Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM ENDOKRIN :
DIABETES MELITUS
(Dianjurkan untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah )

Dosen pembimbing

Ns. Briefman Tampubolon , M.Kep

Disusun oleh:

Neng Didah Nurifah

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

A. DEFINISI

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia


yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana
Elin, 2009 dalan NANDA NIC-NOC, 2015).

B. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
 Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imunlainnya.
 Faktorimunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
 Faktorlingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus taktergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI
ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran
sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).

Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


- Obesitas
- Riwayat keluarga
- Kelompok etnik

C. PATOFISIOLOGI
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi
akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.

PATHWAY

- Faktor genetik Kerusakan sel Ketidakseimbangan Gula dalam darah


- Inveksi virus beta produksi insulin tidak dapat dibawa
- Pengerusakan masuk dalam sel
imunologik

Batas melebihi hiperglikemia Anabolisme


glukosuria
ambang ganjal protein menurun

Dieresis osmotik Vikositas darah Syok hiperglikemi Kerusakan pada


meningkat antibodi

Poluri retensi Aliran darah Koma diabetik Kekebalan tubuh


urin lambat menurun

Kehilangan Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori


elektrolit dalam sel periper

Ketidakefektifan Nekrosis luka Klien tidak merasa


dehidrasi
pepusi jaringan sakit
perifer
Kehilangan Gangrene Kerusakan
Resiko syok kalori integritas jaringan

Sel kekurangan Protein lemak


Merangsang BB menurun
bahan untuk bakar
hipotalamus metabolisme

Keletihan
Pusat lapar dan
Katabolisme Pemecah
haus
lemak protein

Polidipsia Asam lemak


polipagia Keton Ureum

Ketidakseimbangan kateasidosis
nutrisi
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis DM berkaitan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
(Nurarif,Amin & Kusuma, Hardhi 2015) :
1. Kadar glukosa puasa insulin tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi diaresis osmotic yang
berkaitan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polipdipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
1. Obat (tablet OAD/oral antidiabetes)
2. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan soal hati yang berat
 DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan Koma lain pada DM
 DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
 Ketoasidosis diabetik
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Diet
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebetuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurukan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada
penderita dapat mengatur terapinya secara optimal
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dari mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.

F. KOMPLIKASI

Beberapakomplikasidari Diabetes Mellitus (Mansjoerdkk, 1999) adalah :

1. Akut
o Hipoglikemia dan hiperglikemia
o Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
o Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
o Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
o Neuropati diabetic ( kerusakan syaraf akibat dm kondisi ini mempengaruhi
kaki dan tungkai )
o Retinopatidiabetik ( gangguan pada mata )
o Nefropati diabetic (dapat terjadi pada dm tipe 1-2 seperti hipertensi )
o Proteinuria ( kandungan protein tinggi dalam urin)
o Kelainan koroner
o Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

Terdapatlima grade ulkus diabetikum antara lain:

 Grade 0 : tidak ada luka


 Grade I :kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
 Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
 Grade III :terjadi abses
 Grade IV :Gangren pada kaki bagian distal
 Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.

1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.

c. Sistem Endokrin
Sering kencing, selalu merasa haus,kelelahan, mual dan muntah,kenaikan
atau penurunan berat badan.

d. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

e. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
f. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
h. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
i. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
j. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Tanda mayor Pikositas darah perfusi perifer tidak


DS : - meningkat efektif
DO:
- Pengisiann kapiler >3 detik
- Nadi perifer menurun atau Aliran darahn lambat
tidak teraba
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat Iskemik jaringan
- Turgor kulit menurun
-
perfusi perifer tidak
Tanda minor efektif
DS:
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas
DO:
- Edema
- Penyumbatan luka lambat

2 Tanda mayor Neuropati sensori perifer Gangguan integritas


kulit
DS : -
D0 : klien tidak berasa sakit
- Kerusakan jaringan dan atau
gangrene
lapisan kulit
Tanda mayor
kerusakan integritas
DS: -
DO:
- Nyeri
- Pendarahan
- Kemerahan
- Hematoma
3 Merangsang hipotalamus Defisit nutrisi
Tanda mayor
DS :-
DO : Pusat lapar dan haus
- Berat badan menurun 10% di
bawah rentang ideal
- Polidipsia polipagia
Tanda minor
DS:
- Cepat kenyang setelah Defisit nutrisi
makan
- Kram nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
DO
- Membrane mukosa pucat
- Diare
4 Factor resiko Dieresis Resiko syok
1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Kekurangan volume Poluri retensi urin
cairan

Kehilangan elektrolit
dalam

Dehidrasi

Resiko syok
6 Factor resiko Anabolisme protein Resiko infeksi
1. penyakit kronis menurun
2. kerusakan integritas kulit
3. malnutrisi Kerusakan pada antibody

Kekebalan tubuh
menurun

Resiko infeksi

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
5. Resiko syok berhubungan dengan elektrolit
6. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan tubuh

4. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan
perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
penderita.Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan

No Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


dx hasil
1 perfusi perifer Setelah dilakukan Observasi observasi
tidak efektif Tindakan …x24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer 1.meningkatkan
berhubungan masalah perfusi perifer (mis,nadi perifer, melancarkan aliran darah
dengan tidak efektif dapat edema,pengisian balik sehingga tidak terjadi
melemahnya/m teratasi. kapiler,warna,suhu,anklebrac oedema.
enurunnya Kriteria Hasil : hial index)
aliran darah ke - Denyut nadi perifer 2. identifikasi faktor resiko 2.untuk mengetahui faktor
daerah gangren teraba kuat dan regular gangguan sirkulasi penyebab terjadinya
- Warna kulit sekitar (mis,diabetes,perokok,hipert gangguan sirkulasi
luka tidak ensi)
pucat/sianosis 3, Monitor panas 3.dengan memonitor adanya
- Kulit sekitar luka ,kemerahan,nyeri atau panas,kemerahan,nyeri atau
teraba hangat. bengkak pada ekstermitas bengkak pada ekstremitas
- Oedema tidak terjadi dapat menentukan tindakan
dan luka tidak keperawatan lebih lanjut
bertambah parah. serta mencegah terjadinya
- Sensorik dan motorik resiko kerusakan jaringan
membaik
Teurapeutik
Teurapeutik 1.untuk memantau jika
1. Hindari pengukuran darah konsentrasi HB tidak
pada ekstermitas dengan menurun
keterbatasan perfusi
2. guna mencegah bakteri
2. Lakukan pencegahan atau virus masuk kedalam
infeksi tubuh.

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan minum obat .
secara teratur

2.Anjurkan program diet


untuk memperbaiki
sirkulasi(mis,rendah lemak
jenuh)
2 Ganguan Setelah dilakukan Observasi Observasi
integritas Tindakan …x24 jam 1. Identifikasi penyebab 1. untuk mengetahui
jaringan masalah Ganguan gangguan integritasn kulit penyebab kerusakan
berhubungan integritas jaringan (perubahan jaringan yang disebabkan
dengan adanya dapat teratasi dengan sirkulasi,prubahan status oleh perubahan penurunan
gangren pada Kriteria hasil : nutrisi,penurunan mobilisasi fisik.
ekstrimitas 1.Berkurangnya kelembaban,suhu,penurunan
oedema sekitar luka mobilitas fisik) Terapeutik
2.pus dan jaringan 1. untuk mencegah
berkurang Teurapeutik terjadinya infeksi atau
3. Adanya jaringan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika kerusakan jaringan seperti
granulasi tirah baring lecet (decubitus)
4. Bau busuk luka 2. untuk melancarkan aliran
berkurang 2.lakukan pemijatan pada darah dan mengurangi rasa
area penonjolan tulang pegal
Edukasi
Edukasi 1.untuk menjaga
1.Anjurkan menggunakan kelembaban kulit agar tidak
pelembab mudah lecet.
2. untuk menjaga
2.Anjurkan minum air yang keseimbangan cairan
cukup didalam tubuh

3 Gangguan Setelah dilakukan Observasi Observasi


mobilitas fisik Tindakan keperawatan 1.identifikasi adanya nyeri 1. Untuk mengetahui derajat
berhubungan ….x24 jam masalah atau keluhan fisik lainnya kekuatan otot-otot pasien.
dengan adanya Gangguan mobilitas 2. agar pasien dapat
ulkus di kaki. fisik teratasi : Pasien 2.identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
dapat mencapai tingkat melakukan ambulasi
kemampuan aktivitas Teurapeutik Teurapeutik
yang optimal.dengan 1.Fasilitas aktivasi ambulasi 1.Untuk melatih otot – otot
Kriteria Hasil : dengan alat bantu kaki sehingg berfungsi
1. Pergerakan paien (mis,tongkat,kruk) dengan baik
bertambah luas 2.libatkan keluarga untuk 2. Agar kebutuhan pasien
2. Pasien dapat membantu pasien dalam tetap dapat terpenuhi.
melaksanakan aktivitas meningkatkan ambulasi
sesuai dengan Edukasi
kemampuan ( duduk, 1,Jelaskan tujuan dan
berdiri, berjalan ). prosedur ambulasi Edukasi
3. Rasa nyeri 1. untuk meningkatkan
berkurang. 2. anjurkan ambulasi dini pengetahuan pasien tentang
4. Pasien dapat anjurkan ambulasi yang pentingnya ambulasi
memenuhi kebutuhan sederhana mis,berjalan dari 2. untuk mencegah
sendiri secara bertahap tempat tidur ke kursi roda, terjadinya kekakuan
sesuai d berjalan dari tempat tidur ke terhadap otot kaki
kamar mandi) Dan untuk pemenuhan
ambulasi pasien
untuk mengetahui
kolaborasi kemampuan fisik klien
1.pemberian analgesic untuk melakukan aktivitas.
kolaborasi
1.Analgesik dapat
membantu mengurangi rasa
nyeri, fisioterapi untuk
melatih pasien melakukan

4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi Observasi


berhubungan Tindakan keperawatan 1.Monitor asupan makanan 1. Untuk mengetahui
dengan intake ….x24 jam masalah tentang keadaan dan
makanan yang Defisit Kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien
kurang nutrisi dapat terpenuhi sehingga dapat diberikan
Kriteria hasil : tindakan dan pengaturan
1. Berat badan dan 2. Monitor berat badan diet yang adekuat.
tinggi badan ideal. 2. Mengetahui
2. Pasien mematuhi perkembangan berat badan
dietnya. pasien ( berat badan
3. Kadar gula darah 3. Identifikasi kebutuhan merupakan salah satu
dalam batas normal. kalori dan jenis nutrisi indikasi untuk menentukan
4. Tidak ada tanda- diet ).
tanda Teurapeutik 3. untuk mengontrol kadar
hiperglikemia/hipoglik 1. sajikan makanan secara kebutuhan kalori dan jenis
emia. menarik dan suhu yang nutrisi
sesuai Terapeutik
1.makanan yang menarik
2.berikan makanan tinggi dapat membantu
serat untuk mencegah meningkatkan nafsu makan
konstipasi pada pasien
2. dengan mengkonsumsi
makanan tinggi serat dapat
melancarkan pola eliminasi
pada klien
Edukasi Edukasi
1.Ajurkan posisi duduk 1.dengan mengajarkan
posisi duduk guna
memberikan kenyamanan
untuk pasien
2.Ajarkan diet yang di 2.dengan mengajarkan diet
programkan yang telah doprogramkan
guna mempertahankan
kadar gula didalam tubuh
dan agar berat badan tetap
dalam batas normal
Kolaborasi Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi 1.untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
di butuhkan
5 Resiko syok Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan Tindakan …x24 jam 1.Monitor tingkat kesadaran 1.untuk mengetahui tingkat
dengan tidak terjadi syok dan respon pupil kesadaran pada pasien
elektrolit dengan
Kriteria hasil: 2.monitor status cairan 2,untuk mengetahui jumlah
-nadi dalam batas yang (masukan dan kebutuhan cairan dalam
di harapkan keluaran,turgor kulit,crt) tubuh dan oengeluaran
-irama jantung dalam cairan dalam tubuh
batas yang diharapkan Terapeutik
-frekuensi nafas dalam 1. berikan oksigen untuk
yang diharapkan mempertahankan saturasi
oksigen
2.pasang jalur IV

Edukasi
1. jelaskan penyebab dan
factor resiko dan tanda gejala

Kolaborasi
1.kolaborasi antiflamasi jika
perlu

6 Resiko infeksi Setelah dilakukan Obsevasi : Obsevasi :


berhubungan Tindakan ….x24 jam 1.Identifikasi riwayat 1.untuk meningkatkan
dengan Resiko infeksi tidak kesehatan dan riwayat alergi derajat kesehatan dengan
ketidakadekuat terjadi penyebaran - Identifikasi status melakukan imunisasi yang
an tubuh infeksi dengan imunisasi setiap telah diprogramkan
Kriteria hasil : kunjungan ke -untuk meningkatkan sistem
1. Tanda – tanda pelayanan kesehatan kekebalan pada tubuh
infeksi tidak ada
2. Tanda – tanda vital Teurapetik Teurapetik
dalam batas normal - Berikan suntikan -untuk meningkatkan
3. Keadaan luka baik pada bayi dibagian derajat kesehatan dengan
dan kadar gula darah paha anterolateral cara melakukan imunisasi
normal - Jadwalkan imunisasi secara bertahap yang telah
pada interval waktu diprogramkan
yang tepat

Edukasi Edukasi
- Jelaskan tujuan, -untuk meningkatkan
manfaat, reaksi yang pengetahuan terhadap
terjadi pasien
- Informasikan -untuk meningkatkan

imunisasi yang derajat kesehatan yang telah

diwajibkan terfasilitasi oleh pemerintah

pemerintah mis secara bertahap

(hepatitis B, BCG,
diftero, dll)
DAFTAR PUSTAKA

Nursing Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.).2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell

Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes,
Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai