Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS DIABETES MELITUS GRADE II

DISUSUN OLEH :

YULITA S.L.MILLA 2118010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPEAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat


dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS” pada waktu
yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya kami, mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari teman-teman pembaca demi kesempurnaan Askep ini.
Harapan, semoga Askep ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi perkembangan dunia keperawatan.

Makassar, 25 Februari 2018

Kelompok I
A. Pengertian
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolime karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penuruanan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati.(Padila. 2012)
Diabetes melitus tipe I. Menurut American Diabetic Association
(ADA) tahun 2010 meerupakan Kondisi tidak terkontrolnya gula di
dalam tubuh karena keruskan sel beta pankreas sehingga
mengakibtkan berkurangnya, produksi insulin sepenuhnya.(Padila.
2012)
Diabetes melitus tipe II. Diabetes melitus tipe II merupakan kondisi
saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat gangguan
sensitivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang
berperan sebagai pengontrol kada gula darah dalam tubuh.(Padila.
2012)
Diabetes gestasional. Diabetes gestasional adalah intoleransi
glukosa yang dimulai sejak kehamilan.Diabetes mellitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengankarakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerjainsulin atau kedua-
duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan
khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik
diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai
terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi.
(Padila. 2012)
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti
penyakit serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika
kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,
diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, atau
setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara
hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.(Dewi Rifka
Kumala, 2014)
Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini
menunjukan kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan
gaya hidup seperti pola makan dan berkurangnya aktivitas fisik
dianggap sebagai faktor-faktor penyebab terpenting. Oleh karenanya,
DM dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM dalam keluarga
dimana proses terjadinya penyakit memakan waktu bertahun-tahun
dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit DM
dapat dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik
dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita (Elvina Karyadi, 2006).
WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi
sekitar 366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan
angka tadi merupakan negara-negara berkembang, yang mengalami
kenaikan penderita diabetes mellitus 150 % yaitu negara penderita
diabetes mellitus terbanyak adalah India (35,5 juta orang), Cina (23,8
juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta orang),
dan Jepang (6,7 juta orang).

B. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
fungsi utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin.Kalenjar pankreas terletak
pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). Di dalamnya terdapat kumpulan sel
yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu acapkali disebut
pulau-pulau Langerhans. (Kumala, 2014)
Setiap pulau berisikan sel beta yang berfungsi mengeluarkan
hormon insulin. Dimana hormon insulin memegang peran penting
dalam mengatur kadar glukosa darah.Tiap pankreas mengandung
lebih kurang 100.000 pulau Langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel
beta. Disamping sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi
glukagon yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu mengingkatkan
kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mengeluarkan
somatostatin.( Kumala, 2014)

C. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes mellitus berdasarkan type dibagi menjadi 4 type :
(Kumala, 2014)

1. Type I
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau sebuah Diabetes
Melitis tergantung insulin (DMTI), 5% hingga 10% penderita
diabetik umumnya type I. Sel-sel beta dari pankreas yg normalnya
ialah menghasilkan insulin namun dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak umumnya terjadi sebelum umur 30 th.
2. Type II
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau
disebut Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh % hingga 95% penderita diabetik yaitu type II.
Keadaan ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas pada insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin. Pengobatan pertama ialah dengan diit & olah raga, apabila
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan sebuah
preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, bila preparat
oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi amat sering
pada mereka yg berumur lebih dari 30 th & pada mereka yg
obesitas.
3. DM type lain
Dikarenakan adanya kelainan genetik, obat, infeksi, penyakit
pankreas (trauma pankreatik), antibodi, penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin. & sindroma penyakit lain.
4. Diabetes Kehamilan
Gestasional Diaetes Melitus (GDM) Diabetes yg terjadi pada
perempuan hamil yg sebelumnya tidak mengidap diabetes.

D. Etiologi
a. Diabetes tipe I
1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu
sendiri,tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe 1.Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antingen HLA.
2. Faktor-faktor imunilogi
Adanya responds otoimun yang merupakan responds abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.Yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan Insulin endogen.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 11 masih
belum diketahui.Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko:

1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia


diatas 65 th)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
E. Patofisiologi

Genrtik, imunologi, lingkungan, penuaan, gaya hidup, kehamilan,obestias

Selß pankreas terganggu

Rusaknya sel imun Produksi insulin menurun Makro angiopati


Penghasil insulin
Defisiensi insulin Aterosklerosis

Peningkatan kadar glukosa Sumbatan vaskuler

Arteri prifer
Masuk tubulus ginjal Glukosa tidak sampai sel Komplikasi vaskuler
Insufiseinsi arteri
Melebihi ambang ginjal Starvasi sel Mikro angiopati perifer

Hiperglikemi Peningkatan metabolisme Pelebaran vaskuler Timbunan serbitol


protein dan lemak kecil dan arteriola dan fruktosa Ganggrene
Glukosuria
Gangguan keseimbangan Perdarahan Gangguan metabolisme
Diuresis asmetik asam basa sel sachwan Infeksi/sepsis
Jaringan parut diretina
Poiuria Polidipsi Anoreksia Parestesia
Kebutaan Gangguan
Dehidrasi Hilangya reflek integritas kulit
Kekurangan volume Perubuhan nutrisi kurang Tendon
Syok hipovolemik cairan dari kebutuhan Perubahan persepsi
sensori Nyeri
Kelemahan otot
F. Manifestasi klinis
Menurut Amru Sofia, 2012 tanda dan gejala seseorang menderita DM
berdasarkan type yaitu :
a. Tipe 1
1. Serangan cepat karena tidak ada insulinyang diproduksi
2. Nafsu makan meningkat (polyphagia) karena sel-sel kekurang
energi, sinyal bahwa perlu makan banyak
3. Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha
membuang glukosa
4. Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
5. Berat badan menurun karena glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel
6. Sering infeksi karena bakteri hidup dari klebihan glukosa
7. Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di
dalam darah menghalangi proses kesembuhan.
b. Tipe ll
1. Serangan lambat karena seikit insulin diproduksi
2. Haus menigkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
3. Urinisasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha
membuang glukosa
4. Penyembuha tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di
dalam darah menghalangi proses kesembuhan.
c. Gestational
1. Asimtomatik
2. Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat
(polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.
d. Diabetes melitus type lain
1. Efek genetik fungsi sel beta
a. Kromosom 12, HNF-1alfa (dahulu MODY 3)
b. Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
c. Kromosom 20, HNF-4 alfa (dahulu MODY 1)
d.  Kromosom 13, insulin promoter  faktor-1 (dahulu MODY 4)
e. Kromosom 17, HNF-4alfa (dahulu MODY 5)
f. Kromosom 2, neuro DI (dahulu MODY 6)
g. DNA Mitokondria, Lainnya
2. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin type A,
leprechaunism, syndrom rabson mendenhall, diabees lipoatrofik,
lainnya
3. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma atau
pankreatektomy, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati
fibrokalkulus, lainnya
4. Endokrinopati : akromegali, syndrom cushing, feokromasitoma,
hiperiroidisme, somaostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya
5. Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, anagonis beta adenergik,
tiazid, dilatin, inerferon alfa dan lainnya.
6. Infeksi : rubella kongenital, CMV dan lainnya
7. Imonologi  ( jarang): Syndrom stiff-man, antibody anti resepor
insulin, lainnya.
8. Syndrome genetik lainnya : syndrom down, syndrom klinefelter,
sindrom tuner, sindrom wolfram’s, ataksia friedreich’s, chorea
huntington, syndrom laurence-moon-bieldl, distrofi miotonik,
porfiria, syndrom pader willi, dan lainnya.

G. Pemeriksaan Penunjang
MenurutBulechek (2013) pemeriksaan penunjang pada pasien DM
yaitu :
a. Kadar glukosa darah
b. kadar glukosa darah puasa
c. Pemeriksaan Hba1c
Hemoglobin A1c atau HbA1c adalah komponen minor dari
hemoglobin yang berikatan dengan glukosa. HbA1c juga kadang-
kadang disebut sebagai glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi
atau glycohemoglobin. Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan
darah yang penting untuk melihat seberapa baik pengobatan
terhadap diabetes. Artinya pemeriksaan Hemoglobin A1C ini akan
menggambarkan rata-rata gula darah selama 2 sampai 3 bulan
terakhir dan digunakan bersama dengan pemeriksaan gula darah
biasa untuk membuat penyesuaian dalam pengendalian diabetes
melitus. (Padila, 2012)
Bagi orang yang sehat alias tanpa diabetes, kisaran nilai
normal HbA1c adalah antara 4% sampai 5,6%. Kadar HbA1c
antara 5,7% sampai 6,4% mengindikasikan peningkatan risiko
diabetes, dan kadar 6,5% atau lebih tinggi mengindikasikan
diabetes. (Padila, 2012)
d. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl).

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)


Kadar gluosa darah DM Belum pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
Kadar gluosa darah DM Belum pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

e. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikinya 2


kali pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesuadah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post
prandial (pp)>200 mg/dl

H. Komplikasi
Komplikasi penyakit Diabetes mellitus yaitu :( Kumala, 2014)
a.   Akut
1. Hypoglikemia
2. Ketoasidosis Diabetik
b. Kronik
1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati
diabetik, nefropati diabetic.
3. Neuropati diabetic.

I. Penatalksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan type diabetes : ( Kumala, 2014)
a. Tipe I
1) Secara reguler memonitor glukosa darah
2) Memberikan insulin untuk menjaga kadar glukosa darah
dalam tahap normal
3) Diet diebetik
4) Memberikan tindakam cepat: asparat ( lispro, glulisine,
human insulin/ tindakan cepat insulin untuk kontrol sebelum
makan) dan insulin hisap.
5) Tindakan singkat: insulin reguler
6) Tindakan menengah: human insulin-NPH, Human insulin-
zinc-lente
7) Tindakan panjang: Human insulin-zinc-ultralente, insulin
detemir, insulin glargine.
b. Tipe II
1) Menjaga berat badan
2) Monitor glukosa darah secara teratur
3) Memberikan oral sulfonylures untuk menstimulasi produksi
glukosa dari pankreas
4) Memberikan oral biguanides untuk mengurangu prodksi
glukosa darah oleh lever: metformin
5) Memberikan meglitinide analog untuk menstimulasi bagian
insulin dari pankreas : repaglinide
6) Memberikan alpha glucosidase inhibitor untuk menunda
npenyerapan karbohidrat di dalam usus: acarbose, miglitol.
c. Gestational
1) Menjaga berat badan dengan diet dan olahraga
2) Tidak ada medikasi oral diabetes, kebanyakan kontraindikasi
dalam kehamilan
3) Memberikan insulin jika diet dan olahraga gagal mengontrol
kadar glukosa darah.

J. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Nama
b. Umur
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Suku
f. Agama
g. Status perkawinan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Keluhan saat ini
3. Keadaan umum
a. Kesadaran
b. Pasien mengerti tentang penyakitnya
4. Kebutuhan dasar
a. Rasa nyaman nyeri
b. kebersihan perorangan
c. cairan
d. aktivitas dan latihan
e. eliminasi
f. oksigenasi
g. tidur dan istirahat
h. pencehagan terhadap bahaya
i. keamanaan
j. seksualitas
5. keseimbangan dan peningkatan hubungan resiko serata interaksi
sosial
6. Sirkulasi
Adakah riwayat hopertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama.
7. Integritas ego
Stress, ansietas
8. Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare
9. Makanan/cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diabetik
10. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.
11. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat)
12. Pernapasan
13. Batuk / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi / tidak)
14. Keamanan
Kulit kering,gatal,ulkus kulit
K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes
2. Kerusakan integritas kulit b/d imobilisasi fisik ditandai dengan
kerusakan pada epidermis dan dermis kulit
3. Ketidakseimbangan nutrisi ku rang dari kebutuhan tubuh b/d
Penyakit kronis ditandai dengan berat badan 20 % atau lebih di
bawah rentang berat badan ideal, penurunan berat badan dengan
asupan makan adekuat.
4. Kekurangan volume cairana b/d kehilangan cairan aktif ditandai
dengan penurunan berat badan tiba-tiba, haus, kelemahan, kulit
kering, membrane mukosa kering.
L. Intervensi Keperawatan

PERENCANAAN

NO DIAGNOSA
. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1. 1. Resiko Setelah dilakukan Pengelolaan Hiperglikemia Pengelolaan Hiperglikemia


tindakan keperawatan 1. Pantau kadar gula darah 1.Agar dapat mengetahui perubahan
ketidakstabilan
diharapkan resiko 2. Pantau tanda dan gejala kadar gula darah
kadar gula darah ketidakstabilan kadar hiperglikemia seperti 2.Agar dapat mengetahui tanda-tanda
gula darah teratasi poliuri,polifagi,polidipsi, kelemahan, terjadinya hiperglikemia
dengan factor
criteria hasil latergi, pandangan mata kabur, 3.
resiko dengan pusing
1. Level glukosa darah 3. Pantau keton dalam urin
kurang dalam batas normal 4. Pantau analisis gas darah, elektrolit,
pengetahuan 2. Hemoglobin glikosilat dan kadar betahidroksigutirat.
dalam batas normal 5. Pantau tekanan darah ortostatik dan
tentang 3. Keton dalam urin nadi
manajemen (urine ketones) dalam 6. Berikan insulin sesui dosis
batas normal 7. Anjurkan pasien untuk
diabetes
mengomsumsi minuman air putih
yang cukup
8. Pantau status cairan (meliputi input
dan output)
9. Jaga kepatenan akses intra penah
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan MANAJEMEN CAIRAN MANAJEMEN CAIRAN
cairana b/d tindakan keperawatan
1. Jaga intake /asupan yang akurat dan 1. Menjaga cairan pasien agar
diharapkan terjadi
kehilangan cairan keseimbangan catat tercukupi
cairan
2. Memenuhi kebutuhan cairan
aktif kriteria hasil:
2. Berikan cairan dengan tepat 3. Mencegah terjadinya kekurangan
1.Berat badan stabil
3. Pantau adanya tanda dan gejala cairan
dengan indikator 2
retensi cairan
ditingkatkan menjadi 5
2.Turgor kulit baik dengan
indikator 2 ditingkatkan MONITOR TANDA-TANDA VITAL
menjadi 5 MONITOR TANDA-TANDA VITAL 1. Untuk intervensi selajutnya
3.Kelembaban membrana 2. Peningkatan suhu badan
mukosa baik dengan 1. Observasi tanda-tanda vital
memungkinkan terjadinya infeksi
indikator 2 ditingkatkan 2. Monitor dan laporkan tanda dan
3. Untuk intervensi selanjutnya,
menjadi 5 gejala hipertermi
Untuk mengetahui reaksi obat
3. Monitor tekanan darah setelah
pasien minum obat
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI MANAJEMEN NUTRISI
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh ketidak seimbangan 1. Tentukan jumlah kalori dan jenis
1. Membantu memnuhi kebutuhan
b/d Penyakit kronis nutrisi kurang dari nutrisi yang dibutuhkan untuk
gizi pasien
ditandai dengan kebutuhan tubuh teratasi memenuhi persyaratan gizi
berat badan 20 % dengan kriteria:status gizi 2. Tawarkan makanan ringan yang
2. Membantu memenuhi
atau lebih di bawah padat gizi
-asupan gizi dari cukup kebutuhan nutrisi pasien
rentang berat
menyimpang dari rentang
badan ideal,
normal (3) ke tidak 3. Anjurkan pasien untuk membawa 3. membantu meningkatkan nafsu
penurunan berat
menyimpang dari rentang makanan favorit pasien makan pasien
badan dengan
normal (5)
asupan makan
MANAJEMEN MUAL
adekuat. -asupan makanan dari MANAJEMEN MUAL
cukup menyimpang dari
a) Dorong pola makan dengan porsi
rentang normal (3) ke
sedikit makanan yang menarik bagi a) untuk mengurangi mula dan
tidak menyimpang dari
pasien mual nutrisi tetepa terpenuhi
rentang normal (5)
DAFTAR PUSTAKA

1. Padila (2012) Keperwatan Medikal Bedah, Nuha Medika, yogyakarta


2. Dewi Rifka Kumala, (2014) Diabetes Bukan Untuk Ditakuti, Fmedia,
Jakarta
3. Nurarif Huda Amin& Hardhi, Kusuma. (2015). Aplikasi: Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa MedisNanda Nic Noc.
Yogyakarta: Media Action
4. Bulechek M. Gloria, Butcher K. Howard, Dkk.( 2013). Terjemahan
Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. Indonesia
5. Moorhead Sue, Johnson Marion, Dkk. (2013). Terjemahan Nursing
Outcomese Classification (NOC) Edisi 5. indonesia

Anda mungkin juga menyukai