PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme hidrat
arang akibat berkurangnya hormone insulin, baik kekurangan relatif
maupun absolut. Hasil penelitan departemen kesehatan yang di
publikasiakan pada tahun 2008 menunjukkann angka prevalensi DM di
Indonesia sebesar 5,7%, yang berarti lebih dari 12 juta penduduk Indonesia
saat ini menderita DM WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000
jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian , pada tahun 2025, jumlah itu
akan membengkak menjadi 300 juta orang. (Sudoyo, 2014). Penyakit DM
tipe 2 di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama penyakit tak
menular atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian. Diperkirakan sekitar 90%
kasus DM di seluruh dunia tergolong tipe 2. Jumlah penderita DM tipe 2
semakin meningkat pada kelompok umur > 30 tahun dan pada seluruh
status social ekonomi (Perkeni, 2010).
Maka dari itu sangat dibutuhkan tindakan berupa asuhan keperawatan
pada diabetes millitus tipe II khususnya, agar angka prevalensi diabetes
dapat menurun dalam tahun ke tahunnya. Hal yang paling dibutuhkan agar
tidak terkena diabetes adalah dengan pengaturan pola makan dan menjaga
gaya hidup sehat karena banyaknya orang yang menderita diabetes
disebabkan pola makan dan gaya hidup sehat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis
merumuskan “Bagaimana asuhan keperawatan Ny.S dengan gangguan
diabetes mellitus Di Ruang ICU RSHD Kota Bengkulu?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah Mempelajari dan
memberikan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada Ny.T dengan
gangguan Diabetes Millitus tipe II di ruang bangsal AB RSUD Pandan
Arang Boyolali.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu :
a) Melakukan pengkajian pada klien diabetes mellitus.
b) Merumuskan analisa data yang sesuai pada klien diabetes mellitus
c) Merumuskan diagnosa yang muncul pada diabetes mellitus
d) Menentukan intervensi keperawatan pada klien diabetes mellitus.
e) Melakukan implementasi keperawatan pada klien diabetes mellitus.
f) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien diabetes
mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2010).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2009).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan
Koma Aterosklerosis
Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren
Resiko Injury
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum klien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu klien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada klien DM lansia kurang
dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena
itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
klien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila klien mengalami infeksi
akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut
dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan
dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia.
Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral
tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
A. Pengkajian
Hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Ruang ICU RSHD Kota Bengkulu
Metode : Wawancara, observasi, dan studi document.
Sumber : keluarga, tenaga medis dan status klien.
Oleh : Kelompok 2
B. Identitas
a. Klien
Nama : Ny. S
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kuala Lempuing
Suku / bangsa : Serawai / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe II
Tanggal Masuk RS : 16 Mei 2019
No.RM : 065120
b.Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Agama : Katholik
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngendekan RT 66/19, Pandes, Wedi, Klaten
Hub dengan klien : Suami
I. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan masuk rumah sakit
Klien dating dengan keluhan sesak sejak 2 hari, mual, nyeri ulu hati,
nafsu makan berkurang
2. Keluhan Utama
Tidak sadarkan diri ± 15 menit
3. Riwayat kesehatan sekarang
KLien tidak sadarkan dirri, klien tidak muntah, klien sebelumnya
terantuk kuku ± 2 minggu yang lalu, 1 minggu kemudian klien
dibersihkan luka di RT dalam keadaan luka sudah berbau, bernanah
dan kaki dalam keadaan bengkak. Riwayat kejang tidak ada, BAB
dan BAK sebelumnya baik. Demam tidak ada, sesak sejak 2 hari, dan
muntah 2x, nyeri ulu hati dan nafsu makan berkurang.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien tidak pernah masuk rumah sakit, dan tidak pernah melakukan
operasi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada Diabetes Melitus.
6. Genogram Keluarga
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
X = meninggal
= klien
3. Pola Aktifitas
a. Sebelum Sakit
Klien melakukan aktivitasnya sendiri.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
b. SelamaSakit
Klien melakukan aktivitasnya sendiri.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
4. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit
Klien biasa tidur 7-8 jam sehari mulai jam 21.00 – 04.00 WIB.
Tidak ada kebiasaan khusus sebelum tidur, klien tidak
mengkonsumsi obat tidur.
b. Selama sakit
Klien mengatakan klien lebih sering tidur 12 jam sehari dari jam
19.00-05.00 WIB dan tidur siang 2 jam.
5. Pola Kebersihan Diri
a. Kebersihan kulit
Klien mandi 2 kali sehari hanya di lap dengan tisu basah. Kulit
berwarna coklat dan kering.
b. Rambut
Rambut sedikit beruban, panjang rambut sebahu, tampak lepek.
c. Telinga
Telinga terlihat bersih, telinga klien dibersihkan seminggu
sekali. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Mulut
Gigi klien terlihat kuning. Bau mulut.
e. Kuku
Kuku klien agak panjang dan kotor.
4. Mekanisme Koping
Klien menerima dengan ikhlas, menganggap ini adalah ujian dan
berharap diberi kesembuhan oleh Tuhan.
5. Support Sistem
Keluarga sangat mendukung untuk kesembuhan klien dan selalu
menunggui klien di rumah sakit.
6. Aspek Mental/ Emosional
Klien tidak gampang emosional. Klien tampak kooperatif saat
ditanya perawat.
7. Aspek Spiritual
Agama klien Katholik dan klien datang ke gereja tiap hari minggu.
Di samping tempat tidur klien terdapat kitab suci.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 20 Mei 2019
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Haematokrit 31 L: 42-52 P: 36-46
Leukosit 30800 5000-10000 Ul
Trombosit 15800 150000-500000 Ul
5. Terapi
Meropenem 2x1
Pantoprazole 1x1
Metronidazole 3x500mg
Levoxloxacin 1x500mg
Insulin 1x20ui
Novorapid 6x12ui
ANALISA DATA
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(NOC) (NIC)
(NANDA)
Ketidakseimbanga 1) Status nutrisi 1) Manajemen Nutrisi
n Nutrisi : Kurang Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
Dari Kebutuhan tingkat nutrisi yang Mengkaji adanya klien alergi
Tubuh tersedia untuk dapat terhadap makanan
berhubungan memenuhi kebutuhan Berkolaborasi dengan ahli gizi
dengan proses metabolik. untuk menentukan jumlah kalori
Ketidakmampuan Indikator : dan jenis gizi yang dibutuhkan
Untuk Intake nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi
Mengabsorbsi Intake makanan adekuat klien
Nutrisi Intake cairan dalam batas Mengatur pola makan dan gaya
normal hidup klien
Energi cukup Mengajarkan klien bagaimana pola
Indeks masa tubuh dalam makan sehari- hari yang sesuai
batas normal dengan kebutuhan
2) Status nutrisi : asupan Memantau dan mencatat masukan
makanan dan cairan kalori dan nutrisi
Definisi : jumlah makanan Timbang berat badan klien dengan
dan cairan dalam tubuh interval yang sesuai
selama waktu 24 jam. Memberikan informasi yang tepat
Indikator : tentang kebutuhan nutrisi dan
Intake makanan melalui bagaimana cara memenuhinya
oral adekuat Membantu klien untuk menerima
Intake cairan melalui oral program gizi yang dibutuhkan
adekuat 2) Therapy nutrisi
Intake cairan melalaui Aktivitas :
intravena dalam batas Memantau makanan dan minuman
normal yang dimakan dan hitung intake
3) Status nutrisi : intake kalori sehari yang sesuai
nutrisi Memantau ketepatan anjuran diet
Definisi : intake nutrisi yang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dibutuhkan untuk sehari- hariyang sesuai
memenuhi proses Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolic menentukan jumlah kalori dan jenis
Indikator : gizi yang dibutuhkan untuk
Intake kalori dalam batas memenuhi kebutuhan gizi klien
normal Memberikan makanan sesuai
Intake protein dalam batas dengan diet yang dianjurkan
normal Memantau hasil labor Memberikan
Intake lemak dalam batas Mengajari kepada keluarga dan
normal klien secara tertulis contoh diet
Intake karbohidrat dalam yang dianjurkan
batas normal 3) Monitor Gizi
Intake serat dalam batas Aktivitas :
normal Memantau berat badan klien
Intake mineral dalam batas Memantau turgor kulit
normal Memantau mual dan muntah
Memantau albumin, total protein,
Hb, hematokrit, dan elektrolit
Memantau tingkat energi, lemah,
letih, rasa tidak enak
Memantau apakah konjungtiva
pucat, kemerahan, atau kering
Memantau intake nutrisi dan kalori
1. Memantau tanda dan gejala hiperglikemi S: keluarga klien mengatakan masih belum sadar
2. Mengelola terapi insulin novomix 8 unit sepenuhnya
O: terapi insulin masuk dengan lancar
A: ketidakseimbangan kadar gula darah
P:
- pantau kadar gula darah
- kelola pemberian insulin 3x8 unit
Hari, tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada klien
dengan diabetes mellitus di ICU RSHD Kota Bengkulu. Dalam bab ini . penulis
akan membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang
penulis angkat.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
perawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut
Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan
informasi atau data – data ini diperoleh dari wawancara dengan klien,
keluarga klien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan
fisik.
Menurut NANDA (2012 - 2014) tanda gejala yang dapat muncul pada
klien Diabetes Melitus yaitu pola eliminasi terutama pada pola BAK malam
hari lebih sering, gula darah di atas normal dengan rentan normal (80 – 100 g/
dL), terdapat perlukaan, panjang x lebar x kedalaman luka tersebut, terjadi
infeksi atau tidak. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan pengkajian
tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tinjauan teori yang ada. Hanya
saja saat dilakukan pengkajian pola BAK klien sudah mulai normal dan
maksimal hanya satu kali terbangun untuk BAK pada malam hari.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan
kepada klien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan,
status, dan mencegah serta merubah. (NANDA 2011). Berdasarkan hal
tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
melitus menegakkan sebanyak tiga diagnosa dan ada dua diagnosa yang tidak
penulis tegakkan. Diagnosa yang muncul Berdasarkan data pengkajian yang
diperoleh, penulis menegakkan diagnosa yang pertama yaitu
Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi, yang kedua yaitu
Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Faktor Mekanik (tekanan,
benturan, gesekan), yang ketiga yaitu Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah berhubungan dengan Asupan Makanan.
C. Intervensi
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua
rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
diberikan kepada klien.
Perencanaan menurut Nanda (2013) pada kasus asuhan diabetes melitus
dilakukan perdiagnosa. Diagnosa yang pertama yaitu mempertahankan gula
darah dengan diit yang sudah diberikan dari pihak RS, memantau ttv dan
hiperglikemi. Berdasarkan perencanaan tersebut penulis juga melakukan
perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang tersebut.
Diagnosa kedua dalam perencaannya menurut Nanda (2013) adalah menjaga
pola makan yang teratur, memberikan cairan susu lewat NGT dan melakukan
pantauan ttv setiap jam. Perencaanaan untuk diagnosa terakhir meliputi
perawatan luka secara streril, melakukan pemberian terapi untk mencegah
infeksi, mengobservasi klien bebas dari tanda gejala infeksi, serta mnunjukkan
perilaku hidup sehat dimana semua perencanaan tersebut terdapat pada Nanda
(2013), dan penulis melakukannya sesuai dengan anjuran.
Dari ketiga perencanaan keperawatan untuk tiga diagnosa yang
ditegakkan, penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing
– masing diagnosa. Dimana dari masing diagnosa mempunyai kriteria hasil
yang berbeda-beda. (Sunaryo, 2011).
D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah
disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012). Berdasarkan hal
tersebut penulis dalam mengelola klien dalam implementasi dengan masing –
masing diagnosa.
Pada diagnosa pertama penulis melakukan implementasi yaitu melakukan
pengecekan vital sign, memasukkan cairan diit kepaada klien melewati NGT
yang terpasang dihidung karena klien tidak sadar dan membutuhkan
perawatan total care. Klien diberikan terapi Novorapid, karena dalam
novorapid mengandung insulin aspart yang diindikasikan untuk penderita tipe
1 dan dua sedangkan klien pada kasus penulis ini adalah penderita diabetes
melitus tipe 2. Biasanya novorapid ini diberikan segera sebelum klien makan
atau bisa juga setelah makan. Novorapid merupakan insulin kerja cepat
setelah makanan masuk ke dalam tubuh Fungsi dari pemberian novorapid ini
yaitu untuk memperlambat absorpsi makanan dan untuk meningkatkan
kebutuhan insulin yang harus diimbangi dengan pengurangan aktifitas yang
berlebih, pengurangan jadwal makan.
Pada diagnosa kedua implementasinya yaitu melakukan teknik perawatan
luka dengan prinsip steril, data subyektif yang didapatkan dari klien yaitu
klien mengatakan bahwa balutan lukanya rembes, berbau, dan masih nyeri,
data obyektifnya antara lain klien mengalami post debridement ulkus diabetes
melitus hari kedua, luka rembes ke balutan luka, dilakukan perawatan luka
atau medikasi dengan prinsip steril, menggunakan alat – alat yang sebelumnya
sudah disterilkan, menggunakan larutan NaCl untuk membersihkan luka yang
berfungsi untuk resusitasi dan dibersihkan sampai dengan luka terlihat
kemerahan, pmberian metronidazole 5 ml untuk mencegah terjadinya infeksi
kemudian ditutup kembali menggunakan kassa steril dan dibalut agar kasa
mampu menutup luka dengan rapat, tidak boleh terlalukencang. Saat
penutupan luka seluruh bagian luka harus tertutupi.
Diagnosa ketiga yaitu melakukan pengecekan GDS untuk mengetahui
kadar gula darah pasien.
E. Evaluasi
Menurut Mareelli, 2007 evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah –
masalah keperawatan yang muncul pada kasus asuhan keperawatan pada klien
dengan post debridement ulkus diabetes melitus teratasi atau tidak dan untuk
membandingkan antara yang sistematik dengan yang terencana berkaitan
dengan fasilitas yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan
evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain:
1. Pada diagnosa pertama penulis sudah melakukan proses keperawatan
sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana
penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien. Dan evaluasi
keperawatan yang diperoleh penulis yaitu klien sudah mulai sadar tetapi
masih terpasang NGT untuk pemasukkan diit diabetes mellitus agar
kebutuhan nutrisi.
2. Pada diagnosa kedua penulis sudah melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin
dengan tujuan masalah dapat teratasi. Berdasarkan kriteria evaluasi yang
telah dijelskan pada tinjauan teori dimana klien bebas dari tanda gejala
infeksi, keluarga klien menunjukkan perilaku hidup sehat. Dari hal
tersebut dapat diperoleh evaluasi keperawatan untuk diagnosa ini bahwa
masalah resiko infeksi belum teratasi sebagian dengan upaya perawatan
luka dengan prinsip steril dan pemberian terapi antibiotik. Dalam hal ini
penulis melakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini
selama 3 kali 24 jam yang sekarang belum cukup untuk mencapai kriteria
hasil menurut Nanda (2013).
3. Pada diagnosa ketiga proses keperawatan sebelumnya yaitu implementasi
keperawatan sudah dijabarkan bagaimana penulis melakukan asuhan
keperawatan pada klien. Dan evaluasi keperawatan yang diperoleh penulis
dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 kali 24 jam yaitu klien
sudah sadarkan diri tetapi masih terbaring lemah ditempat tidur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S dengan
diabetes mellitus di ruang ICU RSHD Kota Bengkulu dapat dibuat
kesimpulan:
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan ditegakkan melalui pengkajian yang cermat
dari perawatan meliputi data biografi klien, riwayat kesehatan atau
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yang terdiri
dari pemeriksaan laboratorium.
B. Perencanaan
Untuk menyusun perencanaan tindakan keperawatan guna
mencapai tujuan yang diinginkan, memenuhi kebutuhan keperawatan
kliensaat itu, penulis dapat melakukan perencanaan secara teoritis dalam
bentuk asuhaan keperawataan, kepada klien dan keluarga klien secara
langsung.
C. Implementasi
Pada tahap tindakaan keperawatan hasil yang diharapkan adalah
tercapainya tujuan. Dari rencana keperawatan yang dibuat haruslah
diimplementasikan seluruhnya agar tujuannya dapat tercapai.
Pelaksanaan stady kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari.
D. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, merupakan penilaiankeberhasilan
keperawatan terdapat 4 diagnosa yang semua teratasi sebagian. Setelah
implementasi dilakukan respon terhadap tindakan yang dilakukan.
Evaluasi respon klien ini dapat dilihat sebagai catatan perkembangan
keadaan klien setiap hari.
B. Saran
1. Untuk klien yang membutuhkan kebutuhan cairan dan elektrolit
Pada klien dengan perlu diperhatikn mengenai pola istirahat, pola
makan, baik dirumah sakit maupun perawatan selanjutnya setelah pulang
dari rumah sakit.
2. Untuk mahasiswa
Hendaknya melakukan pengkajian lebih teliti dan lebih aktif demi
mendapatkan data-data yang mendukung, akurat dalam menegakan
diagnosa. Mahasiswa juga harus lebih banyak membaca buku-buku
sumber yang berhubungan dengan penyakit dan asuhan keperawatan yang
dibuat berdasarkan metode sistematis yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan agar laporan ini dapat lebih baik. Penulis berharap
mahasiswa dapat mengaplikasikan semua rencana dalam konsep
perawatan langsung kepada klien, sehingga proses keperawatan dapat
berjalan secara komprehensif sesuai dengan konsep teori, dan semoga
laporan ini bisa menjadi bahan acuan untuk generasi dan adik-adik yang
akan datang, dan dapat membantu mahasiswa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 2011.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 2012.