Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STUDI KASUS FARMASI RUMAH SAKIT & KLINIK

SUPERFICIAL FUNGAL INFECTION

Dosen Pengampu:

apt, Meta Kartika Untari, M.Sc

Disusun Oleh :

Khalimatus Sa’diyah 2120414626

Kinari 2120414627

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI ANGKATAN 41
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kandidiasis merupakan salah satu infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh Candida dengan penyebab terbanyak adalah spesies Candida albicans.
Kandidiasis dapat mengenai mulut, kulit, kuku, vagina, bronki atau paru (Djuanda dkk,
2010).
Kandidiasis superfisial terjadi melalui peningkatan jumlah candida lokal dan
adanya kerusakan pada kulit atau epitel oleh ragi dan pseudohifa. Kandidiasis sistemik
terjadi ketika kandida masuk ke aliran darah dan pertahanan pejamu tidak memenuhi
syarat untuk menahan pertumbuhan dan penyebaran ragi. Kandida dapat menginfeksi
ginjal, melekat pada katup jantung prostetik, atau dapat menimbulkan artritis, meningitis,
dan endoftalmitis (Jawetz, 2004). Secara klinis, kandidiasis dapat terjadi pada semua
organ, baik superfisial sampai sisi yang lebih dalam dan meluas. Infeksi ini berkembang
secara hematogen dari fokus infeksi primer. Gejala klinis yang ditimbulkannya
tergantung pada jenis toksin yang dikeluarkan, lokasi infeksi, dan respon imun penderita
(Hardjoeno dkk, 2007).
B. Faktor Resiko
Faktor risiko yang terkait dengan candidiasis superfisial meliputi diabetes
mellitus, kehamilan, AIDS, umur muda maupun lanjut usia, pil KB, dan trauma (luka
bakar, maserasi kulit). Ruam bisa terjadi pada lidah, bibir, gusi, atau langit-langit mulut.
Ruam berkembang pada kebanyakan pasien AIDS. Faktor risiko lainnya termasuk
pengobatan dengan kortikosteroid atau antibiotik, kadar glukosa tinggi, dan
imunodefisiensi seluler. Invasi sel ragi ke mukosa vagina menyebabkan vulvovaginitis,
ditandai dengan iritasi, pruritus, dan keputihan. Kondisi ini sering didahului oleh faktor-
faktor seperti diabetes, kehamilan, atau obat antibakteri yang mengubah flora mikroba,
keasaman lokal, atau sekresi. (Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2013).
C. Patofisiologi
Kandidiasis vulvovaginitis terjadi ketika spesies Candida menembus lapisan
mukosa vagina dan menyebabkan respons inflamasi. Sel inflamasi dominan biasanya
adalah sel polimorfonuklear dan makrofag. Gejalanya berupa pasien datang dengan

2
keluarnya cairan, yang biasanya kental dan melekat, gatal pada vagina, rasa terbakar pada
vagina, dispareunia, atau bengkak. Penyebab dari Kandida vagina adalah kehamilan,
diabetes mellitus yang tidak terkontrol, AIDS, penggunaan kortikosteroid, imunosupresi
lainnya
D. Diagnosis Kandidiasis Vulvovaginalis
Diagnosis bakterial vaginosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan mikroskopis. Anamnesis menggambarkan riwayat sekresi vagina terus-
menerus dengan bau yang tidak sedap. Kadang penderita mengeluh iritasi pada vagina
disertai disuria/dispareunia, atau nyeri abdomen. Pada pemeriksaan fisik relative tidak
banyak ditemukan apa-apa, kecuali hanya sedikit inflamasi dapat juga ditemukan sekret
vagina yang berwarna putih atau abu-abu yang melekat pada dinding vagina.
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis,
oleh sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bacterial vaginosis yang sering disebut
sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat empat gejala, yaitu :
1. Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina dan
abnormal.
2. pH vagina > 4,5
3. Tes amin yang positif, yangmana sekret vagina yang berbau amis sebelum atau setelah
penambahan KOH 10% (Whiff test).
4. Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh epitel).

3
E. Tatalaksana Terapi
- Farmakologi

F. Patofisiologi DM
Patofisiologi Diabetes Mellitus (DM) dikaitkan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk merombak glukosa menjadi energi karena tidak ada atau kurangnya produksi
insulin di dalam tubuh. Insulin adalah suatu hormon pencernaan yang,dihasilkan oleh
kelenjar pankreas dan berfungsi untuk memasukkan gula ke dalam sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi. Pada penderita Diabetes Mellitus, insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam darah (Agoesdkk, 2013).
Patofisiologi pada Diabetes Mellitus tipe 1 terdiri atas autoimun dan non-
imun.Pada autoimun-mediated Diabetes Mellitus, faktor lingkungan dan genetik
diperkirakan menjadi faktor pemicu kerusakan sel beta pankreas. Tipe ini disebut tipe 1-
A. Sedangkan tipe non-imun, lebih umun dari pada autoimun Tipe non-imun terjadi
sebagai akibat sekunder dari penyakit lain seperti pankreatitis atau gangguan idiopatik
(Brashers dkk, 2014).Diabetes Mellitus tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi
insulin dan sekresi insulin yang tidak adekuat hal tersebut menyebabkan predominan
resistensi insulin sampai dengan predominan kerusakan sel beta. Kerusakan sel beta yang

4
ada bukan suatu autoimun mediated. Pada Diabetes Mellitus tipe 2 tidak ditemukan
pertanda auto antibody.Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar mungkin
tinggi tetapi pada keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat kondisinya dapat
rendah.Pada dasarnya resistensi insulin dapat terjadi akibat perubahan-perubahanyang
mencegah insulin untuk mencapai reseptor (praresptor), perubahan dalam pengikatan
insulin atau transduksi sinyal oleh resptor, atau perubahan dalam salahsatu tahap kerja
insulin pascareseptor. Semua kelainan yang menyebab kangangguan transport glukosa
dan resistensi insulin akan menyebabkan hiperglikemia sehingga menimbulkan
manifestasi Diabetes Mellitus (Rustama dkk,2010).
G. Diagnosis
Diagnosis Diabetes Melitus menurut Dipiro
Pemeriksaan nilai HbA1c ≥6,5% menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
Gula darah puasa dengan tidak ada asupan kalori selama minimal 8jam nilai glukosa
plasma 126mg/dL
Nilai glukosa plasma 2 jam setelah TTGO(Tes Toleransi Glukosa Oral) sebesar diatas
200mg/dL
Diagnosis Diabetes Melitus Gestasional menurut International Association of Diabetes
and Pregnancy Study Group (IADPSG)
- Gula darah puasa ≥92 mg/dl
- Glukosa plasma 1 jam ≥180 mg/dl setelah TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) 75 g
glukosa pada minggu ke-24 sampai 28 kehamilan
- Glukosa plasma 2 jam ≥153 mg/dl setelah TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) 75 g
glukosa pada minggu ke-24 sampai 28 kehamilan

5
H. Tatalaksana Terapi
- Farmakologi

Diabetes ini terjadi akibat resistensi insulin maka terapi yang disarankan adalah
penggunaan injeksi insulin atau menggunakan bantuan insulin dari luar dengan
mekanisme kerja seperti insulin yang berasal dari tubuh, insulin menurunkan kadar gula
darah dengan menstimulasi uptake glukosa peripheral pada sel otot dan lemak serta
menghambat produksi glukosa hati. Terapi insulin dimulai dengan dosis 0,7-1 unit/kgBB,
setengah dari dosis total harian diberikan sebagai dosis tunggal insulin kerja-panjang
(long-acting) seperti glargine dan setengahnya diberikan dalam 3 dosis terbagi sebagai
insulin kerja-cepat (rapid-acting) saat makan seperti lispro (Garisson 2015).
Pengobatan lain adalah penggunaan obat peningkat sensitivitas terhadap insulin
seperti metformin dengan mekanisme kerja mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer
atau dapat menggunakan. Tiazolidindion dengan mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer, namun penggunaan obat untuk

6
meningkatkan sensitifitas insulin perlu diperhatikan saat penggunaan dengan insulin
karena dapat memicu hipoglikemi.

I. Non Farmakologi
1. Diet
Diet merupakan langkah penting dalam penanganan DM pada pasien lansia. Diet
yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan DM. Penurunan berat badan
terbukti dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap
glukosa (Muhcid dkk., 2005). Penurunan 8 berat badan dapat mengurangi morbiditas
pada pasien obesitas dengan penyakit DM tipe 2 (Rejeski et al, 2012).
2. Olah Raga
Olahraga pada lansia secara langsung dapat meningkatkan fungsi fisiologis tubuh
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan
berat badan (Dellasega& Yonushonis, 2007).

7
BAB II
ANALISIS KASUS
KASUS 5. SUPERFICIAL FUNGAL INFECTION
 Nama : Ny. S
 Umur : 40 th
 BB : 88 kg
 Alamat: Solo

Keluhan Utama
Pasien mengalami sering berkemih pada malam hari, lemas, sering haus, dan keluhan gatal di
vagina dengan rasa seperti terbakar dan nyeri dirasakan lebih parah saat setelah melakukan
hubungan intim. Nyeri pada vagina juga dialami saat berkemih. Pasien menemukan cairan
putih, kering dan dadih dari vaginanya.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di diagnosis gestasional diabetes melitus oleh dokternya, dan infeksi Candida vagina.
Pasien diberi supositoria Nystatin 100.000unit secara intravaginal selama 3 malam. Untuk
DM pasien diberi Insulin Lispro 6 unit 15 menit sebelum sarapan pagi, 8 unit 15 menit
sebelum makan siang, dan 10 unit 15 menit sebelum makan malam
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengalami Gestasional Diabetes Melitus pada kehamilan ke dua. 2 minggu lalu
diperiksa gula darah puasanya 208 mg/dL
Riwayat Sosial: Pasien sudah menikah dan hamil 7 bulan

Riwayat Pengobatan
Insulin glargine 15unit pada pagi hari satu tahun lalu
Insulin Lispro 6 unit 15 menit sebelum sarapan pagi, 8 unit 15 menit sebelum makan siang,
dan 10 unit 15 menit sebelum makan malam selama 4 bulan terakhir

Pemeriksaan Umum
 TD 110/80 mmHg
 Berat Badan 80 kg
 Tinggi 155 cm
 GDP 280 mg/dL
 HbA1C 14%
 Urine terdapat keton

Pemeriksaan cairan vagina: Viskositas kental, berwarna putih, berbau tidak enak, pH 4

8
FORM DATABASE PASIEN
Nama Pasien : Ny. S Ruang : -
Umur : 40 tahun BB : 88 kg
Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Solo
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status Perkawinan : Menikah

RIWAYAT PASIEN MASUK RUMAH SAKIT

Pasien diantar suaminya dengan keluhan gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar dan
nyeri pada vagina saat berkemih dan dirasakan lebih parah saat setelah melakukan hubungan
intim. Pasien menemukan cairan putih, kering dan dadih dari vaginanya. Pasien sering
berkemih pada malam hari, lemas, sering haus

ANAMNESE

BB 80 kg
TB 155 cm
TD 110/80mmHg
GDP 280 mg/dL
HbA1C 14%
Pemeriksaan urine : terdapat keton
Pemeriksaan cairan vagina : Viskositas kental, berwarna putih, berbau tidak enak, pH 4

DIAGNOSA

Gestasional Diabetes Melitus dan infeksi Candida Vagina

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Pasien mengalami Gestasional Diabetes Melitus pada kehamilan ke dua. 2 minggu lalu
diperiksa gula darah puasanya 208 mg/dL

RIWAYAT SOSIAL

Pasien sudah menikah dan hamil 7 bulan

RIWAYAT PENGOBATAN

Insulin glargine 15 unit pada pagi hari satu tahun lalu Insulin Lispro 6 unit 15 menit sebelum

9
sarapan pagi, 8 unit 15 menit sebelum makan siang, dan 10 unit 15 menit sebelum makan
malam selama 4 bulan terakhir

ANALISIS SOAP (ASSESMENT)

Subyektif Ny. S, usia 40 tahun, keluhan sering berkemih pada malam hari, lemas,
sering haus, dan keluhan gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar dan
nyeri dirasakan lebih parah saat setelah melakukan hubungan intim. Nyeri
pada vagina juga dialami saat berkemih. Pasien menemukan cairan putih,
kering dan dadih dari vaginanya.

Riwayat Sosial: Pasien sudah menikah dan hamil 7 bulan

Objektif Pemeriksaan umum:


 TD 110/80 mmHg
 Berat Badan 80 kg
 Tinggi 155 cm
 GDP 280 mg/dL
 HbA1C 14%
 Urine terdapat keton

Pemeriksaan cairan vagina:


Viskositas kental, berwarna putih, berbau tidak enak, pH 4

Analisis Gestasional diabetes melitus dan infeksi Candida vagina

Terapi Obat  Supositoria Nystatin 100.000 unit secara intravagina selama 3 malam.
 Insulin Lispro 6 unit 15 menit sebelum sarapan pagi, 8 unit 15 menit
sebelum makan siang, dan 10 unit 15 menit sebelum makan malam

DRP Tidak tepat dosis pada terapi Supositoria Nystatin 100.000unit secara
intravagina selama 3 malam dan pemberian dosis Insulin Lispro 6 unit 15
menit sebelum sarapan pagi, 8 unit 15 menit sebelum makan siang, dan 10
unit 15 menit sebelum makan malam.

Terapi kurang tepat pada terapi DM (terjadi resistensi insulin)


Plan  Pemberian terapi disarankan Suppositoria Nystatin 100.000unit secara
intravaginal setiap malam selama 14 hari.
 Pemberian Insulin Lispro juga disarankan diberikan 15 menit sebelum
makan dengan dosis 8unit tiap pemberian
 Penambahan terapi antidiabetic insulin dikombinasikan dengan OAD
golongan biguanid (metformin 500 mg diberikan 2-3x sehari untuk

10
membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien

Terapi non-farmakologi

Mengatur pola makan (diet), melakukan olahraga ringan secara teratur

FORM PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Nama Pasien : Ny. S BB/TB : 80 kg/155cm


Umur : 40 th Jenis Kelamin : Wanita

Diagnosis : Gestasional DM dan Candida Vagina Alamat : Solo

TGL S O Terapi A DRP P M


22/3 Sering BB 80 kg Supositoria Gestasional Tidak tepat Supositoria Kontrol
2021 berkemih TB 155cm Nystatin diabetes dosis Nystatin 100.000 pemeriksaan
pada GDP 280 100.000 unit melitus dan (Dosis unit intravagina kadar glukosa
malam hari, mg/dL secara infeksi Suppositori diberikan tiap darah
lemas, HbA1C intravagina Candida a Nystatin malam selama
sering haus 14% TD selama 3 vagina dan Insulin 14 hari Kontrol
110/80 malam Lispro pemeriksaan
Keluhan mmHg underdose) Insulin Lispro 8 HbA1c
gatal di Insulin unit 15 menit
vagina Urine Lispro 6 unit Terapi DM sebelum sarapan Kontrol
dengan rasa terdapat 15 menit kurang pagi, 8 unit 15 pemeriksaan
seperti keton sebelum tepat menit sebelum tekanan darah
terbakar sarapan makan siang, dan
Viskositas pagi, 8 unit 8 unit 15 menit Kontrol
Nyeri cairan 15 menit sebelum makan pemeriksaan
vagina saat vagina sebelum malam kehamilan
berkemih kental, makan (USG)
dan berwarna siang, dan Penambahan
dirasakan putih, 10 unit 15 terapi
lebih parah berbau menit antidiabetic
saat setelah tidak enak, sebelum insulin
melakukan dan nilai makan dikombinasikan
hubungan pH 4. malam dengan OAD
intim. golongan
biguanid
Cairan (metformin 500
putih, mg diberikan 2-

11
kering dan 3x sehari untuk
dadih dari membantu
vaginanya menurunkan
kadar glukosa
darah pasien

LEMBAR KERJA
FORM CATATAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
TGL SOAP TERINTEGRASI HASIL INSTRUKSI/PLAN
ASSESMENT
22/3/21 Subjektif (S) Tidak tepat dosis pada Disarankan untuk
terapi Supositoria memperpanjang terapi
Sering berkemih pada malam hari, Nystatin 100.000unit Suppositoria Nystatin
lemas, sering haus, keluhan gatal di secara intravagina 100.000 unit secara
vagina dengan rasa seperti terbakar, intravagina selama 14
selama 3 malam dan
nyeri vagina saat berkemih dan hari tiap malam
dirasakan lebih parah saat setelah
pemberian dosis
melakukan hubungan intim. Cairan Insulin Lispro 6 unit Disarankan untuk
putih, kering dan dadih dari vaginanya 15 menit sebelum meningkatkan terapi
sarapan pagi, 8 unit Insulin Lispro menjadi 8
Objektif (O) 15 menit sebelum unit 15 menit sebelum
makan siang, dan 10 sarapan pagi, 8 unit 15
BB 80 kg; TB 155 cm unit 15 menit sebelum menit sebelum makan
GDP 280 mg/dL makan malam siang, dan 8 unit 15
HbA1C 14% sehingga disarankan menit sebelum makan
TD 110/80 mmHg untuk menyesuaikan malam
Urine terdapat keton
dosis
Viskositas cairan vagina kental, Disarankan menambah
berwarna putih, berbau tidak enak, dan terapi antidiabetik,
nilai pH 4. Terapi kurang tepat mengkombinasikan
pada terapi DM insulin dengan OAD
Assesment (A) (terjadi resistensi golongan biguanid
Gestasional diabetes melitus dan infeksi insulin) sehingga (metformin 500mg 2-3x
Candida vagina disarankan untuk sehari )
menambah terapi
Plan (P) mengkombinasi Disarankan melakukan
-Terapi Suppositoria Nystatin 100.000 dengan OAD monitoring terapi:
unit secara intravagina diperpanjang golongan metformin -Pemeriksaan glukosa
selama 14 hari tiap malam darah
-Pemeriksaan nilai
-Dosis terapi Insulin Lispro menjadi 8 HbA1c
unit 15 menit sebelum sarapan pagi, 8 -Pemeriksaan tekanan
12
unit 15 menit sebelum makan siang, dan darah
8 unit 15 menit sebelum makan malam -Pemeriksaan kehamilan
(USG)
-Penambahan terapi antidiabetic
insulin dikombinasikan dengan
OAD golongan biguanid (metformin
500 mg diberikan 2-3x sehari untuk
membantu menurunkan kadar
glukosa darah pasien

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, dkk. (2013). Agoes, M., 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang
Paling Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc. p. 623-651.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Hardjoeno H dkk. 2007. Interprestasi hasil tes laboratorium diagnostik. Hasanuddin University
Press (LEPHASS): Makassar.

Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2013. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 25. Jakarta: Salemba
Medika.

PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,


PERKENI, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai