DEPARTEMEN
OLEH :
NIM.202210461011067
KELOMPOK 8
2023
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KELOMPOK 8
NIM. 202210461011067
PENDAHULUAN
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa. Dalam darah
melebihi batas normal (Perkeni, 2015). Prediabetes merupakan kondisi tingginya gula darah puasa
(gula darah puasa 100-125mg/dL) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula darah 140-
199mg/dL, 2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Bila kadar gula darah mencapai >200 mg/dL
maka pasien ini masuk dalam kelas DM (Rochmah, 2007).
Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal seseorang mengalami gangguan metabolik
yaitu diabetes melitus (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar 2013
menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes dengan ciri khusus yaitu kondisi hiperglikemia di
Indonesia semakin meningkat sejak tahun 2007 yaitu sebesar 5,7% menjadi 6,8% di tahun 2013.
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan insulin
maupun ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan dengan baik
(Kemenkes RI, 2014).
Penyebab tidak diketahui dengan pasti akan tetapi pada umumnya diketahui kekurangan
insulin penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting. Literatur lain
menyebutkan penyebab hiperglikemia adalah akibat pengangkatan pankreas, kerusakan secara
kimiawi sel beta pulau langerhans, faktor predisposisi herediter, obesitas, faktor imunologi yaitu
respon autoimun (Arfawati,2015). Hiperglikemia akut paling umum diesbabkan oleh asupan
nutrisi, inaktivasi, inadekuat medikasi antidiabetik, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut
(Ruderman, 2013). Klasifikasi gangguan glikemi berdasarkan etiologinya :
1. Tipe 1
Disebabkan oleh rusaknya sel β pankreas biasanya menyebabkan defisiensi insulin absolut.
Rusaknya sel β pankreas dapat disebabkan oleh autoimun atau idiopatik.
2. Tipe 2
Merupakan tipe DM yang sering ditemui, akibat dari kerusakan dalam proses sekresi insulin
dan atau akibat resistensi insulin dan sering terjadi adalah kombinasi dari keduanya.
3. Tipe spesifik lain
Kerusakan genetik tertentu yang mempengaruhi fungsi sel β pankreas, Kerusakan gen
dalam fungsi insulin, Penyakit pada pankreas, Endocrinopathies, Induksi obat atau bahan
kimia tertentu, Infeksi.
1.5 Patofisiologi Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh proses autoimun,
kerja pankreas yang berlebih dan herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit
yang masuk ke dalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glukagon sehingga terjadi glukoneogenesis.
Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan
produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Dengan menurunnya
insulin dalam darah, asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya
glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan
penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah menjadi keras (aterosklerosis) dan bila plak ini
terlepas akan menyebabkan trombus (Arfawati,2015).
1.6 Pemeriksaan Penunjang Hiperglikemia
Suatu diet yang tepat masih merupakan unsur fundamental dalam terapi semua pasien
diabetes. Namun demikian, pada lebih dari separuh kasus penderita gagal menjalankan dietnya.
Alasan-alasannya antara lain rumitnya instruksi diet dan buruknya pemahaman tentang tujuan dari
diet baik dari pasien maupun dokter. Terapi DM yang sekarang banyak dilakukan adalah dengan
menggunakan Obat Antidiabetes (OAD) Oral yaitu:
Pada keadaan DM yang tidak terkontrol dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler kronik, barik mikrovaskuler maupun makrovaskuler.
1. Kerusakan saraf (Neuropati) Diabetik neuropati merupakan suatu komplikasi yang umum
terjadi pada penderita DM baik tipe 1 maupun tipe.
2. Neuropati perifer akan meningkatkan resiko terjadinya ulkus pada kaki, sedangkan
neuropati otonom menyebabkan gastroparesis, hipotensi postural, dan diare (Holt, 2010).
3. Kerusakan ginjal (Nefropati) Nefropati diabetik ditandai dengan peningkatan ekskresi
albumin urin secara bertahap, yang dapat terjadi selama bertahuntahun, disertai dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) (Marshall, 2017).
4. Kerusakan mata (Retinopati) Penyakit ini ditandai oleh lesi di retina yang berhubungan
dengan gangguan aliran darah retina, bisa merusak mata dan menjadi penyebab utama
kebutaan (Bek, 2017).
5. Gangguan pada hepar Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita DM adalah
perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita DM tipe 2 dan obes.
Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak
di jaringan tubuh lainnya (Ndraha, 2014). Akumulasi lipid di hati atau steatosis yang terkait
dengan resistensi insulin pada penderita DM disebut non alcoholic fatty liver disease
(NAFLD) (Krisnuhoni, 2015).
Steatosis dalam NAFLD biasanya dilihat sebagai steatosis makrovesikular di mana
satu vakuola lemak besar mengisi hepatosit dan memindahkan nukleus ke pinggiran.
Steatosis makrovesicular sendiri dianggap memiliki prognosis yang baik dengan sangat
jarang menjadi fibrosis atau sirosis. Di sisi lain, steatosis mikrovesikular difus menunjukkan
defek β-oksidasi mitokondria yang parah dan bisa sembuh, atau berakhir dengan kematian
jika tidak ditangani dengan transplantasi hati (Tandra, et al 2012)
1.9 Pathway
Herediter, sel beta pankreas rusak
Kelelahan dan
Kadar glukosa pada Respirasi ↑
kelemahan Mual, muntah
plasma ↑
Glukosuria
Diuresis osmotik
Perubahan nutrisi
Defisit Dehidrasi Poliuria kurang dari kebutuhan
volume
cairan Metabolisme lemak
Polidipsia
& lemak terganggu
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum: diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM. Tujuan penatalaksanaan nutrisi:
1) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara yang aman dan
praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
juga diperbaiki dengan olahraga.
c. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia
d. Pendidikan Kesehatan
1) Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
2) Tindakan preventif (perawatan kaki, perawatan mata, hygiene umum)
3) Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat (Waluyo, 2019).
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis Ed 9.
Jakarta: EGC
Haryono, Suratun, Eros Siti Suryati, and Raden Siti Maryam. 2018. “Pendidikan
Kesehatan Tentang Diet Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus.” Jurnal
Riset Kesehatan 7(2):91. doi: 10.31983/jrk.v7i2.3308.
Hidayani, Nur. Putu Indraswari Aryanti, Sofiana Salim, Zuliani Zuliani, Yani
Erniyawati, Ah. Yusuf. 2018. “No PENGGUNAAN MINDFULNESS
MEDITATION DALAM MANAJEMEN STRES: SEBUAH SYSTEMATIC
REVIEWTitle.” Jurnal Penelitian Kesehatan Suara FORIKES 9(2). doi:
http://dx.doi.org/10.33846/sf.v9i2.224.
Kusnanto, Kusnanto, Putri Mei Sundari, Candra Panji Asmoro, and Hidayat Arifin.
2019. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Diabetes Self-Management
Dengan Tingkat Stres Pasien Diabetes Melitus Yang Menjalani Diet.” Jurnal
Keperawatan Indonesia 22(1):31–42. doi: 10.7454/JKI.V22I1.780.
Kusnanto, Kusnanto, Putri Mei Sundari, Candra Panji Asmoro, and Hidayat Arifin.
2019. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Diabetes Self-Management
Lathifah, Nur Lailatul. 2017. “Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah
Dengan Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus.” Jurnal Berkala
Epidemiologi 5(2):231–39. doi: 10.20473/jbe.v5i2.2017.231-239.
Nugroho, Setiyo Adi. 2021. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Amputasi.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.
PPNI, T.,P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Definis dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) I ed). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T.,P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Definis dan
Indikator Diagnostik ((cetakan II) I ed). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T.,P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Definis dan
Indikator Diagnostik ((cetakan II) I ed). Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG TULIP KEMUNING
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DEPARTEMEN
OLEH :
NIM.202210461011067
KELOMPOK 8
2023
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R Nama : Ny. D
Umur : 65 Tahun Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :- Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : IRT Alamat : Malang
Gol. Darah :- Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : Dsn. Dukuharum, Jombang
2. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Keluarga px mengatakan px lemas (+) muntah ± 10 x sejak senin pagi (+), demam (+),
batuk berdahak (+), pilek (-), BAB (-), BAK (+), makan minum ↓
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Keluarga px mengatakan px muntah sejak senin pagi pukul 07.00 kurang lebih muntah
sebanyak 10x, px masih lemas, demam naik turun, makan minum menurun, setiap minum
langsung muntah.
3. DIAGNOSA MEDIS
DM Hiperglikemia + TB Paru
4. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga px mengatakan sejak senin pagi pukul 07.00 pada tanggal 3/7/2023 px muntah
sebanyak 10 kali. Keluarga px mengatakan badan px lemas dan demam, mengalami
penurunan bb semenjak di rumah dan muntah setiap kali makan dan minum sehingga
dibawa ke IGD RS UMM pada hari senin tanggal 3/7/2023 sekitar jam 23.11 malam. Saat
tanggal 4/7/2023 pukul 13.00 keluarga pasien mengatakan pasien masih mual dan muntah
4x sejak jam 07.00 dan batuk berdahak jarang-jarang.
2. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pasien post MRS di RS lavalet dengan suspect TB Paru dan DM Hiperglikemia. Keluarga
pasien mengtakan pasien memiliki riwayat paru-paru sejak 2017 dan melakukan 7 bulan
terapi dan di bulan Mei 2023 melakukan terapi ke dr. Tandya dan jarang mengonsumsi obat
parunya. Riwayat pengobatan DM px mengonsumsi obat gliben.
ADL Di Rumah Di RS
Aktivitas Lain
Aktivitas apa yang dilakukan Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
klien untuk mengisi waktu pasien ketika dirumah sering pasien sering tidur dan
luang ? berjalan-jalan pagi setelah subuh, berbicara sedikit
menonton tv dan di rumah saja
2. Riwayat Psikologi
Keluarga pasien pasien sadar akan penyakit ibunya dan ingin segera sembuh dan pulang
kerumah untuk segera berkumpul dengan keluarga.
3. Riwayat Sosial
Keluarga pasien mengatakan ibunya biasa berinteraksi dengan keluarga dan anaknya yang
menjaga.
4. Riwayat Spiritual
-
6. KONSEP DIRI
A. Gambaran diri : Pasien tampak terdiam dan sesekali berespon gerakan
B. Identitas diri : Ibu, 65 Tahun
C. Peran : Pasien berperan sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga)
D. Ideal diri : Keluarga px mengatakan px segera ingin pulang
E. Harga diri : Keadaannya saat ini px tidak bisa melakukan apa-apa
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + ), Kelopak mata/palpebra oedem ( - ),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( - ), peradangan ( - ), luka( - ),
benjolan ( - ), Bulu mata tidak rontok, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (an
anemis), Warna iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (isokor),
Warna Kornea jernih
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada
pembengkokan). Amati meatus : perdarahan ( - ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ),
pembesaran / polip ( - ).
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( - ), warna bibir pucat, lesi ( - ), Bibir pecah (- ), Amati
gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( - ), Kotoran (+), Gigi palsu ( - ), Gingivitis ( - ), Warna lidah
merah muda, Perdarahan ( - ) dan abses ( - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : mulut bau, Benda asing : ( tidak ada )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris, Ukuran normal, Warna kulit, lesi ( - ), nyeri
tekan ( - ), peradangan ( - ), penumpukan serumen ( - ). Membran tympany perdarahan (
- ), perforasi ( - ).
e. Keluhan lain: Tidak ada keluhan lain
2. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( - ).
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS V ( N = ICS V)
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
- BJ I terdengar (tunggal, ( keras ), ( reguler )
- BJ II terdengar (tunggal ), ( keras), ( reguler )
- Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( -), Murmur ( - )
- Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ada keluhan
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
- Bentuk abdomen : (datar), Massa/Benjolan (- ), Kesimetrisan ( + ),Bayangan
pembuluh darah vena (-)
- AUSKULTASI
- Frekuensi peristaltic usus....x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
PALPASI
- Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + ), pembesaran ( - ), perabaan
(lunak), permukaan (Luka bakar), tepi hepar (tumpul ) . ( N = hepar tidak
teraba).
- Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya (-)
Dengan
- Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis
Scuffner keberapa ? (
menunjukan pembesaran lien )
- Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney.
nyeri tekan (- ), nyeri lepas ( - ), nyeri menjalar kontralateral ( - ).
- Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( - ), pembesaran ( - ). (N
= ginjaltidak teraba).
PERKUSI
- Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah
tympani.
- Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan
Abdomen : tidak ada
-
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema ( + / - ), keputihan ( - ), peradangan ( -
).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )
Keluhan lain: Tidak ada keluhan
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung (+), Apakah terdapat kelainan bentuk tulang
belakang (-), Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang (-), apakah terdapat fraktur
atau tidak, adakah nyeri tekan (-).
Keluhan lain: -
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
1.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( - ), fraktur ( - ) lokasi fraktur …, jenis
fraktur…… kebersihan luka (-), terpasang Gib (-), Traksi ( - ), piting odem detik.
2.Palpasi - - 5 5
Oedem : Lakukan uji kekuatan otot :
- - 5 5
3.Keluhan lain: Px bisa menggerakan tangan dan kakinya tapi di karenakan tubuhnya lemah
jadi terbatas
11.
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
oPemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : tidak terkaji
oTanpa Snelen Cart : Ketajaman Penglihatan ( baik )
oPemeriksaan lapang pandang : -
o Pemeriksaan tekanan bola mata -
o Keluhan lain: tidak ada keluhan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 12.0 g/dL 11-15
Eritrosit 3.920.0000 Juta/cmm 4.100.000 -
5.500.000
Hematokrit 34.3 % 34-45
MCV 87.5 fL 72-92
MCH 30.5 Pg 23-31
MCHC 34.9 g/dL 31-35
Leukosit 17.410 Sel/cmm 4,800-11,000
PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI,
Endoscopy dll.
- EKG (terlampir)
- Rontgen Thorax AP (terlampir), hasil : atelektasis lobus superior paru kanan,
disertai infiltrat suprahiler kanan, suspek ec TB
Tanggal Tindakan
04/07/2023 - Observasi keadaan umum dan ttv
05/07/2023 - Monitor tanda kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Observasi dan cek gd per 3jam
(05.30) GD : 546 mg/dl
(07.00) GD : 548 mg/dl
(09.30) GD : 509 mg/dl
(13.00) GD : 209 mg/dl
- Berikan cairan infus sesuai kebutuhan
- Dijadwalkan cek TCM pada pasien
06/07/2023 - Observasi keadaan umum dan ttv
07/07/2023 - Monitor tanda kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Cek TCM ulang di Laboratorium
- Cek USG di Radiologi
- Pengecekan GD 2 (11.00) : 171 mg/dL
TTD PERAWAT
DO :
- Pasien tampak lemah
dan berbaring di bed
- TD : 130/80 mmHg
- S : 36.9’C
- N : 110 x/menit
- RR : 24 x/menit
- SPO2: 98 %NC 3 lpm
- GDA jam 07.00 : 587
mg/dl
DS : Proses Infeksi Bersihan Jalan Nafas Bersihan jalan nafas
- Keluarga px Tidak Efektif tidak efektif b.d
mengatakan px (D.0001) Proses infeksi d.d
memiliki riwayat pasien tampak batuk
pengobatan TB paru berdahak grok-grok
- Keluarga px dan hasil tb paru
mengatakan px batuk positif (D.0001)
berdahak kadang-
kadang
DO :
- Tampak batuk grok-
grok
- Pasien menggunakan
oksigen NC 3 lpm
- TD : 130/80 mmHg
- S : 36.9’C
- N : 110 x/menit
- RR : 24 x/menit
- SPO2: 98 %NC 3 lpm
DS : Gangguan Nausea Nausea b.d Gangguan
- Keluarga px Biokimiawi (D.0076) biokimiawi d.d pasien
mengatakan sejak tampak pucat,
senin pagi px muntah takikardi dan lemah
±10 kali. (D.0076)
- Keluarga px
mengatakan badan px
lemas dan demam
- Keluarga px
mengatakan px
muntah setiap kali
makan dan minum
sehingga nafsu makan
menurun
DO :
- Pasien tampak mual
- Pasien tampak pucat
- TD : 130/80 mmHg
- S : 36.9’C
- N : 110 x/menit
- RR : 24 x/menit
- SPO2: 98 %NC 3 lpm
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas Selasa, Manajemen Jalan Napas Selasa, S:
nafas tidak efektif intervensi (I. 01011) 4/7/ (I. 01011) 4/7/ - Keluarga px
b.d proses infeksi keperawatan Observasi : 2023 Observasi : 2023 mengatakan
d.d pasien tampak 2x7jam, Maka 1. Monitor pola napas 1. Memonitor batuk px jarang-
batuk berdahak “Jalan Napas” 2. Monitor bunyi napas 07.00- keadaan umum dan 07.00- jarang
grok-grok dan (L. 01001) tambahan 14.00 vital sign pasien 14.00 O:
hasil tb paru menurun dengan 3. Monitor sputum 2. Memonitor pola - Px tampak batuk
positif (D.0001) kriteria hasil : Terapeutik : (11.00) napas dan frekuensi - TD : 110/80
1. Produksi 1. Pertahankan batuk pasien mmHg
sputum kepatenan jalan napas (11.15) 3. Memonitor saturasi - N : 97 x/mnt
menurun dengan head-tilt dan oksigen secara - RR : 24 x/mnt
2. Frekuensi chin-lift berkala - SPO2 : 98%
napas 2. Posisikan semi fowler Terapeutik : dengan oksigen
membaik atau fowler 1. Memposisikan semi NC 3 lpm
3. Pola napas 3. Berikan minum (11.20) fowler pada pasien A:
membaik hangat 2. Memberikan Masalah teratasi sebagian
4. Berikan oksigen, jika (11.25) minum hangat P:
perlu 3. Memberikan Lanjutkan dan
Edukasi : oksigen nasal canul pertahankan intervensi.
1. Anjurkan asupan (NC) 3 lpm Kolaborasi :
cairan 2000 ml/hari, Edukasi : - P.o NAC 3x200
jika tidak (11.30) 1. Mengajarkan teknik mg
kontraindikais batuk efeketif pada - P.o CPG 75-0-0
2. Ajarkan teknik batuk keluarga dan pasien mg
efektif 2. Mengedukasi - Inj. Solvinex
keluarga psien yang 3x1gr
menjaga untuk
tetap menggunakan Rabu, S:
masker 7/7/ - Px mengatakan
Kolaborasi : 2023 batuk berkurang
(12.00) 1. Memberikan p.o - Px mengatakan
NAC 3x200 mg 07.00- batuk sedikit
2. P.o CPG 75-0-0 mg 14.00 grok-grok
3. Inj. Solvinex 3x1gr O:
- Px tampak batuk
- Px mengeluarkan
dahak
- TD : 120/80
mmHg
- N : 87 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
- SPO2 : 98%
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan dan
pertahankan intervensi.
- Px rencana USG
Pengecekan hasil TCM
(sampel dahak) ke
laboratorium
3. Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen Muntah Selasa, Manajemen Muntah Selasa, S:
gangguan intervensi (I.03118) 4/7/ (I.03118) 4/7/ - Keluarga px
biokimiawi d.d keperawatan Observasi: 2023 Observasi: 2023 mengatakan
pasien tampak 2x7jam, Maka 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi muntah px sudah
pucat, takikardi “Tingkat karakteristik muntah 07.00- karakteristik 07.00- berkurang dan
dan lemah Nausea” (mis. Warna, 14.00 muntah (mis. 14.00 jarang-jarang
(D.0076) (L. 08065) konsistensi, adanya Warna, konsistensi, - Keluarga px
menurun dengan darah, waktu, adanya darah, mengatakan px
kriteria hasil : frekuensi dan durasi) (09.45) waktu, frekuensi sudah mau
1. Nafsu 2. Periksa volume dan durasi) minum sedikit-
makan muntah 2. Memeriksa volume sedikit
meningkat 3. Identifikasi riwayat (09.50) muntah O:
2. Keluhan diet (mis. Makanan 3. Mengidentifiaksi - Px tampak mau
mual yang disuka, tidak faktor penyebab makan dan
menurun disukai, dan budaya) muntah (mis. minum sedikit-
3. Perasaan 4. Identifikasi faktor Pengobatan dan sedikit
ingin penyebab muntah prosedur) - Px tampak
muntah (mis. Pengobatan dan (09.55) 4. Memonitor disuapin anaknya
menurun prosedur) keseimbangan - TD : 110/80
4. Pucat 5. Identifikasi kerusakan cairan dan elektrolit mmHg
membaik esofagus dan faring - N : 97 x/mnt
5. Takikardi posterior jika muntah Terapeutik : - RR : 24 x/mnt
membaik terlalu lama (10.00) 1. Memberikan - SPO2 : 98%
6. Monitor efek kenyamanan selama dengan oksigen
manajemen muntah muntah NC 3 lpm
secara menyeluruh (mis.kompres
7. Monitor dingin di dahi atau A:
keseimbangan cairan sediakan pakaian Masalah teratasi sebagian
dan elektrolit kering dan bersih) P:
Edukasi : Lanjutkan dan
Terapeutik : (10.05) 1. Menganjurkan pertahankan intervensi
1. Kontrol faktor keluarga membawa jika mual muntah kembali
lingkungan penyebab kantong plastik terulang
muntah (mis. Bau tak untuk menampung
sedap, suara, yang muntah pasien
tidak menyenangkan) 2. Menganjurkan Rabu, S:
2. Kurangi atau memperbanyak 7/7/ - Px mengatakan
hilangkan keadaan istirahat pasien 2023 rasa mual sudah
penyebab muntah 3. Menganjurkan berkurang dan
(mis. Kecemasan, (10.10) memberikan terapi 07.00- tidak muntah lagi
ketakutan) aromaterapi atau 14.00 - Px mengatakan
3. Atur posisi untuk lainnya yang bisa makan minum
mencegah aspirasi meningkatkan mau habis
4. Pertahankan kenyamanan O:
kepatenan jalan napas pasien. - Px tampak mau
5. Bersihkan mulut dan 4. Menganjurkan makan dan
hidung (10.15) untuk memberi minum
6. Berikan dukungan minum dan makan - Px tampak lebih
fisik saat muntah (mis. sedikit-sedikit dan segar dan duduk
Membantu di bed
membungkuk atau bertahap - TD : 120/80
menundukkan kepala) mmHg
7. Berikan kenyamanan (12.00) Kolaborasi - N : 87 x/mnt
selama muntah (mis. 1. Memberikan Infus - RR : 24 x/mnt
Kompres dingin di Ns 0.9% 10 tpm - SPO2 : 98%
dahi, atau sediakan 2. Inj. Ondansetron
pakaian kering dan 3x8 gram A:
bersih) 3. Inj. Omeperazole Masalah teratasi sebagian
8. Berikan cairan yang 1x40 gram P:
tidak mengandung 4. Inj. Ceftriaxone 2x1 Lanjutkan manajemen
karbonasi minimal 30 gram mual jika diperlukan
menit setelah muntah
Edukasi :
1. Anjurkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2. Anjurkan
memperbanyak
istirahat
3. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengelola
muntah)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu