Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI PROGRAM

PENGENDALIAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA USIA


PRODUKTIF DI PUSKESMAS KOTA UTARA TAHUN 2020-2021

DISUSUN OLEH :

dr. Nurul Amaliyah

Pembimbing :

dr. Yeni Utiarahman

INTERNSIP PUSKESMAS KOTA UTARA PERIODE KE I 2022


PUSKESMAS KOTA SELATAN
KOTA GORONTALO

PROVINSI GORONTALO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Era globalisasi saat ini membawa gaya hidup masyarakat
Indonesia semakin konsumtif dan tidak memperhatikan
kesehatannya, sehingga menyebabkan kenaikan penderita Penyakit
Tidak Menular (PTM).
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak
Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas
2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus, dan hipertensi.
Prevalensi diabetes di Indonesia pada penduduk umur ≥15
tahun yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5% pada tahun 2013 dan
meningkat menjadi 2% pada tahun 2018. Sedangkan prevalensi
diabetes berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur ≥15
tahun pada tahun 2013 sebesar 6,9% dan pada tahun 2018 prevalensi
diabetes meningkat menjadi 8,5%. Untuk peringkat provinsi
berdasarkan prevalensi DM, yang menduduki urutan pertama adalah
DKI Jakarta dengan prevalensi kasus 3,4% dan yang menempati
urutan terendah yaitu Provinsi NTT dengan prevalensi 0,9%.
Sedangkan Provinsi Gorontalo menempati posisi ke delapan dengan
prevalensi >2% (Riskesdas, 2018) Peningkatan ini terjadi seiring
dengan meningkatnya harapan hidup, asupan makanan yang tidak
sehat, aktifitas fisik yang kurang, kegemukan serta gaya hidup yang
modern.

1.2Gambaran umum Puskesmas Kota Utara


a. Luas Wilayah
Berdasarkan data statistik tahun 2021, wilayah kerja
Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo memiliki luas sebesar 9,13
km2. Secara geografis Wilayah kerja Puskesmas Kota Utara
terletak pada N 0,56647 Lintang Utara dan E 123,06911 Bujur
Timur.

Gambar 1

Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Utara

Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota


Gorontalo terdiri dari 6 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone


Bolango
- Sebelah Timur : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo

- Sebelah Barat : Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo

b. Jumlah Kelurahan dan Lingkungan


Secara administratif Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo
terdiri dari 6 Kelurahan dan 19 Lingkungan yaitu sebagai berikut:

- Kelurahan Wongkaditi Timur terdiri dari 4 Lingkungan.

- Kelurahan Wongkaditi Barat terdiri dari 2 Lingkungan.

- Kelurahan Dulomo Selatan terdiri dari 4 Lingkungan.

- Kelurahan Dulomo Utara terdiri dari 4 Lingkungan.

- Kelurahan Dembe II terdiri dari 3 Lingkungan.

- Kelurahan Dembe Jaya terdiri dari 2 Lingkungan.

c. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Menurut estimasi jumlah penduduk yang didasarkan pada


data BPS jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara
Kota Gorontalo pada tahun 2021 adalah sebanyak 21.892 jiwa.
Dimana penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10.776 jiwa
(49.2), dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
11.116 jiwa (50.8).

Data penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis


kelamin merupakan faktor penting dalam demografi, dengan adanya
data ini maka penduduk dapat digolongkan menjadi penduduk usia
muda, usia produktif dan usia lanjut.
Adapun piramida penduduk Kota Gorontalo tahun 2021, yaitu
sebagai berikut :

Grafik 1 Piramida Penduduk Kota Gorontalo Tahun 2021


75+ 123 191
70 - 74 146 213
65 - 69 238 321
60 - 64 388 458
55 - 59 576 618
50 - 54 632 649
45 - 49 733 769
40 - 44 798 854
35 - 39 848 833
30 - 34 936 878
25 - 29 1047 1,076
20 - 24 1000 1,030
15 - 19 861 892
10 - 14 795 763
5-9 819 795
0-4 836 812

1,500 1,000 500 0 500 1,000 1,500


Laki-laki Perempuan

Grafik 1 menunjukkan bahwa komposisi penduduk berdasarkan


kelompok umur di wilayah Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo tahun
2021 sebagian besar termasuk dalam usia produktif, yaitu sebanyak
15.876 jiwa atau sebesar 72.5% yang terdiri dari 7.819 jiwa laki-laki dan
8.057 jiwa perempuan. Tingginya penduduk dengan kelompok usia
produktif memberikan implikasi bahwa potensi penduduk ini perlu
mendapat perhatian, khususnya dalam bidang kesehatan. Perlu adanya
kebijakan melalui upaya promotif dan preventif, agar penduduk usia
tersebut dapat tetap produktif dan sehat saat memasuki usia non
produktif.
1.3Rumusan Masalah
 Bagaimanana pelaksanaan program Penyakit Tidak
Menular khususnya Diabetes Melitus pada usia produktif di
Puskesmas Kota Utara
 Apa saja kendala dalam mencapai target cukupan program
pengendalian DM pada usia produktif

1.4Tujuan
Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program Penyakit Tidak
Menular khususnya Diabetes Melitus pada usia produktif di
Puskesmas Kota Utara

1.1Manfaat
Sebagai bahan masukan dalam mencapai keberhasilan program
Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kota Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan
Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada
satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan
kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota. 1
Pemahaman akan pentingnya manajemen Puskesmas, telah
diperkenalkan sejak tahun 1980, dengan disusunnya buku-buku
pedoman manajemen Puskesmas, yang terdiri atas Paket Lokakarya Mini
Puskesmas (tahun 1982), Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984)
dan Pedoman Microplanning Puskesmas (tahun 1986). Paket Lokakarya
Mini Puskesmas menjadi pedoman Puskesmas dalam melaksanakan
lokakarya Puskesmas dan rapat bulanan Puskesmas. Pada tahun 1988,
Paket Lokakarya Mini Puskesmas direvisi menjadi Pedoman Lokakarya
Mini Puskesmas dengan penambahan materi penggalangan kerjasama
tim Puskesmas dan lintas sektor, serta rapat bulanan Puskesmas dan
triwulanan lintas sektor. Pada tahun 1993, Pedoman Lokakarya Mini
dilengkapi cara pemantauan pelaksanaan dan hasil-hasil kegiatan
dengan menggunakan instrument Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984), digunakan sebagai acuan
Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk dapat
meningkatan peran dan fungsinya dalam pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.

2.2Program Penyakit Tidak Menular (Diabetes Melitus)


Penyakit tidak menular adalah Penyakit yang perkembangannya
berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang dan merupakan
hasil kombinasi faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. Salah
satu bahaya dari PTM adalah komplikasi yang dapat ditimbulkan. Contoh
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit Diabetes diantaranya
terjadinya serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat
(menyebabkan gangren, dapat mengakibatkan amputasi), disfungsi
seksual sampai gagal ginjal.
Diabetes Melitus merupakan sebuah penyakit kronis yang timbul akibat
pankreas yang tidak mampu memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang
cukup atau ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang telah
diproduksi dengan efektif. Diabetes sendiri memiliki 2 tipe berdasarkan
penyebabnya, yaitu diabetes tipe 1 atau yang disebut sebagai insulin
dependent diabetes, dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 biasa ditemukan pada
orang semenjak kecil, sementara diabetes tipe 2 timbul pada seseorang sudah
beranjak dewasa, terutama yang mengalami obesitas
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, terdapat empat kegiatan
penanganan PTM yang dibantu dengan sistem surveilans yang baik.
Adapun kegiatan penanggulangan PTM dapat dilaksanakan dalam
fasilitas pelayanan kesehatan serta komunitas. Kegiatan tersebut
dilaksanakan melalui pelayanan yang terpadu, serta mencakup kegiatan
promosi kesehatan, perlindungan khusus, deteksi dini, dan juga
penanganan kasus.
Adapun Kegiatan untuk menangani kasus Penyakit Tidak Menular
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dilakukan dengan adanya
program Pelayanan Penyakit Tidak Menular secara Terpadu (PANDU
PTM) yang dilakukan di Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu-PTM)
Kegiatan PANDU PTM yang dilakukan meliputi pemeriksaan
perilaku merokok, obesitas, pemeriksaan tekanan darah (lebih dari
120/80 mmHg), pemeriksaan gula darah sewaktu (lebih dari 200
mg/dL), pemeriksaan kolesterol rata-rata, pemeriksaan pada wanita
berusia 30 hingga 50 tahun atau sudah pernah berhubungan seksual.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi
permasalahan terkait diabetes melitus yaitu dengan dikeluarkannya
program pengendalaian diabetes mellitus pada tahun 2008, pelaksanaan
program pengendalian diabetes mellitus ditekankan pada promotive dan
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Untuk
meningkatkan cakupan skrining diabetes mellitus, pelayanan skrining
masuk kedalam salah satu program standar pelayanan minimal (SPM)
bidang kesehatan yaitu indikator pelayanan kesehatan pada usia 15-59
tahun. Di dalam SPM juga terdapat indikator untuk pelayanan kesehatan
pada penderita diabetes. Menurut Permenkes no 43 tahun 2016, SPM
merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.2Input
a. Man
Sumber daya manusia pelaksana program pengendalian
diabetes mellitus di Puskesmas Kota Utara adalah perawat
dibantu dengan bidan dan kader kesehatan untuk pelaksana
skrinning diabetes mellitus, sedangkan untuk pelaksana
pelayanan pasca skrining yaitu dokter dan perawat serta ahli gizi.
Jumlah petugas pelaksana pengendalian DM di Puskesmas Kota
Utara sudah sesuai dengan Permenkes No 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal, yang menyebutkan bahwa kebutuhan
tenaga pelaksana pengendalian diabetes melitus di Puskesmas minimal
3 orang. Tenaga dokter orang, tenaga Nutrition/Gizi 1 orang dan
tenaga Perawat 1 orang, hanya saja setiap petugas kesehatan
memiliki lebih dari satu tanggung jawab kegiatan yang membuat
pelaksanaan penjaringan pengendalian DM kurang optimal.
Untuk pengendalian penyakit DM, Pelatihan untuk petugas
pernah dilakukan tetapi tidak semua petugas pelaksana program
pengendalian diabetes mellitus mendapatkan pelatihan secara
formal.
Tidak hanya petugas, kendala terdapat juga pada masyarakat,
masih banyak masyarakat yang kurang menyadari akan
pentingnya kesehatan serta tingkat pengetahuan tentang
pentingnya kesehatan masih minim.

b. Money
Sumber dana untuk pelaksanaan skrining diabetes mellitus di
Puskesmas Kota Utara berasal dari Dinas Kesehatan, dana
bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk biaya tranportasi
petugas. Untuk pelaksanaan pelayanan pasca skrining
menggunakan sumber dana dari BPJS kesehatan.

c. Methode
Di Puskesmas Kota Utara skrining diabetes mellitus tergabung
dengan posbindu PTM dan dilakukan di poli umum pada pasien
yang baru melakukan kunjungan pertama kali. penatalaksanaan
diabetes sesuai dengan SOP yang telah dibuat Puskesmas Kota
Utara, sedangkan metode pelaksanaan skrining hanya mengacu
pada arahan dari pemegang program serta isian dari form
pencatatan posbindu PTM.

d. Material
Sarana dan pasarana yang digunakan untuk untuk pelaksanaan
skrining PTM yang didalamnya terdapat skrining DM yaitu
pedoman dan media KIE, alat ukur berat badan, alat ukur tinggi
badan, alat ukur lingkar perut, tensimeter, glukometer, tes strip
gula darah, lancet, kapas alcohol, serta formulir pencatatan dan
pelaporan.
Sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan program
pengendalian DM di puskesmas masih memiliki kendala terutama
pada pemenuhan strip gula darah yang masih terbatas. Sehingga
belum semua masyarakat sasaran bisa terskrining. Selain itu
puskesmas juga belum memiliki pedoman skrining DM,
sedangkan untuk media KIE jumlahnya masih terbatas sehingga
tidak selalu setiap melakukan edukasi menggunakan Media.
Ketersediaan obat untuk DM juga terbatas yang menyebabkan
puskesmas menerapkan sistem 3-5 hari sekali untuk pengambilan
obat. Hal tersebut berpengaruh terhadap rutinitas pasien dalam
pengambilan dan konsumsi obat. Untuk mengatasi hal tersebut,
apabila terdapat pasien yang baru terdiagnosa DM, dokter dan
perawat akan mengedukasi pasien agar ikut menjadi anggota
prolanis untuk kemudahan pengambilan obat dan penyakitnya
dapat terkontrol.

3.2Proses
a. Perencanaan
Perencanaan pengendalian DM disusun bersama tim Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) sebelum dibawa kedalam
pembahasan rencana program puskesmas yang dilakukan satu
tahun sekali. Dokumen dari hasil proses perencanaan adalah
berupa RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan).
Hasil dari proses perencanaan kemudian disampaikan dalam
kegiatan loka karya mini (minlog) yang dihadiri oleh seluruh
pegawai puskesmas, sehingga petugas pelaksanaan skrining
mengetahui target, sasaran dan strategi dari pelaksanaan skrining
diabetes mellitus. Target dari skrining diabetes mellitus yaitu
100% sasaran usia produktif di wilayah kerja puskesmas Kota
Utara mendapatkan pelayanan skrining dan dapat memenuhi
target temuan kasus diabetes mellitus dari dinas kesehatan. Untuk
target tatalaksana DM yaitu 100% penderita DM mendapat
pelayanan sesuai standar. Untuk strategi dari pemenuhan target
yaitu dengan mendekatkan pelayanan skrining dan tatalaksana
diabetes mellitus pada masyarakat
Proses perencanaan skrining diabetes mellitus di puskesmas
Kota Utara sebelum penyusunan rencana kegiatan (RPK)
puskesmas perlu melakukan analisis situasi dengan
mengumpulkan beberapa data sehingga pelaksanaan kegiatan dan
penganggaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Namun
selama ini terkendala dalam bidang sarana dan prasarana masih
belum mampu memenuhi kebutuhan untuk pelayanan skrining,
hal tersebut menyebabkan pelaksananaan skrining kurang
maksimal.

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian pembagian tugas pelaksana kegiatan
skrining dan tatalaksana diabetes mellitus sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan no 4 tahun 2019 tetang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan yaitu pengukuran TB, BB,
Lingkar perut dilakukan oleh kader, sedangkan untuk cek tekanan
darah, cek gula darah, pemberian rujukan, penyuluhan dilakukan
oleh petugas kesehatan yaitu perawat atau bidan. Dan tatalaksana
DM dilaksanakan oleh dokter, perawat dan ahli gizi. Penanggung
jawab pelayanan skrining diabetes mellitus adalah pemegang
program PTM
Kendala yang dialami dari sistem pengorganisasian adalah
setiap petugas kesehatan memiliki lebih dari satu tanggung jawab
kegiatan, hal tersebut berpengaruh pada tuntutan laporan yang
tinggi sehingga berdampak pada pengumpulan laporan kegiatan
yang tidak tepat waktu.
c. Pelaksanaan Skrining Diabetes Melitus
Untuk meningkatkan cakupan skrining diabetes mellitus,
skrining tersebut dilaksankan pada kegiatan posbindu PTM
minimal setiap satu tahun sekali dan dilakukan di poli umum pada
saat pasien melakukan kunjungan pertama. Sistem penggerakan
masyarakat masih menggunakan pengeras suara di masjid.

d. Pelayanan Pasca skrining Diabetes Melitus


Pelayanan pasca skrining DM merupakan pelayanan diagnosa
dan tatalaksana DM dengan beberapa kegiatan. Di dalam standar
pelayanan minimal bidang kesehatan dijelaskan tahapan
pelayanan kesehatan penderita diabetes sesuai standar meliputi
pengukuran gula darah minimal satu bulan sekali, edukasi
perubahan gaya hidup dan nutrisi, terapi farmakologi, serta
melakukan rujukan jika diperlukan.
Penatalaksanaan diabetes mellitus berpedoman pada SOP yang
telah dibuat Puskesmas Kota Utara. sedangkan untuk peserta
dengan hasil diagnosa DM negatif akan diberikan penyuluhan
terkait faktor resiko diabetes mellitus

e. Pengawasan
Monitoring pelaksanaan skrining DM dilakukan setiap satu
bulan sekali pada kegiatan loka karya mini Sedangkan evaluasi di
puskesmas terdapat evaluasi triwulan dan evaluasi akhir tahun
yang dihadiri oleh seluruh pemegang program. Selain itu dinas
kesehatan juga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
keberjalanan program yang dilakuakan.
3.3Output

Berdasarkan data puskesmas, Kota Utara pada tahun 2020, di dapatkan

No Indikator Definisi Rumus/Cara Perhitun Capaian


Operasional perhitungan gan s/d
(Angka Triwulan
Nom & IV Tahun
Denom) 2020
1 Persentase Pelayanan
245
penderita DM kesehatan sesuai 100 100
245
yang standar kepada
mendapatkan seluruh penderita
pelayanan Diabetes Melitus
kesehatan sesuai (DM) usia 15 tahun Jumlah penderita
DM usia≥ 15 thn
standar keatas sebagai yg mendpatkan
upaya pencegahan pelayanan sesuai
standar
sekunder meliputi : X 100
Jumlah penderita DM
1) pengukuran gula usia≥ 15thn
darah dilakukan
minimal 1 kali
setahun di fasilitas
pelayanan
kesehatan; 2)
Edukasi perubahan
gaya hidup
dan/atau
kepatuhan minum
obat
2 Persentase orang skrining yang Jumlah orgusia 2184 100 16,4
15−59 th yg 13.101
usia 15-59 tahun dilakukan minimal mendapat pelayanan
mendapatkan 1 kali dalam skring sesuai standar
X 100
Jumlah orgusia
skrining setahun untuk
15−59 th
kesehatan sesuai penyakit menular
standar dan penyakit tidak
menular meliputi :
a) Pengukuran
tinggi badan, berat
badan, dan lingkar
perut; b)
Pengukuran
tekanan darah; c)
Pemeriksaan gula
darah; d)
Anamnesa perilaku
berisiko.

Berdasarkan data puskesmas, Kota Utara pada tahun 2021, di dapatkan

No Indikator Definisi Rumus/Cara Perhitun Capaian


Operasional perhitungan gan s/d
(Angka Triwulan
Nom & IV Tahun
Denom) 2021
1 Persentase Pelayanan
Jumlah penderita 239
penderita DM kesehatan sesuai 100 92,6
DM usia≥ 15 thn 258
yang standar kepada yg mendpatkan
pelayanan sesuai
mendapatkan seluruh penderita standar
X 100
pelayanan Diabetes Melitus Jumlah penderita DM
usia≥ 15thn
kesehatan sesuai (DM) usia 15 tahun
standar keatas sebagai
upaya pencegahan
sekunder meliputi :
1) pengukuran gula
darah dilakukan
minimal 1 kali
sebulan di fasilitas
pelayanan
kesehatan; 2)
Edukasi perubahan
gaya hidup
dan/atau
kepatuhan minum
obat

2 Persentase orang skrining yang Jumlah orgusia 2936 100 21,6


15−59 th yg 13.605
usia 15-59 tahun dilakukan minimal mendapat pelayanan
mendapatkan 1 kali dalam skring sesuai standar
X 100
Jumlah orgusia
skrining setahun untuk
15−59 th
kesehatan sesuai penyakit menular
standar dan penyakit tidak
menular meliputi :
a) Pengukuran
tinggi badan, berat
badan, dan lingkar
perut; b)
Pengukuran
tekanan darah; c)
Pemeriksaan gula
darah; d)
Anamnesa perilaku
berisiko.

a. Analisis jumlah temuan kasus DM usia produktif


Skrining Diabetes mellitus pada usia produktif diselenggarakan
minimal satu tahun sekali untuk mendeteksi sedini mungkin
resiko diabetes mellitus dan melakukan tindakan pencegahan,
sehingga dapat mengurangi kejadian diabetes mellitus dan
mencegah terjadinya keparahan. Capaian skrining diabetes
mellitus masih jauh dari standar 100%. Di tahun 2020 Puskesmas
hanya mampu menjaring 245 penderita DM dari jumlah 13. 101
sasaran usia produktif, dan ditahun 2021 mampu menjaring 258
penderita diabetes mellitus. Kenaikan tidak signifikan karena
pada tahun 2020 dan 2021 mempunyai definisi operasional yang
berbeda.

b. Analisis jumlah penderita DM yang diberi penatalaksanaan


sesuai standar
Capaian program pelayanan kesehatan penderita diabetes
mellitus sesuai standar di puskesmas Kota Utara tahun 2020
mencapai 100%. Pada tahun 2021, capaian hanya 92,6%. Hal ini
dikarenakan terjadi perubahan definisi operasional pada tahun
2021. Pada tahun 2020, definisi operasionalnya adalah pasien DM
yang telah dilakukan pengukuran gula darah dilakukan minimal 1
kali setahun di fasilitas pelayanan kesehatan; Edukasi perubahan
gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat pasien. Sedangkan
pada tahun 2021 terjadi perubahan definisi operasional menjadi
pasien DM yang telah dilakukan pengukuran gula darah
dilakukan minimal 1 kali sebulan di fasilitas pelayanan
kesehatan; Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan
minum obat pasien.
Manusia Metode Lingkungan

 Petugas memiliki
lebih dari satu
Tidak teratur
tanggung jawab
control gula Covid-19
darah kegiatan

Belum ada SOP
dan pedoman
tentang skrining

Target belum
Stik gula darah Pendanaan stick tercapai
yang masih gula darah
kurang hanya dari dinas
kesehatan
Media KIE
yang masih
terbatas

Sarana Dana
No. PRIORITAS PENYEBAB PEMECAHAN MASALAH
MASALAH MASALAH
Cakupan  Stik Gula darah  Mengajukan permintaan dan
Pelayanan yang masih
Kesehatan DM kurang penganggaran stik gula darah
pada usia  Petugas memiliki  Membuat jadwal kegiatan
produktif masih lebih dari satu
dibawah target yang baik agar tidak ada
tanggung jawab
kegiatan petugas yang jadwalnya saling
 Media KIE yang
bertabrakan
masih terbatas
 Pandemic covid-  Mengajukan permintaan KIE
19
pada dinkes
 Mematuhi protocol kesehatan

3.4 Outcome

 Terwujudnya pengadaan stik gula darah yang cukup, baik dalam


gedung ataupun luar gedung
 Terwujudnya SOP dan pedoman untuk skrining dm
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Keberhasilan pelaksanaan program pengendalian penyakit Kota Utara
dapat dinilai dari beberapa indicator. Dari semua indicator tahun 2020-
2021 tersebut, ada 2 indikator yang belum mancapai target yaitu
Persentase penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standard dan Persentase orang usia 15-59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Hal ini dikarenakan komponen input mulai
dari sumber daya, pembiayaan, metode, material, yang belum optimal
sehingga proses pengendalian jadi terhambat

4.2Saran
 Bagi dinas kesehatan
a. Merutinkan pengadaan stik gula darah sesuai permintaan
Puskesmas
b. Membantu pengadaan media KIE ke puskesmas
c. Memberikan pelatihan yang berkelanjutan terkait skrining DM
yang menjangkau seluruh pelaksana lapangan, baik kepada
kader dan petugas puskesmas.
 Bagi Puskesmas
a. Melakukan koordinasi dengan kelurahan untuk dapat
menganggarkan pengadaan stik gula darah untuk skrining
melalui dana desa / kelurahan
b. Melakukan pelatihan maupun sosialiasai kepada bidan dan
perawat pemegang wilayah terkait pentingnya program
skrining PTM dan tujuan dan manfaat dari langkah langkah
skrining PTM sehingga petugas tidak hanya tau tapi mampu
memahami tujuan dan manfaat program
c. Melakukan kerjasama dengan laboratorium untuk pemeriksaan
gula darah
d. Meningkatkan koordinasi antar lintas program, serta membuat
jadwal kegiatan yang baik agar tidak ada petugas yang
jadwalnya saling bertabrakan.
e. Membuat SOP pelaksanaan kegiatan skrining, didistribusikan
dan disosialisasikan kepada petugas lapangan dan kader agar
petugas memahai tahap demi tahapan yang harus dilaksanakan
f. Memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait skrining
PTM dengan melakukan KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi) secara menyeluruh kepada masyarakat sehingga
dapat menjaring sasaran lebih banyak.
g. Mendorong peran aktif kader dalam pengawasan dan
monitoring penderita diabetes serta meningkatkan kompetensi
kader agar mampu memberikan edukasi kepada penderita
diabetes dan keluarga.
h. Meningkatkan kerjasama tim dalam bekerja

 Bagi masyarakat
Diharapakan masyarakat dapat mendukung dan berpartisipasi
dalam pelaksanaan program pengendalian DM yaitu dengan cara
mengikuti kegiatan skrining DM yang dilakukan minimal satu tahun
sekali, bagi keluarga maupun masyarakat sekitar dapat membantu
melakukan pengawasan terhadap penderita diabetes dalam
menjalani tatalaksana DM
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. gloobal report on diabetes. world Heal Organ. 2016;978.
2. pusat data dan informasi. Situasi Dan Analisis Diabetes.
Kementerian kesehatan republik indonesia; 2014.
3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kemeterian
kesehatan RI. hasil utama riskesdas 2018. 2019.
4. Indonesia kementerian kesehatan republik. Buku Panduan Hari
Diabetes Sedunia, Eyes on Diabetes. jakarta; 2016.
5. dinas kesehatan kabupaten wonosobo. Profil Kesehatan
Kabupaten Wonosobo Tahun 2017. wonosobo; 2017.
6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Manajemen Puskesmas.
Jakarta; 2016.
7. Zahro F. Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Silo 1 Dan
Puskesmas Kencong Tahun 2017. Univ Jember. 2017
8. Soewondo, Pradana. 2014. Harapan baru penyandang diabetes
mellitus pada era jaminan kesehatan nasional 2014. eJournal
Kedokteran Indonesia vol 2. 2014
9. Kurniawati N,.Dkk. Evaluasi program pengendalian diabetes
mellitus pada usia produktif di puskesmas sapuran tahun 2019.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 7,
Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Anda mungkin juga menyukai