DISUSUN OLEH :
Pembimbing :
PROVINSI GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Era globalisasi saat ini membawa gaya hidup masyarakat
Indonesia semakin konsumtif dan tidak memperhatikan
kesehatannya, sehingga menyebabkan kenaikan penderita Penyakit
Tidak Menular (PTM).
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak
Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas
2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus, dan hipertensi.
Prevalensi diabetes di Indonesia pada penduduk umur ≥15
tahun yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5% pada tahun 2013 dan
meningkat menjadi 2% pada tahun 2018. Sedangkan prevalensi
diabetes berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur ≥15
tahun pada tahun 2013 sebesar 6,9% dan pada tahun 2018 prevalensi
diabetes meningkat menjadi 8,5%. Untuk peringkat provinsi
berdasarkan prevalensi DM, yang menduduki urutan pertama adalah
DKI Jakarta dengan prevalensi kasus 3,4% dan yang menempati
urutan terendah yaitu Provinsi NTT dengan prevalensi 0,9%.
Sedangkan Provinsi Gorontalo menempati posisi ke delapan dengan
prevalensi >2% (Riskesdas, 2018) Peningkatan ini terjadi seiring
dengan meningkatnya harapan hidup, asupan makanan yang tidak
sehat, aktifitas fisik yang kurang, kegemukan serta gaya hidup yang
modern.
Gambar 1
1.4Tujuan
Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program Penyakit Tidak
Menular khususnya Diabetes Melitus pada usia produktif di
Puskesmas Kota Utara
1.1Manfaat
Sebagai bahan masukan dalam mencapai keberhasilan program
Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kota Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan
Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada
satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan
kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota. 1
Pemahaman akan pentingnya manajemen Puskesmas, telah
diperkenalkan sejak tahun 1980, dengan disusunnya buku-buku
pedoman manajemen Puskesmas, yang terdiri atas Paket Lokakarya Mini
Puskesmas (tahun 1982), Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984)
dan Pedoman Microplanning Puskesmas (tahun 1986). Paket Lokakarya
Mini Puskesmas menjadi pedoman Puskesmas dalam melaksanakan
lokakarya Puskesmas dan rapat bulanan Puskesmas. Pada tahun 1988,
Paket Lokakarya Mini Puskesmas direvisi menjadi Pedoman Lokakarya
Mini Puskesmas dengan penambahan materi penggalangan kerjasama
tim Puskesmas dan lintas sektor, serta rapat bulanan Puskesmas dan
triwulanan lintas sektor. Pada tahun 1993, Pedoman Lokakarya Mini
dilengkapi cara pemantauan pelaksanaan dan hasil-hasil kegiatan
dengan menggunakan instrument Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984), digunakan sebagai acuan
Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk dapat
meningkatan peran dan fungsinya dalam pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.
PEMBAHASAN
3.2Input
a. Man
Sumber daya manusia pelaksana program pengendalian
diabetes mellitus di Puskesmas Kota Utara adalah perawat
dibantu dengan bidan dan kader kesehatan untuk pelaksana
skrinning diabetes mellitus, sedangkan untuk pelaksana
pelayanan pasca skrining yaitu dokter dan perawat serta ahli gizi.
Jumlah petugas pelaksana pengendalian DM di Puskesmas Kota
Utara sudah sesuai dengan Permenkes No 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal, yang menyebutkan bahwa kebutuhan
tenaga pelaksana pengendalian diabetes melitus di Puskesmas minimal
3 orang. Tenaga dokter orang, tenaga Nutrition/Gizi 1 orang dan
tenaga Perawat 1 orang, hanya saja setiap petugas kesehatan
memiliki lebih dari satu tanggung jawab kegiatan yang membuat
pelaksanaan penjaringan pengendalian DM kurang optimal.
Untuk pengendalian penyakit DM, Pelatihan untuk petugas
pernah dilakukan tetapi tidak semua petugas pelaksana program
pengendalian diabetes mellitus mendapatkan pelatihan secara
formal.
Tidak hanya petugas, kendala terdapat juga pada masyarakat,
masih banyak masyarakat yang kurang menyadari akan
pentingnya kesehatan serta tingkat pengetahuan tentang
pentingnya kesehatan masih minim.
b. Money
Sumber dana untuk pelaksanaan skrining diabetes mellitus di
Puskesmas Kota Utara berasal dari Dinas Kesehatan, dana
bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk biaya tranportasi
petugas. Untuk pelaksanaan pelayanan pasca skrining
menggunakan sumber dana dari BPJS kesehatan.
c. Methode
Di Puskesmas Kota Utara skrining diabetes mellitus tergabung
dengan posbindu PTM dan dilakukan di poli umum pada pasien
yang baru melakukan kunjungan pertama kali. penatalaksanaan
diabetes sesuai dengan SOP yang telah dibuat Puskesmas Kota
Utara, sedangkan metode pelaksanaan skrining hanya mengacu
pada arahan dari pemegang program serta isian dari form
pencatatan posbindu PTM.
d. Material
Sarana dan pasarana yang digunakan untuk untuk pelaksanaan
skrining PTM yang didalamnya terdapat skrining DM yaitu
pedoman dan media KIE, alat ukur berat badan, alat ukur tinggi
badan, alat ukur lingkar perut, tensimeter, glukometer, tes strip
gula darah, lancet, kapas alcohol, serta formulir pencatatan dan
pelaporan.
Sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan program
pengendalian DM di puskesmas masih memiliki kendala terutama
pada pemenuhan strip gula darah yang masih terbatas. Sehingga
belum semua masyarakat sasaran bisa terskrining. Selain itu
puskesmas juga belum memiliki pedoman skrining DM,
sedangkan untuk media KIE jumlahnya masih terbatas sehingga
tidak selalu setiap melakukan edukasi menggunakan Media.
Ketersediaan obat untuk DM juga terbatas yang menyebabkan
puskesmas menerapkan sistem 3-5 hari sekali untuk pengambilan
obat. Hal tersebut berpengaruh terhadap rutinitas pasien dalam
pengambilan dan konsumsi obat. Untuk mengatasi hal tersebut,
apabila terdapat pasien yang baru terdiagnosa DM, dokter dan
perawat akan mengedukasi pasien agar ikut menjadi anggota
prolanis untuk kemudahan pengambilan obat dan penyakitnya
dapat terkontrol.
3.2Proses
a. Perencanaan
Perencanaan pengendalian DM disusun bersama tim Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) sebelum dibawa kedalam
pembahasan rencana program puskesmas yang dilakukan satu
tahun sekali. Dokumen dari hasil proses perencanaan adalah
berupa RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan).
Hasil dari proses perencanaan kemudian disampaikan dalam
kegiatan loka karya mini (minlog) yang dihadiri oleh seluruh
pegawai puskesmas, sehingga petugas pelaksanaan skrining
mengetahui target, sasaran dan strategi dari pelaksanaan skrining
diabetes mellitus. Target dari skrining diabetes mellitus yaitu
100% sasaran usia produktif di wilayah kerja puskesmas Kota
Utara mendapatkan pelayanan skrining dan dapat memenuhi
target temuan kasus diabetes mellitus dari dinas kesehatan. Untuk
target tatalaksana DM yaitu 100% penderita DM mendapat
pelayanan sesuai standar. Untuk strategi dari pemenuhan target
yaitu dengan mendekatkan pelayanan skrining dan tatalaksana
diabetes mellitus pada masyarakat
Proses perencanaan skrining diabetes mellitus di puskesmas
Kota Utara sebelum penyusunan rencana kegiatan (RPK)
puskesmas perlu melakukan analisis situasi dengan
mengumpulkan beberapa data sehingga pelaksanaan kegiatan dan
penganggaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Namun
selama ini terkendala dalam bidang sarana dan prasarana masih
belum mampu memenuhi kebutuhan untuk pelayanan skrining,
hal tersebut menyebabkan pelaksananaan skrining kurang
maksimal.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian pembagian tugas pelaksana kegiatan
skrining dan tatalaksana diabetes mellitus sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan no 4 tahun 2019 tetang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan yaitu pengukuran TB, BB,
Lingkar perut dilakukan oleh kader, sedangkan untuk cek tekanan
darah, cek gula darah, pemberian rujukan, penyuluhan dilakukan
oleh petugas kesehatan yaitu perawat atau bidan. Dan tatalaksana
DM dilaksanakan oleh dokter, perawat dan ahli gizi. Penanggung
jawab pelayanan skrining diabetes mellitus adalah pemegang
program PTM
Kendala yang dialami dari sistem pengorganisasian adalah
setiap petugas kesehatan memiliki lebih dari satu tanggung jawab
kegiatan, hal tersebut berpengaruh pada tuntutan laporan yang
tinggi sehingga berdampak pada pengumpulan laporan kegiatan
yang tidak tepat waktu.
c. Pelaksanaan Skrining Diabetes Melitus
Untuk meningkatkan cakupan skrining diabetes mellitus,
skrining tersebut dilaksankan pada kegiatan posbindu PTM
minimal setiap satu tahun sekali dan dilakukan di poli umum pada
saat pasien melakukan kunjungan pertama. Sistem penggerakan
masyarakat masih menggunakan pengeras suara di masjid.
e. Pengawasan
Monitoring pelaksanaan skrining DM dilakukan setiap satu
bulan sekali pada kegiatan loka karya mini Sedangkan evaluasi di
puskesmas terdapat evaluasi triwulan dan evaluasi akhir tahun
yang dihadiri oleh seluruh pemegang program. Selain itu dinas
kesehatan juga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
keberjalanan program yang dilakuakan.
3.3Output
Petugas memiliki
lebih dari satu
Tidak teratur
tanggung jawab
control gula Covid-19
darah kegiatan
Belum ada SOP
dan pedoman
tentang skrining
Target belum
Stik gula darah Pendanaan stick tercapai
yang masih gula darah
kurang hanya dari dinas
kesehatan
Media KIE
yang masih
terbatas
Sarana Dana
No. PRIORITAS PENYEBAB PEMECAHAN MASALAH
MASALAH MASALAH
Cakupan Stik Gula darah Mengajukan permintaan dan
Pelayanan yang masih
Kesehatan DM kurang penganggaran stik gula darah
pada usia Petugas memiliki Membuat jadwal kegiatan
produktif masih lebih dari satu
dibawah target yang baik agar tidak ada
tanggung jawab
kegiatan petugas yang jadwalnya saling
Media KIE yang
bertabrakan
masih terbatas
Pandemic covid- Mengajukan permintaan KIE
19
pada dinkes
Mematuhi protocol kesehatan
3.4 Outcome
4.2Saran
Bagi dinas kesehatan
a. Merutinkan pengadaan stik gula darah sesuai permintaan
Puskesmas
b. Membantu pengadaan media KIE ke puskesmas
c. Memberikan pelatihan yang berkelanjutan terkait skrining DM
yang menjangkau seluruh pelaksana lapangan, baik kepada
kader dan petugas puskesmas.
Bagi Puskesmas
a. Melakukan koordinasi dengan kelurahan untuk dapat
menganggarkan pengadaan stik gula darah untuk skrining
melalui dana desa / kelurahan
b. Melakukan pelatihan maupun sosialiasai kepada bidan dan
perawat pemegang wilayah terkait pentingnya program
skrining PTM dan tujuan dan manfaat dari langkah langkah
skrining PTM sehingga petugas tidak hanya tau tapi mampu
memahami tujuan dan manfaat program
c. Melakukan kerjasama dengan laboratorium untuk pemeriksaan
gula darah
d. Meningkatkan koordinasi antar lintas program, serta membuat
jadwal kegiatan yang baik agar tidak ada petugas yang
jadwalnya saling bertabrakan.
e. Membuat SOP pelaksanaan kegiatan skrining, didistribusikan
dan disosialisasikan kepada petugas lapangan dan kader agar
petugas memahai tahap demi tahapan yang harus dilaksanakan
f. Memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait skrining
PTM dengan melakukan KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi) secara menyeluruh kepada masyarakat sehingga
dapat menjaring sasaran lebih banyak.
g. Mendorong peran aktif kader dalam pengawasan dan
monitoring penderita diabetes serta meningkatkan kompetensi
kader agar mampu memberikan edukasi kepada penderita
diabetes dan keluarga.
h. Meningkatkan kerjasama tim dalam bekerja
Bagi masyarakat
Diharapakan masyarakat dapat mendukung dan berpartisipasi
dalam pelaksanaan program pengendalian DM yaitu dengan cara
mengikuti kegiatan skrining DM yang dilakukan minimal satu tahun
sekali, bagi keluarga maupun masyarakat sekitar dapat membantu
melakukan pengawasan terhadap penderita diabetes dalam
menjalani tatalaksana DM
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. gloobal report on diabetes. world Heal Organ. 2016;978.
2. pusat data dan informasi. Situasi Dan Analisis Diabetes.
Kementerian kesehatan republik indonesia; 2014.
3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kemeterian
kesehatan RI. hasil utama riskesdas 2018. 2019.
4. Indonesia kementerian kesehatan republik. Buku Panduan Hari
Diabetes Sedunia, Eyes on Diabetes. jakarta; 2016.
5. dinas kesehatan kabupaten wonosobo. Profil Kesehatan
Kabupaten Wonosobo Tahun 2017. wonosobo; 2017.
6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Manajemen Puskesmas.
Jakarta; 2016.
7. Zahro F. Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Silo 1 Dan
Puskesmas Kencong Tahun 2017. Univ Jember. 2017
8. Soewondo, Pradana. 2014. Harapan baru penyandang diabetes
mellitus pada era jaminan kesehatan nasional 2014. eJournal
Kedokteran Indonesia vol 2. 2014
9. Kurniawati N,.Dkk. Evaluasi program pengendalian diabetes
mellitus pada usia produktif di puskesmas sapuran tahun 2019.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 7,
Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm