SISTEM PENCERNAAN :
THYPOID
(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)
DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh
2021
LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID
A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2009)
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi manusia
yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu penderita demam
tifoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam
tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah,
2014)
Tifoid suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan salmonella typhy.
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa
keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi k dalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
dapat menular pada orang lain melalui makanan dan air yang terkontaminasi. (Nurarif,
2015)
B. Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yaitu
Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Bakteri tersebut
memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan .
C. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui
pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain,
terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan
limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada
perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan menyebar
keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan
tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin,
sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada
usus (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)
Pathway
Mempengaruhi pusat
Lase plak pever Penurunan mobilitas usus thermoregulator
diphotalamus
Erosi Penurunan peristaltik usus
Ketidakefektifan
termogulasi
Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Komplikasi perforasi dan
perdarahan usus
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata rata10-14 hari
3. Demam turun pada minggu ke empat , kecuali demam tidak tertangani akan
8. Batuk
9. Epitaksis (mimisan)
Gejala Khas
a. Minggu Pertama
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya
sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan
yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan
semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak
enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare
lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung
b. Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam
hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam
keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi
hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi
meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang
c. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal
itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-
gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada
saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya
kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia
d. Minggu keempat
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rutin
dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa
disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula ditemukan anemia ringan dan
trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam typhoid dapat meningkat.
Seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi hasil negative
tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai
berikut:
c. Riwayat vaksinasi.
4. Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella typhi. Pada
uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhi dengan
antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan
F. Penatalaksanaan
a. Non farmakologis
1) Bedrest
2) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat
b. Farmakologis
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral
atau IV selama 14 hari
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali, pemberian oral/IV selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis
(tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral selama 14 hari
3) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari
G. Komplikasi
a. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena (feses hitam) yang
dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang,
dan nyeri tekan
Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum, Nursalam, &
Utami, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan
pusing
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat badan
berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan
diare, klien mengeluh nyeri otot.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan)
.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.
4. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan rutin
- SGOT dan SGPT
- Kultur darah
- Uji widal
ANALISA DATA
Mempengaruhi pusat
thermoregulator di hipotalamus
Ketidakefektifan termogulasi
Erosi
Nyeri
3. Tanda Mayor Kuman salmonella typi yang Ketidakseimbangan
DS : - masuk kedalam saluram nutrisi kurang dari
gastrointestinal kebutuhan tubuh
DO :
1. Berat badan menurun Lolos dari asam lambung
minimal 10% dibawah
rentang ideal Bakteri masuk usus halus
Tanda Minor
DS : Inflamasi
1. Cepat kenyang setelah
makan Pembunuh limfe
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun Peredarah darah (bacteremia
DO : primer)
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot mengunyah lemah Masuk reticulondotelial (RES)
3. Otot menelan lemah terutama hati dan limpa
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan Imflamasi pada hati dan limfa
6. Serukm albumin turun
7. Rembut rontok Pembesaran limpa
berlebihan
8. Diare Splenomegali
Hipoperistaltik, hiperperistaltik
Mual muntah
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Pembesaran limpa
Splenomegali
Hipoperistaltik, hiperperistaltik
Mual muntah
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Pembesaran limpa
Splenomegali
Hipoperistaltik, hiperperistaltik
Konstipasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu
tubuh
Kolaborasi
1. untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
menurunkan
demam
pemberian
antibiotik
dapat
menghambat
pertumbuhan
dan proses
infeksi dari
bakteri
Kolaborasi
1. Untuk
membantu
mengurangi
rasa nyeri pada
pasien
1.
3. Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Identifikasi 5. 1. Untuk mengetahui
gan nutrisi
keperawatan 3x24 status nutrisi keadaan umum klien
kurang dari
jam didapatkan 2. Identifikasi 6. 2. Untuk
kebutuhan tubuh kriteria hasil : makanan yang meningkatkan nafsu
1. Porsi disukai makan
b.d intake yang
makanan 3. Identifikasi 7. 3.
tidak adekuat
yang kebutuhan 8. 4. Untuk mengetahui
meningkat kalori dan asupan makanan
2. Kekuatan jenis nutrie 9. 5. untuk mengetahui
otot 4. Monitor peningkatan berat
mengunyah asupan badan
meningkat makanan 10. 6. Untuk mengetahui
3. Kekuatan 5. Monitor berat hasil pemeriksaan
otot menelan badan labolatorium
meningkat 6. Monitor hasil
4. Berat badan pemeriksaan Terapeutik
membaik labolatorium 1. Untuk
5. Frekuensi menghilangkan
makan Terapeutik rasa tidak enak
membaik 1. Lakukan oral pada mulut
6. Nafsu makan hygin atau lidah dan
membaik sebelum dapat
7. Perasaan makan jika meningkatkan
cepat perlu nafsu makan
kenyang 2. Sajikan 2. Untuk
menurun makanan meningkatkan
8. Nyeri secara rasa nafsu
abdomen menarik makan
menurun 3. Berikan 3. untuk
9. Sariawan makanan mencegah
menurun tinggi serat terjadinya
10. Rambut untuk konstipasi
rontok mencegah 4. untuk
menurun konstipasi memenuhi
11. Diare 4. Berikan kebutuhan
menurun makanan tinggi kalori
tinggi kalori dan protein
dan tinggi yang adekuat
protein
Edukasi
Edukasi 1. untuk
1. Anjurkan menghindari
posisi duduk iritan dan
2. Anjurkan diet meningkatkan
yang di istirahat usus
programkan 2. untuk
mempercepat
Kolaborasi proses
1. Kolaborasi penyembuhan
pemberian
medikasi Kolaborasi
sebelum 1. pemberian
makan suplemen
dapat
meningkatkan
nafsu makan
1.
4. Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Monitor status 1. Untuk
kekurangan
keperawatan 3x24 hidrasi mengetahui
volume cairan
jam didapatkan 2. Monitor berat derajat status
b.d intake yang kriteria hasil badan harian dehidrasi
1. Asupan cairan 3. Monitor berat 2. Untuk
tidak adekuat
meningkat badan sesudah dan mengetahui
yang
2. Haluaran urin sebelum dialisis peningkatan
peningkatan meingkat 4. Monitor hasil berat badan
meningkat peningkatan
Kolaborasi
1. Untuk
mengatasi
kekurangan
volume cairan
1.
5. Konstipasi b.d Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Identifikasi 1. .Untuk
penurunan
keperawatan 3x24 masalah usus menentukan
motilitas traktus jam di dapatkan dan intervensi
kriteria hasil : penggunaan selanjutnya
gastrointestinal
1. Keluhan defekasi oat pencahar 2. Untuk
lama dan sulit 3. Monitor buang mengetahui
menurun air besarv seberapa sering
2. Mengejan saat 4. Monitor tanda buang air besar
defekasi menurun dan gejala diare 3. Untuk
3. Konsistensi feses konstipasi atau mengetahui
membaik impaks . adanya tanda
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda. Jilid 1. Edisi Revisi. Mediaction : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI