Anda di halaman 1dari 23

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus


1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah yang telah ditetapkan oleh (WHO) World Health
Organization dan (ADA) American Diabetes Association bahwa
diindikasikan bila nilai glukosa plasma puasa lebih atau sama dengan 7
mmol/L (Bilous and Donelly, 2015).

Diabetes adalah gangguan metabolisme secara klinis dan genetis termasuk


heterogen ditandai dengan hilang toleransi karbohidrat, hiperglikemia,
aterosklerotik, mikroangiopati dan neuropati (Yusra, 2011).

Diabetes mellitus secara umum merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak
dapat menghasilkan insulin sehingga terjadilah peningkatan kadar glukosa
dalam darah melebihi batas normal (Fitriana and Rachmawati, 2016).

2. Tipe diabetes mellitus .


Menurut Brunner& Suddarth (2001) Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang
berbeda berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi
diabetes mellitus yang utama adalah :
a. Diabetes mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus tipe1 atau (IDDM) Insulin Dependent Diabetes Mellitus
yaitu diabetes yang bergantung pada insulin. Diabetes tipe 1 ini, sel-sel
beta pankreas dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin yang
dihancurkan dalam proses otoimun.

b. Diabetes mellitus Tipe 2


Diabetes Mellitus tipe2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM) yaitu diabetus mellitus yang tidak tergantung pada insulin.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


7

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap


insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Diabetes
ini diatasi dengan diet dan latihan.

c. Diabetes mellitus malnutrsi


Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya pada penduduk
yang miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika ada 3 gejala dari
gejala yang mungkin yaitu adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus,
berat badan kurang dari 80% berat badan ideal, adanya tanda-tanda
malabsorpsi makanan, usia antara 15-40 tahun, nyeri perut berulang serta
memerlukan insulin untuk regulasi diabetes mellitus dan menaikkan berat
badan.

d. Diabetes mellitus sekunder


Merupakan diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau
penyakit tertentu, misalnya penyakit pankreas (pankreatitis, neoplasma,
trauma/panreatectomy), endokrinopati (akromegali, Cushing’s syndrome,
phoechromacytoma, hyperthyroidism), obat-obatan atau zat kimia
(glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin, nicotinic acid), penyakit infeksi
seperti kongenital rubella, infeksi cytomegalovirus, serta syndrome genetic
diabetes seperti Syndrome Down.

e. Diabetes mellitus gestasional


Yaitu diabetes mellitus yang terjadi pada masa kehamilan, dapat
didiagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa, terjadi pada kira-
kira 24 minggu kehamilan. Individu dengan diabetes mellitus gestasional
25% akan berkembang menjadi diabetes mellitus

3. Etiologi diabetes mellitus


Menurut Wijaya and Putri (2013) penyebab diabetes mellitus adalah:
a. Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


8

1) Faktor genetik/herediter (Peningkatan kerentanan sel beta dan


perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran sel beta).
2) Faktor infeksi virus (Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka
secara genetik)
3) Faktor imunologi (Respon autoimun abnormal, antibodi menyerang
jaringan normal yang dianggap jaringan asing)

b. Diabetes mellitus tipe II (NIDDM)


Obesitas (obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif
dalam meningkatkan efek metabolik), usia (cenderung meningkat diatas
usia 65 tahun), riwayat keluarga serta kelompok etnik.

c. Diabetes mellitus Malnutrisi


Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas.

d. Diabetes mellitus Tipe lain


Penyakit pankreas seperti pankreatitis, Ca pankreas, dll, Penyakit
hormonal (acromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta sehingga
hiperaktif dan rusak) serta Obat-obatan Aloxan, streptozokin (sitotoxin
terhadap sel-sel beta) dan Derivat thiazide (menurunkan sekresi insulin)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


9

4. Patofisiologi/Pathways Diabetes mellitus


Menurut (Padila, 2012) Pathways diabetes mellitus adalah:
Defisiensi insulin

Glukagon Penurunan
pemakaian
glukosa oleh sel

Glukoneogenesis Hiperglikemia

Lemak Protein Glikosuria


Ketogenesis BUN Osmotik diuresis
Ketonomia Nitrogen urine Dehidrasi Defisit
volume
Mual muntah PH Hemokonsentrasi cairan
Asidosis Trombosis
Resiko
Ggn
nutrisi
K Koma & kematian Aterosklerosis
kurang
dari
Makrovaskuler Mikrovaskuler

Jantung Serebral Ekstremitas Retina Ginjal


Miokard infark Stroke Gangren Retinopati Nefropati
Diabetik
Nyeri akut
Gang.penglihatan Gagal ginjal

Gangguan Resiko
integritas Injury
Kulit

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus


Sumber:(Padila, 2012)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


10

5. Manifestasi klinis diabetes mellitus


Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:
a. Gejala akut
1) Banyak kencing (poliuria)
Meningkatnya frekuensi buang air kecil disebabkan adanya
hiperglikemia yang menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh
ginjal bersama urin karena adanya gangguan filtrasi ginjal dan
kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal.
2) Banyak minum (polidipsia)
Banyaknya kencing menyebabkan tubuh kekurangan cairan, sehingga
merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3) Banyak makan (polifagia)
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi sehingga
cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar
(Tarwoto, 2012).
4) Penurunan berat badan
Glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. sehingga sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
mengalami penurunan berat badan (Wijaya and Putri, 2013).
5) Mudah lelah

b. Gejala kronik
Gejala kronik yang yang sering dialami oleh penderita diabetes mellitus
adalah:
1) Kelainan pada mata (penglihatan kabur)
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah
menjadi lambat, sirkulasi kevaskuler tidak lancar, termasuk pada mata
yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


11

2) Gatal
Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina hal ini
disebabkan karena peningkatan glukosa darah mengakibatkan
menumpukan pula pada kulit shingga menjadi gatal, jamur dan bakteri
mudah menyerang kulit.
3) Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maak digunakan
asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton
yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal.
4) Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan
potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih (Tarwoto, 2012).
5) Selanjutnya kesemutan, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk,
gigi mudah goyah dan mudah lepas, serta kemampuan seksual
menurun bahkan impotensi

6. Faktor resiko
Dalam Hasdianah (2012) ada beberapa faktor pemicu, antara lain:
a. Pola makan
Mengonsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat dan akan menimbulkan diabetes mellitus.
b. Gaya hidup
Gaya hidup juga sangat mempengaruhi penyebab diabetes mellitus. Karna
seseorang yang malas untuk berolahraga memiliki resiko lebih tinggi
untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olahraga berfungsi untuk
membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh. Kalori yang tertimbun
didalam tubuh dapat menjadi faktor utama penyebab diabetes mellitus
selain disfungsi pankreas.

c. Obesitas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


12

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki


peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes mellitus. Sembilan
dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
d. Faktor genetik
Diabetes melllitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus.
e. Bahan- bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan seperti alloxan, strepozocin,
pentamidine dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin (Hasdianah, 2012; Tarwoto, 2012).
f. Hipertensi serta HDL kolesterol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl,
atau trigiserida lebih dari 250 mg/dl

7. Komplikasi
Pasien dengan DM beresiko terjadi komplikasi baik bersifat akut maupun
kronis diantaranya:
a. Komplikasi akut
1) Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya
terjadi pada NIDDM
2) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme
lemak dan protein terutama terjadi pada IDDM
3) Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol

b. Komplikasi kronis
1) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ
yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
a) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata) sehingga
mngakibatkan kebutaan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


13

b) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan


baal/gangguan sensoris pada organ tubuh
c) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal) dapat
mengakibatkan gagal ginjal.

2) Makroangiopati
a) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah otak seperti miokard
infark maupun gangguan fungsi jantung karena arterisklerosis
b) Penyakit vaskuler perifer
c) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke

3) Gangren diabetika karena adanya neuropati dan luka yang tidak


sembuh-sembuh

4) Disfungsi erektil diabetika

8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Padila (2012) pemeriksaan diagnostik diabetes mellitus adalah
glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, dan tes toleransi glukosa.
Dibawah ini merupakan kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Tabel. 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu:
- Plasma vena <100 100-200 >200
- Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah Puasa:
- Plasma Vena <110 110-120 >126
- Darah Kapiler <90 90-100 >110

(Dikutip dari Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Cet. 1. Yogyakarta:


Nuha Medika, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


14

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus terbagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan
secara farmakologis dan Keperawatan.
a. Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO) terdiri dari beberapa golongan
antara lain Sulfonilurea (obat golongan sulfonylurea) bekerja dengan
cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan
sekresi insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Golongan Biguanid yang menurunkan kadar
glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal. Golongan Inhibitor α
glukosidase yang menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam
saluran cerna; sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pasca prandial. Serta golongan Insulin
sensiting agent (thoazahdine diones ) yang meningkatkan sensivitas
insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia (Riyadi S, & Sukarmin., 2008).
2) Insulin
Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan,
sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah pasien.

b. Penatalaksanaan keperawatan terdiri dari diet, olahraga, edukasi dan


pemantauan glukosa darah man diri.
1) Edukasi
Yaitu keterampilan dan informasi yang bersifat dasar, awal atau
bertahan dan pendidikan tingkat lanjut (Ernawati, 2013).
2) Pemantauan kadar gula darah secara mandiri
Agar penderita diabetes mengetahui perkembangan kadar gula darah
sehingga dapat memantau makanan yang akan dikonsumsi, latihan
jasmani atau minum obat untuk mengendalikan glukosa dalam darah
(Ernawati, 2013).
3) Diet

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


15

Dalam diet jumlah kalori diperhitungkan untuk menentukan diet kita


harus tahu dulu kebutuhan energi dari penderita diabetes mellitus,
kebutuhan itu dapat di tentukan pertama dengan berat badan ideal
menggunakan rumus, kedua kita tentukan kebutuhan kalori penderita,
kalau wanita BB ideal x 25 sedangkan kalau laki-laki BB ideal x 30.
dan yang ketiga jika sudah ketemu kebutuhan energi maka kita dapat
menerapkan makanan yang dapat dikonsumsi dengan berpatokan pada
jumlah bahan makanan harian (Riyadi S, & Sukarmin., 2008).
4) Olahraga
Olahraga dianjurkan latihan jasmani taratur 3-4 kali tiap minggu selama
kurang lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous
Rithmiccal Intensity Progressive Endurance). latihan dilakukan terus
menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara
teratur (Riyadi S, & Sukarmin., 2008).

B. Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus


1. Kualitas Hidup
Menurut Adam (2006), Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep
analisis kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal terkait
dengan persepsi secara individu mengenai tujuan, harapan, standar dan
perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan
dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada
(Nursalam, 2013).

Definisi ini mencerminkan pandangan bahwa kualitas hidup mengacu pada


evaluasi subyektif yang tertanam dalam konteks budaya, sosial dan
lingkungan. Karena definisi kualitas hidup terfokus pada kualitas hidup yang
“diterima” responden, definisi ini tidak diharapkan menyediakan cara untuk
mengukur gejala, penyakit atau kondisi dengan pola terperinci, melainkan
efek dari penyakit dan intervensi kesehatan terhadap kualitas hidup. Dengan
demikian, kualitas hidup tidak dapat disamakan hanya dengan istilah status
kesehatan, gaya hidup, kepuasan hidup, kondisi mental atau kesejahteraan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


16

Pengakuan sifat multidimensi kualitas hidup tercermin dalam struktur


WHOQOL-BREF- 100 (Nursalam, 2013).

2. Domain kualitas hidup


Ada 5 domain yang di ukur oleh WHO (2004). Domain penilaian kualitas
hidup tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Domain kualitas hidup
NO DOMAIN ASPEK/DOMAIN YANG DINILAI
1 Kesehatan fisik a. Aktivitas sehari-hari
b. Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis.
c. Energi dan kelelahan
d. Mobilitas
e. Rasa sakit dan ketidaknyamanan
f. Tidur dan istirahat
g. Kapasitas kerja
2 Psikologis a. Bentuk dan tampilan tubuh
b. Perasaan negatif
c. Perasaan positif
d. Penghargaan diri
e. Spiritualitas agama
f. Berfikir,belajar,memori dan konsentrasi
3 Tingkat a. Pergerakan
ketergantungan b. Aktivitas sehari- hari
c. Ketergantungan terhadap substansi obat dan bantuan
medis
d. Kemampuan bekerja
4 Hubungan social a. Hubungan pribadi
b. Dukungan social
c. Aktivitas seksual
5 Lingkungan a. Sumber daya keuangan
b. Kebebasan,keamanan dan kenyamanan fisik.
c. Kesehatan dan kepedulian social
d. Lingkungan rumah
e. Peluang untuk memperoleh informasi baru
f. Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi
g. Lingkungan fisik
h. Transportasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


17

3. Kualitas Hidup Diabetes Mellitus


Kualitas hidup yang baik pada penderita diabetes mellitus merupakan
perasaan puas dan bahagia akan hidupnya dengan diabetes mellitus tersebut
(Kurniawan, 2008). Polonsky, 2000 dan Grandy, 2008 mengatakan bahwa
pada pasien dengan diabetes mellitus terjadi penurunan kualitas hidup, karena
penyakitnya secara fisik, proses pengobatan, dan komplikasi yang
ditimbulkannya.

Menurut Polonsky (2000) dan Grigsby,et all (2002) penurunan fungsi psikis

disebabkan adanya kebutuhan perawatan penyy64akit yang terus-menerus

akan menyebabkan dampak pada mood seorang pasien dalam jangka panjang

atau pendek. Sering mengalami rasa frustasi karena penyakitnya. Hal ini

menyebabkan adanya perasaan putus asa bahwa tidak ada harapan pada

penyakitnya, dan hal ini menyebabkan gangguan secara psikis yang akhirnya

menurunkan kualitas hidup secara psikis. Secara sosial akan terjadi

penurunan kualitas hidup karena adanya penurunan kualitas dan kuantitas

hubungan sosial pasien termasuk pekerjaan. Dampak ekonomi yang muncul

berkaitan dengan biaya perawatan yang tinggi dan dalam jangka panjang

yang berkelanjutan dan juga terjadinya penurunan produktifitas kerja

(Noerhayati, T., 2014).

4. Pengukuran kualitas hidup pada penderita Diabetes Mellitus


Terdapat beberapa instrument pengukuran kualitas hidup salah satunya adalah
QOLID dari Indian, meliputi 8 domain yang terdiri dari peran batasan karena
kesehatan fisik (Kehidupan sosial, Pekerjaan, perjalanan), daya tahan fisik,
kesehatan umum, kepuasan pengobatan, frekuensi gejala,
emosional/kesehatan mental, mkepuasan diet, dan kekhawatiran keuangan.
Delapan domain tersebut telah telah diuji dan digunakan untuk penilaian

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


18

kualitas hidup padien india dengan diabetes (Nagpal, J., Kumar, A., Kakar,
S., & Bhartia, A., 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Rizkifani, Perwitasari, & Supadmi (2013),


dalam penelitian ini menggunakan kuisoner DQOL, meliputi 8 domain yaitu
fungsi fisik, energi, tekanan kesehatan, kesehatan mental, kepuasan pribadi,
kepuasan pengobatan, efek pengobatan, dan frekuensi gejala penyakit.

Penelitian lain di Indonesia mengenai penilaian kualitas hidup menggunakan


DQOL (Diabetes Quality of Life) yang dibuat oleh Munoz & Thiagarajan
(1998), dan dimodifikasi oleh Tyas (2008) yang dikutip oleh Yusra (2011)
terdiri dari kepuasan, dampak dari penyakit, kekhawatiran tentang fungsi
fisik, masalah psikologis dan sosial. Instrumen ini terdiri 29 pertanyaan
tentang 5 domain tersebut dengan jawaban kepuasan dengan skala Likert, 4 =
sangat puas, 3 = puas, 2 = tidak puas, 1 = sangat tidak puas. Sedangkan
jawaban mengeni dampak yang dirasakan menggunakan skala Likert yaitu, 4
= selalu, 3 = sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah. Kuisioner DQOL tersebut
diringkas menjadi 5 domain oleh Noerhayati (2014) yang terdiri dari
kesehatan fisik, psikologis, tingkat aktivitas, serta hubungan sosial dan
lingkungan.

5. Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes mellitus.


a. Usia
Diabete mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes mellitus yang paling
banyak jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabetes
mellitus dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Karena resistensi
insulin pada diabetes mellitus tipe 2 cenderung meningkat pada lansia 40-
65. Sehingga usia mempengaruhi seseorang dalam menerima perubahan
kondisi sakit dan datang ke pelayanan kesehatan (Smeltzer, S.C., & Bare,
G.B., 2002).

b. Jenis kelamin

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


19

Diabete mellitus memberikan efek yang kurang baik terhadap kualitas


hidup. Wanita mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah dari pada
laki-laki secara bermakna (Gutam et al, 2009; dalam Yusra, A., 2011).
Dalam penelitian Wu (2007); dalam Yusra, A., (2011), penderita diabetes
mellitus laki-laki lebih banyak mendapatkan dukungan keluarga, sehingga
penderita diabetes mellitus laki-laki memiliki kualitas hidup yang lebih
baik dari penderita wanita.

c. Tingkat pendidikan
Kualitas hidup yang rendah juga signifikan berhubungan dengan tingkat
pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik.
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi penderita dalam mengatur dirinya
sendiri (Gautman et al, 2009 dalam Yusra, A., 2011).

d. Status sosial ekonomi


Menurut Issa, B.A., & Baiyewu, O., (2006), pendapatan yang rendah
berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup penderita diabetes
mellitus. Hasil penelitian di Universitas Jember 2013 membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kualitas
hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 (Ningtyas, D.W., 2013).

e. Lama menderita diabetes mellitus


Penelitian (Wu et al., 2006 dalam Yusra, A., 2011) menemukan bahwa
pasien yang menderita diabetes mellitus ≥11 tahun memiliki efikasi diri
yang baik daripada pasien yang menderita diabetes mellitus <10 tahun.
Hal ini disebabkan karena pasien telah berpengalaman mengelola
penyakitnya dan memiliki koping yang baik.

f. Komplikasi diabetes mellitus


Komplikasi seperti halnya hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat
yang dapat terjadi pada perjalanan penyakit diabetes mellitus. Issa, B.A., &
Baiyewu, O., (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pada

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


20

umumnya pasien diabetes mellitus tipe 2 menunjukan kualitas hidup yang


cukup baik berdasarkan kuesioner WHO tentang kualitas hidup.

g. Dukungan keluarga
Dukungan sosial keluarga merupakan proses yang terjadi selama masa
hidup dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi sesuai masing-
masing tahap siklus kehidupan keluarga. Dalam semua tahap siklus
kehidupan keluarga, dukungan sosial keluarga memungkinkan keluarga
berfungsi patuh dan dapat meningkatkan adaptasi dalam kesehatan
keluarga (Friedma et al., 2010).

C. Dukungan Keluarga Pasien Diabetes Mellitus


1. Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional yang mengidentifikasi dirinya bagian dari keluarga.
Keluarga yang terdiri atas individu yang tinggal bersama dan dalam ikatan
pernikahan, darah atau adopsi (Friedma et al., 2010).

Penatalaksanaaan DM dengan pendekatan keluarga


Paradigma sehat pada psien diabetes mellitus adalah cara pandang tentang
kesehatan dimana pelaksanaannya mementingkan peran keluarga untuk
hidup sehat untuk penderita maupun resiko diabetes. Upaya pencegahan
yang melibatkan peran keluarga pada periode sebelum sakit dalam semua
tahap kehidupan :
a. Tindakan terhadap faktor instrinsik (imunisasi, kesehatan jasmani,
psikologikal)
b. Upaya terhadap resiko DM dan komplikasi
c. Upaya untuk menetapkan, meningkatkan sosialisasi dalam keluarga
d. Upaya terhadap lingkungan
Karna diabetes suatu penyakit kronik, timbul kejenuhan atau kebosenan pada
pasien diabetes karna pengobatan yang terdahulu, oleh karna itu dalam
mengatasi hal ini perlu tindakan pada psikologis dalam menyelesaikan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


21

masalah diabetes mellitus. Keikutsertaan anggota keluarga dalam


mengarahkan pengobatan, diet, latihan jasmani dan pengisian waktu luang
yang positif merupakan bentuk peran aktif bagi keberhasilan penatalaksanaan
diabetes mellitus. Hal ini dapat terjadi apabila sudah terjalin hubungan erat
antara dokter dengan pihakpasien dan keluarga (Rifki,2009 dalam;(Yusra,
2011).

2. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sebagai bantuan dari anggota keluarga yang lain
sehingga dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang
yang mengalami stress (Taylor,2006). Dukungan sosial keluarga merupakan
proses yang terjadi selama masa hidup dengan sifat dan tipe dukungan sosial
bervariasi sesuai masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga. Dalam
semua tahap siklus kehidupan keluarga, dukungan sosial keluarga
memungkinkan keluarga berfungsi patuh dan dapat meningkatkan adaptasi
dalam kesehatan keluarga (Friedma et al., 2010).

Dukungan keluarga terhadap pasien diabetes memberikan manfaat dalam


manajemen dan penyesuaian terhadap penyakit. Penelitian yang dilakukan
pada 46 pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Arifin Achmad di provinsi
Riau didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dan
kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Arifin Achmad di
Provinsi Riau. Dukungan keluarga mampu meningkatkan kualitas hidup pada
pasien diabetes mellitus karena dukungan keluarga diberikan dalam bentuk
emosional, instrumental, penghargaan dan informasi yang dapat memberikan
rasa nyaman dan memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan dan
perawatan diri yang mempengaruhi kualitas hidup pasien diabetes mellitus
tersebut (Tamara et al., 2014).
3. Dimensi Dukungan Keluarga
Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), Hansarling (2009)
adalah :
a) Dimensi emosional/empati

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


22

Dukungan emosional kepada keluarga termasuk fungsi efektif keluarga.


Fungsi efektif termasuk fungsi internal keluarga untuk memberikan
perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Keluarga
berfungsi sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan dan
memberikan dukungan. Terpenuhinya fungsi efektif dalam keluarga
dapat meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilitasi kepribadian dan
prilaku dan harga diri anggota keluarga (Friedman.,2013).

b) Dimensi Penghargaan
Dukungan penilaian/penghargaan merupakan bentuk fungsi afektif
keluarga yang dapat meningkatkan status psikososial keluarga yang
sakit. Melalui dukungan ini pasien mendapatpengakuan atas kemampuan
yang dimilikinya (Friedman.,2003).

Sedangkan Peterso & Bredow (2004) menyatakan bahwa aspek ini


terdiri dari dukungan peran sosial, seperti umpan balik, perbandingan
sosial dan afirmasi. Pengobatan dan perawatan pada pasien DM
memerlukan waktu jangka panjang bahkan seumur hidup.sihingga
pasien diabetes mellitus ini akan mengalami suatu kejenuhan dan
terjadilah gaya/kualitas hidup yang buruk. Keluarga dapat mengambil
langkah positif untuk menghilangkan kejenuhan pasien DM yaitu
dengan cara memberikan dukungan dan meluangkan waktu untuk
berkumpul dengan keluarga pasien dan pasien diabetes lainya sehingga
bisa saling bertukar pikiran antar pasien diabetes. Hal ini adalah salah
satu cara mengatasi kejenuhan dan tetap bisa menerima kelebihan dan
kekurangan pasien diabetes mellitus.

c) Dimensi instrumental
Dukungan instrumental keluarga adalah suatu dukungan keluarga dalam
memberikan bantuan tenaga, dana, waktu untuk melayani dan
mendengarkan keluhan keluarga yang sakit (Bomar.,2004). Selanjutnya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


23

Friedman (2003) menyampaikan bahwa dukungan instrumental


merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan
instrumental termasuk dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan
fungsi ekonomi. Fungsi perawatan seperti menyediakan pakaian,
makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya dan fungsi ekonomi merupakan penyediaan sumber
dana seperti finansial dan ruang.

d) Dimensi informasi
Dukungan yang berupa saran atau masukan, nasehat atau arahan dan
informasi- informasi yang penting dan dibutuhkan yang diberikan
keluarga kepada anggota keluarga yang sakit sebagai upaya
meningkatnya status kesehatanya. Sehingga dukungan informasi ini
keluarga sebagai kolektor atau penyebar informasi (Friedman.,2003).

Dari penjelasan diatas jika dikaitkan pada pasien diabetes maka


sangatlah penting dukungan dari orang lain dalam arti keluarga berupa
dukungan informasi, yang berupa pemberian informasi terkait kondisi
yang dialami dan bagaimana perawatanya.

4. Pengukuran Dukungan Keluarga


Menurut Goz et al (2007) Mengatasi penyakit diabetes berbeda dengan
mengatasi penyakit kronik lainya. Diabetes mellitus memerlukan
pengotrolan metabolik yang dapat mempengaruhi gaya hidup dalam
melakukan terapi insulin, obat antibetik oral, diit, pengukuran gula darah dan
latihan. Saat pasien diabetes mellitus beradaptasi dengan semua perubahan
yang terjadi maka akan berdampak negatif terhadap kualitas hidupnya
(Yusra, 2011).
Dukungan keluarga telah terdefinisi sebagai faktor penting dalam kepatuhan
manajemen penyakit kronik. Dukungan keluarga signifikan dalam mengatasi
makan pada diabetus mellitus (Wen et al dalam Hensarling.,2009). Jadi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


24

dukungan keluarga faktor yang dapat memberikan dampak positif untuk


pasien diabetes dalam merawat dirinya (Yusra, 2011).

Menurut Hensarling (2009) mengembangkan suatu skala pengukuran


dukungan keluarga dengan nama “Hensarling Diabetes Family Support
Scale (HDFSS)”,skala ini menunjukan validitas isi untuk pengukuran
presepsi pasien terhadap dukungan yang diberikan keluarga. Hensarling
merekomendasikan pengukuran ini untuk pasien diabetes mellitus.

HDFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh pasien diabetes


mellitus dengan bagaimana pasien DM melihat dukungan dari keluarganya.
HDFSS terdiri 29 pertanyaan dengan alternatif jawaban : 4 = selalu, 3 =
sering, 2 = jarang 1=tidak pernah.

D. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan
untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati) yang
berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Keluarga merupakan sasaran dalam asuhan keperawatan pasien diabetes


mellitus. Keluarga bisa menjadi sumber dukungan keluarga dan motivasi
pasien dalam manejemen penyakitnya. Adanya dukungan keluarga dapat
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis bagi pasien. Dukungan yang
tepat dapat menjadi manajemen terapeutik dan memberikan dampak positif
terhadap perawatan diri pasien diabete. Dengan menggunakan salah satu
model keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien diabetes mellitus terkait dengan dukungan keluarga adalah model
keperawatan Betty Neuman (2001) (Yusra, 2011).
Bagaimana hubungan penyakit dan dukungan keluarga terhadap pengontrolan
penyakit diabetes dapat dilihat dari gambar dibawah :

DUKUNGAN
KELUARGA :
1. Dimensi
emosional STIKes Muhammadiyah Pringsewu
2. Dimensi
penghargaan
3. Dimensi
25

KUALITAS HIDUP :
1. Kesehatan fisik
2. Psikologis
Diabetes Mellitus 3. Tingkat
Ketergantungan
4. Hubungan
sosial
5. Lingkungan
Komplikasi :

1. Komplikasi akut
: ketoasidosis
diabetik,
hipoglikemia
2. Komplikasi
kronik :
mikroangiopati,
makroangiopati

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber ini dimodifikasi dari konsep : Friedman,M M.,Bowden, V.R., & Jones,
E.G. (2010), Hansarling, J. (2009), Isa & Baiyewu(2006), Brunner& Suddarth.
(2001), Riyadi S, & Sukarmin. (2008), Ernawati. (2013).

E. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah uraian, kaitan atau visualisasi hubungan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu
dengan yang lain sesuai variable yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan
kerangka penelitian ada 2 variabel dimana variabel dependen adalah kualitas
hidup pasien diabetes mellitus, sedangkan variabel independen adalah dukungan
keluarga.

Faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien diabetes adalah
dukungan keluarga. Sedangkan faktor konfonding/perancu adalah karakteristik
individu seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, lama menderita DM, kompliksi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


26

DM. Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :

Dukungan keluarga : Kualitas Hidup


Dimensi emosional Pasien Diabetes
Dimensi penghargaan mellitus
Dimensi instrumen
Dimensi informasi
Faktor perancu :
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Sosial ekonomi
Lama menderita DM
Komplikasi DM

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan atau dalil
sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).
“Ada Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Pringsewu tahun 2017”.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


27

BILOUS, R. & DONELLY, R. 2015. Buku pegangan diabetes, Jakarta, Bumu Medika.
FITRIANA, R. & RACHMAWATI, S. 2016. Cara ampuh tumpas diabetes, Yogyakarta,
Medika.
FRIEDMA, M. M., BOWDEN, V. R. & JONES, E. G. 2010. Buku ajar keperawatan
keluarga riset, teori, & Praktik, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
HASDIANAH 2012. Mengenal Diabetus mellitus pada orang dewasa dan anak-anak
dengan solusi herbal, Yogyakarta, Nuha Medika.
PADILA 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan Keperawatan
Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen, Persyarafan, Gastrointestinal,
Reproduksi dan Respirasi, Yogyakarta, Nuha Medika.
TAMARA, E., BAYHAKKI & NAULI, A., FATHARA 2014. Hubungan antara dukungan
keluarga dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Jurnal Keperawatan
Universitas Riau, 1, 7.
WIJAYA, S., A & PUTRI, Y., M 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep, Yogyakarta, Nuha Medika.
YUSRA, A. 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus tipe 2 dipoliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat
fatmawati jakarta. Universitas Indonesia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu


28

STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai