SISTEM ENDOKRIN :
DIABETES MELITUS
(Dianjurkan untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah )
Dosen pembimbing
Disusun oleh:
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.
B. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imunlainnya.
Faktorimunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
Faktorlingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus taktergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Diabetes Mellitus tak tergantung insulin
(DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel.Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak
lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang
dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM
tipe II, diantaranya adalah:
C. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Keletihan
Pusat lapar dan
Katabolisme Pemecah
haus
lemak protein
Ketidakseimbangan kateasidosis
nutrisiD.
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
1. Obat (tablet OAD/oral antidiabetes)
2. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
DM kehamilan
DM dan gangguan soal hati yang berat
DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
DM dan TBC paru akut
DM dan Koma lain pada DM
DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
Ketoasidosis diabetik
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
2. Penatalaksanaan non medis
a. Diet
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebetuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurukan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada
penderita dapat mengatur terapinya secara optimal
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar
glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam
melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dari mampu menghindari komplikasi dari
diabetes itu sendiri.
F. Komplikasi
1. Akut
o Hipoglikemia dan hiperglikemia
o Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
o Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
o Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
o Neuropati diabetic
o Retinopatidiabetik
o Nefropati diabetik
o Proteinuria
o Kelainan koroner
o Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
c. Sistem Endokrin
Sering kencing, selalu merasa haus,kelelahan, mual dan muntah,kenaikan atau
penurunan berat badan.
d. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
e. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
f. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
h. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
i. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
j. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
2. Analisa Data
kerusakan integritas
3 DS Merangsang hipotalamus Defisit nutrisi
- Cepat kenyang setelah
makan
- Kram nyeri abdomen Pusat lapar dan haus
- Nafsu makan menurun
DO
- Berat badan menurun Polidipsia polipagia
10% di bawah rentang
ideal
- Membrane mukosa Defisit nutrisi
pucat
- Diare
4 DS - Dieresis Resiko syok
DO -
Dehidrasi
Resiko syok
5 DS – Anabolisme protein Resiko infeksi
DO – menurun
Resiko infeksi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
4. Resiko syok berhubungan dengan elektrolit
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan tubuh
4. Intervensi Keperawatan
Teurapeutik Teurapeutik
1. Hindari pengukuran 1.untuk memantau jika
tekanan darah pada konsentrasi HB tidak
ekstermitas dengan menurun
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan 2. guna mencegah bakteri
infeksi atau virus masuk kedalam
tubuh.
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan minum obat 1.kolestrol tinggi dapat
secara teratur mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok
2.Anjurkan program diet dapat menyebabkan
untuk memperbaiki terjadinya vasokontriksi
sirkulasi(mis,rendah lemak pembuluh darah, relaksasi
jenuh) untuk mengurangi efek dari
stres.
2. untuk memperbaiki
sirkulasi pada pasien
Intervensi pendukung Intervensi pendukung
Manajemen cairan Mengidentifikasi dan
mengelola keseimbangan
cairan
Observasi Observasi
1. Monitor berat badan 1. Untuk mengetahui
harian perubahan berat badan
harian pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan asupan cairan 1. Untuk menambah asupan
cairan pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1.Untuk menambah diuresis
diuretik cairan
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Untuk menambah diuresis
cairan
diuretik
4 Resiko syok Tujuan : tidak terjadi Intervensi utama Intervensi utama
berhubungan syok Pencegahan syok Pemantauan cairan
dengan Kriteria hasil Observasi Observasi
elektrolit -nadi dalam batas yang 1.Monitor tingkat kesadaran 1.untuk mengetahui tingkat
di harapkan dan respon pupil kesadaran pada pasien
-irama jantung dalam
batas yang diharapkan 2.monitor status cairan 2,untuk mengetahui jumlah
-frekuensi nafas dalam (masukan dan kebutuhan cairan dalam
yang diharapkan keluaran,turgor kulit,crt) tubuh dan oengeluaran
cairan dalam tubuh
Terapeutik Terapeutik
1.berikan oksigen untuk 1.untuk membantu
mempertahankan saturasi mempertahankan saturasi
oksigen>94% oksigen pasien
Edukasi
Edukasi 1.untuk mengetahui
1.jelaskan penyebab dan penyebab dan faktor risiko
faktor risiko syok syok pada pasien
Kolaborasi
1. untuk membantu
Kolaborasi kebutuhan cairan dalam
tubih
1.kolaborasi pemberian IV
Terapeutik
Terapeutik : 1. untuk mengetahui
1. hitung kebutuhan kebutuhan cairan
cairan pada pasien
Edukasi Edukasi
1. anjurkan 1. untuk menambah
memperbanyak asupan cairan pada
asupan cairan oral tubuh
kolaborasi kolaborasi
1. kolaborasi pemberian untuk membantu kebutuhan
cairan IV cairan dalam tubih
yang tepat
Edukasi Edukasi
terjadi pasien
(hepatitis B, BCG,
diftero, dll)
Intervensi pendukung Itervensi pendukung
Promosi berat badan
Manajemen nutrisi
Observasi Observasi
1. identifikasi status
nutrisi 1. untuk mengetahui
kekurangan nutrisi
pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene 1. untuk meningkatkan
sebelum makan selera makan pasien
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan diet yang 1. untuk mempercepat
diprogramkan proses penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Nursing Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.).2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell
Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes,
Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier