Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

PADA NY.R DI RUANG LAVENDER RSUD dr.R GOETENG


TAROENADIBRATA

Disusun Oleh:

Nama : LISA DEWI DIANA SARI

NIM : 2211040159

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
A. TINAJUAN TEORI
1. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan
jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis
(American Diabetes Association, 2020).

Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup
insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di
diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin
merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan
dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2019).
Menurut WHO, Diabetes Melitus adalah suatu gangguan metabolisme kronis
dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat dari insufisiensi fungsi insulin.
2. Etiologi

Etiologi diabetes mellitus menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019
yaitu:
a. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)

1) Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)


tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen transplantasi oleh proses imun lainnya.

2) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas sebagai

contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu

dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel

beta pankreas. Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM

tipe I. Pemicu tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau

koksakievirus B4) atau bahkan kimia beracun, misalnya yang dijumpai

di daging asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan

kimia, respon autoimun tidak normal terjadi ketika antibody merespon

sel beta islet normal seakan-akan zat asing sehingga akan

menghancurkannya (Priscilla LeMone, dkk, 2016).

b. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui,

faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh

kegemukan, tidak beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan

pertambahan usia. Pada kegemukan, insulin mengalami penurunan


kemampuan untuk mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa

oleh hati, otot 9 rangka, dan jaringan adiposa. DM tipe II yang baru

didiagnosis sudah mengalami komplikasi.

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang serig dijumpai pada pasien DM menurut Bararah dan

Jauhar (2013) yaitu :

a) Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) merupakan gejala yang paling

utama yang dirasakan oleh setiap pasien. Jika konsentrasi glukosa dalam

darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan eletrolit yang berlebihan. Keadaan ini

dinamakan diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan

elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam

berkemih (poliuria).

b) Polidipsia merupakan peningkatan rasa haus akibat volume urine besar dan

keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel

mengikuti dihidrasi ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar

mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma hipertonik. Dihidrasi

intrasel merangsang pengeluaran Antideuretik Hormone (ADH) dan

menimbulkan rasa haus.

c) Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula

didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi.


d) Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan

antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan

fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

e) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes

lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel

untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

f) Kelainan kulit, yaitu kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah

payudara, biasanya akibat tumbuh jamur.

g) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati, pada penderita DM

regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan

dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan

terutama perifer mengalami kerusakan.

h) Luka yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan

bahan dasar utama dari protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita DM

bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga

bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami

gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.

i) Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa

oleh hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpus itreum..


4. Pathway

Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia

Penurunan kadar insulin

Penggunaan glukosa sel menurun, glukagon meningkat Rendahnya informasi

Hiperglikemia Kurang pengetahuan

Resiko infeksi

Sel kelaparan Mual muntah, Diuresis osmotik


anoreksia Mikroangiopati

Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron

Sel saraf sensori iskemik


Mata
Parestesi, kebas,
kesemutan
Penurunan perfusi retina, pengendapan
sorbitol (lensa keruh)

Perubahan persepsi
sensori perabaan
Gangguan fungsi penglihatan

Perubahan persepsi sensori penglihatan


5. Pathofisiologi

Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi

glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen

dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah

hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110 mg /dl ). Jika terdapat defisit

insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi.

Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena

sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa

tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa

dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya

glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan

diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis

osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin

juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan

penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan

(polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup

kelelahan dan kelemahan.

Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan

ninsulin yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin

ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada

gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah

meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif

maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami

sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka

pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur jika

kadar glukosanya sangat tinggi.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl

2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl

3 Glukosa darah 2 jam setelah >200 mg/dl

makan

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)

b. Pemeriksaan fungsi tiroid peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

c. Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui

perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan

merah bata (++++).

d. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik

yang sesuai dengan jenis kuman.


7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi

vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah

mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia), tanpa terjadi

hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

1. Diit

Syarat diet DM hendaknya dapat:

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita.

b. Mengarahkan pada berat badan normal.

c. Menormalkan pertumbuhan DM dewasa muda.

d. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.

e. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM adalah:

a. Jumlah sesuai kebutuhan.

b. Jadwal diet ketat.

c. Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan

kandungan kalorinya

1. Diit DM I: 1100 kalori

2. Diit DM II : 1300 kalori

3. Diit DM III: 1500 kalori

4. Diit DM IV: 1700 kalori

5. Diit DM V: 1900 kalori


6. Diit DM VI: 2100 kalori

7. Diit DM VII: 2300 kalori

8. Diit DM VIII: 2500 kalori

Diit I s/d III: diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

Diit IV s/d V: diberikan kepada penderita dengan berat badan normal. Diit

VI s/d VIII: diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja dan diabetes

komplikasi.

2. Latihan jasmani

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:

a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan

setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten

pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor

insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.

c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen.

d. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMPS) merupakan

salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita 29 DM melalui

bermacam-macam atau media misalnya leaflet, poster, TV, kaset, video,

diskusi kelompok, dan sebagainya.


4. Obat

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

1) Mekanisme kerja sulfanilurea

a. Kerja OAD tingkat preseptor: pankreatik, ekstra pankreas.

b. Kerja OAD tingkat reseptor.

2) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek

lain yang dapat meningkatkan efektifitas insulin, yaitu:

a. Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik

a) Menghambat absorpsi karbohidrat.

b) Menghambat glukoneogenesis di hati.

c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.

3) Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah reseptor

insulin.

4) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek

intraselueler.

b. Insulin
1) Suntikan insulin subkutan

2) Suntikan intramuskular dan intravena

c. Cangkok Pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok pankreas segmen dari donor hidup

saudara kembar identik. (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam

pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang

diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan

dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan

pada esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala,

menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

b. Riwayat Kesehatan masa lalu

Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit

jantung seperti Infark miokard

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

2. Pengkajian Pola gordon

a. Pola persepsi

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan

tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang

dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan

persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak

mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih


dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya

resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi

(Debra Clair,Jounal Februari 201)

b. Pola nutrisi metabolik

Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi

insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga

menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak

minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme

yang dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea,

vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah

c. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik

yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran

glukosa pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada

gangguan.

d. Pola ativitas dan latihan

Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan

istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan

aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren

dan kelemahanotot otot pada tungkai bawah menyebabkan

penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara

maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.


e. Pola tidur dan istirahat

Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang

luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur

f. Kongnitif persepsi

Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa

pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan

mengalami penurunan, gangguan penglihatan.

g. Persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan

penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang

sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan

dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan

gangguan peran pada keluarga (self esteem)

h. Peran hubungan

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan

penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

i. Seksualitas

Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi

sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas

maupun ereksi seta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta

orgasme. Adanya perdangan 58 pada vagina, serta orgasme

menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena

kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.


j. Koping toleransi

Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan

tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi

psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah

tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak mampu

menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.

k. Nilai kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh

serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam

melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Vital Sign Yang terdiri dari tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien

dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas

normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi

infeksi.

b. Pemeriksaan Kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang

dari normal dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan

tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.

c. Pemeriksaan Kepala dan Leher 59 Kaji bentuk kepala,keadaan

rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid,

kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)

normal 5-2 cmH2.


d. Pemeriksaan Dada (Thorak) Pada pasien dengan penurunan

kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan dalam.

e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa

terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal

g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK

h. Pemeriksaan Muskuloskeletal Sering merasa lelah dalam

melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

i. Pemeriksaan Ekstremitas Kadang terdapat luka pada ekstermitas

bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal

j. Pemeriksaan Neurologi GCS :15, Kesadaran Compos mentis

Cooperative(CMC)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin


b. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (enggan makan)

3. Rencana keperawatan

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin


SLKI : Kestabilan kadar gula darah (L.03022)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Kestabilan kadar gula darah meningkat dengan kriteria :
1. Mengantuk menurun 5

2. pusing menurun 5

3. lesu menurun 5

4. keluhan lapar menurun 5

5. mulut kering menurun 5


6. rasa haus menurun 5

7. kadar glukosa dalam darah membaik 5

SIKI : Manajemen Hiperglikemia (L. 15506)

Observasi :

1. Indikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia

2. Identifikasi situasi yang meneyebabkan kebutuhan insulin meningkat

3. Monitor kadar gula dalam darah

4. Monitor tanda-tanda hiperglikemia

5. Monitor intake dan outpuit acairan

6. Monitor keton urin

Teraupetik :

1. Berikan asupan cairan oral

Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada

atau memburuk

Edukasi :

1. Anjurkan monitor kadar glukosa secara mandiri


Kolaborasi :
1. Pemberian insuli
2. Pemeberian cairan IV

b. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (enggan makan)

Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Berat badan stabil atau


bertambah. Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
denganmakanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhanterapeutik.
2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk


absorbsidan utilisasinya).
3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhanetnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalamperencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi


padakeluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kedalam suatu kasus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Ny.R dengan Diabetes. Tindakan dilakukan sesuai dengan
rencana yang dibuat.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2020). Introduction : Standards of medical care in diabetes-2021. Diabetes Care, 44,

1–2. https://doi.org/10.2337/dc21-Sint

IDF. (2019). IDF DIABETES ATLAS (9th ed.). BELGIUM: International Diabetes federation.

Retrieved from https://www.diabetesatlas.org/en/resources/

PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,

PERKENI, Jakarta.

Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish

Restyana N.R. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Artikel. Medical Faculty. Lampung University.

Rendy, M. Clevo & Margareth, TH. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit

Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika.

LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2016). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai