Anda di halaman 1dari 33

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES

MELITUS DALAM PANDU PTM DI FKTP


UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) TERPADU DI
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan Pencegahan
Terpadu PTM di FKTP sesuai dengan Permenkes Nomor 71 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
• Menjelaskan pengertian Penyakit Diabetes melitus dan gangguan metabolik
serta faktor resikonya
• Melakukan upaya promotif dan preventif Penyakit Diabetes melitus dan
gangguan metabolik
• Melakukan deteksi dini faktor risiko Diabetes melitus dan gangguan metabolik
FAKTA DIABETES

• Diabetes merupakan
• Saat ini ada lebih dari  199 penyebab utama kematian
juta wanita hidup dengan no 9 pada wanita ditingkat
diabetes dan global, menyebabkan 2,1
diproyeksikan akan juta kematian setiap tahun.
meningkat menjadi 313
juta pada tahun 2040. Fakta
Diabetes

• Sebagai dampak kondisi


• Dua diantara 5 wanita dengan sosioekonomi terutama
diabetes berada pada usia dinegara berkembang,
produktif, meliputi sekitar remaja putri dan wanita
lebih dari 60 juta orang di mengalami kesulitan dan
dunia hambatan dalam
mengakses layanan
• Wanita dengan Diabetes pencegahan diabetes yang
mengalami kesulitan dalam terjangkau dan efektif
proses kehamilan dan termasuk deteksi dini,
biasanya berdampak buruk diagnosis tepat, layanan
terhadap kehamilan pengobatan
FAKTA DIABETES
FAKTA DIABETES

Para Wanita dan remaja putri


harus diberdayakan untuk
memperoleh akses terhadap
Kira-kira 1 diantara 7
sumber informasi dan layanan
kelahiran dipengaruhi oleh
pencegahan agar dapat terhindar
Diabatetes Gestasional
atau mencegah terjadinya DM
(GDM), suatu kondisi yang Fakta Gestasional yang akan
parah dan terabaikan Diabetes mempengaruhi kualitas generasi
terhadap kesehatan Ibu dan
mendatang.
bayinya.

Sebagian besar penyandang DM akan menjadi diabetes type 2


dimana kedepannya akan berdampak terhadap peningkatan
komplikasi kesehatan termasuk peningkatan pembiayaan
kesehatan.
FAKTOR RISIKO
DIABETES MELLITUS

Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan


 Riwayat diabetes dalam keluarga

 Umur

 Jenis kelamin

Faktor risiko yang dapat dikendalikan


 Kegemukan
 Tekanan darah tinggi
 Kadar kolesterol
 Toleransi glukosa terganggu
 Kurang gerak
KRITERIA DIAGNOSTIK DM T2

Terdapat gejala klasik diabetes + Glukosa Darah


Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL
 Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah
pada suatu waktu (kapan saja) tanpa mempertimbangkan
jadwal atau waktu makan tertentu.
atau
Terdapat gejala klasik diabetes + Glukosa Darah Puasa ≥
126 mg/dL
 Puasa disini adalah tidak adanya asupan makanan
selama minimal 8 jam.
KRITERIA DIAGNOSTIK
PREDIABETES

PRE-DIABETES DIABETES

100 < GDP < 126 ≥ 126

140 < GDPP < 200 ≥ 200

5.7 < A1C < 6.5%* ≥ 6.5%*

PERKENI Consensus Guidelines, 2015.


KOMPLIKASI DIABETES

Catarac CVA
t
Retinopath
y Blindness Premature coronary
artery disease (angina,
MI, CHF)

Autonomic
Nephropathy
(renal (Gastroparesis, diarrhea)
failure)

Impotence

Peripheral
Vascular
Disease
(amputation)

Peripheral Neuropathy
(pain, loss of Atlas of Diabetes 3th
sensation edition
5 PILAR PENGELOLAAN DIABETES MELITUS
SESUAI STANDAR

Diet
Management

Oral Anti
Diabetic And or Physical Activity
Insulin Injection

Monitring Education
EKSTRAPOLASI EPIDEMIOLOGIS
MENUNJUKKAN MANFAAT DARI PENURUNAN
RATA-RATA HbA1C 1%

 21% Kematian terkait diabetes*


 37% Komplikasi mikrovaskular seperti penyakit
ginjal dan kebutaan *
 14% Serangan jantung*
 43% Amputasi atau penyakit pembuluh darah
tepi yang fatal
 12% Stroke **

*p<0,0001, **p=0,035
Stratton IM et al, UKPDS 35, BMJ2000, 321: 405-412
PRINSIP PENATALAKSANAAN DM
SESUAI STANDAR (1)

• Penatalaksanaan dm sesuai standar adalah upaya prevensi


sekunder untuk mencegah terjadinya komplikasi, disabilitas,
kematian dini dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
• Penatalaksanaan standar sesuai pedoman praktek klinis (PPK)
DM
• Percepatan penemuan dini kasus DM melalui posbindu PTM
• Rujukan dan penatalaksanaan DM sesuai standar di fktp (5 pilar)
• DM tanpa komplikasi  tuntas dilakukan penatalaksanaan di
FKTP (masuk Prolanis dan memperoleh akses pengobatan
kronis 30 hari non kapitasi)
• DM dengan komplikasi  rujuk ke FKTL sampai stabil dan rujuk
balik
PRINSIP PENATALAKSANAAN DM
SESUAI STANDAR (2)
PEMANTAUAN KEBERHASILAN PENATALAKSANAAN DM DENGAN HbA1C
(2x pemeriksaan non kapitasi sesuai permenkes 52/2016)
 HbA1C yang dipakai harus memenuhi standar NGSP dan IFCC serta
diutamakan terdaftar di E-Katalog
 Mekanisme bisa melalui kerjasama dengan laboratorium, atau kerjasama
operasional (KSO), atau pemeriksaan HbA1C pada bulan-bulan tertentu
misalnya bulan Mei dan November
HASIL PEMANTAUAN KEBERHASILAN PENATALAKSANAAN DM DENGAN
HbA1C dipergunakan oleh Dinas Kesehatan untuk melakukan langkah
intervensi dan tindak lanjut:
 Masalah di pasien  mengembangkan program care
support/pendamping
 Masalah di Provider  penguatan kapasitas melalui mentoring
 Masalah terkait sistem dan supply chain  dilakukan koordinasi dan
penguatan
PELAYANAN PREVENTIF DI FKTP – SKEMA JKN

PROGRAM
• DASAR LENGKAP
PENGELOLAAN
• VAKSINASI HEP B PENYAKIT KRONIS • DIABETES MELLITUS
• VAKSINASI CA SERVIKS IMUNISA (PROLANIS) • HIPERTENSI
SI

PROGRAM 9 PENYAKIT
RUJUK BALIK RUJUK BALIK
(PRB)
• PENGELOLAAN
PENYAKIT
ENDEMIK Promotif
Prev Spesifik
Daerah

SKRININ
• PELAYANAN KB G
• PELAYANAN EFEK SAMPING
KELUARGA
BERENCANA PRIMER & SEKUNDER
• DIABETES MELLITUS
• HIPERTENSI
ALUR PENGELOLAAN DM DI FKTP
Tidak
Penerapan Gaya Hidup Sehat
Pengunjung Faktor Tidak
FKTP Risiko
Ya DM

Pemeriksaan Gula Darah

Ya
Pengelolaan Penyakit Ya
Kronis dan Rujukan Terkendali Pengelolaan Penyakit Kronis
Rutin

Tidak
Ya Rujuk Balik
Rujuk ke FKRTL Terkendali
RUJUK BALIK
 Pelayanan obat program rujuk balik diberikan untuk
penyakit kronis meliputi diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa kronik,
stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus (SLE)
 Pelayanan obat program rujuk balik : MENGGUNAKAN
OBAT RUJUK BALIK YANG TERCANTUM DI FORNAS,
diberikan oleh ruang farmasi, apotek atau instalasi
farmasi klinik pratama yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
 Harga obat program rujuk balik yang ditagihkan kepada
BPJS Kesehatan mengacu pada harga dasar obat sesuai
e- Catalogue ditambah biaya pelayanan kefarmasian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG RUJUK BALIK

a. Pemeriksaan gula darah sewaktu;


b. Pemeriksaan gula darah puasa (GDP) 1 BULAN 1X
c. Pemeriksaan gula darah Post Prandial (GDPP) 1
BULAN 1X
d. Pemeriksaan HbA1c  3 -6 BULAN 1X
e. Pemeriksaan kimia darah  2X DALAM 1 TAHUN

TARIF a – c : 10 – 20 ribu/kali periksa


TARIF d : 160 – 200 ribu/kali periksa
(note: harga dipasaran sekitar rp. 75.000-rp. 100.000)
TARIF e : 30 – 120 ribu tentang jenis pemeriksaan
kimia darah
PENCEGAHAN DIABETES MELITUS
DETEKSI DINI DIABETES MELITUS

CEK
KADAR
GULA
DARAH

INDEKS
CEK MASSA
LINGKAR TUBUH
PERUT (IMT)
KRITERIA PENGENDALIAN
DIABETES MELITUS
CEK KONDISI KESEHATAN SECARA
BERKALA

ENYAHKAN ASAP ROKOK

RAJIN AKTIFITAS FISIK

DIET DENGAN GIZI SEIMBANG

ISTIRAHAT YANG CUKUP

KELOLA STRESS
S A L A M S E H AT

TERIMA KASIH
AYO...PRAKTEK
DETEKSI DINI
DIABETES MELITUS DAN
GANGGUAN METABOLIK
DI FKTP
PRAKTEK

1. Praktek pemeriksaan antropometri


a. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT)
b. Pengukuran lingkar perut
2. Pengukuran Gula darah
MENGUKUR BERAT BADAN

1
2

1. Letakkan timbangan pada lantai yang datar.


2. Pastikan jarum tepat pada angka 0 “nol”.
3. Orang yang diukur berdiri tegak, lutut lurus (tidak ditekuk),
tangan lurus ke bawah menghadap ke dalam dan merapat
pada samping tubuh, kepala menghadap ke depan dengan
pandangan mata lurus ke depan sejajar telinga dan tidak
bergerak.
4. Baca & catat angka yang tertera pada timbangan
 
MENGUKUR TINGGI BADAN

1. Pastikan alat tsb pada lantai yang datar.


2. Lepas alas kaki, topi, kopiah, sanggul
3. Posisi orang yang diukur dari kepala hingga kaki menempel rapat pada
alat pengukur.
4. Pandangan mata menghadap ke depan, tidak menunduk.
5. Tarik alat pengukur ke atas dan pastikan tepat menempel pada kepala.
6. Baca & catat angka yang tertera pada alat.
7. Bila pengukur lebih pendek, harus berdiri di bangku supaya pembacaan
hasil benar.

 
 
MENGUKUR TINGGI BADAN
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) 

Rumus :
BB (kg)
IMT = ——— = ———
TB x TB (m2)

65 65
= ———— = —— = 23,89 kg/m2
1 ,65 x 1,65 2,72
NILAI INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

No IMT Klasifikasi

1 <18,5 Kurus

2 18,5—22,9 Normal

3 23,0—24,9 BB Lebih

4 25,0—27,0 Obesitas 1

5 >27,0 Obesitas 2
The Asia Pasific Perspective, WHO 2000
MENGUKUR LINGKAR PERUT (LP)

1. Tetapkan batas tepi tulang rusuk paling bawah (beri tanda titik dengan spidol) →
bagian kiri

2. Tetapkan batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul (beri tanda titik dengan

spidol).

3. Ambil titik tengah (diantara keduanya; point 1 dan 2) dan beri tanda titik dengan

spidol.

4. Lakukan pada sisi tubuh yang lain (bagian Kanan).

5. Lakukan pengukuran pada saat akhir mengeluarkan nafas.

6. Lakukan pengukuran dimulai dari bagian kiri secara sejajar mendatar ke kanan

melingkari pinggang melewati perut dan sampai ke bagian kiri.

7. Baca & catat angka yang tertera pada alat ukur.


 
MENGUKUR LINGKAR PERUT (LP)
Tetapkan batas atas ujung lengkung tulang pangkal
panggul, tandai dengan spidol

Ambil titik tengah,


Tandai dengan spidol point 2 dan 3

2 4
MENGUKUR LINGKAR PERUT (LP)

7
6
NILAI UKURAN LINGKAR
PERUT
NO LINGKAR JENIS KLASIFIKA
PERUT KELAMIN SI
1 < 90 cm Laki-laki Normal
2 > 90 cm Laki-laki Berisiko
3 < 80 cm Perempuan Normal
4 > 80cm Perempuan Berisiko

The Asia Pasific Perspective, WHO 2000

Anda mungkin juga menyukai