Anda di halaman 1dari 30

Oleh :

Didit Chandra Halim


208.121.0041

Diskusi Kasus

SINUSITIS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASI
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2015
 Sinus paranasalis adalah sinus (rongga) pada tulang yg
berada sekitar nasal.
 Rongga2 pd tengkorak ini berhubungan dgn hidung dan
secara terus menerus menghasilkan lendir yg dialirkan ke
hidung.
 Sinus paranasalis ini mempunyai fungsi :

1. Pengatur kondisi udara (air conditioning)


2. Penahan suhu (thermal insulators)
3. Membantu keseimbangan kepala
4. Membantu resonansi udara
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
6. Membantu produksi mukus
sinusitis
 Definisi: Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang
terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun
jamur. Sinusitis bisa bersifat akut ( ≤ 3 minggu) & kronis
(berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut
sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun)

 Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus


paranasal (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).
 paling sering terkena sinus etmoid,maksila.
 bahaya menyebabkan komplikasi ke orbita dan
intracranial
 Secara klinis sinusitis dibagi atas2 :
1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.
2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa
bulan.
3. Sinusitis kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.
 berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi atas2 :
 Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala
sesuatu yangmenyebabkan sumbatan pada hidung dapat
menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan
septum deviasi.
 Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering
menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre
molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus
pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans,
Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis.
etiologi
 Obstruksi ostia sinus
 rinitis alergika
 Barotrauma Non infeksius
 iritan kimia

 Virus
 Bakteri
infeksius
 Jamur
 odontogenik
Patofisiologi

Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor


yaitu:
• obstruksi drainase sinus (sinus ostia)
• kerusakan pada silia,
• kuantitas dan kualitas mukosa.
Kriteria diagnosis

 Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu


kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien
dengan gejala lebih dari 7 hari
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan transluminasi.
 Pencitraan
 Kultur
 Rontgen gigi
penatalaksanaan

 Tujuanutama penatalaksanaan sinusitis adalah:


 1. Mempercepat penyembuhan
 2. Mencegah komplikasi
 3. Mencegah perubahan menjadi kronik.
Sinusitis akut
 Dekongestan untuk mengurangi
penyumbatan.
 Antibiotik untuk mengendalikan infeksi
bakteri (terapi awal umumnya dengan
amoksisilin atau kotrimoksazol).
 Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa
nyeri. Dekongestan dalam bentuk tetes
hidung atau obat semprot hidung hanya boleh
dipakai selama waktu yang terbatas
 Sinusitis kronik
 Antibiotik dan dekongestan. Untuk mengurangi
peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung
yang mengandung steroid. Jika penyakitnya berat, bisa
diberikan steroid per-oral (melalui mulut). Hal-hal
berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman:
 Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut,
maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis
kronik adalah pembedahan.
Keluhan utama
 Hidung tersumbat dan gatal.
RPS
 3,5 bulan pasien mengeluh hidung kanan berbau. Makin
lama makin memberat hingga mengganggu
aktivitas.Mampet (+) pada hidung kanan, ingus kuning
kental.nyeri pada pipi kanan (+) nyeri pangkal hidung (-)
nyeri dahi (-). Keluhan bersifat terus menerus dan tidak
dipengaruhi oleh aktivitas maupun perubahan cuaca. Ingus
dari hidung kanan, warna kuning, kental berbau.Pasien
mengaku sulit mengeluarkan ingusnya. Mimisan (-).
Keluhan lendir mengalir di tenggorok (+).Batuk (+).Kira-
kira 3 minggu yang lalu pasien sudah berobat tetapi belum
membaik.
RPD
 Riwayat sakit gigi : (+)
 Riwayat alergi dingin : disangkal
 Riwayat alergi obat : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
RIWAYAT KELUARGA

 Riwayat sakit serupa : (+) ibu pasien


 Riwayat asma : (+) ibu pasien
 Riwayat alergi makanan : disangkal
 Status Generalis
a. keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
b. Vital sign
1) Tensi : 130/80 mmHg
2) Respirasi rate : 22x/menit
3) Nadi : 88x/ menit
4) Suhu : 36.80C
c. Kepala : dalam batas normal
d. Mata : dalam batas normal
e. Kepala : dalam batas normal
f. Hidung : lihat status lokalis
g. Mulut : gigi molar 1 kanan atas sisa akar
h. Leher : dalam batas normal
i. Thorax posterior : dalam batas normal
j. Thorax anterior : dalam batas normal
k. Abdomen : dalam batas normal
l. Ekstermitas superior : dalam batas normal
m. Ekstermitas inferior : dalam batas normal
Status lokalis
 Tampak mukosa hidung kanan basah dengan secret
mukoid, concha inferior kanan hipertrofi, terdapat
aliran discharge dari meatus media.
Diagnosis kerja
 Sinusitis kronis ec dentogen
TERAPI RSUD DR. MOEWARDI
POLIKLINIK THT
DOKTER:Dr. Didit
R/ Oxymethazoline HCl 0.25% nasal drops No. I
∫ 2 dd gtt nasales II

R/ Levofloxacine tab mg 500 No. VII


∫ 1 dd tab I
Pro: Tn. Z (35 tahun)
Oxymethazoline HCl 0.25% Nasal Drops

 Setiap 1 ml mengandung 0.5 mg Oksimetazolin


HCl.
 mempunyai fungsi sebagai agonis reseptor α-
adrenergik yang bisa menyebabkan vasokonstriksi
pada jaringan hidung
 Oksimetazolin merupakan dekongestan dengan
durasi kerja lama (12 jam).
 Indikasinya untuk hidung mampet pada influenza,
sinusitis, dan rhinitis.
 Levofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang
murni dari campuran rasemat ofloksasin. Levofloksasin
memiliki spektrum antibakteri yang luas.
Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan
negatif, termasuk bakteri anaerob. Selain itu,
levofloksasin juga memperlihatkan aktivitas antibakteri
terhadap Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma
pneumonia. Levofloksasin seringkali bersifat
bakterisidal .
 Mekanisme kerja dari Levofloxacin adalah melalui
penghambatan topoisomerase type II DNA gyrase,
yang menghasilkan penghambatan replikasi dan
transkripsi DNA bakteri.
 Levofloxacin didistribusikan ke seluruh tubuh dalam
konsentrasi yang tinggi dan berpenetrasi ke dalam
jaringan paru-paru dengan baik. Konsentrasi dalam
jaringan paru-paru biasanya lebih tinggi 2-5 kali dari
konsentrasi dalam plasma, dan berkisar antara 2,4
sampai 11,3 µg/g selama 24 jam setelah pemberian
tunggal dosis oral 500 mg.
Prognosis
 Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar
40 % akan sembuh secara spontan tanpa pemberian
antibiotik.
 prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan
pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil
yang baik.
TERIMA KASIH
 Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot
hidung hanya boleh dipakai selama waktu yang terbatas
(karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan
penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).
Untuk mengurangi Penyumbatan, pembengkakan dan
peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang
mengandung steroid.5
 Terapi awal:
 Amoxicillin 875 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari,
atau
ii. Pasien dengan paparan antibiotik dalam 30 hari terakhir
 Amoxicillin 1000 mg per oral 2 kali sehari selama 10
hari, atau
 Amoxicillin/Clavulanate 875 mg per oral 2 kali sehari
selama 10 hari,atau
 Levofloxacin 500 mg per oral sekali sehari selama 7 hari.
 Pasien dengan gagal pengobatan
 Amoxicillin 1500mg dengan klavulanat 125 mg
per oral 2 kali sehari selama10 hari, atau
Amoxicillin 1500mg per oral 2 kali sehari
dengan Clindamycin 300 mg per oral 4 kali
sehari selama 10 hari, atau
 Levofloxacin 500 mg per oral sekali sehari
selama 7 hari.
 Aman dikonsumsi anak usia 6 tahun ke atas dan orang
dewasa.
 Mengandung Oxymetazoline yang bekerja lewat 3
mekanisme berupa vasokonstriksi, anti-inflamasi, dan
antiviral. Kelebihan 3 unsur di atas adalah memiliki tingkat
toleransi yang lebih aman dan baik.
 Proses vasokonstriksi yang dapat mengurangi
pembengkakan mukosa hidung, memudahkan pernafasan,
pengeluaran sekret sekaligus kuman mikroba.
 Proses anti-inflamasi yang dapat menghambat jalur pro-
inflamasi, menekan oxidative stress.
 Proses anti-viral menghambat aktivitas HRV-14, men-
downregulation reseptor virus ICAM-1, dan melawan
virus penyebab rhinitis, sinusitis

Anda mungkin juga menyukai