Disusun Oleh :
NAMA : Fatimah Ariyanti Nasution
NIM : G1B220028
KELOMPOK :I
PERIODE : Minggu ke- 1
PEMBIMBING AKADEMIK :
NURHUSNA, S. KEP., NERS., M. KEP
NS. ANDIKA SULISTIAWAN, S. KEP., M. KEP
PEMBIMBING KLINIK :
NS. EKO SUTRISNO, S.KEP
1. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas
untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan
kurangnya aktivitas insulin pada sel target. (Kerner and Brückel, 2014)
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut maupun kronik, sebagai akibat kurangnya insulin didalam tubuh.
(Aspiani, 2014). Insulin didalam tubuh digunakan untuk memfasilitasi
masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metobolisme dan
pertumbuhan sel. Berkurang atau tidaknya insulin menjadikan glukosa
tertahan dialam darah sehingga mengakibatkan peningkatan gula darah,
sedangkan sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan dan fungsi sel. (Tarwoto, 2012)
b. Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau
kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan
dibagi menjadi 3 yaitu :
a) < 140 mg/dL → normal
b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c) c) > 200 mg/dL → diabetes
c. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula
dalam darah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dalam tubuh
dibentuk di dalam hati dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini
menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang akan
menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi.
Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria
dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana
keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria,
polydipsia, dan polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014 ,Ozougwu, 2013)
PATHWAY
HIPERGLIKEMIA
Kerusakan vaskuler
Penurunan glukosa dalam sel
Neuropati perifer
Ulkus
Leukosit meningkat
Resiko Infeksi
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a) Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan
somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
b) Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika
tidak segera mendapat penanganan atau tidak diobati segera.
c) Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin
untuk mengontrol karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II
antara lain :Jarang adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM
ini dibuat setelah adanya pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di
didalam laboratorium, keadaan hiperglikemi berat, kemudian timbulnya gejala
polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis jarang menyerang pada
penderita diabetes mellitus tipe II ini.
e. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1) Diabates Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan atau
memproduksi insulin yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada
pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut dengan kondisi autoimun
oleh karena sistem imun pada tubuh menyerang sel-sel dalam
pankreas yang dikira membahayakan tubuh. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.Diabetes
mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi penyakit ini
dapat berkembang pada orang dewasa.(Kerner and Brückel, 2014)
2) Diabates Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari
diabetes mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif
dari fungsi sel-β pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat
memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi
ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi insulin.
Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari
insulin atau tidak memproduksi insulin yang cukup untuk
mempertahankan tingkat glukosa yang normal.(Kerner and Brückel,
2014)
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak
terdiagnosis selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat
berkembang sedikit demi sedikit dan itu tergantung pada pasien .
Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia pertengahan dan orang tua,
tetapi lebih umum untuk beberapa orang obesitas yang memiliki
aktivitas fisik yang kurang. (Kerner and Brückel, 2014)
3) Diabetes Mellitus Gestotional
Definisi diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa
pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai
gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan.Diabetes
melitus gestational terjadi di sekitar 5–7% dari semua kasus pada
kehamilan.(Kerner and Brückel, 2014)
4) Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic
pada kerja insulin, kelainan pada sel- β, penyakit pancreas,
endocrinopathies, infeksi, dank arena obat atau zat kimia dan juga
sindroma penyakit lain.(Kerner and Brückel, 2014)
f. Komplikasi
Secara umum komplikasi daripada diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Komplikasi Macrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit
jantung koroner, hipertensi, dan stroke
Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh
darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi
makrovaskular ini sering terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe-2
yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan kegemukan.
(Fowler, 2011)
b) Komplikasi Microvaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita
diabetes mellitus tipe-1. Hiperglikemia yang persisten dan
pembentukan protein yang terglikasi menyebabkan dinding pembuluh
darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong
timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain
retinopati, nefropati, dan neuropati. (Fowler, 2011)
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes
mellittus :
1) Komplikasi Akut
a) Koma Hipoglikemia
Terjadi karena mengkonsumsi obat-obatan diabetes melebih
dosis yang dianjurkan
b) Ketoasidosis
Kondisi ini terjadi ketika minimnya glukosa didalam sel,
sehingga sel akan mencari bahan cadangan untuk untuk dapat
memperoleh energi sel. Jika tidak ada glukosa, makan sel akan
megambil benda-benda keton untuk meningkatkan kembali
energi sel. Kondisi ini mengakibatkan penumpukkan resiko
benda-benda keton yang berlebihan akan mengakibatkan
asidosis.
c) Koma Hipersmolar Non Ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak dieksresi melalui urine.
2) Komplikasi Kronik
Makroangiopati
Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,
penyakit arteria koronaria, penyakit vaskuler perifer.
Mikroangiopati
Perubahan tejadi pada mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Kondisi klinis yang akan terjadi seepeti
neuropati, nefropati, retinopati.
Neuropati Diabetik
Perubahan metabolik mengakibatkan penurunan pada fungsi
sensorik dan motorik dan mengakibatkan penurunan persepsi
nyeri.
Kaki Diabetik
g. Pemeriksaan Penunjang
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah,
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl.
Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali
pemeriksaan atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia
atau IGT 115-140 mg/dl.
b) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik
c) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
d) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1
½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang
mempengaruhi absorbsi glukosa.
f) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan
menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang
berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada
akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3
bulan.
h) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam
penelitian diabetes.
j. Penatalaksanaan Medis
Tujuan daripada penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk
meningkatkan tingkat daripada kualitas hidup pasien penderita diabetes
mellitus, mencegah terjadinya komplikasi pada penderita, dan juga
menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit diabetes mellitus.
Penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi secara umum menjadi lima yaitu:
(PERKENI, 2015)
1) Edukasi
Edukasi terhadap pasien diabetes mellitus merupakan
pendidikan dan pelatihan yang diberikan terhadap pasien guna
menunjang perubahan perilaku, tingkat pemahaman pasien sehingga
tercipta kesehatan yang maksimal dan optimal dan kualitas hidup
pasien meningkat. (PERKENI, 2015)
2) Terapi Nutrisi Medis (Diet)
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan
diabetes memperbaiki kebiasaan aktivitas sehari-hari untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid
yang optimal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai dan meningkatkan
tingkat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut : (PERKENI, 2015)
a) Protein :10 – 20 % total asupan energi
b) Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energy
c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak boleh
melebihi 30 % total asupan energi
d) Natrium : < 2300 mg perhari
e) Serat : 20 – 35 gram/hari
3) Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani dilakukan
teratur sebanyak 3 - 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 - 45
menit, dengan total kurang lebih 150 menit perminggu. Latihan
jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dimaksud ialah jalan, bersepeda santai, jogging,
berenang. (PERKENI, 2015)
4) Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pola
pengaturan makanan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
dari obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin. Pemberian obat oral
atau dengan injeksi dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh
penderita diabetes.
5) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif
pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid
dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan
cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya. Obat lainnya yaitu metformin, tidak mempengaruhi
pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap
insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda
penyerapan glukosa di dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral
biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe-2 jika diet dan oleh
raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. (PERKENI,
2015)
6) Injeksi Insulin
Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan
obat hipoglikemik oral gagal untuk mengontrol kadar gula darah
pada pasien diabetes. Pada pasien dengan diabetes tipe-1, pankreas
tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin
pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui
suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat
diberikan per-oral. Ada lima jenis insulin dapat digunakan pada
pasien dengan diabetes mellitus berdasarkan pada panjang kerjanya.
Ada Insulin Kerja Cepat, Kerja Pendek, Kerja Menengah, Kerja
Panjang, dan Campuran. (PERKENI, 2015)
Puncak Lama
Insulin Onset
Efek Kerja
Kerja Cepat
- Aspart 5-15 menit 30-90 menit < 5 Jam
- Lispro
Kerja Pendek
30-6 menit 2-3 Jam 5-8 Jam
- Regular
Kerja Menengah
2-4 Jam 4-10 Jam 10-16 Jam
- NPH
Kerja Panjang
2-4 Jam No Peak 20-24 Jam
- Glargine
Campuran
5-15 menit Dual 10-16 Jam
- 75%NPL/25%lispro
5-15 menit Dual 10-16 Jam
- 70%APS/30%aspart
30-60 menit Dual 10-16 Jam
- 70%NPH/30%regular/NPH
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
NO Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi TTV
keperawatan diharapkan 2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi
gangguan rasa nyaman nyeri nyeri.
teratasi. 3) Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil : 4) Dorong menggunakan teknik
1. Klien mengungkapkan manajemen relaksasi.
secara verbal rasa nyeri 5) Kolaborasikan obat analgetik
Nyeri berkurang sesuai indikasi.
berhubungan 2. Klien dapat rileks
1
dengan reaksi 3. Klien mampu
peradangan. mendemonstrasikan
keterampilan relaksasi
dan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya
4. TTV dalam batas
normal; TD : 120 / 80
mmHg
5. Nadi : 80 x / menit
6. Pernapasan : 20 x /
menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan - Monitor adanya penurunan berat
keperawatan diharapkan badan
masalah keperawatan nutrisi - Monitor lingkungan selama
teratasi. makan
- Monitor mual dan muntah
Nutrisi Kriteria hasil : - Monitor makanan kesukaan
Kurang dari - Adanya peningkatan - Monitor pucat, kemerahan, dan
2 Kebutuhan berat badan sesuai kekeringan jaringan konjungtiva
Tubuh dengan usia - Monitor kalori dan intake
- Berat badan ideal nuntrisi
sesuai dengan tinggi - Catat adanya edema, hiperemik,
badan hipertonik papila lidah dan
- Mampu cavitas oral.
mengidentifikasi - Catat jika lidah berwarna
kebutuhan nutrisi magenta, scarlet
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi keperawatanImplementasi keperawatan merupakan sebuah fase
dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balikselama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektivitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP. (Tarwoto & Wartonah, 2015), (Deswani, 2011)
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelahdiakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang
berdasarkan hasilpengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan
yangdirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment)yaitu interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai. dan yang terakhir adalah planning (P)
merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. (Dinarti, 2013)
DAFTAR PUSKTAKA
Fowler, M. (2011). Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical
Diabetes, 29(3), pp.116-122.
Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes
Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386.
Nanda International, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2012
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA; NIC-NOC, Mediaction Publishing, Jakarta, 2013
PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI, 2016.
PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI, 2018.
Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi :4
Jakarta
PERKENI, (2015). Konsesus dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.Jakarta
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk : 21 Februari 2021
Ruang : Tribrata
No. Kamar : Bulian VI
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
A. Identitas Pasien
a) Nama : Ny. S
b) Umur : 58 tahun
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Suku/Bangsa : Jawa/Jambi
f) Pendidikan : SLTP
g) Pekerjaan : IRT
h) Alamat : Kasang Pudak, Kumpeh Ulu
i) Penangung Jawab : Ny. Sr
j) Hubungan dengan Pasien : Anak
B. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluh badan lemas, nyeri (+), mual (+), muntah (+), sesak (+), pasien
mengatakan tidak nafsu makan
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh badan terasa lemas dan lemah, nyeri dengan skala 4, terasa mual
(+), muntah (+), dan tidak nafsu makan. GD 2 Jam PP = 519 mg/dL, GDS : 419
mg/dL, SPO2 = 98%, TD : 127/69, HR : 89.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit
apapun sebelumnya.
d) Riwayat Alergi
Anak pasien mengatakan pasien tidak memilki riwayat alergi baik pada obat-obatan
atau makanan dan minuman.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa ibunya memiliki riwayat penyakit DM.
d) Susunan Keluarga (Genogram) :
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 8 gelas/hari 4 gelas/hari
Kurang lebih Kurang lebih
Jumlah (cc)
1500 cc/hari 800 cc/hari
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 70 Kg
Saat sakit : 55 Kg
Tinggi Badan : 150 cm
Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan BB
Hasil 110 % 24,2 Kg/m2 20%
Keterangan Overweight Normal Terjadi penurunan BB
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt
3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 3 Jam 5 Jam
Jml jam tidur malam 8 Jam/hari 8 jam/hari
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Badan terasa sakit
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi
Sebelum Sakit Saat Sakit
Urin
Frekuensi/hari 5-6x/hari Terpasang kateter
Pancaran (Kuat, lemah,
Kuat Kuat
menetes)
Jumlah/BAK Kurang lebih 300 cc Kurang lebih 500 cc
Bau Khas BAK Khas BAK
Warna Bening Kuning keruh
Perasaan stlh BAK Tidak terasa nyeri Tidak terasa nyeri
Total Produksi urin/hari
Kurang lebih 1500 cc Kurang lebih 1500 cc
(cc)
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Eliminasi
Sebelum Sakit Saat Sakit
Alvi
Frekuensi 1x/hari Belum ada BAB
Konsistensi Padat Tidak ada
Bau Khas BAB Tidak ada
Warna Kuning Tidak ada
Kesulitan BAB Tidak ada Ada
Balance Cairan
Pemeriksaan Jenis (cc) Total
Intake Makan: 500 cc/hari 2,800 cc
Minum: 800 cc/hari
Infus: 1.500 cc/hari
Transfusi: -
Urine: 1.500 cc/hari
Feses: -
Muntah: - 2,325 cc
Output
Drainage:
Pendarahan :
IWL: 825 cc/hari
Balance Cairan Total intake-total output 475 cc
9. Pola Koping
a) Pola koping : Pasien merasa tidak sanggup menghadapi
kondisinya saat ini, kerap kali pasien
mengatakan bahwa masa hidupnya tidak akan
lama lagi
b) Pola peran dan berhubungan : Pasien berhubungan baik dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya
D. Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat Kesadaran : Composmentis
b) Tanda Vital dan Respon Nyeri
1) Nadi : 99 x/menit
2) Suhu : 36,5 C
3) RR : 20 x/menit
4) Tekanan Darah : 125/71 mmHg
5) Nyeri
- Palliative/Profokatif : Pasien mengatakan merasakan nyeri diseluruh
tubuhnya
- Quality : Seperti ditusuk-tusuk
- Region : Seluruh tubuh
- Scale :4
- Time : Hilang timbul
c) Kepala :
Kulit : Lembab, tidak ada lesi, tidak ada ketombe dan bersih
Rambut : Berwarna hitam dan ada beberapa rambut putih, tidak rontok
Muka : Tidak ada bekas luka, bersih
d) Sistem Sensori Persepsi
Mata
o Inspeksi Konjungtiva : Anemis (-)
o Sklera : Ikterik (-)
o Pupil : Isokor refleks terhadap cahaya
o Palpebra : Edema (-), Lesi (-)
o Lensa : Bersih
o Palpasi TIO : Normal
Hidung : Normal dan simetris tidak terdapat lesi dan tidak terlihat
adanya sekresi
Gigi : Tidang menggunakan gigi palsu, gigi berlubang (+)
Bibir : Stomatitis (-), lembab, sariawan (-), kering (+)
Leher :
o Inspeksi : Defiasi trakea (-)
o Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, Tidak ada pembesaran
tonsil
Telinga
o Lubang Telinga : Tidak ada lesi
o Membran Tympani : Normal
o Gangguan Pendengaran : Tidak ada, pasien mendengar dengan baik
e) Sistem Respirasi
1) Inspeksi
Bentuk : Tidak ada lesi, simetris
2) Palpasi
Tractil Fremitus : normal, saat dipalpasi simetris, tidak ada massa
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi
a. Suara Nafas : Irama nafasa normal, Vesikuler
b. Suara Nafas tambahan : Tidak ada nafas tambahan
f) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi
Bentuk : Tidak ada lesi
Palpasi
Iktus Cordis : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri.
Perkusi
Batas Jantung :
a) Batas atas : ICS II mid sternalis
b) Batas bawah : diantara ICS 5 dan 6
c) Batas kanan : linea midsternalis dextra
d) Batas kiri : midklavikular
Pembesaran Jantung : Tidak ada
Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : Lup
o BJ II : Dup
o BJ III : -
o BJ IV : -
Bunyi tambahan : Tidak ada bunyi tambahan
Cappilary Refill : 2 detik
j) Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
o Bentuk : Simetris, tidak terlihat adanya lesi
o Tepi Perut : Tidak terlihat adanya pembesaran
o Bendungan pembuluh darah : Tidak ada
k) Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Tidak ada masalah
b. Keseimbangan : Tidak ada masalah
c. Kekuatan otot
o Ekstremitas superior dextra :5
o Ekstremitas superior sinistra :5
o Ekstremitas inferior dextra :5
o Ekstremitas inferior sinistra :5
l) Sistem Integument
Inspeksi : Tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada massa atau pembesaran
Pitting Oedem : Tidak ada
Akral : Teraba hangat
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
m) Sistem Reproduksi
- Pria
- Inspeksi :
- Palpasi :
- Wanita
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : Baik
Protein Tidak
Negatif
Positif 2+ Normal
Tidak
Glukosa 3+ Negatif
Normal
Leukosit Tidak
< 5/LPB
8-12 Normal
Eritrosit
< 5/LPB Normal
2-3
Tidak
Sel Epitel
< 5/LPB Normal
2-3
b. Pemeriksaan Lain
1) GD 2 Jam PP : 519 mg/dL
2) GDS : 419 mg/dL
F. Terapi
Obat Dosis dan satuan Rute
Novorapid 3 x 10 ul IM
Furosemid 1 amp IV
Omeprazole 2 X 1 vial IV
Ondansetron 1 amp IV
Fungsi Obat :
1. Sucralfat Syrup : Obat yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung
2. Domeperidone : Obat yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
3. Pronalges Supp : Obat inflamasi non steroid (OAINS), yang digunakan untuk
mengatasi nyeri ringan-berat.
4. Lantus : Insulin yang digunakan untuk pengontrol gula darah pada
pasein diabetes mellitus
5. Novorapid : Insulin Aspart atau insulin kerja cepat untuk membantu dalam
pengobatan diabetes mellitus
6. Furosemid : Obat yang digunakan untuk mengatasi penumpukkan cairan
dan juga bisa digunakan untuk mengatasi peningkatan tekanan darah tinggi.
7. Omeprazole : Obat yang digunakan untuk mengatasi sakit lambung
8. Ondasentron : Obat yang digunakan untuk mengatasi mual, muntah dan
gastroenteritis.
3. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien mengeluh merasa lemah dan - Pasien tampak tidak nyaman
lemas
- Pasien tampak lemah dan tidak
- Pasien mengeluh merasa nyeri seperti bersemangat
ditusuk pada seluruh tubuhnya
- Mual (+)
- Pasien mengeluh mual dan muntah
- Muntah (+)
- Pasien mengatakan hanya makan 4-5
- Terjadi penurunan berat badan 20%
sendok saja
- Skala nyeri 4
- Pasien mengeluh kenapa harus
merasakan penyakit seperti ini - GD 2 Jam PP : 519 mg/dL
Ds :
- Pasien mengeluh nyeri pada
seluruh tubuhnya, dan nyeri
seperti ditusuk-tusuk Agen cedera
2. Nyeri Akut
- Pasien mengatakan skala nyeri fisiologis
4
Do :
- Pasien tampak tidak nyaman
DS :
- Pasien mengeluh merasa
lemas
- Pasien mengatakan makan
hanya 4-5 sendok saja
DO :
3. - Mual (+) Faktor Biologist Defisit Nutrisi
- Muntah (+)
DO :
- Pasien tampak lemah dan tidak
bersemangat
DS : -
DO :
- Terpasang kateter Pertahanan primer
5. Risiko Infeksi
- Leukosit : 8-12 k/uL tidak adekuat
- Terpasang kateter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. H Nama Mahasiswa : Fatimah Ariyanti
N
Ruang :- Nim : G1B220024
No RM :
darah stress
- Dapat mengontrol
kadar glukosa darah
- Pemahaman
manajemen diabetes
- Mengkontrol
prilaku berat badan
Kriteria hasil:
Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
3. Defisit Nutrisi b.d. Tujuan : 1) Pemantauan TTV
Faktor Biologis Setelah diberikan
2) Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan
selama ± 2 x 24 jam 3) Dukungan kepatuhan program
diharapkan defisit pengobatan
nutrisi dapat teratasi.
4) Pemberian obat intravena
Kreteria hasil :
- Adanya 5) Manajemen hiperglikemia
peningkatan BB
sesuai dengan
tujuan
- BB idela sesuai
dengan tinggi badan
- Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Menunjukkan
peningkatan
pengecepan dan
menelan
- Tidak menunjukkan
penurunan BB yang
berarti
- Muntah (+)
2. S : -
O:
- Mual (+)
- Muntah (-)
darah O:
- GD 2 PP : 276
mg/dL
- Muntah (-)
4. Muntah (-)
5. GDS:136 mg/dL
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu
S:
Pasien mengatakan merasa lemas
dan lemah
Ketidakstabilan O:
kadar glukosa darah KU : Composmentis
b.d. Gangguan Pasien terlihat lemas
toleransi glukosa GD 2 Jam PP : 436 mg/dL
darah GDS : 253 mg/dL
23 Februari
A : Ketidakstabilan kadar glukosa
2021
darah belum teratasi
Jam 07.30
P : Intervensi dilanjutkan
S:
6. Pasien mengatakan masih
Nyeri akut b.d. merasakan nyeri, tapi tidak sesakit
Agen cedera sebelumnya
fisiologis O:
(Inflamasi) 7. Skala nyeri 2
A : Nyeri aku teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
S:
- Pasien merasa lemas dan masih
24 Februari
S:
2021
Pasien mengatakan merasa lemas
dan lemah
Jam 08.30 Ketidakstabilan
O:
kadar glukosa darah
KU : Composmentis
b.d. Gangguan
Pasien terlihat lemas
toleransi glukosa
darah GDS : 276 mg/dL
A : Ketidakstabilan kadar glukosa
darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri akut b.d. S:
Agen cedera - Pasien mengatakan tidak merasakan
fisiologis nyeri lagi
(Inflamasi) O:
- Nyeri (-)
A : Masalah nyeri teratasi
P : Intervensi dihentikan
S:
- Pasien merasa lebih membaik
- Pasien mengatakan sudah bisa
menghabiskan ½ porsi makanan
Defisit Nutrisi b.d.
O:
Proses Biologis - Mual (-), muntah (-)
- GDS : 276 mg/dL
24 Februari
A: Gangguan rasa nyaman teratasi
2021
sebagianm
P: Intervensi dilanjutkan
Jam 10.30
S: -
O:
Resiko infeksi b.d. - Terpasang kateter
Pertahanan primer
- Leukosit : 5-6/LPB
tidak adekuat
A : Resiko infeksi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
25 Februari Ketidakstabilan
S:
2021 kadar glukosa darah
Pasien merasa lebih segar dan
b.d. Gangguan
tidak merasakan lemas seperti
Jam 08.30 toleransi glukosa
sebelumnya
darah
O:
KU : Composmentis
GDS : 193 mg/dL
A : Ketidakstabilan kadar glukosa
darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S:
- Pasien merasa lebih membaik
- Pasien mengatakan sudah bisa
Proses Biologis O:
- Mual (-), muntah (-)
- GDS : 193 mg/dL
A: Gangguan rasa nyaman teratasi
P: Intervensi dihentikkan
S: -
O:
Resiko infeksi b.d. - Terpasang kateter
Pertahanan primer
- Leukosit : 5-6/LPB
tidak adekuat
A : Resiko infeksi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan