DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING
DR. SONNY G.R. SARAGIH, SP. BS
Cedera otak karena trauma/ Traumatic Brain Injury (TBI) adalah tantangan
yang menakutkan yang dihadapi oleh ahli bedah saraf dari seluruh dunia. Di antara
spektrum cedera yang termasuk dalam kategori TBI, perdarahan subarachnoid
karena trauma/ Traumatic Subarachnoid Hemorrhage (tSAH) adalah salah satu
penyebab utama morbiditas dan gangguan fungsional.1
Kecelakaan lalu lalu lintas mencapai sekitar angka 59% penyumbang kasus
TBI, dan diperkirakan bahwa dengan kecenderungan ini, itu akan menjadi
penyebab kematian nomor lima di India pada tahun 2030. Insiden cedera kepala
bervariasi dari 67 hingga 317 per 100.000 orang, dan tingkat mortalitas berkisar
dari sekitar 4% -8% untuk cedera sedang hingga sekitar 50% untuk cedera kepala
berat. Subarachnoid hemorrhage (SAH) adalah komponen integral dari TBI, dan
trauma adalah penyebab paling umum dari SAH. Insiden tSAH bervariasi dari 26-
53% pada pasien dengan TBI.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2. Ruang subarachnoid memisahkan dua lapisan meningen, yaitu lapisan
arachnoidmater dan piamater. Tekanan CSF membuat arakhnoid menyesuaikan dengan
lapisan duramater di wilayah sagital superior sinus dan lacuna vena yang berdekatan. 3
Gambar 2.3. Meninges sistem saraf pusat, Sirkulasi cairan serebrospinal, dan Granulasi
arachnoid.2
2.2 Traumatic Subarachnoid hemorrhage
2.2.1 Definisi
Subarachnoid hemorrhage (tSAH) adalah komponen integral dari TBI, dan
trauma adalah penyebab paling umum dari SAH. Traumatic Subarachnoid
hemorrhage (tSAH) pertama kali didefinisikan oleh Wilks sebagai "sanguinous
meningeal effusion" pada tahun 1859. Adapun pengertian lainnya ialah merupakan
suatu kejadian saat adanya darah pada rongga subaraknoid yang disebabkan oleh
proses patologis yang dalam hal ini disebabkan karena cedera otak karena trauma.1
2.2.2 Patofisiologi
Etiologi tSAH tidak diketahui tetapi mekanisme yang mungkin terjadi adalah
sebagai berikut: (1) percepatan rotasi menyebabkan gerakan osilator otak yang
tahan berlangsung dalam waktu singkat-lama; (2) peregangan arteri vertebrobasilar
karena hiperekstensi; (3) peningkatan tekanan intra-arteri secara tiba-tiba dari
pukulan ke arteri karotis servikal; (4) robeknya pembuluh darah penghubung atau
pembuluh darah; dan, (5) difusi darah dari suatu luka memar ke ruang
subarachnoid. Terkadang, tidak ada penyebab yang bisa ditemukan.
SAH dapat ditemukan terkait adanya luka memar/ Contusion atau dan
hematoma subdural, yang menyebar keluar dari sekitar laserasi dan luka tembus.
Adapun tSAH dapat terjadi di permukaan ventral batang otak (basilar SAH).
Setelah terjadi SAH, cairan serebrospinal (CSF) menunjukkan respons
polimorfonuklear dalam waktu 24 jam, yang menjadi menonjol dalam waktu 48
jam. Setelah 48 jam, limfosit dan makrofag mulai menggantikan leukosit
polimorfonuklear. Makrofag fagositosis sel darah merah (sel darah merah), dan
fagosit yang sarat lipid dapat bertahan selama bertahun-tahun di arachnoidal
meninges dan ruang Virchow-Robin. tSAH dapat mengganggu penyerapan CSF
dan dapat menyebabkan hidrosefalus. Vasospasme pasca-trauma (PTV) adalah
yang menjadi pemicu sekunder signifikan terhadap otak yang cedera. Biasanya
berkembang antara 12 jam dan 5 hari setelah cedera dan berlangsung antara 12 jam
dan 30 hari. Hal ini juga dapat terjadi dengan cara yang lebih lambat dan mungkin
melibatkan arteri sirkulasi anterior dan posterior. Martin dan koleganya telah
mengusulkan adanya tiga tahap sirkulasi yang berbeda setelah cedera kepala berat:
Fase I (hipoperfusi), fase II (hiperemia), dan fase III (vasospasme).
a. Fase I: fase ini terjadi pada hari cedera (hari 0) dan dijabarkan dengan: (1)
aliran darah serebral/ cerebral blood flow (CBF) yang rendah; (2)
kecepatan arteri serebral media/ middle cerebral artery (MCA) normal; (3)
hemispheric index normal (rasio kecepatan MCA terhadap kecepatan arteri
karotid internal); dan, (4) perbedaan arteriovenosa/ arteriovenous
difference of oxygenation (AVDO) yang normal.
b. Fase II: Fase ini terjadi antara hari 1-3: (1) terjadi peningkatan CBF; (2)
AVDO turun; (3) kecepatan MCA meningkat; dan, (4) hemispheric index
tetap kurang dari 3.
c. Fase III: Fase ini terjadi antara hari 4-15: (1) terjadi penurunan CBF; (2)
ada peningkatan lebih lanjut dalam kecepatan MCA; (3) ada peningkatan
hemispheric index yang signifikan.
Mekanisme vasospasme sampai saat ini masih kurang dipahami. Pada tSAH
dapat terjadi di lokasi yang berbeda dan mungkin memiliki waktu yang bervariasi
dibandingkan dengan SAH karena aneurisma (aSAH). Hal ini mungkin melibatkan
ruang supratentorial, konveksitas, sulkus, dan interhemispheric. Pada tSAH, post
traumatic vasospasm (PTV) terjadi lebih awal dan dengan resolusi lebih awal
daripada aSAH. Namun PTV tidak selalu terkait dengan SAH.1
2.2.3 Klasifikasi
Skor khusus yang digunakan untuk mengklasifikasikan tSAH adalah sebagai
berikut:1
a. Klasifikasi Fisher: Fisher mengklasifikasikan wujud SAH pada CT scan.
b. Klasifikasi Morris-Marshall: Berdasarkan temuan CT scan, tSAH juga
diklasifikasikan sebagai: Grade 0: Tidak ada bukti yang tampak pada CT
scan adanya perdarahan subarachnoid traumatis (tSAH); Grade 1: tSAH
hanya muncul di satu lokasi; Grade 2: tSAH hadir hanya di satu lokasi,
tetapi kuantitas darah mengisi struktur tersebut, atau tSAH berada di dua
situs, namun darah tidak mengisi keduanya; Grade 3: tSAH hadir di dua
tempat termasuk tentorium, penuh dengan darah; dan, Grade 4: tSAH
hadir di tiga atau lebih situs, tanpa memandang kuantitas darah.
c. Klasifikasi Greene dkk.,: (1) SAH tipis kurang dari atau sama dengan 5
mm; (2) SAH tebal lebih besar dari 5 mm; (3) SAH tipis dengan lesi terkait
massa; dan, (4) SAH tebal dengan lesi terkait massa.
Gambar 2.4. Klasifikasi Fisher untuk menilai grade atau tingkat SAH.1
Gambar 2.5. Klasifikasi Morris-Marshall untuk menilai derajat tSAH.1
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 1 Agustus 1986
Umur : 32 tahun
Tanggal Masuk RS : 15 Agustus 2018
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri Kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak kurang lebih 5 jam SMRS setelah
terjatuh dari pohon rambutan. Nyeri kepala dirasakan semakin memberat dan terus
menerus muncul. Keluhan nyeri kepala yang dirasakan seperti dicengkram kuat.
Mual (+), Muntah (+) kurang lebih 3 kali berisi lendir bening dan sedikit makanan.
BAB (+) 2 hari yang lalu, BAK (+) DBN.
Riwayat Penyakit Dahulu: pernah jatuh di wc dan mengalami trauma kepala . CT
Scan Kepala (+) oleh dokter didiagnosa cephalgia sekunder ec SAH (subarachnoid
hemorage) CT scan (+) tanggal 2/8/2018
Riwayat Penyakit Keluarga: -
17 Agustus 2018
S: Nyeri kepala
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
18 Agustus 2018
S: Nyeri kepala, mual, muntah 1x saat malam
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
Po. Bethahistine 3x1
19 Agustus 2018
S: Nyeri kepala dirasakan tidak berkurang, mual berkurang
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
20 Agustus 2018
S: Nyeri kepala berkurang sedikit
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam vias sp(sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
21 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+)
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
Hasil CT Scan (+)
22 Agustus 2018
S: Nyeri kepala berkurang
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
23 Agustus 2018
S: Nyeri kepala berkurang
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
24 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+) dirasakan sama dengan hari yang lalu
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
25 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+) dirasakan sama dengan hari yang lalu
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
Pro. CT-Scan ulang tanpa kontras
26 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+) dirasakan sama dengan hari yang lalu
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
27 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+) dirasakan sama dengan hari yang lalu
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Nimodipin 2,5 ml /jam via sp (sring pump) (stop)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
Po. Bethahistine 3x1
Hasil CT Scan (+)
28 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+) dirasakan menguat, kejang (+), Muntah (+)
O: CM, meringis
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Phenytoin 100mg/8jam dalam PBNS 100 cc
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
Po. Bethahistine 3x1
Rencana Besok BLPL
29 Agustus 2018
S: Nyeri kepala (+) berkurang
O: CM
A: cephalgia sekunder ec SAH
P: IVFD RL 20 tpm
Inj. Phenytoin 100mg/8jam dalam PBNS 100 cc
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12jam
Inj. Tramadol 2 x1 amp iv dalam PBNS (piggy bag normal saline) 100 cc
Inf. Mersitrofil 12 gram / 24 jam.
BPLP
BAB IV
PEMBAHASAN