BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk jumlah perokok terbesar dari jumlah
perokok dunia dan nomor satu di ASEAN (4,8%) setelah Cina (30%) dan India (11,2%).
Data Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, menunjukkan bahwa prevalensi
merokok diIndonesia adalah sebesar 36,1% (67,4% laki-laki dan 4,5% perempuan), dan
rata-rata jumlah batang rokok yang dikonsumsi pada tahun 2010 adalah 10 batang per
hari (10 batang pada laki-laki dan 6 batang pada perempuan). Menurut WHO 2010, data
hasil dari Global Report on NCD (Non Communicable Disease) menunjukkan bahwa
prosentase kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) menempati proporsi yang
cukup besar yaitu 63%.
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih kurang 251 juta jiwa merupakan pasar
potensial bagi pengusaha rokok, dikarenakan adanya kebebasan bagi pengusaha rokok
untuk mengiklankan, mempromosikan, dan mensponsori berbagai kegiatan di
masyarakat. Tidak hanya itu, hal lain yang juga sangat memprihatinkan adalah rokok
dapat dijual bebas secara eceran terhadap anak-anak. Merokok menimbulkan beban
kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi bagi orang
lain. Konsumsi rokok di Indonesia naik tujuh kali lipat dari 33 milyar batang menjadi 240
milyar batang, dengan tingkat konsumsi 240 milyar batang/ tahun sama dengan 658 juta
batang rokok per hari, atau sama dengan senilai uang 330 milyar rupiah dibakar oleh
para perokok Indonesia setiap hari.
Pada tahun 2010 penerimaan negara dari cukai tembakau adalah sebesar 55 triliun,
sementara pengeluaran makro akibat tembakau adalah sebesar 245,41 triliun. Tentunya
pemasukkan dan pengeluaran negara sangat tidak sebanding, oleh karena itu
Pemerintah Pusat, Daerah, dan Masyarakat harus melakukan upaya pengendalian
tembakau termasuk rokok sebagai akibat tingginya penyakit tidak menular terkait dampak
tembakau. Rokok terbukti sebagai faktor risiko utama penyakit stroke dengan
kecenderungan kesakitan sebesar 12,1%, penyakit hipertensi 31,7%, dan penyakit
jantung 0,3% (Riskesdas, 2013).
Fakta menunjukkan bahwa jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Data Riset
Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi perokok meningkat dari 34,2% pada tahun
2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013 dengan peningkatan prevalensi perokok
perempuan dari 5,2% menjadi 6,7%.
1
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Secara umum, kebisaaan merokok pada masyarakat Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan karena konsumsi rokok yang masih cenderung tinggi. Sementara
beban biaya yang berkaitan dengan penyakit akibat rokok dan dapat menyebabkan
terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti gangguan pernapasan (PPOK, Asma ),
Penyakit Jantung, Stroke dan Kanker Paru, dan ini bukan hanya dari biaya pengobatan
tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu produktivitas. Semakin banyak generasi muda
yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan
karsinogenik yang bersifat fatal. Apalagi saat ini anak-anak dan kaum muda kita semakin
dijejali dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat
gencar.
Melihat kondisi tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan pengendalian dampak
bahaya rokok khususnya bagi anak sekolah, termasuk menyediakan layanan upaya
berhenti merokok di sekolah sebagai ujung tombak dalam upaya promotif dan
pencegahan. Peran guru dan Petugas Kesehatan di Puskesmas akan menjadi lebih
optimal dalam konseling, bagaimana cara menghindar untuk menjadi seorang perokok,
dan bagi yang sudah terlanjur menjadi perokok adalah bagimana cara berhenti dari
ketergantungan merokok. Untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten dalam melaksanakan layanan tersebut, perlu dilakukan pelatihan yang
memenuhi standar kompetensi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu disusun kurikulum dan modul pelatihan
TOT bagi Petugas Kesehatan dalam Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
Upaya Berhenti Merokok di sekolah, sehingga dapat menghasilkan fasilitator yang
kompeten dan profesional dalam melatih tenaga kesehatan pada pelatihan konseling
upaya berhenti merokok.
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan untuk pelatih bagi petugas kesehatan dalam implementasi kawasan tanpa
rokok dan Upaya Berhenti Merokok di sekolah ini diselenggarakan dengan
memperhatikan:
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
2
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
3
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta memiliki peran sebagai pelatih bagi petugas
kesehatan dalam Upaya Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Upaya Berhenti
Merokok di sekolah.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi:
1. Melakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi dampak konsumsi rokok
terhadap kesehatan.
2. Melakukan Upaya Berhenti Merokok.
3. Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat rokok
4. Melakukan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas pelayanan
kesehatan primer
5. Melakukan tindak lanjut Upaya Berhenti Merokok
6. Melakukan pencatatan & pelaporan
7. Melatih pada Pelatihan implementasi Kawasan Tanpa Rokok di sekolah
C. Kompetensi
Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai kompetensi:
1. Melakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi dampak konsumsi rokok
terhadap kesehatan.
2. Melakukan Upaya Berhenti Merokok.
3. Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat rokok
4. Melakukan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas pelayanan
kesehatan primer
5. Melakukan tindak lanjut Upaya Berhenti Merokok
6. Melakukan pencatatan & pelaporan
7. Melatih pada Pelatihan implementasi Kawasan Tanpa Rokok di sekolah
4
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB III
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih Petugas Kesehatan dalam Upaya
Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Upaya Berhenti Merokok di sekolah.
B. Tujuan Khusus
5
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM
NO MATERI WAKTU
T P PL JLH
A. MATERI DASAR:
1. Kebijakan dan Strategi Pengendalian P2PTM dan 2 2
Rokok dan Kebijakan KTR di Tatanan Sekolah
sebagai Tindak Lanjut Implementasi PP 109 tahun
2012 2 2
2. Manajemen Penerapan KTR & UBM
B. MATERI INTI:
1. KIE Dampak Konsumsi Rokok terhadap Kesehatan 2 1 3
7. Teknik Melatih 5 7 12
C. MATERI PENUNJANG:
1. Membangun Komitmen Belajar 2 2
2. Anti Korupsi Pada Pelayanan Publik 2 2
3. Rencana Tindak Lanjut Pelatihan 2 2
Jumlah 20 27 47
Catatan: 1 jam pembelajaran @ 45 menit
Keterangan:
T = Teori Alokasi waktu:
P = Penugasan Teori sebesar 40%
PL = Praktik Lapangan Penugasan dan Praktik lapangan sebesar 60%
6
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
7
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Judul Materi Dasar 2 : Manajemen Penerapan KTR dan Upaya Berhenti Merokok(UBM)
Waktu : 2 Jpl (T : 2, P : 0)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Manajemen Penerapan KTR dan UBM
1. Menjelaskan Perencanaan 1. Perencanaan Penerapan 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
1. CTJ
Penerapan KTR dan KTR dan Layanan 2. Laptop Primer,2014
2. Curah
Layanan Konseling Upaya Konseling Upaya 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
Pendapat
Berhenti Merokok Berhenti Merokok 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS/
2. Menjelaskan Pembiayaan 2. Pembiayaan Penerapan 6. Pointers Madrasah, 2015
Penerapan KTR dan KTR dan Layanan 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Layanan Konseling Upaya Konseling Upaya Primer,2014
Berhenti Merokok Berhenti Merokok 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
3. Menjelaskan 3.Penyelenggaran 2013
Penyelenggaraan Penerapan KTR dan
Penerapan KTR dan Layanan Konseling
Layanan Konseling Upaya Upaya Berhenti Merokok
Berhenti Merokok
8
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1. Menjelaskan Konsep KIE 1. Konsep KIE Dampak 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Dampak Konsumsi Rokok Konsumsi Rokok 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
2. Menjelaskan Masalah 2. Masalah Kesehatan 3. Role Play 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
Kesehatan Akibat Akibat Konsumsi Rokok 5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS/
Konsumsi Rokok 6. Pointers Madrasah, 2015
7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
3. Menjelaskan Karakteristik 3. Karakteristik Asap Rokok 8. Scenario Role Primer,2014
Asap Rokok Play 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
9. Lembar Kasus Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
4. Melakukan KIE Dampak 4. Pelaksanaan KIE 2013
Akibat Konsumsi Rokok Dampak Akibat
Konsumsi Rokok
9
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
10
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Judul MATERI INTI 3 : Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Akibat Rokok
Waktu : 3 Jpl (T : 1, P : 2)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Pengukuran Faktor Risiko Penyakit
Tidak Menular Akibat Rokok
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Metode Media dan Alat Referensi
Khusus Pokok Bahasan Bantu
1. Menjelaskan Pengendalian 1. Pengendalian Faktor 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Faktor Risiko Penyakit Risiko Penyakit Tidak 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
Tidak Menular Akibat Menular Akibat Rokok Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling
Rokok 3. Simulasi 4. LCD Berhenti Merokok pada anak usia
5. Flipchart sekolah/Madrasah bagi guru Pembina
2. Melakukan Pengukuran 2. Pengukuran Faktor 6. Pointers UKS/Madrasah, 2015
Faktor Risiko Penyakit Risiko Penyakit Tidak 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Tidak Menular Akibat Menular Akibat Rokok 8. Lembar Kasus Primer,2014
Rokok a. Pengertian 9. Panduan 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
b. Langkah-langkah Simulasi Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
c. Analisis hasil 2013
pengukuran
11
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Judul MATERI INTI 4 : Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas kesehatan tingkat pertama
Waktu : 10 Jpl (T : 2, P : 8)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Konseling Upaya Berhenti Merokok
(UBM) di fasilitas pelayanan kesehatan primer
12
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
13
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1. Menjelaskan Pengertian 1. Pengertian Pencatatan 1. CTJ 1. Modul 1. Petunjuk Teknis UBM pada Fasyankes
Pencatatan dan Pelaporan dan Pelaporan 2. Curah 2. Laptop Primer,2014
a. Pengertian Pencatatan Pendapat 3. Spidol 2. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti
b. Pengertian Pelaporan 3. Latihan 4. LCD Merokok pada anak usia sekolah/
mengisi 5. Flipchart Madrasah bagi guru Pembina UKS/
Form 6. Pointers Madrasah, 2015
2. Menjelaskan Mekanisme 2. Mekanisme Pelaporan 7. Microphon 3. Modul Pelatihan UBM di Fasyankes
Pelaporan 8. Format Primer,2014
Pencatatan dan 4. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Pelaporan Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan,
3. Melakukan Pencatatan dan 3. Pencatatan dan 2013
Pelaporan Konseling Pelaporan Konseling
14
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1. Melakukan Pembelajaran Orang 1. Pembelajaran Orang Dewasa 1.CTJ 1.Modul Modul Tenaga
Dewasa (POD). (POD) Pelatihan Program
2.Latihan 2.Bahan Tayang
a. Prinsip-prinsip POD Kesehatan Tahun 2009
Menyusun SAP
b. Ruang lingkup 3.Laptop
pendekatan dan tujuan 3.Micro Teaching
4.Proyektor/LCD
POD
c. Strategi POD 5. Microphone
15
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
16
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
17
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
19
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
20
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
BAGI PETUGAS KESEHATAN
PRE TEST
PEMBUKAAN
POST TEST
PENUTUPAN
21
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB VI
PESERTA DAN PELATIH
A. Komponen Peserta:
Kriteria peserta adalah :
1. Petugas Kesehatan yang ditugaskan sebagai Konselor Upaya
Berhenti Merokok di Puskesmas
2. Jumlah peserta pelatihan per kelas sebanyak 30 orang
B. Komponen Pelatih:
22
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB VII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
B. Tempat
Institusi diklat yang telah terakreditasi dan atau fasilitas yang mempunyai
sarana dan prasarana yang memadai sesuai serta mendukung proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pelatihan.
23
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB VIII
EVALUASI PELATIHAN
a. Penguasaan materi
b. Penggunaan metode
c. Hubungan interpersonal dengan peserta
d. Motivasi.
a. Tujuan pelatihan
b. Relevansi program pelatihan dengan tugas
c. Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas
d. Manfaat pelatihan bagi peserta/ instansi
e. Mekanisme pelaksanaan pelatihan
g. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan
h. Pelayanan kesekretariatan terhadap peserta
i. Pelayanan akomodasi dan lain-lain
j. Pelayanan konsumsi.
25
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
BAB IX
SERTIFIKASI
26
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
PENUTUP
Penyusun,
27
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Materi Dasar 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN ROKOK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kementerian
Kesehatan terbentuk pada tahun 2005, maka Kebijakan Nasional yang
diterapkan adalah penekanan pada pengendalian faktor risiko, promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, deteksi dini, dan tatalaksana penyakit
secara tepat. Pendekatan utama yang dipilih dalam melakukan
pengendalian penyakit tidak menular didasarkan pada pelayanan
kesehatan tingkat pertama/ fasilitas pelayanan kesehatan primer yang
melibatkan multisektor; Profesional dan masyarakat. Program pokok
mengacu pada kebijakan pemerintah tentang kesehatan, jejaring/
kemitraan, sosialisasi, advokasi,dan pengendalian PTM yang berbasis
pada pemberdayaan masyarakat, surveilans penyakit tidak menular, serta
deteksi dini.
29
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan peserta
latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Menyiapkan perlengkapan belajar
2. Langkah Ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
30
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 1
33
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 2
Strategi Pengendalian PTM PTM
Berdasarkan kebijakan tersebut diatas perlu dikemukan strategi
pengendalian PTM sebagai berikut :
1. Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam
pengendalian faktor risiko PTM melalui program yang berbasis
masyarakat, seperti Posbindu PTM,
2. Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat untuk
deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM,
3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan,
4. Meningkatkan tatalaksana PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif
dan efisien,
5. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM,
34
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 3
35
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VII. REFERENSI
36
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
37
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Materi Dasar 2
MANAJEMEN LAYANAN KONSELING UPAYA BERHENTI
MEROKOK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya berhenti merokok merupakan perpaduan antara upaya kesehatan
masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif
dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) sebagai bagian dari tatalaksana
dalam pengendalian konsumsi rokok. UKM dilakukan dengan melibatkan
masyarakat sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah
sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan UBM selanjutnya
dilakukan kegiatan konseling upaya berhenti merokok yang dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan jika tidak dapat
ditanggulangi akan dirujuk ke Rumah Sakit. Agar kegiatan konseling upaya
berhenti merokok dapat terselenggara dan terencana dengan baik serta
dapat dipantau dan dievaluasi hasilnya, maka perlu disusun manajemen
kegiatan ini yang meliputi perencanaan dan pembiayaan, penyelenggaraan,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan penilaian.
38
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
2. Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan perencanaan dan
penganggaran kegiatan layanan konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan penyelenggaraan
kegiatan layanan konseling
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah
yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membahas sesi ketiga ini/ pokok bahasan
ketiga dengan brainstorming, dengan cara meminta
peserta latih menuliskan pendapatnya dalam flipchart
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
40
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 1
Perencanaan Layanan Konseling Upaya Berhenti Merokok
Kegiatan layanan konseling upaya berhenti merokok (UBM) yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pertama merupakan salah
satu cara dalam tatalaksana untuk berhenti merokok. Layanan
konseling ini merupakan membantu atau memfasilitasi klien yang
berkeinginan untuk berhenti merokok, sehingga klien akan termotivasi
untuk berhenti merokok.
Persiapan dalam penyelenggaraan kegiatan layanan konseling Upaya
Berhenti Merokok (UBM) adalah didahului dengan identifikasi sumber
daya yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
misalnya tenaga pelaksana, alat kesehatan yang diperlukan, tempat
pelaksanan konseling, pengaturan mekanisme kerja, serta sumber
pembiayaan.
41
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
42
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 2
Pembiayaan Layanan Konseling Upaya Berhenti Merokok
Biaya penyelenggaraan kegiatan layanan konseling UBM dapat berasal
dari berbagai sumber yaitu dapat berasal dari:
1. Pemerintah misalnya dalam bentuk APBN, APBD, BOK, Dana Desa,
pajak rokok daerah atau masuk dalam pembiayaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN),
2. Swasta seperti CSR, dana kesehatan perusahaan, donor dan lain-
lain
3. Iuran warga, serta bantuan yang tidak mengikat lainnya.
Pada awal pelaksanaan mendapat stimulasi atau subsidi dari
pemerintah. Secara bertahap, diharapkan masyarakat mampu
membiayai penyelenggaraan kegiatan secara mandiri. Pihak swasta
dapat berpartisipasi dalam membina kegiatan konseling UBM di
masyarakat dalam bentuk dan mekanisme kemitraan yang sudah ada,
yaitu "CSR (Corporate Social responsibility)” sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan
yang potensial untuk mendukung dan memfasilitasi penyelenggaraan
kegiatanlayanan konseling UBM selaku pembina kesehatan di wilayah
kerjanya. Salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) yang ada di Puskesmas melalui fasilitasi transportasi
petugas Puskesmas untuk melakukan pemantauan atau penilaian
terhadap klien saat pemantauan bulan ke 6, ke 9 dan ke 12. Disamping
itu Puskesmas juga dapat memanfaatkan dana BPJS (40% dana BPJS
di Puskesmas dialokasikan untuk kegiatan di luar kuratif) untuk
43
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 3
44
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
45
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
47
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
49
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 4
Pemantauan dan Penilaian Layanan Konseling Upaya Berhenti
Merokok
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah hasil kegiatan sudah
sesuai dengan target yang diharapkan dan mengidentifikasi masalah dan
hambatan yang dihadapi, serta menentukan alternatif pemecahan masalah.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek masukan, proses,
keluaran atau output termasuk kontribusinya terhadap tujuan kegiatan.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat
perkembangan kegiatan layanan konseling UBM dalam
penyelenggaraannya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.
Pemantauan dan penilaian dilakukan sebagai berikut:
1. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas Puskesmas,
Dinkes Kabupaten/ Kota, Dinkes Provinsi dan Pusat,
2. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para petugas pelaksana,
3. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali dan
penilaian indikator dilakukan setiap 1 tahun sekali,
50
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
51
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
5. Tepat waktu
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dilakukan sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.
6. Berkesinambungan.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik
bagi penyempurnaan kebijakan.
7. Berbasis indikator kinerja.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan berdasarkan
kriteria kinerja, baik indikator masukan, proses, keluaran, manfaat
maupun dampak.
Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan
kegiatan Posbindu PTM harus dilakukan dengan membandingkan
indikator yang telah ditetapkan sejak awal dan dibandingkan dengan
hasil pencapaiannya.
52
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VII. REFERENSI
53
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
54
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
MATERI INTI 1
KIE DAMPAK KONSUMSI ROKOK TERHADAP KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
56
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan peserta latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan .
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Menyiapkan perlengkapan belajar.
2. Langkah ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan masalah kesehatan akibat
konsumsi rokok
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan dari peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah
tentang pokok bahasan karakteristik asap rokok
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan dari peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan
57
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
59
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
60
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 2
Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok
Kesehatan sangat penting bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan, daya saing bangsa, dan pembangunan
nasional. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik (WHO, 2002).
Penyebab kematian satu dari dua orang perokok disebabkan oleh penyakit
yang berhubungan dengan konsumsi rokok (Global Smoke Free Partnership,
2009) secara umum perokok sepuluh tahun lebih dini meninggal dunia
dibanding bukan perokok. Masalah kesehatan akibat merokok bukan hanya
dari biaya pengobatan, tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu
produktivitas dan berpotensi besar menghambat pertumbuhan ekonomi dan
pencapaian target MDGs. Upaya pengendalian dampak komsumsi rokok
bagi kesehatan di Indonesia, saat ini telah memiliki berupa Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Bagi Kesehatan, serta Peraturan Menteri Kesehatan
RI nomor 28 tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan
Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk tembakau jumlah perokok di
Indonesia yang tinggi dan terus meningkat di berbagai kalangan.
Rokok terbukti sebagai faktor risiko utama penyakit stroke dengan
kecenderungan kesakitan sebesar 12,1%, penyakit hipertensi 31,7%, dan
penyakit jantung 0,3% (Riskesdas, 2013), penyakit tersebut merupakan 60%
penyebab kematian di dunia maupun di Indonesia (Riskesdas, 2010 dan
WHO, 2008). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa
prevalensi perokok pada laki- laki usia 15 tahun keatas adalah tahun 2007
sebesarr 34,2%, 2010 sebesar 34,7% dan 2013 sebesar 36,3%; Demikian
juga prevalensi perokok pada perempuan sebesar tahun 2007 sebesar 5,2%,
2010 sebesar 4,2%, dan 2013 sebesar 6,7%.
61
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Konsumsi rokok dapat merugikan kesehatan perokok dan orang lain yang
bukan perokok, prosentase kematian akibat penyakit tidak menular termasuk
penyakit akibat rokok menempati proporsi sebesar 63%. Konsumsi rokok
dapat merusak organ tubuh baik pada perokok maupun bukan perokok;
Jumlah perokok yang tinggi dan terus meningkat di Indonesia akan
meningkatkan risiko penyakit tidak menular yang mengancam tidak hanya
perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Hal ini akan menyebabkan beban
penyakit dengan kerugian luar bisaa dalam pembangunan kesehatan
masyarakat dan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan
nasional. Oleh karena itu perlu penerapan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) merupakan peluang yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dalam
pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan, dan peluang lainnya
adalah adanya kebutuhan untuk layanan konseling upaya berhenti merokok
di fasilitas kesehatan.
Penyakit yang disebabkan akibat konsumsi rokok baik perokok maupun
bukan perokok lihat gambar dibawah ini :
setiap harinya
Risiko Penyakit Pada Perokok Aktif Risiko Penyakit Pada Perokok Pasif
62
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 3
Karakteristik Asap Rokok
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi manusia umumnya
merupakan daun tanaman (Nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya) yang dibakar, dihisap, dihirup, dan dikunyah. Dalam daun
tembakau olahan terdapat 2.550 bahan kimia yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, kerusakan paru, dan melemahnya stamina. Dan jika
satu batang rokok terkandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, 400 zat
berbahaya, dan 43 zat penyebab kanker (karsinogenik).
Kandungan dalam sebatang rokok terdiri TAR zat penyebab kanker,
NIKOTIN zat dapat menimbulkan kecanduan (adiksi), dan CO salah satu
gas beracun yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah sehingga
menurunkan konsentrasi dan dapat menimbulkan penyakit berbahaya
lainnya.
Asap rokok orang lain (AROL) atau Second Hand Smoke/ Enviromental
Tobacco Smoke (SHS/ ETS) sangat berbahaya bagi bukan perokok atau
perokok pasif. Oleh karena AROL/ SHS merupakan campuran antara asap
dan partikel. Kematian akibat AROL/ SHS terutama pada kelompok rentan
yaitu anak-anak sebesar 31%, dan perempuan sebesar 64%. (WHO,2009).
Di Indonesia 92 juta warga Indonesia terpapar AROL, 43 juta merupakan
anak-anak, dan 11,4 juta anak usia 0-4 tahun (Riskesdas,2010).
VII. REFERENSI
1. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
menular;
3. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2010 –
2014;
4. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI Nomor
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
63
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
1. Lembar Kasus
2. Skenario Role Play
64
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
MATERI INTI 2
UPAYA BERHENTI MEROKOK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya berhenti merokok (UBM) merupakan program terstruktur dalam
rangka membantu seseorang untuk berhenti merokok. Untuk bisa
menjalankan UBM peserta pelatihan harus memahami apa manfaat
berhenti merokok sebagai informasi yang dapat disampaikan ke klien.
Selain itu harus memahami kendala klien yang ingin berhenti merokok
sebagai modal awal untuk memberikan intervensi dan informasi apa yang
dapat diberikan kepada klien.
65
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
66
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat.
2. Langkah ke-2
a. Kegiatan fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang manfaat upaya berhenti merokok,
2) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang manfaat upaya berhenti merokok,
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas,
4) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
67
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta membentuk dua kelompok yaitu kelompok 1
dan kelompok 2, dan memilih ketua, sekretaris serta panyaji
2) Meminta masing-masing kelompok mengerjakan soal latihan
upaya berhenti merokok (soal diberikan oleh fasilitator) bahas
sesi ketiga ini/ pokok bahasan ketiga dengan brainstorming,
dengan cara meminta peserta latih menuliskan pendapatnya
dalam flipchart
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan peserta
1) Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan
penyaji serta melakukan diskusi sesuai bimbingan narasumber
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang
jelas
3) Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan tujuan khusus
pembelajaran serta merta bertanya pada peserta latih tentang
jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
3) Meminta peserta memberikan komentar tentang proses belajar
4) Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas
waktu dan perhatian yang btelah diberikan selama sesi
penyampaian materi berlangsung serta permohonan maaf jika
terdapat sesuatu yang tidak berkenan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Berpartisipasi aktif dan bertanya, mengemukakan pendapatan/
saran yang berguna bagi proses pembelajaran
68
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
69
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 2
Kendala Upaya Berhenti Merokok
Hasil penelitian di dunia menunjukkan bahwa 70% perokok memiliki
keinginan untuk berhenti merokok, sebagian besar hanya berdasarkan
komitmen sendiri 5% (WHO,2008). Kendala utama berhenti merokok
dikelompokkan dalam 3 faktor utama yaitu: biologis, psikologis dan
lingkungan sebagai berikut:
Adiksi nikotin merupakan salah satu faktor kendala berhenti merokok dari
aspek biologis atau fisiologis. Nikotin menempati ranking pertama yang
menyebabkan kematian, adiksi, dan tingkat kesulitan untuk tidak
menggunakan lagi dibandingkan dengan 4 zat lain seperti kokain, morfin,
kafein dan alkohol. Adiksi nikotin dapat membuat klien kembali merokok
meskipun telah mengalami berbagai penyakit. Hal ini ditunjukkan oleh
terjadinya kekambuhan merokok pada 60% klien infark miokard, 50%
klien pasca laringektomi dan 50% klien pasca pneumonektomi yang
telah sembuh. Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran dan fungsi pada
tingkat seluler. Dalam waktu 4-10 detik setelah seorang perokok
menghisap sebatang rokok, nikotin pada asap rokok dapat mencapai
otak. Konsentrasi nikotin meningkat 10 kali lipat dalam sirkulasi arteri
70
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
71
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
4. Lingkungan Sosial
POKOK BAHASAN 3
Langkah-Langkah Upaya Berhenti Merokok
1. Identifikasi awal
jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari atau seminggu, usia
mulai merokok, jenis rokok yang dihisap dll.
73
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
7. Pilihan terapi
Secara umum terapi berhenti merokok terdiri atas terapi
nonfarmakologi dan farmakologi. Terapi nonfarmakologi adalah
pendekatan tanpa pemberian obat sedangkan terapi farmakologi
adalah pemberian obat untuk membantu berhenti merokok.
a. Terapi nonfarmakologi
Beberapa terapi nonfarmakologi antara lain :
1) Self help (usaha sendiri)
2) Memberikan nasehat singkat (brief advice)
3) Konseling, baik konseling individu ataupun kelompok
4) Terapi perilaku
5) Terapi Pendukung/Supporting
a) Hipnoterapi
b) Akupuntur
c) Akupresur
b. Terapi farmakologi
b. Cara Penundaan
Dengan cara ini, anda menunda saat merokok pertama yang anda
hisap setiap harinya misalnya hari pertama merokok jam 7,
besoknya jam 9 dan jam berikutnya jam 11.00 sampai seterusnya
sampai anda tidak merokok sama sekali sehari penuh.
c. Cara Pengurangan
75
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Cara apapun yang anda pilih tidak menjadi soal, yang penting
tetapkan hari anda berhenti merokok dan tepatilah.
9. Tindak Lanjut
76
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VII. REFERENSI
1. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
3. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
2010 – 2014;
4. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
6. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
7. Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara
Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
8. Kementerian Kesehatan RI 2013, Petunjuk Teknis Upaya
berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
9. Ministry Of Health 2011, Prevention and Control of Non
Communicable Diseases in Indonesia;
77
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
1. Lembar kasus
2. Format Status Klinis
78
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
MATERI INTI 3
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR AKIBAT ROKOK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular diperlukan
cara pengukuran faktor risiko PTM pada seseorang yang benar sehingga
diperoleh informasi faktor risiko PTM yang dimilikinya. Cara pengukuran
tersebut diperoleh melalui wawancara dengan kuisoner dan pemeriksaan
serta pengukuran sederhana yang dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan, kemudian apabila didapatkan faktor risiko yang mengarah
kepada PTM akibat rokok disarankan agar melakukan konfirmasi lanjutan
berupa pemberian konseling kepada klien.
79
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan dengan
peserta latih
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan
b.Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Menyiapkan perlengkapan belajar
80
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
2. Langkah Ke-2
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan
ceramah tentang pokok bahasan faktor risiko penyakit
tidak menular
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu
3. Langkah ke-3
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah
tentang pokok bahsan pengukuran faktor risiko
penyakit tidak menular
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah
ceramah yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
4. Langkah ke-4
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membahas sesi ketiga ini/ pokok bahasan
ketiga dengan brainstorming, dengan cara meminta
peserta latih menuliskan pendapatnya dalam flipchart,
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya.
81
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
82
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
d. Obesitas
e. Kurang Aktifitas Fisik
f. Kurang Konsumsi Sayur dan Buah
g. Konsumsi Alkohol
h. Stres
POKOK BAHASAN 2
83
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
84
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
d. Peak Flowmeter
85
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Kelompok berisiko :
a) Usia pertengahan
b) Perokok, mantan perokok
c) Mempunyai gejala pernapasan (batuk, sesak).
d) Kelompok masyarakat yang bekerja di wilayah pertambangan
(batu bara, asbes), pabrik (asbes, baja, mesin, perkakas
logam, tekstil, kapas, semen dan bahan kimia) penggergajian
kayu, daerah pasca erupsi gunung berapi, daerah kebakaran
hutan, pekerja khusus (salon, cat, foto copy), polantas,
petugas penjaga pintu tol.
VII. REFERENSI
86
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
1. Lembar Kasus
2. Simulasi
87
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
MATERI INTI 4
KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK
I. DESKRIPSI SINGKAT
88
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
91
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
92
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
93
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 2
Prinsip Dasar Konseling
2. Proses Konseling
a. Menggunakan pendekatan yang menghormati semua klien.
b. Menganggap perilaku merokok merupakan masalah yang terus -
menerus.
c. Memberikan penatalaksanaan yang bersifat individual.
d. Memberikan penatalaksanaan yang bersifat multi dimensional
e. Tetap terbuka pada metode baru.
94
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 3
Tahap Perubahan Perilaku
Kesiapan untuk berubah dan dinamik dari tahap-tahap perubahan
dikembangkan oleh Prochaska, Norcross, dan Diclemente (1994).
Tahapan perubahan tersebut adalah precontemplation, contemplation,
preparation, action, maintenance, dan recycling dan relapse (lihat
gambar).
Konselor tidak hanya perlu untuk memahami tahap kesiapan, tapi harus
mengetahui bagaimana berespons secara tepat untuk memfasilitasi
individu bergerak ke sebuah tahap kesiapan yang lebih tinggi.
95
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
96
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Pada tahap ini, klien memutuskan untuk berubah. Klien tidak hanya
mengakui adanya masalah dan kebutuhan untuk melakukan
sesuatu akan masalahnya, tetapi ia juga memutuskan untuk
memulai berhenti merokok.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap persiapan:
a. Membantu klien untuk melakukan upaya berhenti merokok
b. Mengidentifikasi hambatan yang ada
c. Membantu klien untuk merencanakan berhenti merokok.
97
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
98
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
b. Bila klien datang dengan keluhan medik dan faktor risiko merokok,
lakukan evaluasi dan tatalaksana kondisi mediknya terlebih dahulu,
kemudian hubungkan kondisi mediknya dengan faktor risiko merokok.
Lakukan konseling mengenai dampak rokok terhadap kesehatan dan
hubungkan dengan kondisi medik tersebut. Selanjutnya dilakukan
evaluasi tentang motivasi upaya berhenti merokok dan jika klien mau
berhenti merokok lihat a.1 dan jika belum mau berhenti merokok lihat
a.2.
100
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
2. Wawancara Motivasional
Setelah dilakukan identifikasi tahap perilaku klien, konselor dapat
memberikan wawancara motivasional sesuai dengann tahap perilaku
klien tersebut (perilaku pada tahap Prakontemplasi, Kontemplasi,dan
Rumatan).
Dalam penerapan teknik konseling berhenti merokok dapat dilakukan
secara khusus membahas pentingnya berhenti merokok. Namun dapat
pula dilakukan secara terintegrasi dengan masalah lain yang berkaitan
dengan masalah berhenti merokok sebagai berikut :
a. Persiapan Konseling
1) Petugas berpenampilan bersih dan sopan
2) Menguasai materi
3) Bisa menjaga rahasia
4) Mengenal sosial budaya
b. Tempat
1) Tidak bising dan ramai
2) Tidak menjadi tempat lalu lalang orang
3) Aman dan nyaman
c. Etika Petugas
1) Empati
2) Menghormati klien
3) Tidak bergosip
d. Media Konseling
1) Bisaanya lembar balik dan bisa juga jenis media lainnya
2) Isi media konseling telah dikuasai oleh petugas
VII. REFERENSI
1. American Psychiatric Association.1994. Diagnostic and statistical
manual of mental disorders. 4 th.ed. Washington D.C: Author.175-
191;175-272;
2. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III);
3. Departemen Kesehatan RI, 2010 Panduan Konseling Adiksi Bagi
Petugas Kesehatan;
101
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
1. Form Check list untuk observer
2. Kertas kasus
3. Skenario Role Play.
102
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
MATERI INTI 5
TINDAK LANJUT UPAYA BERHENTI MEROKOK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Tindak lanjut atau follow up merupakan hal penting dan menentukan
keberhasilan jangka panjang dalam upaya berhenti merokok. Kunjungan klien
secara teratur merupakan hal yang penting dan berhubungan dengan tingkat
keberhasilan berhenti merokok. Klien dijadwalkan datang secara rutin untuk
menjalani konsultasi setiap 2 minggu. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah menilai keberhasilan berhenti merokok, menilai kendala, menguatkan
motivasi, mencegah kambuh (relaps), menilai efek putus nikotin (withdrawal
effect), mengatasi gejala tersebut, dan penilaian parameter klinis seperti
pemeriksaan kadar CO udara pernapasan dengan menggunakan CO
Analyzer dan pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan menggunakan peak
flowmeter.
Berbeda dengan tahap awal, dimana seorang konselor lebih banyak menggali
informasi dari klien, maka pada tahap tindak lanjut seorang konselor lebih
banyak mendengarkan apa yang disampaikan oleh klien dan memberikan
saran dan motivasi agar keberhasilan berhenti merokok dapat tercapai.
Selain itu, seorang konselor mungkin menemukan kondisi khusus yang
memerlukan penanganan atau rujukan ke layanan kesehatan sekunder.
103
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Mengucapkan salam,
2) Memperkenalkan diri dan meminta perkenalan dengan
peserta latih,
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya
dengan materi yang akan disajikan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam ,
2) Peserta memperkenalkan diri,
104
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
105
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
b. Kegiatan Peserta
1) Peserta latih ikut menyumbangkan pikiran/ pendapatnya
dalam curah pendapat
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator
3) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menayangkan tujuan
khusus pembelajaran serta merta bertanya pada peserta
latih tentang jawaban tujuan khusus
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu.
6. Langkah ke-6
a. Kegiatan Fasilitator
1) Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas
sebelum menutup acara pembelajaran,
2) Meminta peserta untuk memberikan komentar tentang
proses belajar
3) Memberikan jawaban atas pertanyaan peserta (kalau ada),
4) Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan
atas waktu dan perhatian yang telah diberikan selama sesi
penyampaian materi berlangsung, serta permohonan maaf
jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan.
b. Kegiatan Peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai
dengan kesempatan yang diberikan
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya
penyampaian materi oleh narasumber dalam selembar
kertas
106
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
107
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
108
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
109
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 2
Penanganan Efek Putus Nikotin (withdrawl effect)
Efek putus nikotin mulai dirasakan 4- 6 jam setelah lepas nikotin pada
seorang perokok reguler. Gejala ini mencapai puncak pada beberapa
hari pertama dan berlangsung 2-4 minggu selama berhenti merokok.
Penanganan withdrawal effect dapat dilihat pada lampiran. Kondisi
medik lain yang ditemukan dalam menjalani program berhenti merokok;
Ketika seseorang mulai berhenti merokok, kemungkinan terjadi
beberapa kondisi yang memerlukan tatalaksana khusus dan
110
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 3
Rujukan Upaya Berhenti Merokok
Upaya berhenti merokok di pelayanan kesehatan sekunder
diperlukan pada kondisi perokok dengan tingkat ketergantungan
nikotin yang sedang sampai berat, perokok dengan komorbid atau
komplikasi penyakit yang berat atau perokok yang gagal berhenti
merokok di pelayanan kesehatan primer. Upaya berhenti merokok
(UBM) di pelayanan kesehatan sekunder umumya dengan
pendekatan multi disiplin dan tenaga spesialis. Sistem rujukan dalam
hal ini sangat diperlukan pada program upaya berhenti merokok.
112
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
a. Rujukan medis
Rujukan medis adalah rujukan terkait masalah penyakit
(diagnosis, tatalaksana), pengetahuan (khususnya masalah
SDM) dan rujukan sampel medis.
113
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
114
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VII. REFERENSI
1. Kementerian Kesehatan 2008, Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular;
2. Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program
Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular 2010 – 2014;
3. Kementerian Kesehatan RI 2012, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular;
4. Kementerian Kesehatan RI 2013, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular;
5. Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan,
Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur
115
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
1. Lembar kasus
2. Latihan mengisi Form. rujukan
116
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
MATERI INTI 6
PENCATATAN DAN PELAPORAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam menunjang upaya pengendalian penyakit tidak menular
diperlukan pendekatan surveilans epidemiologi kesehatan yang
mencakup surveilans epidemiologi faktor risiko, registri penyakit, dan
surveilans kematian. Faktor risiko penyakit tidak menular meliputi
merokok, diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi
alkohol. Layanan konseling upaya berhenti merokok merupakan salah
satu bentuk kegiatan pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan di
pelayanan kesehatan primer. Pelaksanaan layanan konseling tersebut
perlu pencatatan dan pelaporan sebagai salah satu upaya tertib
administrasi kegiatan. Pencatatan dan pelaporan ini dapat dijadikan
sebagai bahan analisa dan perbaikan untuk kegiatan saat ini dan yang
akan datang, sehingga dapat terselenggara dengan optimal, baik, dan
terukur.
Surveilans faktor risiko dapat dilakukan secara berjenjang mulai dari
kegiatan UKBM (Posbindu PTM), fasilitas pelayanan kesehatan primer,
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan pusat
secara manual maupun dengan teknologi informatika berupa sms, gate
way, dan web portal PPTM.
117
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
4. Langkahke- 4
a. Kegiatan Fasilitator
119
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
5. Langkah ke-5
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyakan tujuan
khusus pembelajaran serta bertanya pada peserta latih
tentang jawaban tujuan khusus,
2) Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang
jelas sebelum menutup acara pembelajaran,
3) Meminta peserta untuk memberikan komentar tentang
proses belajar,
4) Penutupan acara pemberian sesi ini dengan ucapan
penghargaan atas waktu dan perhatian yang telah
diberikan selama sesi penyampaian materi
berlangsung, serta permohonan maaf jika terdapat
sesuatu yang tidak berkenan.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai
dengan kesempatan yang diberikan,
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya
penyampaian materi oleh fasilitator dalam selembar
kertas.
120
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
POKOK BAHASAN 1
Pencatatan dan Pelaporan Konseling
1. Pengertian Pencatatan dan Pelaporan
a. Pengertian Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
kegiatan/ aktivitas dalam bentuk tulisan.
1) Bentuk catatan dapat berupa :
a) Tulisan
b) Grafik
c) Gambar
d) Suara
2) Kriteria Pencatatan adalah :
a) Sistematis, jelas, dan respon kepada klien
b) Ditulis dengan baik
c) Tepat waktu
d) Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah
melakukan pencatatan.
3) Manfaat Pencatatan adalah :
a) Sebagai Bukti Kegiatan
b) Memberikan Informasi Tentang Kegiatan
c) Sebagai Pertanggungjawaban
d) Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
e) Sebagai Alat Komunikasi
f) Bahan Pembuat Laporan
g) Bukti Hukum
b. Pengertian Pelaporan
Pelaporan adalah Catatan yang memberikan data dan informasi
tentang kegiatan tertentu hasilnya disampaikan ke pihak yang
berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tersebut.
Bentuk Pelaporan adalah :
1. Lisan
Tidak Obyektif
Hal-hal yang baik saja disampaikan
Tindak lanjut cepat (+)
121
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
2. Tertulis
Waktu lama
Biaya besar
Bersifat Objektif (+).
POKOK BAHASAN 2
Mekanisme Pelaporan Tingkat Puskesmas
Laporan dari Puskesmas pembantu dan klinik upaya berhenti merokok
disampaikan ke pelaksana kegiatan pengelola PPTM di Puskesmas
Pengelola merekapitulasi yang dicatat baik di dalam maupun di luar
gedung serta laporan yang diterima dari Puskesmas pembantu dan klinik
upaya berhenti merokok. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan
dimasukkan ke formulir laporan telah ditentukan sebanyak dua rangkap,
Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk
tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.
122
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Alur Pelaporan
123
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
124
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VII. REFERENSI
1) Kementerian Kesehatan RI 2010, Rencana Program Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2010 – 2014;
2) Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman Penyusunan Kurikulum dan
Modul Pelatihan Di Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan,
Pusdiklat Aparatur;
3) Kementerian Kesehatan RI 2013, Standar Penyelenggara Pelatihan Di
Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur;
125
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
VIII. LAMPIRAN
1) Lembar kasus
2) Latihan mengisi form pencatatan dan pelaporan
126
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Lampiran 1
Skenario
Untuk latihan ketrampilan melakukan KIE dampak konsumsi rokok bagi kesehatan
berikut ini, peserta latih akan diminta memainkan peran dalam kelompok. Peserta
dalam 1 kelas dibagi 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 -15
peserta.
PERMAINAN PERAN 1
Arahan
Peserta latih diminta menerapkan materi Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan.
Peserta diminta untuk bermain peran sebagai Konselor, Klien, dan keluarga klien.
Peserta latih yang lain akan melakukan pengamatan (observer) terhadap permainan
peran dan melaporkannya dalam diskusi kelompok.
Situasi 1
Pemeran: Tn. Alfian dan istri, Konselor.
Tn. Alfian, 40 tahun, adalah pasien asma. Sejak sebulan yang lalu, asmanya
kambuh berupa gejala batuk dan sesak. Pasien mempunyai riwayat merokok
selama 25 tahun, jumlah rokok yang dihisap 10 – 20 batang sehari. Klien sulit
menghentikan kebisaaan merokok meski sudah didiagnosis asma pada usia 20
tahun. Saat ini, Tn Alfian datang ke fasilitas kesehatan untuk kontrol asmanya
dan konsultasi berhenti merokok.
Apa yang akan disampaikan oleh Konselor ?
Apa yang anda sampaikan selanjutnya mengenai KIE?
Situasi 2
Pemeran: Calon suami-istri dan Konselor di Puskesmas.
Setiap Selasa dan Kamis, Puskesmas Permata Hijau Kecamatan Senggolan
memberikan layanan konseling upaya berhenti merokok. Layanan konseling ini
diberikan kepada bagi klien perokok maupun keluarga atau pengantarnya.
Adaseorang perempuan yang hendak menikah datang ke Puskesmas untuk
mengantar calon suaminya yang berkeinginan berhenti merokok,
Apa yang akan disampaikan oleh Konselor ?
Apa yang anda sampaikan selanjutnya mengenai KIE?
128
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Situasi 3
Pemeran : Tn Zet bersama keluarga dan anaknya, Konselor
Seorang klien bernama tn. Zet berusia 52 th, datang bersama keluarga dan
anaknya seorang mahasiswa di Universitas ternama yang ada di kota Jakarta.
Anaknya berkeinginan untuk berhenti merokok karena sudah merokok sejak lama
kurang lebih 10 tahun yang lalu.
Apa saja yang ingin disampaikan dalam KIE tersebut ?
129
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Lampiran 2
IDENTITAS
Nama : .................................................... L/P
Tanggal : ...................................................
Umur/ Tanggal lahir : …………………………………… No. RM : ….................................
Alamat : ……………………………………
Pekerjaan : ……………………………………
Pendidikan : ……………………………………
Status Pernikahan : …………………………………… Jumlah anak : ........... orang
No. Telp. / HP. : ……………………………………
Topik Uraian
I. Identifikasi awal TANYAKAN
status merokok, profil perokok
a. Usia mulai merokok BB : ............... kg TB : ........... cm,
b. Alasan mulai merokok IMT : ..........
c. Lama merokok (tahun) TD : ......... mmHg
d. Jumlah rokok/ hari/ tahun
e. Adakah anggota keluarga Skor Fagerstorm : ..........
yang merokok Kadar CO udara pernapasan..... ppm
f. Tingkat adiksi (fagerstroom) Nilai APE : ............. ml
g. Kadar CO udara ekspirasi
h. Mengukur arus puncak Tes Nikotinin urin : + /-
ekspirasi dengan Peak
Flowmeter.
II. Riwayat berhenti merokok TANYAKAN
sebelumnya
a. Jumlah usaha berhenti
b. Kapan usaha terakhir
c. Jumlah hari bebas rokok
d. Metode berhenti yg digunakan
e. Masalah yang dihadapi
f. Alasan mulai merokok kembali
III. Tingkat Perilaku TELAAH
a. Tingkat kesiapan Sedang memutuskan/ kebulatan niat/
(lingkari jawaban) persiapan/ aksi/ pemeliharaan
b. Tingkat motivasi
(0 = tidak termotivasi; 10 = sangat
termotivasi)
c. Alasan ingin berhenti
130
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
131
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Skor Fagerstrom:
0-3 ketergantungan rendah
4-6 ketergantungan sedang
7-10 Ketergantungan tinggi
132
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Lampiran 3
Skenario Klinik
Tn. R, 25 tahun, merokok selama 8 tahun, datang dengan keluarga
Pertama kali merokok karena diajak teman dan supaya bisa masuk dalam
kelompok temannya. Saat merokok pasien merasa lebih nyaman, dapat
konsentrasi dan dapat beraktivitas lebih segar. Saat ini pasien ingin berhenti
merokok tetapi menurut pasien halter sebut sulit karena pasien berpikir bila
berhenti merokok akan timbul hal-hal yang tidak menyenangkan.
Tugas:
o Setelah membaca skenario, lakukan wawancara lebih lanjut mengenai
ketergantungan nikotin pasien
o Wawancara pasien untuk mendapatkan gejala withdrawal dan keluhan
lainnya
o Jelaskan dan nilai kesiapan pasien untuk berhenti
o Nilai dukungan sosial
o Lakukan konseling dan peningkatan motivasi
o Menjelaskan tatalaksana
Kasus 1
Pasien Tn R, 45 tahun, datang dengan keluhan mulai merokok kembali setelah
6 bulan berhenti merokok. Sejak 1 bulan ini pasien mulai merokok 1 bungkus
per hari. Pasien mulai merokok kembali karena merasa stress akan masalah
keluarga dan pekerjaannya, yang muncul bertubi-tubi dan makin bertambah.
Pasien merasa sedih dan saat pasien merokok, pasien merasa nyaman dan
lebih tenang.
Saat ini pasien ingin berhenti kembali dan sudah siap melakukan proses terapi
berhenti merokok, tetapi pasien masih ragu, apakah dirinya mampu berhenti
merokok seperti sebelumnya. Pasien juga takut tidak bisa mengatasi masalah-
masalahnya bila berhenti merokok.
Pertanyaan:
o Saat ini pasien dalam fase/ tahap apa? Dan apa yang akan dilakukan?
o Saat ini pasien ada dalam tahap kontemplasi, dimana pasien masih ragu
apakah masih bisa berhenti seperti sebelumnya?
133
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Kasus 2
Ps. Tn A, 18 tahun, datang ke Klinik Berhenti Merokok dengan dibawa orang tuanya.
Pasien sudah merokok sejak 2 tahun yang lalu, sekitar ½ - 1 bungkus perhari. Selalu
minta uang pada orang tuanya, bila tidak diberikan pasien akan mengamuk, marah,
melempar barang, berkata-kata kotor dan kasar pada orang tuanya. Setelah
mendapatkan uang, pasien tetap terlihat emosi, kesal, dan kurang sopan kepada
orang tuanya terutama ibunya.
Hal ini sebenarnya sudah terlihat sejak pasien SD, pasien terlihat kurang hormat dan
tidak sopan pada orang tuanya. Tetapi awalnya pasien masih dapat diberitahu orang
tuanya.
Karena kelakuan pasien, Ayah pasien sering menghukum pasien dan mengusir
pasien, tetapi ibu pasien masih cukup sabar walaupun menjadi sasaran kemarahan
pasien. Orang tua pasien sudah sering dipanggil kesekolah karena perilaku pasien
yang tidak sopan, kasar, dan mudah emosi.
Mulai merokok sendiri, sedikit lebih tenang saat merokok, tetapi tetap negatif
terhadap orang tuanya
Dari wawancara dan pemeriksaan, terlihat pasien tidak tenang, gelisah, bicara kasar
pada ibunya, Mood disforik, dan mudah marah, tiba-tiba pasien pergi dari ruang
periksa dan berteriak marah. Tidak ada halusinasi, tidak ada waham.
Sambil menunggu, bila ibu pasien masih ada, lakukan wawancara dengan ibu
pasien.
Bila pasien kembali ke ruangan, apa yang akan dilakukan?
Kasus 3
Nn. N, 28 tahun, datang ke klinik dengan keinginan yang besar untuk berhenti
merokok Keinginan tersebut sudah ada sejak 1 minggu yang lalu, karena 3 bulan
lagi pasien akan menikah. Riwayat merokok sebelumnya, Pasien merokok sejak
5 tahun yang lalu saat mulai bekerja. Awalnya hanya 3 batang saat makan siang
dan saat stress pekerjaan, tetapi kemudian makin bertambah hingga saat ini 6-7
batang per hari. Pasien tidak menghisap dalam dan rokoknya pun hanya rokok
putih.
Saat ini pasien siap melakukan terapi tahap preparasi dan aksi
135
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Beritahu keluarga dan teman akan keinginan berhenti merokok dan minta
dukungan
Antisipasi berbagai kendala, misalnya gejala withdrawal dan antispasi untuk
mengatasinya
Jauhkan rokok dari lingkungan
Berikan pilihan terapi yang mungkin dilakukan pasien sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pasien
Evaluasi pada minggu pertama setelah ia berhenti
136
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Lampiran 4
Penuntun Belajar
Penuntun belajar yang terdapat di dalam panduan peserta ini dirancang untuk
menolong peserta mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk
menatalaksana pasien dengan gangguan pernapasan. Penuntun belajar ini
bermaksud untuk membantu peserta mempelajari aspek-aspek pokok tatalaksana
sesuai dengan ruang lingkup pelatihan.
Dalam pembelajaran, keterampilan akan diberikan melalui demonstrasi (peraga/
video/ gambar) yang dilanjutkan dengan latihan oleh masing-masing peserta di
bawah bimbingan tutor/ fasilitator. Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian
menggunakan daftar tilik.
LEMBAR PENUGASAN
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan Peak Flow Rate Meter
Daftar tilik ini digunakan oleh peserta latih untuk mengetahui tingkat keterampilan
peserta dalam melakukan praktek pemeriksaan fungsi paru sederhana. Serta untuk
memastikan bahwa langkah-langkah yang harus dipahami oleh peserta latih dalam
penggunaan alat pemeriksaan fungsi paru tidak terlewat.
Beri nilai kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala nilai
berikut ini:
Tidak dikerjakan
Mengerjakan Tetapi Perlu Perbaikan: Langkah atau tugas dikerjakan tetapi
kurang tepat/ tidak sesuai urutan
Mampu Mengerjakan: Langkah atau tugas dikerjakan dengan benar dan urutan
yang benar
137
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Tindakan
Pasien berdiri tegak dan memegang Peak Flowmeter
Jelaskan kepada pasien rincian dari manuver yang harus dilakukan:
Tarik napas panjang melalui hidung
Katupkan bibir mengelilingi perangkat mulut
Tiup secepat, sekuat, dan sebanyak mungkin
seperti memadamkan lilin
Catatlah hasilnya sesuai angka yang tertera pada
monitor
o Ulangi pengukuran ini sampai 3 kali. Pilihlah nilai APE
yang tertinggi
o Penafsiran hasil
150 449 462 491 515 532 539 538 524 497 456 399 325 233
152 463 475 505 529 545 553 551 537 511 469 413 338 246
154 476 489 518 542 559 566 564 550 524 483 426 352 259
156 489 502 532 556 572 580 578 564 537 496 440 365 273
158 503 515 545 569 585 593 591 577 551 509 453 379 286
160 516 529 559 582 599 607 604 590 564 523 466 392 299
162 529 542 572 596 612 620 618 604 577 536 480 406 313
164 543 556 585 609 625 634 631 617 591 550 493 419 326
166 556 569 599 622 639 647 644 631 604 563 506 433 340
168 569 583 612 636 652 660 658 644 617 577 520 446 353
170 583 596 625 649 665 674 671 658 631 590 533 459 367
172 596 610 639 662 679 687 685 671 644 604 547 473 380
138
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
150 376 382 394 401 404 403 397 387 373 353 330 302 271
152 385 391 402 410 413 411 406 395 381 362 338 311 279
154 393 399 410 419 421 419 414 404 389 370 347 319 287
156 401 407 419 426 429 428 422 412 398 379 355 328 396
158 410 416 427 434 437 436 431 421 406 387 364 336 304
160 418 424 436 443 446 445 439 429 414 395 372 344 313
162 427 433 444 451 454 453 447 437 422 404 380 353 321
164 435 441 452 460 463 461 455 446 431 412 389 361 329
166 443 449 461 468 471 470 464 454 439 421 397 370 338
168 452 457 469 476 479 478 472 462 448 429 406 378 346
170 460 466 478 485 488 487 481 470 456 437 414 386 355
172 469 474 486 493 496 495 489 479 464 446 422 395 363
LEMBAR PENUGASAN
Studi Kasus
Arahan
Baca dan lakukan analisa terhadap studi kasus secara perorangan. Bila yang lain
dalam kelompok sudah selesai membaca, jawab pertanyaan dari studi kasus.
Gunakan langkah dalam pengambilan keputusan klinik pada saat memberikan
jawaban. Kelompok yang lain dalam ruangan bekerja dengan kasus yang sama atau
serupa. Setelah semua kelompok selesai, dilanjutkan dengan pemaparan dan
diskusi tentang studi kasus yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
139
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Penuntun Belajar
Penuntun belajar yang terdapat di dalam panduan peserta ini dirancang untuk
menolong peserta mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk
menatalaksana pasien dengan gangguan pernapasan. Penuntun belajar ini
bermaksud untuk membantu peserta mempelajari aspek-aspek pokok tatalaksana
sesuai dengan ruang lingkup pelatihan.
Dalam pembelajaran, keterampilan akan diberikan melalui demonstrasi (peraga/
video/ gambar) yang dilanjutkan dengan latihan oleh masing-masing peserta di
bawah bimbingan tutor/ fasilitator. Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian
menggunakan daftar tilik.
LEMBAR PENUGASAN
140
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
141
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Skenario
Untuk latihan keterampilan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat
rokok berupa pengukuran arus puncak ekspirasi dan kadar CO pernapasan, peserta
dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 -15 peserta.
Setiap kelompok mendapatkan 1 unit Peak Flowmeter dan 1 unit CO analyzer.
Peserta juga mendapat lembar panduan dan daftar tilik pengukuran.
Simulasi Kasus
Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO Pernapasan
Arahan
Peserta diminta melakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO
Pernapasan berdasarkan contoh kasus berikut ini. Peserta yang lain akan
melakukan pengamatan (observer) terhadap praktik pengukuran beserta analisis
hasil pengukuran dan melaporkannya dalam diskusi kelompok.
Kasus 1
Pemeran : Tn. Alfian dan istri, Dokter Puskesmas
Tn. Alfian, 40 tahun, adalah pasien asma. Sejak sebulan yang lalu, asmanya
kambuh berupa gejala batuk dan sesak. Pasien mempunyai riwayat merokok
selama 25 tahun, jumlah rokok yang dihisap 10 - 20 batang sehari. Klien sulit
menghentikan kebisaaan merokok meski sudah di diagnosis asma pada usia 20
tahun. Saat ini, Tn Alfian datang ke Puskesmas untuk kontrol asmanya dan
konsultasi berhenti merokok.
Lakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO pernapasan pada
pasien tersebut?
Bagaimana analisis hasil pengukuran?
Kasus 2
Pemeran : Agus bersama kakaknya, Tenaga Kesehatan
Seorang mahasiswa bernama Agus berusia 25 tahun, datang bersama kakaknya
untuk berobat karena sejak 1 bulan terakhir sakit batuk tidak sembuh-sembuh. Dari
pemeriksaan dahak 3x, didapatkan hasil yang normal. Dokter menyarankan agar
Agus mengikuti program berhenti merokok. Agus merokok selama kurang lebih 10
142
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
tahun yang dengan jumlah rokok 1 - 2 bungkus/ hari. Ini adalah kunjungan pertama
Agus ke Puskesmas untuk mengikuti program berhenti merokok.
Lakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dan Kadar CO pernapasan pada
pasien tersebut?
Bagaimana analisis hasil pengukuran?
143
Bagi Tenaga Kesehatan dalam
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Lampiran 5
Kasus Kertas/ Studi Kasus
Materi Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok
Kasus 1
Seorang laki-laki 50 th, Perokok berat sejak 20 th yang lalu, 1 bungkus sehari.
Sudah menjalani UBM di Puskesmas sejak 2 minggu yang lalu. Saat ini kontrol ke
Puskesmas.
Pertanyaan :
Apa saja yang dinilai saat pertemuan ke dua ini ?
Kasus 2
Tn. B , 29 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 4 minggu. Saat pertemuan minggu ke-4, yang bersangkutan belum
bisa berhenti merokok sama sekali. Saat konsultasi yang bersangkutan
menyatakan sulit meninggalkan keinginan merokoknya.
Pertanyaan :
o Apa yang anda lakukan ?
o Apa kendala berhenti merokok pd klien ?
o Bagaimana pedekatan anda untuk membantu berhenti merokok ?
Kasus 3
Ny. S , 37 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 4 minggu. Saat pertemuan minggu ke-4, yang bersangkutan baru
bisa mengurangi jumlah rokok dari 12 batang menjadi 6 batang. Saat konsultasi
yang bersangkutan menyatakan bahwa merasa sulit berhenti merokok karena
menjadi tidak nyaman, sulit tidur, mudah marah.
Pertanyaan :
o Apa kendala berhenti merokok pd klien ?
o Upaya apa yang bisa anda sarankan ?
o Bagaimana cara memberikan saran ?
Kasus 4
Tn. K , 43 tahun, Perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 8 minggu. Saat pertemuan minggu ke-8, yang bersangkutan sudah
bisa berhenti merokok secara total.
144
Bagi Tenaga Kesehatan dala
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Pertanyaan :
Apa yang anda lakukan saat pertemuan minggu ke-8 ?
Apa yang bisa disampaikan untuk mencegah relaps ?
Kasus 5
Kasus 6
Laki-laki, 37 th, sdh menjalani program UBM selama 8 minggu dan belum
berhasil berhenti merokok. Pasien mengalami keluhan depresi yang
membuat sulit untuk berhenti merokok
Pertanyaan :
o Apakah kasus ini perlu di rujuk ?
o Kalau perlu, rujukan apa sifatnya
o Isi formulir rujukan
Kasus 7
Perempuan 45 th, perokok berat, 2 bungkus perhari, sdh menjalani
konsultasi berhenti merokok di UBM di Puskesmas pada akhir program bulan
ke 3 yang bersangkutan masih belum berhasil berhenti merokok.
Pertanyaan :
o Apa perlu di rujuk ?
o Apa tujuan untuk rujukan
o Isi formulir rujukan.
145
Bagi Tenaga Kesehatan dala
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
146
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
147
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Nama :..................................................................
Puskesmas/ Fasyankes: ......................................................................
Umur : ......... ... Tahun No: rekam medis klien:
Jenis Kelamin: L /P
Pekerjaan: ............................................................ Alamat : ..................................................................
Pendidikan: ..........................................................
Jarak antar pertemuan dalam 3 bulan pertama adalah 2 minggu, dilanjutkan setiap 3 bulan sampai setahun
Ada/Tidak Riwayat Berhenti Merokok: Jika ada, isi berapa lama (kunjungan pertama)
Terapi Simptomatis: terapi yang diberikan untuk mengatasi keluhan klinis yang terjadi
Metode Berhenti diisi dengan:
o Seketika (cold turkey)
o Bertahap
o Penundaan
Ada/Tidak Dukungan keluarga/ teman dll: jika ada di isi dengan siapa
Nilai Keberhasilan:
Proses : Klien yang masih dalam proses berhenti merokok
Berhasil Berhenti Merokok : Klien yang berhasil berhenti merokok ( ditulis tanggal berhenti merokok)
CA : Continous Abstinencea adalah klien berhasil berhenti merokok secara terus menerus dalam periode tertentu ............................./.................. / 20...
CA 1 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 1 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok Pembuat laporan
CA 3 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CA 6 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CA 9 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
****** Kolom hasil akhir diisi dengan :
- Berhasil Berhenti Merokok (BBM)
- Kambuh (Km) ( )
(............................................................ ) (............................................................... )
NIP. : NIP. :
148
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Tahun : .............................................................
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok
Unit pelayanan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan upaya berhenti merokok
TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus
( ) ( )
NIP. : NIP. :
149
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok
TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti m erokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus
( ) ( )
NIP. : NIP. :
150
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
( ) ( )
NIP. : NIP. :
151
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
( ) ( )
NIP. : NIP. :
152
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TKn PsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RjR = Rj/TKn KmR = Km/TKn DoR = Do/TKn SkR= Sk/TKn
Keterangan :
Klien adalah perokok yang mau berhenti merokok
TKn : Total Klien adalah total klien yang melakukan UBM di fasyankes dalam periode tertentu.
Ps : Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM : Berhasil Berhenti Merokok adalah Klien yang tidak merokok satu batangpun dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti UBM sampai 2 minggu.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok
Rj : Rujukan adalah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang berat.
Km ; Kambuh adalah klien yang kembali merokok ke pola yang lama setelah berhenti merokok
DO : Klien yang tidak melanjutkan UBM dalam waktu 1 bulan atau tidak mengikuti 2 kali pertemuan berturut-turut
Sk : Klien yang berhasil tidak merokok selama satu tahun secara terus menerus
/ / 20
Mengetahui
Kepala Subdit PPKD Pembuat Laporan
( ) ( )
NIP. : NIP. :
153
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
154
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
155
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Berilah tanda centang (v) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai
Saran :
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..………………………………………………...................
...........................................
156
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Berilah tanda (V) untuk pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan apa yang anda rasakan
/ alami selama mengikuti pelatihan.
157
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
B. Pelayanan konsumsi
SANGAT
NO PELAYANAN KONSUMSI BAIK CUKUP KURANG
BAIK
Ketepatan jadwal pelayanan
1
konsumsi
Kebersihan penyajian makanan di
2
ruang makan
3 Variasi makanan
Kecukupan (porsi) makanan yang
4
disajikan
5 Cita rasa makanan yang disajikan
Sikap dan perilaku petugas
6
pelayanan konsumsi
SANGAT
NO PELAYANAN KELAS dll BAIK CUKUP KURANG
BAIK
1 Kebersihan kelas, aula, auditorium
Persiapan kelas. Aula, dan
2
auditorium saat anda masuk
Desain kelas. Aula, dan auditorium
3
saat kegiatan diklat dilaksanakan
Sikap dan perilaku petugas
4 pelayanan kelas, aula dan
auditorium
158
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
D. Pelayanan sekretariat
SANGAT
NO PELAYANAN SEKRETARIAT BAIK CUKUP KURANG
BAIK
Penyediaan alat tulis dan
1
bahan diklat
2 Penyediaan daftar hadir
D. Kesesuaian Materi
159
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
E. Masukan
4. Jenis diklat apa yang dirasa perlu pada institusi (daerah) saudara ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................
F. SARAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................
.....................................................................................................................
160
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar
1. Dasar hukum konseling upaya berhenti merokok pada anak usia sekolah bagi tenaga
kesehatan dan guru, adalah peraturan perundang-undangan di bawah ini, kecuali :
161
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
5. Dampak psikologis pengaruh konsumsi rokok terhadap perilaku anak sekolah, yakni :
a. Rasa cemas (anxietas) d. Percaya diri
b. Nafas bau rokok e. Dada berdebar - debar
c. Nafsu makan meningkat
6. Konsumsi rokok dapat menyebabkan penyakit akibat rokok seperti :
a. Stroke d. Penyakit Jantung Reumatik
b. Tuberculosis e. Otitis media purulenta akut
c. Leptospirosis
7. Proses konseling berhenti merokok bagi anak usia sekolah, mengikuti kaidah berikut
ini, kecuali :
a. Menggunakan pendekatan yang d. Adanya kerja sama antara konselor
menghormati semua peserta dan peserta didik
didik e. Memberikan penatalaksanaan
b. Menganggap perilaku merokok medis yang bersifat individual
sebagai permasalahan yang
terus-menerus
c. Memberikan dukungan secara
psikologis
8. Tugas utama konselor berhenti merokok di sekolah adalah :
a. Menguatkan komitmen peserta d. Memberikan pengobatan kepada
didik dalam upaya behenti peserta didik yang ingin berhenti
merokok merokok
b. Menegakkan disiplin di e. Membantu proses rehabilitasi
lingkungan sekolah berhenti merokok bagi peserta
c. Menciptakan lingkungan sekolah didik
yang bebas asap rokok
9. Di bawah ini adalah gejala putus nikotin, kecuali :
a. Rasa cemas d. Sulit konsentrasi
b. Gangguan tidur e. Rasa gembira yang berlebihan
c. Mudah tersinggung
10. Sasaran larangan merokok di lingkungan sekolah adalah :
a. Guru d. Penjual makanan di kantin sekolah
b. Peserta didik e. Semua Benar
c. Petugas kebersihan sekolah
11. Yang bukan merupakan cara dan langkah berhenti merokok adalah :
a. Substitusi d. Penundaan
b. Cold turkey e. Aromaterapi
c. Berhenti seketika
162
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
12. Kriteria guru yang menjadi konselor berhenti merokok adalah hal - hal di bawah ini,
kecuali :
a. Mempunyai kedekatan dengan d. Memiliki minat untuk mendalami
peserta didik dunia remaja / pelajar
b. Mampu berkomunikasi dengan e. Mempunyai ketertarikan terhadap
baik pencegahan rokok di kalangan
c. Bersedia memberikan pelajar
pengobatan dampak merokok
pada peserta didiknya
13. Nilai kadar CO ekspirasi yang kemungkinan besar karena gas beracun (CO) dari
rokok adalah :
a. < 4 ppm d. > 10 ppm
b. 4 - 5 ppm e. 10 - 20 ppm
c. 5 - 10 ppm
14. Upaya edukasi pada penyelenggaraan pengendalian masalah merokok di sekolah,
berupa :
a. Pengadaan alat atau bahan d. Penyuluhan manfaat upaya berhenti
penunjang kesehatan di UKS merokok kepada warga sekolah
b. Pembentukan jejaring kerja e. Pemeriksaan kesehatan pada
pengendalian masalah merokok peserta didik yang mengikuti
di sekolah konseling upaya berhenti merokok
c. Penyusunan buku pedoman
konseling upaya berhenti
merokok di sekolah
15. Konseling upaya berhenti merokok di sekolah, dilakukan selama kurun waktu :
a. 1 - 2 minggu d. 5 - 6 minggu
b. 3 - 4 minggu e. 6 - 8 minggu
c. 4 - 5 minggu
16. Pendekatan Konseling 5 Rs, sebagai berikut :
a. Relevance: Diskusikan dampak d. Roadblocks: Tanyakan tantangan
rokok terhadap kesehatan diri yang dihadapi pada saat berhenti
sendiri dan keluarga sebagai merokok
perokok pasif e. Semua benar
b. Risks: Diskusikan dampak-
dampak negatif dari rokok
c. Rewards: Diskusikan keuntungan
dari berhenti merokok (dari segi
kesehatan, finansial, dll)
163
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
17. Upaya preventif dalam pengendalian masalah merokok di sekolah, dilakukan melalui :
a. Skrining faktor risiko dan deteksi d. Pengadaan alat/ bahan penunjang
dini kesehatan di sekolah
b. Penyebarluasan media promosi e. Pembentukan jejaring kemitraan
kesehatan dengan stakeholder sekolah
c. Penyuluhan kesehatan warga
sekolah
18. Kuesioner ketergantungan nikotin yang digunakan pada pemeriksaan perokok disebut
juga sebagai :
a. Brigmann’s Index d. Kuesioner skrining perilaku merokok
b. Kuesioner Fagerstroom e. Lembar follow up
c. Status berhenti merokok
19. Parameter kesehatan yang diukur pada pelaksanaan konseling uapaya berhenti
merokok di sekolah adalah :
a. Berat Badan d. Kadar CO pernapasan
b. Tekanan Darah e. Semua benar
c. Arus Puncak Ekspirasi
20. Hasil konseling upaya berhenti merokok di sekolah, dicatat dan dilaporkan secara
bertahap. Yang pertama kali melakukan pelaporan adalah :
a. Guru d. Petugas Puskesmas
b. Kepala sekolah e. Tim konselor berhenti merokok di
c. Petugas UKS sekolah
164
Bagi Tenaga Kesehatan dalam Implementasi
KTR dan Upaya Berhenti Merokok di Sekolah, 2018
Catatan :
165