ISOLASI SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh :
Neng Didah Nurifah
E.0105.18.025
1) Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan
kegiatan.
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4) Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
5) Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan teransing dari
lingkungannya.
6) Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
7) Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial jenis
ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
8) Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
9) Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
10) Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu, marah jika
orang lain tidak mendukung.
c. Faktor Presdiposisi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut struart
dan sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1) Faktor perkembangan
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah
tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, pengertian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada baya akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingka laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan dikemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa
ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh keluarga, seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah satu diantaranya menderita skizofrenia adalah 58% sedangkan bagi
kembar dzigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan sturuktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
d. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi :
1) Stresor sosoal budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah, dengan orang
yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan
isolasi sosial.
2) Stresor biokimia
Teori depomani : kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
Menurunnya MAO ( mono amino oksidasi ) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klienskizofrenia. Demikian pula polaktin mengalami penurunan
karena dihambat.
e. Tanda dan Gejala
Menurut mustika sari (2002), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu :
1) Kurang spontan
2) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
3) Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
Afek tumpul :
1) Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
2) Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan
klien lain atau perawat.
3) Mengisolasi (menyendiri)\
4) Klien tampak memisahkan diri dari orang lain;
5) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
6) Pemasukan makanan dan minuman terganggu
7) Retensi urine dan feses
8) Aktifitas menurun kurang energi (tenaga)
9) Harga diri rendah
10) Posisi janin saat tidur
11) Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1 (2012), dibagi
menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif :
1) Objektif
Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
Afek tumpul
Bukti kecacatan
Ada didalam subkultur
Sakit
Tindakan tidak berarti
Tidak ada kontak mata
Dipenuhi dengan pikiran sendiri
Menunjukan permusuhan
Tindakan berulang
Afek sedih
Ingin sendirian
Tidak komunikatif
Menarik diri
2) Subjektif
Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan.
Mengalami perasaan berbeda dari orang lain.
Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain.
Tidak percaya diri saar berhadapan dengan publik.
Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain.
Mengungkapkan perasaan penolakan.
Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kulturasi
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan isolasi sosial (keliat dan akemat, 2009)
Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti bagi
klien:...........................................................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat:............................................................
c. Hambatan berhubungan dengan orang
lain:...............................................................................
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
4. Masalah keperawatan
1) Isolasi sosial
2) Harga diri rendah
3) Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
5. Pohon masalah
Effect
Isolasi Sosial
core problem
Causa
6. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial.
2. Harga Diri Rendah Kronik.
7. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Nama klien :______________Diagnosa Medis__________
Ruangan :_______________No. CM :_______________
6. Klien dapat 6.1 Keluarga dapat: 6.1.1 Bisa berhubungan saling Keterlibatan keluarga
memberdayakan - Menjelaskan percaya dengan keluarga: sangat mendukung
sistem pendukung perasaannya. - Salam, perkenalkan diri terhadap proses perubahan
atau keluarga - Menjelaskan cara - Sampaikan tujuan perilaku klien
mampu merawat klien - Buat kontrak
mengembangkan menarik diri. - Eksplorasi perasaan keluarga
kemampuan klien - 6.1.2 Diskusikan dengan
untuk berhubungan Mendemonstrasikan anggota keluarga tentang:
dengan orang lain. cara perawatan - Perilaku menarik diri
klien menarik diri. - Penyebab prilaku menarik diri
- Berpartisipasi - Akibat yang akan terjadi jika
dalam perawatan prilaku menarik diri tidak
klien menarik diri. ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
6.1.3 Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.
6.1.4 Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan pergantian
menjenguk klien minimal satu
minggu sekali.
6.1.5 Beri reinforcement atas
hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
Contoh Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan
N Pasien Keluarga
o SP1P SP2K
1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien Mendiskusikan maslah yang
2 Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dirasakan keluarga merawata
dengan orang lain pasien.
3 Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan Menjelaskan pengertian, tanda
orang lain dan gejala isolasi sosial yang
4 Mengajarkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang dialami klien beserta proses
-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian terjadinya.
5 Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang- Menjelaskan cara-cara merawta
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian klien dengan isolasi sosial
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Melatih keluarga mempraktikan
2 Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara cara merawat klien isolasi
berkenalan dengan satu orang sosial. Melatih keluarga
3 Membantu klien memasukan kegiatan latihan berbincang- mempraktikan cara merawat
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian langsung kepada klien isolasi
sosial
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat
jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat
(discharge planning).
Menjelaskan follow up klien
setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Issacs (2004). Panduan belajar keperawatan Kesehatan jiwa dan psikiatri, edisi 3. (Praty
Rahayuningsih, penerjemah) EGC : Jakarta