PENDAHULUAN
Penyakit vaskular meliputi spektrum yang luas dari penyakit-penyakit yang
melibatkan pembuluh dalam sistem sirkulasi baik arteri, vena, maupun limfatik.
Penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer (karotis, tungkai atas, renalis,
mesenterika, dan tungkai bawah), aneurisma, penyakit Raynauld, penyakit Buerger,
penyakit vena perifer, vena varikosa, trombosis vena (trombosis vena dalam dan
emboli
paru),
dan
limfadema
termasuk
dalam
kategori
penyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi Sistem pembuluh Vena
II.1.1 Jenis-Jenis Pembuluh Vena
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke
jantung (atrium dextra), kecuali v.pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium
sinistra. Semua vena-vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan
vena cava inferior. vena biasanya mengembalikan darah yang tidak mengandung
oksigen dari pembuluh kapiler ke jantung, yang menyebabkan vena tampak biru
gelap. Vena pulmonalis besar atipikal; vena-vena tersebut membawa darah yang
teroksigenasi baik dari paru-paru ke jantung. Karena tekanan darah vena rendah pada
sistim vena, dinding vena-venalebih tipis daripada dinding arteri-arteri yang
menyertai. Dalam keadaan normal, vena-vena tidak berdenyut dan tidak menyemprot
atau menyemburkan darah bila berat. Terdapat tiga ukuran vena: 2
o Venula adalah vena terkecil. Venula bermuara ke pembuluh kapiler dan
menggabungkan pembuluh-pembuluh yang sama untuk vena-vena kecil.
Pembesaran diperlukan untuk mengobservasi venula. Vena kecil merupakan
percabangan vena-vena yang lebih besar yang menyatu untuk membentuk
plexus venosus, seperti arcus venosa posterior pada kaki. Vena kecil tidak diberi
nama.
o Vena medium bermuara ke dalam plexus venosus dan menyertai arteri medium.
Di ekstremitas dan pada beberapa lokasi lain, dimana aliran darah berlawanan
karena tarikan gravitasi, vena-vena medium memiliki katup flap yang
adalah vena terpanjang di tubuh; berjalan dari maleolus di mata kaki, naik ke
bagian medial betis dan paha, bermuara ke vena femoralis tepat dibawah
selangkangan. Titik persambungan antara kedua vena tersebut, persambungan
safena, merupakan patokan anatomi yang penting. Vena safena magna
mengalirkan darah dari bagian antero-medial betis dan paha. Vena safena parva
berjalan di sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju ke lutut,
mendapatkan darah dari bagian postero-lateral betis dan mengalirkan darah ke
vena poplitea. Titik pertemuan antara vena safena dan poplitea disebut sebagai
persambungan safeno-poplitea. Diantara vena safena magna dan parva ini
terdapat banyak anastomosis: anastomosis ini merupakan rute aliran kolateral
yang memiliki potensi penting, bila terjadi obstruksi vena. 2,3
Sistem vena profunda membawa sebagian besar darah vena dari ektremitas
bawah dan terletak didalam kompartemen otot. Vena-vena profunda menerima
aliran dari venula-venula kecil dan pembuluh darah intramuskular. Sistem vena
profunda cenderung berjalan paralel dengan pembuluh arteri anggota gerak
bawah, dan diberi nama yang sama dengan arteri tersebut. Sebagai akibtanya,
yang termasuk dalam sistem vena ini adalah vena tibialis anterior dan posterior,
vena peroneus, vena poplitea, vena femoralis, vena femoralis profunda, dan
pembuluh pembuluh darah betis yang tidak diberi nama. Vena iliaka juga
termasuk dalam sistem vena profunda ekstremitas bawah karena aliran vena dari
anggota gerak ke vena kava bergantung pada patensi dan integritas pembuluhpembuluh ini. Vena iliaka komunis kiri melewati bawah arteria iliaka komunis
pada jalurnya menuju vena kava,sehingga vena tersebut berpotensi tertekan arteri.
Jumlah persilangan ini memiliki perbandingan 2:1 dalam menyebabkan trombosis
vena profunda kiri daripada yang kanan. 2,3
II.2 Histologi Pembuluh Vena
II.3.1 Tromboflebitis
a. Definisi
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah perdangan vena.
Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan,
rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena,
imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan,
kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.6
maka
dapat
menimbulkan
seperti
katup
bola
yang
bias
menyumbat
10
11
e. Tatalaksana
Penanganan pada Tromboflebitis terdiri atas istrahat, pemberian kompres
hangat pada keadaan akut, dan analgetik. Kaki diletakkan tinggi dan lengan diberi
mitela. Pada flebitis ringan setelah pemberian infus lama, dapat diberikan
pengobatan konservatif dengan kompres alkohol.9
Jika teraba trombus lokal di dalam vena yang melebar atau dalam hemoroid,
sebaiknya trombus dikeluarkan dengan insisi dengan anastesi lokal. Setelah fase
12
akut, ekstremitas bersangkutan dibebat dengan bebat elastik dari arah distal.
Umumnya tidak perlu diberikan antibiotik.9
Pada tromboflebitis septik perlu perawatan khusus. Sering diperlukan
pemberian infus, antibiotik dosis tinggi dan tindakan lainnya. Insisi abses harus
tetap dilakukan. Setelah sepsis teratasi, harus dicari pembuluh darah yang
mendasari dan dilakukan pengobatan menurut etiologinya.9
vena
pada
varises
menyebabkan
katup
inkompeten
dan
13
14
Tukak varises ditemukan bagian distal, pada permukaan ventral, medial, dan
lateral tungkai bawah. Karena insufisiensi vena bersifat kronik, maka luka kecil di
tungkai bawah tidak dapat sembuh. Udem, bendungan darah vena dan radang
kronik menghambat penyembuhan kulit sekitarnya yang menunjukkan hipotrofi
dan hiperpigmentasi. Ulkus biasanya kelihatan kotor dan tidak tampak granulasi
merah.9
d. Diagnosis
Uji Perthes merupakan pengujian terhadap sistem vena-dalam. Jika terdapat
varises, tidak boleh dilakukan tindak bedah pengeluaran varises. Untuk
menentukan ada tidaknya peredaran darah vena, cukup dilakukan uji Perthes.
Pada keadaan berdiri, saat varises penuh, lipat paha diikat sehingga vena saphena
magna tertutup. Selanjutnya penderita diminta berjalan di tempat dengan
bersemangat sehigga pompa otot tungkai berfungsi baik. Jika varises berangsurangsur hilang, artinya sistem vena memadai. Bila katup safena magna insufisien,
pada perabaan fosssa ovalis akan teraba getaran gelombang ketika penderita batuk
keras. Getaran batuk dari toraks teraba di pangkal vena safena magna melalui
vena cava inferior, vena iliaka, dan vena femoralis.9
15
16
Terapi sklerosis dengan suntikan dapat diberikan pada varises kecil yang
terbatas. Setelah penyuntikan, dipasang kaus kaki atau pembalut elastik yang
mengempa kaki ksampai lipat paha selama beberapa minggu.9
Pada insufisiensi vena safena magna dengan insufisiensi katup
safenofemoral, sebaiknya dilakukan ligasi tinggi di vena safena magna.9
17
b. Patogenesis
Pada tahun 1856 Virchow pertama kali menemukan patogenesis VTE. Dikenal
dengan Trias Virchow: 16
1. Statis adalah kondisi imobilisasi aktivitas seseorang, sebagai contoh
berbaring lebih dari 3 hari atau kaki menggantung lebih dari 7 jam (saat
duduk)
2. Hiperkoagulabilitas adalah kondisi darah yang cenderung menggumpal,
seperti pada defesiensi antitrombin III, defisiensi protein S, defisiensi
protein
C,
hiper-homosistemia,
defesiensi
plasminogen,
dan
disfebrinogemia.
3. Injury adalah cedera pembuluh darah seperti pada trauma operasi: tulang
panggul, sendi kaki, prostat terbuka, dan toraks/abdominal/saraf yang
memerlukan pembiusan lebih dari 30 menit.
c. Gambaran klinis
Timbulnya trombosis adalah sering 'diam'. Pada umumnya terjadi pada atau
sekitar hari 7 sampai 10 setelah operasi bedah, nifas atau timbulnya infeksi akut
bersamaan dengan kenaikan fibrinogen dan jumlah trombosit. Beberapa pasien
mengeluh adanya pembengkakan dan rasa sakit di kaki, biasanya di betis .
Trombosis vena iliaka harus dicurigai jika seluruh kaki bengkak dan gelap.
Penekanan langsung pada otot betis atau di atas dari vena dalam biasanya
menimbulkan rasa nyeri. Mungkin menjadi sianotik ke kaki dan dilatasi vena
superfisial. Tanda fisik yang penting adalah suhu kaki dapat naik, dan edema dari
satu pergelangan kaki. Nyeri dada atau serangan jantung dari emboli paru sering
indikasi pertama dari DVT. Hipertensi pulmonal dapat ikuti emboli kecil
berulang, dan berhubungan dengan tejadinya sesak yang progresif. 17
d. Diagnosis
18
Bila temuan klinis DVT ditambah probabilitas klinis DVT tinggi (skor
well 2), dan uji kompressi ultrasound (UKU) vena tidak kempes
(uncompressible), maka diagnosis DVT ditegakkan. Pasien kemudian
dapat diberikan terapi. Sebaliknya bila hasil UKU vena kempes
(compressible), maka diagnosis DVT belum dapat ditegakkan. Selanjutnya
19
diteliti hasil D-dimer, bila 900 ng/mL dan ulangan UKU tetap
e. Tatalaksana
Trombosis vena dalam yang melibatkan vena iliaka, vena femoralis sebaiknya
dipilih terapi fibrinolitik percutaneus, untuk mencegah komplikasi sindroma post
trombotik.16
Cara pemberian terapi fibrinolitik perkutaneus: diperlukan perangkat
kateterisasi yang biasanya hanya tersedia di rumah sakit. Kateter dimasukkan ke
dalam vena poplitea dimana ujung kateter dibenamkan pada thrombus dengan
panduan Duplek Ultrasound, selanjutnya cairan fibrinolitik dialirkan melalui
kateter tersebut hingga trombus lisis. Preparat trombolitik yang digunakan:
tstreptokinase, urokinase, tissue plasminogen activator. Ketiga preparat ini dapat
menimbulkan komplikasi perdarahan yang serius, sehingga memerlukan
pengawasan ketat.16
Trombosis vena yang melibatkan vena poplitea, vena tibialis, vena sinus
gastronemikus/soleus dipilih terapi antikoagulan: unfractioned heparin intravena,
enoxapirin subkutan, fondaparinux subkutan.16
Terapi heparin intravena diberikan pada pasien yang rawat tinggal di rumah
sakit. Pemberian heparin didahului bolus intravena 5000 unit, diikuti infus 1000
unit/jam dan pemberian dosis heparin dievaluasi dengan pemeriksaan
laboratorium aPTT yiap 6 jam untuk mencapai target 1,5-2 kali kontrol. Terapi
unfractioned heparin ini diberikan selama 5 hari dimana hari pertama dilakukan
tumpang tindih pemberian antikoagulan oral (warfarin). Untuk pasien yang baru
20
21
22
Klaudikasio biasanya terjadi pada betis dan kaki atau pada lengan bawah dan
tangan, karena memang terutama mengenai pembuluh darah daerah distal.
Kelainan yang ditemukan dapat berupa iskemi digital yang berat, perubahan
kuku, ulkus yang nyeri dan gangren dapat timbul pada ujung jari atau tumit.22
d. Diagnosis
Pada pemeriksaan klinis nadi arteri brakialis dan popliteal normal, tetapi nadi
dapat berkurang atau hilang pada arteri radialis, ulnaris, dan tibialis. Pemeriksaan
ultrasonografi dulplex dan arteriografi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis. Gambaran perubahan lesi segmental pembuluh darah yang normal
bertahap menjadi halus pada pembuluh darah distal merupakan gambaran yang
khas, dan terdapat pembuluh darah kolateral di samping pembuluh darah yang
tersumbat. Pada pembuluh darah proksimal biasanya ditemukan arterosklerosis.
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan biopsi eksisi dan pemeriksaan
histopatologi.22
Uji Buerger dipakai untuk mengkaji suplai darah arteri ke kaki. Mula-mula
pasien berbaring terlentang di ranjang pemeriksaan dan angkat kedua kakinya
sampai membentuk sudut 45o selama 1 sampai 2 menit. Amati warna kaki bawah,
jika diangkat berwana pucar, pasien mengalami iskemia. Setelah itu minta pasien
duduk tegak dengan membiarkan kaki menggantung, bila kaki kembali berubah
warna menjadi merah maka menunjukkan penyakit arteri perifer.11
e. Tatalaksana
Tidak ada pengobatan spesifik, kecuali berhenti merokok. Prognosis
memburuk jika tidak berhenti merokok. Operasi pintas arteri dari pembuluh darah
yang lebih besar mungkin ada gunanya pada keadaan tertentu. Demikian juga
dengan debridement lokal, tergantung dari gejala dan beratnya iskemia. Antibiotik
mungkin berguna. Antikoagulan dan glukokortikoid kurang bermanfaat. Jika
semua usaha gagal, pilihan terakhir adalah amputasi.22
23
24
26
Faktor risiko terkait CVI meliputi usia (di atas 30 tahun), jenis kelamin,
riwayat varises dalam keluarga, obesitas, kehamilan, menopause, flebitis, dan
riwayat cedera tungkai. Terdapat juga faktor lingkungan atau perilaku
terkaitdengan CVI, seperti berdiri dan duduk terlalu lama.
d. Diagnosis
CVI terutama didiagnosis dengan pemeriksaan Fisik. Akurasi Pemeriksaan
fisik dapat ditingkatkan dengan bantuan alat Doppler, sehingga pemeriksa dapat
mendengarkan aliran darah. Namun, pemeriksaan paling akurat dan rinci adalah
dengan venous duplex ultrasound yang dapat memberikan gambaran vena,
sehingga adanya hambatan akibat bekuan darah atau gangguan fungsi vena dapat
dideteksi. Pada awalnya pemeriksaan teknik pencitraan dilakukan hanya jika ada
kecurigaan klinis insufisiensi vena dalam, jika terjadi berulang, atau jika
melibatkan sapheno-popliteal junction. Namun, saat ini semua pasiendengan
varises harus diperiksa menggunakan duplex Doppler ultrasound.
e. Tatalaksana
Tatalaksana Terapi Konservatif:
Gejala varises dapat dikontrol dengan tindakan berikut ini:
27
stocking.
Karena CVI progresif dapat menyebabkan integritas kulit terganggu,
penting untuk menjaga kelembapan kulit yang terkena untuk mengurangi
risiko kerusakan dan infeksi kulit. Aplikasi gel topikal membantu
mengelola gejala yang berkaitan dengan varises, seperti peradangan, nyeri,
bengkak, gatal, dan kulit kering. Steroid topikal diperlukan jika terjadi
dermatitis stasis. Silver-impregnated dressing efektif mengontrol infeksi
dan memulihkan integritas jaringan. Pengobatan topikal bersifat noninvasif dan memiliki tingkat kepatuhan pasien yang baik.
Teknik Non-Bedah
Teknik non-bedah antara lain meliputi skleroterapi dan terapi ablasi
dengan radiofrequency atau laser endovena.
o Skleroterapi, Sclerosant disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk
membuat pembuluh darah menciut. Skleroterapi diindikasikan untuk
berbaga kondisi termasuk spider veins (< 1 mm), varises dengan
diameter 1-4 mm, perdarahan varises, dan hemangioma kavernosus
kecil (malformasi vaskuler).Obat yang biasa digunakan sebagai
sclerosant adalah polidokanol, natrium tetradesil sulfat (STS), larutan
salin hipertonik, gliserin dan gliserin dikromasi.
o Terapi ablasi. Terapi ablasi adalah penggunaan energi termal dalam
bentuk radiofrequency atau laser untuk mengobliterasi vena.
28
setidaknya
29
pembekuan.
Ini
adalah
varian
stripping.
Satu-satunya
30
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit vena perifer paling umum adalah Varices Varicosa, Tromboflebitis
Superficialis, Trombosis vena dalam, dan Insufisiensi Vena Kronis (ICV). Adapun
Tromboangitis Obliterans juga bisa mengenai pembuluh darah ukuran sedang atau
kecil dan juga vena distal pada ekstremitas atas dan bawah.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis tetap merupakan komponen penting dalam
diagnosis penyakit vaskular ditunjang dengan pemeriksaan vaskular lanjutan selain
itu juga diperlukan pengetahuan pemeriksa dalam anatomi dan fisiologi pembuluh
darah.
Beragam intervensi yang dilakukan dalam penanganan penyakit vena perifer, baik
secara farmakologis maupun non farmakologis.
31