Oleh :
HENNI WIDIA ASTUTI
N 111 17 063
PEMBIMBING KLINIK
dr. HARRIS TATA, M.Kes., Sp.OT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
1. Anatomi Radius
Radius adalah tulang lateral lengan bawah. Ujung atasnya bersendi
dengan humerus pada articulatio cubiti dan dengan ulna pada articulatio
radioulnaris proximal. Ujng distalnya bersendi dengan os scaphoideum dan
lunatum pada articulatio radio carpalis dan dengan ulna pada articulatio
radioulnaris distalis.10
Pada ujung atas radius terdapat caput yang berbentuk bulat kecil.
Permukaan atas caput cekung dan bersendi dengan capitulum humeri yang
cembung. Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih lebar dibawah
dibandingkan dengan bagian atas. Corpus radii berlainan di sebelah medial
mempunyai margo interossea yang menghubungkan radius dan ulna. Pada
ujung bawah radius terdapat processus styloideus yang menonjol ke bawah
dari pinggir lateralnya. 10
3
2. Anatomi Ulna
Ulna merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya bersendi
dengan humerus pada articulation cubiti dan dengan caput radii pada
articulation radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan radius
pada articulation radioulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulation
radiocarpalis dengan adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar, dikenal
sebagai processus olecranii, bagian ini membentuk tonjolan pada siku.
Processus ini mempunyai incisura dipermukaan anteriornya, incisura
trochlearis, yang bersendi dengan trochlearis humeri. Dibawah trochlea
humeri terdapat processus coronoideus yang berbentuk segitiga dan pada
permukaan lateralnya terdapat incisura radialis untuk bersendi dengan caput
radii. 10
4
3. Anatomi Humerus
Ujung atas humerus mempunyai sebuah caput yang berbentuk sekitar
sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan cavitas glenoidalis scapulae.
Tepat dibawah caput humeri terdapat collum anatomicum, dibawahnya
terdapat tuberculum majus dan minus yang dipisahkan satu sama lain oleh
sulcus bicipitalis. Pada pertemuan ujung atas humerus dan corpus humeri
terdapat penyempitan yang disebut collum chirurgicum, lalu terdapat
tuberositas deltoidea yang dibelakang dan bawahnya terdapat sulcus spiralis
yang ditempati oleh nervus radialis. 10
Ujung bawah humerus mempunyai epycondylus medialis dan lateralis
untuk tempat melekatnya musculi dan ligament, capitulum humeri yang bulat
bersendi dengan caput radii, dan trochlea humeri yang berbentuk katrol untuk
bersendi dengan incisura trochlearis ulnae. Diatas capitulum humeri terdapat
fossa radialis, yang menerima caput radii pada saat siku di fleksikan.
Dianterior, diatas trochlea terdapat fossa coronoidea, yang selama pergerakan
yang sama menerima processus coronoideus ulnae. Diposterior, diatas
trochlea, terdapat fossa olecrani yang bertemu dengan olecranon pada waktu
sendi siku pada keadaan ekstensi. 10
5
Gambar. Tulang Humerus 4
6
Articulatio Cubiti merupakan suatu articlatio composite, dengan
humerus, radius dan ulna yang beratikulasi pada tiga sendi parsial, yaitu : 4
1) Articulatio humeroulnaris : sendi engsel dengan trochlea humeri yang
membentuk bola dan incisura trochlearis ulna yang membentuk lekuk
2) Articulatio humeroradialis : sendi ball dan socket multiaksial yang
melibatkan capitulum humeri (ball) dan fovea articularis radius (socket)
3) Articulatio radioulnaris proksimal : sendi poros yang melibatkan
circumferential articularis caput radii (ball) dan incisura radialis ulna
(socket)
7
berorigo dari aspek lateral epycondylus lateralis danmembentang untuk
bersatu dengan ligamentum anulare radii yang menempel pada sisi anterior
dan posterior ulna serta mengelilingi caput radii. Ligamentum anulare
membnatu gerakan rotasi pada articulation radioulnaris proximalis.4
8
Gambar : (A) Tampakan anatomi siku. Posterior Ligamentum Kolateral Ulnar
Lateral (LUCL) dan posterior Medial Ligamentum Kolateral Ulnaris
(MUCL). Bagian posterior ligamentum annulare dengan sisipannya ke ulnar
dan di atas bagian distal dari LCL dapat dilihat. (B) Tampakan Ventral siku
anatomi dengan demonstrasi ulnar Anterior Medial Ligamen Kolateral
(aMUCL). Permukaan sendi dari aspek anteromedial olecranon dapat dilihat,
memiliki fungsi penopang pada stres varus dan valgus. (c) Pandangan lateral
terhadap preparasi siku anatomis dengan ilustrasi kompleks ligamen kolateral
lateral (LCL) yang dibentuk oleh cincin annular yang berjalan ke radial
epicondyle humeri. 19
9
Gambar : Sendi Siku tampak Anterior. 3
10
Gambar : Sendi Siku tampak Posterior. 3
Sendi siku sangat stabil karena faktor statika yang membentuk sendi
cukup kuat cakupannya dan juga dipengaruhi oleh struktur stabilitas pasif
berupa ligamentum yang mengikatnya serta adanya stabilitas dinamis yang
berupa otot-otot antara lain: m. brachialis, m. biceps brachii, m. triceps
brachii, m. pronator teres dan m. supinator. Beberapa otot tersebut juga sangat
berperan dalam gerakan sendi siku. Selain otot-otot tersebut sendi siku juga
diperkuat oleh otot-otot yang berasal dari ekstensor dan fleksor dalam sendi
pergelangan tangan maupun tangan itu sendiri.3
B. DEFINISI DISLOKASI
Dislokasi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser
dan keluar dari posisi normalnya atau pindahnya permukaan sentuh tulang yang
menyusun sendi, cedera ini dihasilkan oleh gaya yang menyebabkan sendi
11
melampaui batas normal anatomisnya. Dislokasi yang komplit terjadi saat ada
pemisahan yang komplet dari ujung tulang. Hal ini dapat ditandai dengan sendi
yang bengkak dan memar, bagian sendi yang terkena berwarna merah atau
menghitam, bentuk sendi menjadi tidak normal, terasa sakit ketika bergerak.1,6,7
C. DISLOKASI SIKU
1. Definisi
Dislokasi siku adalah lepasnya hubungan sendi pada siku yang sering
disebabkan oleh suatu cedera akibat trauma yang tidak langsung atau trauma
langsung pada siku. Dislokasi pada siku akibat cedera lebih sering terjadi pada
orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. 8
2. Epidemiologi
Dislokasi siku adalah dislokasi sendi yang paling umum pada pasien
anak-anak dan yang paling umum kedua pada pasien dewasa. Insidensi
dilaporkan pada 6 hingga 13 per 100.000 orang per tahun. Cedera lebih sering
terjadi pada atlet pria remaja. Secara khusus, pada pemain sepakbola dan
peserta gulat sangat rentan terhadap cedera ini. Dislokasi siku posterior
mencakup 90% dari semua dislokasi siku. 12
Dizdarevic et al melaporkan bahwa 9,2% dari semua cedera siku dalam
kegiatan atletik sekolah menengah adalah dislokasi siku dengan tingkat
dislokasi 0,38 per 100.000 eksposur atletik. Anak laki-laki yang memiliki
olahraga gulat (46%) dan sepak bola pada anak laki-laki (37%) adalah
olahraga yang paling sering dikaitkan dengan dislokasi. Olahraga anak laki-
laki menyumbang 91,3% dari semua dislokasi dan terjadi lebih sering dalam
kompetisi daripada dalam latihan. 13
12
3. Klasifikasi
A. Berdasarkan Posisi 14
Dislokasi siku dijelaskan sesuai dengan posisi radius dan ulna dengan
humerus. 20
a) Posterior
Pada dislokasi posterior, kompleks radioulna bergeser ke posterior
atau posterolateral, sering bersama-sama dngan fraktur pada
prosesus tulang yang menahan. Pada dislokasi posterior bisa terjadi
pada dua kejadian, yaitu jatuh pada tangan yang terentang dengan
posisi siku fleksi atau siku dengan posisi hiperekstensi. Begitu
terjadi dislokasi posterior, pergeseran lateral juga dapat terjadi. 8
b) Anterior
c) Medial
d) Lateral
e) Divergen (dislokasi radius dan ulna dalam arah yang berbeda
sehubungan dengan humerus)
13
B. Berdasarkan Simpleks atau Kompleks 14
a) Simpleks/sederhana
Dislokasi sederhana menggambarkan ketidakstabilan dengan hanya
gangguan jaringan lunak terkait atau dislokasi murni tanpa patah
tulang serta menyumbang 50-60% dari dislokasi siku. 14,20
b) Kompleks
Dislokasi kompleks mengacu pada dislokasi dengan terkait fraktur
periarticular yang menghasilkan gangguan di sekitarnya kestabilan
anatomi tulang. Umumnya, dislokasi kompleks dikaitkan dengan
fraktur dari prosessus coronoid ulna, kepala radial atau yang biasa
dikenal Triad Injury. 20
Istilah 'Terrible Triad' pada awalnya diciptakan oleh Hotchkiss et
al untuk menggambarkan fraktur-dislokasi siku yang melibatkan tiga
cedera spesifik: dislokasi posterolateral, fraktur koronoid dan fraktur
kepala radial. Fraktur-dislokasi tipe ini terkenal tidak stabil karena
hilangnya penopang dukungan anterior dari koronoid, dukungan
14
valgus dari kepala radial, dan stabilisasi posterolateral dari Lateral
Ulnar Collateral Ligament (LUCL). 15
15
4. Patofisiologi
Mempertimbangkan anatomi siku dan kemungkinan mekanisme
cedera yang menyebabkan dislokasi siku dapat membantu seseorang
memahami patofisiologi yang terkait dengan cedera khusus ini. Selama
dislokasi siku posterior, gaya geser yang menyebabkan cedera dapat
menyebabkan kepala radial, leher radial atau fraktur proses koronoid yang
terkait. Ligamen kolateral dan kolateral lateral memberikan dukungan pada
sendi siku selain anatomi tulangnya. LCL sering terganggu ketika dislokasi
siku terjadi; MCL adalah struktur jaringan lunak terakhir yang terluka ketika
ulna dipindahkan. Seringkali, massa fleksor-pronator dapat pecah, dan
kadang-kadang brachialis dapat terluka. 12
Kompartemen anterior siku meliputi arteri brakialis dan saraf ulnaris
dan medianus. Struktur ini sangat rentan terhadap cedera karena kompartemen
anterior sering terganggu selama dislokasi posterior. Saraf ulnaris mungkin
terperangkap ketika melewati posterior di sekitar epikondilus medial. Arteri
brakialis dan saraf median berjalan berdekatan satu sama lain dan cedera
sering terlihat pada kedua struktur ini secara bersamaan. 12
Dislokasi anterior sering dikaitkan dengan fraktur olecranon. Dislokasi
ini juga dapat mengganggu kompartemen siku posterior yang berisi saraf
radial dan penyisipan otot triceps. 12
5. Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang paling sering muncul adalah nyeri dan
pembengkakan pada siku. Terdapat riwayat trauma tidak langsung dengan
jatuh dengan tangan posisi siku ekstensi atau ada riwayat trauma langsung
pada belakang siku. Oleh karena timbulnya nyeri dan keterbatasan gerak,
maka semua bentuk kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Pasien dengan dislokasi siku kronis
mengalami disabilitas sebagai akibat dari posisi tetap atau penurunan Range
16
Of Motion (ROM). ROM pada articulation cubiti yaitu : ekstensi-fleksi adalah
100 – 00 – 1500 , saat supinasi-pronasi : 900 – 00- 900 . Temuan klinis termasuk
yang ekstensi dan fleksi siku dengan pengecilan trisep dan deformitas tulang
yang teraba. 4,8,23
a. Look
Pasien tampak menyangga lengan bawahnya dengan siku yang sedikit
berfleksi, terlihat tanda inflamasi pada siku, meliputi adanya nyeri,
hiperemi dan pembengkakan8
b. Feel
Adanya nyeri tekan pada sendi siku8
c. Move
Ketidakmampuan dalam menggerakkan sendi siku pada fleksi dan
ekstensi 8
6. Pemeriksaan Penunjang
Dengan pemeriksaan roentgen dapat diketahui adanya dislokasi yang mungkin
disertai fraktur tulang sekitar sendi siku. Pemeriksaan roentgen juga dilakukan
pasca reduksi untuk melihat kondisi setelah dilakukan reduksi tertutup. 8,18
17
7. Penatalaksanaan
i. Close Reduction
Reduksi dislokasi harus segera dilakukan sesegara mungkin karena
penundaan tindakan dapat menimbulkan nekrosis avaskular tulang
persendian serta kekakuan sendi. Pada jam-jam pertama, dislokasi dapat
direposisi tanpa pembiusan umum karena terjadi relaksasi otot sekitar
sendi dan rasa baal. Setelah direposisi, lengan di fleksi lebih dari 900 dan
dipertahankan dengan gips selama 3 minggu. 8, 9, 18
Setelah fase syok lokal terlewati, intervensi ini dilakukan dibawah
anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan gerakan yang
berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus otot serta tidak
boleh dilakukan dengan kekerasan. Apabila reposisi tertutup tidak
berhasil, mungkin telah erjadi ruptur simpai sendi dengan akibat
gangguan perdarahan sendi atau inter posisi fragmen tulang. Beberapa
langkah dalam pelaksanaan reduksi dislokasi siku, meliputi hal-hal
berikut ini : 8, 9, 18
A. Teknik Telungkup
a) Atur posisi telungkup dengan siku yang mengalami dislokasi
menjuntai di pinggir tempat tidur
b) Teknik dengan 1 penolong dengan satu tangan menarik bagian
medial atau lateral proksimal ulna dan satu tangan yang dominan
lainnya memberikan tekanan penuh pada prosessus koronoideus
olecranon
c) Teknik 2 penolong dengan prinsip yang sama
18
Gambar. Kiri : posisi telungkup dengan posisi siku menjuntai 900
pada pinggir tempat tidur. Kanan : reduksi tertutup dislokasi siku
posterior dengan 2 penolong. Tengah : reduksi tertutup dengan 1
penolong. 8
B. Teknik Klasik
Ahli bedah menarik lengan bawah, sementara siku sedikit difleksikan.
Dengan 1 tangan pergeseran kesamping dikoreksi, kemudian siku di
fleksikan lebih jauh, sementara itu prosesus olecranon didorong ke depan
dengan jempol. Jika fleksi yang hampir penuh belum dapat diperoleh,
maka olecranon belum berada pada alur trokhlea. 8
19
C. Setelah reduksi
Siku harus diuji dengan berbagai gerakan untuk mengetahui apakah siku
tersebut stabil. Kemudian dilakukan pemasangan gips spalk dengan sudut
siku 900. Selain itu, dilakukan roentgen untuk memastikan bahwa sendi
telah tereduksi. 8
20
intra-artikular “menyilang” ligamen untuk menstabilkan sendi, eksisional
arthroplasti, arthrodesis, total arthroplasti siku. 23
8. Komplikasi
A. Ketidakstabilan kronis
Rasa sakit dan ketidakstabilan persisten harus diamati dan, dalam
kasus individu, distabilkan oleh ligament augmentasi kompleks.
Pemeriksaan klinis dan radiologis yang tidak memadai dapat
diklasifikasikan cedera sebagai distorsi, dan pasien dipulangkan tanpa
perawatan lebih lanjut. Ligamen kolateral yang pecah mengakibatkan
hiper-mobilitas sendi siku; keadaan ini mengarah ke kompensasi yang
sangat menyakitkan dari kelompok ekstensor otot. Perpanjangan jaringan
parut pada Kompleks LUCL yang pecah membutuhkan plastik ligamen.
Beberapa metode telah dijelaskan untuk prosedur ini, seperti transplantasi
tendon biseps melalui prosesus koronoid atau penguatan ligamen kolateral
atau rekonstruksi kompleks ligamen kolateral oleh transplantasi autograft
tendon trisep atau dengan a gracilis graft. 19
B. Kekakuan dan Fisioterapi Siku
Dalam perawatan pasca trauma, elbowarthrofibrosis dan osifikasi
heterotopik sering terjadi komplikasi yang tergantung pada keparahan
cedera. Arthrofibrosis sering terjadi setelah dislokasi siku menyebabkan
hilangnya ekstensi rata-rata 8∘ setelah satu tahun. 19
Dalam dislokasi fraktur siku, kekakuan siku dan osifikasi
heterotopik mempengaruhi hingga 20% dari pasien. Cedera siku serentak
dan kepala radial meningkatkan tingkat kejadian ini menjadi hampir 90%,
dan bahkan pasien dengan cedera terisolasi pada kepala radial menderita
siku kekakuan pada 5 hingga 10%. Duerig melaporkan dislokasi siku
jarang tidak stabil dengan tidak adanya asosiasi fraktur artikular.
21
Kebanyakan dislokasi siku posterior stabil dan karenanya mendapat
manfaat dari latihan aktif dan penggunaan fungsional dari armwithin 2
minggu setelah cedera. Jaringan parut dibentuk oleh fibrosit dan miosit
dapat menghambat proses penyembuhan yang diinginkan, khususnya jika
siku diimobilisasi selama 3 minggu setelah trauma. 19
C. Osifikasi Heterotopik pada Dislokasi Siku.
Heterotopik osifikasi (HO) dari siku adalah post traumatik umumnya
terjadinya mengakibatkan rentang gerak terbatas. Peran HO dalam
kekakuan siku harus dianalisis oleh CT scan dengan rendering volume tiga
dimensi, yang membantu menganalisis area pelampiasan tulang.
Arthroskopi adalah pendekatan umum untuk melepaskan HO dan
mendapatkan rentang gerak kembali yang lebih baik. Faktor risiko untuk
HO adalah waktunya berlalu antara trauma dan operasi serta jumlah hari
imobilisasi setelah operasi. Faktor-faktor yang terkait dengan peningkatan
risiko osifikasi heterotopik termasuk dislokasi ulnohumeral, keterlambatan
pengobatan dislokasi, dan luka bakar. 19,20
22
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SN
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Cakalang
No. RM : 84-09-10
Tanggal masuk RS : 26-12-2018
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri pada siku sebelah kanan.
23
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
C. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 75 kg
Keadaan gizi : Obesitas
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Rhinorrhea (-)
Telinga : Ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran KGB (-)
24
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),
oedem (-), hematom (-), deformitas (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal
Palpasi : nyeri tekan dinding perut (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
Ekstremitas atas
Status lokalis
1. Regio Elbow Joint Dextra
a. Look : Tampak deformitas (+), atropi otot (+)
25
b. Feel : Didapatkan nyeri tekan (+), sensibilitas (+), capillary refill
time < 3 detik. Arteri radialis dextra teraba, regular dan kuat angkat.
c. Move : ROM terbatas karena nyeri.
Ekstremitas bawah
Dalam Batas Normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah Lengkap (20/012/2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah rutin :
Leukosit 9,44 103/ul 3,6-11
Eritrosit 4,62 106/ul 3,8-5,2
Hemoglobin 12,6 g/dl 11,7-15,5
Hematokrit 38,3 % 35-47
Trombosit 291 103/ul 150-440
Kimia klinik:
SGOT 23,9 U/L 0,0-31,0
SGPT 16,1 U/L 0,0-31,0
Urea 24,2 mg/dL 15-43,2
Creatinin 0,63 mg/dL 0,60-1,2
GDS 113,9 mg/dL 70-149
Serologi :
HbsAg Nonreaktif Nonreaktif
26
2. Foto Roentgen Elbow Joint Dextra AP/Lateral
Kesan :
Dislokasi Posterior Elbow Joint Dextra
27
Resume :
Pasien perempuan usia 65 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
pada siku sebelah kanan yang dialami sejak 3 bulan yang lalu. Pasien terjatuh saat
hendak berlari keluar rumah untuk menyelamatkan diri dari gempa bumi dengan
posisi lengan tangan kanan sebagai tumpuan badannya sehingga saat jatuh lengan
tangan kanan pasien tertindih badan pasien. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan
tampak deformitas pada siku kanan (+), atropi otot kanan (+), nyeri tekan sendi siku
(+) serta ROM terbatas akibat nyeri. Pada foto elbow joint dextra didapatkan dislokasi
posterior elbow joint dextra
E. DIAGNOSIS
Neglected Posterior Dislokasi Elbow Joint Dextra
F. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Konservatif
- IVFD Ringer Lactate 20 tpm
- Inj. Moxifloksasim 400 mg/12 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Inj. Ranitidin 50 mg/2 ml/8 jam/iv
b. Operatif
- ORIF Elbow :
28
Gambar. Elbow Joint Dextra
29
2. Non medikamentosa
- Tirah Baring
- Diet bebas
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien mengalami dislokasi
sendi siku tangan kanan
- Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa diperlukan tindakan operasi
untuk penanganan lebih lanjut.
G. FOLLOW UP
Tanggal Keluhan dan Pemeriksaan Instruksi Dokter
27/12/2018 S : nyeri lengan kanan (+), mual (–), Instruksi Pre op:
muntah (-), bab dan bak biasa. - IVFD RL 20 tpm
O: - Persiapan operasi
TD : 120/80 mmHg - Konsultasi Anestesi
N : 78 x/menit - Puasakan 8 jam pre op
P : 18 x/menit - Persiapan WB 1 bag
S : 36,5ºC
A:
Neglected Posterior dislokasi elbow joint
dextra
28/12/2018 S : nyeri bekas luka operasi (+), mual (–), Instruksi Post Op :
muntah (-), bab dan bak biasa. - IVFD Ringer Lactate
O: 20 tpm
TD : 120/80 mmHg - Inj. Moxifloksasim
N : 82 x/menit 400 mg/12 jam/iv
P : 22 x/menit - Inj. Ketorolac 30 mg/8
S : 36,5ºC jam/iv
30
A : Neglected Posterior dislokasi elbow - Inj. Ranitidin 50 mg/2
joint dextra ml/8 jam/iv
29/01/2018 S : nyeri bekas luka operasi (+), mual (–), - IVFD Ringer Lactate
muntah (-), bab dan bak biasa. 20 tpm
O: - Inj. Moxifloksasim
T : 120/80 mmHg 400 mg/12 jam/iv
N : 82 x/i - Inj. Ketorolac 30
P : 22 x/i mg/8 jam/iv
S : 36,5ºC - Inj. Ranitidin 50 mg/2
A: ml/8 jam/iv
Post ORIF Elbow Joint Dextra H1 - Foto Kontrol
Dorsal Slub
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
tangan kanan pasien semakin membengkak serta tidak bisa diangkat keatas. Menurut
teori, pada dislokasi siku, terdapat riwayat trauma tidak langsung dengan jatuh
dengan tangan posisi siku ekstensi, oleh karena timbulnya nyeri dan keterbatasan
gerak, maka semua bentuk kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien
perlu banyak dibantu oleh orang lain. 8
Neglected Dislokasi siku adalah dislokasi yang diabaikan setelah lebih dari 3
minggu dan masih sering terjadi di negara-negara berkembang karena daya tarik awal
pasien terhadap tulang belulang masih diabaikan dengan alasan kurangnya kesadaran,
akses yang tidak memadai ke fasilitas perawatan kesehatan dan akses mudah ke
tempat tulang tradisional. Pada neglected dislokasi siku, pasien hanya dapat
melakukan beberapa derajat fleksi, supinasi dan pronasi. Kekakuan non-fungsional
ini tidak sesuai dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. 2,21
Martini et al mengklasifikasikan kekakuan siku kedalam 2 kelompok :
kekakuan fungsional di mana fleksi siku mencapai antara 80˚ dan 90˚,
memungkinkan gerakan yang bermanfaat (tangan-mulut, tangan-rambut) dan
kekakuan non-fungsional di mana penekukan siku tidak melebihi 70˚, tidak
memungkinkan gerakan yang bermanfaat meskipun ada upaya yang dilakukan untuk
mengadaptasi bahu dan tangan. Indikasi operasi akan tergantung pada toleransi atau
ada tidaknya kekakuan siku dan durasi dislokasi. Sebagian besar peneliti setuju pada
pengobatan konsensus dan merekomendasikan close reduction untuk siku hingga 3
minggu pasca cedera. Setelah itu, close reduction dapat menjadi lebih berbahaya dari
pada manfaatnya karena telah terjadi kontraktur jaringan lunak dan osteoporosis
lokal. Perawatan bedah pada neglected dislokasi merupakan tantangan bagi ahli
bedah, salah satu pilihan tindakannya yaitu open reduction dengan atau tanpa
pemanjangan trisep dan fiksasi pin Kirschner.2,11
Kebanyakan para Ahli menyarankan open reduction pada dislokasi siku
hingga 3 bulan pasca cedera yang bertujuan untuk mencapai stabilitas dan
meningkatkan fungsi. Internal fiksasi dibutuhkan untuk menstabilkan sendi,
33
pemasangan K-wire adalah satu-satunya modifikasi dimana dimasukkan di kedua
persimpangan pada capetellar ulna, humeral dan radius. 22
34
BAB V
KESIMPULAN
1. Dislokasi siku adalah lepasnya hubungan sendi pada siku yang sering disebabkan
oleh suatu cedera akibat trauma yang tidak langsung atau trauma langsung pada
siku. Dislokasi pada siku akibat cedera lebih sering terjadi pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak.
2. Neglected dislokasi sendi siku adalah dislokasi yang diabaikan setelah lebih dari
3 minggu, hal ini dapat terjadi akibat kurangnya kesadaran, akses yang tidak
memadai ke fasilitas perawatan kesehatan dan akses mudah ke tempat tulang
tradisional.
3. Pasien dengan dislokasi siku kronis mengalami disabilitas sebagai akibat dari
posisi tetap atau penurunan Range Of Motion (ROM).
4. Pemeriksaan penunjang yang cukup efisien untuk menunjang diagnosis
Neglected dislokasi sendi siku adalah pemeriksaan Foto Polos X-Ray
5. Komplikasi akibat neglected dislokasi sendi siku yaitu cedera serius yang dapat
mengganggu fungsi siku. Komplikasi utama dari dislokasi ini adalah kekakuan
yang tidak berfungsi.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
17. Lauren E. Karbach, John E. Elbow Instability: Anatomy, Biomechanics,
Diagnostic Maneuvers, and Testing. Department of Orthopedics and
Rehabilitation, University of Rochester, Rochester, New York. 2017.
18. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT. Yarsif Watampone. Jakarta. 2014
19. Michael N., Andreas L., Michael K., Johannes Z., Carsten E. Elbow Dislocations:
A Review Ranging from Soft Tissue Injuries to Complex Elbow Fracture
Dislocations. Review Artikel. Hindawi Publishing Corporation Advances in
Orthopedics. 2013.
20. Benjamin W S. Lisa M S. Evaluation and Management of Adult Elbow
Dislocations in the Emergency Department. Review Article. Emergency Medicine.
2014.
21. Nema S.K., Behera G., Poduval M. Neglected Anterior Dislocation of the Elbow
Joint: Case Report of a Rare Injury. Malaysian Orthopaedic Journal. 2018.
22. Thomas D.K. Speed’s Procedure Used to Treat Chronic Elbow Dislocation. West
Indian Medical Journal. 2017.
23. Islam M. S., et al. Management of Neglected Elbow Dislocations in a Setting with
Low Clinical Resources. Clinical Article. 2012
37