Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PENCERNAAN :
THYPOID
(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Briefman tampubolon M.Kep

Disusun Oleh

Neng Didah Nurifah

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID

A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2009)
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi manusia
yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu penderita demam
tifoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam
tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah,
2014)
Tifoid suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan salmonella typhy.
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa
keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi k dalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
dapat menular pada orang lain melalui makanan dan air yang terkontaminasi. (Nurarif,
2015)

B. Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yaitu
Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Bakteri tersebut
memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan .

Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan


mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita masih mengandung
Salmonella spp di dalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5 persen
penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedangkan 2 persen yang
lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan
karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type.

C. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui
pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain,
terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan
limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada
perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan menyebar
keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan
tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin,
sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada
usus (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)
Pathway

Kuman salmonella typhi yang


masuk kesaluran Lolos dari asam
gastrointestinal lambung Malaise, perasaan, tidakenak
Bakteri masuk usus halus badan, nyeri abdomen

Pembuluh limfe Inflamasi /peradangan Komplikasi intestinal


perdarahan usus perforasi usus

Peredaran darah Masuk retikulo endtholial (RES)


(bakterimia primer) terutama hati dan limfa

Inflamasi pada hati dan Empedu Masuk kealiran darah


limpa (bakteremia sekunder)

Rongga usus pada kel Endotoksin


limfoid halus

Terjadi kerusakan sel


Hepatomegali Pembesaran limfa

Merangsang melepas zat


Nyeri akut Splenomegali epirogen oleh leukosit

Mempengaruhi pusat
Lase plak pever Penurunan mobilitas usus thermoregulator
diphotalamus
Erosi Penurunan peristaltik usus
Ketidakefektifan
termogulasi

Konstipasi Peningkatan asam lambung


Resiko kekuramngan Anoreksia mual muntah
volume cairan

Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Komplikasi perforasi dan
perdarahan usus

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata rata10-14 hari

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu ke empat , kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan syok , stupor dan koma

4. Ruam muncul hari ke 7 -10 bertahan selama 2-3 hari

5. Nyeri kepala, nyeri perut

6. Kembung, mual , muntah , diare, konstipasi (sembelit)

7. Pusing , bradikardi, nyeri otot

8. Batuk

9. Epitaksis (mimisan)

10. Lidah yang berselaput


11. Hepatomegaly (pembesaran hati ) . splenomegaly (pembesaran limfa),

meteorismus (perut kembung)

12. Gangguan mental samnolen (sadar tidak sadar)

13. Delirium(kebingungan) /psikosis

Gejala Khas

a. Minggu Pertama

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya

sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan

yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,

muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan

semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak

enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare

lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung

merah serta bergetar atau tremor.

b. Minggu Kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,

yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam

hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam

keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi

hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi

meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat

dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai

dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran


umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat

sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang

kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.

c. Minggu Ketiga

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal

itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-

gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada

saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya

kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia

memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot

bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.

d. Minggu keempat

merupakan stadium penyembuhan untuk demam tifoid.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Rutin

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan leukopenia

dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa

disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula ditemukan anemia ringan dan

trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam typhoid dapat meningkat.

2. SGOT dan SGPT

Seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT

dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.


3. Kultur Darah

Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi hasil negative

tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai

berikut:

a. Telah mendapat terapi antibiotik.

b. Volume darah yang timbul kurang.

c. Riwayat vaksinasi.

4. Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella typhi. Pada

uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhi dengan

antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid

F. Penatalaksanaan

a. Non farmakologis
1) Bedrest
2) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat
b. Farmakologis
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral
atau IV selama 14 hari
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali, pemberian oral/IV selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis
(tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral selama 14 hari
3) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari

G. Komplikasi

a. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena (feses hitam) yang
dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang,
dan nyeri tekan

Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum, Nursalam, &
Utami, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan
pusing
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat badan
berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan
diare, klien mengeluh nyeri otot.
c.  Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
d.  Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan)
.
3. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C,


muka kemerahan.
 Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
 Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
 Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.

 Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
 Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.

 Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
 Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.

4. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan rutin
- SGOT dan SGPT
- Kultur darah
- Uji widal
ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. Tanda Mayor Kuman salmonella typi yang Ketidak efektifan
DS : - masuk kedalam saluram termogulasi
DO : gastrointestinal
1. Kulit dingin atau
hangat Lolos dari asam lambung
2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuatif Bakteri masuk usus halus
Tanda Minor
DS : - Inflamasi
DO :
1. Piloereksi Pembunuh limfe
2. Pengisian kapiler >3
detik Peredarah darah (bacteremia
3. Tekanan darah primer)
meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi nafas Masuk reticulondotelial (RES)
meningkat terutama hati dan limpa
6. Takikardia
7. Kejang Masuk aliran darah (Bacteremis
8. Kulit kemerahan sekunder)
9. Dasar kuku sianotik
Endotoksin

Terjadi kerusakan sel


Merangsang melepas zat epirogen
oleh leukosit

Mempengaruhi pusat
thermoregulator di hipotalamus

Ketidakefektifan termogulasi

2. Tanda Mayor Kuman salmonella typi yang Nyeri akut


DS : masuk kedalam saluram
1. Mengeluh nyeri gastrointestinal
DO :
1. Tampak meringis Lolos dari asam lambung
2. Bersikap protektif
3. Gelisah Bakteri masuk usus halus
4. Frekuensi nadi
meningkat Inflamasi
5. Suliit tidur
Pembunuh limfe
Tanda Minor
DS : - Peredarah darah (bacteremia
primer)
DO :
1. Tekanan darah Masuk reticulondotelial (RES)
meningkat terutama hati dan limpa
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah Imflamasi pada hati dan limfa
4. Proses berpikir
terganggu Pembesaran limpa
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri Splenomegali
7. Diaforesis
Lase plak peyer

Erosi

Nyeri
3. Tanda Mayor Kuman salmonella typi yang Ketidakseimbangan
DS : - masuk kedalam saluram nutrisi kurang dari
gastrointestinal kebutuhan tubuh
DO :
1. Berat badan menurun Lolos dari asam lambung
minimal 10% dibawah
rentang ideal Bakteri masuk usus halus
Tanda Minor
DS : Inflamasi
1. Cepat kenyang setelah
makan Pembunuh limfe
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun Peredarah darah (bacteremia
DO : primer)
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot mengunyah lemah Masuk reticulondotelial (RES)
3. Otot menelan lemah terutama hati dan limpa
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan Imflamasi pada hati dan limfa
6. Serukm albumin turun
7. Rembut rontok Pembesaran limpa
berlebihan
8. Diare Splenomegali

Inflamasi usus halus

Hipoperistaltik, hiperperistaltik

Mual muntah

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

4. Faktor resiko Kuman salmonella typi yang Resiko defisiensi


1. Ketidakseimbangan masuk kedalam saluram volume cairan
cairan gastrointestinal
2. Kelebihan volume
cairan Lolos dari asam lambung
3. Gangguan mekanisme
regulasi Bakteri masuk usus halus
4. Efek samping prosedur
5. Diare Inflamasi
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi Pembunuh limfe
endokrin
Peredarah darah (bacteremia
primer)

Masuk reticulondotelial (RES)


terutama hati dan limpa
Imflamasi pada hati dan limfa

Pembesaran limpa

Splenomegali

Inflamasi usus halus

Hipoperistaltik, hiperperistaltik

Mual muntah

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko kekurangan volume cairan

5 Tanda Mayor Kuman salmonella typi yang Konstipasi


DS : masuk kedalam saluram
1. Defekasi kurang dari 2 gastrointestinal
kali seminggu
2. Pengeluaran feses lama Lolos dari asam lambung
dan sulit
DO : Bakteri masuk usus halus
1. Feses keras
2. Peristaltik usus Inflamasi
menurun
Tanda Minor Pembunuh limfe
DS :
1. Mengejan saat defekasi Peredarah darah (bacteremia
DO : primer)
1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum Masuk reticulondotelial (RES)
3. Teraba massa rektal terutama hati dan limpa

Imflamasi pada hati dan limfa

Pembesaran limpa

Splenomegali

Inflamasi usus halus

Hipoperistaltik, hiperperistaltik

Konstipasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan termogulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan

2. Nyeri akut b.d proses peradangan

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu

tubuh

5. Konstipasi b.d motilitas gastrointestinal


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Ketidakefektifan Setelah diberikakan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Monitor 1. untuk
termogulasi b.d
keperawatan selama tekanan darah mengetahui
fluktuasi suhu
3 x 24 jam 2. Monitor kenaikan darah
lingkungan didapatkan kriteria warna dan 2. untuk
hasil : suhu kulit mengetahui
1. Menggigil tubuh peningkatan
menurun 3. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah tanda dan secara
menurun gejala mendadak
3. Pucat hipotermia 3. untuk
menurut ‘ mengetahui
4. Suhu tubuh Terapeutik keadaan
membaik 1. Pasang alat adanya tanda
5. Suhu kulit pemantau gejala
membaik suhu hipotermia
2. Tingkatkan
asupan cairan Terapeutik
dan nutrisi 1. untuk
yang ade kuat mengetahui
3. Sesuaikan peningkatan
suhu suhu pasien
lingkungan 2. agar tidak
dengan terjadi
kebutuhan peningkatan
pasien suhu tubuh
yang
Edukasi mengakibatkan
1. jelaskan cara penguapan
pencegahan 3. untuk
hipertemi memberikan
karena suasana yang
terpapar udara menyenangkan
dingin dan membuat
pasien merasa
Kolaborasi lebih nyaman
1. kolaborasi
pemberian Edukasi
antipiretik, 1. dapat
jika perlu membantu
mengurangi
demam

Kolaborasi
1. untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
menurunkan
demam
pemberian
antibiotik
dapat
menghambat
pertumbuhan
dan proses
infeksi dari
bakteri

2. Nyeri akut b.d  Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi


tindakan 3x24 jam di 1. Identifikasi 1. Untuk
proses
dapatkan kriteria lokasi, mengetahui
peradangan
hasil : karakteristik, intervensi yang
 1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi, cocok untuk
menurun kualitas, diberikan
 2. Meringis menurun instensitas nyeri kepada pasie

 3. Sikap protektif 2. Identifikasi skala 2. Untuk

menurun nyeri mengetahui

 4. Gelisah menurun 3. Identifikasi tingkat nyeri


faktor yang yang dirasakan
 5. Kesulitan
memperberat pasien
menurun
nyeri dan 3. Untuk
 6. Frekuensi nadi
memperingan mengetahui hal
membaik
nyeri yang
4. Identifikasi memperberat
pengetahuan dan dan
keyakinan memperingan
tentang nyeri rasa nyeri pada
pasien
Terapeutik 4. Untuk
1. Berikan mengetahui
tehnik pengetahuan
nonfarmakolo pasien tentang
gis untuk nyeri yang
mengurangi dialami
nyeri
2. Kontrol Terapeutik
lingkungan 1. Untuk
yang menurunkan
memperberat intensitas nyeri
nyeri pada pasien
2. Untuk
Edukasi menurunkan
1. Jelaskan atau
penyebab dan menghilangkan
periode dan nyeri yang
pemicu nyeri dirasakan
2. Jelaskan pasien
strategi untuk
pereda nyeri membuat klien
3. Ajurkan merasa
tehnik nyaman
nonfarmakolo
gis unruk Edukasi
mengurangi 1. Agar pasien
nyeri mengetahui
pemicu rasa
Kolaborasi nyeri yang
1. Kolaborasi dirasakan
pemberian 2. Agar pasien
analgetik jika mengetahui
perlu cara
memperingan
rasa nyeri
secara mandiri
3. untuk
membantu
mengurangi
rasa nyeri pada
pasien

Kolaborasi
1. Untuk
membantu
mengurangi
rasa nyeri pada
pasien

1.
3. Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Identifikasi 5. 1. Untuk mengetahui
gan nutrisi
keperawatan 3x24 status nutrisi keadaan umum klien
kurang dari
jam didapatkan 2. Identifikasi 6. 2. Untuk
kebutuhan tubuh kriteria hasil : makanan yang meningkatkan nafsu
1. Porsi disukai makan
b.d intake yang
makanan 3. Identifikasi 7. 3.
tidak adekuat
yang kebutuhan 8. 4. Untuk mengetahui
meningkat kalori dan asupan makanan
2. Kekuatan jenis nutrie 9. 5. untuk mengetahui
otot 4. Monitor peningkatan berat
mengunyah asupan badan
meningkat makanan 10. 6. Untuk mengetahui
3. Kekuatan 5. Monitor berat hasil pemeriksaan
otot menelan badan labolatorium
meningkat 6. Monitor hasil
4. Berat badan pemeriksaan Terapeutik
membaik labolatorium 1. Untuk
5. Frekuensi menghilangkan
makan Terapeutik rasa tidak enak
membaik 1. Lakukan oral pada mulut
6. Nafsu makan hygin atau lidah dan
membaik sebelum dapat
7. Perasaan makan jika meningkatkan
cepat perlu nafsu makan
kenyang 2. Sajikan 2. Untuk
menurun makanan meningkatkan
8. Nyeri secara rasa nafsu
abdomen menarik makan
menurun 3. Berikan 3. untuk
9. Sariawan makanan mencegah
menurun tinggi serat terjadinya
10. Rambut untuk konstipasi
rontok mencegah 4. untuk
menurun konstipasi memenuhi
11. Diare 4. Berikan kebutuhan
menurun makanan tinggi kalori
 tinggi kalori dan protein
dan tinggi yang adekuat
protein
Edukasi
Edukasi 1. untuk
1. Anjurkan menghindari
posisi duduk iritan dan
2. Anjurkan diet meningkatkan
yang di istirahat usus
programkan 2. untuk
mempercepat
Kolaborasi proses
1. Kolaborasi penyembuhan
pemberian
medikasi Kolaborasi
sebelum 1. pemberian
makan suplemen
dapat
meningkatkan
nafsu makan

1.
4. Resiko  Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Monitor status 1. Untuk
kekurangan
keperawatan 3x24 hidrasi mengetahui
volume cairan
jam didapatkan 2. Monitor berat derajat status
b.d intake yang kriteria hasil badan harian dehidrasi
 1. Asupan cairan 3. Monitor berat 2. Untuk
tidak adekuat
meningkat badan sesudah dan mengetahui
yang
 2. Haluaran urin sebelum dialisis peningkatan
peningkatan meingkat 4. Monitor hasil berat badan

 3. Kelembapan pemeriksaan 3. Untuk


suhu tubuh
membran mukosa laboratorium mengetahui

meningkat peningkatan

 4. Dehidrasi Terapeutik berat badan

menurun 1. Catat intake sebelum dan

 5. Tekanan darah output dan sesudah

membaik hitung dialisis


balance cairan 4. Untuk
 6. Denyut nadi radial
24 jam mengetahui
membaik
 7. Membran mukosa 2. Berikan peningkatan
membaik asupan cairan hasil
 8. Turgor kulit sesuai pemeriksaan
membaik kebutuhan labolatorium
3. Berikam
cairan Terapeutik
intravena, jika 1. Untuk
perlu mengetahui
keseimbangan
Kolaborasi intake output
1. Kolaborasi cairan
pemberian 2. Untuk
diuretik, jika membantu
perlu memenuhi
kebutuhan
cairan
3. Untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan yang
hilang

Kolaborasi
1. Untuk
mengatasi
kekurangan
volume cairan
1.
5. Konstipasi b.d  Setelah dilakukan 1. Observasi Observasi
tindakan 1. Identifikasi 1. .Untuk
penurunan
keperawatan 3x24 masalah usus menentukan
motilitas traktus jam di dapatkan dan intervensi
kriteria hasil : penggunaan selanjutnya
gastrointestinal
 1. Keluhan defekasi oat pencahar 2. Untuk
lama dan sulit 3. Monitor buang mengetahui
menurun air besarv seberapa sering
 2. Mengejan saat 4. Monitor tanda buang air besar
defekasi menurun dan gejala diare 3. Untuk
 3. Konsistensi feses konstipasi atau mengetahui
membaik impaks . adanya tanda

 4. Frekuensi dan gejala

defekasi membaik Terapeutik diare atau

 5. Peristaltik usus 1. Berikan air konstipasi

membaik hangat setelah


makan Terapeutik
2. Sediakan 1. Untuk
makanan mempermudah
tinggi serat defekasi bila
konstipasi
Edukasi terjadi
1. Jelaskan jenis 2. Agar tidak
makanan yang terjadi
membantu konstipasi
meningkatkan
keteraturan Edukasi
peristaltik 1. Untuk
usus menurunkan
2. Anjurkan distresgastrik
pengurangan dan distensi
asupan abdomen
makanan yang 2. Untuk
meningkatkan mencegah
pmebentukan konstipasi
gas 3. Agar tidak
3. Anjurkan terjadinya
mengonsumi konstipasi
makanan yang
tinggi serat Kolaborasi
1. Untuk
Kolaborasi membantu
1. Kolaborasi penyembuhan
pemberian
obat
supositoria
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda. Jilid 1. Edisi Revisi. Mediaction : Jakarta

Rohim Abdul.2002 . Ilmu Penyakit, Diagnosa & Penatalaksanaan: Edisi 1. Jakarta.

W. Sudoyo. Aru. 2006 Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai