PENDAHULUAN
Tanda dan gejala yang dapat terjadi pada fistula ani adalah nyeri atau rasa
tidak nyaman di sekitar anus, serta adanya discharge dari sekitar anus. Gejala dan
tanda biasanya didahului dengan keluhan abses perianal. Prevalensi kejadian
fistula ani yang mencapai 8,6 per 100.000 penduduk. Diagnosis fistula ani
dilakukan dengan bantuan pemeriksaan pencitraan, anoskopi, atau kolonoskopi.
Fistula ani ini merupakan suatu kondisi yang memerlukan tindakan bedah2.
Insidensi fistula ani yang berkembang dari abses perianal pada seluruh
populasi di dunia berkisar 26-38%. Terdapat penelitian yang melaporkan
prevalensi fistula ani mencapai 8,6 kasus per 100.000 populasi. Fistula ani lebih
sering terjadi pada laki-laki, yaitu 12,3 kasus per 100.000 populasi, dibandingkan
dengan perempuan sebesar 5,6 kasus per 100,000 populasi. Lunniss et al
menyatakan kondisi ini disebabkan oleh hipotesis kriptoglandular, yaitu laki-laki
memiliki hormon androgen yang dapat turut berperan dalam patogenesis fistula
ani dari aspek hormonal. Selain itu, adanya tonus sfingter anus yang lebih kuat
pada laki-laki juga dapat meningkatkan risiko obstruksi duktus yang dapat
menyebabkan inflamasi pada kelenjar anus3.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Agama : Islam
ANAMNESIS
Pasien masuk dengan keluhan terdapat bisul pada daerah sekitar lubang
anus sejak -+ 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku bisul hilang timbul setelah
pecah dan mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien juga merasakan
nyeri pada bagian bokong, nyeri hebat muncul ketika pasien duduk dan berbaring
terlentang. Pasien mengatakan tidak ada gangguan makan dan minum serta mual
muntah. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengeluhkan gejala serupa 1 tahun yang lalu dan riwayat operasi
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
BB : 58 Kg
TB : 161 cm
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Pemeriksaan Sistematis
Mata : tidak ada anemis, tidak ada ikterik, tidak ada edema palpebra
Leher : tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
THORAX
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan linea parasternalis dextra, batas kiri linea
midclavicularis sinistra.
ABDOMEN
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Lokalisasi
Anal-Perianal : RT : tonus sphinter ani adequate, mukosa licin, ampu reckti tidak
kolap, massa (+) teraba indurasi arah jam 6,8,9 dengan jarak -+ 0,6 cm dari tepi
anus
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja :
Fistula ani
RENCANA TINDAKAN
Fistulectomy multiple
Pemasangan IVFD RL
IVFD RL 28 tpm
1. Anatomi
Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura
perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka
pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-
lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales)
Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm – 12
mm, lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam
orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan
yang menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus
analis, crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan
membatasi sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis
Morgagni. Columna anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas
tepi bawah columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan
papillae anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis
bergerigi yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas
linea pectinea mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng.
Didaerah ini terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna
rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang
dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam
kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara
sfingter interna dan sfingter eksterna ( garis Hilton )
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna
dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan
komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas
serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut
otot lurik.
Gambar 2. Anatomi Kanalis Analis
Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding
rectum (3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator
internus (6). m.levator anus (7). m.pubo-rektal (8). m.sfingter internus (9). m.sfingter
externus (10). Garis atas-sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara sfingter intern
dan ekstern yang dapat diraba (11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan
muara kelenjar rektum diantaranya di dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea
pektinata merupakan perbatasan antara selaput lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit)
anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng
Perdarahan Arteri
PerdarahanVena
Aliran Limfe
Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4).
Kelenjar dimesenterium (5). Kelenjar para aorta
Persarafan
2. Definisi
Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses
anorektal, sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal.
Dalam muara interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta, fistula
biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula
majemuk atau fistula-fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter
eksterna kurang lazim ditemukan.
Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal.
Kadang, fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis seperti TBC,
amobiasis dan morbus Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal
yang berulang, perlu dipikirkan penyakit Crohn, karena 50 % penderita
penyakit Crohn mengalami fistula anus.
3. Epidemiologi
Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3
kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak
semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula.
4. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi fistel
perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui. Organisme yang
biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli, Enterococcus sp
dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita dengan penyakit
Crohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau cedera anus maupun rektum,
aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak biasanya merupakan
cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa merupakan
akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses
persalinan.
5. Patofisiologi
Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju
kripta pada linea dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya
tersumbat akan menyebabkan abses anorektal. Dapat berada pada perianal,
ischiorectal space, intersphincteric space, dan pelvirectal space.
Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana
abses akan berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah
drainase, kadang jaringan granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan
gejala berulang.
6. Klasifikasi
Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal
sphincter sebagai berikut:
Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya
lubang externa dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan
Goodsall’s rule. Secara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari
anal tranversal line maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus.
Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal
line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.
7. Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan selang
waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada colok dubur
umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus (bukan di rectum) dan ibu jari
dikulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3mm (colok dubur bidigital). Jika fistel
agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya. Fistel perineum
jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel kronik yang lama sekali dapat
mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering.
memberikan sejarah yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan
spontan atau drainase bedah direncanakan dari abses anorektal.
Radang usus
Divertikulitis
Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur
Tuberkulosis
Terapi steroid
Infeksi HIV
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada pemeriksaan
fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu atau
lebih eksternal opening fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit.
Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses belum pecah) atau
tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening
fistula
dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis
dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu
internal opening.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra operasi
normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
Pemeriksaan Radiologi
- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk
melihat jalur fistula.
- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7
atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.
Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal
dari beberapa ekstensi suprasfingter.
- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan
evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi
penyakit inflamasi usus.
- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter
berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula
karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang
yang mengenai sphincter ani.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.
Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy (membuka
tract fistula), kuretase, dan penyembuhan sekunder.
Colon and Rectal Surgery
Terapi pembedahan:
Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa
hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca
operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan
penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak
terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat
kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.
8. Komplikasi
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :
Retensi urin
Pendarahan
Impaksi tinja
Thrombosed wasir
Kambuh
Inkontinensia
stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang anus.
Bulking agen untuk membantu mencegah bangku sempit.
9. Prognosis
Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi menempel permukaan. Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan
dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%.
Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan
tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa kemajuan,
tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia
feses adalah 6-8%.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis fistula ani dapat ditegakkan dengan dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
ditemukan keluhan utama keluhan terdapat bisul pada daerah sekitar lubang anus
sejak -+ 3 minggu yang lalu. Pasien mengaku bisul hilang timbul setelah pecah
dan mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien juga merasakan nyeri pada
bagian bokong, nyeri hebat muncul ketika pasien duduk dan berbaring terlentang.
Riwayat operasi fistula ani 1 tahun yang lalu. Dari anamnesis terdapat
kekambuhan abses perianal dengan selang waktu diantaranya, disertai
pengeluaran nanah sedikit demi sedikit. Hamper semua fistula ani disebabkan oleh
perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel
mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum dan lubang lain
diperineum dikulit perianal.
Pada pemeriksaan fisik terdapat massa pada sekitar anus, teraba indurasi0
nodul arah jam 6,8,9 dengan jarak -+ 0,6 cm dari tepi anus. Pada pemeriksaan
fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu
atau lebih eksternal opening fistula atau teraba adanya fistula di bawah
permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses belum
pecah) atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Internal opening fistula. dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding
anus setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat
hampir selalu hanya satu internal opening.
LITERATUR LAPORAN KASUS
DEFINISI
ETIOLOGI
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar
dalam di dinding anus atau rektum. Penyebab fistula ani pada
Kadang-kadang fistula merupakan akibat pasien ini adalah dikarenakan
dari pengeluaran nanah pada abses ada pus pada area anus yang
anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada berulang
kasus abses anorektal berlanjut menjadi
fistel perianal. Namun lebih sering
penyebabnya tidak dapat diketahui.
PENATALAKSANAAN
/IV
Tatalaksana Pembedahan
- Fistulektomi Multiple
BAB V
PENUTUP
Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal,
sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Hampir semua
fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga
kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum
dan lubang lain di perineum di kulit perianal.