Disusun Oleh:
EVI TRIANA
4120144
PEMBIMBING CI LAHAN
( ) ( )
BANDUNG
2021
1
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
1) Usia
2) Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
3) Obesitas
4) Riwayat Keluarga
5) Kelompok etnik
3. Klasifikasi
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut
a. Grade0 :: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai
denganpembentukan kalus ”claw” Kulit utuh tapi ada kelainan pada kaki akibat
neuropati.
b. Grade I : terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit
c. Grade II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Grade III : ulkus dengan atau tanpa asteomyelitis
e. Grade IV : ganggren jari kaki atau bagian distal kaki, dengan atau tanpaselulitis
(infeksi jaringan)
f. Grade V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
4. Manifestasi Klinik
Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik dari Diabetes
Mellitus antara lain :
a. Glukosuria: adanya kadar glukosa dalam urin.
b. Poliuri : sering kencing dan diuresis osmotik.
c. Polidipsi : banyak minum akibat dari pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebih.
d. Polifagi : banyak makan akibat menurunnya simpanan kalori.
e. Penurunan berat badan secara drastis karena defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak.
3
Berdasarkan Tjokroprawiro (1998 : 1) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus
antara lain :
a. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan
b. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl.
d. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
e. Mudah lelah, kesemutan, kulit terasa panas.
f. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk.
g. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas
h. Kemampuan sexual menurun, impoten.
5. Patofisiologis
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans, defisiensi
insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan pembentukan glikogen sehingga
glikogen akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan hiperglikemi,
peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang
menyebabkan osmotik diuresis.
Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat
meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan
mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan
yang akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (poliuri).
Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam tubuh dan akibatnya
akan menimbulkan masalah kurang volume cairan, dehidrasi akan membuat seseorang
banyak minum (polidipsi).
Apabila tubuh kehilangan kalori, akan menyebabkan seseorang dalam keadaan lemah,
sehingga akan muncul permasalahan intoleransi aktifitas sedangkan keadaan polifagia
akan mengakibatkan munculnya masalah perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan (Price,
S.A. dan Wilson, L.M., 1995 : 112).
4
6. Patway
DM Tipe 1 DM Tipe II
Ganggren
Ketidak
Efektifan
Aktivitas Terganngu Kerusakan Perfusi
Integritas Kulit Janringan
Perifer
Intoleransi Aktivitas
7. Komplikasi
Menurut Price, S.A dan Wilson, L.M (1995 : 1117) komplikasi diabetes mellitus dapat
dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
a. Komplikasi metabolik akut
1) Komplikasi metabolik yang serius adalah ketoasidosis diabetes yang akan
mengakibatkan kerosis terjadi pada jangka pendek.
5
2) Peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
3) Hipolikemi
b. Komplikasi metabolik kronik
1) Makro angiopati yang mengenai pembuluh darah besar seperti pada jantung pada
otak.
2) Mikro angiopati yang mengenai pembuluh darah kecil seperti retinopati diabetik,
nefropati diabetik.
3) Neuropati diabetik rentang infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih, ulkus pada
kaki.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728) antara lain :
a. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
e. Elektrolit
1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler selanjutnya akan
menurut).
f. Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal.
g. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO 3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi / leukositosis, hema
konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi).
i. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan
fungsi ginjal).
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto Asidosis).
k. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai
tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin atau gangguan dalam
penggunaannya (endogen atau eksogen).
6
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka
9. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam penatalaksanaan
DM yaitu :
a. Diit
b. Latihan jasmani
c. Pemantauan
d. Terapi (jika diperlukan)
e. Pendidikan
Berdasarkan Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu :
a. Untuk DM tipe I
Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan).
b. Untuk DM tipe II
Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia.
Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu :
a. Pencegahan primer
1) Menghindari obesitas (jika perlu)
2) Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam
pencegahan DM tidak tergantung insulin.
b. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut
harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi
nama pasien,umur, keluhan utama
a. Riwayat Kesehatan
7
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
2) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
b. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap
diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari
akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya
amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun
dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola ativitas dan latihan
8
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga
klien mengalami kesulitan tidur
6) Kongnitif persepsii
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanya
perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
8) Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta
memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
9
11) Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
2) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
3) Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2 cmH2.
4) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
5) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
6) Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
7) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
8) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
9) Pemeriksaan Ekstremitas
10
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
10) Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan hiperglikemia
b. Pola nafas tidak efektif
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
e. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
3. Perencanaan
Diagnosa NIC NOC
keperawatan
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemia
gula darah tindakan keperawatan
Observasi :
selama 1x 24 jam
-Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
maka ketidakstabilan
gula darah membaik -Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Terapeutik :
KH :
-Berikan asupan cairan oral
1. Kestabilan kadar
glukosa darah Edukasi :
membaik -Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan olah raga
Kolaborasi :
2. Status nutrisi
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
membaik 3. Tingkat
pengetahuan Edukasi program pengobatan
meningkat
Observasi :
- Identifikasi pengobatan yang direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani program
pengobatan dengan baik dan benar
11
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping pengobatan
12
Manajenen program latihan
Observasi :
13
tidak ada sebelum dan sesudah aktivitas
Terapeutik
1) Posisikan pasien semi-fowler
14
BAB II
TINJAUAN KASUS ASKEP
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
nama : Sdr. D
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sunda
Ruangan : ICU
Diagnosa medis : Diabetes Type I
Alamat : Cibadak, Sukabumi
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. H
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan Klien : Ayah
Alamat : Sukabumi
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien mengatakan pusing, mengantuk
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan pusing, dan mengantuk.
Klien mengatakan sering merasa haus. Klien tampak lemah, klien tampak
sesak, badan klien tampak kotor, mukosa tampak kering TD : 142/77mmHg,
N: 140x/menit, R: 26x/menit, S : 36,3, Spo2 : 97%.
15
c. Riwayat kesehatan dahulu : Ayah klien mengatakan klien tidak memiliki
riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga : Ayah klien mengatakan keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit seperti pasien.
3. Pemeriksaan fisik
Tingkat Kesadaran : Apatis
GCS: 13 (E=3 ,V=4, M=6)
BB: 80 Kg
Keadaan umum: Lemah
Tanda- tanda vital : TD = 120/80 mmHg
a. Sistem pernafasan : pernafasan tampak sesak (26 x/menit) menggunakan O2
nassal kanul 5 lpm
b. Sistem kardiovaskuler : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, tidak ada nyeri tekan
c. Sistem pencernaan : sistem pencernaan baik, tidak ada nyeri tekan
d. Sistem persyarafan : kesadaran Apatis, GCS: 13 (E=3 ,V=4, M=6)
e. Sistem endokrin : Klien tampak sering berkemih dilihat dari jumlah urine pershift
/ atau perjam
f. Sistem genitourinaria : tidak ada gangguan pada sistem genitourinaria
g. Sistem muskuloskeletal : Kekuatan otot
h. Sistem integumen : Tidak ada luka seperti ulkus
4. Data psikologis
a. Status emosi : Pasien dapat menjawab pertanyaan sedikit demi sedikit
b. Kecemasan : Klien sedikit merasa cemas tentang penyakit yang di alaminya
c. pola koping : Klien dapat menerima keadaannya saat ini dengan sabar dan
mengikuti pengobatan yang diberikan
d. Gaya komunikasi : Klien dapat berkomunikasi pelan pelan
e. Persepsi klien terhadap penyakitnya : Cobaan Allah
f. Konsep diri :
1) Body image : Pasien mengatakan dirinya sebagai anak, pasien mengatakan
berhubungan baik dengan keluarga, saudara dan lingkungan sekitarnya
16
2) Harga diri : pasien mengatakan tidak merasa minder dengan apa yang
dialaminya saat ini
3) Peran : pasien sebagai pelajar
4) Identitas diri : klien sebagai seorang anak
5) Ideal diri : -
5. Data sosial :
a. Gaya komunikasi : Pasien dapat menjawan pertanyaan dan dapat
berkomunikasi pelan pelan
b. Hubungan sosial : pasien berhubungan baik dengan keluarga dan
lungkungannya
6. Data spiritual
pasien beragama islam
7. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Urine
17
PCO2 14.6 mmHg 25.0-45.0
b. Pemeriksaan Radiologi
Thorak foto :-
CT scan :
Kesan :-
c. Terapi
Obat Oral :-
Obat injeksi :
Nama obat Dosis/jam Kegunaan
18
menghentikan pertumbuhan bakteri
B. Analisa data
No. Hari/tanggal Data Etiologi Problem
Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
2 Jumat, 26 Ds: Reaksi autoimun Ketidakstabilan gula
November 1. Pasien mengatakan darah berhubungan
2021 badan lemah DM Type 1 dengan hiperglikemia
2. Pasien mengatakan
sering Defisiensi insulin
19
merasa haus
Hiperglikemia
DO:
1. (GDS ,409) Polidipsi
2. Klien tampak lelah
TTV: TD : Ketidakstabilan gula
142/77mmHg, N: darah
140x/menit, R:
26x/menit, S : 36,3,
Spo2 : 97%.
2 Jumat, 26 Ds: - DM type 1 dan 2 Pola nafas tidak efektif
November Do: Tampak terpasang b.d hiperventilasi
2021 nassal kanul 5 lpm Insulin
TTV TD :
142/77mmHg, N: Ketoasidosis diabetik
140x/menit, R: (KAD)
26x/menit, S : 36,3,
Spo2 : 97%. Volume sirkusi tidak
adekuat
Sesak
20
26x/menit, S : 36,3,
Spo2 : 97%
C. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
b. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan hiperglikemia
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
d. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
D. Intervensi keperawatan
Tanggal/wa No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi TTD
ktu
Sabtu, 27 1 Setelah dilakukan tindakan Managemen peningkatan
Nov 2021 / keperawatan selama 3 x 24 Tekanan intrakranial
21.00 jam perawatan penurunan a. Observasi TTV
kapasitas adaptif intra kranial b. Pantau tingkat kesadaran
dapat diatasi
Kriteria :
21
Sabtu, 27 3 Setelah dilakukan tindakan Managemen jalan nafas
Nov 2021 / keperawatan selama 3x 24 a. Monitor TTV
21.00 jam maka pola nafas b. Monitor kesadaran umum
membaik pasien setiap 1 jam
c. Monitor pola nafas pasien
d. Posisikan semi fowler/
fowler
e. Monitor oximetri
E. Implementasi keperawatan
Tanggal/w No. Implementasi Respon klien TTD
aktu keperawatan
Sabtu, 27 1 Observasi TTV S : Klien mengatakan masih merasa
nov 2021 b. Pantau tingkat lemas dan sering merasa haus
kesadaran
O:
22
c. Mengidentifikasi a. TTV: TD: 119/73, N: 100x/menit,
kemungkinan penyebab S: 36,6, R: 38x/menit, Spo2: 98%
hiperglikemia
b. GDS: 238 perjam
d. Memonitor intake
dan output cairan /24 c. seperti polidipsi
jam
d. I = 2095, O = 750, Iwl = 200, blc
e. Mengkolaborasi
= 1,145
pemberian insulin
F. Evaluasi
Tanggal/w No. Evaluasi keperawatan TTD
aktu
Selasa, 30 1 S : Klien mengatakan masih merasa lemas
Nov 2021 /
O:
9.30
a. TTV: TD: 119/73, N: 100x/menit, S: 36,6, R: 38x/menit,
Spo2: 98%
23
b. GCS 15 (E4, V5, M6)
P : Intervensi di hentikan
P : Intervensi dihentikan
Selasa, 30 3 S : klien mengatakan masih merasa lemah
Nov 2021 / O:
9.30 - TD : 118/62, N: 97x/menit, R: 23x/menit, S: 36,5, SPO2: 98%
- K/u Lemah Kesadaran compos mentis
- support O2 nassal kanul 3 lpm
- memberikan posisi head up 30
A : Pola nafas tidak efektif
P : Intervensi dihentikan
Selasa, 30 4 S: klien mengatakan mandi kadang-adang masih di bantu orang
Nov 2021 / tua klien
9.30 O : klien tampak sudah bersih
A : Defisit perawatan diri
P : Intervensi dihentikan
24
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
Aru W. Sudoyo dkk (2009). Buku Ajar Ilmu penyakit dalam, jilid III edisi V. Interna
Publishing, Jakarta
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001
Long, B.C. Essential of medical - surgical nursing : A nursing process approach. Volume 3.
Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996
Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2001.
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Mediaq
25
RESUME DI RUANG ICU RSUD SEKARWANGI KABUPATEN
SUKABUMI
KELOMPOK : III
RUANG : ICU
PEMBIMBING CI
( ) ( )
2021
RESUME 1
RESUME 2
RESUME 3
RESUME 4
RESUME 5
Hari/Tanggal/ Identitas pasien DAR (Data, Action, Reaction)
Waktu
Sabtu/27 Nama : Tn. W Data :
November Umur : 61 tahun Ds :
2021/22.00 Jenis kelamin : Laki- - Belum bisa di kaji
WIB laki Do :
Ruangan : ICU - Klien tampak sesak
No. RM : - - Klien tampak terintubasi
Diagnosa medis : dengan mode ventilator
Post Op Laparatomy TTV :
- TD : 94/60 mmHg
- N : 129x/menit
- R : 40x/menit
- S : 36,5°C
- Spo2 : 94%
Diagnosa keperawatan: Pola
nafas tidak efektif b.d sesak
Action :
- Observasi TTV
TD : 88/59 mmHg
N : 126x/menit
R : 37x/menit
S : 36,3°C
Spo2 : 95%
- Atur posisi head up 30°
- Kolaborasi pemberian O2
- Kolaborasi pemberian terapi
Reaction :
S:-
O : - Kesadaran Compos Mentis
GCS E4M6V1
- Tampak terintubasi dengan
mode ventilator sudah CPAP
RESUME 6
RESUME 7
Action :
c. Memberikan O2 sesuai
kebutuhan
d. Head up 30°
Reaction :
S : Sulit dikaji
RESUME 8
Action :
c. Memberikan O2 sesuai
kebutuhan
d. Head up 30°
Reaction :
S : Sulit dikaji