BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa upaya dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih
tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial ataupun
ekonomi. Akibat meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan
masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya usia harapan hidup, maka di
Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular, hal ini dikenal dengan transisi epidemiologi. Dan salah
satu penyakit tidak menular tersebut adalah Diabetes Mellitus (Depkes RI, 2007;
dikutip dari Hasdianah, 2012).
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, diet kurang sehat, obesitas,
dan gaya hidup modern seperti kurangnya aktivitas/olahraga karena kesibukan.
Diprediksi penyakit tidak menular di Indonesia akan mengalami peningkatan
yang cukup besar pada tahun- tahun mendatang. Kondisi tersebut berkaitan
dengan kualitas hidup seseorang (Tarwoto, 2012). Beban tersebut masih dapat
bertambah lagi dengan adanya penurunan produktifitas kerja yang berkaitan
dengan perawatan ataupun akibat penyakitnya. Hasil dari beberapa penelitian
sebelumnya kondisi tersebut berlangsung kronis dan bahkan sepanjang hidup
penderita, dan hal ini akan menurunkan kualitas hidupnya (Rahmat, 2010).
Pada sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Psychiatry 2006 membuktikan
bahwa penurunan kualitas hidup adanya hubungan yang signifikan terhadap
angka kesakitan dan kematian, serta mempengaruhi usia harapan hidup penderita
diabetes mellitus (Isa & Baiyewu, 2006). Kualitas hidup akan mempengaruhi
kesehatan secara umum. Hasil penelitian di Universitas Jember 2013
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi berdasarkan pendapatan dan status
pernikahan, serta lama menderita dan komplikasi diabetes melitus dengan
kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II (Ningtyas et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan Pompili (2009) di Italia tentang kualitas hidup dan
resiko bunuh diri pada pasien diabetes mellitus, diketahui bahwa pasien diabetes
mellitus menunjukan keputusasaan yang lebih besar dan ide bunuh diri, serta
kualitas hidup yang buruk terkait self efficacy yang rendah. Barron dan Feist
dalam Sholichah(2009) mengemukakan bahwa penderita sakit kronis cenderung
menunjukan ekspresi emosi yang bersifat negatif dengan kondisi
sakitnya.mereka juga menjelaskan bahwa penderita sakit kronis sangat
membutuhkan dukungan keluarga (Tamara et al., 2014).
Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan seumur
hidup sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita (Ningtyas et al.,
2013). Apabila dibiarkan tak terkendali, penyakit ini akan menimbulkan
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di PERSADIA Pringsewu terdapat 110
makroangiopati (Darmono, 2007; dikutip dari Hasdianah, 2012). Komplikasi lain
yang muncul dapat berupa komplikasi fisik, psikiologis, sosial, dan ekonomi
(Rahmat, 2010).
B. RUMUSAN MASALAH
Barron dan Feist dalam Sholichah(2009) mengemukakan bahwa penderita sakit
kronis cenderung menunjukan ekspresi emosi yang bersifat negatif dengan
kondisi sakitnya.mereka juga menjelaskan bahwa penderita sakit kronis sangat
membutuhkan dukungan keluarga (Tamara et al., 2014).
Selain itu belum banyak penelitian yang mengkaji tentang dukungan keluarga
dan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
“Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2017”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
pasien diabetes mellitus di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun
2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden yang menderita diabetes mellitus.
b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pasien diabetes mellitus
di RSUD Pringsewu tahun 2017.
c. Diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien diabetes mellitus di
RSUD Pringsewu tahun 2017.
d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
pasien diabetes mellitus di RS Umum Pringsewu pada tahun 2017.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan menambah
wawasan dan pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga dan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus.
4. Bagi masyarakat
Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya memberikan dukungan
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.
FRIEDMA, M. M., BOWDEN, V. R. & JONES, E. G. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga
riset, teori, & Praktik, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
KURNIAWAN, Y., HANA, R. & IDA, M. 2008. Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus
diRumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran, 10, 87.
NINGTYAS, D., W, WAHYUDI, P. & PRASETYOWATI, I. 2013. Analisis Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Bang Kabupaten Pasuruan. JUrnal artikel ilmiah
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
RAHMAT, W., P. 2010. Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan dan Kualitas Hidup Pasien
Diabetus Mellitus di kecamatan kebakramat. Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
TAMARA, E., BAYHAKKI & NAULI, A., FATHARA 2014. Hubungan antara dukungan keluarga
dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Jurnal Keperawatan Universitas Riau, 1,
7.
YUSRA, A. 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus tipe 2 dipoliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat
fatmawati jakarta. Universitas Indonesia.