Anda di halaman 1dari 10

BAB 4.

Program Prioritas Nasional

Standar
4.1. Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
neonatus (AKN).
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah
melahirkan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir beserta pemantauan
dan evaluasinya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan.
Kriteria
4.1.1. Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil,
pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa
sesudah melahirkan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Pokok Pikiran:
Pelayanan kesehatan ibu hamil adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi
hingga melahirkan.
Pelayanan Kesehatan ibu bersalin, yang selanjutnya disebut persalinan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada ibu sejak dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam
sesudah melahirkan.
Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian yang dilakukan ditujukan pada ibu selama
nifas (6 jam – 42 hari sesudah melahirkan).
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan
kesehatan neonatal esensial sesuai standar. Pelayanan kesehatan
neonatal esensial dilakukan pada umur 0-28 hari.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, masa sesudah
melahirkan, dan bayi baru lahir dilakukan sesuai dengan standar
dalam panduanyang berlaku.
Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan sesuai standar
kuantitas dan standar kualitas.
Standar kuantitas adalah Kunjungan 4 kali selama periode
kehamilan (K4) dengan ketentuan:
Satu kali pada trimester pertama.
Satu kali pada trimester kedua.
Dua kali pada trimester ketiga
Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T,
meliputi:
Pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pengukuran tekanan darah.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
Tes Laboratorium.
Tatalaksana/penanganan kasus.
Temu wicara (konseling)
Pelayanan pada masa persalinan sesuai standar meliputi:
Persalinan normal.
Persalinan dengan komplikasi
Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN)
sesuai standar.
Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
-92-

Tenaga penolong minimal 2 orang, terdiri dari:


Dokter dan bidan,
atau 2 orang bidan, atau
Bidan dan perawat.
Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan Dasar dan
Rujukan.
Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan dilakukan minimal 4
kali:
Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6-48 jam setelah
persalinan
Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan
Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan
Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah
persalinan.
Dengan ruang lingkup meliputi:
pemeriksaan status mental ibu
pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
pemeriksaan tinggi fundus uteri
pemeriksanaan lochia dan perdarahan
pemeriksanaan jalan lahir
pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif
pemberian kapsul vitamin A
pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
konseling
identifikasi risiko dan komplikasi
penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas
Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai standar kuantitas
dan standar kualitas.
Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali
selama periode neonatal, dengan ketentuan:
Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari
Standar kualitas:
Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam).
Perawatan neonatal esensial saat lahir meliputi:
perawatan neontarus pada 30 detik pertama
menjaga bayi tetap hangat
pemotongan dan perawatan tali pusat.
inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Pemberian identitas
injeksi vitamin K1.
pemberian salep/tetes mata antibiotik.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Penentuan usia gestasi
pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
Pemantauan tanda bahaya
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi
stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu
Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari).
Perawatan neonatal esensial setelah lahir meliputi
-93-

menjaga bayi tetap hangat


konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif.
memeriksa kesehatan dengan menggunakan standar
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan buku KIA).
pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas
pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi
vitamin K1.
imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang
lahir tidak ditolong tenaga kesehatan.
Perawatan metode kangguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah
melahirkan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilaksanakan secara
akurat dan sesuai prosedur meliputi cakupan program kesehatan
keluarga, pencatatan kohor, pelaporan kematian ibu, bayi lahir mati
dan kematian neonatal serta pengisian dan pemanfaatan buku KIA.
Penyusunan program penurunan AKI dan AKN terintegrasi dengan
penyusunan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKP.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan kebijakan dan prosedur pelayanan kesehatan pada ibu hamil,
masa persalinan, masa sesudah melahirkan dan pelayanan
kesehatan pada bayi baru lahir. (R)
Ditetapkan program penurunan AKI dan AKN yang disusun berdasarkan
analisis masalah Kesehatan Ibu dan Anak yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas. (R, D, W)
Program penurunan AKI dan AKN dikoordinasikan dan dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disusun bersama lintas program dan
lintas sektor. (D, W)
Tersedia alat, obat dan prasarana pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir termasuk standar alat kegawatdaruratan maternal dan neonatal
sesuai dengan standar dan dikelola sesuai dengan prosedur. (D, O,
W)
Dilakukan pelayanan kesehatan pada masa hamil, masa sesudah
melahirkan dan bayi baru lahir sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan termasuk kewajiban penggunaan partograph pada saat
pertolongan persalunan dan upaya stabilisasi pra rujukan pada
kasus komplikasi. (D, O, W)
Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
program penurunan AKI dan AKN termasuk pelayanan kesehatan
pada masa hamil, persalinan dan bayi baru lahir di Puskesmas (D,
W)
Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan (D).

Kriteria
4.1.2. Puskesmas melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) sesuai dengan peraturan perundangan.

Pokok Pikiran:
Salah satu upaya yang telah dilaksanakan untuk mempercepat
penurunan AKI dan AKN melalui penanganan obstetri dan neonatal
-94-

emergensi/komplikasi di tingkat pelayanan dasar adalah melalui


Upaya melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu
Pelaksanaan PONED dilakukan oleh tim inti dan tim pendukung yang
memiliki kompetensi sesuai dengan panduanPONED.
Pemenuhan sumber daya PONED didukung oleh Dinas Kesehatan daerah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan kebijakan dan prosedur pelayanan PONED. (R)
Terdapat tim PONED terlatih dan tim pendukung yang kompeten. (R, W)
Ditetapkan kebijakan rujukan dari puskesmas non PONED ke Puskesmas
PONED, dan dari Puskesmas PONED ke RS berdasarkan ketetapan
dari Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota.(R,D)
Puskesmas melakukan upaya peningkatan kesiapan dalam melaksanakan
fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus emergensi/komplikasi
tingkat dasar. (D, W)
Petugas melakukan pemantauan status fisiologi pasien dengan emergensi
obsteri dan neonatal selama proses persalinan ataupun rujukan (D,
O, W)
Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
pelayanan PONED. (D, W)

Standar
4.2. Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
Puskesmas melaksanakan program imunisasi sesuai peraturan
perundangan.
Kriteria
4.2.1. Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dimonitor dan
dievaluasi dalam upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu
imunisasi.
Pokok Pikiran:
Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari penyakit menular yang
dapat dicegah melalui imunisasi, Puskesmas wajib melaksanakan
kegiatan imunisasi sebagai bagian dari program prioritas nasional.
Pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas perlu
direncanakan,dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi agar dapat
mencapai cakupan imunisasi secara optimal.
Perencanaan yang detail (micro planning) meliputi pemetaan wilayah,
identifikasi dan penentuan jumlah sasaran, kebutuhan SDM,
penentuan kebutuhan, jadwal pelaksanaan imunisasi serta jadwal dan
mekanisme distribusi logistik, dan biaya operasional disusun untuk
memastikan pelaksanaan program imunisasi berjalan dengan baik.
Micro planning disusun dengan melibatkan lintas program terkait.
Pencatatan dan pelaporan program imunisasi dilaksanakan secara akurat
dan sesuai prosedur meliputi cakupan imunisasi, stok dan
pemakaian vaksin dan logistik lainnya, kondisi peralatan rantai
vaksin dan KIPI.
-95-

• Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkala,


berkesinambungan, berjenjang dan dilakukan analisa serta rencana
tindak lanjut perbaikan program imunisasi berdasarkan hasil.
Tindak lanjut perbaikan program imunisasi berdasarkan hasil pemantauan
dan evaluasi dilaksanakan meliputi upaya dalam rangka penjangkauan
sasaran dan meningkatkan cakupan imunisasi melalui:
Kegiatan sweeping, drop out follow up (DOFU), kegiatan SOS
(Sustainable Outreach Services) untuk daerah geografis sulit,
defaulter tracking, Backlog Fighting, Crash Program dan Catch Up
Campaign;
upaya peningkatan kualitas imunisasi melalui pengelolaan vaksin
yang sesuai prosedur, pemberian imunisasi yang aman dan
sesuai prosedur, kegiatan validasi data sasaran, Data Quality
Self assessment (DQS), Rapid Convenience Assessment (RCA)
untuk melakukan validasi terhadap hasil cakupan imunisasi
dan supervisi berkala; serta
upaya penggerakkan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan
sosialisasi melalui berbagai media komunikasi, peningkatan
keterlibatan lintas program dan lintas sektor terkait dan
pembentukan forum komunikasi masyarakat peduli imunisasi.
Penyusunan program imunisasi terintegrasi dengan penyusunan RUK dan
RPK pelayanan UKM.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan kebijakan dan prosedur imunisasi. (R)
Ditetapkan program imunisasi yang disusun secara rinci dan melibatkan
lintas program terkait yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas.(R, D,
W)
Kegiatan Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi dikoordinasikan dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan prosedur yang telah
ditetapkan. (D, O, W)
Tersedia vaksin dan logistik sesuai dengan kebutuhan program dan
dikelola sesuai dengan prosedur (D, O, W)
Dilakukan pemantauan, dan evaluasi serta tindaklanjut program
imunisasi sesuai hasil kegiatan pemantauan dan evaluasi. (D, W)
Dilakukan pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan. (D)

Standar
4.3. Pencegahan dan Penurunan Stunting
Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting
beserta pemantauan dan evaluasinya.
Kriteria
4.3.1. Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan, dilaksanakan,
dimonitor dan dievaluasi dengan melibatkan lintas program, lintas
sektor dan pemberdayaan masyarakat.

Pokok Pikiran:
Pencegahan dan penurunan stunting merupakan salah satu fokus
Pemerintah yang bertujuan agar anak-anak Indonesia tumbuh dan
-96-

berkembang secara optimal dan maksimal disertai kemampuan


emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar serta berinovasi
dan berkompetisi di tingkat global.
Upaya pencegahan dan penurunan stunting tidak dapat dilakukan oleh
sektor kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan dengan pemberdayaan
lintas sektor dan masyarakat melalui perbaikan pola makan, pola
asuh, dan sanitasi serta akses terhadap air bersih.
Dalam pencegahan dan penurunan stunting dilakukan upaya untuk
meningkatkan layanan dan cakupan intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif sesuai dengan panduanyang berlaku.
Intervensi gizi sensitif antara lain meliputi:
Perlindungan sosial
Penguatan pertanian
Perbaikan air dan sanintasi lingkungan
Keluarga berencana
Intervensi gizi spesifik meliputi:
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil
pemberian makanan tambahan pada ibu hamil Kurang Energi Kronik
(KEK)
promosi/konseling IMD, ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI
yang tepat/PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak)
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
tata laksana balita gizi buruk
pemberian vitamin A bayi dan balita
pemberian makanan tambahan untuk balita kurus
Dalam pencegahan dan penurunan stunting harus dapat menjamin
terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan sesuai
prosedur terutama pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U)
dan perkembangan balita.
Pencatatan dan pelaporan program stunting dilaksanakan secara akurat
dan sesuai prosedur.
Penyusunan program pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi
dengan penyusunan RUK dan RPK pelayanan UKM.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan kebijakan dan prosedur program stunting. (R)
Ditetapkan program pencegahan dan penurunan stunting disusun
berdasarkan hasil analisis masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas
yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas). (R, D, W)
Pencegahan dan penurunan stunting dikoordinasikan dan dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disusun bersama lintas program dan
lintas sektor (D, W)
Dilaksanakan intervensi gizi spesifik dan sensitif sesuai dengan rencana
yang disusun (D, O, W)
Dilaksanakan koordinasi dan advokasi intervensi gizi sensitif dan sensitif
bersama lintas sektor sesuai dengan rencana yang disusun (D, O, W)
Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
program pencegahan dan penurunan stunting (D, W).

Standar
4.4. Program Penanggulangan Tuberkulosis
Puskesmas memberikan pelayanan kepada pasien TB mulai dari
penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan
-97-

diagnosis, penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB, tata laksana


kasus terdiri dari pengobatan pasien beserta pemantauan dan
evaluasinya untuk memutus mata rantai penularan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundangan.
Kriteria
4.4.1. Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pasien TB mulai dari
penemuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan
diagnosis, penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB, tata laksana
kasus terdiri dari pengobatan pasien beserta pemantauan dan
evaluasinya.
Pokok Pikiran:
Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan
masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian,
memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.
Program penanggulangan tuberkulosis direncanakan, dilaksanakan,
dimonitor dan ditindak lanjuti dalam upaya eliminasi tuberkulosis.
Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional,
Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota
harus menetapkan target Penanggulangan TB tingkat daerah
berdasarkan target nasional dan memperhatikan strategi nasional.
Tuberkulosis merupakan permasalahan penyakit menular baik global
maupun nasional. Upaya untuk penanggulangan penularan
tuberkulosis merupakan salah satu program prioritas nasional
bidang kesehatan
Pelayanan pasien TB dilaksanakan melalui
Pelayanan kasus TB Sensitif Obat (SO), terdiri dari:
Penemuan kasus TB secara aktif dan pasif
Diagnosis dilakukan sesuai standar dengan pemeriksaan tes
cepat molekuler, mikroskopis, dan biakan
Pengobatan TB sesuai standar
4. Perbaikan pasien TB dilakukan melalui pemeriksaan
mikroskopis di akhir bulan 2 (dua), akhir bulan 5 (lima) dan
akhir pengobatan.
Pelayanan kasus TB Resisten Obat (RO) dilakukan dengan
Penemuan kasus TB secara aktif dan pasif
Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan
merujuk terduga untuk melakukan diagnosis jika diperlukan
Puskesmas mampu melanjutkan pengobatan pasien TB RO
Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan
laboratorium, follow up bagi pasien TB RO.
Pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
Pemberian edukasi tentang penularan, pencegahan penyakit TB dan
etika batuk kepada pasien dan keluarga
Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat (PMO)
bagi pasien TBC SO dan TBC RO
Kewajiban melaporkan kasus TBC kepada Program Nasional
Penanggulangan TBC
Mengikuti pemantapan mutu laboratorium mikroskopis TBC sesuai
ketentuan Program TBC.
Program pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan dikoordinasikan
baik dalam upaya preventif maupun upaya kuratif di Puskesmas
melalui strategi DOTS.
-98-

Penyusunan program penanggulangan TB terintegrasi dengan


penyusunan RUK dan RPK pelayanan UKM.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian tuberkulosis serta target
pasien TBC yang harus diobati di Puskesmas sesuai dengan target
penemuan kasus TBC. (R, D, W)
Ditetapkan tim TB DOTS di Puskesmas yang terdiri dari dokter, perawat,
analis laboratorium dan petugas pencatatan pelaporan terlatih (R)
Ditetapkan program penanggulangan tuberkulosis disusun berdasarkan
analisis masalah TB yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas. (R, D, W)
Program penanggulangan tuberkulosis dikoordinasikan dan dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disusun (D, W)
Logistik baik OAT maupun non OAT disediakan sesuai dengan kebutuhan
program serta dikelola sesuai dengan prosedur (D, W)
Dilakukan tata laksana kasus tuberkulosis mulai dari diagnosis,
pengobatan, pemantauan evaluasi, dan tindak lanjut sesuai dengan
peraturan perundangan( D, O, W).

4.5. Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya


Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular
utama yang melipiti hipertensi, diabetes mellitus, kanker payudara
dan leher rahim, Pasien Rujuk Balik (PRB) Penyakit Tidak Menular
(PTM) dan penyakit katastropik lainnya sesuai kompetensi di tingkat
primer, serta penanganan faktor risiko PTM.

Kriteria
4.5.1. Program pengendalian penyakit tidak menular dan faktor resikonya
direncanakan, dilaksanakan, dimonitor dan ditindaklanjuti dalam
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Pokok Pikiran:
Meningkatnya faktor risiko dan penyakit tidak menular serta
komplikasinya tidak hanya berdampak pada terjadinya peningkatan
angka morbiditas, mortalitas dan disablilitas, namun juga
berdampak kehilangan produktivitas yang berdampak pada beban
ekonomi baik tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
Upaya pengendalian penyakit tidak menular dilakukan melalui berbagai
kegiatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan tindakan
kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan promotif dan preventif dilakukan melalui upaya:
Promotif yaitu memberikan informasi dan edukasi seluas-luasnya
kepada masyarakat agar tumbuh kesadaran untuk ikut
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan lingkungannya.
Preventif
Pembinaan terhadap UKBM (POSBINDU), agar
penyelenggaraannya tertib 1 kali/bulan dengan kader
terlatih (sesuai juknis posbindu terbaru, terlampir) yang
melakukan deteksi dini faktor risiko PTM:
1.1. Ukur Tekanan Darah (TD)
-99-

1.2. Gula Darah Sewaktu (GDs)


1.3. Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dan
1.4. Memberikan edukasi sesuai indikasi
1.5. Menyelenggarakan konseling upaya berhenti merokok
(UBM) dengan tenaga terlatih
1.6. Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
lingkungan Puskesmas. Bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota dan instansi
terkait mendorong dan mengawasi penerapatan KTR
di 7 tatanan (fasyankes, sekolah, tempat kerja,
tempat ibadah, angkutan umum, fasilitas umum, dan
tempat bermain anak)
Preventif di FKTP dilakukan melalui deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim dengan Pemeriksaan
Payudara Klinis (SADANIS) dan Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA) pada perempuan usia 30-50 tahun.
Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan melalui upaya:
Menguatkan akses Pelayanan terpadu PTM di Puskesmas dengan
menguatkan keterampilan petugas kesehatan dalam
penanganan PTM dan faktor risiko PTM sesuai kewenangan dan
kompetensi di FKTP.
Menguatkan sistem rujukan dari UKBM ke FKTP
Menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB) PTM
Menindaklanjuti pelayanan paliatif berbasis komunitas sesuai
standar
Deteksi dini atau penapisan (screening) perlu dilakukan untuk mencegah
terhadinya peningkatan kasus PTM.
Penguatan keterampilan penanganan kasus PTM terutama pada dokter
dan tenaga kesehatan, dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, antara
lain: diabetes, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
merokok, dan faktor risiko yang lain, dilakukan secara terintegrasi
melalui pendekatan keluarga dengan PIS-PK.
Dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular harus dapat
menjamin terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan
terpadu sesuai ketentuan.
Penyusunan program pengendalian penyakit tidak menular dan faktor
resikonya terintegrasi dengan penyusunan RUK dan RPK pelayanan
UKM.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan kebijakan dan prosedur serta target sasaran pelayanan
program Penyakit Tidak Menular (PTM). (R)
Ditetapkan program pengendalian Penyakit Tidak Menular dan program
promosi kesehatan termasuk kegiatan skrining PTM melalui
Posbindu dan pendekatan keluarga, untuk pencegahan penyakit
tidak menular, termasuk pengendalian faktor risiko PTM yang
disusun berdasarkan analisis masalah PTM yang dipimpin oleh
Kepala Puskesmas.(R, D, W)
Program pengendalian penyakit tidak menular dikoordinasikan dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama
Lintas Program dan Lintas Sektor. (D, O, W)
Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan diagnosis, pengobatan dan
tindaklanjut pada pasien dengan penyakit tidak menular sesuai
-100-

dengan panduan praktik klinis oleh tenaga kesehatan yang


berkompeten. (D, O, W)
Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan program pengendalian penyakit tidak menular. (D, W)

Anda mungkin juga menyukai