Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


DENGAN DIAGNOSA HIPERGLIKEMIA
DI RUANG NUSA INDAH RSUD KRATON

Disusun Oleh :

Umi Lailatul Muna

202302040003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN

2023
A. Definisi
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa darah
yang ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah ≥200 mg/dL dan
gula darah puasa ≥126 mg/dL (PERKENI, 2011). Menurut World Health
Organization (WHO) hiperglikemia adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl,
dimana kadar glukosa darah antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan
toleransi abnormal glukosa (Kemenkes RI, 2014). Selain itu, hiperglikemi
merupakan keadaan di mana glukosa darah seseorang sedang dalam tingkat
yang tinggi, dikarenakan insulin yang dihasilkan tidak cukup atau tidak dapat
berfungsi secara efektif, glukosa yang ada dalam darah tidak dapat digunakan
menjadi energi karena tidak dapat memasuki sel tubuh dan tetap menumpuk
dalam darah sehingga kadar glukosa darah menjadi tinggi. Pada keadaan
kronik umumnya terjadi pada penyakit diabetes mellitus menyebabkan angka
kematian dan kecacatan yang tinggi akibat komplikasi yang ditimbulkannya.
(Yuliadi, 2014; Children’s Diabetes Services, 2010)

B. Etiologi
Penyebab dari hiperglikemia tidak diketahui dengan pasti tapi
umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor
herediter yang memegang peranan penting yang lain akibat pengangkatan
pankreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor
predisposisi herediter, obesitas, faktor imunologi pada penderita hiperglikemia
khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon auto imun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai
jaringan asing. Penyebab hiperglikemia umumnya mencakup penggunaan
terlalu sedikit insulin, tidak menggunakan insulin sama sekali, kegagalan
untuk memenuhi kebutuhan insulin yang meningkat akibat operasi, trauma,
kehamilan, stress, pubertas, atau infeksi, kurang aktivitas fisik, dan
membentuk resisten insulin sebagai akibat adanya antibodi insulin (Smeltzer
& Bare, 2013, Rumahorbo, 1999).
Selain itu, terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi
hiperglikemia, antara lain karakteristik individu, obesitas, asupan makanan,
konsumsi sumber karbohidrat, dan konsumsi sayuran. Faktor karakteristik
responden dibagi menjadi faktor urbanisasi yang dilihat dari lokasi penelitian,
usia, jenis kelamin, sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan,
jumlah penghasilan, dan jumlah pengeluaran, kebiasaan merokok dan
kebiasaan melakukan aktivitas fisik serta olah raga. Faktor obesitas dibagi
menjadi obesitas berdasarkan IMT dan obesitas berdasarkan lingkar pinggang.
Faktor asupan makanan dibagi menjadi asupan energi, asupan karbohidrat,
asupan lemak, asupan serat, indeks glikemik dan beban glikemik. Faktor
konsumsi sayuran dibagi menjadi konsumsi sayuran hijau dan sayuran
berwarna (Ardiningsih, 2013)

C. Patofisiologi
Pada mulanya sel beta pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa
keadaan stress yang menyebabkan sekresi insulin menjadi tidak adekuat
(defisiensi insulin). Terdapat 3 efek utama kekurangan insulin sebagai berikut
pengurangan penggunaan glukosa oleh sel – sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi darah setinggi 300-1200 mg/hari/100ml, peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah – daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolism lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler
yang menyebabkan aterosklerosis, dan pengurangan protein dalam jaringan
tubuh (Priyanto, 2012). Pada keadaan stres tersebut terjadi peningkatan
hormon glukagon sehingga pembentukan glukosa akan meningkat dan
menghambat pemakaian glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan
hiperglikemia. Karena tingginya glukosa dalam darah melebihi ambang batas
renal, hal ini menyebabkan glucosuria. Selanjutnya terjadi diuresis osmotik
yang menyebabkan cairan dan elektrolit tubuh berkurang. Perfusi ginjal
menurun dan sebagai akibat sekresi hormon lebih meningkat lagi. Manifestasi
klinis yang muncul yaitu polyuria dan dehidrasi (Corwin, 2009).
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun – tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien
dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan
gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami komplikasi
metabolic diabetes (Agustien, 2013). Gejala awal umum yang sering muncul
pada penderita hiperglikemi (akibat tingginya kadar glukosa darah) seperti
polifagia, polidipsi, polyuria, kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering, rasa
kesemutan, kram otot, visus menurun, penurunan berat badan, dan kelemahan
tubuh. (Smeltzer & Bare, 2013)
Liposis meningkat

E. Pathway Asam lemak bebas meningkat

Herediter, sel B pancreas


rusak/terganggu, obesitas Ketonemia

Produksi insulin terganggu Menumpuk dalam darah

Glukagon meningkat ketoasidosis

Asidosis metabolik
HIPERGLIKEMIA

Sel Kelaparan Intoleransi Aktifitas


Glukosuria

Ketidakstabilan kadar glukosa


Diuretik darah
Hilangnya
Selera Osmotik
protein
makan
meningkat Poliuria
Resiko infeksi
Polifagia Dehidrasi ekstra sel Polidipsi Gangguan
Eliminasi Urin

Defisiensi Resiko Syok


insulin

Ketidakmampu
an
mengabsorbsi
nutrisi

Ketidakseimb
angan nutrisi
tubuh
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah; meningkat 200-100 mg/dl, atau lebih
2. Aseton plasma; positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas; kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolitas serum; Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit
 Natrium; mungkin normal, meningkat atau menurun.
 Kalium; normal atau peningkatan semu (perpindahan selular),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor; lebih sering menurun.
 Hemoglobin glikosilat; kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden.
 Glukosa darah arteri; Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik. Trombosit darah; Ht mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositiosis hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau
infeksi.
 Ureum kreatinin; mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal
 Amilase darah; mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
 Insulin darah; Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi
(autoantibodi).
 Pemeriksaan fungsi tiroid; peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
 Urine; Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
 Kultur dan sensifivitas; Kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen penatalaksanaan
hiperglikemia (Doenges, 1999 dan Priyanto, 2012):
a. Diet
1. Komposisi makanan
Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan
riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasan makan pasien dan gaya
hidupnya. Tujuan yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi
penderita hiperglikemia adalah pengendalian asupan kalori total untuk
mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan
pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat ini
lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak.
a) Karbohidrat
Karbohidat yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per
porsi makanan antara 60% sampai dengan 70%
b) Protein
Protein yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per porsi
makanan antara 10% sampai dengan 15%
c) Lemak
Lemak yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per porsi
makanan antara 20% sampai dengan 25%
d) Jumlah kalori perhari
Kalori yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per hari
antara 1100 sampai dengan 2300 Kkal. Sedangkan kebutuhan kalori
basal menurut jenis kelamin antara lain laki-laki sebesar 30 Kkal/kg
BB dan perempuan 25 Kkal/kg BB.
2. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi penderita hiperglikemia dapat dilakukan dengan
rumus BBR. BBR = TB-100 X 100%
3. Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja
Kalori yang diperlukan penderita DM dalam sehari menurut status
gizinya antara lain
a) Kurus (BB X 40 s/d 60 Kal/hari)
b) Normal atau ideal (BB X 30 Kal/hari)
c) Gemuk (BB X 20 Kal/hari)
d) Obesitas (BB X 10 s/d 15 Kal/hari)
b. Latihan Jasmani.
Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam
penatalaksanaan hiperglikemia. Kegiatan jasmani sehari – hari dan
latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit). Latihan jasmani yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda
santai, jogging, senam dan berenang. Batasi jangan terlalu lama
melakukan kegiatan yang kurang memerluka pergerakan, seperti
menonton televisi (PERKENI, 2015)
c. Edukasi
Penyuluhan perawatan diri pada penderita sangat diperlukan untuk
mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik
maupun penyulit akut yang ditakuti penderita, khusunya dilakukan pada
kelompok resiko tinggi, seperti pasien dengan umur diatas 45 tahun,
kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT > 27 kg/m, memiliki
riwayat hipertensi > 140/90 mmHg, keluarga memiliki riwayat DM,
pasien dengan pemeriksaan penunjang menunjukan dislipidemia, HDL
250 mg/dl, Para TGT atau GPPT (TGT > 140 mg/dl s/d 2200 mg/dl),
glukosa plasma puasa derange/GPPT > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl).
Penyuluhan dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui beberapa cara yaitu
ceramah, seminar, diskusi kelompok dan sebagainya. Hal ini bertujuan
untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku.
d. Obat berkaitan hiperglikemia
1. Obat hiperglikemia oral
Obat yang biasa diberikan pada pasien hiperglikemia yang
diberikan via oral antara lain Sulfoniluria: glibenglamida, glikosit,
gliguidon, glimiperide, glipizide, Biguanit (Metformin), Inhibitor
glucosidase, dan Tiosolidinedlones
2. Insulin
Berdasarkan cara kerjanya, insulin dibagi tiga yaitu insulin yang
kerja cepat (20 menit) contohnya insulin reguler, insulin kerja
sedang contohnya insulin suspense, dan insulin kerja lama seperti
insulin suspense seng.
KONSEP KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA
1. Pengkajian
 Pengkajian Primer
a. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau
benda asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan
otot bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
d. Disability : Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.
 Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
letargi /disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri
tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut,
bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah
dan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas
aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon
dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b/d disfungsi pankreas d/d kadar
glukosa dalam darah mengalami peningkatan, lemas, lemah
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah, lemah
3. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih d/d
sering buang air kecil
3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b/d disfungsi pankreas d/d kadar glukosa
dalam darah mengalami peningkatan, lemas, lemah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan
kestabilan kadar glukosa darah meningkat ( L.03022 )
Kriteria Hasil :
- Kesadaran meningkat
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Keluhan lapar menurun
- Rasa haus menurun
- Kadar glukosa dalam darah membaik
- Kadar glukosa dalam urine membaik

Intervensi
Manajemen Hiperglikemia ( I.03115 )
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Konsultasi dengan medim jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah, lemah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan
toleransi aktifitas meningkat ( L.05047 )
Kriteria Hasil :
- Frekuensi nadi meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Perasaan lemah menurun
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi napas membaik

Intervensi
Manajemen energi ( I.05178 )
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelemahan
- Monitor kelemahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

3. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih d/d


sering buang air kecil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam eliminasi urine
membaik ( L.04034 )
Kriteria Hasil :
- Desakan berkemih menurun
- Distensi kandung kemih menurun
- Volume residu urine menurun
- Frekuensi BAK membaik
- Karateristik urine membaik

Intervensi
Manajemen eliminasi urine ( I.04152 )
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontensia urine
- Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontensia urine
- Monitor eliminasi urine
Terapeutik
- Catat waktu waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=definisi+hiperglikemia
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=pathway+hiperglikemia
https://www.scribd.com/document/533730500/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HIPERGLIKEMI
https://www.alodokter.com/hiperglikemia
Arjatmo, T. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Cetakan.2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung, Yasmin Asih., Juli, Kuncara, I.made karyasa. Jakarta: EGC.
SDKI. Edisi 1. Cetakan III
SLKI. Edisi 1. Cetakan II
SIKI. Edisi 1. Cetakan II

Anda mungkin juga menyukai