukan kontak mata,pastikan klien nyaman,
dengan sikap anda
8) Lakukan gerak tubuh dan pandangan mata yang menyatakan
dukungan,
9) Arahkan tubuh anda menghadap klien untuk menunjukkan bahwa
anda menaruh perhatian pada apa yang perlu dikatakannya.
c. Beberapa hal yang perlu dikatakan
1) Mulailah dengan pernyataan pembuka yang umum atau dengan
pertanyaan yang membuat klien memberi penjelasan tentang
dirinya atau masalahnya, Contoh: ”Apa yang dapat saya bantu?”
2) Ulangi apa yang dikatakan klien. Ini akan membantu memastikan
bahwa anda telah memahami apa yang dikatakan klien,
3) Ucapkan penghargaan, pujian dan dorongan pada apa yang
dilakukan dengan benar oleh klien,
4) Bantu klien untuk melakukan identifikasi dan eksplorasi beberapa
kemungkinan dan alternative upaya berhenti merokok,
5) Klien menyimpulkan diskusi, mengambil keputusan dan
merencanakan hal-hal perlu dilakukan. Bantu klien dengan
menuliskan daftar upaya yang akan dijalankannya.

d. Cara Berbicara dengan klien


1) Gunakan bahasa sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan
klien,
2) Berbicaralah dengan sungguh-sungguh, hangat dan empati.
Empati tak sama dengan simpati. Empati adalah kemampuan
untuk melihat situasi klien sebagaimana dilihat oleh pasien
sendiri,
3) Bantu dan dukung klien bahwa ia diterima dan mampu mengatasi
masalahnya,
4) Berikan pertanyaan untuk jawaban terbuka (yang membuat klien
menguraikan jawaban bukan hanya mengatakan ya atau tidak).
Hindari perdebatan dan ajukan usul, bukan memberikan instruksi.

60
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

POKOK BAHASAN 2
Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok
Kesehatan sangat penting bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan, daya saing bangsa, dan pembangunan
nasional. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik (WHO, 2002).
Penyebab kematian satu dari dua orang perokok disebabkan oleh penyakit
yang berhubungan dengan konsumsi rokok (Global Smoke Free Partnership,
2009) secara umum perokok sepuluh tahun lebih dini meninggal dunia
dibanding bukan perokok. Masalah kesehatan akibat merokok bukan hanya
dari biaya pengobatan, tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu
produktivitas dan berpotensi besar menghambat pertumbuhan ekonomi dan
pencapaian target MDGs. Upaya pengendalian dampak komsumsi rokok
bagi kesehatan di Indonesia, saat ini telah memiliki berupa Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Bagi Kesehatan, serta Peraturan Menteri Kesehatan
RI nomor 28 tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan
Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk tembakau jumlah perokok di
Indonesia yang tinggi dan terus meningkat di berbagai kalangan.
Rokok terbukti sebagai faktor risiko utama penyakit stroke dengan
kecenderungan kesakitan sebesar 12,1%, penyakit hipertensi 31,7%, dan
penyakit jantung 0,3% (Riskesdas, 2013), penyakit tersebut merupakan 60%
penyebab kematian di dunia maupun di Indonesia (Riskesdas, 2010 dan
WHO, 2008). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa
prevalensi perokok pada laki- laki usia 15 tahun keatas adalah tahun 2007
sebesarr 34,2%, 2010 sebesar 34,7% dan 2013 sebesar 36,3%; Demikian
juga prevalensi perokok pada perempuan sebesar tahun 2007 sebesar 5,2%,
2010 sebesar 4,2%, dan 2013 sebesar 6,7%.

61
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Konsumsi rokok dapat merugikan kesehatan perokok dan orang lain yang
bukan perokok, prosentase kematian akibat penyakit tidak menular termasuk
penyakit akibat rokok menempati proporsi sebesar 63%. Konsumsi rokok
dapat merusak organ tubuh baik pada perokok maupun bukan perokok;
Jumlah perokok yang tinggi dan terus meningkat di Indonesia akan
meningkatkan risiko penyakit tidak menular yang mengancam tidak hanya
perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Hal ini akan menyebabkan beban
penyakit dengan kerugian luar bisaa dalam pembangunan kesehatan
masyarakat dan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan
nasional. Oleh karena itu perlu penerapan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) merupakan peluang yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dalam
pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan, dan peluang lainnya
adalah adanya kebutuhan untuk layanan konseling upaya berhenti merokok
di fasilitas kesehatan.
Penyakit yang disebabkan akibat konsumsi rokok baik perokok maupun
bukan perokok lihat gambar dibawah ini :

Merokok Merusak Merokok Pasif Juga


Setiap Organ Tubuh Merusak Organ Tubuh

50% anak di dunia

terpapar asap rokok

setiap harinya

Risiko Penyakit Pada Perokok Aktif Risiko Penyakit Pada Perokok Pasif

62
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

POKOK BAHASAN 3
Karakteristik Asap Rokok
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi manusia umumnya
merupakan daun tanaman (Nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya) yang dibakar, dihisap, dihirup, dan dikunyah. Dalam daun
tembakau olahan terdapat 2.550 bahan kimia yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, kerusakan paru, dan melemahnya stamina. Dan jika
satu batang rokok terkandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, 400 zat
berbahaya, dan 43 zat penyebab kanker (karsinogenik).
Kandungan dalam sebatang rokok terdiri TAR zat penyebab kanker,
NIKOTIN zat dapat menimbulkan kecanduan (adiksi), dan CO salah satu
gas beracun yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah sehingga
menurunkan konsentrasi dan dapat menimbulkan penyakit berbahaya
lainnya.
Asap rokok orang lain (AROL) atau Second Hand Smoke/ Enviromental
Tobacco Smoke (SHS/ ETS) sangat berbahaya bagi bukan perokok atau
perokok pasif. Oleh karena AROL/ SHS merupakan campuran antara asap
dan partikel. Kematian akibat AROL/ SHS terutama pada kelompok rentan
yaitu anak-anak sebesar 31%, dan perempuan sebesar 64%. (WHO,2009).
Di Indonesia 92 juta warga Indonesia terpapar AROL, 43 juta merupakan
anak-anak, dan 11,4 juta anak usia 0-4 tahun (Riskesdas,2010).

VII. REFERENSI
1. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
menular;
3. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2010 –
2014;
4. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI Nomor
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat

63
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Direktorat


Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan Kurikulum
dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM
Kesehatan, Pusdiklat Aparatur
6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggaraan Pelatihan
Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
7. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya berhenti
Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
8. Ministry Of Health 2011, Prevention and Control of Non
Communicable Diseases in Indonesia;
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011, Berhenti Merokok,
Pedoman Penatalaksanaan Untuk Dokter Di Indonesia.

VIII. LAMPIRAN
1. Lembar Kasus
2. Skenario Role Play

64
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

MATERI INTI 2
UPAYA BERHENTI MEROKOK

I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya berhenti merokok (UBM) merupakan program terstruktur dalam
rangka membantu seseorang untuk berhenti merokok. Untuk bisa
menjalankan UBM peserta pelatihan harus memahami apa manfaat
berhenti merokok sebagai informasi yang dapat disampaikan ke klien.
Selain itu harus memahami kendala klien yang ingin berhenti merokok
sebagai modal awal untuk memberikan intervensi dan informasi apa yang
dapat diberikan kepada klien.

Dari berbagai pedoman ataupun guideline program berhenti merokok


secara umum terdapat langkah-langkah dasar dalam upaya berhenti
merokok. Langkah-langkah tersebut umumnya meliputi identifikasi awal
klien, evaluasi motivasi klien di setiap pertemuan, menentukan pilihan terapi
dan terakhir adalah tindak lanjut atau follow up program yang dilakukan.
Bentuk UBM dibuat dalam pendekatan yang mudah dipahami untuk
pelaksanaannya dilapangan. Dalam modul ini diperkenalkan teknik
pendekatan 4T dalam UBM di pelayanan kesehatan primer di Indonesia
yaitu Tanyakan, Telaah, Tolong dan nasehati dan Tindak lanjut.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan
UBM.

2. Tujuan pembelajaran khusus


Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan
kegiatan teknis UBM.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Manfaat dan Kendala upaya berhenti merokok
a. Manfaat UBM
b. Kendala UBM

65
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Langkah-langkah upaya berhenti merokok


a. Identifikasi awal
b. Evaluasi motivasi
c. Pilihan terapi
d. Follow up
e. Pendekatan 4T

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Tenis Upaya Berhenti


Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup Sehat Tanpa
Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
Berhenti Merokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
4. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling Upaya
Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pokok bahasan masing-masing sub pokok bahasan akan diuraikan secara


runtut oleh narasumber kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta
latihan mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk
narasumber. Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
2) Mengucapkan salam
3) Memperkenalkan diri
4) Mempersilakan peserta latih memperkenalkaan diri
5) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan
materi yang akan disajikan
b. Kegiatan Peserta Latih

66
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat.
2. Langkah ke-2
a. Kegiatan fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang manfaat upaya berhenti merokok,
2) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang manfaat upaya berhenti merokok,
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas,
4) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan,
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator,
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang
pokok bahasan ke-2, tentang kendala upaya berhenti merokok
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan oleh fasilitator
2) Peserta menjawab atas pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting.

67
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta membentuk dua kelompok yaitu kelompok 1
dan kelompok 2, dan memilih ketua, sekretaris serta panyaji
2) Meminta masing-masing kelompok mengerjakan soal latihan
upaya berhenti merokok (soal diberikan oleh fasilitator) bahas
sesi ketiga ini/ pokok bahasan ketiga dengan brainstorming,
dengan cara meminta peserta latih menuliskan pendapatnya
dalam flipchart
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan peserta
1) Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan
penyaji serta melakukan diskusi sesuai bimbingan narasumber
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang
jelas
3) Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan tujuan khusus
pembelajaran serta merta bertanya pada peserta latih tentang
jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
3) Meminta peserta memberikan komentar tentang proses belajar
4) Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas
waktu dan perhatian yang btelah diberikan selama sesi
penyampaian materi berlangsung serta permohonan maaf jika
terdapat sesuatu yang tidak berkenan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Berpartisipasi aktif dan bertanya, mengemukakan pendapatan/
saran yang berguna bagi proses pembelajaran

68
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

3) Mendengar, mencatat, bertanya, dan bertanya tentang hal-hal


yang kurang jelas
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
Manfaat Upaya Berhenti Merokok
Manfaat yang didapat apabila perokok telah berhenti merokok dapat dilihat
dari sisi kesehatan, mental, sosial dan ekonomi. Manfaat upaya berhenti
merokok sebagai berikut:
1. Manfaat Dari Sisi Kesehatan
Risiko kematian akan jauh lebih berkurang dengan menghentikan
perilaku merokok dibandingkan dengan menurunkan kadar kolesterol
atau menurunkan tekanan darah saja. Sejak 20 menit pertama, manfaat
berhenti merokok sudah mulai ada, sehingga makin cepat seseorang
berhenti merokok akan mendapatkan banyak manfaat serta memberikan
usia harapan hidup yang lebih panjang. Manfaat berhenti merokok bagi
kesehatan secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

2. Manfaat Secara Sosial

Hasil penelitian di Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa seorang


mantan perokok akan lebih dihormati dibandingkan orang yang masih
merokok. Mantan perokok perempuan akan dipandang lebih bijak, lebih
berdisipin diri, dan lebih menarik. Penelitian lain menunjukkan mantan
perokok dipandang lebih dewasa, lebih menarik dan lebih diinginkan oleh
responden non perokok.

Di Indonesia, Walikota Padang Panjang, Sumatera Barat memberikan


sertifikat penghargaan kepada warganya sebagai apresiasi terhadap
keberhasilan berhenti merokok dan bagi rumah bebas asap rokok.
Walikota Bogor, Jawa Barat memberikan pin penghargaan dengan
beberapa tingkatan menurut durasi berhenti merokok. Walikota
Balikpapan, Kalimantan Timur memberikan penghargaan berupa plakat

69
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

kepada mantan perokok dan Ketua RT yang mengembangkan


lingkungan bebas asap rokok.
Terdapat lebih dari 50 juta orang yang membelanjakan uangnya secara
rutin untuk membeli rokok di Indonesia. Data tahun 2010
memperlihatkan keluarga termiskin membelanjakan 12%, sementara
keluarga terkaya sebesar 7% pengeluaran bulanannya untuk membeli
rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebisaaan merokok
akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak
terdapat di negara berkembang. Berhenti merokok akan memberikan
peluang lebih besar dalam mengalokasikan sumber daya keuangan
untuk menyediakan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan
upaya memperoleh pelayanan kesehatan.

POKOK BAHASAN 2
Kendala Upaya Berhenti Merokok
Hasil penelitian di dunia menunjukkan bahwa 70% perokok memiliki
keinginan untuk berhenti merokok, sebagian besar hanya berdasarkan
komitmen sendiri 5% (WHO,2008). Kendala utama berhenti merokok
dikelompokkan dalam 3 faktor utama yaitu: biologis, psikologis dan
lingkungan sebagai berikut:

1. Adiksi nikotin dan dampak fisiologis

Adiksi nikotin merupakan salah satu faktor kendala berhenti merokok dari
aspek biologis atau fisiologis. Nikotin menempati ranking pertama yang
menyebabkan kematian, adiksi, dan tingkat kesulitan untuk tidak
menggunakan lagi dibandingkan dengan 4 zat lain seperti kokain, morfin,
kafein dan alkohol. Adiksi nikotin dapat membuat klien kembali merokok
meskipun telah mengalami berbagai penyakit. Hal ini ditunjukkan oleh
terjadinya kekambuhan merokok pada 60% klien infark miokard, 50%
klien pasca laringektomi dan 50% klien pasca pneumonektomi yang
telah sembuh. Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran dan fungsi pada
tingkat seluler. Dalam waktu 4-10 detik setelah seorang perokok
menghisap sebatang rokok, nikotin pada asap rokok dapat mencapai
otak. Konsentrasi nikotin meningkat 10 kali lipat dalam sirkulasi arteri

70
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

sistemik setiap hisapan rokok. Saat seseorang menghisap asap rokok,


nikotin terekstraksi dari tembakau, terbawa masuk ke dalam sirkulasi
arteri dan sampai ke otak. Nikotin berdifusi cepat ke dalam jaringan otak
dan terikat dengan reseptor asetilkolin nikotinik (nAChRs) subtipe α4β2
dan melepaskan dopamin yang memberikan rasa nyaman. Perokok
regular memicu peningkatan jumlah reseptor α4β2 sebanyak 300%.
Kadar nikotin akan turun dalam 2 jam sehingga kadar dopamin juga
turun dan akan terjadi gejala putus nikotin. Perokok akan ingin
mengulang rasa nyaman tersebut dengan kembali merokok.

2. Efek putus nikotin (Withdrawal Effect Nicotin)

Selain faktor adiksi, faktor withdrawal juga menjadi kendala berhenti


merokok. Rewards fisiologis (produksi dopamin yang tinggi) dan tidak
tahan pada gejala putus nikotin membuat perokok terus merokok. Pada
saat seseorang berhenti merokok, maka jumlah nikotin yang mencapai
reseptor di otak menurun dan hal ini menyebabkan penurunan
pelepasan dopamin dan neurotransmitter lainnya sehingga terjadi gejala
putus nikotin (withdrawal effect/ nicotine withdrawal), seperti uring-
uringan, perubahan emosi, perubahan nafsu makan, sakit kepala dan
lain-lain.

3. Psikologis dan Perilaku

Berhenti merokok bagi perokok merupakan pengalaman yang tidak


menyenangkan atau lebih ekstrim menyengsarakan secara psikologis.
Bagian paling sulit dari berhenti merokok adalah kemampuan untuk
menahan diri dari kebisaaan yang dilakukan karena telah menjadi bagian
integral dari kehidupan sehari-hari mereka seperti merokok setelah
bangun pagi, sebelum sarapan dan selama mereka istirahat di tempat
kerja dan lain-lain. Perilaku merokok ini terbentuk dari waktu/ jam
tertentu, jumlah rokok dan jenis rokok. Gejala yang timbul saat
berhenti merokok sangat erat kaitannya dengan faktor perilaku dan
psikologis sehingga menjadi penting melakukan pendekatan psikologis
dan terapi perilaku.

71
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Lingkungan Sosial

Tidak adanya dukungan orang terdekat seperti teman atau keluarga


dapat menurunkan motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Klien
akan mencoba kembali merokok setelah berhasil berhenti untuk
sementara waktu atau tidak juga berhasil mengurangi jumlah rokok yang
dihisapnya tiap hari menjelang tanggal berhenti yang telah ditetapkan.
Pada keadaan ini perlu dipertimbangkan peran teman-teman dan
keluarganya yang mungkin masih bisa membantu. Lingkungan yang
tidak mendukung untuk berhenti merokok akan memberikan stimulasi
untuk tetap merokok sehingga klien akan sulit untuk melepaskan
merokok.

POKOK BAHASAN 3
Langkah-Langkah Upaya Berhenti Merokok

1. Identifikasi awal

Identifikasi awal akan sangat menentukan strategi dan pilihan terapi


yang akan diambil untuk upaya berhenti merokok. Pada fasyankes
primer, identifikasi awal umumnya adalah menilai status/ tipe klien,
menilai profil perokok, menilai tingkat adiksi/ ketergantungan nikotin dan
menilai tingkat motivasi.

2. Identifikasi tipe klien menentukan strategi dan tindak lanjut sebagai


berikut::

Identifikasi Tipe Klien Strategi


Klien yang mau berhenti Bantu dengan langkah 4T (modifikasi 5A’s
merokok dan ABC)
Klien yang belum ingin Tingkatkan motivasi klien (contoh dengan
berhenti merokok wawancara/ konseling motivation)
Klien yang baru berhenti
Lanjutkan kegiatan berhenti merokok
merokok
Berikan SELAMAT jaga pola hidup bebas
Klien tidak pernah merokok
dari rokok

3. Menilai profil perokok


Penilaian profil perokok diperlukan untuk melihat berat ringannya
kebisaaan merokok pada klien. Secara sederhana dapat ditanyakan
72
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari atau seminggu, usia
mulai merokok, jenis rokok yang dihisap dll.

4. Menilai tingkat adiksi/ ketergantungan nikotin


Penilaian tingkat adiksi/ ketergantungan nikotin penting untuk
memberikan gambaran beratnya adiksi atau ketergantungan klien
terhadap nikotin. Berat ringannya adiksi seseorang memberikan
gambaran strategi yang akan digunakan dalam upaya berhenti merokok.
Disisi lain, berat ringannya adiksi juga bisa memberikan gambaran
withdrawal effect/ gejala putus nikotin yang mungkin akan terjadi bila
berhenti merokok sehingga dapat diantisipasi sejak awal. Penilaian
tingkat adiksi bisa menggunakan kuesioner fagerstroom.

5. Menilai tingkat motivasi


a. Motivasi awal merupakan modal awal dalam upaya berhenti merokok.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi berperan penting
dalam keberhasilan berhenti merokok, sehingga harus dilakukan
sejak awal. Secara sederhana, klien ditanyakan mengenai berapa
besar motivasi untuk berhenti merokok dengan skala angka “0“
sampai “10”.
0 = Tidak ada motivasi sama sekali
10 = Sangat termotivasi/ motivasi sangat tinggi
b. Menilai tahap kesiapan
Menilai keinginan dan kesiapan klien untuk berhenti merokok, apakah
pada tahap prekontemplasi, kontemplasi, siap, tindakan dan
pemeliharaan

73
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

6. Evaluasi dan dukungan motivasi.


Evaluasi dan dukungan motivasi dilakukan sejak awal ketika
melakukan upaya berhenti merokok dan saat klien kontrol kembali.
Diperlukan konseling khusus untuk meningkatkan motivasi setiap
pertemuan, terutama jika tingkat motivasi seseorang kurang/rendah.
Dukungan motivasi juga diperlukan dari anggota keluarga atau orang
terdekat dalam bentuk mengingatkan agar selalul berhenti merokok,
memberikan dukungan jika timbul kendala saat berhenti merokok,
menghilangkan stimulus di lingkungan rumah yang membuat ingin
merokok kembali, serta memberikan rewards and punishment.

7. Pilihan terapi
Secara umum terapi berhenti merokok terdiri atas terapi
nonfarmakologi dan farmakologi. Terapi nonfarmakologi adalah
pendekatan tanpa pemberian obat sedangkan terapi farmakologi
adalah pemberian obat untuk membantu berhenti merokok.

a. Terapi nonfarmakologi
Beberapa terapi nonfarmakologi antara lain :
1) Self help (usaha sendiri)
2) Memberikan nasehat singkat (brief advice)
3) Konseling, baik konseling individu ataupun kelompok
4) Terapi perilaku
5) Terapi Pendukung/Supporting
a) Hipnoterapi
b) Akupuntur
c) Akupresur

b. Terapi farmakologi

Pemberian obat yang direkomendasikan dengan evidence A yaitu


terapi penggantian nikotin (Nicotine Replacement Therapy/ NRT
dalam bentuk gum, patch, inhaler, spray, lozenge), bupropion, dan
varenicline. Terapi NRT memberikan pengganti nikotin yang berasal
dari obat sebagai pengganti nikotin yang disuplai dari rokok.Dengan
memberikan pengganti nikotin yang berasal dari rokok, maka
diharapkan withdrawal effect yang muncul dapat diatasi. Bupropion
74
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

merupakan obat golongan depresan Norephinphrine Dopamine


Reuptake Inhibitor, dengan mekanisme kerja menghambat reuptake
dari dopamin sehingga dapat mengurangi gejala withdrawal effect.
Varenicline mempunyai mekanisme kerja sebagai agonis parsial yang
berikatan dengan reseptor sehingga menyebabkan pelepasan
dopamin yang parsial juga sehingga mengurangi efek adiksi dan
withdrawal effect lain sebagai antagonis yaitu ikatannnya dengan
reseptor mencegah nikotin sehingga akan mengurangi rasa nikmat
yang diperoleh dari rokok.
8. Cara berhenti merokok
Klien dapat mulai berhenti merokok dengan cara :
a. Cold Turkey
Cara ini dapat dilakukan dengan berhenti merokok seketika.
Seorang perokok yang secara tiba-tiba berhenti merokok sama
sekali pada hari yang sudah ditentukan. Banyak perokok yang
berhenti merokok dengan menggunakan cara ini.

b. Cara Penundaan

Dengan cara ini, anda menunda saat merokok pertama yang anda
hisap setiap harinya misalnya hari pertama merokok jam 7,
besoknya jam 9 dan jam berikutnya jam 11.00 sampai seterusnya
sampai anda tidak merokok sama sekali sehari penuh.

c. Cara Pengurangan

Dengan cara pengurangan, anda mengurangi jumlah rokok yang


anda hisap setiap harinya, sebagai contoh: beri waktu 6 hari bagi
anda untuk berhenti merokok. Pada hari pertama anda merokok
seperti bisaa hari ke misalnya 20 batang, hari ke dua 20 batang,
hari ke tiga 15 batang, hari keempat 10 batang, hari kelima 5
batang, hari keenam adalah hari tanpa rokok seperti yang anda
tentukan
Catatan :
 Pilih cara anda sendiri

75
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

 Cara apapun yang anda pilih tidak menjadi soal, yang penting
tetapkan hari anda berhenti merokok dan tepatilah.

9. Tindak Lanjut

Tindak lanjut atau follow up merupakan hal penting dan menentukan


keberhasilan jangka panjang dalam upaya berhenti merokok. Klien
harus dijadwalkan secara reguler/ rutin untuk datang kembali dalam
jangka waktu tertentu misalnya setiap 2 minggu sekali. Pada tindak
lanjut dilakukan penilaian tingkat keberhasilan berhenti merokok,
menilai motivasi, kendala yang timbul, gejala withdrawal effect dan
penanganannya, penilaian parameter klinis (seperti berat badan,
tekanan darah, pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dengan Peak Flow
Meter, kadar CO udara ekspirasi dengan CO Analyzer). Jika
diperlukan terapi tambahan untuk berhenti, maka dilakukan rujukan ke
fasilitas pelayanan yang lebih tinggi.

10. Pendekatan “4T”


Dalam berbagai pedoman umumnya istilah pendekatan 5A’s yaitu
Ask, Advice, Assess, Assist dan Arrange untuk membantu seseorang
berhenti merokok. Meskipun begitu ada beberapa pedoman lain yang
memperkenalkan pendekatan ABC yaitu Ask, Brief advice dan
Cessation support. Pada prinsipnya kedua pendekatan tersebut sama
dalam upaya membantu berhenti merokok.
Modifikasi dari kedua pendekatan tersebut di Indonesia diperkenalkan
dengan istilah pendekatan 4T yaitu Tanyakan, Telaah, Tolong dan
nasihati serta Tindak Lanjut dalam membantu kegiatan berhenti
merokok. Hal ini penting dan sangat diperlukan bagi tenaga medis
untuk ber ”Tanya” kepada klien apakah yang bersangkutan
merupakan perokok atau bukan, tanyakan apakah ada anggota
keluarga yang merokok di rumah. Apabila merokok, ”Telaah”
keinginan klien untuk berhenti merokok, kemudian ”Tolong nasehati ”
untuk berhenti merokok dan menciptakan lingkungan rumah bebas
asap rokok. Langkah 3T pertama ini dilakukan untuk memastikan
apakah seorang klien merupakan perokok dan mengkaitkannya agar

76
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

perokok tersebut dapat berhenti. Jika klien ingin berhenti maka


seorang tenaga medis harus membantu (Tolong) dengan
menyediakan terapi yang tepat dan mengarahkan klien untuk
bergabung dengan suatu konseling, kemudian susun Tindak lanjut
untuk menindaklanjuti terapi yang sudah diberikan.

VII. REFERENSI
1. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
3. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
2010 – 2014;
4. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
7. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
8. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya
berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
9. Ministry Of Health 2011, Prevention and Control of Non
Communicable Diseases in Indonesia;

77
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

10.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011, Berhenti Merokok,


Pedoman Penatalaksanaan Untuk Dokter Di Indonesia

VIII. LAMPIRAN
1. Lembar kasus
2. Format Status Klinis

78
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

MATERI INTI 3
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR AKIBAT ROKOK

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular diperlukan
cara pengukuran faktor risiko PTM pada seseorang yang benar sehingga
diperoleh informasi faktor risiko PTM yang dimilikinya. Cara pengukuran
tersebut diperoleh melalui wawancara dengan kuisoner dan pemeriksaan
serta pengukuran sederhana yang dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan, kemudian apabila didapatkan faktor risiko yang mengarah
kepada PTM akibat rokok disarankan agar melakukan konfirmasi lanjutan
berupa pemberian konseling kepada klien.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melaksanakan
pengukuran faktor risiko PTM
2. Tujuan pembelajaran khusus
a. Peserta mampu menjelaskan faktor risiko PTM
b. Peserta mampu melakukan pengukuran faktor risiko PTM
melalui: wawancara dengan kuisoner, tinggi badan, berat
badan, tekanan darah, arus puncak ekspirasi (APE), dan Co
Analyzer dilakukan oleh tenaga kesehatan.
c. Peserta mampu menganalisis hasil pengukuran.

III. POKOK BAHASAN

1. Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


2. Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular akibat Rokok
a. Pengertian
b. Langkah
c. Analisis Hasil Pengukuran.

79
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

IV. BAHAN BELAJAR


1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Tenis Upaya
Berhenti Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup sehat
Tanpa Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
Berhenti Merokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
4. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling
Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pokok bahasan masing-masing sub pokok bahasan akan diuraikan
secara runtut oleh fasilitator kepada peserta pelatihan. Di lain pihak
peserta latih mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan
petunjuk narasumber. Proses pembelajaran ini akan dikemukakan
sesuai langkah-langkah sebagai berikut :

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan dengan
peserta latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan
b.Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Menyiapkan perlengkapan belajar

80
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Langkah Ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan faktor risiko penyakit
tidak menular
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah
tentang pokok bahsan pengukuran faktor risiko
penyakit tidak menular
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah
ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membahas sesi ketiga ini/ pokok bahasan
ketiga dengan brainstorming, dengan cara meminta
peserta latih menuliskan pendapatnya dalam flipchart,
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.

81
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Peserta latih ikut menyumbangkan pikiran/
pendapatnya dalam curah pendapat,
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator,
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan
tujuan khusus pembelajaran serta merta bertanya pada
peserta latih tentang jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya
dan dapat memicu terjadinya penyakit pada seseorang atau kelompok
tertentu. Penyakit Tidak Menular (PTM) memiliki faktor risiko, antara
lain faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi.
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain :
a. Riwayat Keluarga
b. Umur
c. Jenis Kelamin
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain :
a. Hipertensi
b. Merokok
c. Diabetes Melitus

82
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

d. Obesitas
e. Kurang Aktifitas Fisik
f. Kurang Konsumsi Sayur dan Buah
g. Konsumsi Alkohol
h. Stres

POKOK BAHASAN 2

Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Dalam melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular (PTM)
diperlukan suatu pengukuran faktor risiko PTM pada seseorang
dengan tepat dan teliti, sehingga diperoleh data dan informasi faktor
risiko yang dimiliki. Cara pengukuran tersebut diperoleh melalui
wawancara dengan kuesioner dan pengukuran serta pemeriksaan
sederhana yang dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dari hasil
wawancara dan pengukuran serta pemeriksaan diperoleh faktor risiko
PTM yang tidak normal atau bermasalah (misalnya riwayat merokok,
hipertensi, obesitas, dsb) disarankan kepada klien untuk melakukan
konfirmasi lanjut atau tindak lanjut berupa pemberian konseling
kepada klien, sehingga perlu dilakukan pengukuran faktor risiko
sebagai berikut:
1. Cara Pengukuran
a. Wawancara
Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko
PTM antara lain: riwayat merokok, kebisaaan minum minuman
manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/ olah raga,
kebisaaan makan sayur dan buah, kebisaaan makan dengan
kandungan tinggi karbohidrat, lemak tinggi dan asin, tekanan
darah tinggi, sering mengalami stres, riwayat penyakit dahulu
dan riwayat penyakit keluarga berkaitan dengan penyakit tidak
menular.
Pada saat wawancara perlu memperhatikan tata cara
pelaksanaan wawancara berikut:

83
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

1) Perkenalkan diri Anda kepada klien sebelum wawancara


dimulai dan kemukakan tujuan wawancara
2) Wawancara sesuai kuisoner yang telah disiapkan terlebih
dahulu secara saksama, usahakan tidak menyela agar
keterangan tidak terputus. Jangan meminta pengulangan
jawaban dari klien
3) Hindari pertanyaan yang berbelit-belit

4) Perkenalkan diri Anda kepada klien sebelum wawancara


dimulai dan kemukakan tujuan wawancara
5) wawancara sesuai kuisoner yang telah disiapkan terlebih
dahulu secara saksama, usahakan tidak menyela agar
keterangan tidak terputus. Jangan meminta pengulangan
jawaban dari klien
6) Hindari pertanyaan yang berbelit-belit
7) Harus tetap menjaga suasana agar tetap informatif. Hindari
pertanyaan yang menyinggung dan menyudutkan klien
8) Harus dicatat semua jawaban dalam kuisoner
9) Beri kesan yang baik setelah wawancara
10) Jangan lupa ucapkan terima kasih.

b. Pengukuran tinggi badan (cm) dimaksudkan untuk mendapatkan


data tinggi badan semua kelompok umur, pengukur tinggi badan
dengan menggunakan microtoise dengan kapasitas ukur 200 cm
dan ketelitian 0,1 cm.

c. Pengukuran Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter digital dan
pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah pada
penduduk.

84
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Klasifikasi Tekanan Darah

No Sistolik Diastolik Keterangan

1 < 120 mmHg < 80 mmHg Normal


2 120- 139 mmHg 80 – 90 mmHg Pre hipertensi

3 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Hipertensi derajat 1

4 >160 mmHg >100 mmHg Hipertensi derajat 2

d. Peak Flowmeter

Peak flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur


Arus Puncak Ekspirasi (APE), yakni kemampuan seseorang
mengeluarkan udara dari paru secara maksimal.
Pengukuran APE ini bermanfaat untuk :
1. Deteksi dini gangguan saluran pernapasan (asma)
2. Menilai ada tidaknya sumbatan pada saluran pernapasan
3. Memantau tindak lanjut upaya berhenti merokok.
Pengukuran arus puncak ekspirasi dilakukan pada pasien usia ≥
35 tahun dengan kriteria :

1. Perokok/ mantan perokok (perokok yang telah berhenti


merokok minimal satu bulan, sebelum penilaian dilakukan
2. Terpapar dengan polutan di tempat kerja, bahan kimia, asap
kayu bakar di dalam rumah
3. Mempunyai gejala atau keluhan : infeksi saluran pernafasan
berulang, keluhan batuk kronik berulang dengan atau tanpa
dahak, sesak nafas dengan atau tanpa mengi, gejala
pernapasan bersifat progresif.
e. CO Analizer
Carbon-Monoxide (CO) adalah gas beracun yang tidak berbau
dan tidak berwarna, yang merupakan hasil pembakaran tidak
sempurna dari senyawa karbon. CO terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. CO mudah

85
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru yang akan


membentuk CO2. Contoh : asap kendaraan, asap rokok.

CO analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar


CO dalam udara pernapasan. Satuan pengukuran adalah part
per million (ppm).
Nilai yang didapat pada pengukuran:
 Perokok 10-20 ppm (2-5% COHb), bisa lebih
 Bukan perokok : < 4 ppm
Manfaat pengukuran pada klien:
o Meningkatkan motivasi
o Menilai kemajuan

Kelompok berisiko :
a) Usia pertengahan
b) Perokok, mantan perokok
c) Mempunyai gejala pernapasan (batuk, sesak).
d) Kelompok masyarakat yang bekerja di wilayah pertambangan
(batu bara, asbes), pabrik (asbes, baja, mesin, perkakas
logam, tekstil, kapas, semen dan bahan kimia) penggergajian
kayu, daerah pasca erupsi gunung berapi, daerah kebakaran
hutan, pekerja khusus (salon, cat, foto copy), polantas,
petugas penjaga pintu tol.

VII. REFERENSI

1. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
2. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan

86
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan,


Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular;
4. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya
berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Direktorat Pengandalian Penyakit Tidak Menular;
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011, Berhenti
Merokok, Pedoman Penatalaksanaan Untuk Dokter Di
Indonesia;

VIII. LAMPIRAN
1. Lembar Kasus
2. Simulasi


87
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

MATERI INTI 4
KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK

I. DESKRIPSI SINGKAT

Kebisaaan merokok merupakan salah satu bentuk ketergantungan zat


atau yang lazim disebut adiksi. Zat Nikotin yang terdapat dalam rokok
dapat menimbulkan adiksi bagi penggunanya. Masalah adiksi Nikotin
melibatkan aspek fisik, psikologik dan sosial. Oleh karena itu dalam
penatalaksanaannya harus bersifat komprehensif dengan
memberikan farmakoterapi dan non farmakoterapi (intervensi
psikososial). Konseling merupakan salah satu jenis intervensi
psikososial, berupa suatu dialog interaktif antara konselor dan klien
yang berdasarkan pada hubungan kolaborasi untuk membantu klien
menyadari adanya masalah dalam perilaku merokok.

Konseling melibatkan berbagai keterampilan konselor seperti teknik


mengajar, dan memberikan dukungan emosional yang dapat
membantu klien menuju kemandiriannya, mengembangkan
keterampilan dalam menghadapi masalah, mengembangkan fungsi
sosial, dan menjadi pengambil keputusan yang baik. Untuk
memberikan konseling secara profesional, perlu mengetahui prinsip
dasar konseling dan penerapannya yang komprehensif terhadap
klien.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan konseling
Upaya Berhenti Merokok
2. Tujuan pembelajaran khusus
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian dan kriteria konselor
b. Peserta mampu menjelaskan prinsip dasar konseling
c. Peserta mampu menjelaskan tahapan perubahan perilaku
d. Peserta mampu melakukan teknik konseling berhenti merokok.

88
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Pengertian dan Kriteria Konselor
2. Prinsip Dasar Konseling
a. Tujuan Konseling
b. Proses Konseling
c. Lama dan Frekuensi Konseling
3. Tahap Perubahan Perilaku
4. Teknik Konseling Berhenti Merokok

IV. BAHAN BELAJAR


1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Tenis Upaya Berhenti
Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup Sehat Tanpa
Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
berhenti Merokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
4. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling Upaya
Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN BELAJAR


Pokok bahasan dan sub pokok bahasan masing-masing akan
diuraikan secara runtut oleh fasilitator kepada peserta pelatihan. Di
lain pihak peserta latih mendengar, mencatat dan mengikuti arahan
dan petunjuk narasumber. Proses pembelajaran ini akan
dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih memperkenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang
hubungannya dengan materi yang akan disajikan
89
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk
perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat.
2 . Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pengertian dan kriteria konseling
secara umum, dengan menjelaskan definisi
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan
hal-hal yang penting.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan ke-2, tentang
prosedur Upaya Berhenti Merokok dengan
menjelaskan langkah-langkah upaya berhenti
merokok
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah
3. 3 yang disampaikan oleh fasilitator
90
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2) Peserta memberikan menjawab atas pertanyaan yang


diajukan oleh fasilitator
3) Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal
yang dianggap penting.
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta membentuk dua kelompok yaitu
kelompok 1 dan kelompok 2, dan memilih ketua,
sekretaris serta panyaji
2) Meminta masing-masing kelompok mengerjakan soal
latihan upaya berhenti merokok (soal diberikan oleh
fasilitator) bahas sesi ketiga ini/ pokok bahasan ketiga
dengan brainstorming, dengan cara meminta peserta
latih menuliskan pendapatnya dalam flipchart
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih ikut menyumbangkan pikiran/
pendapatnya dalam curah pendapat
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilittor
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan
tujuan khusus pembelajaran serta merta bertanya
pada peserta latih tentang jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.

91
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
Pengertian Dan Kriteria Konselor
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari
bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama”.
Pengertian ”berbicara bersama- sama” dalam hal ini adalah pembicaraan
antara konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien
(Counselee). Dengan demikian counselium berarti, ”people coming
together to gain an understanding of problem that best them were
evident”, (orang yang datang bersama-sama untuk mendapatkan
pemahaman tentang masalah yang menimpa mereka yang jelas), yang
ditulis oleh Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An
Introduction to The Counseling Profession. Frank Parsons pada tahun
1908, mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor/pembimbing)
kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Carl
Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa
konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan
untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada intinya
Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien
sebagai tujuan konseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan
kliennya. Ahli lain, Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada
fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka menegaskan konselor adalah
tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien. Pietrofesa
(1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda
dengan rumusan sebelumnya, mengemukakan dengan singkat bahwa
konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional berusaha
membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat
keputusan dan pemecahan masalah.
1. Karakteristik konselor
a. Dapat menjadi pendengar aktif
b. Dapat berempati pada klien. Berempati artinya konselor
mampu menempatkan diri pada posisi klien.

92
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

c. Dapat menjaga kerahasian proses konseling


d. Tidak bersikap menghakimi
e. Menghormati/ menghargai klien
f. Bertanggungjawab
g. Bersikap jujur
h. Memiliki sensitivitas/ peka terhadap kebutuhan klien
i. Dapat bersikap fleksibel.
Konselor harus bisa membangun “Therapeutic Alliance” dimana terjadi
suatu bentuk hubungan profesional yang terapeutik antara konselor dan
klien dengan ciri sebagai berikut:
1. Adanya kelekatan interpersonal yang positif antara konselor dan klien,
2. Adanya pengertian yang empatik dalam keterlibatan konselor,
3. Adanya keterlibatan yang aktif antara konselor dan klien dalam proses
konseling,
4. Adanya kesepakatan tujuan dari proses konseling antara konselor dan
klien,
5. Konselor dan klien memahami batasan hubungan diantara mereka.
6. Kompetensi Konselor (Counselor Competencies)
Konselor harus melalui serangkaian pelatihan yang tersertifikasi dan
diakui oleh Kementerian Kesehatan dan mendapatkan supervisi dari
pelatih pada awal penerapannya.

93
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

POKOK BAHASAN 2
Prinsip Dasar Konseling

Dalam melakukan konseling upaya berhenti merokok perlu diketahui


prinsip-prinsip dasar konseling meliputi tujuan, proses, dan durasi
konseling sebagai berikut:
1. Tujuan Konseling
a. Membantu kemampuan klien untuk mengambil keputusan yang
bijaksana dan realistik.
b. Menuntun perilaku klien agar mampu menerima konsekuensinya.
c. Memberikan informasi dan edukasi.
Didalam konseling terdapat beberapa hal dibawah ini:
a. Hubungan yang interaktif (dua arah) antara konselor dengan klien
b. Kolaborasi/ kerjasama antara konselor dengan klien
c. Proses mengajar
d. Memberi penguatan positif
e. Mendukung secara emosional
f. Terdokumentasi dengan baik
g. Tahapan tatap muka konseling terdokumentasi dan ada
pemantauan serta penilaian.
Hasil konseling sangat tergantung pada hubungan antara klien
dengan konselor. Pertemuan antara konselor dan klien bergantung
pada situasi dan kenyamanan yang dirasakan oleh klien sehingga
penting bagi konselor untuk membuat klien merasa nyaman
sehingga klien percaya dan konselor dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan tentang diri klien.

2. Proses Konseling
a. Menggunakan pendekatan yang menghormati semua klien.
b. Menganggap perilaku merokok merupakan masalah yang terus -
menerus.
c. Memberikan penatalaksanaan yang bersifat individual.
d. Memberikan penatalaksanaan yang bersifat multi dimensional
e. Tetap terbuka pada metode baru.

94
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

f. Menggunakan perspektif multikultural untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan dari populasi klien yang berbeda.
g. Apabila konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien, maka
sebaiknya konselor mengatakan tidak tahu dan akan
memberitahukan jawaban tersebut pada pertemuan berikutnya.
3. Durasi Konseling
Proses konseling hendaknya dijalankan dengan durasi waktu 15-30
menit. Upayakan untuk selalu memulai konseling dengan mengulas
apa yang telah diperoleh pada sesi sebelumnya dan sejauh mana
keterampilan baru telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Klien sebaiknya diberitahu bila waktu konseling akan habis. Proses
konseling yang optimal dilakukan minimal 6 kali pertemuan untuk
setiap klien. Jarak antara satu sesi dengan sesi lain idealnya 2
minggu.

POKOK BAHASAN 3
Tahap Perubahan Perilaku
Kesiapan untuk berubah dan dinamik dari tahap-tahap perubahan
dikembangkan oleh Prochaska, Norcross, dan Diclemente (1994).
Tahapan perubahan tersebut adalah precontemplation, contemplation,
preparation, action, maintenance, dan recycling dan relapse (lihat
gambar).
Konselor tidak hanya perlu untuk memahami tahap kesiapan, tapi harus
mengetahui bagaimana berespons secara tepat untuk memfasilitasi
individu bergerak ke sebuah tahap kesiapan yang lebih tinggi.

95
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

1. Tahap pra-perenungan (Precontemplation)


Pada tahap pertama, klien masih menyangkal atau belum menyadari
perlunya upaya berhenti merokok. Klien tidak mempunyai pikiran
untuk berhenti merokok, klien menggunakan penyangkalan sebagai
mekanisme pertahanan diri yang paling utama.
Precontemplation merupakan taraf kesiapan paling rendah untuk
berubah. Pada tahap ini, strategi paling baik adalah memberikan
informasi, membentuk trust, dan menjauhkan keraguan.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap pra-perenungan:
a. Konselor dapat mendidik klien mengenai efek dari perilaku
merokok, efek adiksinikotin, bahaya yang berhubungan dengan
adiksi nikotin.
b. Konselor membangkitkan keinginan klien untuk sebuah gaya hidup
yang berbeda, mengidentifikasikan hambatan untuk kesembuhan,
dan membantu klien untuk mengidentifikasi cara untuk
memperkuat harga diri (self esteem),
c. Konselor melakukan pendekatan 5Rs untuk klien yang masih
menolak/ belum ingin berhenti merokok sebagai berikut:
Relevance: Diskusikan dampak rokok terhadap kesehatan sendiri
dan keluarga,
Risk: Diskusikan dampak negatif dari rokok
Rewards: Diskusikan keuntungan/ manfaat berhenti merokok dari
sisi kesehatan dan finansial,
Readblocks: Tanyakan tantangan yang dihadapi pada saat
berhenti merokok,
Repetition : Berikan perhatian, tanyakan status dan keluhan
secara terus menerus.

2. Tahap Perenungan (Contemplation)

Di tahap ini klien sudah memiliki kesadaran bahwa merokok


merupakan sebuah masalah. Klien mempertimbangkan untuk
menerima atau menolak perubahan perilaku dalam mengatasi
masalahnya tersebut.

96
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Pada tahap ini dapat dilakukan identifikasi hal-hal yang bersifat


positif dan negatif dari perubahan yang akan dibuat. Sebuah
pertanyaan yang masuk akal pada tahap ini adalah: “Apakah
berhenti merokok akan berguna bagi saya?”, “Bagaimana
akibatnya bila saya tidak berhenti merokok?”, “Apakah yang akan
saya lakukan untuk memulai program berhenti merokok?”.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap perenungan:
a. Memelihara proses perubahan dengan memberikan dukungan.
b. Memberikan umpan balik, melakukan konfrontasi dengan
ramah, lemah lembut, humor
c. Memberikan penghargaan (reward) untuk perjuangan dan
keberhasilan klien.
d. Konselor melakukan pendekatan 5Rs untuk klien yang masih
menolak/belum ingin berhenti merokok sebagai berikut:
Relevance: Diskusikan dampak rokok terhadap kesehatan
sendiri dan keluarga,
Risk: Diskusikan dampak negatif dari rokok
Rewards: Diskusikan keuntungan/manfaat berhenti merokok
dari sisi kesehatan dan finansial,
Readblocks: Tanyakan tantangan yang dihadapi pada saat
berhenti merokok,
Repetition: Berikan perhatian, tanyakan status dan keluhan
secara terus menerus.

3. Tahap Persiapan (Preparation)

Pada tahap ini, klien memutuskan untuk berubah. Klien tidak hanya
mengakui adanya masalah dan kebutuhan untuk melakukan
sesuatu akan masalahnya, tetapi ia juga memutuskan untuk
memulai berhenti merokok.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap persiapan:
a. Membantu klien untuk melakukan upaya berhenti merokok
b. Mengidentifikasi hambatan yang ada
c. Membantu klien untuk merencanakan berhenti merokok.

97
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Tahap Aksi (Action.)

Tahap aksi merupakan awal dari berhenti merokok yang dilakukan


oleh klien. Di tahap aksi ini klien secara aktif terlibat di dalam
proses berhenti merokok. Pada tahap ini, klien dapat bekerja sama
dengan konselor untuk mengevaluasi, merencanakan, dan
mengimplementasikan sebuah rencana konseling.

Tugas utama konselor adalah mendukung upaya berhenti merokok


dan menguatkan komitmen klien. Pertanyaan mendasar yang
diajukan pada tahap ini adalah: “Apakah yang akan anda lakukan
dalam upaya berhenti merokok?” Selama tahap ini, dapat terjadi
kekambuhan, namun hal ini bisaa terjadi.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap aksi:
Klien dapat mengidentifikasikan faktor yang mencetuskan
kekambuhan.

5. Tahap Mempertahankan (Maintenance)

Di dalam tahap ini, klien sudah dalam proses berhenti merokok.


Klien mempelajari perilaku yang dapat mendukung mereka untuk
bebas dari perilaku merokok yang merugikan.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap ini:
Konselor harus mengenali ketidaknyamanan yang dialami klien
selama melakukan upaya berhenti merokok. Gejala akibat putus
nikotin yang timbul selama proses berhenti merokok harus
disampaikan/ diinformasikan dan dibantu untuk mengatasinya.
Sebuah pertanyaan dasar pada tahap ini adalah: “Apa yang dapat
menolong anda ketika menghadapi masalah itu?”. Disini Tahap
mempertahankan tidak mempunyai batas khusus, tapi secara
optimal terus berlangsung selama hidup klien.
Beberapa klien bahkan akan membutuhkan pertolongan seperti:
a. Melakukan komunikasi yang efektifdan cara untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam upaya berhenti merokok.

98
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

b. Pada saat maintenance ini disampaikan beberapa kegiatan


yang bersifat positif untuk mengatasi perilaku merokok selama
ini misalnya berolah raga , berkebun, melukis, menulis dll.
c. Dukungan anggota keluarga untuk menciptakan lingkungan
rumah yang kondusif dalam upaya dalam mempertahankan
berhenti merokok.

6. Kekambuhan ( Recyling and Relapse)

Pada tahap ini klien kembali merokok setelah berhasil berhenti


merokok untuk beberapa waktu. Kekambuhan berarti bahwa upaya
berhenti merokok gagal dan belum menetap karena klien berada
pada situasi risiko tinggi misalnya tidak mendapatkan dukungan
sosial dari anggota keluarga ataupun lingkungan. Situasi berisiko
ini membuat klien tergelincir kembali pada tahap yang lebih
rendah, bisaanya kembali pada tahap perenungan.Selama tahap
ini klien memiliki ambivalensi untuk mencoba lagi.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap ini:
Konselor membantu klien untuk menghadapi ambivalensi,
mengevaluasi komitmen untuk berhenti merokok, mengidentifikasi dan
mengatasi hambatan yang ada. Sebuah pertanyaan penting untuk
diajukan di tahap ini adalah: ”Apakah tujuan dari upaya berhenti
merokok saat ini?” .
POKOK BAHASAN 4
Teknik Konseling Berhenti Merokok
Teknik konseling merupakan taktik dan strategi melakukan konseling yang
berhasil.Konseling yang berhasil adalah klien yang mampu menerapkan
keputusan yang baik, mau melakukan keputusannya dengan tidak terpaksa,
merasa nyaman dan terjaga kerahasiaannya, merasa dihormati serta dalam
prosesnya sistematis. Pada prinsipnya teknik konseling diarahkan pada
setiap langkah konseling dengan memberikan “personal touch” pada klien
secara wajar.
1. Langkah-langkah Teknik Konseling Berhenti Merokok adalah
Pembukaan, memperkenalkan diri, bina rapor (membina hub. dengan
baik ex kalau ditanya klien menjawab dengan baik antara konselor dan
konselii, menanyakan identitas konselii/ klien).
99
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Wawancara/ konseling inti (mendiskusikan masalah klien—konselor)


mengidentifikasi apakah ada resistensi dan bagaimana mengatasi teknis
resistensi klien. Konseling terfokus sehingga tidak diperlukan psikoterapi.
Sesi konseling pertama klien dibagi dua (keluhan merokok dan keluhan
lain dengan faktor risiko rokok) sebagai berikut :
a. Bila klien datang dengan keluhan merokok/ingin berhenti merokok,
maka dilakukan evaluasi mengenai merokok, faktor pencetus merokok,
keinginan berhenti merokok dan alasan berhenti merokok.
1) Bila klien mau berhenti maka lakukan konseling dan tingkatkan
motivasi untuk berhenti merokok dengan menghitung keuntungan-
keuntungan berhenti merokok, dampak berhenti merokok terhadap
kesehatan. Konseling mengatasi faktor pencetus, dan mengatasi
masalah negatif yang berkaitan dengan merokok. Sesi konseling
dilakukan selama 30 menit dan selanjutnya dilakukan 2 (dua)
minggu sekali dengan durasi 20-30 menit setiap sesinya.
2) Bila klien belum mau berhenti (fase pra/ kontemplasi) maka
dilakukan konseling dengan mendiskusikan dampak rokok
terhadap kesehatan dan keluarga (diharapkan pertanyaan
terbuka). Konselor jangan memaksakan kehendak dan pendapat
kepada klien. Sesi konseling lebih banyak meminta pendapat dan
pandangan klien mengenai rokok dan masalahnya. Sesi konseling
dilakukan selama 20- 30 menit dan selanjutnya dilakukan 2 (dua)
minggu sekali sambil merencanakan konseling kepada keluarga
sebagai kelompok pendukung.

b. Bila klien datang dengan keluhan medik dan faktor risiko merokok,
lakukan evaluasi dan tatalaksana kondisi mediknya terlebih dahulu,
kemudian hubungkan kondisi mediknya dengan faktor risiko merokok.
Lakukan konseling mengenai dampak rokok terhadap kesehatan dan
hubungkan dengan kondisi medik tersebut. Selanjutnya dilakukan
evaluasi tentang motivasi upaya berhenti merokok dan jika klien mau
berhenti merokok lihat a.1 dan jika belum mau berhenti merokok lihat
a.2.

100
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Wawancara Motivasional
Setelah dilakukan identifikasi tahap perilaku klien, konselor dapat
memberikan wawancara motivasional sesuai dengann tahap perilaku
klien tersebut (perilaku pada tahap Prakontemplasi, Kontemplasi,dan
Rumatan).
Dalam penerapan teknik konseling berhenti merokok dapat dilakukan
secara khusus membahas pentingnya berhenti merokok. Namun dapat
pula dilakukan secara terintegrasi dengan masalah lain yang berkaitan
dengan masalah berhenti merokok sebagai berikut :
a. Persiapan Konseling
1) Petugas berpenampilan bersih dan sopan
2) Menguasai materi
3) Bisa menjaga rahasia
4) Mengenal sosial budaya
b. Tempat
1) Tidak bising dan ramai
2) Tidak menjadi tempat lalu lalang orang
3) Aman dan nyaman
c. Etika Petugas
1) Empati
2) Menghormati klien
3) Tidak bergosip
d. Media Konseling
1) Bisaanya lembar balik dan bisa juga jenis media lainnya
2) Isi media konseling telah dikuasai oleh petugas

VII. REFERENSI
1. American Psychiatric Association.1994. Diagnostic and statistical
manual of mental disorders. 4 th.ed. Washington D.C: Author.175-
191;175-272;
2. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III);
3. Departemen Kesehatan RI, 2010 Panduan Konseling Adiksi Bagi
Petugas Kesehatan;
101
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Doweiko, Harold E,Concepts of Chemical Dependency (6th Ed.),


Brooks/Cole, CA 93950 USA, 20029;
5. Groth-Marnat, Gerry, 2003. Handbook of Psychological
Assesment. New York:Van Nostrand Reinhold Company.Inc. 638;
6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
7. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
8. Marsh A, Dale A. Addiction Counselling. IP Communication.
Melbourne. 2006;
9. Meier,S.T. & Davis,S.R.2001.4th.ed. The Elements of Counseling.
United Kingdom: Brooks/Cole. Thomson Learning. 58-59);
10.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011, Berhenti Merokok,
Pedoman Penatalaksanaan Untuk Dokter Di Indonesia.
11.Turning Point Alcohol and Drug Centre, Inc.2001. Training
Handbook. Stages of Change.Fitzroy Vic 3065;
12.Ivey, A.E.; Ivey, M.B.;Smeke-Morgan, L.1997. Counseling and
Psychotherapy. A Multicultural Perseptive. Boston: Allyn &
Bacon.50-88;380-403.

VIII. LAMPIRAN
1. Form Check list untuk observer
2. Kertas kasus
3. Skenario Role Play.

102
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

MATERI INTI 5
TINDAK LANJUT UPAYA BERHENTI MEROKOK

I. DESKRIPSI SINGKAT
Tindak lanjut atau follow up merupakan hal penting dan menentukan
keberhasilan jangka panjang dalam upaya berhenti merokok. Kunjungan klien
secara teratur merupakan hal yang penting dan berhubungan dengan tingkat
keberhasilan berhenti merokok. Klien dijadwalkan datang secara rutin untuk
menjalani konsultasi setiap 2 minggu. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah menilai keberhasilan berhenti merokok, menilai kendala, menguatkan
motivasi, mencegah kambuh (relaps), menilai efek putus nikotin (withdrawal
effect), mengatasi gejala tersebut, dan penilaian parameter klinis seperti
pemeriksaan kadar CO udara pernapasan dengan menggunakan CO
Analyzer dan pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan menggunakan peak
flowmeter.
Berbeda dengan tahap awal, dimana seorang konselor lebih banyak menggali
informasi dari klien, maka pada tahap tindak lanjut seorang konselor lebih
banyak mendengarkan apa yang disampaikan oleh klien dan memberikan
saran dan motivasi agar keberhasilan berhenti merokok dapat tercapai.
Selain itu, seorang konselor mungkin menemukan kondisi khusus yang
memerlukan penanganan atau rujukan ke layanan kesehatan sekunder.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mengikuti materiini, peserta mampu melakukan
tindak lanjut upaya berhenti merokok, penanganan efek putus nikotin
(withdrawal effect), dan rujukan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Peserta mampu melakukan tindak lanjut upaya berhenti merokok
b. Peserta mampu memberikan penanganan efek putus nikotin.
c. Peserta mampu melakukan rujukan upaya berhenti merokok.

103
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Penilaian Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok
2. Penangan Efek Putus Nikotin
3. Rujukan Upaya Berhenti Merokok.

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Tenis Upaya Berhenti


Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup Sehat Tanpa
Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
Berhenti Merokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
4. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling Upaya
Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pokok bahasan dan sub pokok bahasan masing-masing akan diuraikan


secara runtut oleh fasilitator kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta
latih mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk narasumber.
Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam,
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan dengan
peserta latih,
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam ,
2) Peserta memperkenalkan diri,

104
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator,


4) Menyiapkan perlengkapan belajar.
2. Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan penilaian tindak lanjut
upaya berhenti merokok,
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan,
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator,
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah
tentang pokok bahasan penanganan efek putus nikotin,
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan,
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator,
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membahas sesi ketiga ini / pokok bahasan ketiga
dengan brainstorming, dengan cara meminta peserta latih
menuliskan pendapatnya dalam flipchart
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

105
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

b. Kegiatan Peserta
1) Peserta latih ikut menyumbangkan pikiran/ pendapatnya
dalam curah pendapat
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan tujuan
khusus pembelajaran serta merta bertanya pada peserta
latih tentang jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
6. Langkah ke-6
a. Kegiatan Fasilitator
1) Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas
sebelum menutup acara pembelajaran,
2) Meminta peserta untuk memberikan komentar tentang
proses belajar
3) Memberikan jawaban atas pertanyaan peserta (kalau ada),
4) Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan
atas waktu dan perhatian yang telah diberikan selama sesi
penyampaian materi berlangsung, serta permohonan maaf
jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan.
b. Kegiatan Peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai
dengan kesempatan yang diberikan
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya
penyampaian materi oleh narasumber dalam selembar
kertas

106
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok
Setelah klien menjalani program upaua berhenti merokok (UBM),
diperlukan penilaian tindak lanjut upaya berhenti merokok. Tindak lanjut
ini sebaiknya dijadwalkan setiap 2 minggu. Pada setiap pertemuan
berikan klien dukungan untuk menjalankan prilaku hidup sehat
menggunakan dan mempraktekkan strategi dalam mengatasi masalah
(stres, sedih) dan menghindarkan diri dalam menggunakan rokok.

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat klien kembali menjalani


tindak lanjut seperti :
1. Menilai apakah sudah berhasil berhenti merokok atau seberapa
besar sudah dapat mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi
2. Menilai kendala utama apabila belum berhasil
3. Menilai motivasi dan memberikan dukungan motivasi
4. Menilai withdrawal effect/ efek putus nikotin yang timbul dan cara
mengatasinya
5. Mencegah relaps
6. Mengukur ulang beberapa parameter klinis seperti berat badan,
tekanan darah, kadar CO udara pernapasan, peak flow meter, tes
nikotin urin.
Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penilaian tindak
lanjut adalah sebagai berikut:
1. Menilai keberhasilan berhenti merokok
Konselor harus menilai apakah klien sudah berhenti merokok atau
seberapa besar sudah dapat mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi. Penilaian dilakukan secara subjektif dengan wawancara
secara langsung kepada klien dan secara objektif dengan
pemeriksaan kadar CO udara pernapasan. Kadar CO udara
pernapasan < 10 ppm mengindikasikan bahwa klien sudah tidak
merokok.

107
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Menilai kendala utama dalam UBM


Konselor meminta klien yang belum berhasil merokok untuk
menjelaskan kendala atau masalah utama yang menghambat dalam
upaya berhenti merokok. Beberapa kendala yang sering ditemui
adalah:
a. Adiksi atau ketagihan yang menyebabkan klien sulit berhenti
merokok
b. Motivasi yang masih kurang
c. Kebisaaan yang sulit dihilangkan
d. Pengaruh faktor sosial
e. Perasaan tidak nyaman saat berhenti merokok terkait efek putus
nikotin.
Berbagai kendala yang ditemui tersebut di atas harus dibantu di
dalam mengatasinya untuk meningkatkan keberhasilan berhenti
merokok sebagai berikut:
1. Menilai motivasi dan memberikan dukungan
Setiap pertemuan terdapat proses pembicaraan penting untuk
menelaah sejauh mana klien termotivasi untuk tetap berhenti
merokok. Bila motivasi masih rendah, diperlukan dukungan
motivasi dari konselor dan keluarga atau teman terdekat.
Mempertahankan dan meningkatkan motivasi dapat dilakukan
dengan :
1) Pikirkan keuntungan yang diperoleh dari sisi kesehatan,
ekonomi dan keluarga dengan berhenti merokok
2) Buat rencana aktivitas dan lakukan untuk mengisi waktu
luang
3) Dukungan keluarga dan orang lain
a) Mendatangkan pernyataan yang diucapkan pasien yang
menunjukkan motivasinya untuk berhenti dan bangkitkan
respons pasien berupa pernyataan self motivated
b) Ketersediaan pasien untuk terbuka dan mendapatkan
masukan tentang efek rokok

108
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

c) Mengutarakan kemauan kebutuhan untuk berubah dan


mengutarakan optimisme
d) Pengakuan adanya problem akibat rokok.
2. Menilai withdrawal effect atau efek putus nikotin
Withdrawal effect bisaanya timbul ketika klien mulai berhenti
merokok. Umumnya terjadi 4 (empat) minggu. Gejala-gejala
yang mungkin timbul akibat efek putus nikotin/ withdrawal effect
adalah sebagai berikut:

Efek Putus Nikotin Waktu


(Withdrawal Effect) (Setelah Berhenti Merokok)

Rasa cemas/ anxietas 1-2 Minggu

Mudah tersinggung, frustasi, dan


≥ 4 Minggu
marah
Gangguan tidur/ Insomnia, Tidak
sabar, Sulit konsentrasi, dan Depresi ≥ 4 Minggu
(dysphoric)

Nafsu makan meningkat (Berat


≥ 10 Minggu
Badan naik)

3. Mencegah kambuh (relaps) :


Saat evaluasi bila klien sudah berhasil berhenti merokok, perlu
langkah-langkah untuk mencegah terjadinya relaps atau
kambuh. Beberapa hal yang bisa disampaikan untuk mencegah
relaps adalah :
a. Menahan godaan dan tawaran orang lain yang menawarkan
rokok
b. Mengembangkan rencana prilaku apabila terjebak dalam
situasi risiko tinggi menggunakan rokok
c. Menggali semua kemungkinan penyebab relaps dan pilihan
strategi untuk mengatasinya.
d. Misalnya mampu bertahan tidak merokok pada saat kumpul
keluarga, saat cuaca dingin, setelah makan pada saat
istirahat jam kantor, pada saat muncul perasaan stres, dan
sedih.

109
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4. Mengukur ulang beberapa parameter klinis


Pada tiap pertemuan sebaiknya dilakukan penilain parameter
klinis seperti : seperti berat badan, tekanan darah, kadar CO
udara pernapasan, peak flow meter, tes nikotinin urin. Penilaian
parameter klinis dapat dijadikan sarana untuk edukasi dan
meningkatkan motivasi klien terkait keuntungan secara klinis
ketika seseorang berhenti merokok.

5. Memberikan terapi tambahan atau merujuk


Jika diperlukan berikan terapi tambahan sesuai dengan hasil
evaluasi penyebab belum berhasilnya berhenti merokok. Terapi
tambahan disediakan sesuai dengan kondisi pelayanan
kesehatan setempat. Beberapa contoh terapi tambahan seperti
terapi perilaku, hipnoterapi dan lain-lain. Seseorang yang
menjalani program berhenti merokok selain berhasil berhenti
merokok, masih memiliki beberapa kemungkinan yaitu :
a. Putus di tengah jalan (drop out) dari program berhenti
merokok
b. Relaps atau kembali merokok setelah berhasil berhenti
c. Tidak berhasil berhenti, hanya mengurangi konsumsi batang
rokok.
d. Pada kondisi tersebut, maka pasien harus dirujuk ke fasilitas
kesehatan sekunder/ tersier.

POKOK BAHASAN 2
Penanganan Efek Putus Nikotin (withdrawl effect)
Efek putus nikotin mulai dirasakan 4- 6 jam setelah lepas nikotin pada
seorang perokok reguler. Gejala ini mencapai puncak pada beberapa
hari pertama dan berlangsung 2-4 minggu selama berhenti merokok.
Penanganan withdrawal effect dapat dilihat pada lampiran. Kondisi
medik lain yang ditemukan dalam menjalani program berhenti merokok;
Ketika seseorang mulai berhenti merokok, kemungkinan terjadi
beberapa kondisi yang memerlukan tatalaksana khusus dan

110
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

memerlukan rujukan ke pelayanan kesehatan sekunder. Kondisi


tersebut antara lain :
 Mual muntah yang berlebihan
 Nyeri kepala yang tidak dapat diatasi dengan obat simptomatis
 Depresi berat.
Gejala, Durasi, dan Penyebab Cara Mengatasi
Gejala : Batuk
Durasi : beberapa hari
Sarankan minum air dan makan permen.
Penyebab: Terdapat sekresi mukus
yang berlebihan
Sarankan meredakan ketegangan dengan
Gejala : Sakit Kepala
melakukan latihan pernapasan dalam
Durasi : 1-2 minggu
minum air, mandi, pergi untuk berjalan-
Penyebab : Kadar CO menurun dan
jalan ringan di udara segar, berbaring 15
kadar O2 meningkat
menit, berikan analgetik jika diperlukan.
Sarankan beberapa cara untuk bersantai
Gejala : Gangguan tidur
sebelum tidur seperti mengurangi
(Insomnia)
konsumsi kafein, minum secangkir susu
Durasi : 2-4 minggu
hangat rendah lemak dan atau teh,
Penyebab : Hilangnya stimulasi dari
mendengarkan musik, membaca di tempat
nikotin, selanjutnya kurang tidur, di
tidur, mandi dengan air hangat, letihan
siang hari merasa lelah, dan galau
relaksasi, dan disarankan tidur siang hari.
Disarankan untuk bersantai sebanyak
mungkin dengan melakukan hal-hal yang
Gejala : Emosi labil disukai dan membuat senang.
(marah,tegang) Melakukan aktifitas seperti olah raga,
Durasi : 2-4 minggu mendengarkan musik santai, menghindari
Penyebab : Hilangnya stimulasi dari stres, dan konsumsi kafein. Jika sedang
nikotin marah sarankan melakukan aktifitas
seperti berjalan-jalan, dan ambil napas
panjang.
Menyarankan istirahat sejenak dari
Gejala : Sulit berkonsentrasi
aktifitasnya, mengonsumsi makanan sehat
Durasi : Beberapa minggu
seperti buah-buahan dan sayuran segar,
Penyebab : Hilangnya stimulus dari
minum banyak air guna menjaga otak
nikotin
dehidrasi, dan olah raga.
Gejala : Nafsu makan meningkat
Durasi : Beberapa minggu
Penyebab : Hilangnya inhibisi nikotin Minum air, makanan cemilan rendah
dalam menekan nafsu makan, kalori, dan olah raga.
hilangnya indera pengecap kembali
berfungsi
Disarankan makan makanan kaya serat,
Gejala : Konstipasi
buah dan sayuran segar, minum 8 gelas
Durasi : Beberapa minggu
air sehari dan melakukan beberapa
Penyebab : Hilangnya stimulasi dari
latihan ringan untuk merangsang saluran
nikotin
cerna.
Gejala : Keinginan untuk merokok
Durasi :> 10 minggu Hindari situasi yang memicu keinginan
Penyebab : Penurunan kadar untuk merokok.
Dopamin
111
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Penanganan Efek Putus Nikotin


Efek putus nikotin mulai dirasakan dalam 4-6 jam setelah lepas nikotin
pada seorang perokok regular. Gejala dapat mencapai puncak dalam
beberapa hari pertama dan bisaa berlangsung sampai 4 (empat)
minggu selama berhenti merokok. Pada kondisi ini seorang perokok
seringkali berusaha mempertahankan kadar nikotin serum minimal
untuk mencegah efek putus nikotin/ withdrawal effect yang terjadi dan
mempertahankan efek nyaman dari nikotin dengan merokok kembali.
Beberapa withdrawl effect yang mungkin terjadi pada klien dapat
dibantu penanganannya sebagai berikut:

POKOK BAHASAN 3
Rujukan Upaya Berhenti Merokok
Upaya berhenti merokok di pelayanan kesehatan sekunder
diperlukan pada kondisi perokok dengan tingkat ketergantungan
nikotin yang sedang sampai berat, perokok dengan komorbid atau
komplikasi penyakit yang berat atau perokok yang gagal berhenti
merokok di pelayanan kesehatan primer. Upaya berhenti merokok
(UBM) di pelayanan kesehatan sekunder umumya dengan
pendekatan multi disiplin dan tenaga spesialis. Sistem rujukan dalam
hal ini sangat diperlukan pada program upaya berhenti merokok.

Sistem rujukan pada prinsipnya adalah managemen pelayanan


kesehatan yang memungkinkan penyerahan otoritas/ tanggung jawab
dan bersifat timbal balik mengenai masalah kesehatan masyarakat
atau penyakit baik secara vertikal pada pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi atau horizontal kepada yang lebih kompeten. Sistem
rujukan dalam UBM adalah sistem rujukan vertikal, dimana
pelayanan kesehatan primer merujuk ke fasilitas kesehatan di
atasnya, pelayanan kesehatan sekunder. Pemahaman tentang jenis
rujukan, hasil dan evaluasi tatalaksana/ konseling upaya berhenti
merokok dipelayanan kesehatan primer serta kriteria klien untuk
dirujuk, membantu tenaga konselor dalam membuat keputusan untuk

112
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

melakukan rujukan upaya berhenti merokok kepelayanan kesehatan


lebih tinggi.

Secara khusus, dalam Upaya Berhenti Merokok rujukan yang berlaku


adalah rujukan kesehatan perorangan dan merupakan rujukan medis.
Jenis Rujukan Upaya Berhenti Merokok sebagai berikut:
1. Rujukan untuk penanganan medis Efek Putus Nikotin/ Withdrawal
Effect.
Rujukan dapat dilakukan dari pelayanan kesehatan primer apabila
dalam upaya berhenti merokok yang dilakukan ditemukan gejala
putus nikotin (withdrawal effect) yang tidak dapat ditangani
misalnya timbul insomnia, depresi atau peningkatan berat badan
berlebihan dan lainnya. Rujukan adalah rujukan medis untuk
penanganan withdrawal effect, bisa langsung ke dokter spesialis di
pelayanan kesehatan skunder. Dalam dal ini, upaya berhenti
merokok masih ditangani dilayanan primer, rujukan hanya untuk
penanganan withdrawal effect.

2. Rujukan untuk upaya berhenti merokok lanjutan

Rujukan ini adalah rujukan untuk upaya berhenti merokok lanjutan


di pelayanan kesehatan sekunder atau tersier apabila upaya
berhenti merokok pada pelayanan kesehatan primer dikategorikan
gagal atau tidak berhasil. Pertimbangkan merujuk ke fasilitas
kesehatan lanjutan jika dipikirkan memerlukan terapi tambahan,
memerlukan penanganan khusus withdrawal effect yang
menghambat upaya berhenti merokok atau jika dalam 3 (tiga)
bulan belum berhasil berhenti merokok (gagal).

Secara umum ada beberapa jenis rujukan dalam pelayanan


kesehatan sebagai berikut:

a. Rujukan medis
Rujukan medis adalah rujukan terkait masalah penyakit
(diagnosis, tatalaksana), pengetahuan (khususnya masalah
SDM) dan rujukan sampel medis.

113
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

b. Rujukan kesehatan perorangan

Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan yang diberikan


terkait masalah kesehatan perorangan, umumnya adalah
rujukan medis. Misalnya rujukan dari praktek dokter terkait
kesehatan seseorang ke RS atau laboratorium dan lainnya.
c. Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan kesehatan masyarakat adalah rujukan untuk program
pencegahan, promosi kesehatan termasuk masalah teknologi
kesehatan dan peralatannya.

d. Rujukan pelayanan kesehatan (program asuransi kesehatan).

Rujukan pelayanan kesehatan terkait asuransi adalah rujukan


berjenjang dari primer, skunder dan tersier dalam sistem
asuransi sesuai tingkat kompetensi fasilitas pelayanan
kesehatannya.’
Ada 2 kriteria rujukan dalam penanganan upaya berhenti merokok
adalah:
1. Kriteria Rujukan Penanganan Medis efek putus nikotin withdrawal
effect.
Klien yang dalam proses upaya berhenti merokok mengalami
gejala putus nikotin (withdrawal effect) yang sulit ditangani
sehingga perlu penanganan lanjutan. Beberapa jenis withdrawal
effect tantara lain sebagai berikut :
a. Depresi
b. Cemas
c. Insomnia
d. Mudah tersinggung dan mudah marah
e. Peningkatan berat badan berlebihan.
2. Kriteria rujukan upaya berhenti merokok
Klien yang sudah menjalani proses upaya berhenti merokok dalam
periode tertentu tetapi belum berhasil dan atau perlu upaya
lanjutan untuk berhenti merokok. Adapun kriteria rujukan adalah :

114
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

a. Klien sudah menjalani upaya berhenti merokok (UBM) dan


konseling yang diberikan dirasakan tidak efektif, sehingga
memerlukan terapi tambahan untuk meningkatkan keberhasilan
meskipun belum selesai program UBM 3 (tiga) bulan,
b. Klien yang mengalami withdrawal effect berat yang
menghambat upaya berhenti merokok dan memerlukan
penanganan UBM lanjutan,
.
Mekanisme Rujukan
Jika klien setelah dilakukan konseling upaya berhenti merokok di
fasilitas pelayanan kesehatan primer sebanyak 6 (enam) kali
pertemuan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan belum berhasil untuk
berhenti merokok, perlu dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
lebih lanjut dengan menggunakan form (terlampir).

VII. REFERENSI
1. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
2. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program
Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular 2010 – 2014;
3. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
4. Kementerian Kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular;
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan,
Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur

115
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara


Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
7. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya
Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Direktorat Pengandalian Penyakit Tidak Menular;
8. Ministry Of Health 2011, Prevention and Control of Non
Communicable Diseases in Indonesia;
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011, Berhenti
Merokok, Pedoman Penatalaksanaan Untuk Dokter Di
Indonesia.

VIII. LAMPIRAN
1. Lembar kasus
2. Latihan mengisi Form. rujukan

116
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

MATERI INTI 6
PENCATATAN DAN PELAPORAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam menunjang upaya pengendalian penyakit tidak menular
diperlukan pendekatan surveilans epidemiologi kesehatan yang
mencakup surveilans epidemiologi faktor risiko, registri penyakit, dan
surveilans kematian. Faktor risiko penyakit tidak menular meliputi
merokok, diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi
alkohol. Layanan konseling upaya berhenti merokok merupakan salah
satu bentuk kegiatan pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan di
pelayanan kesehatan primer. Pelaksanaan layanan konseling tersebut
perlu pencatatan dan pelaporan sebagai salah satu upaya tertib
administrasi kegiatan. Pencatatan dan pelaporan ini dapat dijadikan
sebagai bahan analisa dan perbaikan untuk kegiatan saat ini dan yang
akan datang, sehingga dapat terselenggara dengan optimal, baik, dan
terukur.
Surveilans faktor risiko dapat dilakukan secara berjenjang mulai dari
kegiatan UKBM (Posbindu PTM), fasilitas pelayanan kesehatan primer,
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan pusat
secara manual maupun dengan teknologi informatika berupa sms, gate
way, dan web portal PPTM.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan pembelajaran umum


Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu memahami
pencatatan dan pelaporan hasil konseling upaya berhenti
merokok.
2. Tujuan pembelajaran khusus
a. Peserta mampu menjelaskan tentang pencatatan dan
pelaporan
b. Peserta mampu melakukan pencatatan hasil konseling

117
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

c. Peserta mampu melakukan analisis hasil konseling


d. Peserta mampu melaksanakan pelaporan hasil
konseling.

III. POKOK BAHASAN


1. Pengertian Pencatatan dan Pelaporan
2. Mekanisme Pelaporan
3. Pencatatan dan Pelaporan Konseling

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kementerian Kesehatan RI, 2013 Petunjuk Teknis Upaya


Berhenti Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Saku Hidup sehat
Tanpa Rokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Buku Lembar Balik Upaya
Berhenti Merokok, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
4. Kementerian Kesehatan 2014, Modul Pelatihan Konseling
Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pokok bahasan masing-masing sub pokok bahasan akan diuraikan
secara runtut oleh fasilitator kepada peserta latih. Di lain pihak peserta
latih akan mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk
fasilitator. Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Kegiatan bina situasi kelas
2) Memperkenalkan diri
3) Menyampaikan ruang lingkup
4) Menanyakan dan menggali pendapat peserta latih.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Mempersiapkan diri dan alat menulis yang diperlukan
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
fasilitator
118
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

3) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap


penting
3. Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali penyampaian materi dengan
ceramah tentang pokok bahasan pencatatan kegiatan
layanan konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai
kesempatan yang diberikan
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
fasilitator
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting
4. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan materi tentang pokok bahasan
pelaporan hasil kegiatan layanan konseling,
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitatorsesuai
dengan kesempatan yang diberikan,
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
fasilitator,
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting.

4. Langkahke- 4
a. Kegiatan Fasilitator

119
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

1) Fasilitator membahas sesi ketiga dengan pokok


bahasan mekanisme pelaporan hasil konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas,
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta.

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai
kesempatan yang diberikan,
2) Memmberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
fasilitator,
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting

5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyakan tujuan
khusus pembelajaran serta bertanya pada peserta latih
tentang jawaban tujuan khusus,
2) Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang
jelas sebelum menutup acara pembelajaran,
3) Meminta peserta untuk memberikan komentar tentang
proses belajar,
4) Penutupan acara pemberian sesi ini dengan ucapan
penghargaan atas waktu dan perhatian yang telah
diberikan selama sesi penyampaian materi
berlangsung, serta permohonan maaf jika terdapat
sesuatu yang tidak berkenan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai
dengan kesempatan yang diberikan,
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya
penyampaian materi oleh fasilitator dalam selembar
kertas.

120
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

VI. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1
Pencatatan dan Pelaporan Konseling
1. Pengertian Pencatatan dan Pelaporan
a. Pengertian Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
kegiatan/ aktivitas dalam bentuk tulisan.
1) Bentuk catatan dapat berupa :
a) Tulisan
b) Grafik
c) Gambar
d) Suara
2) Kriteria Pencatatan adalah :
a) Sistematis, jelas, dan respon kepada klien
b) Ditulis dengan baik
c) Tepat waktu
d) Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah
melakukan pencatatan.
3) Manfaat Pencatatan adalah :
a) Sebagai Bukti Kegiatan
b) Memberikan Informasi Tentang Kegiatan
c) Sebagai Pertanggungjawaban
d) Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
e) Sebagai Alat Komunikasi
f) Bahan Pembuat Laporan
g) Bukti Hukum

b. Pengertian Pelaporan
Pelaporan adalah Catatan yang memberikan data dan informasi
tentang kegiatan tertentu hasilnya disampaikan ke pihak yang
berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tersebut.
Bentuk Pelaporan adalah :
1. Lisan
Tidak Obyektif
Hal-hal yang baik saja disampaikan
Tindak lanjut cepat (+)
121
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

2. Tertulis
 Waktu lama
 Biaya besar
 Bersifat Objektif (+).

POKOK BAHASAN 2
Mekanisme Pelaporan Tingkat Puskesmas
Laporan dari Puskesmas pembantu dan klinik upaya berhenti merokok
disampaikan ke pelaksana kegiatan pengelola PPTM di Puskesmas
Pengelola merekapitulasi yang dicatat baik di dalam maupun di luar
gedung serta laporan yang diterima dari Puskesmas pembantu dan klinik
upaya berhenti merokok. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan
dimasukkan ke formulir laporan telah ditentukan sebanyak dua rangkap,
Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk
tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.

122
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Tingkat Kabupaten/ Kota


Laporan menggunakan Format yang ditetapkan oleh Kemenkes RI dari
Puskesmas yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota disampaikan
kepada pelaksana pengelola program PPTM. Hasil rekapitulasi dikoreksi,
diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan balik, bimbingan
teknis ke Puskesmas dan tindak lanjut untuk meningkat kinerja program.
Hasil rekapitulasi data setiap 3 bulan dibuat untuk dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat PPTM Kemenkes.
Tingkat Provinsi
Laporan mempergunakan formulir sama dengan Kabupaten/ Kota. Laporan
dari dinkes Kabupaten/ Kota, diterima oleh Dinas Kesehatan Provinsi dalam
bentuk formulir dikompilasi/ direkapitulasi. Hasil rekapitulasi disampaikan ke
pengelola program PPTM Provinsi untuk diolah dan dimanfaatkan serta
dilakukan tindak lanjut, bimbingan dan pengendalian.

Alur Pelaporan

Pelaporan hasil kegiatan upaya berhenti merokok di Puskesmas, kemudian


dilakukan rakapitulasi dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
per tiga bulan atau per triwulan setiap tanggal 5 bulan pelaporan.

123
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Pelaporan hasil kegiatan upaya berhenti merokok di Puskesmas, kemudian


dilakukan rekapitulasi dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
pertiga bulan atau per triwulan setiap tanggal 10 bulan pelaporan

124
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Hasil pelaporan rekapitulasi kegiatan upaya berhenti merokok dari seluruh


Dinas Kesehatan Provinsi, dilakukan rekapitulasi kembali dan dianalisis
kemudian dilaporkan ke Menteri Kesehatan melalui Pusat Data Informasi
(Pusdatim) Kementerian Kesehatan per tiga bulan atau per triwulan melalui
Direktorat Penyakit Tidak Menular, Dirjen P2P Kemenkes RI ke
dit.pptm@gmail.com dan ditembuskan ke kronisdegeneratif@yahoo. com.
setiap 3 bulan (triwulan) pada tanggal 20.

VII. REFERENSI
1) Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2010 – 2014;
2) Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
3) Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara Pelatihan Di
Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;

125
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

4) Kementerian kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri Kesehatan RI


Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak
Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan;
5) Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI Nomor 109
Tahun tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan;
6) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan.

VIII. LAMPIRAN
1) Lembar kasus
2) Latihan mengisi form pencatatan dan pelaporan

126
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Lampiran 1

Skenario

Untuk latihan ketrampilan melakukan KIE dampak konsumsi rokok bagi kesehatan
berikut ini, peserta latih akan diminta memainkan peran dalam kelompok. Peserta
dalam 1 kelas dibagi 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 -15
peserta.

PERMAINAN PERAN 1

Melakukan KIE Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan

Arahan
Peserta latih diminta menerapkan materi Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan.
Peserta diminta untuk bermain peran sebagai Konselor, Klien, dan keluarga klien.
Peserta latih yang lain akan melakukan pengamatan (observer) terhadap permainan
peran dan melaporkannya dalam diskusi kelompok.

Situasi 1
Pemeran: Tn. Alfian dan istri, Konselor.
Tn. Alfian, 40 tahun, adalah pasien asma. Sejak sebulan yang lalu, asmanya
kambuh berupa gejala batuk dan sesak. Pasien mempunyai riwayat merokok
selama 25 tahun, jumlah rokok yang dihisap 10 – 20 batang sehari. Klien sulit
menghentikan kebisaaan merokok meski sudah didiagnosis asma pada usia 20
tahun. Saat ini, Tn Alfian datang ke fasilitas kesehatan untuk kontrol asmanya
dan konsultasi berhenti merokok.

Apa yang akan disampaikan oleh Konselor ?

Apa yang anda sampaikan selanjutnya mengenai KIE?

Situasi 2
Pemeran: Calon suami-istri dan Konselor di Puskesmas.
Setiap Selasa dan Kamis, Puskesmas Permata Hijau Kecamatan Senggolan
memberikan layanan konseling upaya berhenti merokok. Layanan konseling ini
diberikan kepada bagi klien perokok maupun keluarga atau pengantarnya.
Adaseorang perempuan yang hendak menikah datang ke Puskesmas untuk
mengantar calon suaminya yang berkeinginan berhenti merokok,
Apa yang akan disampaikan oleh Konselor ?

Apa yang anda sampaikan selanjutnya mengenai KIE?

128
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Situasi 3
Pemeran : Tn Zet bersama keluarga dan anaknya, Konselor

Seorang klien bernama tn. Zet berusia 52 th, datang bersama keluarga dan
anaknya seorang mahasiswa di Universitas ternama yang ada di kota Jakarta.

Anaknya berkeinginan untuk berhenti merokok karena sudah merokok sejak lama
kurang lebih 10 tahun yang lalu.

Apa saja yang ingin disampaikan dalam KIE tersebut ?

129
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Lampiran 2

STATUS BERHENTI MEROKOK (CATATAN KLIEN)

IDENTITAS
Nama : .................................................... L/P
Tanggal : ...................................................
Umur/ Tanggal lahir : …………………………………… No. RM : ….................................
Alamat : ……………………………………
Pekerjaan : ……………………………………
Pendidikan : ……………………………………
Status Pernikahan : …………………………………… Jumlah anak : ........... orang
No. Telp. / HP. : ……………………………………

Topik Uraian
I. Identifikasi awal TANYAKAN
status merokok, profil perokok
a. Usia mulai merokok BB : ............... kg TB : ........... cm,
b. Alasan mulai merokok IMT : ..........
c. Lama merokok (tahun) TD : ......... mmHg
d. Jumlah rokok/ hari/ tahun
e. Adakah anggota keluarga Skor Fagerstorm : ..........
yang merokok Kadar CO udara pernapasan..... ppm
f. Tingkat adiksi (fagerstroom) Nilai APE : ............. ml
g. Kadar CO udara ekspirasi
h. Mengukur arus puncak Tes Nikotinin urin : + /-
ekspirasi dengan Peak
Flowmeter.
II. Riwayat berhenti merokok TANYAKAN
sebelumnya
a. Jumlah usaha berhenti
b. Kapan usaha terakhir
c. Jumlah hari bebas rokok
d. Metode berhenti yg digunakan
e. Masalah yang dihadapi
f. Alasan mulai merokok kembali
III. Tingkat Perilaku TELAAH
a. Tingkat kesiapan Sedang memutuskan/ kebulatan niat/
(lingkari jawaban) persiapan/ aksi/ pemeliharaan
b. Tingkat motivasi
(0 = tidak termotivasi; 10 = sangat
termotivasi)
c. Alasan ingin berhenti

IV. Intervensi TOLONG DAN NASEHATI


Tanggal berhenti merokok Seketika (cold turkey)
Metode berhenti Bertahap
Penundaan

130
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Pilihan terapi : Sampaikan :


Konseling  Dampak buruk merokok
Farmakologi/ obat  Manfaat berhenti merokok
Lain-lain  Tantangan yang akan dihadapi
Tingkatkan motivasi
V. Pertemuan berikutnya TINDAK LANJUT
- Nilai keberhasilan Tingkatkan motivasi
- Withdrawal effect Ada/Tidak dukungan keluarga
Cara atasi withdrawal effect

Klien : ................................... Tanda tangan : .......................................

Konselor : ................................... Tanda tangan : .......................................

131
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

KUESIONER ADIKSI NIKOTIN (FAGERSTROM)

1 Berapa banyak rokok yang anda hisap dalam satu hari ?


1 – 10 ……………………………………………………………………………… (0)
11 – 20 ……………………………………………………………………………… (1)
21 – 30 ……………………………………………………………………………… (2)
31 atau lebih ………………………………………………………………………… (3)
2 Seberapa cepat anda menyalakan rokok pertama anda setelah
anda terjaga?
Dalam 5 menit .................................................................................................. (3)
6 hingga 30 menit ............................................................................................. (2)
31 hingga 60 menit ........................................................................................... (1)
Setelah 60 menit ............................................................................................... (0)
3 Rokok mana yang paling anda tidak relakan untuk dihentikan?
Rokok pertama pada pagi hari ......................................................................... (1)
Lainnya ............................................................................................................. (0)
4 Apakah anda merokok lebih banyak dalam dua jam pertama hari
anda daripada sisa hari anda?
Tidak ………………………………………………………………………………… (0)
Ya ………………………………………………………………………………….... (1)
5 Apakah anda kesulitan menahan rasa ingin merokok di tempat
yang dilarang seperti bangunan umum, pesawat terbang atau
di tempat kerja?
Tidak ………………………………………………………………………………… (0)
Ya ………………………………………………………………………………….... (1)
6 Apakah anda masih merokok ketika anda sakit berat sehingga
anda harus berbaring dalam sebagian besar waktu anda?
Tidak ………………………………………………………………………………… (0)
Ya ………………………………………………………………………………….... (1)
POIN TOTAL

Skor Fagerstrom:
0-3 ketergantungan rendah
4-6 ketergantungan sedang
7-10 Ketergantungan tinggi

132
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Lampiran 3

Kasus Kertas/ Lembaran Kasus Konseling


Upaya Berhenti Merokok

Skenario Klinik
Tn. R, 25 tahun, merokok selama 8 tahun, datang dengan keluarga
Pertama kali merokok karena diajak teman dan supaya bisa masuk dalam
kelompok temannya. Saat merokok pasien merasa lebih nyaman, dapat
konsentrasi dan dapat beraktivitas lebih segar. Saat ini pasien ingin berhenti
merokok tetapi menurut pasien halter sebut sulit karena pasien berpikir bila
berhenti merokok akan timbul hal-hal yang tidak menyenangkan.

Tugas:
o Setelah membaca skenario, lakukan wawancara lebih lanjut mengenai
ketergantungan nikotin pasien
o Wawancara pasien untuk mendapatkan gejala withdrawal dan keluhan
lainnya
o Jelaskan dan nilai kesiapan pasien untuk berhenti
o Nilai dukungan sosial
o Lakukan konseling dan peningkatan motivasi
o Menjelaskan tatalaksana

Kasus 1
Pasien Tn R, 45 tahun, datang dengan keluhan mulai merokok kembali setelah
6 bulan berhenti merokok. Sejak 1 bulan ini pasien mulai merokok 1 bungkus
per hari. Pasien mulai merokok kembali karena merasa stress akan masalah
keluarga dan pekerjaannya, yang muncul bertubi-tubi dan makin bertambah.
Pasien merasa sedih dan saat pasien merokok, pasien merasa nyaman dan
lebih tenang.
Saat ini pasien ingin berhenti kembali dan sudah siap melakukan proses terapi
berhenti merokok, tetapi pasien masih ragu, apakah dirinya mampu berhenti
merokok seperti sebelumnya. Pasien juga takut tidak bisa mengatasi masalah-
masalahnya bila berhenti merokok.

Pertanyaan:
o Saat ini pasien dalam fase/ tahap apa? Dan apa yang akan dilakukan?
o Saat ini pasien ada dalam tahap kontemplasi, dimana pasien masih ragu
apakah masih bisa berhenti seperti sebelumnya?

133
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Yang dilakukan adalah 5 R untuk menormalisasi ambivalensinya


Evaluasi masalah-masalahnya yang mungkin menjadi faktor2 berisiko tinggi
kekambuhan pasien
Evaluasi motivasi klien  motivasi : 5
Pakai pendekatan motivasi untuk meningkatkan motivasi pasien (MET)
Bila klien sudah siap, pada pertemuan berikutnya tentukan tanggal berhenti,
metode berhenti merokok yang dipilih
Follow up lanjutan

Kasus 2

Ps. Tn A, 18 tahun, datang ke Klinik Berhenti Merokok dengan dibawa orang tuanya.
Pasien sudah merokok sejak 2 tahun yang lalu, sekitar ½ - 1 bungkus perhari. Selalu
minta uang pada orang tuanya, bila tidak diberikan pasien akan mengamuk, marah,
melempar barang, berkata-kata kotor dan kasar pada orang tuanya. Setelah
mendapatkan uang, pasien tetap terlihat emosi, kesal, dan kurang sopan kepada
orang tuanya terutama ibunya.
Hal ini sebenarnya sudah terlihat sejak pasien SD, pasien terlihat kurang hormat dan
tidak sopan pada orang tuanya. Tetapi awalnya pasien masih dapat diberitahu orang
tuanya.
Karena kelakuan pasien, Ayah pasien sering menghukum pasien dan mengusir
pasien, tetapi ibu pasien masih cukup sabar walaupun menjadi sasaran kemarahan
pasien. Orang tua pasien sudah sering dipanggil kesekolah karena perilaku pasien
yang tidak sopan, kasar, dan mudah emosi.
Mulai merokok sendiri, sedikit lebih tenang saat merokok, tetapi tetap negatif
terhadap orang tuanya
Dari wawancara dan pemeriksaan, terlihat pasien tidak tenang, gelisah, bicara kasar
pada ibunya, Mood disforik, dan mudah marah, tiba-tiba pasien pergi dari ruang
periksa dan berteriak marah. Tidak ada halusinasi, tidak ada waham.

Apa yang harus dilakukan ?

Minta ibu/ keluarga untuk memanggil pasien kembali keruangan wawancara

Sambil menunggu, bila ibu pasien masih ada, lakukan wawancara dengan ibu
pasien.
Bila pasien kembali ke ruangan, apa yang akan dilakukan?

Tanya alasan keluar ruangan


Minta ibu/ keluarga keluar ruangan

Pasien setuju di wawancara


134
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Apa yang selanjutnya dilakukan ?


Eksplorasi kondisi pasien berkaitan dengan masalah negatif dan merokok
4T
Tanya kesiapan berhenti merokok
Motivasi
Tahap kesiapan : masih ragu-ragu untuk berhenti karena takut tidak bisa
konsentrasi dalam kuliah, dan ingin mengatasi masalah-masalah dengan rokok,
tapi ingin berhenti juga karena bila olahraga, nafas agak berat
Motivasi : 5

Apa yang dilakukan selanjutnya?


5R
Konseling Motivasi
Rencanakan pertemuan berikutnya
Rencanakan terapi keluarga

Kasus 3
Nn. N, 28 tahun, datang ke klinik dengan keinginan yang besar untuk berhenti
merokok Keinginan tersebut sudah ada sejak 1 minggu yang lalu, karena 3 bulan
lagi pasien akan menikah. Riwayat merokok sebelumnya, Pasien merokok sejak
5 tahun yang lalu saat mulai bekerja. Awalnya hanya 3 batang saat makan siang
dan saat stress pekerjaan, tetapi kemudian makin bertambah hingga saat ini 6-7
batang per hari. Pasien tidak menghisap dalam dan rokoknya pun hanya rokok
putih.

Apa yang selanjutnya dilakukan?


4T
Tanya
Telaah
Tolong dan nasihati
Tindak lanjut

Apalagi yang ingin ditanyakan?


• Motivasi pasien ?
Pasien sangat termotivasi dan ingin segera berhenti. Saat diukur motivasi di
angka 9, dimana pasien sangat ingin berhenti
 Tahap kesiapan pasien ?

Saat ini pasien siap melakukan terapi  tahap preparasi dan aksi

135
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Apa yang dilakukan saat tahap preparasi-aksi?


Tetapkan tanggal (dalam 1 minggu kedepan)

Beritahu keluarga dan teman akan keinginan berhenti merokok dan minta
dukungan
Antisipasi berbagai kendala, misalnya gejala withdrawal dan antispasi untuk
mengatasinya
Jauhkan rokok dari lingkungan

Berikan pilihan terapi yang mungkin dilakukan pasien sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pasien
Evaluasi pada minggu pertama setelah ia berhenti

Apabila sudah ada abstinensia  berikan pujian, diskusikan mengenai kendala,


antispasi, dan evaluasi farmakologik
Apabila pada evaluasi pasien masih merokok maka diskusikan keadaan yang
membuatnya masih merokok, tanyakan komitmennya, masalah yang dihadapi,
evaluasi farmakologik dan pertimbangkan rujukan untuk pengobatan intensif.

136
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Lampiran 4

LEMBAR PENUGASAN PENGUKURAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI

Penuntun Belajar
Penuntun belajar yang terdapat di dalam panduan peserta ini dirancang untuk
menolong peserta mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk
menatalaksana pasien dengan gangguan pernapasan. Penuntun belajar ini
bermaksud untuk membantu peserta mempelajari aspek-aspek pokok tatalaksana
sesuai dengan ruang lingkup pelatihan.
Dalam pembelajaran, keterampilan akan diberikan melalui demonstrasi (peraga/
video/ gambar) yang dilanjutkan dengan latihan oleh masing-masing peserta di
bawah bimbingan tutor/ fasilitator. Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian
menggunakan daftar tilik.

LEMBAR PENUGASAN
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan Peak Flow Rate Meter
Daftar tilik ini digunakan oleh peserta latih untuk mengetahui tingkat keterampilan
peserta dalam melakukan praktek pemeriksaan fungsi paru sederhana. Serta untuk
memastikan bahwa langkah-langkah yang harus dipahami oleh peserta latih dalam
penggunaan alat pemeriksaan fungsi paru tidak terlewat.
Beri nilai kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala nilai
berikut ini:
Tidak dikerjakan
Mengerjakan Tetapi Perlu Perbaikan: Langkah atau tugas dikerjakan tetapi
kurang tepat/ tidak sesuai urutan
Mampu Mengerjakan: Langkah atau tugas dikerjakan dengan benar dan urutan
yang benar

Penuntun Belajar Untuk


Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan Peak Flow Rate Meter
Langkah/Tugas Kasus
Persetujuan Tindakan Medik
Persiapan Sebelum Tindakan
o Pasien
o Petugas
o Menyiapkan Peak Flow Meter
Menyiapkan perangkat mulut disposable/ plastik

137
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Tindakan
Pasien berdiri tegak dan memegang Peak Flowmeter
Jelaskan kepada pasien rincian dari manuver yang harus dilakukan:
  Tarik napas panjang melalui hidung
  Katupkan bibir mengelilingi perangkat mulut
 Tiup secepat, sekuat, dan sebanyak mungkin
seperti memadamkan lilin 
Catatlah hasilnya sesuai angka yang tertera pada
monitor
o Ulangi pengukuran ini sampai 3 kali. Pilihlah nilai APE
yang tertinggi
o Penafsiran hasil

Nilai APE yang normal pada laki-laki (liter / menit)

UMUR DALAM TAHUN


TB
13 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70

150 449 462 491 515 532 539 538 524 497 456 399 325 233

152 463 475 505 529 545 553 551 537 511 469 413 338 246

154 476 489 518 542 559 566 564 550 524 483 426 352 259

156 489 502 532 556 572 580 578 564 537 496 440 365 273

158 503 515 545 569 585 593 591 577 551 509 453 379 286

160 516 529 559 582 599 607 604 590 564 523 466 392 299

162 529 542 572 596 612 620 618 604 577 536 480 406 313

164 543 556 585 609 625 634 631 617 591 550 493 419 326

166 556 569 599 622 639 647 644 631 604 563 506 433 340

168 569 583 612 636 652 660 658 644 617 577 520 446 353

170 583 596 625 649 665 674 671 658 631 590 533 459 367

172 596 610 639 662 679 687 685 671 644 604 547 473 380

138
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Nilai APE yang normal pada perempuan (liter / menit)

UMUR DALAM TAHUN


TB
13 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70

150 376 382 394 401 404 403 397 387 373 353 330 302 271

152 385 391 402 410 413 411 406 395 381 362 338 311 279

154 393 399 410 419 421 419 414 404 389 370 347 319 287

156 401 407 419 426 429 428 422 412 398 379 355 328 396

158 410 416 427 434 437 436 431 421 406 387 364 336 304

160 418 424 436 443 446 445 439 429 414 395 372 344 313

162 427 433 444 451 454 453 447 437 422 404 380 353 321

164 435 441 452 460 463 461 455 446 431 412 389 361 329

166 443 449 461 468 471 470 464 454 439 421 397 370 338

168 452 457 469 476 479 478 472 462 448 429 406 378 346

170 460 466 478 485 488 487 481 470 456 437 414 386 355

172 469 474 486 493 496 495 489 479 464 446 422 395 363

LEMBAR PENUGASAN
Studi Kasus

Arahan
Baca dan lakukan analisa terhadap studi kasus secara perorangan. Bila yang lain
dalam kelompok sudah selesai membaca, jawab pertanyaan dari studi kasus.
Gunakan langkah dalam pengambilan keputusan klinik pada saat memberikan
jawaban. Kelompok yang lain dalam ruangan bekerja dengan kasus yang sama atau
serupa. Setelah semua kelompok selesai, dilanjutkan dengan pemaparan dan
diskusi tentang studi kasus yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok.

139
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

LEMBAR PENUGASAN PENGUKURAN KADAR CO PERNAPASAN

Penuntun Belajar
Penuntun belajar yang terdapat di dalam panduan peserta ini dirancang untuk
menolong peserta mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk
menatalaksana pasien dengan gangguan pernapasan. Penuntun belajar ini
bermaksud untuk membantu peserta mempelajari aspek-aspek pokok tatalaksana
sesuai dengan ruang lingkup pelatihan.
Dalam pembelajaran, keterampilan akan diberikan melalui demonstrasi (peraga/
video/ gambar) yang dilanjutkan dengan latihan oleh masing-masing peserta di
bawah bimbingan tutor/ fasilitator. Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian
menggunakan daftar tilik.

LEMBAR PENUGASAN

Pemeriksaan Kadar CO Pernapasan dengan CO Analyzer


Daftar tilik ini digunakan oleh peserta latih untuk mengetahui tingkat keterampilan
peserta dalam melakukan praktek pemeriksaan fungsi paru sederhana. Serta untuk
memastikan bahwa langkah-lagkah yang harus dipahami oleh peserta latih dalam
penggunaan alat pemeriksaan fungsi paru tidak terlewat.
Beri nilai kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala nilai
berikut ini:
Tidak dikerjakan
Mengerjakan Tetapi Perlu Perbaikan: Langkah atau tugas dikerjakan tetapi
kurang tepat/tidak sesuai urutan
Mampu Mengerjakan: Langkah atau tugas dikerjakan dengan benar dan urutan
yang benar

Penuntun Belajar Untuk


Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan Peak Flow Rate Meter
Langkah/Tugas Kasus
Persetujuan Tindakan Medik
Persiapan Sebelum Tindakan
1. Pasien
2. Petugas
3. Menyiapkan CO Analyzer
4. Menyiapkan perangkat mulut reusable (D-piece)
5. Menyiapkan perangkat mulut disposable
Tindakan
Pasien berdiri tegak dan memegang CO Analyzer
1. Jelaskan kepada pasien rincian dari manuver yang harus dilakukan:

140
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

  Tarik napas panjang melalui hidung


  Tahan napas selama 7 detik
  Katupkan bibir mengelilingi perangkat mulut
 Tiup napas melalui mulut perlahan-lahan selama
 12 - 15 detik
Tunggu selama 5 - 10 detik sampai keluar hasil
di layar monitor
o Catatlah hasilnya sesuai angka yang tertera
pada monitor
o Penafsiran hasil

141
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Skenario

Untuk latihan keterampilan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat
rokok berupa pengukuran arus puncak ekspirasi dan kadar CO pernapasan, peserta
dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 -15 peserta.
Setiap kelompok mendapatkan 1 unit Peak Flowmeter dan 1 unit CO analyzer.
Peserta juga mendapat lembar panduan dan daftar tilik pengukuran.

Simulasi Kasus
Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO Pernapasan

Arahan
Peserta diminta melakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO
Pernapasan berdasarkan contoh kasus berikut ini. Peserta yang lain akan
melakukan pengamatan (observer) terhadap praktik pengukuran beserta analisis
hasil pengukuran dan melaporkannya dalam diskusi kelompok.

Kasus 1
Pemeran : Tn. Alfian dan istri, Dokter Puskesmas
Tn. Alfian, 40 tahun, adalah pasien asma. Sejak sebulan yang lalu, asmanya
kambuh berupa gejala batuk dan sesak. Pasien mempunyai riwayat merokok
selama 25 tahun, jumlah rokok yang dihisap 10 - 20 batang sehari. Klien sulit
menghentikan kebisaaan merokok meski sudah di diagnosis asma pada usia 20
tahun. Saat ini, Tn Alfian datang ke Puskesmas untuk kontrol asmanya dan
konsultasi berhenti merokok.
Lakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO pernapasan pada
pasien tersebut?
Bagaimana analisis hasil pengukuran?

Kasus 2
Pemeran : Agus bersama kakaknya, Tenaga Kesehatan
Seorang mahasiswa bernama Agus berusia 25 tahun, datang bersama kakaknya
untuk berobat karena sejak 1 bulan terakhir sakit batuk tidak sembuh-sembuh. Dari
pemeriksaan dahak 3x, didapatkan hasil yang normal. Dokter menyarankan agar
Agus mengikuti program berhenti merokok. Agus merokok selama kurang lebih 10

142
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

tahun yang dengan jumlah rokok 1 - 2 bungkus/ hari. Ini adalah kunjungan pertama
Agus ke Puskesmas untuk mengikuti program berhenti merokok.
Lakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO pernapasan pada
pasien tersebut?
Bagaimana analisis hasil pengukuran?

143
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Lampiran 5
Kasus Kertas/ Studi Kasus
Materi Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok

Kasus 1
Seorang laki-laki 50 th, Perokok berat sejak 20 th yang lalu, 1 bungkus sehari.
Sudah menjalani UBM di Puskesmas sejak 2 minggu yang lalu. Saat ini kontrol ke
Puskesmas.
Pertanyaan :
Apa saja yang dinilai saat pertemuan ke dua ini ?

Kasus 2
Tn. B , 29 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 4 minggu. Saat pertemuan minggu ke-4, yang bersangkutan belum
bisa berhenti merokok sama sekali. Saat konsultasi yang bersangkutan
menyatakan sulit meninggalkan keinginan merokoknya.
Pertanyaan :
o Apa yang anda lakukan ?
o Apa kendala berhenti merokok pd klien ?
o Bagaimana pedekatan anda untuk membantu berhenti merokok ?

Kasus 3
Ny. S , 37 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 4 minggu. Saat pertemuan minggu ke-4, yang bersangkutan baru
bisa mengurangi jumlah rokok dari 12 batang menjadi 6 batang. Saat konsultasi
yang bersangkutan menyatakan bahwa merasa sulit berhenti merokok karena
menjadi tidak nyaman, sulit tidur, mudah marah.
Pertanyaan :
o Apa kendala berhenti merokok pd klien ?
o Upaya apa yang bisa anda sarankan ?
o Bagaimana cara memberikan saran ?

Kasus 4
Tn. K , 43 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 8 minggu. Saat pertemuan minggu ke-8, yang bersangkutan sudah
bisa berhenti merokok secara total.

144
Bagi Tenaga Kesehatan dala
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Pertanyaan :
Apa yang anda lakukan saat pertemuan minggu ke-8 ?
Apa yang bisa disampaikan untuk mencegah relaps ?

Kasus 5

Tn. M , 40 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok


dalam waktu 12 minggu.
Pertanyaan :
1. Apa yang anda lakukan saat pertemuan minggu ke-12 ?

Kasus 6
Laki-laki, 37 th, sdh menjalani program UBM selama 8 minggu dan belum
berhasil berhenti merokok. Pasien mengalami keluhan depresi yang
membuat sulit untuk berhenti merokok
Pertanyaan :
o Apakah kasus ini perlu di rujuk ?
o Kalau perlu, rujukan apa sifatnya
o Isi formulir rujukan

Kasus 7
Perempuan 45 th, perokok berat, 2 bungkus perhari, sdh menjalani
konsultasi berhenti merokok di UBM di Puskesmas pada akhir program bulan
ke 3 yang bersangkutan masih belum berhasil berhenti merokok.
Pertanyaan :
o Apa perlu di rujuk ?
o Apa tujuan untuk rujukan
o Isi formulir rujukan.

145
Bagi Tenaga Kesehatan dala
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

146
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

147
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

KARTU KLIEN UPAYA BERHENTI MEROKOK

Nama :..................................................................
Puskesmas/ Fasyankes: ......................................................................
Umur : ......... ... Tahun No: rekam medis klien:
Jenis Kelamin: L /P
Pekerjaan: ............................................................ Alamat : ..................................................................
Pendidikan: ..........................................................

Status Pernikahan: ............................................... No. HP/telp Rumah: ..............................................................................

Tanyakan Telaah Tolong dan Nasehati Tindak Lanjut

Tanggal/ Adakah Profil Perokok Rencana untuk berhenti merokok


Bulan/ anggota Tingkat Keluhan Ada/Tidak Hasil Akhir******
No
Tahun Jumlah Ada/Tidak Riwayat keluarga motivasi klinis Terapi Metode Dukungan Nilai
berhenti**
Rokok/Hari Berhenti Merokok* yang (skala- putus Simptomatis ** keluarga/ keberhasilan*****
* Tanggal Metode
merokok di Tingkat Adiksi 0-10) nikotin Berhenti Berhenti Kendala teman dll****
Kadar CO APE
rumah anda (Fagerstorm) Merokok Merokok Berhenti
Merokok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1
2
3
4
5
6

Jarak antar pertemuan dalam 3 bulan pertama adalah 2 minggu, dilanjutkan setiap 3 bulan sampai setahun
Ada/Tidak Riwayat Berhenti Merokok: Jika ada, isi berapa lama (kunjungan pertama)
Terapi Simptomatis: terapi yang diberikan untuk mengatasi keluhan klinis yang terjadi
Metode Berhenti diisi dengan:
o Seketika (cold turkey)
o Bertahap
o Penundaan
Ada/Tidak Dukungan keluarga/ teman dll: jika ada di isi dengan siapa
Nilai Keberhasilan:
Proses : Klien yang masih dalam proses berhenti merokok
Berhasil Berhenti Merokok : Klien yang berhasil berhenti merokok ( ditulis tanggal berhenti merokok)
CA : Continous Abstinencea adalah klien berhasil berhenti merokok secara terus menerus dalam periode tertentu ............................./.................. / 20...
CA 1 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 1 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok Pembuat laporan
CA 3 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CA 6 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CA 9 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
****** Kolom hasil akhir diisi dengan :
- Berhasil Berhenti Merokok (BBM)
- Kambuh (Km) ( )

- Drop out (DO) Kepala Puskesmas/ Fasyankes ............ NIP. :


- Rujuk (Rj) Kab/ Kota ...................
- Sukses (Sk)

(............................................................ ) (............................................................... )
NIP. : NIP. :

148
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

REKAPITULASI UPAYA BERHENTI MEROKOK DI UNIT PELAYANAN**


Nama Unit Pelayanan: ................................................ Alamat Unit Pelayanan : ...................................................

Tahun : .............................................................

Jumlah klien* yang Status klien yang berkunjung


berkunjung
No Bulan Proses (Ps) Berhasil Berhenti Merokok
Baru Lama Total (BBM) Q Rujuk (Rj) Kambuh (Km) Drop Out (DO) Sukses (Sk)
Baru Lama Total CAR 3 CAR 6 CAR 9

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok
Unit pelayanan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan upaya berhenti merokok
TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus

Mengetahui ............................./.................. / 20...


Kepala Unit Pelayanan........................................... Pembuat Laporan

( ) ( )
NIP. : NIP. :

149
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

REKAPITULASI UPAYA BERHENTI MEROKOK DI PUSKESMAS


Nama Puskesmas : ... ..... ..... ...... ..... ..... ..... ..... ...... ..... .... Alamat Puskesmas : ............................................................................

Triwulan : I/ II/ III/ IV Tahun : .........................................

Jumlah klien* yang Status klien yang berkunjung


berkunjung
No Nama Fasyankes Proses (Ps) Berhasil Berhenti Merokok
Baru Lama Total (BBM) Q Rujuk (Rj) Kambuh (Km) Drop Out (DO) Sukses (Sk)
Baru Lama Total CAR 3 CAR 6 CAR 9

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok
TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti m erokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus

Mengetahui .............................../ ..................... / 20...


Kepala Puskesmas ...........................................
Kab/ Kota ......................................................... Pembuat Laporan

( ) ( )
NIP. : NIP. :

150
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

REKAPITULASI UPAYA BERHENTI MEROKOK DI KABUPATEN/KOTA

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: ...................................................... Alamat Dinkes Kab/Kota : ..............................................................

Triwulan : I/ II/ III/ IV Tahun : .............................................................

Jumlah klien* yang Status klien yang berkunjung


berkunjung
No Nama Puskesmas Proses (Ps) Berhasil Berhenti Merokok
Baru Lama Total (BBM) Q Rujuk (Rj) Kambuh (Km) Drop Out (DO) Sukses (Sk)
Baru Lama Total CAR 3 CAR 6 CAR 9

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn

Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok


TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 :Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 :Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhen ti merokok
CAR 9 :Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus

.............................../ ..................... / 20...


Mengetahui
Kepala Bidang ........................................... Pembuat Laporan
Kab/ Kota .........................................................

( ) ( )
NIP. : NIP. :

151
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

REKAPITULASI UPAYA BERHENTI MEROKOK DI PROVINSI

Dinas Kesehatan Provinsi: ...................................................... Alamat Dinkes Provinsi : ...................................................

Triwulan : I/ II/ III/ IV Tahun : ......................................

Jumlah klien* yang Status klien yang berkunjung


berkunjung
No Nama Kabupaten/Kota Proses (Ps) Berhasil Berhenti Merokok
Baru Lama Total (BBM) Q Rujuk (Rj) Kambuh (Km) Drop Out (DO) Sukses (Sk)
Baru Lama Total CAR 3 CAR 6 CAR 9

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn

Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok


TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 :Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 :Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 :Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus

.............................../ ..................... / 20...


Mengetahui
Kepala Bidang ........................................... Pembuat Laporan
Provinsi .........................................................

( ) ( )
NIP. : NIP. :

152
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

REKAPITULASI UPAYA BERHENTI MEROKOK NASIONAL

Triwulan : I/ II/ III/ IV Tahun : .............................................................

Jumlah klien* yang Status klien yang berkunjung


berkunjung
No Nama Provinsi Proses (Ps) Berhasil Berhenti Merokok
Baru Lama Total (BBM) Q Rujuk (Rj) Kambuh (Km) Drop Out (DO) Sukses (Sk)
Baru Lama Total CAR 3 CAR 6 CAR 9

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn

Keterangan :
Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok
TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus
/ / 20
Mengetahui
Kepala Subdit PPKD Pembuat Laporan

( ) ( )
NIP. : NIP. :

153
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

154
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

155
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

PENILAIAN TERHADAP NARASUMBER / FASILITATOR

PELATIHAN UNTUK PELATIH BAGI PETUGAS KESEHATAN DAN GURU


DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK
DI SEKOLAH
Nama Fasilitator : ..............................................................................................
Materi : ..............................................................................................
Tanggal : ..............................................................................................

Berilah tanda centang (v) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai

KRITERIA PENILAIAN 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100


a. Penguasaan Materi
b. Ketepatan Waktu
c. Sistematika Penyajian
d. Penggunaan Metode dan Alat
Bantu Diklat
e. Empati, Gaya dan Sikap terhadap
Peserta
f. Penggunaan Bahasa dan Volume
Suara
g. Pemberian Motivasi Belajar
h. Pencapaian Tujuan Pembelajaran
i. Kesempatan Tanya Jawab
j. Kemampuan Menyajikan
k. Kerapihan Pakaian
l. Kerjasama antar Tim Pengajar

Keterangan : 45 - 55 : kurang, 56 - 75 : sedang, 76 - 85 : baik, 86 ke atas sangat baik

Saran :
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..………………………………………………...................
...........................................

156
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

FORM PENILAIAN PENYELENGGARAAN

PELATIHAN UNTUK PELATIH BAGI PETUGAS KESEHATAN DAN GURU


DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK
DI SEKOLAH

Berilah tanda (V) untuk pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan apa yang anda rasakan
/ alami selama mengikuti pelatihan.

A. Pelayanan akomodasi / asrama

PELAYANAN AKOMODASI SANGAT


NO BAIK CUKUP KURANG
(ASRAMA) BAIK
1 Sikap dan perilaku penerima tamu
2 Keadaan kamar saat anda masuk
3 Penataan interior kamar / ruangan
Kebersihan, keamanan dan
4
kenyamanan secara keseluruhan
Kapasitas peralatan dalam kamar
5
memadai (meja, kursi, tempat tidur)
Sikap dan perilaku petugas
6
pelayanan asrama

Saran perbaikan pelayanan akomodasi :


....................................................................................................................................
............................................................................................................
....................................................................................................................................
............................................................................................................

157
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

B. Pelayanan konsumsi

SANGAT
NO PELAYANAN KONSUMSI BAIK CUKUP KURANG
BAIK
Ketepatan jadwal pelayanan
1
konsumsi
Kebersihan penyajian makanan di
2
ruang makan
3 Variasi makanan
Kecukupan (porsi) makanan yang
4
disajikan
5 Cita rasa makanan yang disajikan
Sikap dan perilaku petugas
6
pelayanan konsumsi

Saran perbaikan pelayanan konsumsi :


.................................................................................................................................................
...............................................................................................
.................................................................................................................................................
...............................................................................................

C. Pelayanan kelas, aula, dan auditorium

SANGAT
NO PELAYANAN KELAS dll BAIK CUKUP KURANG
BAIK
1 Kebersihan kelas, aula, auditorium
Persiapan kelas. Aula, dan
2
auditorium saat anda masuk
Desain kelas. Aula, dan auditorium
3
saat kegiatan diklat dilaksanakan
Sikap dan perilaku petugas
4 pelayanan kelas, aula dan
auditorium

Saran perbaikan pelayanan kelas, aula, dan auditorium :


.................................................................................................................................................
...............................................................................................
........................................................................................................................

158
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

D. Pelayanan sekretariat

SANGAT
NO PELAYANAN SEKRETARIAT BAIK CUKUP KURANG
BAIK
Penyediaan alat tulis dan
1
bahan diklat
2 Penyediaan daftar hadir

3 Penyediaan format evaluasi


Sikap petugas/ panitia
4
terhadap peserta

Saran perbaikan pelayanan kesekretariatan :


..........................................................................................................................
........................................................................................................................
..........................................................................................................................
........................................................................................................................

D. Kesesuaian Materi

SANGAT CUKUP KURANG


NO KESESUAIAN
SESUAI SESUAI SESUAI
Materi dengan tujuan pelatihan secara
1
keseluruhan
2 Materi dengan uraian tugas di tempat kerja

3 Materi dengan waktu pembelajaran


Materi dengan evaluasi materi (pre/ post test,
4
pedoman penugasan)
5 Materi dengan keadaan sekarang (up to date)

159
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

E. Masukan

1. Materi apa yang perlu ditambahkan dalam pelatihan ini ?


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................

2. Materi apa yang dirasakan waktunya perlu dikurangi ?


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................

3. Materi apa yang dirasakan waktunya perlu ditambah ?


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................

4. Jenis diklat apa yang dirasa perlu pada institusi (daerah) saudara ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................

F. SARAN

..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................
.....................................................................................................................

HAL-HAL YANG DIRASA MEMBANTU


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................
.....................................................................................................................

HAL-HAL YANG DIRASA MENGHAMBAT


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................
.....................................................................................................................

160
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

SOAL PRE & POST TEST


PELATIHAN KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK
PADA ANAK USIA SEKOLAH
TAHUN 2016

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar
1. Dasar hukum konseling upaya berhenti merokok pada anak usia sekolah bagi tenaga
kesehatan dan guru, adalah peraturan perundang-undangan di bawah ini, kecuali :

a. Undang - Undang RI No. 20 d. Peraturan Pemerintah RI No. 66 tahun

Tahun 2003 tentang Sistem 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

Pendidikan Nasional e. Peraturan Menteri Pendidikan dan

b. Undang - Undang RI No. 35 Kebudayaan RI Nomor 64 Tahun 2015

tahun 2009 tentang tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Penyalahgunaan Narkotika, Lingkungan Sekolah

Psikotropika, dan Zat Adiktif


c. Undang - Undang RI No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Sebatang rokok mengandung 400 zat yang berbahaya bagi kesehatan.


Zat di dalam rokok yang dapat menyebabkan kanker adalah :
a. Tar d. Formaldehid
b. Nitrat e. Carbon monoksida
c. Nikotin
3. Gejala putus nikotin yang dialami seorang perokok ketika tidak merokok disebut
sebagai :
a. Withdrawal effect d. Nicotine adiction cycle
b. Relapse symptom e. Cold turkey methode
c. Precontemplation stage
4. Dampak negatif konsumsi rokok bagi kesehatan rongga mulut, ditandai oleh hal - hal
di bawah ini :
a. Bau mulut yang tidak dapat d. Gigi menjadi lebih sensitif terhadap
diatasi dengan menggosok gigi rangsangan makanan/minuman
atau menggunakan obat kumur panas dan dingin
b. Warna gigi berubah menjadi e. Semua benar
kuning hingga coklat
c. Proses penyembuhan radang
pada rongga mulut menjadi lebih
lama

161
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

5. Dampak psikologis pengaruh konsumsi rokok terhadap perilaku anak sekolah, yakni :
a. Rasa cemas (anxietas) d. Percaya diri
b. Nafas bau rokok e. Dada berdebar - debar
c. Nafsu makan meningkat
6. Konsumsi rokok dapat menyebabkan penyakit akibat rokok seperti :
a. Stroke d. Penyakit Jantung Reumatik
b. Tuberculosis e. Otitis media purulenta akut
c. Leptospirosis
7. Proses konseling berhenti merokok bagi anak usia sekolah, mengikuti kaidah berikut
ini, kecuali :
a. Menggunakan pendekatan yang d. Adanya kerja sama antara konselor
menghormati semua peserta dan peserta didik
didik e. Memberikan penatalaksanaan
b. Menganggap perilaku merokok medis yang bersifat individual
sebagai permasalahan yang
terus-menerus
c. Memberikan dukungan secara
psikologis
8. Tugas utama konselor berhenti merokok di sekolah adalah :
a. Menguatkan komitmen peserta d. Memberikan pengobatan kepada
didik dalam upaya behenti peserta didik yang ingin berhenti
merokok merokok
b. Menegakkan disiplin di e. Membantu proses rehabilitasi
lingkungan sekolah berhenti merokok bagi peserta
c. Menciptakan lingkungan sekolah didik
yang bebas asap rokok
9. Di bawah ini adalah gejala putus nikotin, kecuali :
a. Rasa cemas d. Sulit konsentrasi
b. Gangguan tidur e. Rasa gembira yang berlebihan
c. Mudah tersinggung
10. Sasaran larangan merokok di lingkungan sekolah adalah :
a. Guru d. Penjual makanan di kantin sekolah
b. Peserta didik e. Semua Benar
c. Petugas kebersihan sekolah
11. Yang bukan merupakan cara dan langkah berhenti merokok adalah :
a. Substitusi d. Penundaan
b. Cold turkey e. Aromaterapi
c. Berhenti seketika

162
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

12. Kriteria guru yang menjadi konselor berhenti merokok adalah hal - hal di bawah ini,
kecuali :
a. Mempunyai kedekatan dengan d. Memiliki minat untuk mendalami
peserta didik dunia remaja / pelajar
b. Mampu berkomunikasi dengan e. Mempunyai ketertarikan terhadap
baik pencegahan rokok di kalangan
c. Bersedia memberikan pelajar
pengobatan dampak merokok
pada peserta didiknya
13. Nilai kadar CO ekspirasi yang kemungkinan besar karena gas beracun (CO) dari
rokok adalah :
a. < 4 ppm d. > 10 ppm
b. 4 - 5 ppm e. 10 - 20 ppm
c. 5 - 10 ppm
14. Upaya edukasi pada penyelenggaraan pengendalian masalah merokok di sekolah,
berupa :
a. Pengadaan alat atau bahan d. Penyuluhan manfaat upaya berhenti
penunjang kesehatan di UKS merokok kepada warga sekolah
b. Pembentukan jejaring kerja e. Pemeriksaan kesehatan pada
pengendalian masalah merokok peserta didik yang mengikuti
di sekolah konseling upaya berhenti merokok
c. Penyusunan buku pedoman
konseling upaya berhenti
merokok di sekolah
15. Konseling upaya berhenti merokok di sekolah, dilakukan selama kurun waktu :
a. 1 - 2 minggu d. 5 - 6 minggu
b. 3 - 4 minggu e. 6 - 8 minggu
c. 4 - 5 minggu
16. Pendekatan Konseling 5 Rs, sebagai berikut :
a. Relevance: Diskusikan dampak d. Roadblocks: Tanyakan tantangan
rokok terhadap kesehatan diri yang dihadapi pada saat berhenti
sendiri dan keluarga sebagai merokok
perokok pasif e. Semua benar
b. Risks: Diskusikan dampak-
dampak negatif dari rokok
c. Rewards: Diskusikan keuntungan
dari berhenti merokok (dari segi
kesehatan, finansial, dll)

163
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

17. Upaya preventif dalam pengendalian masalah merokok di sekolah, dilakukan melalui :
a. Skrining faktor risiko dan deteksi d. Pengadaan alat/ bahan penunjang
dini kesehatan di sekolah
b. Penyebarluasan media promosi e. Pembentukan jejaring kemitraan
kesehatan dengan stakeholder sekolah
c. Penyuluhan kesehatan warga
sekolah
18. Kuesioner ketergantungan nikotin yang digunakan pada pemeriksaan perokok disebut
juga sebagai :
a. Brigmann’s Index d. Kuesioner skrining perilaku merokok
b. Kuesioner Fagerstroom e. Lembar follow up
c. Status berhenti merokok

19. Parameter kesehatan yang diukur pada pelaksanaan konseling uapaya berhenti
merokok di sekolah adalah :
a. Berat Badan d. Kadar CO pernapasan
b. Tekanan Darah e. Semua benar
c. Arus Puncak Ekspirasi
20. Hasil konseling upaya berhenti merokok di sekolah, dicatat dan dilaporkan secara
bertahap. Yang pertama kali melakukan pelaporan adalah :
a. Guru d. Petugas Puskesmas
b. Kepala sekolah e. Tim konselor berhenti merokok di
c. Petugas UKS sekolah

164
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018

Catatan :

165

Anda mungkin juga menyukai