Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH SWAMEDIKASI

HIDUNG TERSUMBAT

Dosen Pengampu :

Dr. apt. Titik Sunarni, M. Si

Disusun Oleh :

Kelas A

Devyana Priwita Kurniasari 2120414596

Dewi Lestari 2120414597

PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
melakukan perawatan sendiri dalam menangani penyakit tanpa berkonsultasi dengan
dokter (Izzatin, 2015). Swamedikasi merupakan bagian dari self-care yang
didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu untuk
mengobati penyakit atau gejala yang sudah dikenali, meliputi penggunaan obat-obatan
tanpa resep atau Over The Counter (OTC) dan pengobatan alternatif seperti produk
herbal, suplemen makanan, dan produk tradisional (Astri, 2007). Swamedikasi
dilakukan untuk mengurangi atau mengobati keluhan-keluhan penyakit ringan seperti
demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit
(BPOM RI, 2014).
Ada beberapa pengetahuan minimal terkait swamedikasi yang sebaiknya
dipahami masyarakat, pengetahuan tersebut antara lain tentang mengenali gejala
penyakit, memilih produk sesuai dengan indikasi dari penyakit, mengikuti petunjuk
yang tertera pada etiket brosur, memantau hasil terapi dan kemungkinan efek samping
yang ada (Depkes RI, 2008). Untuk melakukan swamedikasi secara aman, rasional,
efekif dan terjangkau masyarakat perlu menambah pengetahuan dan melatih
keterampilan dalam praktik swamedikasi. Masyarakat mutlak memerlukan informasi
yang jelas dan terpercaya agar penentuan kebutuhan jenis atau jumlah obat dapat
diambil berdasarkan alasan yang rasional (Suryawati, 1997). Penggunaan obat yang
rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang tepat dengan keadaan kliniknya,
dalam dosis yang sesuai dengan keadaan individunya, pada waktu yang tepat dan
dengan harga terjangkau. Terapi rasional meliputi kriteria tepat indikasi, tepat obat,
tepat dosis, tepat pasien dan waspada efek samping (Tjay dan Rahardja, 1993). Pada
dasarnya, bila dilakukan secara rasional, swamedikasi memberikan keuntungan besar
bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional (Depkes RI, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan penyakit hidung tersumbat?
2. Bagaimana patofisiologi penyakit hidung tersumbat?
3. Bagaimana terapi penatalaksanaan penyakit hidung tersumbat?
4. Bagaimana penyelesaian studi kasus swamedikasi penyakit hidung tersumbat
berdasarkan metode SBAR?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tinjauan penyakit hidung tersumbat.
2. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit hidung tersumbat.
3. Untuk mengetahui terapi penatalaksanaan penyakit hidung tersumbat.
4. Untuk mengetahui penyelesaian studi kasus swamedikasi penyakit hidung
tersumbat berdasarkan metode SBAR.

D. Manfaat Makalah
Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai swamedikasi
hidung tersumbat secara aman, rasional, dan efekif terhadap masyarakat umum,
mahasiswa/pelajar dan orang-orang yang membutuhkannya berdasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB II
ISI

A. Anatomi Hidung
Hidung luar berbentuk pyramid yang terdiri dari pangkal hidung, batang
hidung, puncak hidung, ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior).
Rongga hidung atau kavum nasi dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya.
Tiap kavum nasi memiliki 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior. Dinding medial ialah septum nasi, sedangkan pada dinding lateral terdapat
empat buah konka, konka yang terbesar adalah konka inferior, kemudian konka
media, konka superior dan yang terkecil adalah konka suprema yang bersifat
rudimenter. Diantara konka-konka dan dinding lateral terdapat meatus, yaitu rongga
sempit yang terbagi atas meatus inferior, medius dan superior. Pada kejadian hidung
tersumbat dapat terjadi pembengkakan mukosa yang terdapat pada lapisan luar
septum nasi dan pada kompleks osteomeatal yang merupakan celah pada dinding
lateral, jika sumbatan pada daerah ini berlangsung lama maka dapat mengakibatkan
sunisitis kronik (Iskandar et al., 2007).

B. Tinjauan Hidung Tersumbat


Hidung tersumbat merupakan gejala yang sangat umum dan pasti pernah
dirasakan oleh semua orang. Hidung tersumbat dapat terjadi hanya pada suatu lubang
hidung atau keduanya, dapat bersifat sementara atau permanen, dapat pula terjadi
karena berbagai hal, seperti kelainan anatomi atau pembengkakan mukosa (Krouse et
al., 2010). Gejala hidung tersumbat dapat dikarenakan folikulitis dan eczema pada
nasal vestibule, nasal furunculosis, rhinitis akut dan sinusitis, rhinitis alergi, rhinitis
vasomotor, sluder neuralgia, trauma, fraktur, serta dikarenakan adanya benda asing
didalam hidung (Lipan dan Most, 2013).

C. Patofisiologi Hidung Tersumbat


Hidung tersumbat dapat disebabkan oleh berbagai hal, yang pertama karena
adanya inflamasi mukosa yang berpengaruh pada vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatkan aliran darah serta meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga
memicu pembengkakan pada sinusoid serta mengakibatkan oedem pada turbinate
anterior dan inferior kemudian terjadilah hambatan dalam pengaliran udara di hidung.
Hal ini terjadi pada penyakit rhinitis alergi dan rhinosinusitis (Neclerio et al., 2010).
Selanjutnya, kelainan otonomi yang mempengaruhi perubahan struktur dari rongga
hidung, contohnya adalah deviasi septum, atresia choana, conchabullosa, dan
neoplasia juga dapat mengakibatkan gejala hidung tersumbat (Farmer, 2006).
Patofisiologi terakhir adalah karena adanya mekanisme neurogenik seperti pelepasan
mediator dan neurotransmitter yang berkontribusi pada terjadinya kejadian hidung
tersumbat (Baraniuk, 2009).
Hidung tersumbat terjadi karena lapisan saluran pada hidung mengalami
pembengkakan akibat iritasi dan peradangan. Iritasi atau peradangan pada saluran
hidung dapat muncul karena adanya kondisi tertentu, seperti :
1. Alergi
2. Flu
3. Polip hidung
4. Rhinitis
5. Infeksi sinus
6. Asma
Faktor resiko lain yang dapat memicu munculnya gejala hidung tersumbat,
yaitu :
1. Obat-obatan, seperti obat hipertensi
2. Udara yang kering
3. Pembengkakan kelenjar adenoid
4. Terdapat benda asing dalam hidung
5. Stress
6. Merokok
7. Penyakit tiroid

D. Penatalaksanaan Terapi Hidung Tersumbat


1. Terapi Farmakologi
Cukup banyak jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala hidung
tersumbat, diantaranya adalah dekongestan oral dan nasal, antihistamin serta
analgetik dan antipiretik .
a. Obat dekongestan
Dekongestan merupakan pilihan terapi untuk hidung tersumbat.
Dekongestan adalah agonis adrenergik (simpatomimetik) yang bekerja dengan
menyempitkan pembuluh darah yang melebar di mukosa hidung. Selaput
hidung secara efektif menyusut, sehingga drainase lendir dan sirkulasi udara
menjadi lebih baik dan perasaan sesak hidung menjadi lega. Obat-obatan ini
dapat diberikan secara oral atau dioleskan. Tablet dan sirup tersedia, begitu
pula semprotan dan tetes hidung (Berardi, 2004). Penggunaan decongestan
topikal harus dibatasi tidak lebih dari 3 sampai 5 hari untuk menghindari
rhinitis medicamentosa. Efek samping yang ditimbulkan dekongestan seperti
takikardi (frekuensi denyut janting berlebihan, aritmia (penyimpangan irama
jantung), peningkatan tekanan darah atau stimulasi susunan saraf pusat. Obat
dekongestan merupakan kontraindikasi bagi penyakit glaucoma, tekanan darah
tinggi, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit kelenjar tiroid (Depkes RI,
2007).
1) Dekongestan Oral
a) Efedrin
- Dewasa : 25-50 mg, 3-4 kali sehari (maksimal 150 mg/hari)
- Anak : sehari 3mg/kgBB, dibagi dalam 4-6 dosis yang sama
- Kategori kehamilan : C
b) Pseudoefedrin
- Dewasa : 30-60 mg, setiap 4-6 jam sehari (maksimum 240
mg/hari)
- Anak (2-5 tahun) : 15 mg, setiap 4-6 jam sehari (maksimum 60
mg/hari)
- Anak (6-12 tahun) : 30 mg, setiap 4-6 jam sehari (maksimum 120
mg/hari)
- Kategori Kehamilan : C
2) Nasal Spray atau drops
Dapat digunakan jika secara oral tidak efektif. Nasal spray hanya dapat
digunakan bagi orang dewasa dan anak lebih dari 6 tahun. Nasal drops
lebih disukai untuk anak dibawah 6 tahun karena lebih mudah. Nasal
drops dan spray tidak boleh digunakan lebih dari 7 hari.
a) Efedrin
- Dewasa: 2-3 sprays setiap lubang hidung, setiap 4 jam
- Anak (6-12 tahun): 1-2 sprays setiap lubang hidung, setiap 4 jam
b) Oksimetazolin (tetes hidung)
Kegunaan obat ini untuk mengurangi sekret hidung yang menyumbat.
- Dewasa dan anak diatas 6 tahun : 2-3 tetes/semprot oksimetazolin
0,05% setiap lubang hidung.
- Anak : 2-5 tahun : 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap
lubang hidung.
- Obat digunakan pada pagi dan menjelang tidur malam, tidak boleh
lebih dari 2 kali dalam 24 jam (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian, 2006).

Kontra Indikasi, obat tidak boleh digunakan pada:


c) Anak berumur di bawah 6 tahun, karena efek samping yang timbul
lebih parah.
d) Ibu hamil muda
Hal yang harus diperhatikan (Depkes RI, 2007) :

- Hindari dosis melebihi yang dianjurkan


- Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung, dosis tepat dan masuknyake
lubang hidung harus tepat, jangan mengalir keluar atau tertahan.
- Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari.
- Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat
mengencerkan obat yang tertelan.
- Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai

b. Obat antihistamin
Obat antihistamin dimaksudkan untuk menghilangkan atau
menguranngi gejala yang diakibatkan oleh sekresi kelenjar lendir yang
berlebihan, yang menyebabkan hidung tersumbat oleh cairan lendir dan mata
terasa gatal. Antihistamin menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus, dan bermacam-macam otot polos. Selain itu Antihistamin bermanfaat
untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
pelepasan histamin endogen berlebihan. Efek samping dari obat ini ialah
mengantuk, dan penggunaannya merupakan kontraindikasi bagi penderita
penyakit glaucoma, asma, dan emfisema, wanita yang sedang menyusui (Tjay
& Rahardja, 2002)
Mekanisme kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan
dengan H1 tanpa mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan
kerja histamin. Antihistamin lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum
diperkirakan terjadinya paparan pada allergen (Puspitasari, 2010).
1) Cetirizin
- Aturan Pakai : 1x10mg perhari (pada tanda dan gejala pertama boleh
diminum 2 tablet)
- Kategori Kehamilan : B
2) Brompheniramine
- Dewasa : 1-2 tablet setiap 12 jam (maksimum 4 tablet/hari)
- Anak :
1.2 tahun : 1,25 ml setiap 12 jam (maksimum 2,5 ml/hari)
2.6 tahun : 2,5 ml setiap 12 jam (maksimum 5ml/hari)
6.12 tahun : 1 tablet setiap 12 jam (maksimum 2 tablet/hari)
- Kategori kehamilan: C
3) Chlorpheniramine
- Dewasa: 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg/hari)
sustained release 8-12 mg setiap 8-12 jam (maksimal 24 mg/hari)
- Anak
6.12 tahun: 1 mg setiap 4-6 jam (maksimal 6 mg/hari)
6-12 tahun: 2 mg setiap 4-6 jam (maksimal 12 mg/hari)
- Kategori Kehamilan: C
Hal yang harus diperhatikan saat menggunakan obat ini antara lain (Depkes
RI, 2007) :
1) Hindari dosis melebihi yang dianjurkan.
2) Hindari penggunaan bersama minuman beralkohol atau obat tidur.
3) Hati-hati pada penderita glaukoma dan hipertropi prostat atau minta saran
dokter.
4) Jangan minum obat ini bila akan mengemudikan kendaraan dan
menjalankan mesin.

c. Antipiretik dan Analgesik


Obat-obatan efektif untuk nyeri atau demam yang berhubungan dengan
pilek. Pada pilek jarang terjadi demam diatas 37,8˚C. Obat tanpa resep seperti
aspirin, asetaminofen, ibuprofen, naprofen, atau ketoprofen merupakan obat
yang efektif untuk mengurangi demam (Berardi, 2004). Dosis yang dapat
diberikan untuk anak 2 – 6 tahun adalah 1 – 2 sendok teh atau 120 – 250 mg
dan untuk anak 6–12 tahun di minum setiap 4 atau 6 jam. Dengan efek
samping kerusakan hati (jika digunakan jangka lama dan penggunaan dalam
dosis besar), selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung (Depkes RI,
2007).

2. Terapi Non Farmakologi


Pasien yang menderita hidung tersumbat harus istirahat yang cukup untuk
menjaga daya tahan tubuh karena faktor reskio dari hidung tersumbat adalah
penurunan daya tahan tubuh, tidak boleh beraktivitas yang terlalu berat, makan
secara teratur, meningkatkan gizi makanan dengan protein dan kalori yang tinggi,
minum air yang banyak dan makan buah segar yang banyak mengandung vitamin
serta menghindari faktor-faktor pemicu terjadinya hidung tersumbat.
Untuk anak terapi tanpa obat mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat
cukup, makan bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung,
meningkatkan kelembaban udara atau penguapan hangat, larutan garam, dan
larutan nasal. Larutan garam dapat membantu membran mukosa mengeluarkan
mukus. Makan dan minum bernutrisi seperti teh dengan lemon dan madu, sop
ayam, dan air daging hangat membantu meredakan hidung tersumbat. Terapi
tanpa obat untuk anak harus hati-hati. Jika menggunakan semprotan, anak harus
posisi tegak untuk melancarkan aliran hidung, menjaga asupan cairan,
meningkatkan kelembaban udara, dan mengairi hidung dengan tetes garam
(Berardi, 2004).

E. Studi Kasus Berdasarkan Metode SBAR


Kasus 1
Seorang pasien datang ke apotek untuk membeli obat dengan mengeluh hidung
tersumbat disertai demam dan sudah berjalan selama dua hari.
Metode SBAR
 Situation (S)
1. Identitas
- Nama pasien : An. Dewi
- Umur : 23 th
- BB : 47 Kg
2. Keluhan
- Hidung tersumbat
- Demam
 Background (B)
1. Merasakan keluhan sudah 3 hari
2. Seorang mahasiswa dengan stressor yang tinggi karena dikejar deadline setiap
minggu.
3. Belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, mulai merasakan
keluhan semenjak beberapa hari begadang dan kehujanan.
4. Sebelumnya belum minum, hanya menghirup minyak kayu putih tetapi belum
kunjung sembuh
5. Tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan
 Assesment (A)
Dari gejala yang dialami pasien yakni hidung tersumbat disertai demam.
Keseharian pasien sebagai seorang mahasiswa dengan stressor tinggi yang selalu
begadang karena dikejar deadline setiap minggu dan beberapa hari kehujanan.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami kelelahan sehingga muncul
keluhan hidung tersumbat disertai demam.
 Recommended (R)
- Diberikan Vicks inhaler untuk mengatasi hidung tersumbat
- Diberikan Demacolin tablet untuk meringankan gejala flu seperti demam,
sakit kepala hidung tersumbat.
- Memberikan KIE tetang cara penggunaan inhaler dan aturan minum obat
agar memberikan hasil yang maksimal
- Memberikan konseling kepada pasien untuk istirahat yang cukup, makan
bergizi, minum air putih yang banyak dan rajin olahraga
- Memberikan informasi kepada pasien jika tidak mengalami perubahan
setelah 3 hari pengobatan, maka harap segera melakukan pemeriksaan ke
dokter.
 Penjelasan Obat
Vicks inhaler
- Komposisi : Menthol 197 mg, camphor 197 mg, metil salisilat, fir needle oil
siberian.
- Indikasi : untuk mengatasi hidung tersumbat akibat pilek, demam, atau
infeksi pada saluran pernapasan bagian atas.
- Dosis : sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter.
- Cara penggunaan : Gunakan dalam posisi tegak dan hirup dalam-dalam
melalui tiap lubang hidung.
- Efek samping : Rasa panas terbakar sementara dan sensasi menyengat.
- Kontraindikasi : hipersensitifitas.
- Perhatian : untuk dihirup, tidak ditelan.
- Kemasan : 1 tube @ 0.5 mL.
- Harga : Rp 13.400

Demacolin tablet

- Komposisi : Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrine HCl 7.5 mg,


Chlorpheniramine Maleate 2 mg.
- Indikasi : Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan bersin-bersin.
- Dosis : Dewasa : 1 tablet 3 kali per hari. Anak 6-12 tahun : 1/2 tablet 3 kali
sehari.
- Cara penggunaan : ditelan utuh diminum sesudah makan.
- Efek samping : mengantuk.
- Kontraindikasi : Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap salah satu
komposisi dari Demacolin. Pasien yang memiliki riwayat penurunan fungsi
hati.
- Perhatian : Gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat,
hipertiroid, gangguan jantung, diabetes melitus, tidak dianjurkan untuk anak
dibawah 2 tahun, wanita hamil dan menyusui.
- Kemasan : Strip @ 10 Tablet
- Harga : Rp  4.600

DIALOG
Keterangan :
1. Apoteker : Apt. Devyana Priwita Kurniasari, S. Farm
2. Pasien : Dewi Lestari

Pada Pagi hari di sebuah Apotek X di kota Solo.


Apoteker : Selamat pagi, selamat datang di Apotek kami. ada yang bisa saya
bantu?.
Pasien : Selamat pagi mbak, maaf saya mau nyari obat buat hidung tersumbat.
Beberapa hari ini hidung saya tersumbat mbak.
Apoteker : Maaf sebelumya ini dengan ibu siapa?.
Pasien : Nama saya Dewi mbak.
Apoteker : Baik, ibu Dewi. Nama saya Devyana, saya adalah apoteker di
apotek ini. Sekarang apa ibu Dewi bisa menceritakan lagi keluhan apa
sajakah yang dirasakan oleh ibu Dewi? Dan sudah berapa lama
merasakan keluhan tersebut?.
Pasien : Selain hidung saya tersumbat, badan saya panas sudah tiga hari ini.
Apoteker : Baik mbak, apakah sebelumnya mbak sudah minum obat untuk
mengobati keluhan tersebut?.
Pasien : Belum mbak, saya hanya menghirup minyak kayu putih tetapi belum
ada perubahan.
Apoteker : Maaf ibu, jika saya boleh tau aktivitas ibu dewi setiap hari
aktivitas ibu Dewi setiap harinya bagaimana ya?.
Pasien : Saya setiap harinya saya kuliah mbak, semingguan ini saya sering
begadang ngerjain tugas dan saya sempat kehujanan.
Apoteker : Baik ibu, keluhan yang ibu rasakan kemungkinan karena aktivitas ibu
Dewi akhir-akhir ini. Ini saya berikan 2 macam obat ya ibu. Obat
yang pertama namanya Vicks Inhaler. Ini digunakan untuk mengatasi
hidung tersumbat. Cara menggunakannya dengan posisi tegak hirup
dalam-dalam melalui tiap lubang hidung. Untuk obat yang kedua
namanya Demacolin tablet. Ini digunakan untuk menurunkan panas
dan hidung tersumbat. Cara menggunakan obat ini diminum 3 x
sehari sesudah makan. Setelah meminum obat ini jangan berkendara
dulu ya ibu karena efek samping obat ini mengantuk. Apabila
seminggu nggak ada perubahan ibu Dewi saya minta untuk
melekukan pemeriksaan ke dokter.
Pasien : Baik mbak, saya mengambil obat Vicks inhaler 1 dan, demacolin 10
tablet.
Apoteker : Baik ibu, jika ibu Dewi sudah paham bolehkah ibu
mengulangi cara penggunaan obat yang sudah saya jelaskan tadi?.
Pasien : Baik mbak, untuk pemakainnya obat yang pertama yaitu Vicks
inhaler digunakan dengan posisi tegak hirup dalam-dalam melalui tiap
lubang hidung. Untuk obat yang kedua namanya Demacolin tablet
diminum tiga kali sehari sesudah makan. Dan setelah minum obat
tidak boleh berkendara dulu karena efek sampingya mengantuk. Jika
seminggu tidak ada peruban saya harus memeriksakan ke dokter.
Apoteker : Baik ibu, saya rasa ibu sudah paham. Oh iya ibu satu lagi pesan saya
jaga kesehatan, jangan sering begadang dan jangan banyak pikiran.
Semangat ibu, nikmati semua prosesnya.
Pasien : Baik mbak.
Apoteker : Ini mbak obatnya, untuk pembayarannya di kasir ya ibu.
Terimakasih sudah datang di apotek kami. Jangan lupa berdoa
semoga lekas sembuh ya ibu.
Pasien : Baik mbak, terimakasih banyak atas nasihat dan doanya.
Kasus 2
Seorang wanita datang ke apotek. Dia bertanya kepada apoteker obat apa yang bisa
direkomendasikan untuk keluhan yang dialami. Akhir-akhir ini matanya sedikit gatal
dan sedikit berair. Hidung berair dan tersumbat serta sering bersin selama beberapa
hari. Dia seorang mahasiswa di perguruan tinggi yang akan ujian minggu depan.
Beberapa hari ini kegiatan pasien membersihkan gudang. Dia belum minum obat apa
pun untuk mengatasi keluhan tersebut.
Metode SBAR
 Situation (S)
1. Identitas
- Nama pasien : Devy
- Umur : 23 th
- BB : 47 Kg
2. Keluhan
- Hidung tersumbat dan berair
- Matanya sedikit gatal
- Bersin selama beberapa hari
 Background (B)
1. Merasakan keluhan sudah 3 hari.
2. Seorang mahasiswa di perguruan tinggi yang akan ujian minggu depan.
3. Belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, mulai merasakan
keluhan semenjak beberapa hari ini.
4. Beberapa hari ini kegiatanya membersihkan gudang.
5. Sebelumnya belum pernah minum obat.
6. Tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
 Assesment (A)
Dari gejala yang dialami pasien yakni hidung tersumbat dan berair, matanya
sedikit gatal, sering bersin selama beberapa hari. Akhir-akhir ini kegiatan pasien
membersihkan gudang. Pasien seorang mahasiswa yang akan menghadapi ujian.
Hal ini bisa disebabkan pasien alergi debu sehingga mengalami gejala tersebut
yang merupakan gejala dari rhinitis alergi.
 Recommended (R)
1. Diberikan cetirizin tablet.
2. Memberikan KIE tetang cara penggunaan obat.
3. Memberikan konseling kepada pasien untuk istirahat yang cukup dan
menghindari faktor-faktor yang menyebabkan alergi tersebut, misalnya debu.
4. Memberikan informasi kepada pasien jika tidak mengalami perubahan
setelah 3 hari pengobatan, maka harap segera melakukan pemeriksaan ke
dokter.
 Penjelasan Obat (Cetirizine) :

- Komposisi : Cetirizin 10 mg
- Indikasi : untuk mengatasi hidung tersumbat dan berair, untuk mengatasi
alergi misalnya alergi makanan atau rhinitis alergi. Bekerja dengan cara
menghalangi kerja senyawa histamin yang diproduksi oleh tubuh ketika
terpapar oleh alergen. Hal ini karena senyawa histamin merupakan
penyebab munculnya reaksi alergi. Cetirizine termasuk dalam golongan
obat antialergi (antihistamin) yang tidak menyebabkan rasa kantuk
- Cara penggunaan : minum sehari sekali sesudah makan.
- Efek samping : mulut kering, mual muntah.
- Harga : Rp 5.000

DIALOG
Keterangan :
1. Apoteker : Apt. Dewi Lestari, S. Farm
2. Pasien : Devy
Pada siang hari di sebuah apotek X di kota Solo.
Apoteker : Selamat siang, selamat datang di Apotek kami. Ada yang bisa saya
bantu?.
Pasien : Selamat siang mbak, hidung saya beberapa hari ini tersumbat. Kira-
kira obatnya apa ya mbak?.
Apoteker : Maaf sebelumya ini dengan ibu siapa?.
Pasien : Nama saya Devy mbak, rekomendasikan obat yang bagus ya mbak
soalnya minggu depan saya mau ujian.
Apoteker : Baik, ibu Devy. Nama saya Dewi, saya adalah apoteker di apotek ini.
Sekarang apa ibu Devy bisa menceritakan lagi keluhan apa sajakah
yang dirasakan oleh ibu Devy? Dan sudah berapa lama merasakan
keluhan tersebut?.
Pasien : Selain hidung saya tersumbat, hidung saya berair dan sering bersin.
Mata saya gatal mbak.
Apoteker : Baik ibu, apakah sebelumnya ibu sudah minum obat untuk mengobati
keluhan tersebut?.
Pasien : Belum mbak.
Apoteker : Maaf ibu, jika saya boleh tau aktivitas ibu Devy setiap hari aktivitas
ibu Devy setiap harinya bagaimana ya?.
Pasien : Saya seorang mahasiswa mbak, 6 hari ini saya membersihkan
gudang karena sudah lama tidak dibersihkan.
Apoteker : Apakah ibu Devy mempunyai alergi obat dan makanan?.
Pasien : Tidak mbak.
Apoteker : Baik ibu, keluhan yang ibu rasakan kemungkinan ibu Devy alergi
debu karena aktivitas ibu Devy akhir-akhir ini membersihkan gudang.
Mengingat bahwa ibu Devy seorang mahasiswa dan minggu depan
akan ujian ini saya berikan obat namanya Cetirizin. Obat ini diminum
1x dalam sehari 1 tablet sesudah makan. Obat ini digunakan untuk
mengatasi alergi dan obat ini tidak menyebabkan rasa
mengantuk.Apabila seminggu nggak ada perubahan ibu Devy saya
minta untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.
Pasien : Baik mbak, saya mengambil obat cetirizin 10 tablet.
Apoteker : Baik ibu, jika ibu Devy sudah paham bolehkah ibu mengulangi cara
penggunaan obat yang sudah saya jelaskan tadi?.
Pasien : Baik mbak, ini nama obatnya cetirizin diminum 1 x sehari satu tablet
sesudah makan. Jika seminggu tidak ada peruban saya harus
memeriksakan ke dokter.
Apoteker : Baik ibu, saya rasa ibu sudah paham. Oh iya ibu satu lagi pesan saya
hindari faktor penyebab alergi ya.
Pasien : Baik mbak.
Apoteker : Ini ibu obatnya, untuk pembayarannya di kasir ya ibu. Semoga lekas
sembuh ya ibu.
Pasien : Baik mbak, terimakasih banyak mbak.
BAB III
KESIMPULAN

1. Hidung tersumbat adalah kondisi di mana terjadi penyumbatan pada saluran


hidung yang mengganggu proses pernapasan. Hidung tersumbat merupakan gejala
dari suatu penyakit seperti flu dan rhinitis.
2. Patofisiologi hidung tersumbat terjadi karena lapisan saluran pada hidung
mengalami pembengkakan akibat iritasi dan peradangan.
3. Tatalaksana terapi hidung tersumbat yaitu terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi diantaranya dengan obat-obatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat yaitu golongan obat antihistamin,
dekongestan, analgesik dan antipiretik. Sedangkan terapi non farmakologi hidung
tersumbat yaitu pasien yang menderita hidung tersumbat harus tidur atau istirahat
yang cukup, minum air yang banyak dan makan buah segar yang banyak
mengandung vitamin.
4. Penyelesaian studi kasus swamedikasi penyakit hidung tersumbat berdasarkan
metode SBAR meliputi situation (S), background (B), assesment (S), dan
recommendation (R).
DAFTAR PUSTAKA

Astri, M dan Widayati, A. 2007, Hubungan Motivasi dan Pengetahuan dengan Perilaku
Swamediaksi Keputihan (Kandidiasis Vaginal) oleh Wanita Pengunjung Apotek di
Kota Yogyakarta Agustus 2006. jurnal farmasi sains dan komunitas, vol 2, No 4, 241-250.

Baraniuk, J.N., 2009. Pathogenic mechanisms of idiopathic nonallergic rhinitis. World Allergy


Organization Journal, 2(6), pp.106-114.

BPOM. 2014. Materi Edukasi Tentang Peduli Obat Dan Pangan Aman : Jakarta.

Depkes RI. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan : Jakarta.

Depkes RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan :
Jakarta.

Direktorat Jendral Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006,
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Farmer, S.E.J. and Eccles, R., 2006. Chronic inferior turbinate enlargement and the implications for
surgical intervention. Rhinology, 44(4), p.234.

Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke- 6. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Izzatin, 2015, Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Swamedikasi Oleh Apoteker Di Beberapa
Apotik Wilayah Surabaya Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
Vol.4 No.2.

Krouse, J., Lund, V., Fokkens, W. and Meltzer, E.O., 2010. Diagnostic strategies in nasal
congestion. International journal of general medicine, 3, p.59.

Lipan, M.J. and Most, S.P., 2013. Development of a severity classification system for subjective
nasal obstruction. JAMA facial plastic surgery, 15(5), pp.358-361.

Naclerio, R.M., Bachert, C. and Baraniuk, J.N., 2010. Pathophysiology of nasal


congestion. International Journal of General Medicine, 3, p.47.

Puspitasari, I. 2010. Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Bentang Pustaka : Yogyakarta.

Suryawati, S. 1997. Menuju Swamedikasi yang Rasional. Pusat Studi farmakologi klinik dan
kebijakan obat Universitas gadjah Mada : Yogyakarta.

Tjay, T.H dan Rahardja, K., 1993. Swamedikasi: Cara-Cara Mengobati Gangguan Sehari-hari
Dengan Obat-Obat Bebas Sederhana, Edisi pertama, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Tjay dan Rahardja, 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, PT
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai