PENDAHULUAN
Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal,
disebabkan oleh perforasi atau pengaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel
mempunyai satu muara di kripta perbatasan anus dan rectum serta lobang lain di perineum.
Kadang fistel disebabkan oleh kolitis yang disertai proktitis. Fistel dapat terletak di subkutis,
submukosa, antar sfingter, atau menembus sfingter, mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau
posterior. Bentuknya bisa lurus ataupum bengkok.
Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Terapi konservatif
medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka
panjang untuk mencegah fistula rekuren.1,2,3
1
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir /umur : 46 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
B. Anamnesis
Telaah: keluhan dialami sejak 6 tahun yang lalu. Awalnya, ada bisul di sekitar lubang
anus, kemudian bisul itu pecah dan mengeluarkan cairan dan nanah. Pasien merasakan
nyeri dan berobat ke puskesmas, dikasi obat anti nyeri. Bisul tersebut membaik dan
menghilang. Satu minggu terakhir, timbul bisul lagi di tempat yang sama. 2 hari SMRS
bisul pecah mengeluarkan cairan, nanah bercampur darah. Cairan keluar sedikit-sedikit,
terasa gatal, dan pasien merasakan nyeri. Nyeri bertambah saat pasien duduk, tetapi
pasien masih bisa beraktifitas seperti biasa. Buang air besar dan buang air kecil lancar.
Anti nyeri
Antibiotik
Vitamin
2
C. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: kompos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/ menit
Suhu : 37,0◦C
Status Generalisata
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera kuning -/-, pupil isokor (3mm/3 mm)
Mulut : mukosa basah (+)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Abdomen
3
Ekstremitas
Edema : -/-/-/-
Akral dingin : -/-/-/-
CRT : 1–2 detik
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : dalam batas normal
Reflek patologis : tidak ditemukan
Status Lokalisata
Regio perianal
Inspeksi: tampak fistel arah jam 2 pada posisi litotomi, ukuran 1 cm x 1 cm
mengeluarkan cairan. Berwarna merah, dengan tepi menonjol.
Palpasi: nyeri tekan, teraba fistel konsistensi kenyal, tepi menonjol.
D. Pemeriksaan penunjang: (-)
E. Diagnosis Kerja
Fistel perianal
F. Penatalaksanaan
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Amoksisilin 3 x 500 mg
Ranitidin 2 x 150 mg
Anjuran kontrol kepoli bedah
G. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Regio Anal
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan
sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna,
otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis) dan komponen m.
sfingter eksternus. M. Sfingter internus terdiri dari serabut otot polos, sedangkan M.
Sfingter eksternus terdiri atas serabut olot lurik.5
5
B. Fisiologi Regio Anal
C. Definisi
Fistula perianal adalah saluran abnormal yang dibatasi oleh jaringan granulasi,
yang menghubungkan satu ruang dari lapisan epitel anus atau rectum ke ruang lain,
biasanya menuju ke epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke organ lainnya seperti
kemaluan. Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari
lubang fistula tersebut dapat keluar nanah atau kotoran saat buang air besar.
D. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal.
Terdapat sekitar 7–40% pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi fistel perianal.
Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui. Organisme yang biasanya terlibat
dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp.1
E. Patofisiologi
Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju kripta
pada linea dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat akan
menyebabkan abses anorektal. Dapat berada pada perianal, ischiorektal, intersphingter,
dan pelvirektal.3
6
Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses akan
berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah drainase, kadang jaringan
granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.3
Gambar 2. Patofisiologi
7
Sistem klasifikasi Parks menjelaskan ada 4 tipe fistula perianal yang terjadi akibat
infeksi kriptoglandular, yaitu1:
1. Intersphingterika
Merupakan bentuk fistula yang sering terjadi. Saluran fistel berada di daerah
intersphingterika.
2. Transphingterika
Biasanya disebabkan oleh abses isiorektal. Fistula menghubungkan intersphingtrerika
dengan fosa isiorektal oleh adanya perforasi di sphingter eksternal dan kemudian ke
kulit.
3. Suprasphingterika
Biasanya merupakan hasil dari abses supralevator. Seperti Transphingterika tapi
saluran berada di atas sphingter eksternal dan ada perforasi di muskulus levator ani.
4. Ekstrasphingterika
Saluran melewati rektum ke lapisan kulit perineum, fossa isiorektal melalui m.
levator ani dan akhirnya ke dalam anus.
8
dinding anus setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah lubang bagian luar, terdapat
hampir selalu hanya satu lubang bagian dalam.3
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra operasi
normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
Pemeriksaan Radiologi
- Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
- Ultrasonografi endorektal: Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam
kanalis ani untuk membantu melihat diferensiasi muskulus intersfingter dari lesi
transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari
beberapa ekstensi suprasfingter.
- MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi.
- CT-Scan: umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau irritable
bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada
umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
- Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi
usus.
- Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien
tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada
fistula kompleks berulang yang mengenai spingter ani.
I. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
kasus-kasus yang sederhana, hukum Goodsall membantu mengantisipasi anatomi
fistula perianal. Hukum ini menyatakan bahwa fistula dengan lubang bagian luar
ke anterior biasanya memiliki saluran yang berbentuk lurus. Sedangkan fistula
dengan lubang bagian luar ke posterior atau dorsal biasanya selalu bengkok ke
depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar muskulus puborektal
dan dapat membentuk satu atau lebih lubang perforasi di sebelah anterior.3
9
Gambar 4. hukum Goodsall
J. Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan biasanya dengan tindakan operasi. Beberapa pilihan
pengobatan adalah1:
- Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan
terbuka. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi.
- Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka.
- Seton: Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong
otot spingter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan
supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri
setelah beberapa bulan.
- Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya
tidak terlalu besar.
- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran
fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan fibrin
glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun
keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.
10
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan.
Fistulektomi adalah prosedur yang dianjurkan. Fistulektomi merupakan
pemotongan menyeluruh dari saluran fistula dan penutupan luka. Ada 3 bagian dari
fistula yang akan dieksisi.1
1. Bukaan eksterna
Biasanya di sekitar region perianal.
2. Traktus fistula
Saluran yang menghubungkan antara bukaan dalam dan luar fistula.
3. Bukaan interna.
Biasanya, methylene blue akan diinjeksi untuk mengindentifikasi bukaan
interna saat operasi
11
Pertama, pasien diposisikan dalam posisi litotomi.
12
Kasa ditarik dan diliat sejauh mana methylene blue
mewarnai kasa steril yang di dalam lubang anus.
Fistula dikeluarkan.
13
K. Komplikasi
Komplikasi yang bisa dialami adalah infeksi, gangguan fungsi reproduksi,
gangguan dalam berkemih, gangguan dalam defekasi dan ruptur/perforasi organ yang
terkait.1,3
Komplikasi dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda. Komplikasi yang
dapat langsung terjadi antara lain1,3
1. perdarahan
2. impaksi fekal
3. hemorrhoid
Komplikasi yang tertunda antara lain adalah1,3
1. Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter yang terpotong,
khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti letak tinggi dan letak
posterior. drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja dapat merusak saraf-saraf
kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak. Apabila pinggiran fistulotomi
tidak tepat, maka anus tidak dapa rapat menutup, yang mengakibatkan bocornya gas
dan feses. Resiko ini juga menigkat seiring menua da pada wanita.
2. Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer dan
mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas dan ke samping. Epitelisasi dari
bukaan interna dan esterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab persistennya
fistula.
3. Stenosis analis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis analis
L. Prognosis
Fistula dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka atau kulit sudah menutup sebelum jaringan granulasi
menempel permukaan. Setelah operasi, resiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
14
yaitu sekitar 21%, satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan.1,
15
BAB IV
KESIMPULAN
Fistula perianal yang merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari
kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik dari abses
anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi.
Hampir semua fistual perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan
rektum. Sebagian besar fistula perianal memerlukan operasi karena fistula jarang sembuh
spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu
dari lima pasien dengan fistula setelah operasi akan mengalami kekambuhan).
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R,de Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2004. Hal : 747-748
2. MarkH. Beers et al. The Merck Manual. Edisi ke-18. Noida : Merck &Co., Inc. 2009. Hal
:160-165
3. Leslie P.Gartners, James L.Hiatt. Concise Histology. Edisi Pertama. Beijing : Elsevier
Inc. 2011. Hal :254-258
4. Richard L. Drake et al. Grays Anatomy for Students. Edisi ke-2. Canada : Elsevier.,Inc.
2010. Hal : 478-481.
5. John E. Hall, Arthur C. Guyton. Textbook of Medical Physiology.edisi ke-11. USA :
Elsevier.,Inc. 2009. Hal : 455-459
17