Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH :
NAMA : Ayu Nurtanti
NIM : C1016006
PRODI : 1A-S1 ILMU KEPERAWATAN

PRODI S1ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
Jln. Cut Nyak Dhien No. 16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi – Kab. Tegal 5241 Telp. (0283)
6197570, 6197571 Fax. (0283) 6198450 Homepage. http://stikesbhamada.ac.id
email stikes_bhamada@yahoo.com
2018
1. DEFINISI
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula
darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein karena kekurangan hormone insulin.
Masalah utama pada penderita DM ialah terjadinya komplikasi, khususnya
komplikasi DM kronik yang merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian penderita DM (Surkesda, 2008). DM adalah suatu sindrom
kronik gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat
ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang
dituju (Dorland, 2005).

2. ETIOLOGI
Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
a. Pola Makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini
disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai
kapasitas maksimum untuk disekresikan.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan
orang yang tidak gemuk.
c. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga
yang terkena juga.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan
pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon
yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon
insulin.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Keluhan klasik
 Banyak kencing (poliuria)

Jika insulin (insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada
atau sedikit maka ginjal tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali ke
dalam darah. Kemudian hal ini akan menyebabkan ginjal menarik tambahan
air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih
cepat penuh dan hal ini otomatis akan membuat para penderita DM akan
sering kencing buang air kecil.

 Banyak minum (polidypsia)

Keinginan untuk sering minum karena adanya rasa haus banyak terjadi pada
pasien dengan Diabetes melitus ini. Karena memang adanya juga gangguan
hormon serta juga efek dari banyak kencing diatas, maka penderita akan sering
merasakan haus dan ingin untuk sering minum.

 Banyak makan (polifagia)

Terhambatnya makanan yang harusnya didistribusikan ke semua sel tubuh


untuk membuat energi jadi tidak berjalan dengan optimal. Karena sel tidak
mendapat asupan sehingga orang dengan kencing manis akan merasa cepat
lapar.

 Penurunan berat badan dan rasa lemah

Hal ini salah satu penyebabnya adalah terhambatnya makanan yang harusnya
didistribusikan ke semua sel tubuh untuk membuat energi tidak berjalan
dengan optimal. Karena sel tidak mendapat asupan untuk metabolisme energi
sehingga orang dengan kencing manis akan merasa cepat lelah. Pada penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 (faktor perubahan gaya hidup), penurunan berat badan
terjadi secara bertahap dengan peningkatan resistensi insulin sehingga tidak
begitu terlihat.
b. Keluhan lain

 Ganguan saraf tepi / kesemutan.


 Gangguan pengelihatan.
 Gatal / bisul.
 Gangguan ereksi.
 Kulit Kering dan bila terjadi luka akan lama proses penyembuhannya.

4. PATOFISIOLOGI

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung. Dalam


pankreas terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel
beta. Sel beta mengeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah.
Selain itu juga terdapat sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja
sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah dan terdapat juga
sel delta yang memproduksi somastostatin (Pearce, 2002).

Pada jenis Diabetes Mellitus tipe I, terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post
prandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar dan berakibat
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan


disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (Polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori, gejalalainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan (Suzanne C. Smeltzer and Bare, 2002).

Pada jenis Diabetes tipe II, terdapat dua masalah utama yaitu yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam


darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian bila sel sel beta tidak mampu untuk
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi Diabetes tipe II (Suzanne C. Smeltzer and Bare, 2002).
5. PATHWAY

Dm tipe l Dm tipe ll

Reaksi autoimun Usia,genetik,gaya


hidup

sel  pankreas hancur Jumlah sel  dan pankreas


menurun

Defisiensi insulin

Katabolisme
hiperglikemi Lipolisis meningkat
protein meningkat

glukosuria starfasi Lipolisis


meningkat

polipagi
Diuresis menurun poliuri
a

Kehilangan cairan glukoneogenesis Gliserol asam


hipotonik lemak bebas
meningkat
sorbitol
Kehilangan
polidipsi
elektrolit ketoogenesis
redopati

hiperosmola
ritas ketonuria
ketoasidosis

coma
kematian
6. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu
klien mengatasi kondisi ini.

7. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat dm tipe 2, antara lain(Stockslager L,


Jaime & Liz Schaeffer,2007) :

1. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang diobati dengan
insulin atau obat-obatan antibiotik oral. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemberian
insulin yang berlebihan, asupan kaloriyang tidak adekuat, konsumsi alkohol,
atauolahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemia pada lansia dapat berkisar dari
ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
2. Sindrom nonletotik hiperglikemi, hiperosmolar (hyperosmolar hyperglycemic
syndrome, HHNS) atau koma hyperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang menderita
diabetes. Sebagai kedaruratan medis, HHNS ditandai dengan hiperglikemi berat
(kadar gula darah di atas 800 mg/dl).
3. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri dan
kemungkinan lesi kult.
4. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipatdari
yang ditemukan pada lansia yang tidak menderita diabetes.
5. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistensilansia terhadap infeksi karena kandunganglukosa
epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat lansia rentan
terhadap infeksi kulit dan saluran kemihserta vaginitis.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk Diabetes Melitus sebagai berikut:

1. Glukosa darah sewaktu


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. glukosa plasma puasa > 140 mg/d (7,8 mmol/L)
3. glukosa plasma dari yang diambil 2 jam kemudian setelah mengonsumsi 75 gr
karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

9. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan
metode ilmiah yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan tindakan yang
berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan
komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan
diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin.
A. Pengkajian

Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.

Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

Riwayat kesehatan sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.

6. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

7. Pola aktivitas sehari hari

a. Pola persepsi management kesehatan

Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap sakit yang dideritanya,
tindakan atau usaha apa yang dilakukan klien sebelum dating kerumah sakit, obat apa
yang telah dikonsumsi pada saat akan datang kerumah sakit.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi rambut,


kuku dan kulit, kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji sebelum dan sesudah masuk
RS.

c. Pola eliminasi

Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume, adakah
disertai rasa nyeri, warna dan bau.

d. Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan dan


hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri pada
kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur
dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami
perubahan.
e. Pola aktivitas dan latihan

Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan dan fungsi


sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

f. Pola tata nilai dan kepercayaan

Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang dianut


dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

g. Pemeriksaan fisik

 Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat


badan dan tanda – tanda vital.

 Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.

 Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

 Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.

 Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

 Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
 Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.

 Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat


lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

 Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,


reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

h. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

 Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

 Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan


dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).

 Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan penyakit kronis (DM)
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
C. Analisa data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :

1. Kebutuhan dasar atau fisiologis

2. Kebutuhan rasa aman

3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan
tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan
dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

D. Rencana Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agens cedera biologis
1. Kaji nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor pencetus.
2. Monitor tanda-tanda vital.
3. Berikan obat katerolac untuk mengurangi nyeri
4. Berikan informasi mengenai nyeri
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih dan mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri sesuai kebutuhan.
b. Resiko infeksi b.d perubahan penyakit kronis
1. Dokumentasikan lokasi, ukuran dan tampilan luka
2. Monitor karakteristik luka warna, ukuran dan bau
3. Lakukan perawatan luka pada kaki kiri
4. Anjurkan klien atau keluarga tentang prosedur perawatan luka.
5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana
perawatan dengan klien selanjutnya.
c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
1. Kaji posisi klien penyebab ketidaknyaman
2. Monitor kapasitas fisik dan mental untuk berpartisipasi dalam aktivitas
relaksasi
3. Bantu klien atau keluarga mengidentifikasi kekurangan terkait dengan
mobilitas
4. Berikan waktu yang tidak terganggu karena mungkin saja pasien tertidur
5. Kolaborasikan dengan keluarga untuk membatasi pengunjung

E. IMPLEMENTASI
a. Nyeri akut b.d agens cedera biologis
1. mengkaji nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus.
2. Memonitor tanda-tanda vital.
3. Melakukan ijeksi iv obat katerolac untuk mengurangi nyeri
4. Memberikan informasi mengenai nyeri
5. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri sesuai kebutuhan.
b. Resiko infeksi b.d perubahan penyakit kronis
1. Mendokumentasikan lokasi, ukuran dan tampilan luka
2. Memonitor karakteristik luka warna, ukuran dan bau
3. Melakukan perawatan luka pada kaki kiri
4. Menganjurkan klien atau keluarga tentang prosedur perawatan luka.
5. Berkolaborasikan dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan
rencana perawatan dengan klien selanjutnya.
c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
1. Mengkaji posisi klien penyebab ketidaknyaman
2. Memonitor kapasitas fisik dan mental untuk berpartisipasi dalam aktivitas
relaksasi
3. Membantu klien atau keluarga mengidentifikasi kekurangan terkait dengan
mobilitas
4. Memberikan waktu yang tidak terganggu karena mungkin saja pasien
tertidur
5. Berkolaborasikan dengan keluarga untuk membatasi pengunjung
F. EVALUASI

a. Nyeri akut b. d agens cedera biologis.


S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Klien terlihat tidak meringis kesakitan skala 5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
b. Resiko infeksi b. d perubahan penyakit kronis (DM)
S : Klien mengatakan luka sudah tidak gatal
O : Luka terlihat bersih dan tidak ada nanah
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
c. Gangguan rasa nyaman b. d gejala terkait penyakit
S : Klien mengatakan sudah tidak pusing dan sudah mulai bergerak
sedikit dikit
O : Klien terlihat sudah bisa tidur dan bergerak ditempat tidur.
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Carwin, Elizabeth J, 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC

https://www.korpusdata.com/2018/05/1723/pengertian-etiologi-patofisiologi-
manifestasi-klinik-diabetes-melitus.html

https://www.korpusdata.com/2018/05/1723/pengertian-etiologi-patofisiologi-
manifestasi-klinik-diabetes-melitus.html

Anda mungkin juga menyukai