SISTEM KARDIOVASKULER :
HIPERTENSI
(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)
DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh
2020/2021
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
morbiditasdan angka kematian ( mortalitas) ( Adib, 2009 )
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan
Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90
mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik ), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik ). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu.
B. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder). Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2
jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronism
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
3. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
- Peningkatan kecepatan denyut jantung
- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
- Peningkatan TPR yang berlangsung lama
C. Patofisiologi
Elastisitas
arterioklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
Penyumbatan
pembuluh darah
vasokontriksi
Gangguan
sirkulasi
Vasokontriksi Spasme
Resistensi Suplay O2 otak
pembuluh sistemik koroner arteriode
pembuluh menurun
darah ginjal
darah otak
meningkat
diplopia
Blood flow Iskemi
sinkop
Gg pola menurun vasokontri miokard Resiko
Nyeri
tidur ksi injuri
kepala
Gg perfusi
Nyeri
jaringan Respon RAA
dada
Afterload
meningkat
Rangsangan
aldosteron
Penurunan fatique
Retensi
curah
NA
jantung
Itoleransi
aktivitas
edema
D. Manifestasi Klinis
E. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2.Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3.Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau
hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin,
Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi .
- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI dan Dosen Fakultas kedokteran USU,
Abdul Madjid , meliputi:
- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.
- diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam
urat (factor penyebab hipertensi).
- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85).
1) BIODATA
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2) RIWAYAT KESEHATAN
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal.
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner,
merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang
beraktivitas.
3) PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-
XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta
total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat
objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.
2. System penciuman
3. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
4. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi
jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit
jantung vaskuler.
5. System pencernaan
6. System urinaria
7. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa
kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
8. System integument : Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut
ANALISA DATA
Perubahan struktur
Tanda minor
DS:
Penyumbatan pembuluh darah
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks Vaso ontriksi
- Mengeluh
kedinginan/kepanasa Gangguan sirkulasi
n
Pembuluh darah
- Mengeluh mual
- Mengeluh Lelah Sistemik
DO:
- Menunjukan gejala Vasokontriksi
distress
Afterload meningkat
- Tampak merintih/
menangis penurunan curah jantung
- Pola eliminasi
berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilitas
Tanda minor
Vaso ontriksi
DS :
Gangguan sirkulasi
- mengeluh sulit tidur
Otak
-tidak mampu rileks
DO:
Gangguan rasa nyaman
-Tampak merintih menangis
Vaso ontriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Suplay O2 menurun
Sinkop
- Merasa lemah
Sistemik
DO :
- Tekanan darah Vasokontriksi
berubah >20% dari
kondisi istirahat Afterload meningkat
- Gambaran EKG
Fatigue
menunjukan aritmia
saat setelah Itoleransi aktivitas
beraktivitas
- Gambar EKG
menunjukan iskemia
sianosis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
Kolaborasi
1. Jelaskan
penyebab dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetic jika
perlu
1. Pertahanka tirah
baring ; tinggikan
kepala tempat
tidur
2. Pasang jalur iv
3. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab dan
tanda gejala syok
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian IV
2. Kolaborasi
pemberian
antiflamasi
1. Sediakan
lingkungan yang
nyaman
2. Lakukan Latihan
rentang gerak
pasif atau aktif
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan aktifitas
secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M . (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I Yogyakarta: CV. Dianloka.
Nurarif .A.H. dan kusuma. H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI