Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme hidrat
arang akibat berkurangnya hormone insulin, baik kekurangan relatif
maupun absolut. Hasil penelitan departemen kesehatan yang di
publikasiakan pada tahun 2008 menunjukkann angka prevalensi DM di
Indonesia sebesar 5,7%, yang berarti lebih dari 12 juta penduduk Indonesia
saat ini menderita DM WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000
jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian , pada tahun 2025, jumlah itu
akan membengkak menjadi 300 juta orang. (Sudoyo, 2014). Penyakit DM
tipe 2 di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama penyakit tak
menular atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian. Diperkirakan sekitar 90%
kasus DM di seluruh dunia tergolong tipe 2. Jumlah penderita DM tipe 2
semakin meningkat pada kelompok umur > 30 tahun dan pada seluruh
status social ekonomi (Perkeni, 2010).
Maka dari itu sangat dibutuhkan tindakan berupa asuhan keperawatan
pada diabetes millitus tipe II khususnya, agar angka prevalensi diabetes
dapat menurun dalam tahun ke tahunnya. Hal yang paling dibutuhkan agar
tidak terkena diabetes adalah dengan pengaturan pola makan dan menjaga
gaya hidup sehat karena banyaknya orang yang menderita diabetes
disebabkan pola makan dan gaya hidup sehat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis
merumuskan “Bagaimana asuhan keperawatan Ny.S dengan gangguan
diabetes mellitus Di Ruang ICU RSHD Kota Bengkulu?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah Mempelajari dan
memberikan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada Ny.T dengan
gangguan Diabetes Millitus tipe II di ruang bangsal AB RSUD Pandan
Arang Boyolali.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu :
a) Melakukan pengkajian pada klien diabetes mellitus.
b) Merumuskan analisa data yang sesuai pada klien diabetes mellitus
c) Merumuskan diagnosa yang muncul pada diabetes mellitus
d) Menentukan intervensi keperawatan pada klien diabetes mellitus.
e) Melakukan implementasi keperawatan pada klien diabetes mellitus.
f) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien diabetes
mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2010).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2009).

B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi Asidosis Trombosis


Kurang dari kebutuhan

 Koma Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum klien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu klien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada klien DM lansia kurang
dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena
itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
klien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila klien mengalami infeksi
akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut
dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan
dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia.
Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral
tampak lebih jelas.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Klien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
 Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
 Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefetifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit\
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan
3. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
4. Resiko syok berhubungan dengan kemampuan elektrolit kedalam sel
tubuh, hipovolemia
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
J. Intervensi
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Ketidakefetifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer  Circulation status Manajemen sensasi perifer
berhubungan dengan  Tissue perfusion: cerebral  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
penurunan sirkulasi terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Kriteria Hasil:
darah ke perifer, proses
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai  Monitor adanya paretese
penyakit
dengan:  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang jika ada lesi atau laserasi
yang diharapkan  Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tidak ada ortostatik hipertensi  Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan  Monitor kemampuan BAB
intracranial  Kolaborasi pemberian analgetik
 Monitor adanya tromboplebitis
 Diskusikan mengenai penyebab perubahan
sensasi
Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure Management
jaringan berhubungan  Tissue Integrity : Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
dengan nekrosis Membranes yang longgar
kerusakan jaringan  Wound Healing : primer dan sekunder  Hindari kerutan pada tempat tidur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
selama….. kerusakan integritas kulit pasien kering
teratasi dengan kriteria hasil:
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, jam sekali
pigmentasi)  Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Tidak ada luka/lesi pada kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
 Perfusi jaringan baik yang tertekan
 Menunjukkan pemahaman dalam proses  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya  Monitor status nutrisi pasien
sedera berulang  Memandikan pasien dengan sabun dan air
 Mampu melindungi kulit dan hangat
mempertahankan kelembaban kulit dan  Kaji lingkungan dan peralatan yang
perawatan alami menyebabkan tekanan
 Menunjukkan  terjadinya proses  Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
penyembuhan luka luka, karakteristik,warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,
formasi traktus
 Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP,
vitamin
 Cegah kontaminasi feses dan urin
 Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada
luka
Keseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional status Manajemen nutrisi
tubuh berhubungan Kriteria Hasil:  Kaji adanya alergi makanan
dengan gangguan  Adanya peningkatan berat badan sesuai  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
insulin, makanan dan dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi yang diibutuhkan
aktivitas jasmani
 Berat badan ideal sesuai tinggi badan pasien
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi  Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Menunjukkan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
pengecapan dari menelan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang makanan harian
berarti  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Resiko syok NOC NIC
berhubungan dengan  Syok prevention Syok prevention
kemampuan elektrolit  Syok management  Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu
kedalam sel tubuh, kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi
Kriteria Hasil :
hipovolemia perifer, dan kapiler refill.
 Nadi dalam batas yang diharapkan
 Irama jantung dalam batas yang diharapkan  Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
 Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan  Monitor suhu dan pernafasan
 Irama pernapasan dalam batas yang  Monitor input dan output
diharapkan  Pantau nilai labor : HB, HT, AGD dan elektrolit
 Natrium serum dalam batas normal  Monitor hemodinamik invasi yng sesuai
 Kalium serum dalam batas normal  Monitor tanda dan gejala asites
 Klorida serum dalam batas normal  Monitor tanda awal syok
 Kalsium serum dalam batas normal  Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki
 Magnesium serum dalam batas normal elevasi untuk peningkatan preload dengan tepat
 PH darah serum dalam batas normal  Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
Hidrasi  Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat
         Indicator :  Berikan vasodilator yang tepat
 Mata cekung tidak ditemukan  Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan
 Demam tidak ditemukan gejala datangnya syok
 Tekanan darah dalam batas normal  Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah
 Hematokrit dalam batas normal untuk mengatasi gejala syok
Syok management
 Monitor fungsi neurotogis
 Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr : Lavel)
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan, input, output
 Catat gas darah arteri dan oksigen
 dijaringan
 Monitor EKG, sesuai
 Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi pembacaan tekanan
darah, sesuai
 Menggambar gas darah arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
 Memantau tren dalam parameter hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP, tekanan kapiler
pulmonal / arteri)
 Memantau faktor penentu pengiriman jaringan
oksigen (misalnya, PaO2 kadar hemoglobin
SaO2, CO), jika tersedia
 Memantau tingkat karbon dioksida sublingual
dan / atau tonometry lambung, sesuai
 Memonitor gejala gagal pernafasan (misalnya,
rendah PaO2 peningkatan PaCO2 tingkat,
kelelahan otot pernafasan)
 Monitor nilai laboratorium (misalnya, CBC
dengan diferensial) koagulasi profil,ABC,
tingkat laktat,  budaya, dan profil kimia)
 Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan
akses IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIABETES MELITUS
DI RUANG ICU RSHD KOTA BENGKULU
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Ruang ICU RSHD Kota Bengkulu
Metode : Wawancara, observasi, dan studi document.
Sumber : keluarga, tenaga medis dan status klien.
Oleh : Kelompok 2

B. Identitas
a. Klien
Nama : Ny. S
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kuala Lempuing
Suku / bangsa : Serawai / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe II
Tanggal Masuk RS : 16 Mei 2019
No.RM : 065120

b.Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Agama : Katholik
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngendekan RT 66/19, Pandes, Wedi, Klaten
Hub dengan klien : Suami
I. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan masuk rumah sakit
Klien dating dengan keluhan sesak sejak 2 hari, mual, nyeri ulu hati,
nafsu makan berkurang
2. Keluhan Utama
Tidak sadarkan diri ± 15 menit
3. Riwayat kesehatan sekarang
KLien tidak sadarkan dirri, klien tidak muntah, klien sebelumnya
terantuk kuku ± 2 minggu yang lalu, 1 minggu kemudian klien
dibersihkan luka di RT dalam keadaan luka sudah berbau, bernanah
dan kaki dalam keadaan bengkak. Riwayat kejang tidak ada, BAB
dan BAK sebelumnya baik. Demam tidak ada, sesak sejak 2 hari, dan
muntah 2x, nyeri ulu hati dan nafsu makan berkurang.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien tidak pernah masuk rumah sakit, dan tidak pernah melakukan
operasi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada Diabetes Melitus.
6. Genogram Keluarga

Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
X = meninggal
= klien

II. POLA KEBIASAAN KLIEN


A. Aspek Fisik – Biologis
1. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan, sebelum sakit klien makan 2 kali sehari satu
piring penuh. Tidak ada makanan pantangan dan klien tidak
alergi dengan suatu makanan. Keluarga klien mengatakan klien
sering makan yang manis-manis dan pola makan yang tidak
sehat.
Klien mengatakan minum air putih sehari 4 gelas belimbing
(±800 ml) dan sering minum teh manis hangat sekitar 5 gelas
belimbing (±1000ml)
b. Selama sakit
Keluarga klien mengatakan, selama sakit klien tidak nafsu
makan karena mual muntah dan jika makan diit tidak
dihabiskan. Klien mendapatkan diit khusus Diabetes dari rumah
sakit. Klien sekarang tidak sadarkan diri.
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB sekali dalam sehari berwarna
kecoklatan dengan konsistensi lembek. Klien tidak
menggunakan obat pencahar.
Klien BAK lancar 4-5 kali sehari berwarna kuning.
b. Selama sakit
Klien mengatakan belum BAB semenjak dirawat di Rumah
sakit.
Klien mengatakan, klien BAK sebanyak 4-5 kali sehari
berwarna kuning. Klien terpasang kateter, saat pengkajian
jumlah output urine 200cc.

3. Pola Aktifitas
a. Sebelum Sakit
Klien melakukan aktivitasnya sendiri.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

b. SelamaSakit
Klien melakukan aktivitasnya sendiri.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
4. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit
Klien biasa tidur 7-8 jam sehari mulai jam 21.00 – 04.00 WIB.
Tidak ada kebiasaan khusus sebelum tidur, klien tidak
mengkonsumsi obat tidur.
b. Selama sakit
Klien mengatakan klien lebih sering tidur 12 jam sehari dari jam
19.00-05.00 WIB dan tidur siang 2 jam.
5. Pola Kebersihan Diri
a. Kebersihan kulit
Klien mandi 2 kali sehari hanya di lap dengan tisu basah. Kulit
berwarna coklat dan kering.
b. Rambut
Rambut sedikit beruban, panjang rambut sebahu, tampak lepek.
c. Telinga
Telinga terlihat bersih, telinga klien dibersihkan seminggu
sekali. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Mulut
Gigi klien terlihat kuning. Bau mulut.
e. Kuku
Kuku klien agak panjang dan kotor.

B. Aspek Mental – Intelektual – Sosial - Spiritual


1. Konsep diri
a. Identitas : Klien menyukai semua bagian tubuhnya.
b. Gambaran diri : sebelum sakit klien adalah ibu rumah
tangga yang bekerja untuk membantu membuat catering dan
saat ini klien tidak dapat bekerja karena sakit
c. Peran diri : klien adalah seorang istri dan ibu bagi ketiga
anaknya.
d. Ideal diri : klien berharap klien cepat sembuh dan selalu
diberi kesehatan
e. Harga Diri: klien merasa takut dengan penyakitnya.
2. Intelektual
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit, diit,
makanan pantangan, dan juga pengobatan yang dilakukan.
3. Hubungan interpersonal
Klien mengatakan hubungan dengan istri dan anak baik-baik saja.

4. Mekanisme Koping
Klien menerima dengan ikhlas, menganggap ini adalah ujian dan
berharap diberi kesembuhan oleh Tuhan.
5. Support Sistem
Keluarga sangat mendukung untuk kesembuhan klien dan selalu
menunggui klien di rumah sakit.
6. Aspek Mental/ Emosional
Klien tidak gampang emosional. Klien tampak kooperatif saat
ditanya perawat.
7. Aspek Spiritual
Agama klien Katholik dan klien datang ke gereja tiap hari minggu.
Di samping tempat tidur klien terdapat kitab suci.

III. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum:
1. Kesadaran : Somnolen
2. Tanda-tanda vital :
a. Suhu : 36,6oC
b. Nadi : 105 x/menit
c. Respirasi : 24 x/menit
d. Tekanan Darah : 110/60 mmHg
3. Gula darah sewaktu : 447
a. Pemeriksaan cephalokaudal
1. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi.
2. Mata
Klien mempunyai gangguan penglihatan. Mata tampak merah dan
terdapat kotoran mata. Konjungtiva tidak pucat.
3. Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada cairan keluar dari telinga,
pendengaran baik.
4. Hidung
Hidung tidak ada luka, tidak ada cairan yang keluar dari hidung.
Tidak ada pernapasan melalui cuping hidung, terpasang NGT.
5. Leher
Tidak ada pembesaran tiroid, bentuk leher simetris, tidak ada
keluhan gerak leher, tidak ada pembesaran massa.
6. Dada
Inspeksi : Bentuk dada normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi, tidak ada
retraksi dinding dada.
Perkusi : Suara lapang paru sonor.
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler.
7. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, warna coklat merata, tidak ada
lesi.
Auskultasi : bising usus 7x/menit
Perkusi : suara abdomen timpani
Palpasi : abdomen teraba keras
8. Genetalia
Tidak ada luka pada genetalia. Klien terpasang kateter urine, saat
dikaji klien sedang menstruasi.
9. Ekstrimitas atas
Ekstrimitas atas lengkap, tangan sebelah kiri terasa kaku-kaku,
tidak ada lesi dan capillary reffil kembali kurang dari 2 detik.
Terpasang infus NaCl 0,9% 20tpm di tangan kanan.
10. Ekstrimitas bawah
Ekstrimitas bawah lengkap, ada luka dibagian jempol kaki kanan.

4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 20 Mei 2019
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Haematokrit 31 L: 42-52 P: 36-46
Leukosit 30800 5000-10000 Ul
Trombosit 15800 150000-500000 Ul

5. Terapi
Meropenem 2x1
Pantoprazole 1x1
Metronidazole 3x500mg
Levoxloxacin 1x500mg
Insulin 1x20ui
Novorapid 6x12ui
ANALISA DATA

DATA MASALAH PENYEBAB


DS: Ketidakseimbangan Ketidakmampuan Untuk
Keluarga klien nutrisi kurang dari Mengabsorbsi Nutrisi
mengatakan: kebutuhan tubuh
- Tidak nafsu makan
- Berat badan turun
DO:
- Bising usus
hiperaktif
DS: Kerusakan Integritas Faktor Mekanik
- Keluarga klien Jaringan (tekanan, benturan,
mengatakan luka gesekan)
yang sudah
membusuk di
jempol kaki kanan
DO:
- Aroma kaki klien
bau
- Gigi klien kuning
- Rambut klien
tampak lepek
- Aktivitas dibantu
- Napas klien bau
- Kuku tampak
panjang dan kotor
DS : Resiko Ketidakstabilan Asupan makanan
- Keluarga klien Kadar Glukosa Darah
mengatakan pola
makan tidak sehat,
klien sering makan
yang manis-manis.
DO :
- Klien menyangkal
tentang penyakitnya
- GDS : 326
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi
2. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Faktor Mekanik (tekanan,
benturan, gesekan)
3. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Asupan
Makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(NOC) (NIC)
(NANDA)
Ketidakseimbanga 1)      Status nutrisi 1)      Manajemen Nutrisi
n Nutrisi : Kurang Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
Dari Kebutuhan tingkat nutrisi yang     Mengkaji adanya klien alergi
Tubuh tersedia untuk dapat terhadap makanan
berhubungan memenuhi kebutuhan     Berkolaborasi dengan ahli gizi
dengan proses metabolik. untuk menentukan jumlah kalori
Ketidakmampuan Indikator : dan jenis gizi yang dibutuhkan
Untuk    Intake nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi
Mengabsorbsi    Intake makanan adekuat klien
Nutrisi    Intake cairan dalam batas     Mengatur pola makan dan gaya
normal hidup klien
   Energi cukup     Mengajarkan klien bagaimana pola
   Indeks masa tubuh dalam makan sehari- hari yang sesuai
batas normal dengan kebutuhan
2)      Status nutrisi : asupan     Memantau dan mencatat masukan
makanan dan cairan kalori dan nutrisi
Definisi : jumlah makanan    Timbang berat badan klien dengan
dan cairan dalam tubuh interval yang sesuai
selama waktu 24 jam.    Memberikan informasi yang tepat
Indikator : tentang kebutuhan nutrisi dan
   Intake makanan melalui bagaimana cara memenuhinya
oral adekuat    Membantu klien untuk menerima
   Intake cairan melalui oral program gizi yang dibutuhkan
adekuat 2)      Therapy nutrisi
   Intake cairan melalaui Aktivitas :
intravena dalam batas    Memantau makanan dan minuman
normal yang dimakan dan hitung intake
3)      Status nutrisi : intake kalori sehari yang sesuai
nutrisi    Memantau ketepatan anjuran diet
Definisi : intake nutrisi yang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dibutuhkan untuk sehari- hariyang sesuai
memenuhi proses    Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolic menentukan jumlah kalori dan jenis
Indikator : gizi yang dibutuhkan untuk
   Intake kalori dalam batas memenuhi kebutuhan gizi klien
normal    Memberikan makanan sesuai
   Intake protein dalam batas dengan diet yang dianjurkan
normal    Memantau hasil labor Memberikan
   Intake lemak dalam batas    Mengajari kepada keluarga dan
normal klien secara tertulis contoh diet
   Intake karbohidrat dalam yang dianjurkan
batas normal 3)      Monitor Gizi
   Intake serat dalam batas Aktivitas :
normal    Memantau berat badan klien
   Intake mineral dalam batas    Memantau turgor kulit
normal    Memantau mual dan muntah
   Memantau albumin, total protein,
Hb, hematokrit, dan elektrolit
   Memantau tingkat energi, lemah,
letih, rasa tidak enak
   Memantau apakah konjungtiva
pucat, kemerahan, atau kering
   Memantau intake nutrisi dan kalori

Kerusakan a)      Integritas Jaringan : kulit a)      Managemen Tekanan


Integritas dan membran mukosa Aktifitas ;
Jaringan Defenisi : keutuhan struktur    Memakaikan klien pakaian yang
berhubungan dan fungsi fisiologis normal tidak membatasi gerak
dengan Faktor dari kulit dan membrane    Menahan diri untuk melakukan
Mekanik mukosa tekanan pada bagian tubuh yang
(tekanan, Indikator : sakit
benturan,    Temperature kulit dalam    Meninggikan ektremitas yang
gesekan) batas normal terluka
   Susunan dalam batas    Memutar posisi klien setiap dua jam
normal sekali, berdasarkan jadwal khusus
   Perfusi jaringan baik    Memantau area kulit yang
   Integritas kulit baik kemerahan atau rusak
   Memantau pergerakan dan aktifitas
b)      Penyembuhan luka : klien
tahapan kedua    Memantau status nutrisi klien
Definisi : tingkat regenerasi    Memantau sumber tekanan dan
dari sel dan jaringan setelah geseran
dilakukan penutupan b)     Perawatan Luka (3660)
Indikator : Aktifitas :
      Granulasi dalam keadaan    Mengganti balutan plester dan
baik debris
      Bekas luka dalam keadaan    Mencukur rambut sekeliling daerah
baik yang terluka, jika perlu
      Penurunan ukuran luka    Mencatat karakteristik luka
termasuk warna, bau dan ukuran
   Membersihkan dengan larutan saline
atau nontoksik yang sesuai
   Memberikan pemeliharaan kulit
luka bernanah sesuai kebutuhan
   Mengurut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
   Menggunakan unit TENS
(Transcutaneous Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk peningkatan
penyembuhan luka yang sesuai
   Menggunakan salep yang cocok
pada kulit/ lesi, yang sesuai
   Membalut dengan perban yang
cocok
   Mempertahankan teknik pensterilan
perban ketika merawat luka
   Memeriksa luka setiap mengganti
perban
   Membandingkan dan mencatat
secara teratur perubahan-perubahan
pada luka
   Menjauhkan tekanan pada luka
   Mengajarkan klien dan anggota
keluarga prosedur
   perawatan luka
c)      Posisi
Aktivitas :
 Menyediakan tempat tidur yang
terapeutik
 Memelihara kenyamanan tempat
tidur
 Menempatkan dalam posisi yang
terapeutik
 Posisi dalam mempersiapkan
kesajajaran tubuh
 Kelumpuhan/menyokong bagian
tubuh
 Memperbaiki bagian tubuh
 Menghindari terjadinya amputasi
dalam posisi fleksi
 Memposisikan untuk mengurangi
dyspnea (mis. posisi semi
melayang), jika diperlukan
 Memfasilitasi pertukaran udara yang
bagus untuk bernafas
 Menyarankan untuk peningkatan
rentang latihan
 Menyediakan pelayanan penyokong
untuk leher
 Memasang footboard untuk tidur
 Gunakan teknik log roll untuk
berputar
 Meningkatkan eliminasi urin, jika
diperlukan
 Menghindari tempat yang akan
melukai
 Menopang dengan backrest, jika
diperlukan
 Memperbaiki kaki 20 derajat diatas
jantung, jika diperlukan
 Menginstruksikan kepada klien
bagaimana menggunakan posisi
yang bagus dan gerak tubuh yang
bagus dalam beraktifitas
 Mengontrol sistem pelayanan untuk
mengatur persiapan
 Memelihara posisi akan integritas
dari sistem
 Memperbaiki kepala waktu tidur,
jika diperlukan
 Mengatur indikasi kondisi kulit
 Membantu imobilisasi setiap 2 jam,
sesuai jadwal
 Gunakan alat bantu layanan untuk
mendukung kaki (mis. Hand roll
dan trochanter roll)
 Menggunakan alat-alat yang
digunakan berulang ditempat yang
mudah dijangkau
 Menempatkan posisi tempat tidur
yang nyaman agar mudah dalam
perpindahan posisi
Resiko 1)      Tingkat glukosa darah a)      Managemen Hiperglikemia
Ketidakstabilan Defenisi : keadaan dimana Aktifitas ;
Kadar Glukosa tingkat glukosa di plasma    Memantau peningkatan gula darah
Darah dan urin dalam rentang    Memantau gejala hiperglikemia,
berhubungan normal poliuria, polidipsi, poliphagi, dan
dengan Asupan Indikator : kelelahan.
Makanan    Glukosa darah dalam batas    Memantau urin keton
normal    Memberikan insulin yang sesuai
   Glukosa urin dalam batas    Memantau status cairan
normal    Antisipasi situasi dalam persyaratan
   Urin keton pemberian insulin
2)      Manajemen Diabetes    Membatasi gerakan ketika gula
secara mandiri darah diatas 250 mg/dl, terutama
Definisi : melakukan apabila terdapat urin keton
manajemen Diabetes    Mendorong klien untuk memantau
secara mandiri, pengobatan gula darah
dan pencegahan tehadap b)      Manajemen hipoglikemia (2130)
perjalanan penyakit Aktivitas :
Indikator :    Mengenali klien dengan resiko
      Memantau glukosa darah hipoglikemia
dalam batas normal    Memantau gula darah
      Mengobati gejala dari    Memantau gejala hipoglikemia
hiperglikemia seperti:tremor, berkeringat, gugup,
      Mengobati gejala dari tacikardi, palpitasi, mengigil,
hipoglikemia perubahan perilaku, coma.
3)             Kurangnya pengetahuan    Memberikan karbohidrat sederhana
tentang manajemen diabetes yang sesuai
4)             Ketidakadekuatan
   Memberikan glukosa yang sesuai
dalam memantau gula darah
5)             Pengetahuan tentang    Melaporkan segera pada dokter
diet    Memberikan glukosa melalui IV
   Memperhatikan jalan nafas
   Mempertahankan akses IV
   Lindungi jangan sampai cedera
   Meninjau peristiwa terjadinya
hipoglikemia dan faktor
penyebabnya
   Memberikan umpan balik mengenai
manajemen hipoglikemia
   Mengajarkan klien dan keluarga
mengenai gejala, faktor resiko,
pencegahan hipoglikemia
   Menganjurkan klien memakan
karbohidrat yang simple setiap
waktu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari, Tanggal: Senin, 20 Mei 2019


Diagnosa Implementasi dan Respon Evaluasi TTD
Dx. 1 senin, 20 Mei 2019 Senin, 20 Mei 2019
Pukul 17:00 Pukul 17:15 WIB
1. memantau keadaan umum S: Keluarga klien mengatakan klien belum sadar
2. mengukur vital sign O:
3. memberikan cairan makan kedalam NGT - TD: 110/60 mmHg
4. mengelola pemberian obat Ranitidin 25mg - N: 101x/menit
- S: 36,6 oC
- RR: 24x/menit
- Klien terpasang kateter
- klien tampak lemah
- makanan cair masuk 200ml melalui NGT
A: Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P:
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit khusus
- anjurkan klien menghabiskan diitnya sedikit
demi sedikit tapi sering

Hari, Tanggal : Selasa, 21 Mei 2019


Dx. 1 Selasa, 21 Mei 2019 Selasa, 21 Mei 2019
Pukul 15:30 WIB Pukul 16:00
1. memantau keadaan umum S: keluarga klien mengatakan:
2. memberikan cairan makan kedalam NGT - masih terbaring lemah
3. mengelola pemberian obat Ranitidin 25mg O:
- klien tampak lemah
A: Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P:
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit khusus
- anjurkan klien menghabiskan diitnya sedikit
demi sedikit tapi sering
Dx.2 Selasa, 21 Mei 2019 Selasa, 21 Mei 2019
Pukul 16:10 Pukul 16:50
1. membersihkan luka S:
2. memotivasi keluarga klien untuk membantu - Keluarga klien ikut membantu pembersihan
memenuhi kebutuhan perawatan diri klien. luka
3. Meninggikan ekstremitas yang terluka O:
- kuku klien tampak kotor
- rambut klien tampak lepek dan kotor
- tubuh klien bau
A: kerusakan integritas jaringan
P:
- anjurkan keluarga klien memandikan klien
dengan waslap dan air hangat
- bantu klien untuk memotong kuku
- bantu klien untuk merapikan pakaian
- bantu klien untuk menyisir rambut
Dx.3 Selasa, 21 Mei 2019 Selasa, 21 Mei 2019
Pukul 17:00 Pukul 17:15

1. Memantau tanda dan gejala hiperglikemi S: keluarga klien mengatakan masih belum sadar
2. Mengelola terapi insulin novomix 8 unit sepenuhnya
O: terapi insulin masuk dengan lancar
A: ketidakseimbangan kadar gula darah
P:
- pantau kadar gula darah
- kelola pemberian insulin 3x8 unit
Hari, tanggal : Rabu, 22 Mei 2019

Dx.1 Rabu, 22 Mei 2019 Rabu, 22 Mei 2019


Pukul 15:00 Pukul 15:20
1. memantau diit yang dimakan S: keluarga klien mengatakan:
2. memasukkan cairan makanan lewat NGT - masih terbaring dan
4. mengelola pemberian obat Ranitidin 25mg - diit dari RS diit susu.
O:
- klien menghabiskan diit yang diberikan dari
RS 125ccKkal
- klien tampak lemah
A: Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P:
- intervensi dilanjutkan
Dx.2 Rabu, 22 Mei 2019 Rabu, 22 Mei 2019
Pukul 16:00 Pukul 16:40
1. memantau kemampuan keluarga klien dalam S:
perawatan diri - klien mengatakan mandi 2 kali sehari hanya
2. membersihkan luka dikaki klien dilap dengan tisu basah
O:
- pakaian klien rapi
- rambut klien tampak rapi
- tubuh klien sudah tidak bau
A: defisit perawatan diri teratasi
P:
- anjurkan keluarga klien memandikan klien
dengan waslap dan air hangat
- bantu klien untuk merapikan pakaian
Dx.3 Rabu, 22 Mei 2019 Rabu, 22 Mei 2019
Pukul 16:45 Pukul 17:00
1. Memantau tanda dan gejala hiperglikemi S : klien mengatakan masih terasa lemas
2. Mengelola terapi insulin novomix 8 unit O : terapi insulin masuk lewat SC
A : ketidakseimbangan kadar gula darah
P:
- pantau kadar gula darah
- kelola pemberian insulin 3x8 unit
BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada klien
dengan diabetes mellitus di ICU RSHD Kota Bengkulu. Dalam bab ini . penulis
akan membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang
penulis angkat.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
perawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut
Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan
informasi atau data – data ini diperoleh dari wawancara dengan klien,
keluarga klien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan
fisik.
Menurut NANDA (2012 - 2014) tanda gejala yang dapat muncul pada
klien Diabetes Melitus yaitu pola eliminasi terutama pada pola BAK malam
hari lebih sering, gula darah di atas normal dengan rentan normal (80 – 100 g/
dL), terdapat perlukaan, panjang x lebar x kedalaman luka tersebut, terjadi
infeksi atau tidak. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan pengkajian
tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tinjauan teori yang ada. Hanya
saja saat dilakukan pengkajian pola BAK klien sudah mulai normal dan
maksimal hanya satu kali terbangun untuk BAK pada malam hari.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan
kepada klien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan,
status, dan mencegah serta merubah. (NANDA 2011). Berdasarkan hal
tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
melitus menegakkan sebanyak tiga diagnosa dan ada dua diagnosa yang tidak
penulis tegakkan. Diagnosa yang muncul Berdasarkan data pengkajian yang
diperoleh, penulis menegakkan diagnosa yang pertama yaitu
Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi, yang kedua yaitu
Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Faktor Mekanik (tekanan,
benturan, gesekan), yang ketiga yaitu Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah berhubungan dengan Asupan Makanan.
C. Intervensi
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua
rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
diberikan kepada klien.
Perencanaan menurut Nanda (2013) pada kasus asuhan diabetes melitus
dilakukan perdiagnosa. Diagnosa yang pertama yaitu mempertahankan gula
darah dengan diit yang sudah diberikan dari pihak RS, memantau ttv dan
hiperglikemi. Berdasarkan perencanaan tersebut penulis juga melakukan
perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang tersebut.
Diagnosa kedua dalam perencaannya menurut Nanda (2013) adalah menjaga
pola makan yang teratur, memberikan cairan susu lewat NGT dan melakukan
pantauan ttv setiap jam. Perencaanaan untuk diagnosa terakhir meliputi
perawatan luka secara streril, melakukan pemberian terapi untk mencegah
infeksi, mengobservasi klien bebas dari tanda gejala infeksi, serta mnunjukkan
perilaku hidup sehat dimana semua perencanaan tersebut terdapat pada Nanda
(2013), dan penulis melakukannya sesuai dengan anjuran.
Dari ketiga perencanaan keperawatan untuk tiga diagnosa yang
ditegakkan, penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing
– masing diagnosa. Dimana dari masing diagnosa mempunyai kriteria hasil
yang berbeda-beda. (Sunaryo, 2011).
D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah
disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012). Berdasarkan hal
tersebut penulis dalam mengelola klien dalam implementasi dengan masing –
masing diagnosa.
Pada diagnosa pertama penulis melakukan implementasi yaitu melakukan
pengecekan vital sign, memasukkan cairan diit kepaada klien melewati NGT
yang terpasang dihidung karena klien tidak sadar dan membutuhkan
perawatan total care. Klien diberikan terapi Novorapid, karena dalam
novorapid mengandung insulin aspart yang diindikasikan untuk penderita tipe
1 dan dua sedangkan klien pada kasus penulis ini adalah penderita diabetes
melitus tipe 2. Biasanya novorapid ini diberikan segera sebelum klien makan
atau bisa juga setelah makan. Novorapid merupakan insulin kerja cepat
setelah makanan masuk ke dalam tubuh Fungsi dari pemberian novorapid ini
yaitu untuk memperlambat absorpsi makanan dan untuk meningkatkan
kebutuhan insulin yang harus diimbangi dengan pengurangan aktifitas yang
berlebih, pengurangan jadwal makan.
Pada diagnosa kedua implementasinya yaitu melakukan teknik perawatan
luka dengan prinsip steril, data subyektif yang didapatkan dari klien yaitu
klien mengatakan bahwa balutan lukanya rembes, berbau, dan masih nyeri,
data obyektifnya antara lain klien mengalami post debridement ulkus diabetes
melitus hari kedua, luka rembes ke balutan luka, dilakukan perawatan luka
atau medikasi dengan prinsip steril, menggunakan alat – alat yang sebelumnya
sudah disterilkan, menggunakan larutan NaCl untuk membersihkan luka yang
berfungsi untuk resusitasi dan dibersihkan sampai dengan luka terlihat
kemerahan, pmberian metronidazole 5 ml untuk mencegah terjadinya infeksi
kemudian ditutup kembali menggunakan kassa steril dan dibalut agar kasa
mampu menutup luka dengan rapat, tidak boleh terlalukencang. Saat
penutupan luka seluruh bagian luka harus tertutupi.
Diagnosa ketiga yaitu melakukan pengecekan GDS untuk mengetahui
kadar gula darah pasien.
E. Evaluasi
Menurut Mareelli, 2007 evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah –
masalah keperawatan yang muncul pada kasus asuhan keperawatan pada klien
dengan post debridement ulkus diabetes melitus teratasi atau tidak dan untuk
membandingkan antara yang sistematik dengan yang terencana berkaitan
dengan fasilitas yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan
evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain:
1. Pada diagnosa pertama penulis sudah melakukan proses keperawatan
sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana
penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien. Dan evaluasi
keperawatan yang diperoleh penulis yaitu klien sudah mulai sadar tetapi
masih terpasang NGT untuk pemasukkan diit diabetes mellitus agar
kebutuhan nutrisi.
2. Pada diagnosa kedua penulis sudah melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin
dengan tujuan masalah dapat teratasi. Berdasarkan kriteria evaluasi yang
telah dijelskan pada tinjauan teori dimana klien bebas dari tanda gejala
infeksi, keluarga klien menunjukkan perilaku hidup sehat. Dari hal
tersebut dapat diperoleh evaluasi keperawatan untuk diagnosa ini bahwa
masalah resiko infeksi belum teratasi sebagian dengan upaya perawatan
luka dengan prinsip steril dan pemberian terapi antibiotik. Dalam hal ini
penulis melakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini
selama 3 kali 24 jam yang sekarang belum cukup untuk mencapai kriteria
hasil menurut Nanda (2013).
3. Pada diagnosa ketiga proses keperawatan sebelumnya yaitu implementasi
keperawatan sudah dijabarkan bagaimana penulis melakukan asuhan
keperawatan pada klien. Dan evaluasi keperawatan yang diperoleh penulis
dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 kali 24 jam yaitu klien
sudah sadarkan diri tetapi masih terbaring lemah ditempat tidur.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S dengan
diabetes mellitus di ruang ICU RSHD Kota Bengkulu dapat dibuat
kesimpulan:
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan ditegakkan melalui pengkajian yang cermat
dari perawatan meliputi data biografi klien, riwayat kesehatan atau
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yang terdiri
dari pemeriksaan laboratorium.
B. Perencanaan
Untuk menyusun perencanaan tindakan keperawatan guna
mencapai tujuan yang diinginkan, memenuhi kebutuhan keperawatan
kliensaat itu, penulis dapat melakukan perencanaan secara teoritis dalam
bentuk asuhaan keperawataan, kepada klien dan keluarga klien secara
langsung.
C. Implementasi
Pada tahap tindakaan keperawatan hasil yang diharapkan adalah
tercapainya tujuan. Dari rencana keperawatan yang dibuat haruslah
diimplementasikan seluruhnya agar tujuannya dapat tercapai.
Pelaksanaan stady kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari.
D. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, merupakan penilaiankeberhasilan
keperawatan terdapat 4 diagnosa yang semua teratasi sebagian. Setelah
implementasi dilakukan respon terhadap tindakan yang dilakukan.
Evaluasi respon klien ini dapat dilihat sebagai catatan perkembangan
keadaan klien setiap hari.
B. Saran
1. Untuk klien yang membutuhkan kebutuhan cairan dan elektrolit
Pada klien dengan perlu diperhatikn mengenai pola istirahat, pola
makan, baik dirumah sakit maupun perawatan selanjutnya setelah pulang
dari rumah sakit.
2. Untuk mahasiswa
Hendaknya melakukan pengkajian lebih teliti dan lebih aktif demi
mendapatkan data-data yang mendukung, akurat dalam menegakan
diagnosa. Mahasiswa juga harus lebih banyak membaca buku-buku
sumber yang berhubungan dengan penyakit dan asuhan keperawatan yang
dibuat berdasarkan metode sistematis yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan agar laporan ini dapat lebih baik. Penulis berharap
mahasiswa dapat mengaplikasikan semua rencana dalam konsep
perawatan langsung kepada klien, sehingga proses keperawatan dapat
berjalan secara komprehensif sesuai dengan konsep teori, dan semoga
laporan ini bisa menjadi bahan acuan untuk generasi dan adik-adik yang
akan datang, dan dapat membantu mahasiswa lain.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 2011.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 2012.

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC, 2010.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2013.

Wilkinson, Judit M. 2013. Buku Saku Diagnosis Diagnosis Keperawatan Edisi 9 :


Diagnosis NANDA, intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai