BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik
yang ditandai dengan kadar glukosa tinggi dalam darah (hiperglikemia)
yang penyebabnya karena gangguan sekresi insulin, penurunan kerja
insulin atau akibat dari keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari
diabetes ini berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan
fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah (Association, 2015).
2. Klasifikasi
World Health Organization (WHO) dalam buku (Damayanti,
2015) mengelompokkan diabetes melitus menjadi 4 tipe, yaitu :
a. DM tipe 1 / IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus) Diabetes
tipe 1 adalah suatu gangguan katabolisme yang ditandai oleh
kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa dalam darah,
pemecahan lemak dan protein tubuh.
b. DM tipe 2 NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
Diabetes tipe 2 dikarakteristikan dengan hiperglikemia, resistensi
insulin dan kerusakan relatif sekresi insulin.
c. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)
Merupakan diabetes yang terjadi pada wanita hamil.
d. Diabetes tipe lain
Merupakan penyakit endokrin yang menyebabkan hiperglikemia.
3. Etiologi
a. DM tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
Merupakan diabetes mellitus yang tergantung dengan
insulin, pasien diabetes mellitus tipe 1 mengakibatkan sedikit insulin
atau sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin. Diabetes mellitus
disebabkan oleh adanya destruksi sel beta akibat proses autoimun.
Terjadi pula karena adanya kerusakan sel-sel beta pancreas yang
diperkirakan terjadi akibat kombinasi faktor genetic, imunologi dan
mungkin juga karena infeksi.
b. DM tipe 2 NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
Merupakan diabtes mellitus yang tidak tergantung dengan
insulin. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relative
sel beta dan menurunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer serta untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Dan sel beta tidak dapat mengimbangi
resistensi insulin sepenuhnya.
7
4. Patofisiologi
Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
jumlah glukosa dalam darah secara alami (Wijaya, 2013).
a. Diabetes Melllitus Tipe 1
Pada diabetes mellitus tipe 1 kendala utama adalah
rusaknya sel-sel beta pankreas pembentuk insulin akibat proses
autoimun. Hati tidak dapat menyimpan hasil glukosa dari makanan,
akibatnya terjadi ketidakseimbangan produksi glukosa di dalam
tubuh. Dengan jumlah glukosa yang abnormal maka tubulus tidak
dapat mereabsorbsi kelebihan glukosa, sehingga terjadi glukosuria
saat ekskresi urin disertai pengeluaran cairan elektrolit yang berlebih
sehingga terjadi poliuria dan polidipsi. Defisiensi glikogen juga
menyebabkan polifagia. Sementara itu hiperglikemia juga
menggagu metabolisme lemak yang menimbulkan abnormalnya
8
DM Tipe I DM Tipe II
Penggunaan glukosa
Glukosa otot & hati Menurun Pankreas berhenti
intrasel memproduksi insulin
menurun
Produksi glukosa
hati meningkat
Glukoneogenesis Hiperglikemia
meningkat Glukosuria
Meningkat
Komplikasi
Pembentukan
Keseimbangan mikrovaskuler
ATP terganggu Diuresis
Kalori osmotik
meningkat
Peningkatan
Lemah metabolisme Polifagi Retinopati Nefropati Neoropati
protein dan
lemak Polidipsi Poliuria
Parastesia, sesibilitas
Intoleransi nyeri, suhu menurun
aktivitas Cadangan
Resiko berat
lemak &
badan lebih Resiko infeksi
protein
menurun Dehidrasi
BB menurun
Resiko Gangguan
ketidakseimbangan pola tidur
Defisit Nutrisi elektrolit
f. Usia
Usia di atas 30 tahun dapat berisiko menderita diabetes
mellitus tipe 2 karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia.
g. Stress
Diabetes yang mengalami stress dapat merubah pola
makan, latihan, penggunaan obat, yang biasanya dipatuhi dan hal ini
menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
h. Riwayat Diabetes Gestasional
Wanita yang melahirkan bayi dengan BBL lebih dari 4 kg
dapat berisiko menderita diabetes mellitus tipe 2. Hal ini terjadi
ketika ibu hamil gagal mempertahankan kadar glukosa darah
normal.
8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dikelompokkan menjadi 2
kelompok besar yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis
(Damayanti, 2015). Komplikasi tersebut antara lain :
13
a. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler disebabkan karena perubahan
ukuran diameter pembuluh darah. Komplikasi yang sering
terjadi adalah penyakit arteri coroner, penyakit cerebrovaskuler,
dan vaskuler perifer.
2) Komplikasi mikrovaskuler atau kelainan pada pembuluh darah
kecil menghasilkan retinopati diabetik yang terjadi pada retina
dan nefropati diabetik di ginjal.
3) Komplikasi neuropati adalah sindrom penyakit yang
mempengaruhi semua jenis saraf. Bentuk komplikasi umumnya
berupa ulkus kaki diabetik.
b. Komplikasi Akut
Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah yaitu :
hipoglikemia, diabetic ketoasidosis dan hiperglikemia hyperosmolar
non kronis.
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Padila dalam buku Keperawatan Medikal Bedah
tahun 2018, terdapat pemeriksaan penunjang antara lain :
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Tabel 1.1 Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis diabetes mellitus (mg/dl).
Bukan Belum DM
DM Pasti DM
Kadar Plasma <100 100-199 ≥200
glukosa darah vena
sewaktu Darah <90 100-125 ≥126
(mg/dl) kapiler
14
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi menjadi 2
komponen, antara lain :
a. Farmakologi
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO), meliputi :
a) Biguanid, untuk mengurangi kadar glukosa darah tetapi tidak
sampai di bawah normal.
b) Sulfonilurea, bekerja dengan menstimulasi penglepasan
insulin yang tersimpan, mengurangi ambang sekresi insulin
dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat dari
rangsangan glukosa.
c) Inhibitor α glukosidase, untuk menghambat kerja enzim α
glukosidase di dalam saluran cerna, untuk menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca
prandial.
d) Insulin sensiting agent, untuk meningkatkan sensitivitas
insulin, yang dapat mengatasi masalah resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum
beredar di indonesia. (Wijaya, 2013)
2) Insulin
Terapi insulin untuk menjaga kadar gula darah normal
atau mendekati normal. Pada diabetes mellitus tipe 2 insulin
terkadang diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah. Pasien kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit,
infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress
lainnya pada diabetes mellitus tipe 2. (Damayanti, 2015)
15
b. Non Farmakologi
1) Latihan Fisik (olahraga)
Latihan fisik bermanfaat mengurangi kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah
dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah dan mengurangi
kadar kolesterol total serta trigliseriba (Damayanti, 2015).
2) Pemantauan kadar Gula Dasar
Beberapa hal yang harus diperhatikan secara berkala
adalah glukosa darah, glukosa urin, keton darah, keton urin,cek
berat badan secara regular, pemeriksaan fisik teratur dan
pendidikan tentang diet, pengetahuan umum tentang diabetes
mellitus serta perubahan-perubahan dalam diabetes mellitus.
Pemantauan ini memungkinkan untuk deteksi dan mencegah
hiperglikemia dan hipoglikemia yang pada akhrinya akan
menurunkan komplikasi diabetes jangka panjang (Damayanti,
2015).
3) Pendidikan Kesehatan
Penatalaksanaan diabetes mellitus memerlukan
perilaku penanganan yang khusus seumur hidup sehingga
diperlukan pendidikan kesehatan untuk pasien diabetes mellitus.
Pasien diabetes melitus harus memperoleh pendidikan kesehatan
dalam upaya merawat diabetes mellitus secara mandiri. Pasien
harus paham mengenai nutrisi,manfaat dan efek samping terapi,
latihan, perkembangan penyakit, strategi pencegahan, teknik
pengontrolan gula darah serta penyesuaian proses terapi
(Damayanti, 2015).
4) Diet
Standar komposisi makanan untuk pasien diabetes
mellitus adalah 45-65% karbohidrat, 10-20% protein, 20-25%
lemak, kolesterol < 300mg/hari, kemudian garam dan pemanis
16
1. Pengertian
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan beberapa bagian
maupun keseluruhan kulit, yang bisa menyebar pada jaringan bawah
kulit, tendon, otot, tulang atau persendian. (Tarwoto, 2016)
Ulkus diabetikum adalah luka terbuka di permukaan kulit
sebagai akibat dari komplikasi diabetes mellitus akibat gangguan saraf
peripheal dan autonomik, yang ditandai dengan adanya jaringan
nekrosis yang berbau khas dari invasi kuman saprofit. (Wijaya, 2013)
17
2. Etiologi
Menurut (Wijaya, 2013) penyebab dari munculnya ulkus
diabetikum adalah sebagai berikut :
a. Faktor Eksogen berupa trauma, infeksi, dan obat.
Faktor utama pencetus ulkus diabetikum adalah angiopati,
neuropati, dan infeksi. Neuropati memberikan efek hilangnya
sensasi pada kaki, yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya
trauma sangat tinggi, sebagian besar penderita ulkus diabetik
mengalami gangguan mobilisasi yang menyebabkan atrofi pada otot
kaki sehingga merubahnya titik tumpu dan terjadi ulserasi pada kaki
penderita. Adanya angiopati menjadi penyebab utama penurunan
asupan nutrisi, oksigen, dan antibiotika yang menyebabkan luka
yang sukar sembuh.
b. Faktor Endogen berupa genetik metabolik, angiopati diabetik,
neuropati diabetik.
3. Manifestasi Klinis
Ulkus diabetikum akibat mikroangiopati umumnya disebut
gangren panas karena nekrosis, daerah akral terlihat merah dan teraba
hangat oleh peradangan, biasanya teraba pulsasi di bagian distal. Proses
makroangiopati membuat sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu Pain (nyeri),
Paleness (kepucatan), Paresthesia (kesemutan), Pulselessness (denyut
nadi hilang), Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul manifestasi klinis
sebagai berikut :
a. Stadium I : asimptomatis / gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : klaudikasio intermiten
c. Stadium III : nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus). (Wijaya,
2013).
18
4. Patofisiologi
(Suriadi, 2015) dalam bukunya menyatakan, luka diabetikum
mempunyai beberapa komponen yaitu neuropati, tekanan biomekanik,
dan suplai pembuluh darah. Neuropati adalah faktor utama penyebab
luka dan lebih dominan daripada faktor penyebab yang lain.
Hiperglikemik pada pasien diabetes mellitus dikaitkan dengan
berkembangnya kondisi polineuropati sehingga menyebabkan
perlukaan di kaki. Kondisi kurang suplai oksigen juga mengakibatkan
kerusakan saraf, sebab lain karena adanya penyakit vaskuler akibat
ganngguan saraf otonom vaskuler pembuluh.
Gangguan neuropati dapat menyebabkan hilangnya sensasi
disertai dengan trauma atau peningkatan tekanan, neuropati juga
menyebabkan atrofi otot-otot pada kaki sehingga menyebabkan tekanan
biomekanik pada plantar kaki. Neuropati otonom dapat menyebabkan
sirkulasi perifer berkurang hingga berpengaruh pada kelenjar keringat
sehingga kulit kaki menjadi kering, pecah-pecah, dan menjadi penyebab
utama terjadinya kerusakan integritas kulit.
Diabetes mellitus berhubungan erat dengan aterosklerosis dan
risiko tersebut akan lebih meningkat pada pasien perokok aktif. Akibat
gangguan makrovaskuler menjadi penyebab utama adanya iskemik
sehingga muncul luka pada kaki. Luka pada pasien diabetes mellitus
yang awalnya muncul karena trauma ringan dapat menjadi luka infeksi
yang meluas. Penyebabnya karena penyempitan pembuluh darah secara
bertahap, bahkan plak kolesterol muncul akibat arteriosklerosis. Faktor
pemicu lain adalah adanya kuman yang mempercepat kondisi infeksi,
hal tersebut menjadi faktor penyebab meluasnya ulkus diabetikum.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Wijaya, 2013) pemeriksaan diagnostik pada ulkus
diabetikum adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Neuropati otonom meyebabkan kelenjar keringan berkurang,
sehingga kulit kering pecah, kalus. Ulkus tergantung saat
ditemukan (0-5).
20
2) Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b) Ektremitas pada bagian luka teraba dingin, tidak teraba
pulsasi
c) Pada ulkus kalus tebal dan keras
b. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle
brachial index (ABI), tekanan sistotik betis dengan tekanan sistolik
lengan.
c. Pemeriksaan radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis.
d. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Urin
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil
dilihat melalui perubahan warna pada urin : hijau (+), kuning
(++), merah (+++), dan merah bata (++++).
2) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS >200 mg/dl, gula darah puasa
.120 mg/dl dan dua jam post prandial .200 mg/dl.
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
7. Penatalaksanaan
(Wijaya, 2013) dalam bukunya menyatakan penatalaksanaan
ulkus diabetikum adalah sebgai berikut :
a. Pengobatan
Pengobatan ini tergantung pada tingkat keparahan dari
luka diabetikum, untuk menetukan besar kecilnya tindakan
debridement yang akan dilakukan harus memperhatikan
pemeriksaan pada ulkus. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk
mengurangi faktor penyebab, mempertahankan luka dalam kondisi
21
C. Konsep Debridement
1. Pengertian
Debridement merupakan pembuangan jaringan nekrotik,
eksudat, dan debris metabolik (Prasetyono, 2015).
23
2. Tujuan Debridement
Debridement memiliki tujuan antara lain :
a) Menghilangkan jaringan mati atau eskar dalam persiapan bagi graft
dan penyembuhan luka.
b) Menghilangkan jaringan yang terkontaminasi bakteri dan benda
asing, sehingga klien dilindungi terhadap kemungkinan invasi
bakteri.
1. Pengertian
Infeksi merupakan suatu kondisi penyakit akibat dari
masuknya kuman patogen / mikroorganisme lain ke dalam tubuh
maupun ke tubuh sehingga mengakibatkan gejala tertentu (Ambarwati,
2014). Resiko infeksi adalah adanya bahaya internal atau eksternal yang
mengancam kesejahteraan fisik (Cynthia M. Taylor & Sheila S.R,
2015).
Risiko infeksi adalah berisiko mengalami peningkatan
organisme patogenik (PPNI, 2017).
Risiko tinggi infeksi post debridement adalah suatu kondisi
sesudah tindakan debridement dimana tubuh berisiko terhadap patogen
yang masuk sehingga mengakibatkan timbulnya tanda dan gejala infeksi
yang dapat mengancam kesejahteraan fisik penderita.
3. Jenis Infeksi
Menurut Kozier, dkk (2011), jenis-jenis infeksi antara lain :
a. Infeksi lokal
Infeksi lokal adalah suatu keadaan dimana mikroorganisme hanya
berada di bagian tubuh tertentu.
b. Infeksi sistemik
Infeksi sistemik adalah suatu keadaan dimana mikroorganisme
sudah menyebar dan merusak bagian tubuh lain.
c. Infeksi akut
Infeksi akut adalah suatu keadaan dimana infeksi berlangsung dalam
waktu yang sangat pendek.
d. Infeksi kronik
Infeksi kronik adalah suatu keadaan dimana infeksi berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.
26
1. Pengkajian
Menurut (Wijaya, 2013) pengkajian merupakan tahap utama
dan dasar dari proses keperawatan, kegiatannya meliputi :
a. Pengumpulan data pasien
Pengumpulan data pasien yang akurat dan sistematis
tentunya akan membantu dalam menilai status kesehatan penderita,
informasi yang didapat diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
1) Identitas Pasien / Klien / Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, alamat, status perkawinan, nomor register,
suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis
serta data tambahan lainnya.
2) Keluhan Utama
Kesemutan pada kaki / tungkai bawah, sensasi
perabaan yang menurun, adanya luka yang sulit sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka, serta upaya yang dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Dulu
Riwayat penyakit diabetes mellitus atau penyakit lain
yang kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya penyakit jantung, obesitas ataupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
29
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan yang muncul pada
pasien ulkus diabetikum sebagai berikut :
a. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (diabetes melitus)
b. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan
c. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b/d ketidakseimbangan cairan
(dehidrasi)
d. Risiko berat badan lebih b/d kelebihan konsumsi gula
e. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
f. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis hanya berfokus pada
intervensi dengan diagnosa keperawatan resiko infeksi b/d penyakit
kronis (diabetes melitus) dengan fokus intervensi sebagai berikut :
32
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik, dengan
kriteria hasil yang diharapkan (Potter &Perry, 2011). Implementasi
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, (Nurarif, 2015) tindakan
keperawatan tersebut antara lain merawat luka dengan tindakan aseptik,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian insulin, pemeriksaan kultur
pus, pemeriksaan gula darah, pemberian antibiotik, monitoring kadar
gula darah, mempertahankan lingkungan yang nyaman, menganjurkan
pasien tidak menyentuh luka atau balutan, dan menganjurkan
mengonsumsi makanan program diet (Nurarif, 2015).
35
5. Evaluasi
Evaluasi adalah catatan perkembangan pasien dengan
berpedoman hasil dan tujuan yang hendak dicapai, untuk menilai
efektifitas proses keperawatan dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan. (Mubarak, dkk, 2011) Evaluasi disusun dengan metode
SOAP, yaitu :
a. S (Subjektif) : data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung. Contoh : Pasien mengatakan
lukanya sudah mengering.
b. O (Objektif) : data dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.
Contoh : luka tampak bersih, kelembaban terjaga.
c. A ( Assesment) : membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan masalah teratasi, masalah teratasi sebgian, masalah
belum teratasi.
d. P (Planning) : rencana tindakan yang akan diberikan untuk
intervensi yang belum teratasi.