UNIVERSITAS JAMBI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
DISUSUN OLEH
G1A219026
Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Raden Mattaher/ Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
PEMBIMBING
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sebab karena
rahmatNya, laporan kasus atau case report sesion yang berjudul “STROKE NON
HEMORAGIK” ini dapat terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat agar penulis dan
teman–teman sesama koass periode ini dapat memahami tentang gejala klinis yang
sering muncul ini. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu penyakit Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sungai bayung, suka jaya
Pekerjaan : IRT
MRS : 19 Oktober 2020
DAFTAR MASALAH
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung disangkal
- Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
- Riwayat kolesterol dan asam urat disangkal
2. Status Generalis
Kepala : Normocephal (+)
Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, ± 3 mm/
± 3 mm, refleks cahaya (+/+),
THT : Dalam batas normal
Mulut : Mulut mencong ke kiri(+), bibir sianosis (-), mukosa
kering (-), lidah deviasi ke kiri, lidah hiperemis (-), T1-T1, faring
hiperemis (-).
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Dada : Simetris ka=ki
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikula
Perkusi : Batas atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
Batas kiri : ICS V Linea Mid Clavicula sinistra
Batas kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, gallop (-), murmur (-)
Paru :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), fremitus
taktil sama kanan dan kiri
Perkusi : Fremitus vokal sama kiri dan kanan, Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), massa (-).
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-),
shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
Superior : Akral hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 dtk
Inferior : Akral hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 dtk
4. Status Neurologi
1. Kesadaran kualitatif : Komposmentis
2. Kesadaran kuantitatif (GCS) :15 (E4M6V5)
3. Kepala
a. Bentuk : Normocephal
b. Simetri : (+)
c. Pulsasi : (-)
4. Tanda Rangsang meningeal
a. Kaku kuduk :-
b. Brudzinsky 1 :-
c. Brudzinsky 2 :-
d. Brudzinsky 3 : -|-
e. Brudzinsky 4 : -|-
f. Laseque : -/-
g. Kernig : -/-
a. Nervus kranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Baik Baik
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil :
bentuk Bulat, isokor, 3 mm Bulat, isokor, 3 mm
reflex cahaya + +
reflex konvergensi + +
Melihat kembar - -
N IV (Trochlearis)
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah-dalam
Diplopia - -
N V (Trigeminus)
Motorik
Otot Masseter Normal Normal
Otot Temporal Normal Normal
Otot Pterygoideus Normal Normal
Sensorik
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
Mandibula Normal Normal
N VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata Normal Normal
(lateral)
Diplopia - -
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Gigi kiri tidak terlihat
Bersiul Normal Normal
senyum Plica nasolabial dextra Normal
mendatar
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N VIII (Vestibularis)
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test + +
Weber test Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach test Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
N IX (Glossofaringeus)
Sensasi lidah 1/3 blkg Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks muntah + +
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara Baik
Menelan Baik
Refleks muntah Baik
Nadi Normal
N XI (Assesorius)
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah Deviasi ke kiri
dijulurkan
Atropi papil -
Disartria -
Tremor -
b. Badan dan Anggota Gerak
1. Badan
Motorik Kanan Kiri
Respirasi Simetris Simetris
Duduk Normal Normal
Bentuk kolumna Normal Normal
Vertebralis
Sensibilitas
Taktil dalam batas normal
Nyeri dalam batas normal
Thermi tidak dilakukan
Refleks
Reflek kulit perut atas Tidak dilakukan
Reflek kulit perut tengah Tidak dilakukan
Reflek kulit perut bawah Tidak dilakukan
Reflek kremaster Tidak dilakukan
Sensibilitas
Taktil dalam batas normal dalam batas normal
Nyeri dalam batas normal dalam batas normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
Biseps + ++
Triseps + ++
Refleks Patologis
Hoffman-Tromner - -
Sensibilitas
Raba dalam batas normal dalam batas normal
Nyeri dalam batas normal dalam batas normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
Patella + ++
Achilles + ++
Refleks Patologis
Babinsky - -
Oppenheim - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Rosolimo - -
b. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
c. Alat Vegetatif
Miksi : Tidak ada kelainan
Defekasi : Tidak ada kelainan
e. Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan
Medikamentosa :
Po. Aspilet 1x80 mg
Po. Amlodipin 1x 5mg
Po. Mecobalamin 3x500 mg
Po. Lansoprazole 1x 30 mg
V. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian kedua terbesar di dunia dan penyebab paling
umum ketiga dari disability-adjusted life-years (DALYs).9
Pada tahun 2013, stroke iskemik menyumbang:
67% dari 10,3 juta stroke baru yang terjadi di seluruh dunia.
71% dari sekitar 25,7 juta orang yang selamat dari stroke.
51% dari 6,5 juta kematian akibat stroke.
58% dari 113 juta DALY karena stroke.
Organisasi Kesehatan Dunia telah meramalkan bahwa DALY yang hilang
akibat stroke akan meningkat dari 38 juta pada 1990 menjadi 61 juta pada 2020.
3.3 Etiologi
a. Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan tetapi dapat
juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.10
a) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis;
Fibralisi atrium;
Infark kordis akut;
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung
miksomatosus sistemik;
b) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis.
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-
sided circulation (emboli paradoksikal).Penyebab terjadinya emboli kardiogenik
adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan),
trombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung
kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh
infark miokard dan 85% di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.11
a. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior).Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya trombosis
adalah polisetemia, anemia sickle sel, displasia fibromuskular dari arteri serebral,
dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya
stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).11
Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis: 12
1. Serangan Iskemia Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND).
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam,
tapi tidak lebih dari seminggu.
3. Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap. Kasus completed stroke ini ialah hemiplegi
dimana sudah memperlihatkan sesisi yang sudah tidak ada progresi lagi. Dalam
hal ini, kesadaran tidak terganggu
4. Dislipidemia
Ketidakseimbangan lipid darah juga berperan dalam peningkatan
risiko terjadinya stroke walaupun tidak memainkan peranan yang penting.19
Ketidakseimbangan ini berupa penurunan maupun penaikan dari beberapa
profil lipid pada darah. Peningkatan kadar LDL dapat menyebabkan
terjadinya penimbunan kolesterol didalam sel sehingga terjadi pengerasan
pada endotel pembuluh darah, proses ini disebut aterosklerosis. Ini
dikarenakan fungsi LDL yang bersifat membawa kolesterol dari hati kedalam
sel. Sedangkan fungsi HDL yaitu membawa koleterol dari dalam sel menuju
hati, sehingga apabila terjadi penurunan pada kadar HDL maka akan
menyebabkan tertimbunnya kolesterol di dalam sel dan pada akhirnya akan
mendukung terjadinya pembentukan plak.5
Peningkatan kolesterol dapat dihubungkan dengan kejadian stroke
iskemik.Walaupun demikian, terdapat perbedaan patogenesis dari setiap
subtipe stroke iskemik. Peningkatan kolesterol total dihubungkan dengan
kejadian aterosklerosis pada arteri karotis dan kejadian infark serebral
dikarenakan penyakit pada arteri besar.
Namun menurut Elkind (2010) dalam penelitiannya, kadar kolesterol
non-HDL (LDL, VLDL, IDL) memang memiliki hubungan dengan risiko
terjadinya stroke iskemik. Sedangkan kadar HDL, trigliserida, dan
apolipoprotein tak memiliki hubungan dengan risiko terjadinya stroke
iskemik. Lain halnya dengan data yang didapatkan dari Honolulu Heart
Program dan NHLBI, data tersebut menunjukkan bahwa kadar HDL yang
rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke pada lelaki jepang.
Walaupun demikian, dari sebuah meta-analisis dari 23 studi pada wilayah
asia pasifik tidak menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya kadar
HDL dan risiko stroke.4
5. Pemberian antiplatelet
a. Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48
jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik
akut.
b. Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti intervensi akut pada
stroke seperti rtPA intravena.
c. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan
d. Pemberian aspirin dalam 24 jam setelah pemberian trombolitik tidak
direkomendasikan
e. Pemberian klopidogrel saja atau tambahan dengan aspirin tidak
dianjurkan kecuali bila terdapat angina pektoris tak stabil, non q-
wave MI, pengobatan harus dilanjutkan sampai 9 bulan.
3.8 Komplikasi
Komplikasi stroke:32
- Infeksi: Infeksi sering terjadi pada pasien stroke dan sering berhubungan
dengan keparahan klinis stroke. Imunosupresi pasca stroke mungkin
menyebabkan aktivasi asympathico-adrenal yang dapat dijumpai setelah
stroke yang berat dan berkontribusi menyebabkan infeksi pada pasien
stroke. Infeksi yang paling sering adalah ISK dan Pneumonia.
- Tromboemboli vena (Deep venous thromboembolism and pulmonary
embolism): frekuensi dan penyebab DVT dilaporkan terjadi pada 10-15%
pasien dan emboli pulmonal pada 3-4% pasien setelah stroke. Sejumlah
faktor yang meningkatkan resiko tromboemboli vena adalah imobilisasi,
dan juga komorbiditas yang meningkatkan resiko termasuk kondisi
neoplastik serta predisposisi genetik untuk tromboemboli vena.
- Komplikasi pada jantung: Komplikasi jantung adalah komplikasi yang
paling umum terjadi setelah stroke, seperti aritmia, dalam bentuk atrial
fibrilasi, penyakit jantung iskemik dan gagal jantung kongestif.
- Resiko jatuh: pasien dengan stroke beresiko tinggi untuk jatuh. Usia tua,
infeksi, gangguan kognitif, depresi, gangguan penglihatan, gangguan
keseimbangan, tungkai yang lemah, gangguan sensorik dapat meningkatkan
resiko jatuh.
- Lower urinary symptoms
- Konstipasi
- Delirium
- Depresi: hilangnya harapan, hilangnya kesenangan, kesulitan tidur dan
merasa bersalah akan kondisi dirinya dan selalu menyendiri.
3.9 Prognosis
Prognosis setelah terjadinya stroke tergantung kepada usia, etiologi stroke
itu sendiri, derajat keparahan deifisit neurologis dan tingkat ketergantungan, dan
beban komorbiditas. pada penelitian kohort yang dilakukan di US terdapat 10.000
pasien yang dirawat dengan stroke iskemik, memiliki tingkat mortalitas pada tahun
pertama dan tahun keempat secara berturut-turut sebesar 24,5% dan 41.3 %, dan
dengan tingkat kekambuhan sebesar 8.0 % dan 18.1 % secara berurutan.
Kematian yang lebih awal biasanya terjadi dikarenakan komplikasi
neurologis seperti edema serebri, dan peningkatan tekanan intrakranial atau
komplikasi medis dari ketergantungan dan imobilisasi. Mortalitas jangka panjang
biasanya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. 2/3 penderita stroke yang
bertahan mempunyai disabilitas kronik. Sebagai tambahan, pasien dengan stroke
meningkatkan risiko untuk terjadinya infark miokard, trombosis vena dalam,
infeksi traktus urinarius, fraktur pinggang, pneumonia. Komplikasi umum pada
stroke dalam jangka waktu yang lebih panjang adalah gangguan kognitif dan
demensia, depresi dan sindroma nyeri kronik.33
BAB IV
ANALISA KASUS
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diperkirakan topis pada pasien
ini di hemisfer serebri dextra. Dapat terkena dilobus frontal/parietal/pons/medula
oblongata karena adanya hemiparesis yang dapat berasal dari lobus frontal/parietal
serta gangguan nervus VII dan XII yang dapat berasal dari batang otak. Sehingga
arteri yang diduga mengalami iskemik dapat berupa cabang sirkulasi anterior : a.
Serebri anterior/ media atau cabang sirkulasi posterior : a.pons/arteri yang
memperdarahi medula oblongata. Namun diagnosis lebih megarah pada hemisfer
cerebri dextra dan untuk membedakan lokasi lesi dan jenis stroke secara pasti harus
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT scan kepala, dimana CT scan
merupakan gold standar dari penegakan diagnosa stroke..
KESIMPULAN
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut karena gangguan sirkulasi darah
serebral yang dapat terjadi beberapa detik sampai beberapa jam sehingga
menimbulkan gejala defisit neurologi fokal atau global sesuai daerah yang terkena.
Pada kasus ini stroke yang terjadi adalah stroke non hemoragik. Stroke non
hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh menurunnya/ tidak adanya aliran
darah ke otak akibat obstruksi pada pembuluh darah pada suatu area otak sehingga
area tersebut terjadi penurunan reperfusi dan menyebabkan suatu infark. Stroke non
hemoragil dapat terjadi karena trombus atau emboli.