Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM KARDIOVASKULER :
HIPERTENSI
(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Briefman tampubolon M.Kep

Disusun Oleh

Neng Didah Nurifah

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020/2021
LAPORAN
PENDAHULUAN
 
A. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
morbiditasdan angka kematian ( mortalitas) ( Adib, 2009 )
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi  jika tekanan
Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih  besar dari 90
mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik ), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik ). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi  pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu.

B. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder). Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2
jenis :
1. Hipertensi primer  atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui  penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronism
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
3. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
- Peningkatan kecepatan denyut jantung
- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
- Peningkatan TPR yang berlangsung lama

C. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula  jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan  pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas
arterioklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

vasokontriksi

Gangguan
sirkulasi

Otak ginjal Pembuluh darah retina

Vasokontriksi Spasme
Resistensi Suplay O2 otak
pembuluh sistemik koroner arteriode
pembuluh menurun
darah ginjal
darah otak
meningkat
diplopia
Blood flow Iskemi
sinkop
Gg pola menurun vasokontri miokard Resiko
Nyeri
tidur ksi injuri
kepala
Gg perfusi
Nyeri
jaringan Respon RAA
dada
Afterload
meningkat
Rangsangan
aldosteron

Penurunan fatique
Retensi
curah
NA
jantung
Itoleransi
aktivitas
edema
D. Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun


secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
- Gelisah  
- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan  bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif , yang memerlukan penanganan
segera

E. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2.Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.  
3.Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau
hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
3.Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya  pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-
hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang  bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala  bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin,
Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
F. Komplikasi
  Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi .
- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI dan Dosen Fakultas kedokteran USU,
Abdul Madjid , meliputi:
- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.
- diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam
urat (factor penyebab hipertensi).
- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85).

1) BIODATA
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2)      RIWAYAT KESEHATAN

a)      Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.

b)      Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang


dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:

P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan


utama.

Q      =  Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

R      = region; yaitu lokasi keluhan utama.


S       =  savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas
atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.

T       = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal.

c)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner,
merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang
beraktivitas.

d)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya


penyakit jantung, stroke, dan lain-lain.

3) PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

 Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-
XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
 Mengkaji tanda-tanda vital

Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan


sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot
menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda
vital biasanya melebihi batas normal.

1. System pengindraan (penglihatan)

Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta
total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat
objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.

2. System penciuman

Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.

3. System pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)

4. System kardiovaskular

Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi
jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit
jantung vaskuler.

5. System pencernaan

Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi


sendiri.

6. System urinaria

Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.

7. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa
kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.

8. System integument : Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Tanda mayor Hipertensi penurunan curah
DS: -
jantung
DO: Kerusakan vaskuler pembuluh
- Gelisah darah

Perubahan struktur
Tanda minor
DS:
Penyumbatan pembuluh darah
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks Vaso ontriksi
- Mengeluh
kedinginan/kepanasa Gangguan sirkulasi

n
Pembuluh darah
- Mengeluh mual
- Mengeluh Lelah Sistemik
DO:
- Menunjukan gejala Vasokontriksi

distress
Afterload meningkat
- Tampak merintih/
menangis penurunan curah jantung
- Pola eliminasi
berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilitas

2 Tanda mayor Hipertensi Gangguan rasa


nyaman
DS:
Kerusakan vaskuler pembuluh
- mengeluh tidak darah
nyaman
Perubahan struktur
DO:

- gelisah Penyumbatan pembuluh darah

Tanda minor
Vaso ontriksi
DS :
Gangguan sirkulasi
- mengeluh sulit tidur
Otak
-tidak mampu rileks

- mengeluh lelah Resistensi pembuluh darah

DO:
Gangguan rasa nyaman
-Tampak merintih menangis

-menunjukan gejala distress


3 Faktor resiko Hipertensi Resiko perubahan
perfusi jaringan
- hiperglikemia Kerusakan vaskuler pembuluh
- gaya hidup kurang darah
gerak
Perubahan struktur
- hipertensi
- merokok
Penyumbatan pembuluh darah

Vaso ontriksi
Gangguan sirkulasi

Otak

Suplay O2 menurun

Sinkop

Resiko Perubahan perfusi jaringan


4 Tanda mayor Hipetensi Itoleransi aktivitas
DS:
- Mengeluh Lelah
Kerusakan vaskuler pembuluh
DO:
darah
- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari Perubahan struktur
kondisi istirahat
Penyumbatan pembuluh darah
Tanda minor
DS:
Vassokontriksi
- Dispnea saat
beraktivitas Gangguan sirkulasi
- Merasa tdk nyaman
setelah beraktivitas Pembuluh darah

- Merasa lemah
Sistemik
DO :
- Tekanan darah Vasokontriksi
berubah >20% dari
kondisi istirahat Afterload meningkat

- Gambaran EKG
Fatigue
menunjukan aritmia
saat setelah Itoleransi aktivitas
beraktivitas
- Gambar EKG
menunjukan iskemia
sianosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial.

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,


iskemia miokard, hipertropi ventrikular.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Resiko perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi.
4. Itoleransi aktivitas b.d kelemahan umun ketidak seimbangan antara suplay dan
kebutuhan O2

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. penurunan curah Setelah Observasi observasi
jantung dilakukan
1.monitor tekanan 1.Perbandingan dari
berhubungan Tindakan ….
darah . tekanan memberi
dengan X24 jam
gambaran yang lebih
peningkatan masalah
2. monitor intake dan
lengkap tentang
afterload, Afterload tidak
output
keterlibatan /
vasokonstriksi, meningkat, tidak
Menurunkan stress dan
iskemia miokard, terjadi 3. periksa TD dan
hipertropi vasokonstriksi,
frekuensi nadi ketegangan yang
ventrikular. tidak terjadi
mempengaruhi TD dan
iskemia miokard.
terapeutik
perjalanan penyakit
hipertensi bidang
kriteria hasil : 1. Berikan
masalah.
Klien lingkungan tenang,
berpartisipasi nyaman, kurangi
2. untuk mengetahui
dalam aktivitas aktivitas.
intake dan output
yang
2. modifikasi gaya
menurunkan 3.untuk mengetahui TD
hidup
tekanan darah / dan nadi jika terjadi
beban kerja peningkatan
3. berikan terapi
jantung,
relaksasi
terapeutik
mempertahankan
TD dalam Edukasi
1. untuk menenenangkan
rentang individu
klien seta meredakan
yang dapat di 1.anjurkan berhenti
nyeri
terima, merokok

memperlihatkan 2. agar tidak terjadi


Kolaborasi
normal dan komplikasi
frekuensi jantung 1. kolaborasi dengan
stabil dalam 3. Menurunkan stress
dokter dalam
rentang normal dan ketegangan yang
pemberia obat.
pasien. mempengaruhi TD dan
perjalanan penyakit
hipertensi .

Edukasi

1. karena merokok dapat


menyebabkan naik nya
Td dan dapat
menyebabkan sesak

Kolaborasi

1. Karena efek samping


obat tersebut maka
penting untuk
menggunakan obat
dalam jumlah penting
sedikit dan dosis paling
rendah.
2. Gangguan rasa Setelah Observasi Observasi
nyaman : nyeri dilakukan
1.identifikasi lokasi , 1. untuk mengetahui
(sakit kepala) Tindakan…x24
karakteristik, durasi, karakteristik nyeri
berhubungan jam masalah
frekuensi, kualitas,
dengan gangguan rasa
2.agar mampu
intensitas nyeri
peningkatan nyaman dapat
mengontrol nyeri
tekanan vaskuler teratasi.dengan
2. identifikasi respon
serebral. Terapeutik
nyeri non verbal
Kriteria hasil:
Pasien .1. Kemajuan aktivitas
Terapeutik
mengungkapkan berharap mencegah
tidak adanya 1. Berikan dorongan peningkatan kerja
sakit kepala dan untuk melakukan jantung tiba-tiba.
tampak nyaman. aktivitas
2. Tekinik menghemat
2. Instruksikan pasien energi mengurangi
terhadap teknik penggunaan energi
penghematan energi. membantu
keseimbangan antara
Edukasi
suplai dan kebutuhan O2

1. Jelaskan
penyebab dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
analgetic jika
perlu

3. Resiko perubahan Setelah Observasi Observasi


perfusi jaringan : dilakukan
1. monitor status 1. teknik tirah baring
serebral, ginjal, Tindakan…x24
pernapasan dapat membantu
jantung jam masalah
lancarnya sirkulasi.
berhubungan Sirkulasi tubuh
2. monitor tekanan
dengan gangguan tidak terganggu.
darah saat masuk 2. Untuk memantau
sirkulasi. dengan Kriteria
pada kedua lengan ; tekanan darah sebagai
Hasil : Pasien
tidur, duduk dengan acuan perawat dalam
mendemonstrasi
pemantau tekanan status pasien
kan perfusi
arteri jika tersedia.
jaringan yang 3. Mempertahankan
membaik seperti 3. Pertahankan cairan keseimbangan cairan
ditunjukkan dan obat-obatan dan elektrolit.
dengan : TD sesuai dengan
4. untuk mengetahui
dalam batas yang pesanan.
adanya penurunan
dapat diterima, tekanan darah
4. Amati adanya 5. untuk mengetahui
tidak ada
intake dan output
hipotensi mendadak
keluhan sakit
kepala, pusing,
nilai-nilai Terapeutik
5. Ukur masukan dan 1. untuk memberikan
laboratorium
rasa nyaman dan
pengeluaran..
dalam batas mempertahankan status
lingkungan yang
normal.
Terapeutik nyaman

1. Pertahanka tirah
baring ; tinggikan
kepala tempat
tidur
2. Pasang jalur iv
3. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen

Edukasi

1. Jelaskan
penyebab dan
tanda gejala syok

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian IV
2. Kolaborasi
pemberian
antiflamasi

4 Itoleransi aktivitas Setelah Observasi


b.d kelemahan dilakukan
1. Identifikasi
umun ketidak Tindakan …x24
gangguan fungsi
seimbangan antara jam diharapkan
tubuh yang
suplay dan masalah
menyebabkan
kebutuhan O2 itoleransi
kelemahan
aktivitas dapat
2. Monitor pola dan
teratasi dengan
jam tidur
kriteria hasil :
3. Monitor lokasi
- Klien dan
mampu ketidaknyamanan
melakukan selama melakukan
aktivitas aktivitas
secara
Terapeutik
mandiri

1. Sediakan
lingkungan yang
nyaman
2. Lakukan Latihan
rentang gerak
pasif atau aktif

Edukasi

1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan aktifitas
secara bertahap

Kolaborasi

1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M . (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I Yogyakarta: CV. Dianloka.

Muttaqin, A (2009). PengantarAsuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Nurarif .A.H. dan kusuma. H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai