Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Neng Didah Nurifah
E.0105.18.025

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Diagnosa Utama) : Isolasi Sosial


2. Proses Terjadinya Masalah :
a. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan ałau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan
saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam (Nanda-l, 2012).
b. Rentang Respon Hubungan Sosial
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Masadaptif


Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

1) Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan
kegiatan.
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4) Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
5) Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan teransing dari
lingkungannya.
6) Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
7) Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial jenis
ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
8) Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
9) Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
10) Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu, marah jika
orang lain tidak mendukung.

c. Faktor Presdiposisi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut struart
dan sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1) Faktor perkembangan
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah
tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, pengertian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada baya akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingka laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan dikemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa
ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh keluarga, seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah satu diantaranya menderita skizofrenia adalah 58% sedangkan bagi
kembar dzigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan sturuktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
d. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi :
1) Stresor sosoal budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah, dengan orang
yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan
isolasi sosial.
2) Stresor biokimia
 Teori depomani : kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
 Menurunnya MAO ( mono amino oksidasi ) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
 Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klienskizofrenia. Demikian pula polaktin mengalami penurunan
karena dihambat.
e. Tanda dan Gejala
Menurut mustika sari (2002), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu :
1) Kurang spontan
2) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
3) Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)

Afek tumpul :
1) Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
2) Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan
klien lain atau perawat.
3) Mengisolasi (menyendiri)\
4) Klien tampak memisahkan diri dari orang lain;
5) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
6) Pemasukan makanan dan minuman terganggu
7) Retensi urine dan feses
8) Aktifitas menurun kurang energi (tenaga)
9) Harga diri rendah
10) Posisi janin saat tidur
11) Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.

Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1 (2012), dibagi
menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif :
1) Objektif
 Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
 Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
 Afek tumpul
 Bukti kecacatan
 Ada didalam subkultur
 Sakit
 Tindakan tidak berarti
 Tidak ada kontak mata
 Dipenuhi dengan pikiran sendiri
 Menunjukan permusuhan
 Tindakan berulang
 Afek sedih
 Ingin sendirian
 Tidak komunikatif
 Menarik diri
2) Subjektif
 Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan.
 Mengalami perasaan berbeda dari orang lain.
 Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain.
 Tidak percaya diri saar berhadapan dengan publik.
 Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain.
 Mengungkapkan perasaan penolakan.
 Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
 Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kulturasi

11) Masalah keperawata dan data yang perlu dikaji


a. Masalah keperawatan
1) Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji
1. Resiko gangguan persepsi sensori
- Data subjektif
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Klien mengatkan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa memakan sesuatu kulitnya
 Klien takut pada suara dan bunyi
 Klien ingin memukul
- Data objektif
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
2. Isolasi sosial
- Data subjektif
 Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, terkadang hanya berupa
jawaban ya dan tidak
- Data objektif

Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri berdiam
diri dikamar dan banyak diam
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Data subjektif
 Klien mengataka saya tidak mampu, tidak bisa, tidah tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu,
terhadap diri sendiri.
- Data objektif
 Klien lebih tampak suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri ingin mengakhiri hidupnya

Format/data fokus pengkajian pada klien dengan isolasi sosial (keliat dan akemat, 2009)
Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti bagi
klien:...........................................................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat:............................................................
c. Hambatan berhubungan dengan orang
lain:...............................................................................
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial

4. Masalah keperawatan
1) Isolasi sosial
2) Harga diri rendah
3) Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
5. Pohon masalah

Risiko gangguan persepsi sensori


Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial

core problem

Harga Diri Rendah Kronik

Causa

6. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial.
2. Harga Diri Rendah Kronik.
7. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Nama klien :______________Diagnosa Medis__________
Ruangan :_______________No. CM :_______________

Tg No Diagnosa (PERENCANAAN Kriteria evaluasi Intervensi Rasional


l D keperawatan )
X Tujuan
1 2 3 4 5 6 7
Isolasi sosial 1. klien bisa 1.1 ekspresi wajah 1.1.1 bina hubungan saling Hubungan saling percaya
membina hungan bersahabat percaya dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
saling percaya menunjukan rasa prinsip komunikasi terapeutik. kelancaran hubungan
senang, ada kontak a. sapa klien dengan ramah interaksi selanjutnya.
mata, mau berjabat baikverbal maupun non verbal
tangan, mau b. perkenalkan diri dengan
menjawab salam, sopan.
klien mau duduk c. tanyakan nama lengkap klien
berdampingan dan nama panggilan yang
dengan perawat, disukai klien.
mau mengutarakan d. jelaskan tujuan pertemuan.
masalah yang e. jujur dan menempati janji.
dihadapi. f. tunjukan sifat empati dari
menerima klien apa adanya.
g. beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat 2.1 klien dapat 2.1.1 kaji pengetahuan klien Diketahuinya penyebab
menyebutkan menyebutkan tentang perilaku menarik diri akan dapat dihubungkan
penyebab menarik penyebab menarik dan tanda-tandanya. dengan faktor resipitas
diri diri yang berasal 2.1.2 beri kesempata kepada yang dialami klien.
dari: klien untuk mengungkapkan
- diri sendiri perasaan penyebab menarik
- orang lain diria atau tidak mau bergaul
- lingkungan 2.1.3 diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri
tanda-tanda serta penyebab yang
mungkin muncul
2.1.4 berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
2.1.3 Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri
tanda-tanda serta penyebab yang
muncul.
2.1.4 Berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Kaji pengetahuan klien Klien harus dicoba
menyebutkan menyebutkan tentang manfaat dan keuntungan berinteraksi secara
keuntungan keuntungan berhubungan dengan orang lain. bertahap agar terbiasa
berhubungan berhubungan 3.1.2 Beri kesempatan dengan membina hubungan yang
dengan orang lain dengan orang lain klien untuk mengungkapkan sehat dengan orang lain.
dan kerugian tidak perasaan tentang keuntungan
berhubungan 3.2 Klien dapat berhubungan dengan orang lain.
dengan orang lain. menyebutkan 3.1.3 Diskusikan bersama klien Mengevaluasi manfaat
kerugian tidak tentang keuntungan yang dirasakan klien
berhubungan berhubungan dengan orang lain. sehingga timbul motivasi
dengan orang lain. 3.1.4 Beri reinforcement positif untuk berinteraksi.
terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain.

3.2.1 Kaji pengetahuan klien


tentang manfaat dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang
lain.
3.2.2 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
3.2.3 Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
3.2.4 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Kaji kemampuan klien
melaksanakan mendemonstrasikan membina hubungan dengan
hubungan social hubungan social orang lain.
secara bertahap. secara bertahap, 4.1.2 Dorong dan Bantu klien
antara: untuk berhubungan dengan
K–P orang lain melalui tahap:
K–P–K K–P
K – P – Kel K – P – P lain
K – P – Klp K – P – P lain – K lain
K – P – Kel/Klp/Masy
4.1.3 Beri reinforcement
terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
4.1.4 Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan
4.1.5 Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan bersama
klien dalam mengisi waktu
4.1.6 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
4.1.7 Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam ruangan
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Dorong klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
perasaannya setelah perasaannya setelah bila berhubungan dengan orang
berhubungan berhubungan lain.
dengan orang lain. dengan orang lain: 5.1.2 Diskusikan dengan klien
- Diri sendiri tentang perasaan manfaat
- Orang lain berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Beri reinforcement positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan klien manfaat
berhubungan dengan orang lain.

6. Klien dapat 6.1 Keluarga dapat: 6.1.1 Bisa berhubungan saling Keterlibatan keluarga
memberdayakan - Menjelaskan percaya dengan keluarga: sangat mendukung
sistem pendukung perasaannya. - Salam, perkenalkan diri terhadap proses perubahan
atau keluarga - Menjelaskan cara - Sampaikan tujuan perilaku klien
mampu merawat klien - Buat kontrak
mengembangkan menarik diri. - Eksplorasi perasaan keluarga
kemampuan klien - 6.1.2 Diskusikan dengan
untuk berhubungan Mendemonstrasikan anggota keluarga tentang:
dengan orang lain. cara perawatan - Perilaku menarik diri
klien menarik diri. - Penyebab prilaku menarik diri
- Berpartisipasi - Akibat yang akan terjadi jika
dalam perawatan prilaku menarik diri tidak
klien menarik diri. ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
6.1.3 Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.
6.1.4 Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan pergantian
menjenguk klien minimal satu
minggu sekali.
6.1.5 Beri reinforcement atas
hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
Contoh Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

N Pasien Keluarga
o SP1P SP2K
1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien Mendiskusikan maslah yang
2 Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dirasakan keluarga merawata
dengan orang lain pasien.
3 Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan Menjelaskan pengertian, tanda
orang lain dan gejala isolasi sosial yang
4 Mengajarkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang dialami klien beserta proses
-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian terjadinya.
5 Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang- Menjelaskan cara-cara merawta
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian klien dengan isolasi sosial
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Melatih keluarga mempraktikan
2 Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara cara merawat klien isolasi
berkenalan dengan satu orang sosial. Melatih keluarga
3 Membantu klien memasukan kegiatan latihan berbincang- mempraktikan cara merawat
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian langsung kepada klien isolasi
sosial
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat
jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat
(discharge planning).
Menjelaskan follow up klien
setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Issacs (2004). Panduan belajar keperawatan Kesehatan jiwa dan psikiatri, edisi 3. (Praty
Rahayuningsih, penerjemah) EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai