Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit vaskular meliputi spektrum yang luas dari penyakit-penyakit yang
melibatkan pembuluh dalam sistem sirkulasi baik arteri, vena, maupun limfatik.
Penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer (karotis, tungkai atas, renalis,
mesenterika, dan tungkai bawah), aneurisma, penyakit Raynauld, penyakit Buerger,
penyakit vena perifer, vena varikosa, trombosis vena (trombosis vena dalam dan
emboli

paru),

dan

limfadema

termasuk

dalam

kategori

penyakit

vaskular.1{NOTE:buku bedah wim de jong}


Cakupan spektrum yang luas berpengaruh terhadap tingginya mortalitas dan
morbiditas penyakit vaskular. Untuk itu, diagnosis vaskular menjadi sangat penting.
Tidak hanya pada pasien simptomatik, namun terlebih pada deteksi awal penyakit
vaskular sebagai pencegahan primer mengingat sudah banyaknya modalitas yang
telah dikembangkan.1
Anamnesis dan pemeriksaan fisis tetap merupakan komponen penting dalam
diagnosis penyakit vaskular ditunjang dengan pemeriksaan vaskular lanjutan selain
itu juga diperlukan pengetahuan pemeriksa dalam anatomi dan fisiologi pembuluh
darah.1
Pada referat ini akan dibahas tentang penyakit atau gangguan vena perifer.
Gangguan vena perifer, mengacu pada masalah dalam vena perifer seperti
Tromboflebitis, Varises tungkai, Tromboangitis Obliterans, Deep vein thrombosis,
dan Insufisiensi vena kronik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi Sistem pembuluh Vena
II.1.1 Jenis-Jenis Pembuluh Vena
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke
jantung (atrium dextra), kecuali v.pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium
sinistra. Semua vena-vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan
vena cava inferior. vena biasanya mengembalikan darah yang tidak mengandung
oksigen dari pembuluh kapiler ke jantung, yang menyebabkan vena tampak biru
gelap. Vena pulmonalis besar atipikal; vena-vena tersebut membawa darah yang
teroksigenasi baik dari paru-paru ke jantung. Karena tekanan darah vena rendah pada
sistim vena, dinding vena-venalebih tipis daripada dinding arteri-arteri yang
menyertai. Dalam keadaan normal, vena-vena tidak berdenyut dan tidak menyemprot
atau menyemburkan darah bila berat. Terdapat tiga ukuran vena: 2
o Venula adalah vena terkecil. Venula bermuara ke pembuluh kapiler dan
menggabungkan pembuluh-pembuluh yang sama untuk vena-vena kecil.
Pembesaran diperlukan untuk mengobservasi venula. Vena kecil merupakan
percabangan vena-vena yang lebih besar yang menyatu untuk membentuk
plexus venosus, seperti arcus venosa posterior pada kaki. Vena kecil tidak diberi
nama.
o Vena medium bermuara ke dalam plexus venosus dan menyertai arteri medium.
Di ekstremitas dan pada beberapa lokasi lain, dimana aliran darah berlawanan
karena tarikan gravitasi, vena-vena medium memiliki katup flap yang

memungkinkan darah mengalir ke arah jantung tetapi tidak pada arah


sebaliknya. Contoh vena medium meliputi vena superfisial yang diberi nama
vena cephalica dan vena basilica pada ekstremitas atas dan vena saphena magna
dan parva pada ekstremitas bawah dan vena penyerta yang diberikan nama
berdasarkan arteri yang menyertai.
o Vena besar ditandai dengan berkas besar otot polos longitudinal dan tunica
adventitia yang berkembang baik. Satu contohnya yaitu vena cava superior.
Vena berjumlah lebih banyak daripada arteri. Meskipun dindingnya lebih tipis,
diameter vena biasanya lebih besar daripada arteri penyerta. Dinding tipis
memungkinakan vena memiliki kapasitas besar untuk ekspansi, dan demikian pula
ketika darah yang kembali ke jantung terganggu oleh kompresi atau tekanan internal.
Karena arteri dan vena membentuk suatu sirkuit, dapat diharapkan bahwa separuh
dalam vena, tetapi kaarena diametervena lebih besar dan mampu melebar , biasanya
hanya 20% darah yang mengisi arteri, sedangkan 80% berada dalam vena.2,3
Vena sistemik lebih bervariasi daripada arteri, dan anastomosis venosa langsung
atau tidak langsung diantara dua vena terjadi leboh sering diantaranya. Ekspansi
keluar venter otot skeletal yang berkontraksi di ekstremitas, dibatasi oleh
fasciaprofunda, menekan vena, pemerahan darah di sebelah superior jantung; jenis
lain pompa vena. Katup vena memisahkan kolumna darah, sehingga menghasilkan
tekanan berlebih pada bagian-bagian yang lebih dependen, yang memungkinkan
darah vena mengalir hanya ke jantung. Kongesti vena yang panas dan kaki lelah yang
dialami pada malam hari disembuhkan dengan mengistirahatkan kaki pada alat kaki
yang lebih tinggi dari pada batang tubuh. Posisi tersebut juga membantu vena
membalikkan darah kembali ke jantung.2,3
II.1.2 Vascularisasi Vena Ekstremitas
A. Pendarahan vena ekstremitas atas 2

Vena-vena yang ada di tangan, seperti v.intercapitular, v.digiti palmaris dan


v.metacarpal dorsalis akan bermuara pada v.cephalica dan v.basilica di lengan
bawah. Dari distal ke proksimal, kedua vena ini akan mengalami percabangan dan
penyatuan membentuk v.mediana cephalica, v.mediana basilica, v.mediana
cubiti, v.mediana profunda dan v. mediana antebrachii sebelum mencapai
regio cubiti. Setelah regio cubiti, vena-vena tersebut kembali membentuk
v.cephalica dan v.basilica. V.basilica akan bersatu dengan v.brachialis (yang
merupakan pertemuan v.radialis dan v.ulnaris) membentuk v.aksilaris di mana
nantinya v.cephalica juga akan menyatu dengannya (v.aksilaris). V.aksilaris akan
terus berjalan menuju jantung sebagai v.subclavia lalu beranastomosis dengan
v.jugularis interna dan eksterna (dari kepala) membentuk v.brachiocephalica
untuk selanjutnya masuk ke atrium dextra sebagai vena cava superior.

Gambar 1. Vascularisasi vena ekstremitas atas 3

B. Pendarahan vena ekstremitas bawah


Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui
v.saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah. V.saphena magna
tersebut akan bermuara di v.femoralis. Sedangkan v.saphena parva yang berasal
dari bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada v.poplitea dan berakhir
di v.femoralis. V.tibialis anterior dan v.tibialis posterior juga bermuara pada
v.poplitea.2,3
Dari v.femoralis, akan berlanjut ke v.iliaca externa lalu menuju v.iliaca
communis dan selanjutnya v.cava inferior. Selain itu terdapat juga v.glutea
superior, v.glutea inferior dan v.pudenda interna di daerah gluteus, yang
bermuara ke v.iliaca interna. 2,3

Gambar 2. Vascularisasi vena ekstremitas inferior 3


Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis dan mudah terdistensi.
Kira-kira 70 % volume darah terkandung dalam sirkuit vena dengan tekanan yang
relatif rendah. Sirkuit vena yang bevolume tinggi dan bertekanan rendah ini
berfungsi sebagai sirkuit kapasistensi, berbeda dengan sirkuit arteri yang
bertekanan tinggi dan bervolume rendah. Kapasitas dan volume sirkuit vena
merupakan faktor penting curah jantung karena volume darah yang diejeksi oleh
jantung bergantung pada aliran balik vena. 2,3
Sistem vena pada ekstremitas bawah terbagi menjadi 3 subsistensi : (1)
subsistem vena superficial, (2) subsistem vena profunda dan (3) subsistem
penghubung ( saling berhubungan). Vena superficial terletak di jaringan
subkutan anggota gerak dan menerima aliran vena dari pembuluh-pembuluh darah
yang lebih kecil di dalam kulit, jaringan subkutan dan kaki. Sistem superficial
terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. Vena safena magna
6

adalah vena terpanjang di tubuh; berjalan dari maleolus di mata kaki, naik ke
bagian medial betis dan paha, bermuara ke vena femoralis tepat dibawah
selangkangan. Titik persambungan antara kedua vena tersebut, persambungan
safena, merupakan patokan anatomi yang penting. Vena safena magna
mengalirkan darah dari bagian antero-medial betis dan paha. Vena safena parva
berjalan di sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju ke lutut,
mendapatkan darah dari bagian postero-lateral betis dan mengalirkan darah ke
vena poplitea. Titik pertemuan antara vena safena dan poplitea disebut sebagai
persambungan safeno-poplitea. Diantara vena safena magna dan parva ini
terdapat banyak anastomosis: anastomosis ini merupakan rute aliran kolateral
yang memiliki potensi penting, bila terjadi obstruksi vena. 2,3
Sistem vena profunda membawa sebagian besar darah vena dari ektremitas
bawah dan terletak didalam kompartemen otot. Vena-vena profunda menerima
aliran dari venula-venula kecil dan pembuluh darah intramuskular. Sistem vena
profunda cenderung berjalan paralel dengan pembuluh arteri anggota gerak
bawah, dan diberi nama yang sama dengan arteri tersebut. Sebagai akibtanya,
yang termasuk dalam sistem vena ini adalah vena tibialis anterior dan posterior,
vena peroneus, vena poplitea, vena femoralis, vena femoralis profunda, dan
pembuluh pembuluh darah betis yang tidak diberi nama. Vena iliaka juga
termasuk dalam sistem vena profunda ekstremitas bawah karena aliran vena dari
anggota gerak ke vena kava bergantung pada patensi dan integritas pembuluhpembuluh ini. Vena iliaka komunis kiri melewati bawah arteria iliaka komunis
pada jalurnya menuju vena kava,sehingga vena tersebut berpotensi tertekan arteri.
Jumlah persilangan ini memiliki perbandingan 2:1 dalam menyebabkan trombosis
vena profunda kiri daripada yang kanan. 2,3
II.2 Histologi Pembuluh Vena

Kapiler-kapiler menyatu untuk membentuk pembuluh darah yang lebih besar


yaitu venula; venula biasanya menyertai arteriol. Darah vena mula-mula mengalir ke
dalam venula postcapillaris kemudian ke dalam vena yang semakin membesar. Vena
digolongkan sebagai vena kecil, sedang, dan besar. Dibandingka arteri, vena biasanya
lebih banyak dan berdinding tipis, diameter lebih besar, dan memiliki banyak variasi
struktural.4

Gambar 3. Gambaran mikroskopis pembuluh darah 4


Dinding vena juga terdiri atas tiga lapisan tunika. Namun, lapisan otot-ototnya
jauh lebih tipis. Tunika intima pada vena besar terdiri dari endotel dan stratum
subendotelial. Di vena besar, tunika media tipis, dan otot polosnya bercampur
dengan serat jaringan ikat. Di vena besar, tunika adventisia adalah lapisan paling
tebal dan paling berkembang di antara ketiga tunika. Berkas longitudinal serat otot
polos sering ditemukan di lapisan jaringan ikat ini.4

II.3 Penyakit Vena perifer


Penyakit Vena pada ekstremitas dapat diklasifikasikan secara luas menjadi
superfiisial dan profunda. Pada ekstremitas bawah, sistem vena superfisialis
meliputi vena saphena magna dan vena saphena parva dan cabang-cabangnya.
Vena profunda pada kaki menyertai arteri utama.5

II.3.1 Tromboflebitis
a. Definisi
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah perdangan vena.
Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan,
rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena,
imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan,
kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.6

Gambar 4. Tromboflebitis Pada Vena Superfisial 7


Tromboflebitis merupakan salah satu manifestasi klinis trombosis yang terjadi
pada flebitis. Perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walupun demikian jika
thrombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk jantung

maka

dapat

menimbulkan

seperti

katup

bola

yang

bias

menyumbat

atrioventrikuler secara mendadak dan menimbulkan kematian. Salah satu dampak


nyata flebitis bagi pasien adalah bertambahnya masa rawat yang mengakibatkan
bertambah tingginya biaya perawatan.8
Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena,
komposisi cairan atau obat, ukuran dan tempat kanula dimasukkan, pemasangan
jalur intravena yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme pada saat
penusukan.8
b. Patogenesis
Pada vena yang normal dapat terjadi trombosis karena sebab eksogen,
misalnya trauma, kelelahan, kurang gerak/imobilisasi, pasca bedah, atau adanya
keganasan yang terjadi hanya pada salah satu segmen vena. Trombosis ini
menyebabkan reaksi radang lokal pada dinding vena, dalam hal ini, trombosis
terjadi karena perlambatan aliran darah, kelainan dinding pembuluh darah, atau
gangguan pembekuan darah.9

Gambar 5. Mekanisme Tromboflebitis 10


Pada vena yang mengalami pelebaran atau varises, turbulensi darah kantong
vena di sekitar katup merangsang terjadinya trombosis. Menipisnya dinding vena
mempercepat, proses radang. Dalam keadaan ini dua faktor utama, yaitu kelainan

10

dinding vena dan melambatnya aliran darah, merupakan sebab terjadinya


tromboflebitis.9
Rangsngan langsung pada vena dapat menimbulkan tromboflebitis, misalnya
pada pemasangan infus jangka lama (lebih dua hari) di tempat sama, atau
penyuntikan obat intravena. Kelainan jantung yang mengubah aliran darah,
dehidrasi berat yang mengakibatkan hemokonsentrasi, koagulasi intravaskular
yang meluas pada infeksi sistemik juga menimbulkan trombosis. Tumor
intraabdomen, umumnya di daerah panggul turut menyebabkan hambatan aliran
vena.9
c. Gambaran Klinis
Tromboflebitis superficialis adalah pembengkakan vena superficialis,
seringkali disertai trombosis yang berkaitan, sehingga menyebabkan rasa nyeri.
Kondisi ini paling sering diserang adalah vena kaki (terutama vena varikosa)
namun vena lain pun bisa diserang. Periksa vena yang diserang untuk melihat
warna merah, bengkak, terasa hangat, dan perih. Tromboflebitis superficialis bisa
menyebabkan trombosis vena dan embolisme paru, namun jarang. Tromboflebitis
migrans adalah kondisi kambuhan yang menyerang vena yang tidak normal, dan
bisa berkaitan dengan penyakit ganas mendasar.11
d. Diagnosis
Anamnesis merupkan petuunjuk yang paling penting untuk menentukan
penyakit pembuluh darah itu apakah arteri, vena atau kapiler vena. Pada penyakit
pembuluh vena umumnya terasa sakit adalah lokal, dimana trombosis vena akan
diikuti juga dengan perubahan peradangan setempat. Karakteristik pada penyakit
pembuluh darah vena daerah tungkai bawah adalah rasa sakit timbul pada waktu
berhenti dan kalau berjalan rasa sakit ini berkurang atau menghilang.12

11

Pada tromboflebitis superfisal, penderita mengeluh nyeri di daerah vena


disertai nyeri tekan, sedang kulit di sekitarnya kemerahan dan panas. Kadang
ditemukan edema atau pembengkakan lokal. Nyeri ketika menggerakkan lengan
pada gerakan otot tertentu. Mungkin terjadi gambaran erisipelas yang biasanya
terbatas pada satu bagian ekstremitas. Pada perabaan, selain nyeri tekan, teraba
pula pengerasan vena di tempat katupnya, kadang teraba hambatan aliran vena
dan penggembungan vena di daerah katup. Febris dapat terjadi pada pasien ini,
tapi biasanya hanya malaise.9
Tromboflebitis migrans ditandai dengan timbulnya gejala flebitis di satu
segmen vena yang akan menghilang sendiri tetapi kemudian timbul lagi dalam
beberapa hari di daerah vena yang lain. Flebitis migrans meninggalkan bercak
hitam atau kecoklatan pada jalur vena. Penyakit ini lebih banyak pada laki-laki
setengah umur dan dapat disertai febris atau menggigil.9
Tromboflebitis septik biasanya ditemukan pada infeksi vena akibat pungsi
seperti penyalahgunaan obat. Kelainan ini disertai pembentukan abses di tempat
radang, menyebar secara hematogen. Timbul gejala sepsis seperti febris dan
menggigil.9

e. Tatalaksana
Penanganan pada Tromboflebitis terdiri atas istrahat, pemberian kompres
hangat pada keadaan akut, dan analgetik. Kaki diletakkan tinggi dan lengan diberi
mitela. Pada flebitis ringan setelah pemberian infus lama, dapat diberikan
pengobatan konservatif dengan kompres alkohol.9
Jika teraba trombus lokal di dalam vena yang melebar atau dalam hemoroid,
sebaiknya trombus dikeluarkan dengan insisi dengan anastesi lokal. Setelah fase

12

akut, ekstremitas bersangkutan dibebat dengan bebat elastik dari arah distal.
Umumnya tidak perlu diberikan antibiotik.9
Pada tromboflebitis septik perlu perawatan khusus. Sering diperlukan
pemberian infus, antibiotik dosis tinggi dan tindakan lainnya. Insisi abses harus
tetap dilakukan. Setelah sepsis teratasi, harus dicari pembuluh darah yang
mendasari dan dilakukan pengobatan menurut etiologinya.9

II.3.2 Varises Varicosa


a. Definisi
Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-keloknya sistem vena
yang disertai gangguan sirkulasi darah di dalamnya.9
Vena superfisial paha dan betis merupakan tempat predileksi. Jika tungkai
bergantung untuk waktu yang lama, tekanan vena disini akan meningkat. Jika
tungkai bergantung untuk waktu yang lama, tekanan vena di tempat ini sangat
meningkat (bisa sampai 10 kali normal). Oleh karena itu, pekerjaan yang
memerlukan berdiri lama dan bepergian dengan mobil atau pesawat udara dalam
waktu lama sering menyebabkan stasis vena yang mencolok dan edema kaki,
bahkan pada orang dengan vena normal.13
Kelainan ini sering pada usia lanjut di atas 50 tahun, pada orang kegemukan,
dan pada perempuan yang mencerminkan peningkatan tekanan vena di betis
akibat kehamilan.13
b. Patomekanisme
Pelebaran

vena

pada

varises

menyebabkan

katup

inkompeten

dan

menimbulkan stasis vena, kongesti, edema, nyeri dan trombosis.13

13

Gambar 6. Varises vena tungkai bawah 14


Bila kehilangan elastisitasnya, dinding vena menjadi lemah. Vena yang lemah
akan mengalami dilatasi di bawah. Tekanan penunjang suatu kolumna darah
melewati gravitasi. Vena varikosa memiliki kaliber lebih besar dari normal, dan
kuspid katupnya tidak bertemu atau telah hancur karena inflamasi. Vena tersebut
memiliki katup yang tidak kompeten. Oleh karena itu, kolumna darah yang ke
arah jantung tidak rusak, menyebabkan tekanan yang meningkat pada dinding
yang melemah, selajutnya mengeksaserbasi maslah varikositas. Vena varikosa
juga terjadi pada degenerasi fascia profunda. Fascia yang tidak kompeten tersebut
tidak mampu mengandung ekspansi otot yang berkontraksi, oleh karena itu
pompa muskulovenosa tidak efektif.2
c. Gambaran klinis
Secara klinis, varises tungkai dikelompokkan atas varises trunkal, varises
retikulas, dan varises kapilar. Varises trunkal merupakan varises vena safena
magna dan vena safena parva. Varrises retikular menyerang cabang cabang vena
safena magna atau parva ayng umumnya kecil dan berkelok hebat. Varises kapilar
merupakan varises varises kapiler vena subkutan yang tampak sebagai kelompok
serabut halus dari pembuluh darah.9

14

Tukak varises ditemukan bagian distal, pada permukaan ventral, medial, dan
lateral tungkai bawah. Karena insufisiensi vena bersifat kronik, maka luka kecil di
tungkai bawah tidak dapat sembuh. Udem, bendungan darah vena dan radang
kronik menghambat penyembuhan kulit sekitarnya yang menunjukkan hipotrofi
dan hiperpigmentasi. Ulkus biasanya kelihatan kotor dan tidak tampak granulasi
merah.9
d. Diagnosis
Uji Perthes merupakan pengujian terhadap sistem vena-dalam. Jika terdapat
varises, tidak boleh dilakukan tindak bedah pengeluaran varises. Untuk
menentukan ada tidaknya peredaran darah vena, cukup dilakukan uji Perthes.
Pada keadaan berdiri, saat varises penuh, lipat paha diikat sehingga vena saphena
magna tertutup. Selanjutnya penderita diminta berjalan di tempat dengan
bersemangat sehigga pompa otot tungkai berfungsi baik. Jika varises berangsurangsur hilang, artinya sistem vena memadai. Bila katup safena magna insufisien,
pada perabaan fosssa ovalis akan teraba getaran gelombang ketika penderita batuk
keras. Getaran batuk dari toraks teraba di pangkal vena safena magna melalui
vena cava inferior, vena iliaka, dan vena femoralis.9

15

Gambar 7. Uji perthes15


e. Tatalaksana
Kebanyakan terapi varises dilakukan atas indikasi kosmetik. Indikasi
medis, misalnya berupa keluhan kaki berat atau sakit bila berdiri lama.
Perdarahan biasanya terjadi malam hari tanpa disadari oleh penderita,
terutama pada orang tua yang sudah lama varises. Terapi terdiri atas pembalut
setengah kaki diangkat beberapa waktu utnuk mengosongkan vena dan
meniadakan udem.9
Penanganan tukak varises terdiri atas tindakan untuk enjamin aliran darah
kembali tanpa gangguan, dan meniadakan bendungan dan udem. Hal ini dapat
dicapai dengan pembalut elastik dari jari sampai lipat paha. Pembalut harus
dipasangkan sedemikian rupa sehingga tekanan dari ujung ekstremitas sampai
lipat paha berkurang. Pembalut itu akan memaksakan aliran vena ke atas,
lebih-lebih jika penderita berjalan kaki. Kaus kaki khusus, dibuat menurut
ukuran lingkaran tungkai penderita di berbagai tingkat. Kaus kaki ini tidak
boleh dibuka kecuali penderita berbaring tidur, dan harus diganti sebelum
daya elastisnya berkurang dan tidak lagi memenuhi syarat kempaan.9

16

Terapi sklerosis dengan suntikan dapat diberikan pada varises kecil yang
terbatas. Setelah penyuntikan, dipasang kaus kaki atau pembalut elastik yang
mengempa kaki ksampai lipat paha selama beberapa minggu.9
Pada insufisiensi vena safena magna dengan insufisiensi katup
safenofemoral, sebaiknya dilakukan ligasi tinggi di vena safena magna.9

II.3.3 Trombosis Vena Dalam


a. Definisi
Trombosis vena dalam (Deep Venous Thrombosis, DVT) bersama Emboli
Paru termasuk dalam golongan penyakit tromboemboli vena (Venous Thrombo
Embolism, VTE). Istilah DVT umumnya digunakan untuk sumbatan trombus
pada vena dalam ekstremitas dan fase akut yaitu <14 hari. Sedangkan untuk fase
kronik (yang masih berlanjut setelah 3 bulan) disebut sindrom post-tombotik; dan
DVT yang terjadi pada hari ke 14 sampai bulan dikenal dengan istilah DVT sub
akut. Insiden VTE di negara maju 1,92 per 1000 orang per tahun pada usia 45
tahun keatas, dan sering meningkatkan angka mortalitas pasien di rumah sakit.16

Faktor resiko untuk DVT adalah:11


o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Pasien baru saja menjalani operasi bedah


Pasien terlalu banyak berbaring di tempat tidur
Perjalanan panjang
Usia >60 tahun
Penyakit akut
Obesitas
Kehamilan
Penyakit keganasan
Trombofilia
Riwayat keluarga menderita tromboembolisme vena
Kontrasepsi oral atau terapi pengganti hormon.

17

b. Patogenesis
Pada tahun 1856 Virchow pertama kali menemukan patogenesis VTE. Dikenal
dengan Trias Virchow: 16
1. Statis adalah kondisi imobilisasi aktivitas seseorang, sebagai contoh
berbaring lebih dari 3 hari atau kaki menggantung lebih dari 7 jam (saat
duduk)
2. Hiperkoagulabilitas adalah kondisi darah yang cenderung menggumpal,
seperti pada defesiensi antitrombin III, defisiensi protein S, defisiensi
protein

C,

hiper-homosistemia,

defesiensi

plasminogen,

dan

disfebrinogemia.
3. Injury adalah cedera pembuluh darah seperti pada trauma operasi: tulang
panggul, sendi kaki, prostat terbuka, dan toraks/abdominal/saraf yang
memerlukan pembiusan lebih dari 30 menit.
c. Gambaran klinis
Timbulnya trombosis adalah sering 'diam'. Pada umumnya terjadi pada atau
sekitar hari 7 sampai 10 setelah operasi bedah, nifas atau timbulnya infeksi akut
bersamaan dengan kenaikan fibrinogen dan jumlah trombosit. Beberapa pasien
mengeluh adanya pembengkakan dan rasa sakit di kaki, biasanya di betis .
Trombosis vena iliaka harus dicurigai jika seluruh kaki bengkak dan gelap.
Penekanan langsung pada otot betis atau di atas dari vena dalam biasanya
menimbulkan rasa nyeri. Mungkin menjadi sianotik ke kaki dan dilatasi vena
superfisial. Tanda fisik yang penting adalah suhu kaki dapat naik, dan edema dari
satu pergelangan kaki. Nyeri dada atau serangan jantung dari emboli paru sering
indikasi pertama dari DVT. Hipertensi pulmonal dapat ikuti emboli kecil
berulang, dan berhubungan dengan tejadinya sesak yang progresif. 17
d. Diagnosis

18

Temuan klinis DVT klasik pada ekstremitas: pembengkakan, nyeri, teraba


hangat, perubahan warna kulit (lebih gelap atau lebih pucat), tanda Homan (nyeri
betis pada fleksi lutut dan dorsofleksi kaki), dan tanda moses (nyeri penekanan
pada betis). Diagnosis klinis ini harus dikombinasi dengan modifikasi skor Well,
agar diagnosis lebih akurat.16

Tabel 1. Skor Well untuk membantu penegakan diagnosis DVT 18

Bila temuan klinis DVT ditambah probabilitas klinis DVT tinggi (skor
well 2), dan uji kompressi ultrasound (UKU) vena tidak kempes
(uncompressible), maka diagnosis DVT ditegakkan. Pasien kemudian
dapat diberikan terapi. Sebaliknya bila hasil UKU vena kempes
(compressible), maka diagnosis DVT belum dapat ditegakkan. Selanjutnya

19

diteliti hasil D-dimer, bila 900 ng/mL dan ulangan UKU tetap

compressible, maka dianjurkan untuk dilakukan venografi.16


Bila temuan klinis DVT ditambah modifikasi skor Well 1 (probabilitas
DVT rendah), bila D-dimer 900 ng/mL dan pemeriksaan UKU non
compressible, diberikan terapi DVT.16

e. Tatalaksana
Trombosis vena dalam yang melibatkan vena iliaka, vena femoralis sebaiknya
dipilih terapi fibrinolitik percutaneus, untuk mencegah komplikasi sindroma post
trombotik.16
Cara pemberian terapi fibrinolitik perkutaneus: diperlukan perangkat
kateterisasi yang biasanya hanya tersedia di rumah sakit. Kateter dimasukkan ke
dalam vena poplitea dimana ujung kateter dibenamkan pada thrombus dengan
panduan Duplek Ultrasound, selanjutnya cairan fibrinolitik dialirkan melalui
kateter tersebut hingga trombus lisis. Preparat trombolitik yang digunakan:
tstreptokinase, urokinase, tissue plasminogen activator. Ketiga preparat ini dapat
menimbulkan komplikasi perdarahan yang serius, sehingga memerlukan
pengawasan ketat.16
Trombosis vena yang melibatkan vena poplitea, vena tibialis, vena sinus
gastronemikus/soleus dipilih terapi antikoagulan: unfractioned heparin intravena,
enoxapirin subkutan, fondaparinux subkutan.16
Terapi heparin intravena diberikan pada pasien yang rawat tinggal di rumah
sakit. Pemberian heparin didahului bolus intravena 5000 unit, diikuti infus 1000
unit/jam dan pemberian dosis heparin dievaluasi dengan pemeriksaan
laboratorium aPTT yiap 6 jam untuk mencapai target 1,5-2 kali kontrol. Terapi
unfractioned heparin ini diberikan selama 5 hari dimana hari pertama dilakukan
tumpang tindih pemberian antikoagulan oral (warfarin). Untuk pasien yang baru

20

pertama kali mengalami VTE, sebaiknya diberikan warfarin selama 6 minggu


sampai 6 bulan jika mempunyai faktor reversibel.16

II.3.4 Tromboangitis Obliterans


a. Definisi
Penyakit ini disebut juga oenyakit Buergers yang merupakan kelainan
vaskular berupa inflamasi dan penyumbatan yang mengenai pembuluh darah
ukuran sedang atau kecil dan juga vena distal pada ekstremitas atas dan bawah.19
Tromboangitis obliterans biasanya terjadi pada orang dibawah usia 45, dan
lebih sering pada laki-laki perokok. Klaudikasio intermiten pada betis dan kaki
atau pada lengan bawah dan tangan adalah gejala yang dominan. Keterlibatan
kedua ekstremitas atas dan bawah dan ukuran dan lokasi pembuluh darah yang
terkena membantu membedakannya dari aterosklerosis. Lesi ulkus iskemik distal
(ujung jari atau tumit) juga sering diamati. Fenomena Raynaud ditemukan > 40%
pasien dengan Tromboangitis obliterans dan mungkin asimetris. Gangguan kulit,
seperti migrasi tromboflebitis, mungkin berhubungan dengan tromboangitis,
mungkin mendahului timbulnya gejala iskemik disebabkan oleh penyakit oklusi
arteri. Meskipun sering di ekstremitas, Tromboangitis obliterans juga dapat
melibatkan pembuluh darah otak, koroner, ginjal, mesenterika, dan arteri
pulmonalis.19
b. Patogenesis
Etiologi pasti Tromboangitis obliterans tidak diketahui. Diduga, predisposisi
genetik, mekanisme autoimun dan disfungsi platelet sebagai penyebab. Beberapa

21

kasus pada penyakit Buerger berhubungan dengan hiperkoagulasi. Penggunaan


tembakau juga dihubungkan dengan kasus ini.20
Beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena
imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah
sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas
pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang
sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti
endothelial antibody sel, dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh
darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5
yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetik memiliki penyakit ini.21
Pada stadium awal tromboangitis obliterans , leukosit polimorfnuklear
menyebukan dinding arteri dan vena berukuran kecil dan sedang. Lemina elastik
interna baik, dan trombus dapat timbul dalam lumen vaskuler. Ketika penyakit
berlanjut, sel mononukleus, fibroblas, dan sel raksasa mengganti neutrofil.
Stadium akhir ditandai dengan fibrosis perivaskuler dan rekanalisasi.5
c. Gejala Klinis
Gambaran klinis tromboangitis obliterans seringkali berupa trias klaudikasio
yang melibatkan ekstremitas, fenoena Raynaud, dan tromboflebitis vena
superfisial yang berpindah-pindah.22
Fenomena Raynaud muncul jika ada respons vasomotor berlebihan, paling
sering menyerang jemari tangan, saat musim dingin, atau sebagai respons
terhadap emosi. Saaat terpapar dingin jari tangan berubah menjadi pucat dan mati
rasa akibat spasme arteri jemari. Lalu jemari tangan menjadi bru (sianosis). Saat
dihangatkan kembali, jemari tangan menjadi berwarna merah hingga akhirnya
normal kembali.11

22

Klaudikasio biasanya terjadi pada betis dan kaki atau pada lengan bawah dan
tangan, karena memang terutama mengenai pembuluh darah daerah distal.
Kelainan yang ditemukan dapat berupa iskemi digital yang berat, perubahan
kuku, ulkus yang nyeri dan gangren dapat timbul pada ujung jari atau tumit.22
d. Diagnosis
Pada pemeriksaan klinis nadi arteri brakialis dan popliteal normal, tetapi nadi
dapat berkurang atau hilang pada arteri radialis, ulnaris, dan tibialis. Pemeriksaan
ultrasonografi dulplex dan arteriografi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis. Gambaran perubahan lesi segmental pembuluh darah yang normal
bertahap menjadi halus pada pembuluh darah distal merupakan gambaran yang
khas, dan terdapat pembuluh darah kolateral di samping pembuluh darah yang
tersumbat. Pada pembuluh darah proksimal biasanya ditemukan arterosklerosis.
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan biopsi eksisi dan pemeriksaan
histopatologi.22
Uji Buerger dipakai untuk mengkaji suplai darah arteri ke kaki. Mula-mula
pasien berbaring terlentang di ranjang pemeriksaan dan angkat kedua kakinya
sampai membentuk sudut 45o selama 1 sampai 2 menit. Amati warna kaki bawah,
jika diangkat berwana pucar, pasien mengalami iskemia. Setelah itu minta pasien
duduk tegak dengan membiarkan kaki menggantung, bila kaki kembali berubah
warna menjadi merah maka menunjukkan penyakit arteri perifer.11
e. Tatalaksana
Tidak ada pengobatan spesifik, kecuali berhenti merokok. Prognosis
memburuk jika tidak berhenti merokok. Operasi pintas arteri dari pembuluh darah
yang lebih besar mungkin ada gunanya pada keadaan tertentu. Demikian juga
dengan debridement lokal, tergantung dari gejala dan beratnya iskemia. Antibiotik
mungkin berguna. Antikoagulan dan glukokortikoid kurang bermanfaat. Jika
semua usaha gagal, pilihan terakhir adalah amputasi.22

23

II.3.5 Insufisiensi Vena Kronik


a. Definisi 23
Gangguan vena menahun atau Chronic Venous Insufficiency (CVI) adalah
gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung yang bersifat menahun. CVI
merupakan kondisi mengenai sistem vena ekstremitas bawah yang dapat
menyebabkan berbagai patologi, meliputi nyeri, bengkak, perubahan kulit, dan
ulserasi. CVI terjadi jika katup vena tidak berfungsi dengan baik, dan terjadi
gangguan sirkulasi darah pada vena tungkai. CVI sering dikaitkan dengan varises,
yaitu kondisi vena tampak membesar, berliku-liku, dan kebiruan di bawah
permukaan kulit. Istilah ini umumnya mengacu pada pembuluh darah di tungkai,
meskipun varises dapat juga terjadi di tempat lain.
Varises mempunyai dampak bermakna bagi perawatan kesehatan, setiap tahun
jutaan orang berobat ke dokter karena masalah kosmetik Prognosis ulkus vena
secara keseluruhan buruk, sering terlambat dalam hal penyembuhan dan terjadi
kekambuhan ulkus. Lebih dari 50% ulkus vena memerlukan terapi hingga lebih
dari 1 tahun. Ketidakmampuan terkait ulkus vena dapat menyebabkan hilangnya
jam kerja produktif, diperkirakan 2 juta hari kerja/tahun.
b. Patomekanisme 23
Patologi vena terjadi jika tekanan vena meningkat dan kembalinya darah
terganggu melalui beberapa mekanisme. Hal ini dapat terjadi akibat inkompetensi
katup vena dalam aksial atau superfisial, atau kombinasi keduanya. Faktor ini
dapat dieksaserbasi oleh disfungsi pompa otot pada ekstremitas bawah;
mekanisme ini dapat menyebabkan hipertensi vena khususnya saat berdiri atau
berjalan. Hipertensi vena yang berlanjut dapat menyebabkan perubahan pada kulit
seperti hiperpigmentasi, fibrosis jaringan subkutan (lipodermatosklerosis), dan
akhirnya dapat terjadi ulkus.

24

Kegagalan katup vena dalam dapat menyebabkan volume darah dipompa ke


luar ekstremitas dan diisi kembali oleh aliran darah arteri dan aliran vena
retrograde patologis. Disfungsi atau inkompetensi katup sistem vena superfisial
juga menyebabkan aliran retrograde darah dan peningkatan tekanan hidrostatik.
Kegagalan katup dapat primer akibat kelemahan dinding pembuluh darah atau
daun katup yang sudah ada, sekunder terhadap cedera langsung, flebitis
superfisial, atau distensi vena berlebihan akibat efek hormonal atau tekanan yang
tinggi.
Kegagalan katup vena yang berlokasi di saphenofemoral junction dan
saphenopopliteal junction, menyebabkan tekanan tinggi pada vena superfisial,
sehingga terjadi dilatasi vena dan varises yang menyebar dari proximal junction
ke ekstremitas bawah. Inkompetensi katup perforator juga dapat menyebabkan
darah mengalir dari vena dalam balik ke belakang ke sistem superfi sial dan
bersama transmisi tekanan tinggi yang ditimbulkan oleh pompa otot betis,
menyebabkan dilatasi vena berlebihan dan kegagalan sekunder katup vena
superfisial.
Obstruksi aliran vena tampaknya mempunyai peranan bermakna dalam
patogenesis CVI. Pompa otot dapat menyebabkan aliran vena dari ekstremitas
distal menjadi tidak efektif, seperti yang sering terjadi pada refluks atau obstruksi
berat. Disfungsi pompa otot tampaknya merupakan mekanisme utama terjadinya
inkompetensi vena superfisial dan komplikasinya, seperti ulkus vena. Perubahan
hemodinamik vena besar ekstremitas bawah dapat ditransmisikan ke dalam
mikrosirkulasi dan menyebabkan terjadinya mikroangiopati vena, meliputi
pemanjangan, dilatasi, dan berkelak-keloknya kapiler, penebalan membran basalis
dengan peningkatan serat kolagen dan elastin, kerusakan endotel dengan
pelebaran ruang interendotel serta peningkatan edema perikapiler dengan
pembentukan halo. Kelainan kapiler dengan peningkatan permeabilitas dan
tekanan vena yang tinggi menyebabkan akumulasi cairan, makromolekul, dan
ekstravasasi sel darah merah ke ruang interstisial. Selain itu, fragmentasi dan
25

destruksi mikrolimfatik juga dapat mengganggu drainase dari ekstremitas, dan


disfungsi saraf lokal dapat menyebabkan perubahan mekanisme regulasi. Varises
dibedakan dari vena retikuler (vena biru) dan telangiektasia (spider veins) yang
juga melibatkan insufisiensi katup, dari ukuran dan lokasi pembuluh darah yang
terkena.
c. Gambaran klinis 23
Varises paling umum mengenai vena superfisial tungkai, yang muncul pada
tekanan tinggi saat berdiri. Tanda dan gejala varises meliputi:
Tungkai terasa nyeri dan berat (sering lebih buruk pada malam hari dan
setelah latihan atau berdiri lama)
Pelebaran vena dekat permukaan kulit
Munculnya spider veins (telangiektasia) di tungkai yang terkena
Pergelangan kaki bengkak, terutama pada malam hari
Perubahan warna kulit menjadi kuning kecoklatan yang mengilap di dekat
pembuluh darah yang terkena.
Kemerahan, kering, dan gatal di daerah kulit, yang disebut dermatitis atau
eksim stasis vena.
Kram bisa terjadi terutama saat pergerakan tiba-tiba, seperti gerakan berdiri
Cedera ringan pada daerah yang terkena dapat menyebabkan perdarahan
lebih dari normal atau membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya.
Pada beberapa orang, kulit di atas pergelangan kaki dapat mengisut
(lipodermatosklerosis) karena lemak di bawah kulit menjadi keras.
Bercak bekas luka yang memutih dan tidak teratur dapat muncul pada
pergelangan kaki; dikenal sebagai atrophie Blanche.
Selain masalah kosmetik, varises bisa menyakitkan/nyeri, terutama saat
berdiri. Varises lama dan berat dapat menyebabkan tungkai bengkak, eksim vena,
penebalan kulit (lipodermatosklerosis), dan ulserasi.

26

Faktor risiko terkait CVI meliputi usia (di atas 30 tahun), jenis kelamin,
riwayat varises dalam keluarga, obesitas, kehamilan, menopause, flebitis, dan
riwayat cedera tungkai. Terdapat juga faktor lingkungan atau perilaku
terkaitdengan CVI, seperti berdiri dan duduk terlalu lama.
d. Diagnosis
CVI terutama didiagnosis dengan pemeriksaan Fisik. Akurasi Pemeriksaan
fisik dapat ditingkatkan dengan bantuan alat Doppler, sehingga pemeriksa dapat
mendengarkan aliran darah. Namun, pemeriksaan paling akurat dan rinci adalah
dengan venous duplex ultrasound yang dapat memberikan gambaran vena,
sehingga adanya hambatan akibat bekuan darah atau gangguan fungsi vena dapat
dideteksi. Pada awalnya pemeriksaan teknik pencitraan dilakukan hanya jika ada
kecurigaan klinis insufisiensi vena dalam, jika terjadi berulang, atau jika
melibatkan sapheno-popliteal junction. Namun, saat ini semua pasiendengan
varises harus diperiksa menggunakan duplex Doppler ultrasound.
e. Tatalaksana
Tatalaksana Terapi Konservatif:
Gejala varises dapat dikontrol dengan tindakan berikut ini:

Mengangkat tungkai, tindakan ini mengurangi edema dan tekanan

intraabdominal, serta sering mengurangi gejala sementara.


Olahraga teratur, seperti berjalan dapat memperkuat otot betis, sehingga

memulihkan fungsi pompa otot betis.


Pemakaian stocking kompresi yang merupakan andalan terapi konservatif
telah terbukti dapat memperbaiki pembengkakan, pertukaran nutrisi,dan
meningkatkan mikrosirkulasi pada tungkai yang terkena varises. Stocking
pendukung atau stocking kompresi adalah stocking tungkai atau celana
ketat yang terbuat dari bahan elastis yang kuat. Stocking ini akan menekan
varises untuk menghambat perkembangannya dan membantu aliran darah
di tungkai, serta mengurangi rasa nyeri.

27

Pemakaian perangkat kompresi pneumatik intermiten, telah terbukti

mengurangi pembengkakan dan meningkatkan sirkulasi.


Diosmin / hesperidin dan flavonoid lainnya.
Obat anti-inflamasi seperti ibuprofen atau aspirin dapat digunakan sebagai
bagian dari pengobatan untuk tromboflebitis superfisial bersama dengan

stocking.
Karena CVI progresif dapat menyebabkan integritas kulit terganggu,
penting untuk menjaga kelembapan kulit yang terkena untuk mengurangi
risiko kerusakan dan infeksi kulit. Aplikasi gel topikal membantu
mengelola gejala yang berkaitan dengan varises, seperti peradangan, nyeri,
bengkak, gatal, dan kulit kering. Steroid topikal diperlukan jika terjadi
dermatitis stasis. Silver-impregnated dressing efektif mengontrol infeksi
dan memulihkan integritas jaringan. Pengobatan topikal bersifat noninvasif dan memiliki tingkat kepatuhan pasien yang baik.

Tatalaksana Intervensi Aktif:


Intervensi medis aktif dalam varises dapat dibagi menjadi teknik non-bedah
dan teknik bedah.
-

Teknik Non-Bedah
Teknik non-bedah antara lain meliputi skleroterapi dan terapi ablasi
dengan radiofrequency atau laser endovena.
o Skleroterapi, Sclerosant disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk
membuat pembuluh darah menciut. Skleroterapi diindikasikan untuk
berbaga kondisi termasuk spider veins (< 1 mm), varises dengan
diameter 1-4 mm, perdarahan varises, dan hemangioma kavernosus
kecil (malformasi vaskuler).Obat yang biasa digunakan sebagai
sclerosant adalah polidokanol, natrium tetradesil sulfat (STS), larutan
salin hipertonik, gliserin dan gliserin dikromasi.
o Terapi ablasi. Terapi ablasi adalah penggunaan energi termal dalam
bentuk radiofrequency atau laser untuk mengobliterasi vena.

28

Radiofrequency Ablation merupakan teknik yang seringkali


digunakan pada refluks vena safena sebagai alternatif stripping.
Panas yang terbentuk menyebabkan injuri termal lokal pada
dinding vena yang menyebabkan trombosis dan akhirnya fibrosis.
Dengan endovenous radiofrequency ablation (ERA) vena safena
besar, 85% pasien mengalami obliterasi lengkap setelah 2 tahun
dengan rekanalisasi sekitar 11%, namun 90% pasien bebas dari refl
uks vena safena, dan 95% melaporkan perbaikan gejala.
Komplikasi ERA meliputi luka bakar, parestesia, Flebitis klinis,
dengan sedikit lebih tinggi kejadian trombosis vena dalam (0,57%)
dan emboli paru (0,17%). Suatu studi selama 3 tahun telah
membandingkan ERA yang tingkat kekambuhannya 33%, dengan

operasi Terbuka yang memiliki tingkat kekambuhan 23%.


Endovenous Laser Therapy (EVLT) adalah teknik pengobatan
gangguan vena menahun meng- gunakan energi laser, biasanya
dilakukan oleh phlebologist, ahli radiologi intervensi, atau ahli
bedah jantung paru dan pembuluh darah. Medical Services
Advisory Committee (MSAC) Australia pada tahun 2008 telah
menetapkan bahwa perawatan laser endovena untuk varises
tampaknya lebih efektif dalam jangka pendek, dan

setidaknya

sama efektif secara keseluruhan untuk pengobatan varises, sebagai


prosedur komparatif dari ligasi persimpangan dan stripping vena
untuk pengobatan varises. Terapi laser dengan diode 810 nm atau
940 nm telah memberikan hasil sangat baik, dengan obliterasi vena
-

safena pada 93% pasien setelah 2 tahun.


Teknik Bedah
Pada CVI berat, ulkus vena sering memerlukan terapi hingga 6 bulan
sebelum sembuh total, sering kambuh terutama jika terapi kompresi tidak
dipertahankan. Pada CVI yang refrakter terhadap obat dan terapi yang

29

kurang invasif, maka teknik bedah harus dipertimbangkan untuk


melengkapi terapi kompresi, termasuk pada pasien yang tidak nyaman
dengan disabilitas menetap, atau pada ulkus vena yang tidak kunjung
sembuh dengan upaya medis maksimal dan pada pasien yang tidak
mampu patuh terhadap terapi kompresi atau dengan varises kambuhan.
Beberapa teknik bedah meliputi stripping yang lebih invasif hingga
prosedur yang kurang invasif seperti cryosurgery.
o Stripping adalah pengambilan seluruh atau sebagian batang utama
vena safena (besar/ panjang atau lebih kecil/pendek). Komplikasi
meliputi trombosis vena (5,3%), emboli paru(0,06 %), dan komplikasi
luka termasuk infeksi (2,2%). Ada bukti bahwa vena safena besar
tumbuh kembali setelah stripping. Untuk operasi, dilaporkan tingkat
kekambuhan setelah 10 tahun berkisar 5-60%. Selain itu, karena
stripping menghilangkan batang utama safena, tidak tersedia lagi vena
untuk cangkokan bypass vena di masa depan (penyakit arteri koroner
atau tungkai).
o Ligasi saphenofemoral junction telah dipertimbangkan sebagai terapi
standar untuk banyak pasien CVI. Kumpulan varises Vena besar yang
berhubungan dengan vena safena inkompeten dapat diavulsi dengan
teknik stab phelebctomy. Ligasi dan stripping CVI tingkatan 2-6
dengan refluks vena superfisial telah menghasilkan perbaikan
bermakna hemodinamika vena, dan menghilangkan gejala CVI
stadium lanjut, serta membantu penyembuhan ulkus.
o Cryosurgery. Dalam teknik ini, sebuah cryoprobe diturunkan melalui
vena safena panjang setelah ligasi saphenofemoral. Kemudian probe
didinginkan dengan NO atau CO hingga suhu -85 C. Vena tersebut
membeku ke arah probe dan dapat ditarik secara retrograde setelah 5
detik

pembekuan.

Ini

adalah

varian

stripping.

Satu-satunya

30

keunggulan teknik ini adalah untuk menghindari sayatan distal dalam


pelepasan stripper.

BAB III
KESIMPULAN
Penyakit vena perifer paling umum adalah Varices Varicosa, Tromboflebitis
Superficialis, Trombosis vena dalam, dan Insufisiensi Vena Kronis (ICV). Adapun
Tromboangitis Obliterans juga bisa mengenai pembuluh darah ukuran sedang atau
kecil dan juga vena distal pada ekstremitas atas dan bawah.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis tetap merupakan komponen penting dalam
diagnosis penyakit vaskular ditunjang dengan pemeriksaan vaskular lanjutan selain
itu juga diperlukan pengetahuan pemeriksa dalam anatomi dan fisiologi pembuluh
darah.
Beragam intervensi yang dilakukan dalam penanganan penyakit vena perifer, baik
secara farmakologis maupun non farmakologis.

31

Anda mungkin juga menyukai