Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS DIABETES MELLITUS

PADA NY. S DIRUANG TRIBRATA RS BHAYANGKARA


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :
NAMA : Fatimah Ariyanti Nasution
NIM : G1B220028
KELOMPOK :I
PERIODE : Minggu ke- 1

PEMBIMBING AKADEMIK :
NURHUSNA, S. KEP., NERS., M. KEP
NS. ANDIKA SULISTIAWAN, S. KEP., M. KEP

PEMBIMBING KLINIK :
NS. EKO SUTRISNO, S.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas
untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan
kurangnya aktivitas insulin pada sel target. (Kerner and Brückel, 2014)
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut maupun kronik, sebagai akibat kurangnya insulin didalam tubuh.
(Aspiani, 2014). Insulin didalam tubuh digunakan untuk memfasilitasi
masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metobolisme dan
pertumbuhan sel. Berkurang atau tidaknya insulin menjadikan glukosa
tertahan dialam darah sehingga mengakibatkan peningkatan gula darah,
sedangkan sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan dan fungsi sel. (Tarwoto, 2012)
b. Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau
kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan
dibagi menjadi 3 yaitu :
a) < 140 mg/dL → normal
b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c) c) > 200 mg/dL → diabetes
c. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula
dalam darah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dalam tubuh
dibentuk di dalam hati dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini
menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang akan
menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi.
Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria
dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana
keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria,
polydipsia, dan polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014 ,Ozougwu, 2013)
PATHWAY

Penurunan fungsi indra pengecap Penurunan fungsi


pankreas

Penurunan fungsi indra pengecap Penurunan kualitas dan kuantitas insulin


Gaya Hidup

HIPERGLIKEMIA

Kerusakan vaskuler
Penurunan glukosa dalam sel

Neuropati perifer

Penurunan cadangan lemak & protein

Ulkus

Penurunan berat badan


Kerusakan Integritas kulit

Resiko ketidakstabilan kadar glukosa


Pembedahan

Pengeluaran histamin dan prosglandinAdanya luka kaki


Nyeri Akut

Luka insisi yang tidak terawat


Gangguan mobilitas fisik

Leukosit meningkat

Resiko Infeksi
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a) Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan
somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
b) Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika
tidak segera mendapat penanganan atau tidak diobati segera.
c) Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin
untuk mengontrol karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II
antara lain :Jarang adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM
ini dibuat setelah adanya pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di
didalam laboratorium, keadaan hiperglikemi berat, kemudian timbulnya gejala
polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis jarang menyerang pada
penderita diabetes mellitus tipe II ini.
e. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1) Diabates Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan atau
memproduksi insulin yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada
pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut dengan kondisi autoimun
oleh karena sistem imun pada tubuh menyerang sel-sel dalam
pankreas yang dikira membahayakan tubuh. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.Diabetes
mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi penyakit ini
dapat berkembang pada orang dewasa.(Kerner and Brückel, 2014)
2) Diabates Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari
diabetes mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif
dari fungsi sel-β pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat
memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi
ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi insulin.
Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari
insulin atau tidak memproduksi insulin yang cukup untuk
mempertahankan tingkat glukosa yang normal.(Kerner and Brückel,
2014)
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak
terdiagnosis selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat
berkembang sedikit demi sedikit dan itu tergantung pada pasien .
Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia pertengahan dan orang tua,
tetapi lebih umum untuk beberapa orang obesitas yang memiliki
aktivitas fisik yang kurang. (Kerner and Brückel, 2014)
3) Diabetes Mellitus Gestotional
Definisi diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa
pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai
gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan.Diabetes
melitus gestational terjadi di sekitar 5–7% dari semua kasus pada
kehamilan.(Kerner and Brückel, 2014)
4) Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic
pada kerja insulin, kelainan pada sel- β, penyakit pancreas,
endocrinopathies, infeksi, dank arena obat atau zat kimia dan juga
sindroma penyakit lain.(Kerner and Brückel, 2014)
f. Komplikasi
Secara umum komplikasi daripada diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Komplikasi Macrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit
jantung koroner, hipertensi, dan stroke
Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh
darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi
makrovaskular ini sering terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe-2
yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan kegemukan.
(Fowler, 2011)
b) Komplikasi Microvaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita
diabetes mellitus tipe-1. Hiperglikemia yang persisten dan
pembentukan protein yang terglikasi menyebabkan dinding pembuluh
darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong
timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain
retinopati, nefropati, dan neuropati. (Fowler, 2011)
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes
mellittus :
1) Komplikasi Akut
a) Koma Hipoglikemia
Terjadi karena mengkonsumsi obat-obatan diabetes melebih
dosis yang dianjurkan
b) Ketoasidosis
Kondisi ini terjadi ketika minimnya glukosa didalam sel,
sehingga sel akan mencari bahan cadangan untuk untuk dapat
memperoleh energi sel. Jika tidak ada glukosa, makan sel akan
megambil benda-benda keton untuk meningkatkan kembali
energi sel. Kondisi ini mengakibatkan penumpukkan resiko
benda-benda keton yang berlebihan akan mengakibatkan
asidosis.
c) Koma Hipersmolar Non Ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak dieksresi melalui urine.
2) Komplikasi Kronik
 Makroangiopati
Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,
penyakit arteria koronaria, penyakit vaskuler perifer.
 Mikroangiopati
Perubahan tejadi pada mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Kondisi klinis yang akan terjadi seepeti
neuropati, nefropati, retinopati.
 Neuropati Diabetik
Perubahan metabolik mengakibatkan penurunan pada fungsi
sensorik dan motorik dan mengakibatkan penurunan persepsi
nyeri.
 Kaki Diabetik
g. Pemeriksaan Penunjang
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah,
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl.
Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali
pemeriksaan atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia
atau IGT 115-140 mg/dl.
b) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik
c) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
d) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1
½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang
mempengaruhi absorbsi glukosa.
f) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan
menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang
berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada
akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3
bulan.
h) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam
penelitian diabetes.
j. Penatalaksanaan Medis
Tujuan daripada penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk
meningkatkan tingkat daripada kualitas hidup pasien penderita diabetes
mellitus, mencegah terjadinya komplikasi pada penderita, dan juga
menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit diabetes mellitus.
Penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi secara umum menjadi lima yaitu:
(PERKENI, 2015)
1) Edukasi
Edukasi terhadap pasien diabetes mellitus merupakan
pendidikan dan pelatihan yang diberikan terhadap pasien guna
menunjang perubahan perilaku, tingkat pemahaman pasien sehingga
tercipta kesehatan yang maksimal dan optimal dan kualitas hidup
pasien meningkat. (PERKENI, 2015)
2) Terapi Nutrisi Medis (Diet)
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan
diabetes memperbaiki kebiasaan aktivitas sehari-hari untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid
yang optimal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai dan meningkatkan
tingkat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut : (PERKENI, 2015)
a) Protein :10 – 20 % total asupan energi
b) Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energy
c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak boleh
melebihi 30 % total asupan energi
d) Natrium : < 2300 mg perhari
e) Serat : 20 – 35 gram/hari
3) Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani dilakukan
teratur sebanyak 3 - 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 - 45
menit, dengan total kurang lebih 150 menit perminggu. Latihan
jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dimaksud ialah jalan, bersepeda santai, jogging,
berenang. (PERKENI, 2015)
4) Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pola
pengaturan makanan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
dari obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin. Pemberian obat oral
atau dengan injeksi dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh
penderita diabetes.
5) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif
pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid
dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan
cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya. Obat lainnya yaitu metformin, tidak mempengaruhi
pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap
insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda
penyerapan glukosa di dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral
biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe-2 jika diet dan oleh
raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. (PERKENI,
2015)
6) Injeksi Insulin
Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan
obat hipoglikemik oral gagal untuk mengontrol kadar gula darah
pada pasien diabetes. Pada pasien dengan diabetes tipe-1, pankreas
tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin
pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui
suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat
diberikan per-oral. Ada lima jenis insulin dapat digunakan pada
pasien dengan diabetes mellitus berdasarkan pada panjang kerjanya.
Ada Insulin Kerja Cepat, Kerja Pendek, Kerja Menengah, Kerja
Panjang, dan Campuran. (PERKENI, 2015)
Puncak Lama
Insulin Onset
Efek Kerja
Kerja Cepat
- Aspart 5-15 menit 30-90 menit < 5 Jam
- Lispro
Kerja Pendek
30-6 menit 2-3 Jam 5-8 Jam
- Regular
Kerja Menengah
2-4 Jam 4-10 Jam 10-16 Jam
- NPH
Kerja Panjang
2-4 Jam No Peak 20-24 Jam
- Glargine
Campuran
5-15 menit Dual 10-16 Jam
- 75%NPL/25%lispro
5-15 menit Dual 10-16 Jam
- 70%APS/30%aspart
30-60 menit Dual 10-16 Jam
- 70%NPH/30%regular/NPH

7) Pemantauan Kadar Glukosa


Tujuan utama dalam pengelolaan pasien diabetes adalah
kemampuan mengelola penyakitnya secara mandiri, penderita
diabetes dan keluarganya mampu mengukur kadar glukosa darahnya
secara cepat dan tepat karena pemberian insulin tergantung kepada
kadar glukosa darah. Pengukuran kadarglukosa darah beberapa kali
per hari harus dilakukan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia
dan hiperglikemia, serta untuk penyesuaian dosis insulin.(PERKENI,
2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ABSES COLLI
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.
A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
B. Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi : Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi : Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah,
rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan
kesadaran.
C. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
D. Riwayat penyakit dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengangdung esterogen.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yeng menderita penyakit DM.
F. Riwayat Psikososiosipiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk
menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
G. Riwayat Makanan dan Minuman Terakhir
Pada klien stroke infark akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan makan dan minum. Hal ini dapat diketahui melalui tanda dan
gejala seperti nafsu makan hilang, mual muntah.
H. Riwayat Medikasi
Adanya penggunaan obat-obatan yang rutin dikonsumsi pasien seperti
Metformin dan sejenisnya.
I. Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas dan Istirahat
 Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
 Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b) Sirkulasi
 Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama.
 Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun,
disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata
cekung.
c) Integritas ego
 Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
 Tanda : ansietas, peka rangsang.
d) Eliminasi
 Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
 Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
e) Makanan dan cairan
 Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
 Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
f) Neurosensori
 Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan.
 Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
g) Kardiovaskuler
Tanda : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h) Pernapasan
 Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j) Gastro intestinal
Gejala : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k) Muskulo skeletal
Tanda : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l) Integumen Kulit
Gejala : panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulku
2. Diagnosa Keperawatan
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data melalui
pengkajian adalah merumuskan diagnosa. Pengertian dari diagnosa keperawatan itu
sendiri adalah sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat menggambarkan
respon klien pada masalah kesehatan aktual dan resiko. Menurut Herdman (2007),
diagnosa keperawatan untuk abses adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan
glukose
3) Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
4) Ketidakefektifan perfusi Jaringan b.d Gangguan pengangkutan O2.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
NO Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi TTV
keperawatan diharapkan 2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi
gangguan rasa nyaman nyeri nyeri.
teratasi. 3) Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil : 4) Dorong menggunakan teknik
1. Klien mengungkapkan manajemen relaksasi.
secara verbal rasa nyeri 5) Kolaborasikan obat analgetik
Nyeri berkurang sesuai indikasi.
berhubungan 2. Klien dapat rileks
1
dengan reaksi 3. Klien mampu
peradangan. mendemonstrasikan
keterampilan relaksasi
dan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya
4. TTV dalam batas
normal; TD : 120 / 80
mmHg
5. Nadi : 80 x / menit
6. Pernapasan : 20 x /
menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan - Monitor adanya penurunan berat
keperawatan diharapkan badan
masalah keperawatan nutrisi - Monitor lingkungan selama
teratasi. makan
- Monitor mual dan muntah
Nutrisi Kriteria hasil : - Monitor makanan kesukaan
Kurang dari - Adanya peningkatan - Monitor pucat, kemerahan, dan
2 Kebutuhan berat badan sesuai kekeringan jaringan konjungtiva
Tubuh dengan usia - Monitor kalori dan intake
- Berat badan ideal nuntrisi
sesuai dengan tinggi - Catat adanya edema, hiperemik,
badan hipertonik papila lidah dan
- Mampu cavitas oral.
mengidentifikasi - Catat jika lidah berwarna
kebutuhan nutrisi magenta, scarlet

3 Defisit Setelah dilakukan tindakan - Pertahankan catatan intake dan


Volume keperawatan diharapkan output yang akurat
Cairan klien dengan diagnosa - Pasang urin kateter jika diperlukan
defisit volume cairan dapat - Monitor hasil lab yang sesuai
teratasi dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
osmolalitas urin )
Kriteria hasil : - Monitor indikasi retensi /
- Terbebas dari edema, kelebihan cairan (cracles, CVP ,
efusi, anaskara edema, distensi vena leher, asites)
- Memelihara tekanan - Kaji lokasi dan luas edema
vena sentral, tekanan - Monitor status nutrisi
kapiler paru, output - Berikan diuretik sesuai interuksi
jantung dan vital sign - Batasi masukan cairan pada
dalam batas normal keadaan hiponatrermi
- Terbebas dari kelelahan, - dilusi dengan serum Na < 130
kecemasan atau mEq/l
kebingungan - Kolaborasi dokter jika tanda
- Menjelaskan indikator cairan berlebih muncul memburuk
kelebihan cairan

Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya daerah tertentu


keperawatan diharapkan yang hanya peka terhadap
klien dengan diagnosa rangsangan panas atau dingin
kelebihan volume cairan - Periksa penyebab perubahan
dapat teratasi sensasi
- Ajarkan klien untuk
Kriteria Hasil : mengobservasi kulit pada daerah
Ketidakefektif - TD normal (120/80 perifer
4 an Perfusi mmHg) - Kolaborasi dengan dokter dalam
Jaringan - Tingkat kesadaran pemberian obat analgetik
membaik
- Tidak ada gerakan
involunter
- Fungsi sensorik dan
motorik tidak ada
gangguan

4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi keperawatanImplementasi keperawatan merupakan sebuah fase
dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balikselama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektivitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP. (Tarwoto & Wartonah, 2015), (Deswani, 2011)
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelahdiakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang
berdasarkan hasilpengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan
yangdirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment)yaitu interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai. dan yang terakhir adalah planning (P)
merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. (Dinarti, 2013)
DAFTAR PUSKTAKA
Fowler, M. (2011). Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical
Diabetes, 29(3), pp.116-122.
Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes
Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386.
Nanda International, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2012
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA; NIC-NOC, Mediaction Publishing, Jakarta, 2013
PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI, 2016.
PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI, 2018.
Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi :4
Jakarta
PERKENI, (2015). Konsesus dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.Jakarta
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk : 21 Februari 2021
Ruang : Tribrata
No. Kamar : Bulian VI
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
A. Identitas Pasien
a) Nama : Ny. S
b) Umur : 58 tahun
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Suku/Bangsa : Jawa/Jambi
f) Pendidikan : SLTP
g) Pekerjaan : IRT
h) Alamat : Kasang Pudak, Kumpeh Ulu
i) Penangung Jawab : Ny. Sr
j) Hubungan dengan Pasien : Anak
B. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluh badan lemas, nyeri (+), mual (+), muntah (+), sesak (+), pasien
mengatakan tidak nafsu makan
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh badan terasa lemas dan lemah, nyeri dengan skala 4, terasa mual
(+), muntah (+), dan tidak nafsu makan. GD 2 Jam PP = 519 mg/dL, GDS : 419
mg/dL, SPO2 = 98%, TD : 127/69, HR : 89.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit
apapun sebelumnya.
d) Riwayat Alergi
Anak pasien mengatakan pasien tidak memilki riwayat alergi baik pada obat-obatan
atau makanan dan minuman.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa ibunya memiliki riwayat penyakit DM.
d) Susunan Keluarga (Genogram) :

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal serumah

C. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Nutrisi
a. Makan
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Jenis Makanan yang dikonsumsi Bubur, makanan yang
pasien berupa nasi sayur dan dikonsumsi pasien
buah. berupa nasi sayur dan
buah
Porsi 1 Piring 4-5 Sendok
Frekuensi 3x Sehari 3 x sehari
Diet Khusus Tidak ada Tidak ada
Makanan yang disukai Pasien menyukai semua jenis Pasien menyukai semua
makanan makanan
Pantangan Daging dan santan Daging dan santan
Nafsu makan Baik dan tidak ada masalah Tidak memiliki selera
makan
Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada

Gigi palsu Tidak ada Tidak ada


Data tambahan lain Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 8 gelas/hari 4 gelas/hari
Kurang lebih Kurang lebih
Jumlah (cc)
1500 cc/hari 800 cc/hari
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada

c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 70 Kg
Saat sakit : 55 Kg
Tinggi Badan : 150 cm
Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan BB
Hasil 110 % 24,2 Kg/m2 20%
Keterangan Overweight Normal Terjadi penurunan BB
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
 >120 % obesitas
 110-120% overweigth
 80-109% normal
 <80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
 <20 under W
 20-24 Normal
 25-30 Overweight
 >30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt

Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi

2. Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan pasien terhadap penyakitnya)


Pasien kerap kali mengatakan bahwa dia umurnya tidak akan lama lagi, dan
pasien juga bertanya-tanya kenapa dia harus memiliki penyakit seperti ini, pasien
tampak tidak menyukai kondisinya saat ini.

Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan

3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 3 Jam 5 Jam
Jml jam tidur malam 8 Jam/hari 8 jam/hari
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Badan terasa sakit

Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masala


4. Pola aktivitas latihan
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Alat Bantu 0 0
Mandi 0 3
Gosok Gigi 0 3
Keramas 0 3
Potong Kuku 0 3
Berpakaian 0 3
Eliminasi 0 4
Mobilisasi 0 3
Ambulasi 0 3
Naik/Turun Tangga 0 3
Rekreasi 0 3

Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah

Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu

5. Pola konsep diri


a. Body image : Pasien mengatakan menyukasi semua bagian dalam dirinya
b. Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera kembali sehat agar bisa
kembali
bekerja dan berkumpul dengan keluarga
c. Harga diri : Pasien terkadang merasa tidak nyaman dengan kondisinya
saat
ini, pasien bertanya-tanya kepada dirinya sendiri kenapa dia
harus menderita penyakit sebanyak ini
d. Peran : Semenjak sakit, pasien tidak menjalani tugasnya sebagai ibu
dan
nenek untuk keluarganya.
e. Identitas diri : Pasien mengenali dirinya sebagai seorang perempuan yang
merupakan seorang ibu dari ke 4 orang anak

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi
Sebelum Sakit Saat Sakit
Urin
Frekuensi/hari 5-6x/hari Terpasang kateter
Pancaran (Kuat, lemah,
Kuat Kuat
menetes)
Jumlah/BAK Kurang lebih 300 cc Kurang lebih 500 cc
Bau Khas BAK Khas BAK
Warna Bening Kuning keruh
Perasaan stlh BAK Tidak terasa nyeri Tidak terasa nyeri
Total Produksi urin/hari
Kurang lebih 1500 cc Kurang lebih 1500 cc
(cc)
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan Eliminasi
Sebelum Sakit Saat Sakit
Alvi
Frekuensi 1x/hari Belum ada BAB
Konsistensi Padat Tidak ada
Bau Khas BAB Tidak ada
Warna Kuning Tidak ada
Kesulitan BAB Tidak ada Ada

Balance Cairan
Pemeriksaan Jenis (cc) Total
Intake Makan: 500 cc/hari 2,800 cc
Minum: 800 cc/hari
Infus: 1.500 cc/hari
Transfusi: -
Urine: 1.500 cc/hari
Feses: -
Muntah: - 2,325 cc
Output
Drainage:
Pendarahan :
IWL: 825 cc/hari
Balance Cairan Total intake-total output 475 cc

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


7. Pola Nilai Kepercayaan
a) Larangan agama : Melakukan perbuatan dosa
b) Keterangan lainnya : Klien selalu mengingat Allah dan berusaha menerima
segala apa yang telah Allah takdirkan padanya
c) Lainnya : Tidak ada

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

8. Pola Kognitif perceptual


a) Bicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
b) Bahasa : Menggunakan bahasa indonesia dengan logat
jawa
c) Kemampuan membaca : Tidak ada masalah
d) Tingkat ansietas : Tidak ada masalah
e) Perubahan sensori : Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

9. Pola Koping
a) Pola koping : Pasien merasa tidak sanggup menghadapi
kondisinya saat ini, kerap kali pasien
mengatakan bahwa masa hidupnya tidak akan
lama lagi
b) Pola peran dan berhubungan : Pasien berhubungan baik dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya

Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan

10. Pola Peran – Hubungan


a) Pekerjaan : Pedagang sayur
b) Hub. Dengan orang lain : Pasien berhubungan baik dengan orang sekitar
c) Kualitas bekerja : Sebelum sakit pasien bisanya melakukan
pekerjaan sebagai pedagang sayur dipasar, aktivitas berjualan dilakukan
mulai dari jam 04.00 sampai jam 11.00 wib.
d) System pendukung : Pasien selalu mendapat dukungan penuh dari
keluarga besarnya

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

11. Pola Seksual Reproduksi


a) Status perkawinan : Menikah
b) Pola seksual reproduksi : Tidak ada masalah, pasien memiliki 4 orang
anak dan satu suami
c) Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

D. Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat Kesadaran : Composmentis
b) Tanda Vital dan Respon Nyeri
1) Nadi : 99 x/menit
2) Suhu : 36,5 C
3) RR : 20 x/menit
4) Tekanan Darah : 125/71 mmHg
5) Nyeri
- Palliative/Profokatif : Pasien mengatakan merasakan nyeri diseluruh
tubuhnya
- Quality : Seperti ditusuk-tusuk
- Region : Seluruh tubuh
- Scale :4
- Time : Hilang timbul

Masalah Keperawatan: Nyeri Akut

c) Kepala :
 Kulit : Lembab, tidak ada lesi, tidak ada ketombe dan bersih
 Rambut : Berwarna hitam dan ada beberapa rambut putih, tidak rontok
 Muka : Tidak ada bekas luka, bersih
d) Sistem Sensori Persepsi
 Mata
o Inspeksi Konjungtiva : Anemis (-)
o Sklera : Ikterik (-)
o Pupil : Isokor refleks terhadap cahaya
o Palpebra : Edema (-), Lesi (-)
o Lensa : Bersih
o Palpasi TIO : Normal
 Hidung : Normal dan simetris tidak terdapat lesi dan tidak terlihat
adanya sekresi
 Gigi : Tidang menggunakan gigi palsu, gigi berlubang (+)
 Bibir : Stomatitis (-), lembab, sariawan (-), kering (+)
 Leher :
o Inspeksi : Defiasi trakea (-)
o Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, Tidak ada pembesaran
tonsil
 Telinga
o Lubang Telinga : Tidak ada lesi
o Membran Tympani : Normal
o Gangguan Pendengaran : Tidak ada, pasien mendengar dengan baik
e) Sistem Respirasi
1) Inspeksi
Bentuk : Tidak ada lesi, simetris
2) Palpasi
Tractil Fremitus : normal, saat dipalpasi simetris, tidak ada massa
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi
a. Suara Nafas : Irama nafasa normal, Vesikuler
b. Suara Nafas tambahan : Tidak ada nafas tambahan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

f) Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi
Bentuk : Tidak ada lesi
 Palpasi
Iktus Cordis : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri.
 Perkusi
Batas Jantung :
a) Batas atas : ICS II mid sternalis
b) Batas bawah : diantara ICS 5 dan 6
c) Batas kanan : linea midsternalis dextra
d) Batas kiri : midklavikular
 Pembesaran Jantung : Tidak ada
 Auskultasi
 Bunyi normal : BJ I : Lup
o BJ II : Dup
o BJ III : -
o BJ IV : -
 Bunyi tambahan : Tidak ada bunyi tambahan
 Cappilary Refill : 2 detik

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

g) Sistem Persyarafan (Neurogical )


a. GCS
- Eye :4
- Verbal :5
- Motorik :6
b. Sistem sensorik
- Tajam : Bisa merasakan benda tajam
- Tumpul : Bisa merasakan benda tumpul
- Halus : Bisa merasakan benda halus
- Kasar : Bisa merasakan benda kasar
h) Sistem motorik
a. Keseimbangan : Klien tidak mampu berdiri, karena ekstremitas kanan pasien
mengalami kelemahan
b. Koordinasi gerak : klien mengalami hambatan untuk bergerak
i) Reflek
a. Bisep : Bisep berkontraksi dengan baik
b. Trisep : Trisep berkontraksi dengan baik
c. Patella : Tidak terkaji
d. Meningeal : Tidak ada masalah
e. Babinsky : Jari-jari kaki dapat merespon sentuhan
f. Chaddock : Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

j) Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
o Bentuk : Simetris, tidak terlihat adanya lesi
o Tepi Perut : Tidak terlihat adanya pembesaran
o Bendungan pembuluh darah : Tidak ada

o Ascites : Tidak ada pembesaran


b. Auskultasi
o Peristaltik : Bising usus (+)
c. Palpasi
o Nyeri : Tidak ada rasa nyeri
o Massa : Tidak teraba adanya massa
o Benjolan : Tidak teraba adanya benjolan
o Pembesaran hepar : Tidak ada pembesaran hepar
o Pembesaran Lien : Tidak ada pembesaran lien
o Titik Mc. Burney : Tidak ada nyeri
d. Perkusi : Timpani
e. Rektum : Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

k) Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Tidak ada masalah
b. Keseimbangan : Tidak ada masalah
c. Kekuatan otot
o Ekstremitas superior dextra :5
o Ekstremitas superior sinistra :5
o Ekstremitas inferior dextra :5
o Ekstremitas inferior sinistra :5

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

l) Sistem Integument
 Inspeksi : Tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada massa atau pembesaran
 Pitting Oedem : Tidak ada
 Akral : Teraba hangat
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

m) Sistem Reproduksi
- Pria
- Inspeksi :
- Palpasi :
- Wanita
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : Baik

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


E. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hari/Tgl/ Jenis Nilai
Hasil Keterangan
Jam Pemeriksaan Normal

Keton Urine Tidak


Negatif
Positif 3+ Normal

Protein Tidak
Negatif
Positif 2+ Normal

Tidak
Glukosa 3+ Negatif
Normal

22 Februari Kuning Muda Tidak


Urinalisis Kuning Jernih
2021 Keruh Normal

Leukosit Tidak
< 5/LPB
8-12 Normal

Eritrosit
< 5/LPB Normal
2-3

Tidak
Sel Epitel
< 5/LPB Normal
2-3

b. Pemeriksaan Lain
1) GD 2 Jam PP : 519 mg/dL
2) GDS : 419 mg/dL
F. Terapi
Obat Dosis dan satuan Rute

Cairan infus NaCl 15 tpm IV

Sucralfat Syrup 3x1C Oral

Domperidon 3 X 1 tab Oral

Pronalges Supp 1X 100 mg Oral


Lantus 1 X 10 ul IM

Novorapid 3 x 10 ul IM

Furosemid 1 amp IV

Omeprazole 2 X 1 vial IV

Ondansetron 1 amp IV

Fungsi Obat :
1. Sucralfat Syrup : Obat yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung
2. Domeperidone : Obat yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
3. Pronalges Supp : Obat inflamasi non steroid (OAINS), yang digunakan untuk
mengatasi nyeri ringan-berat.
4. Lantus : Insulin yang digunakan untuk pengontrol gula darah pada
pasein diabetes mellitus
5. Novorapid : Insulin Aspart atau insulin kerja cepat untuk membantu dalam
pengobatan diabetes mellitus
6. Furosemid : Obat yang digunakan untuk mengatasi penumpukkan cairan
dan juga bisa digunakan untuk mengatasi peningkatan tekanan darah tinggi.
7. Omeprazole : Obat yang digunakan untuk mengatasi sakit lambung
8. Ondasentron : Obat yang digunakan untuk mengatasi mual, muntah dan
gastroenteritis.
3. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien mengeluh merasa lemah dan - Pasien tampak tidak nyaman
lemas
- Pasien tampak lemah dan tidak
- Pasien mengeluh merasa nyeri seperti bersemangat
ditusuk pada seluruh tubuhnya
- Mual (+)
- Pasien mengeluh mual dan muntah
- Muntah (+)
- Pasien mengatakan hanya makan 4-5
- Terjadi penurunan berat badan 20%
sendok saja
- Skala nyeri 4
- Pasien mengeluh kenapa harus
merasakan penyakit seperti ini - GD 2 Jam PP : 519 mg/dL

- Pasien mengatakan bahwa usianya tidak - GDS : 419 mg/dL


akan lama lagi
- Leukosit : 8-12/LPB
- Anak pasien mengatakan seluruh
kebutuhan pasien baik makan,
membersihkan diri dibantu oleh anak-
anaknya karena kondisi pasien saat ini
sedang lemah
ANALISA DATA
No Symptomp Etiologi Problem
DS :
- Pasien mengeluh merasa lemah
dan lemas.

Gangguan toleransi Ketidakstabilan kadar


1.
DO : glukosa darah glukosa darah

- GD 2 Jam PP : 519 mg/dL

- GDS : 419 mg/dL

Ds :
- Pasien mengeluh nyeri pada
seluruh tubuhnya, dan nyeri
seperti ditusuk-tusuk Agen cedera
2. Nyeri Akut
- Pasien mengatakan skala nyeri fisiologis
4
Do :
- Pasien tampak tidak nyaman
DS :
- Pasien mengeluh merasa
lemas
- Pasien mengatakan makan
hanya 4-5 sendok saja
DO :
3. - Mual (+) Faktor Biologist Defisit Nutrisi

- Muntah (+)

- Pasien tampak lemah

- Terjadi penurunan berat badan


20%

4. Ds : Program perawatan Ketidakberdayaan


- Pasien mengeluh kenapa harus yang komplek atau
merasakan penyakit seperti ini berkepanjangan
- Pasien mengatakan bahwa
usianya tidak akan lama lagi

DO :
- Pasien tampak lemah dan tidak
bersemangat

DS : -
DO :
- Terpasang kateter Pertahanan primer
5. Risiko Infeksi
- Leukosit : 8-12 k/uL tidak adekuat

- Terpasang kateter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. H Nama Mahasiswa : Fatimah Ariyanti
N
Ruang :- Nim : G1B220024
No RM :

No Tanggal dan Jam Diagnosa Keperawatan TTD


Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d.
Gangguan toleransi glukosa darah d.d. Pasien
mengeluh merasa lemah dan lemas, GD 2 Jam
PP : 519 mg/dL dan GDS : 419 mg/dL
Nyeri akut b.d. Agen cedera fisiologi d.d.
pasien mengatakan merasakan nyeri seperti
ditusuk diseluruh tubuhnya, skala nyeri 4 dan
pasien tampak tidak nyaman.
Defisit Nutrisi b.d. Faktor biologis d.d. Pasien
mengeluh merasa lemah d.d. Mual (+),
1 21 Februari 2021
Muntah (+), Pasien tampak lemah dan terjadi
penurunan berat badan 20%
Ketidakberdayaan b.d. Program perawatan
yang komplek atau berkepanjangan d.d.
Pasien mengeluh kenapa harus merasakan
penyakit seperti ini dan Pasien mengatakan
bahwa usianya tidak akan lama lagi dan
Pasien tampak lemah dan tidak bersemangat
Risiko Infeksi b.d. Pertahanan primer tidak
adekuat d.d. Terpasang kateter, Leukosit : 8-
12/LPB
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. S Nama Mahasiswa : Fatimah Ariyanti
N
Ruang : Bulian 6 Nim : G1B220024
No RM :
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
Tujuan : 1) Memantau kadar glukosa darah
Setelah dilakukan
2) Pantau tanda-tanda hiperglikemia
asuhan keperawatan
selama ± 3 x 24 jam, 3) Mengelola insulin
diharapakan masalah
4) Menjaga akses IV
glukosa darah dapat
teratasi. 5) Memberikan cairan IV sesuai kebutuhan

6) Konsultasikan dengan dokter bila kondisi


Kriteria hasil:
hiperglikemia semakin memburuk
Ketidakstabilan - Kepatuhan prilaku
kadar glukosa darah 7) Konseling nutrisi
diet
1. b.d. Gangguan
toleransi glukosa - Dapat mengontrol

darah stress

- Dapat mengontrol
kadar glukosa darah

- Pemahaman
manajemen diabetes

- Mengkontrol
prilaku berat badan

2. Nyeri akut b.d. Agen Tujuan : 1. Pemantauan nyeri


cedera fisiologis Setelah dilakukan 2. Edukasi manajemen nyeri
(Inflamasi) asuhan keperawatan 3. Edukasi proses penyakit
selama ± 1 x 24 jam, 4. Lakukan latihan pernapasan
diharapkan masalah 5. Kolaborasi pemberian terapi obat
nyeri dapat terasatasi. 6. Lakukan kompres hangat

Kriteria hasil:
 Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
 Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
 Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
3. Defisit Nutrisi b.d. Tujuan : 1) Pemantauan TTV
Faktor Biologis Setelah diberikan
2) Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan
selama ± 2 x 24 jam 3) Dukungan kepatuhan program
diharapkan defisit pengobatan
nutrisi dapat teratasi.
4) Pemberian obat intravena

Kreteria hasil :
- Adanya 5) Manajemen hiperglikemia
peningkatan BB
sesuai dengan
tujuan

- BB idela sesuai
dengan tinggi badan

- Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

- Menunjukkan
peningkatan
pengecepan dan
menelan

- Tidak menunjukkan
penurunan BB yang
berarti

4 Ketidakberdayaan Tujuan : 1) Libatkan pasien dalam tindakkan


b.d. Program Setelah dilakukan pengambilang keputusan
perawatan asuhan keperawatan
2) Tunjukkan rasa percaya diri pasien
selama ± 1 x 24 jam
terhadap kemampuan pasien untuk
diharapakan masalah
mengatasi situasi
ketidakberdayaan
pasien dapat teratasi. 3) Buat statement positif terhadap pasien

4) Dorong pasien unutk mengidentifikasi


Kriteria Hasil :
- Kepercayaan kekuatan dirinya
kesehatan, persepesi
kemampuan
- Komunikasi terbuka
- Mengungkapkan
penerimaan diri
- Mengatakan
optimisme terhadap
masa depan
Tujuan : 1. Monitoring TTV
Setelah dilakukan
2. Dukungan perawatan diri, Mandi
asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam 3. Cuci tangan sebelum dan setelah
diharapakan masalah tindakkan keperawatan
resiko infeksi dapat
4. Pertahankan lingkungan aseptif
teratasi.
5. Tingkatkan intake nutrisi
Resiko infeksi b.d.
Kriteria Hasil :
5 Pertahanan primer 6. Berikan terapi antibiotik
- Klien bebas dari
tidak adekuat
tanda dan gejala 7. Dorong masukkan cairan
infeksi
- Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
- Leukosit dalam
batas normal
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
Tanggal Diagnosa Implementasi Respon TTD
dan
Waktu
22 Februari 1. S : -
1. Memberikan cairan IV sesuai
2021 O:
kebutuhan (NaCl 0,9%) (Jam
- GD 2 Jam PP :
08.25)
519 mg/dL
2. Memantau kadar glukosa
darah (Jam 09.00) - GDS : 419 mg/dL
3. Melakukan drip insulin dengan
Ketidakstabilan 2. S :
Novotrip (50 ui) dicampur
kadar glukosa O:
dengan NaCl 50 cc) (Jam
darah b.d. - GD 2 Jam PP :
09.25)
Gangguan 519 mg/dL
toleransi glukosa
- GDS : 419 mg/dL
darah
3. S : Pasien mengeluh
masih merasa lemah
dan lemas
O : Pasien tampak
lemah dan tidak
bersemangat
Nyeri akut b.d. 1. Memantau tingkat nyeri (Jam 1. S :
Agen cedera 09.45) - Pasien
fisiologis 2. Memberikan edukasi mengatakan
(Inflamasi) mengenai manajemen nyeri merasakan nyeri
(Jam 10.00) yang hilang
3. Melakukan pemberian terapi timbul
obat untuk mengatasi nyeri - Pasien men
(Pronalgos) (Jam 10.10) gatakan nyeri
berada diskala 4
2. S :
- Pasien
mengatakan
akan mencoba
melakukan terapi
non farmakologi
jika nyeri mulai
terasa
O:-
3. S :
- Pasien
mengatkan
masih merasakan
nyeri
- Pasien
mengatakan
skala nyeri 4
O:-
Resiko infeksi 1. Melakukan monitoring TTV 1. S : -
b.d. Pertahanan (Jam 10.30) O:
primer tidak 2. Mengedukasi pasien untuk o Nadi : 99
adekuat melakukan perawatan diri, x/menit
Mandi (Jam 10.35) o Suhu : 36,5 C
3. Memberikan terapi antibiotik o RR :20
(Ceftriaxone) (Jam 10.45) x/menit
o Tekanan
o Darah :
125/71 mmHg
2. S :
- Anak pasien
mengatakan,
pasien rajin
mandi meskipun
sedang dirawat
di RS.
- Anak pasien
mengatakan
bahwa pasien
mandi langsung
ke toilet ruangan
yang dibantu
oleh keluarga.
3. S : -
O : Leukosit : 8-
12/LPB
1. Melakukan manajemen nutrisi 1. S :
(Jam 11.35) - Pasien mengeluh
merasa lemas
2. memberikan obat via
- Anak pasien
intravena (Obat mual dan
mengatakan
muntah : Domeperidone,
pasien kurang
ondansentrone dan
minat untuk
Defisit Nutrisi omeprazole) (Jam 11.55)
makan
b.d.
O:
Faktor Biologis
- Pasien tampak
lemah dan tidak
bersemangat
2. S : -
O:
- Mual (+)

- Muntah (+)

22 Februari Ketidakberdayaa 1. Menunjukkan kepada pasien 1. S :


2021 n b.d. Program rasa percaya diri terhadap - Pasien mengeluh
perawatan kemampuan pasien untuk kenapa harus
mengatasi situasi, dan merasakan penyakit
Mendorong pasien untuk seperti ini
mengidentifikasi kekuatan
- Pasien mengatakan
dirinya (Jam 13.00)
bahwa usianya
tidak akan lama lagi
O:
- Pasien tampak
lemah dan tidak
bersemangat

23 Februari 1. Memberikan cairan IV sesuai 1. S : Pasien mengeluh


2021 kebutuhan (NaCl 0,9%) (Jam masih merasa lemah
08.25) dan lemas
2. Memantau kadar glukosa O : Pasien tampak
darah (Jam 09.00) lemah dan tidak
3. Melakukan drip insulin bersemangat S : -
Ketidakstabilan dengan Novotrip (50 ui) 2. S : -
kadar glukosa dicampur dengan NaCl 50 cc) O:
darah b.d. (Jam 09.25) - GD 2 Jam PP :
Gangguan 436 mg/dL
toleransi glukosa - GDS : 253
darah mg/dL
3. S : -
O:
- GD 2 Jam PP :
436 mg/dL
- GDS : 253
mg/dL
Nyeri akut b.d. 1. Memantau tingkat nyeri (Jam 1. S :
Agen cedera 09.45) - Pasien
fisiologis 4. Melakukan pemberian terapi mengatakan
(Inflamasi) obat untuk mengatasi nyeri skala nyeri 2
(Pronalgos) (Jam 10.10) O:
- Pasien tampak
lebih nyaman
2. S :
- Pasien
mengatkan
masih merasakan
nyeri
- Pasien
mengatakan
skala nyeri 4
O:-
3. Melakukan manajemen nutrisi 1. S :
(Jam 11.35) - Pasien masih
merasa lemas
1. memberikan obat via
- Pasien
intravena (Obat mual dan
mengatakan
muntah : Domeperidone,
mulai mencoba
ondansentrone dan
menghabiskan ½
Defisit Nutrisi omeprazole) (Jam 11.55)
porsi makanan
23 Februari b.d. O:
2021 Faktor Biologis - Pasien tampak
lemah dan tidak
bersemangat

2. S : -
O:
- Mual (+)

- Muntah (-)

Resiko infeksi 1. Melakukan monitoring TTV 1. S: -


b.d. Pertahanan (Jam 10.30) O:
primer tidak 2. Mengedukasi pasien untuk  Nadi : 97
adekuat melakukan perawatan diri, x/menit
Mandi (Jam 10.35)  Suhu : 36,0 C
3. Memberikan terapi antibiotik  RR :19
23 Februari
(Ceftriaxone) (Jam 10.45)  x/menit
2021
 Tekanan
 Darah : 130/81
mmHg
2. S :
- Anak pasien
mengatakan,
pasien rajin
mandi meskipun
sedang dirawat
di RS.
- Anak pasien
mengatakan
bahwa pasien
mandi langsung
ke toilet ruangan
yang dibantu
oleh keluarga.
3. S : -
O : Leukosit : 8-
10/LPB
1. Memantau kadar glukosa 1. S : -
darah (Jam 22.00) O : GD 2 PP : 276
24 Februari Ketidakstabilan 2. Melakukan drip insulin mg/dL
2021 kadar glukosa dengan Lantus (14 ui) (Jam 2. S : Pasien

darah b.d. 22.53) mengeluhkan masih

Gangguan merasa lemas dan

toleransi glukosa lemah

darah O:
- GD 2 PP : 276
mg/dL

Defisit Nutrisi 1. Memberikan obat via S :


b.d. intravena (Obat mual dan - Pasien
Faktor Biologis muntah : Domeperidone, mengatakan
ondansentrone dan sudah jauh lebih
omeprazole) (Jam 23.00) baik, tapi masih
merasakan
sedikit lemah
- Pasien
mengatakan
mulai bisa
menghabiskan 1
porsi makanan
O:
- Mual (-)

- Muntah (-)

1. Melakukan monitoring TTV 1. S : -


(Jam 05.00) O:
2. Memberikan terapi antibiotik - TD : 127/80
Resiko infeksi
(Ceftriaxone) (Jam 05.30) mmHg
b.d. Pertahanan
- HR : 78 x/menit
primer tidak
- RR : 20 x/menit
adekuat
2. S : -
O : Leukosit: 5-6
/LPB
1. Memantau kadar glukosa 1. S : Pasien
darah (Jam 16.00) mengatakan
2. Melakukan drip insulin badannya mulai
dengan Lantus (14 ui) (Jam lebih segar
16.25) sekarang, dan tidak
merasakan lemas
Ketidakstabilan seperti sebelumnya
kadar glukosa O:
darah b.d. - Pasien tampak
25 Februari
Gangguan lebih
2021
toleransi glukosa bersemangat
darah - GDS : 276
mg/dL
2. S : -
O:
- GDS : 276
mg/dL

Defisit Nutrisi 1. Melakukan manajemen nutrisi S :


dan memberikan obat via - Pasien
intravena (Obat mual dan mengatakan
muntah : Domeperidone, sudah jauh lebih
ondansentrone dan baik, tapi masih
omeprazole) (Jam 16.55) merasakan
sedikit lemah
- Pasien
b.d. mengatakan
Faktor Biologis mulai bisa
menghabiskan 1
porsi makanan
O:
3. Mual (-)

4. Muntah (-)

5. GDS:136 mg/dL

3. Melakukan monitoring TTV 1. S :


(Jam 17.00) O:
4. Memberikan terapi antibiotik - TD : 125/77
(Ceftriaxone) (Jam 17.25) mmHg
25 Februari Resiko infeksi - HR : 83 x/menit
2021 b.d. Pertahanan - RR : 20 x/menit
primer tidak - S : 36,8 C
Jam 19.00 adekuat 2. S : -
O:
- Leukosit : 5-6
/LPB
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu
S:
 Pasien mengatakan merasa lemas
dan lemah
Ketidakstabilan O:
kadar glukosa darah  KU : Composmentis
b.d. Gangguan  Pasien terlihat lemas
toleransi glukosa  GD 2 Jam PP : 436 mg/dL
darah  GDS : 253 mg/dL
23 Februari
A : Ketidakstabilan kadar glukosa
2021
darah belum teratasi
Jam 07.30
P : Intervensi dilanjutkan
S:
6. Pasien mengatakan masih
Nyeri akut b.d. merasakan nyeri, tapi tidak sesakit
Agen cedera sebelumnya
fisiologis O:
(Inflamasi) 7. Skala nyeri 2
A : Nyeri aku teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
S:
- Pasien merasa lemas dan masih

23 Februari merasa mual

2021 Defisit nutrisi b.d. O:


- Mual (+)
Proses biologis
- Muntah (-)
Jam 08.30
- Pasien tampak lemas
A: Gangguan rasa nyaman belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S: -
O:
Resiko infeksi b.d. - Terpasang kateter
Pertahanan primer
- Leukosit : 8-10/LPB
tidak adekuat
A : Resiko infeksi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S:
23 Februari  Pasien mengatakan dia sudah
2021 sabar untuk segera sembuh agar
bisa kembali berakifitas
Jam 13.30 O:
Ketidakberdayaan  Pasien tampak lebih menerima
b.d. Program kondisinya
perawatan  Pasien tidak lagi membicarakan
perkara kematian ataupun
penyesalan
A : Ketidakberdayaan teratasi
P : Intervensi dihentikan

24 Februari
S:
2021
 Pasien mengatakan merasa lemas
dan lemah
Jam 08.30 Ketidakstabilan
O:
kadar glukosa darah
 KU : Composmentis
b.d. Gangguan
 Pasien terlihat lemas
toleransi glukosa
darah  GDS : 276 mg/dL
A : Ketidakstabilan kadar glukosa
darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri akut b.d. S:
Agen cedera - Pasien mengatakan tidak merasakan
fisiologis nyeri lagi
(Inflamasi) O:
- Nyeri (-)
A : Masalah nyeri teratasi
P : Intervensi dihentikan
S:
- Pasien merasa lebih membaik
- Pasien mengatakan sudah bisa
menghabiskan ½ porsi makanan
Defisit Nutrisi b.d.
O:
Proses Biologis - Mual (-), muntah (-)
- GDS : 276 mg/dL
24 Februari
A: Gangguan rasa nyaman teratasi
2021
sebagianm
P: Intervensi dilanjutkan
Jam 10.30
S: -
O:
Resiko infeksi b.d. - Terpasang kateter
Pertahanan primer
- Leukosit : 5-6/LPB
tidak adekuat
A : Resiko infeksi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
25 Februari Ketidakstabilan
S:
2021 kadar glukosa darah
 Pasien merasa lebih segar dan
b.d. Gangguan
tidak merasakan lemas seperti
Jam 08.30 toleransi glukosa
sebelumnya
darah
O:
 KU : Composmentis
 GDS : 193 mg/dL
A : Ketidakstabilan kadar glukosa
darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S:
- Pasien merasa lebih membaik
- Pasien mengatakan sudah bisa

Defisit Nutrisi b.d. menghabiskan 1 porsi makanan

Proses Biologis O:
- Mual (-), muntah (-)
- GDS : 193 mg/dL
A: Gangguan rasa nyaman teratasi
P: Intervensi dihentikkan
S: -
O:
Resiko infeksi b.d. - Terpasang kateter
Pertahanan primer
- Leukosit : 5-6/LPB
tidak adekuat
A : Resiko infeksi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai