Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Fistula ani merupakan suatu kondisi terdapatnya saluran atau terowongan


antara regio anorektal dengan kulit di sekitar anus. Orificium internal sering kali
berada di kanalis anal dan orificium eksternal berada di kulit perianal. Fistula ani
terjadi akibat adanya abses anorektal yang telah keluar.  Abses anorektal
merupakan suatu kondisi akut, sedangkan fistula memperlihatkan fase kronis1.

Tanda dan gejala yang dapat terjadi pada fistula ani adalah nyeri atau rasa
tidak nyaman di sekitar anus, serta adanya discharge dari sekitar anus.  Gejala dan
tanda biasanya didahului dengan keluhan abses perianal. Prevalensi kejadian
fistula ani yang mencapai 8,6 per 100.000 penduduk. Diagnosis fistula ani
dilakukan dengan bantuan pemeriksaan pencitraan, anoskopi, atau kolonoskopi.
Fistula ani ini merupakan suatu kondisi yang memerlukan tindakan bedah2.

Insidensi fistula ani yang berkembang dari abses perianal pada seluruh
populasi di dunia berkisar 26-38%. Terdapat penelitian yang melaporkan
prevalensi fistula ani mencapai 8,6 kasus per 100.000 populasi. Fistula ani lebih
sering terjadi pada laki-laki, yaitu 12,3 kasus per 100.000 populasi, dibandingkan
dengan perempuan sebesar 5,6 kasus per 100,000 populasi. Lunniss et al
menyatakan kondisi ini disebabkan oleh hipotesis kriptoglandular, yaitu laki-laki
memiliki hormon androgen yang dapat turut berperan dalam patogenesis fistula
ani dari aspek hormonal. Selain itu, adanya tonus sfingter anus yang lebih kuat
pada laki-laki juga dapat meningkatkan risiko obstruksi duktus yang dapat
menyebabkan inflamasi pada kelenjar anus3.
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

No. Rekam Medik :043669

Masuk Puskesmas : 19 November 2022

Nama : Tn. Y

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 12 November 1971

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

ANAMNESIS

Dilakukan secara Autoanamnesis,

Lokasi : Rumah Sakit Islam Gorontalo

Tanggal / Waktu : 20 November 2022, pukul 10.30 WITA

Tanggal Masuk : 19 November 2022

Keluhan utama : Bisul disekitar anus

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien masuk dengan keluhan terdapat bisul pada daerah sekitar lubang
anus sejak -+ 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku bisul hilang timbul setelah
pecah dan mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien juga merasakan
nyeri pada bagian bokong, nyeri hebat muncul ketika pasien duduk dan berbaring
terlentang. Pasien mengatakan tidak ada gangguan makan dan minum serta mual
muntah. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah mengeluhkan gejala serupa 1 tahun yang lalu dan riwayat operasi

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat alergi makanan (-)

Riwayat alergi obat (-)

Riwayat keluarga (-)

Riwatat Asam Urat (+)

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi cukup /

GCS :15 E4M6V5 (Compos Mentis)

BB : 58 Kg

TB : 161 cm

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 85x/menit, reguler, kuat angkat

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7 °C

Pemeriksaan Sistematis

Mata : tidak ada anemis, tidak ada ikterik, tidak ada edema palpebra

Leher : tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Telinga : tidak ada otorrhea

Hidung : tidak ada epistaksis dan rhinorrea

Mulut : tidak ada sianosis


Kulit : tidak ada ikterik

THORAX

Inspeksi : Simetris bilateral

Palpasi : Vokal fremitus sama pada hemithorax kiri dan kanan.

Perkusi : Sonor pada hemithorax kiri dan kanan.

Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

JANTUNG

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kanan linea parasternalis dextra, batas kiri linea
midclavicularis sinistra.

Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising tidak ada.

ABDOMEN

Inspeksi : Datar, ikut gerak napas.

Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Lokalisasi

Anal-Perianal : RT : tonus sphinter ani adequate, mukosa licin, ampu reckti tidak
kolap, massa (+) teraba indurasi arah jam 6,8,9 dengan jarak -+ 0,6 cm dari tepi
anus

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

DARAH RUTIN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


Hemoglobin 12.0 11,0-17,0 g/dL
Leukosit 6.0 5,0-10,0 10^3/uL
Eritrosit 4,27 4,00-6,20 Juta/uL
Hematocrit 37,1 35,0-55,0 %
Trombosit 266 150-450 10^3/uL

GDS 125 <200 mg/dL


CT 2’35’’ 1-6 Menit
BT 11 6-14 Menit

DIAGNOSIS

Diagnosis kerja :

Fistula ani

RENCANA TINDAKAN

Fistulectomy multiple

Puasakan 8 jam sebelum operasi

Pemasangan IVFD RL

Personal dan oral hygine

Terapi sebelum operasi

IVFD RL 28 tpm

Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam/iv

Inj. Ketorolac 3% amp/8jam/iv


Teknik Operasi

Posisi pasien litotomi atau knee chest

1. Dilakukan anestesi regional atau general


2. Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya jaringan
fibrotik saluran fistel di daerah perianal maupun dekat linea dentate,
sehingga dapat ditentukan asal dari fistel
3. Dengan tuntunan rektoskopi dicari internal opening dengan cara
memasukkan methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol
4. Bila internal opening belum terlihat dilakukan sondage secara perlahan
dengan penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku kedalam fistula dan
ujung sonde diraba dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam
rektum
5. Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat
dilakukan fistulatomi yaitu dengan cara insisi fistula searah panjang fistula
dan dinding fistula dilakukan curettage untuk pemeriksaan patologi. Hati-
hati jangan sampai memotong sfingter eksterna.
6. Luka operasi ditutup dengan tampon.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi

Gambar 2. Anatomi Canalis Analis


( Sobotta, Atlas Anatomi Manusia )

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm,


sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan
rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya
berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh
mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan
lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus.
Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik
dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai
persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri.

Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura
perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka
pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-
lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales)
Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm – 12
mm, lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam
orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan
yang menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus
analis, crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan
membatasi sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis
Morgagni. Columna anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas
tepi bawah columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan
papillae anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis
bergerigi yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas
linea pectinea mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng.
Didaerah ini terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna
rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang
dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam
kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara
sfingter interna dan sfingter eksterna ( garis Hilton )

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna
dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan
komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas
serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut
otot lurik.
Gambar 2. Anatomi Kanalis Analis

Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding
rectum (3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator
internus (6). m.levator anus (7). m.pubo-rektal (8). m.sfingter internus (9). m.sfingter
externus (10). Garis atas-sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara sfingter intern
dan ekstern yang dapat diraba (11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan
muara kelenjar rektum diantaranya di dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea
pektinata merupakan perbatasan antara selaput lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit)
anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng

Perdarahan Arteri

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a.


mesenterika inferior.
2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna.
3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum.


Anastomasis tersebut kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin
pendarahan di kedua ekstremitas bawah.Pendarahan di pleksus hemoroidalis
merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.

Gambar 3. Pendarahan Arteri-arteri rektum

Keterangan :(1). a.hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a.hemoroidalis media (4). a.


iliaka interna(5). a. hemoroidalis superior  (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka
komunis dextra (8). a.mesenterika inferior (9). Aorta (10). v.kava inferior  (11). a.sakralis

PerdarahanVena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan


berjalan ke arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya
melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan
rongga perut menentukan tekanan didalamnya. Vena hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka
interna dan sistem kava.

Aliran Limfe

Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang


menyalirkan isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini
cairan limfe terus mengalir sampai ke kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor
ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh
limfe dari rectum diatas garis anorektum berjalan seirung dengan
v.hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior
dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus
didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.

Gambar 4. Aliran Limfe

Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4).
Kelenjar dimesenterium (5). Kelenjar para aorta

Persarafan

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut


simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral
yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan
keempat. Unsur simpatis plesksus ini menuju ke arah struktur genital dan
serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
Persarafan parasimpatis (nervi ergentes) berasal dari saraf sacral kedua,
ketiga, keempat dan kelima. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis
dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke
dalam jaringan ini.
Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini
mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila
mengendur.

2. Definisi

Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses
anorektal, sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal.
Dalam muara interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta, fistula
biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula
majemuk atau fistula-fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter
eksterna kurang lazim ditemukan.
Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal.
Kadang, fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis seperti TBC,
amobiasis dan morbus Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal
yang berulang, perlu dipikirkan penyakit Crohn, karena 50 % penderita
penyakit Crohn mengalami fistula anus.

3. Epidemiologi
Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3
kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak
semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula.

4. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi fistel
perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui. Organisme yang
biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli, Enterococcus sp
dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita dengan penyakit
Crohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau cedera anus maupun rektum,
aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak biasanya merupakan
cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa merupakan
akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses
persalinan.
5. Patofisiologi
Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju
kripta pada linea dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya
tersumbat akan menyebabkan abses anorektal. Dapat berada pada perianal,
ischiorectal space, intersphincteric space, dan pelvirectal space.
Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana
abses akan berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah
drainase, kadang jaringan granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan
gejala berulang.

6. Klasifikasi
Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal
sphincter sebagai berikut:

 Fistula intersphincteric  berawal dalam ruang diantara M. Sfingter


Eksterna dan Interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.
Colon and Rectal Surgery

 Fistula transsphincteric  berawal dalm ruang diantara M. Sfingter


Eksterna dan Interna, kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan
bermuara sepanjang ½ inchi di luar lubang anus.

Colon and Rectal Surgery


 Fistula suprasphincteric  berawal dari ruang diantara M. Sfingter
Eksterna dan Interna dan membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun
diantara puborektal dan M. Levator ani lalu muncul ½ inchi di luar anus.
Colon and Rectal Surgery,

 Fistula extrasphincteric  berawal dari rektum/colon sigmoid dan


memanjang ke bawah, ,elewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar
anus. Biasanya akibat dari trauma, Chron’s Disease, PID, dan abses
supralevator.

Colon and Rectal Surgery


Schwartz’s Principles of Surgery
Hukum Goodsall

Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya
lubang externa dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan
Goodsall’s rule. Secara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari
anal tranversal line maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus.
Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal
line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.

Goodsall Rule (emedicine.medscape.com) edition) Goodsall Rule (Sabiston Textbook of


Surgery, 17th edition)

7. Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan selang
waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada colok dubur
umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus (bukan di rectum) dan ibu jari
dikulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3mm (colok dubur bidigital). Jika fistel
agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya. Fistel perineum
jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel kronik yang lama sekali dapat
mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering.
memberikan sejarah yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan
spontan atau drainase bedah direncanakan dari abses anorektal.

Tanda dan gejala sebagai berikut :

 Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk


 Ulkus
 Keluar cairan purulen
 Benjolan (Massa fluktuasi)
 Pruritus ani
 Demam
 Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus
 General malaise
Fistula kompleks adalah sebagai berikut:

 Radang usus
 Divertikulitis
 Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur
 Tuberkulosis
 Terapi steroid
 Infeksi HIV
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada pemeriksaan
fisik  di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu atau
lebih eksternal opening  fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit.
Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses belum pecah)  atau
tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening
fistula
dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis
dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu
internal opening.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra operasi
normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
 Pemeriksaan Radiologi
- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk
melihat jalur fistula.
- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7
atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.
Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal
dari beberapa ekstensi suprasfingter.
- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan
evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi
penyakit inflamasi usus.
- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter
berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula
karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang
yang mengenai sphincter ani.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.
Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy (membuka
tract fistula), kuretase, dan penyembuhan sekunder.
Colon and Rectal Surgery

Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks


sphincter yang terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang
terkena dapat dilakukan sphincterotomy tanpa menimbulkan inkonstinensia
yang berarti. Bila fistulanya high transsphincteric dapat dilakukan dengan
pemasangan seton.
Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan
seton. Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari
fistula, biasanya bila fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase. Seton
digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan merangsang
terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter. Cutting seton
terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang fibrosis.
Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan sebagai drainase.
Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula
saat berada di kamar operasi:
 Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal,
atau sebaliknya.
 Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen
peroksida, dan memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.
 Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.
 Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal
ini dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada
varian yang kompleks
Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta
profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

Terapi pembedahan:

- Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,


dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat
mungkin dilakukan fistulotomi.
- Fistulektomi : Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka.
- Seton : Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton
ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan
terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
- Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi
keberhasilannya tidak terlalu besar.
- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam
saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh.
Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit,
dan aman, namun keberhasilan  jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.

Pasca Operasi

Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa
hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca
operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan
penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak
terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat
kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama. 

8. Komplikasi
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :

 Retensi urin
 Pendarahan
 Impaksi tinja
 Thrombosed wasir

Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :

 Kambuh
 Inkontinensia
 stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang anus.
Bulking agen untuk membantu mencegah bangku sempit.

9. Prognosis
Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi menempel permukaan. Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan
dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%.
Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan
tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa kemajuan,
tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia
feses adalah 6-8%.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diagnosis fistula ani dapat ditegakkan dengan dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
ditemukan keluhan utama keluhan terdapat bisul pada daerah sekitar lubang anus
sejak -+ 3 minggu yang lalu. Pasien mengaku bisul hilang timbul setelah pecah
dan mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien juga merasakan nyeri pada
bagian bokong, nyeri hebat muncul ketika pasien duduk dan berbaring terlentang.
Riwayat operasi fistula ani 1 tahun yang lalu. Dari anamnesis terdapat
kekambuhan abses perianal dengan selang waktu diantaranya, disertai
pengeluaran nanah sedikit demi sedikit. Hamper semua fistula ani disebabkan oleh
perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel
mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum dan lubang lain
diperineum dikulit perianal.

Pada pemeriksaan fisik terdapat massa pada sekitar anus, teraba indurasi0
nodul arah jam 6,8,9 dengan jarak -+ 0,6 cm dari tepi anus. Pada pemeriksaan
fisik  di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu
atau lebih eksternal opening  fistula atau teraba adanya fistula di bawah
permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses belum
pecah)  atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Internal opening fistula. dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding
anus setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat
hampir selalu hanya satu internal opening.
LITERATUR LAPORAN KASUS

DEFINISI

Fistula ani adalah hubungan abnormal

antara epitel dari kanalis anal dan

epidermis dari kulit perianal. Biasanya Pada kasus didapatkan hasil


pemeriksaan adanya abses
merupakan kelanjutan dari abses
anorectal yang berulang
anorektal, sehingga fistula ani merupakan

bentuk kronis dari abses anorektal.

ETIOLOGI
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar
dalam di dinding anus atau rektum. Penyebab fistula ani pada
Kadang-kadang fistula merupakan akibat pasien ini adalah dikarenakan
dari pengeluaran nanah pada abses ada pus pada area anus yang
anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada berulang
kasus abses anorektal berlanjut menjadi
fistel perianal. Namun lebih sering
penyebabnya tidak dapat diketahui.

GEJALA KLINIS Pasien mengalami gejala klinis


 Nyeri pada saat bergerak,
terdapat benjolan di sekitaran
defekasi dan batuk
anus, Nyeri saat duduk dan
 Ulkus
 Benjolan (Massa fluktuasi) berbaring terlentang, kemerahan
 Pruritus ani
dan iritasi pada kulit di sekitar
 Demam
anus, abses.
 Kemerahan dan iritasi kulit
di sekitar anus
 General malaise

PENATALAKSANAAN

Simple intersphincteric fistula Tatalaksana pada pasien ini :


sering diterapi dengan fistulotomy
- IVFD RL 24 tpm
(membuka tract fistula), kuretase, dan
penyembuhan sekunder. - Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12jam

/IV

- Inj. Ketorolac 3% amp/


8jam /IV

Tatalaksana Pembedahan

- Fistulektomi Multiple
BAB V

PENUTUP

Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal,
sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Hampir semua
fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga
kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum
dan lubang lain di perineum di kulit perianal.

Anda mungkin juga menyukai