Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN

PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RUANG MAWAR RSUP SANGLAH
TGL 24 - 25 APRIL 2017

OLEH

NAMA : NI MADE DESSY WULANDARI


NIM : P0720015042
TINGKAT/SEMESTER : II/IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN
PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG MAWAR RSUP SANGLAH
TGL 21 - 22 APRIL 2017

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012).
Diabetes Mellitus adalah sindrom klinis yang ditandai dengan hiperglikemia
karena defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. Kurangnya hormon insulin
dalam tubuh yang dikeluarkan dari sel B pankreas mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak menyebabkan gangguan signifikan. Kadar glukosa
darah erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme. Hati
sebagai organ utama dalam transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai
glikogen dan kemudian dirilis ke jaringan perifer ketika dibutuhkan (Animesh,
2006).
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa
DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomi dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Purnamasari, 2009).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Menurut American Diabetes Association (ADA,2013), klasifikasi diabetes
meliputi empat kelas klinis :
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Hasil dari kehancuran sel β pankreas, biasanya menyebabkan defisiensi insulin
yang absolut.
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif ynag menjadi latar belakang
terjadinya resistensi insulin.
c. Diabetes tipe spesifik lain
Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu
oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ).
d. Gestational Diabetes Mellitus
Pada beberapa pasien tidak dapat dengan jelas diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 1
atau tipe 2. Presentasi klinis dan perkembangan penyakit bervariasi jauh dari kedua
jenis diabetes. Kadang-kadang, pasien yang dinyatakan memilki diabetes tipe 2 dapat
hadir dengan ketoasidosis. Demikian pula, pasien dengan tipe 1 diabetes mungkin
memiliki onset terlambat dan memperlambat perkembangan penyakit walaupun
memilki fitur penyakit autoimun. Kesulitan seperti itu pada diagnosis mungkin terjadi
pada anak-anak, remaja, dan dewasa. Diagnosis yang benar dapat menjadi lebih jelas
dari waktu ke waktu.

Klasifikasi Diabetes Mellitus berdasarkan etiologi (ADA, 2012) :


1. Diabetes Mellitus tipe 1 (Kehancuran sel β, biasanya menyebabkan defisiensi
insulin yang absolut).
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
2. Diabetes Mellitus tipe 2 (Resistensi insulin terutama dengan kekurangan insulin
relatif yang didominasi gangguan sekresi insulin dengan resistensi insulin).
3. Tipe spesifik lainnya
a. Gangguan genetik fungsi sel β
Kromosom 12, HNF-1α (MODY3), Kromosaom 7, glukokinase (MODY2),
Kromosom 20, HNF-4α (MODY1), Kromosom 13, insulin promoter factor-
1 (IPF-1; MODY4), Kromosom 17, HNF-1β (MODY5), Kromosom 2,
NeuroD1 (MODY6), DNA mitokondria dan lainnya.
b. Gangguan genetik dalam kerja/aksi insulin
Insulin resisten tipe A, Leprechaunism, Sindrom Rabson-Mendenhall
Diabetes Lipoatrophic, dan lainnya.

c. Penyakit eksokrin pankreas


Pankreatitis, Trauma/Pankreatektomi, Neoplasia, Fibro kistik,
Hemochromatosis, Pancreatopathy fibrocalculosus.
d. Endokrinopati
Akromegali, Sindroma Cushing, Glukagonoma, Pheochromasitoma,
Hiperthiroidism, Somatostatinoma, Aldosteronoma dan lainnya.
e. Induksi obat atau bahan kimia
Vacor, Pentamidin, Asam Nikotinat, Glukokortikoid, Hormon tiroid,
Diazoxide, Agonist β-adrenergik, Thiazides, Dilantin, G-interferon dan
lainnya.
f. Infeksi
Rubella kongenital, Cytomegalovirus dan lainnya.
g. Bentuk jarang dari diabetes yang diperantarai imun
“Stiff-man” sindrom, Antibodi anti reseptor insulin dan lainnya.
h. Sindroma genetik lainnya yang kadang dihubungkan dengan diabetes
Sindroma Down, Sindroma Klinefelter, Sindroma Turner, Sindroma
Wolfram’s, Friedreich ataksia, Huntington chorea, Sindroma Laurence-
Moon-Biedl, Distrofi miotonik, Porfiria, Sindroma Prader-Willi dan
lainnya.
4. Gestational Diabetes Mellitus

3. Penyebab / Faktor Predisposisi Diabetes Mellitus


a. Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes) terjadi karena adanya gangguan
pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin
dengan optimal. Pankres memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit dan
dan dapat berkembang menjadi tidak mampu lagi memproduksi insulin.
Akibatnya, penderita diabetes tipe 1 harus mendapat injeksi insulin dari luar
(Susanto, 2013). Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui dan kejadian ini masih
belum dapat dicegah dengan ilmu yang ada pada saat ini. Gejala gejalanya
meliputi frekuensi ekskresi urin yang berlebihan (polyuria), kehausan
(polydipsia), lapar yang terus menerus, berat badan berkurang, gangguan
penglihatan, dan kelelahan. Gejala-gejala ini dapat muncul secara tiba-tiba
(WHO, 2013).
b. Diabetes tipe 2 merupakan penyakit diabetes yang disebabkan karena sel-sel
tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan oleh pankreas (sutanto, 2013).
Diabetes tipe 2 dialami hampir 90% manusia di dunia, dan secara umum
penyakit ini adalah hasil dari berat badan berlebih dan kurangnya aktifitas fisik.
Gejala-gejala mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi biasanya tidak terasa.
Hasilnya, penyakit ini terdiagnosa bertahun tahun setelah awal mula terjadinya
penyakit, ketika sudah timbul komplikasi (WHO, 2013).
c. Diabetes gestational adalah diabetes yang disebabkan karena kondisi kehamilan
(sutanto, 2013). Gejala diabetes gestational mirip dengan gejala diabetes tipe 2.
Diabetes gestational lebih sering terdiagnosa melalui prenatal screening dari
pada gejala yang dilaporkan (WHO, 2013).
4. Pohon Masalah

Faktor Genetik
Infeksi Virus Gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk dalam sel
Ketidakseimbangan produksi insulin
Kerusakan sel beta
Pengrusakan Imunologik

Glukosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun

Dierisis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi

Poliuri → Retensi Urin Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun
Iskemik jaringan
Kehilangan eletrolit dalam sel
Risiko Infeksi Neuropati sensori perifer
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Dehidrasi
Nekrosis luka
Klien tidak merasa sakit
Risiko syok Kehilangan kalori
Gangrene Kerusakan integritas jaringan
Sel kekurangan bahan untuk metabolisme
Merangsang hipotalamus
Protein dan lemak dibakar BB menurun

Pusat lapar dan haus


Katabolisme lemak Pemecahan Protein Keletihan
Polidipsia, Polipagia
Asam lemak Keton Ureum

kseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Ketoasidosis
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien DM adalah :
a. Poliuria.
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang yang sering dan dalam jumlah yang banyak akan sangat
mengganggu pasien, terutama pada waktu malam hari.
b. Polidipsi.
Akibat volume urie yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(Anti Diuretic Hormone) dan menimbulkan haus. Rasa haus amat sering dialami
oleh pasien karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini
justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus adalah udara yang
panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu pasien
minum banyak.
c. Polifagia.
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolismekan menjadi glukosa
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, pasien selalu merasa lapar.
d. Penurunan BB dan rasa lemah.
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan
prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan
karena glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel, sehingga sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan
otot. Akibatnya pasien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.
e. Gangguan saraf tepi / kesemutan.
Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam,
sehingga mengganggu tidur.
f. Gangguan penglihatan.
Pada fase awal penyakit DM sering dijumpai gangguan penglihatan yang sering
mendorong pasien mengganti kacamatanya, agar dapat melihat dengan baik.
g. Gatal / bisul.
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula keluhan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat terjadi akibat
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau peniti.
h. Gangguan ereksi.
Gangguan ini menjadi masalah tersembunyi. Hal ini terkait dengan budaya
masyarakat yang tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut
kemampuan atau kejantanan seseorang.
i. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan,
bahkan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

6. Pemeriksaan Penunjang Diagnostic


a. Kadar Glukosa Darah
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti DM
Sewaktu
Plasma Vena >200 100-200
Darah Kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti DM
Puasa
Plasma Vena >120 110-120
Darah Kaplier >110 90-110

b. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa > 140mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
megkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200mg/dl).
c. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes pemantauan
terapi dan tes unuk mendeteksi komplikasi.
d. Tes Saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
1) GDP, GDS
2) Tes glukosa Urin :
a) Tes Konvensional (metode reduksi/ benedict)
b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/ hexokinase)
e. Tes Diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDs, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam
Post Pandrial), Glukosa jam ke-2 TTGO.
f. Tes Monitoring terapi DM adalah :
1) GDP : Plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP : Plasma vena
3) A1c : darah vena, darah kapiler
g. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
1) Microalbuminuria : Urin
2) Ureum, Kreatinin, Asam urat
3) Kolesterol total : Plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : Plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : Plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWAWATAN


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Pengumpulan Data
a) Identitas Klien
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,
umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat.
Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur,
karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe
II pada umur diatas 40 tahun.
b) Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit dengan
gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan
turun. adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM,
penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
obesitas, hipertensi, atau juga atherosclerosis
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua dengan diabetes
mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f) Riwayat Psikososial
Kaji meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
2) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
b) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.
c) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi
waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita
e) Pola Aktivitas
Adanya Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
f) Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
h) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
i) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
j) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif / adaptif.
k) Pola tata nilai dan keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien.

b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b) Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.

2) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis
pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2) Data Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit.
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
meningkat dibawah kondisi stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis
f) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Risiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh, hypovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangrene)
4. Risiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus)
5. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer,
proses penyakit (DM)
7. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi
8. Keletihan
D. INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang NOC NIC
dari Kebutuhan  Nutritional Status : Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional Status : food and fluid intake  Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolic  Nutritional Status : nutrient intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Batasan Karakteristik :  Weight control menentukan jumlah kalori dan
 Kram abdomen Kriteria Hasil : nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen  Adanya peningkatan berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
 Menghindari makanan dengan tujuan meningkatkan intake Fe
 Berat badan 20% atau lebih di  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien untuk
bawah berat badan ideal badan meningkatkan protein dan vitamin
 Kerapuhan kapiler  Mampu mengidentifikasi kebutuhan C
 Diare nutrisi  Berikan substansi gula

 Kehilangan rambut berlebihan  Tidak ada tanda-tanda malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan

 Bising usus hiperaktif  Menunjukkan peningkatan fungsi mengandung tinggi serat untuk

 Kurang makanan pengecapan dari menelan mencegah konstipasi

 Kurang informasi  Tidak terjadi penurunan berat badan yang  Berikan makanan yang terpilih

berarti (sudah dikonsultasikan dengan


 Kurang minat pada makanan
ahli gizi)
 Penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat  Ajarkan pasien bagaimana
 Kesalahan konsepsi membuat catatan makanan harian
 Kesalahan informasi  Monitor jumlah nutrisi dan
 Membrane mukosa pucat kandungan kalori
 Ketidakmampuan memakan  Beirkan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
 Tonus otot menurun  Kaji kemampuan pasien untuk

 Mengeluh gangguan sensasi rasa mendapatkan nutrisi yang

 Mengeluh asupan makanan dibutuhkan

kurang dari RDA (recommended Nutrition Monitoring

daily allowance)  BB pasien dalam batas normal

 Cepat kenyang setelah makan  Monitor adanya penurunan berat

 Sariawan rongga mulut badan

 Steatorea  Monitor tipe dan jumlah aktivitas


yang bisa dilakukan
 Kelemahan otot pengunyah
 Monitor interaksi anak atau orang
 Kelemahan otot untuk menelan
tua selama makan
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Monitor lingkungan selama
 Faktor biologis
makan
 Faktor ekonomi
 Jadwalkan pengobatan dan
 Ketidakmampuan untuk
tindakan tidak selama jam makan
mengabsorpsi nutrient
 Ketidakmampuan untuk mencerna  Monitor kulit kering dan
makanan perubahan pigmentasi
 Ketidakmampuan menelan  Montor turgor kulit
makanan  Monitor kekeringan, rambut
 Faktor psikologis kusam, dan muda patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
2. Risiko Syok NOC NIC
Definisi : Berisiko terhadap ketidak  Syok prevention Syok Prevention
cukupan aliran darah ke jaringan tubuh,  Syok management  Monitor status sirkulasi BP,
yang dapat mengakibatkan disfungsi Kriteria Hasil : warna kulit, suhu kulit, denyut
seluler yang mengancam jiwa.  Nadi dalam batas yang diharapkan jantung, HR, dan ritme, nadi
Faktor Risiko  Irama jantung dalam batas yang perifer, dan kapiler refill.
 Hipotensi diharapkan  Monitor tanda inadekuat
 Hipovolemi  Frekuensi nafas dalam batas yang oksigenasi jaringan
 Hipoksia diharapkan  Monitor suhu dan pernapasan
 Infeksi  Irama pernapasan dalam batas yang  Monitor input dan output
 Sepsis diharapkan  Pantau nilai labor :
 Sindrom respons inflamasi  Natrium serum dbn HB, HT, AGD, dan elektrolit
sistemik  Kalium serum dbn  Monitor hemodinamik invasi
 Klorida serum dbn yang sesuai
 Kalsium serum dbn  Monitor tanda dan gejala asites

 Magnesium serum dbn  Monitor tanda awal syok

 PH darah serum dbn  Tempatkan pasien pada posisi


Hidrasi supine, kaki elevasi untuk

 Indikator peningkatan preload dengan tepat

 Mata cekung tidak ditemukan  Lihat dan pelihara kepatenan jalan

 Demam tidak ditemukan nafas

 TD dbn  Berikan cairan iv dan atau oral


yang tepat
Hematokrit DBN
 Berikan vasodilator yang tepat
 Ajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala
datangnya syok
 Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
Syok Management
 Monitor fungsi neurologis
 Monitor fungsi renal (e.g BUN
dan Cr Level)
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan, input
output
 Catat gas darah arteri dan oksigen
di jaringan
 Monitor EKG, sesuai
 Memanfaatkan pematauan jalur
arteri untuk meningkakan akurasi
pembacaan tekanan darah, sesuai
 Menggambar gas darah arteri dan
memonitor jaringan oksigenasi
 Memantau tren dalam parameter
hemodinamik (misalnya, CVP,
MAP, tekanan kapiler pulmonal/
arteri)
 Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika
tersedia
 Memantau tingkat karbondioksida
sublingual dan atau tonometry
lambung, sesuai
 Memonitor gejala gagal
pernafasan (misalnya, rendah
PaO2 peningkatan PaCO2 tingkat,
kelelahan otot pernafasan.)
 Monitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial) koagulasi profil,
ABC, tingkat laktat, budaya, dan
profil kimia)
Masukkan dan memelihara besarnya
kebosanan akses IV
3. Kerusakan integritas jaringan NOC NIC
Definisi : Kerusakan jaringan membrane  Tissue integrity : skin and mucous Pressure ulcer prevention wound care
mukosa, korne, integument, atau  Wound healing : primary and secondary  Anjurkan pasien untuk
subkutan intention menggunakan pakaian yang
Batas karakteristik Kriteria hasil : longgar
 Kerusakan jaringan (mis., kornea,  Perfusi jaringan normal  Jaga kulit agar tetap bersih dan
membrane mukosa, kornea,  Tidak ada tanda-tanda infeksi kering
integument, atau subkutan)  Ketebalan dan tekstur jaringan normal  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Kerusakan jaringan  Menunjukkan pemahaman dalam proses pasien) setiap dua jam sekali
Faktor yang Berhubungan perbaikan kulit dan mencegah terjadinya  Monitor kulit akan adanya
 Gangguan sirkulasi cidera berulang kemerahan
 Iritan zat kimia Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan  Oleskan lotion atau minyak/ baby
 Defisit cairan luka oil pada daerah yang tertekan
 Kelebihan cairan  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Hambatan mobilitas fisik pasien

 Kurang pengetahuan  Monitor status nutrisi pasien

 Faktor mekanik (mis., tekanan,  Memandikan pasien dengan sabun

koyakan,/ robekan, friksal) dan air hangat

 Faktor nutrisi (mis., kekurangan  Observasi luka : lokas, dimensi,


atau kelebihan) kedalaman luka, jaringan
 Radiasi nekrotik, tanda-tanda infeksi
Suhu ekstrem lokal, formasi traktus
 Ajarkan keluarga tentang luka dan
perawatan luka
 Kolaborasi ahli gizi pemberian
diet TKTP (tinggi kalori tinggi
protein)
 Cegah kontaminasi feses dan urin
 Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril
 Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
Hindari kerutan pada tempat tidur
4. Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami peningkatan risiko  Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
terserang organisme patogenik  Knowledge : Infection control  Bersihan lingkungan setelah
Faktor-faktor risiko :  Risk control dipakai pasien lain
 Penyakit kronis Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
- Diabetes mellitus  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila perlu
- Obesitas  Mendeskripsikan proses penularan  Instruksikan pada pengunung
 Pengetahuan yang tidak cukup
untuk menghindari pemanjanan penyakit, faktor yang mempengaruhi untuk mencuci tangan saat
pathogen penularan serta penatalaksanaannya. berkunjung dan setelah
 Pertahanan tubuh primer yang  Menunjukkan kemampuan untuk berkunjung meninggalkan pasien
tidak adekuat mencegah timbulnya infeksi  Gunakan sabun antimikroba untuk
- Gangguan peristalsis  Jumlah leukosit dalam batas normal mencuci tangan
- Kerusakan integritas kulit Menunjukkan perilaku hidup sehat  Cuci tangan setiap sebelum dan
(pemasangan kateter sesudah tindakan keperawatan
intravena, prosedur invasif)  Gunakan baju, sarung tangan
- Perubahan sekresi pH sebagai alat pelindung
- Perubahan kerja siliaris  Pertahankan lingkungan aseptic
- Pecah ketuban dini selama pemasangan alat
- Pecah ketuban lama  Ganti letak IV perifer dan line
- Merokok central dan dressing sesuai dengan
- Stasis cairan tubuh petunjuk umum
- Trauma jaringan (mis., trauma  Gunakan kateter intermiten untuk
destrksi jaringan) menurunkan infeksi kandung
 Jaringan adekuatan pertahanan kencing
sekunder  Tingkatkan intake nutrisi
- Penurunan hemoglobin  Berikan terapi antibiotic bila perlu
- Imunosuspresi (mis., imunitas Infection Protection (proteksi
didapat tidak adekuat, agen terhadap infeksi)
farmaseutikal termsuk
imunosupresan, steroid,  Monitor tanda dan gejala infeksi
antibody monoclonal, sistemik dan lokal
imunomudulator)  Monitor hitung granulosit, WBC
- Supresi respon inflamasi  Monitor kerentanan terhadap
 Vaksinasi tidak adekuat infeksi
 Pemajanan terhadap pathogen  Batasi pengunjung
lingkungan meningkat  Sering pengujung terhadap
- Wabah penyakit menular
 Prosedur ivasif  Pertahankan teknik asepsis pada
Malnutrisi pasien yang berisiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikapn perawatan kulit pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukkan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5. Retensi Urine NOC NIC
Definisi : Pengosongan kandung kemih  Urinary elimination Urinary Retention Care
tidak komplit  Urinary continence  Monitor intake dan output
Batasan karakteristik Kriteris hasil :  Monitor penggunaan obat
 Tidak ada haluaran urin  Kandung kemih kosong secara penuh antikolionergik
 Distensi kandung kemih  Tidak ada residu urin > 100-200 cc  Monitor derajat distensi bladder
 Menetes  Bebas dari ISK  Instruksikan pada pasien dan
 Dysuria  Tidak ada spasme bladder keluarga untuk mencatat output
 Sering berkemih Balance cairan seimbang urine
 Inkontinensia aliran berlebih  Sediakan privacy untuk eliminasi

 Residu urine  Stimulasi reflex bladder dengan

 Sensasi kandung kemih penuh kompres dingin pada abdomen

 Berkemih sedikit  Kateterisasi jika perlu

Faktor yang berhubungan  Monitor tanda dan gejala ISK


 Sumbatan (panas, hematuria, perubahan bau
 Tekanan ureter tinggi dan konsistensi urine)

 Inhibisi arkus reflex Urinary Elimination Management

Sfingter kuat
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan : NOC NIC
Definisi: penurunan sirkulasi darah ke  Circulation status Peripheral Sensation Management
perifer yang dapat mengganggu  Tissue perfusion : cerebral (Manajemen Sensasi Perifer)
kesehatan Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah tertentu yang
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan status sirkulasi yang hanya peka terhadap
 Tidak ada nadi ditandai dengan: panas/dingin/tajam/tumpul
 Perubahan fungsi motoric  Tekanan systole dan diastole dalam rentang  Monitor adanya paretese
 Perubahan karakteristik kulit (warna, yang diharapkan  Intruksikan keluarga untuk
elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,  Tidak ada ortostatik hipertensi mengobservasi kulit jika ada lesi atau
sensasi, suhu)  Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan laserasi
 Indek ankle-brankhial <0,90 intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Perubahan tekanan darah diekstremitas Mendemonstrasikan kemampuan kognitif  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 Waktu pengisian kapiler >3 detik yang ditandai dengan: punggung
 Klaudikasi  Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai  Monitor kemampuan BAB
 Warna tidak kembali ketungkai saat dengan kemampuan  Kolaborasi pemberian analgetik
tungkai diturunkan  Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan  Monitor adanya tromboplebitis
 Kelambatan penyembuhan luka perifer orientasi Diskusikan mengenai penyebab
 Penurunan nadi  Memproses informasi perubahan sensasi
 Edema  Membuat keputusan dengan benar
 Nyeri ekstremitas Menunjukkan fungsi sensori motori cranial
 Bruit femoral yang utuh: tingkat kesadaran membaik, tidak

 Pemendekan jarak total yang ditempuh ada gerakan-gerakan involunter


dalam uji berjalan 6 menit
 Pemendekan jarak bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit
 Perestesia
 Warna kulit pucat saat elevasi
Faktor yang Berhubungan:
 Kurang pengetahuan tentang faktor
pemberat (mis., merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas)
 Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit (mis., diabetes,
hiperlipidemia)
 Diabetes mellitus
 Hipertensi
 Gaya hidup monoton
Merokok
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit NOC NIC
Definisi: Berisiko mengalami perubahan  Fluid balance Fluid management
kadar elektrolit serum yang dapat  Hydration  Timbang popok/pembalut jika
mengganggu kesehatan  Nutritional status: Food and Fluid diperlukan
Faktor Resiko  Intake  Pertahankan catatan intake dan output
 Defisiensi volume cairan Kriteria Hasil: yang akurat
 Diare  Mempertahankan urine ouput sesuai dengan  Monitor status dehidrasi (kelembaban
 Disfungsi endokrin usia dan BB, BJ urine normal, HT normal membrane mukosa, nadi adekuat,
 Kelebihan volume cairan  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas tekanan darah ortostatik), jika

 Gangguan mekanisme regulasi (mis. normal diperlukan

Diabetes, isipidus, sindrom Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas  Monitor vital sign
ketidaktepatan sekresi hormone turgor kulit baik, membrane mukosa lembab,  Monitor masukan makanan/ cairan dan
antidiuretik) tidak ada rasa haus yang berlebihan hitung intake kalori harian
 Disfungsi ginjal  Kolaborasikan pemberian cairan IV
 Efek samping obat (mis. Medikasi,  Monitor status nutrisi
drain)  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Muntah  Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
 Atur kemungkinan transfusi
 Persiapan untuk transfusi
Hipovolemia Management
 Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk menambah
intake oral
 Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
8. Keletihan NOC NIC
Definisi : Rasa letih luar biasa dan  Endurance Energi management
penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa  Concentration  Observasi adanya pembatasan
pada tingkat yang biasanya secara terus-  Energi conservation klien dalam melakukan aktivitas
menerus.  Nutrition status : energy  Dorong anak untuk
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil mengungkapkan perasaan
 Gangguan konsentrasi  Memverbalisasikan peningkatan energy terhadap keterbatasan
 Gangguan libido dan merasa lebih baik  Kaji adanya faktor yang
 Penurunan performa  Menjelaskan penggunaan energy untuk menyebabkan kelelahan
 Kurang minat terhadap sekitar mengatasi kelelahan  Monitor nutrisi dan sumber
 Mengantuk  Kecemasan menurun energy yang adekuat

 Peningkatan kebutuhan istirahat  Glukosa darah adekuat  Monitor pasien akan adanya

 Introspeksi kelelahan fisik dan emosi secara


 Kualitas hidup meningkat
 Kurang energy berlebihan
 Istirahat cukup
 Monitor respon kardiovaskuler
 Letargi Mempertahankan kemampuan untuk
terhadap aktivitas
 Lesu berkonsentrasi
 Monitor pola tidur dan lamanya
 Persepsi membutuhkan energy
tidur/ istirahat pasien
tambahan untuk menyesuaikan
 Dukung pasien dan keluarga
tugas rutin
untuk mengungkapkan perasaan,
 Mengatakan kurang energy yang
berhubungan dengan perubahan
tidak kunjung reda
 Mengatakan perasaan lelah hidup yang disebabkan keletihan
 Merasa bersalah karena tidak  Bantu aktivitas sehari-hari sesuai
dapat menjalankan tanggung dengan kebutuhan
jawab  Tingkatkan tirah baring dan
 Mengatakan tidak mampu pembatasan aktivitas (tingkatkan
mempertahankan aktivitas fisik perode istirahat)
pada tingkat yang biasanya  Konsultasi dengan ahli gizi untuk
 Mengatakan tidak mampu meningkatkan asupan makanan
mempertahankan rutinitas yang yang berenergi tinggi
biasanya Behavior management
 Mengatakan tidak mampu Activity Therapy
memulihkan energy, setelah tidur Energy Management
sekalipun Nutrition Management
Faktor yang Berhubungan
 Psikologis
- Ansietas, Depresi
- Mengatakan gaya hidup
membosankan, stress
 Fisiologis
- Anemia, status penyakit
- Peningkatan kelemahan fisik
- Malnutrisi, kondisi fisik buruk
- Kehamilan, deprivasi tidur
 Lingkungan
- Kelembapan, Suhu, Cahaya,
Kebisingan
 Situasional
- Peristiwa hidup negatif
Pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA

Decroli E dan Karimi J.2008.Profil Ulkus Diabetik Pada Penderita Rawat Inap diBagian
Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil Padang.Volume: 58

Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta :
EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Purnamasari D. 2009. Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Sudoyo A,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3.
Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.

Susanto, T. 2013. Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku Pintar

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga University


Press.
MENGETAHUI DENPASAR,....................................2017

PEMBIMBING PRAKTEK MAHASISWA

( ) ( )
NIP : NIM :

MENGETAHUI

PEMBIMBING AKADEMIK

( )

NIP :

Anda mungkin juga menyukai