Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak
menyelamatkan manusia. Penyakit-penyakit yang selama ini tidak
terdiagnosis dan terobati sekarang sudah banyak yang teratasi, tetapi untuk
memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengandalkan hanya
pada tindakan kuratif, karena penyakit-penyakit yang memerlukan biaya
mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan
menjauhi pola hidup beresiko. Artinya para pengambil kebijakan harus
mempertimbangkan untuk mengalokasikan dana kesehatan yang lebih
menekankan kepada segi preventif daripada kuratif (Noer, 2014).
Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang diabetes mellitus adalah salah
satu diantaranya. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus dibeberapa
negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan
akhir-akhir ini banyak disoroti. Saat ini diabetes bukan hanya mengalami
peningkatan terus menerus tiap tahun di kalangan masyarakat perkotaan
namun sudah merambat ke kalangan masyarakat pedesaan. Hal ini
disebabkan karena tingkat perekonomian yang semakin meningkat sehingga
pola hidup sehat kurang diperhatikan, ketidaktahuan atau ketidakpedulian
untuk menjaga pola makan yang sehat. Peningkatan pendapatan per kapita
dan perubahan gaya hidup menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi,
hiperlipidemia, serta diabetes (Noer, 2014).
Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam golongan penyakit kronik
yang terjadi pada jutaan orang di dunia. Penderita DM pada tahun 2002
mencapai 171 juta orang dan akan terus meningkat hingga 366 juta orang di
tahun 2030 (WHO, 2006).

1
2

Estimasi International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta


orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035
jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.
Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum
terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi
tanpa disadari dan tanpa pengobatan.
Prevalensi penderita DM di Amerika Utara dan Karibia pada tahun
2015 jumlah penderita DM sebanyak 44,3 juta jiwa dan estimasi untuk tahun
2040 penderita DM akan meningkat menjadi 60,5 juta jiwa. Tahun 2015 di
Afrika penderita DM sebanyak 14,2 juta jiwa, Eropa sebanyak 59,8 juta jiwa,
Timur Tengah dan Afrika Utara sebanyak 35,4 juta jiwa. Penderita DM di
Asia Tenggara pada tahun 2015 jumlah penderita DM sebanyak 415 juta jiwa
dan pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 642
juta jiwa. Pada tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat ke tujuh di tingkat
dunia dengan jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa dan diperkirakan
akan terus meningkat di setiap tahunnya sebanyak 6%. Penderita diabetes di
Sulawesi Barat tahun 2013 sebanyak 6.405 orang (Kemenkes RI, 2014).
Komplikasi yang dialami penderita DM bervariasi diantaranya
komplikasi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Komplikasi fisik yang
timbul berupa kerusakan pada mata, ginjal, jantung, hipertensi, stroke bahkan
sampai menyebabkan gangren. Komplikasi psikologis yang muncul
diantaranya dapat berupa kecemasan. Secara sosial penderita DM akan
mengalami hambatan umumnya yang berkaitan dengan pembatasan diet dan
keterbatasan aktivitas karena komplikasi yang muncul (Barnes, 2011).
Penanganan penyakit DM memerlukan pendekatan yang
komprehensif, penanganan penderita DM harus memperhatikan
keseimbangan aspek fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Berbagai
komplikasi tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita DM.
Kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang nilai, konsep dan budaya
dimana mereka tinggal dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan dan
harapan hidup (WHO, 2004). Kualitas hidup dinyatakan sebagai ukuran

STIKes Marendeng Majene


3

konseptual atau operasional mencakup kesejahteraan, kualitas kelangsungan


hidup serta kemampuan untuk secara mandiri melakukan aktivitas sehari-
hari. Pengukuran kualitas hidup bersifat multi dimensi yang meliputi fungsi
fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan kualitas hidup secara umum. Dalam
meningkatkan kualitas hidup penderita DM, dukungan keluarga memegang
berperan yang sangat penting (Bahremand dkk, 2014).
Penanganan DM salah satunya adalah dukungan keluarga yang
merupakan bentuk bantuan yang diberikan salah satu anggota keluarga untuk
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada saat seseorang
mengalami sakit (Friedman, 2014). Dukungan keluarga berupa sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita. Dukungan ini bisa
berasal dari orang tua, anak, suami, istri atau saudara yang berupa bentuk
dukungan tentang informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat
menjadikan penderita merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai (Ali, 2010).
Friedman (2014) mengatakan, dukungan keluarga terbagi 4 dimensi
dukungan yaitu dimensi empatetic (emosional), dimensi encouragement
(penghargaan), dimensi fasilitatif (instrumental), dimensi participative
(partisipasi/informatif). Masing-masing dimensi tersebut penting dipahami
oleh individu yang ingin memberikan dukungan kepada keluarga karena
menyangkut persepsi tentang keberadaan dan ketepatan dukungan. Dukungan
bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi bagaimana cara persepsi penerima
terhadap makna bantuan tersebut (Hensarling, 2009).
Hasil penelitian Pompili (2009) di Italia tentang kualitas hidup dan
resiko bunuh diri pada pasien DM, diketahui bahwa pasien DM memiliki
kualitas hidup yang buruk terkait dengan self efficacy yang rendah, pasien
DM menunjukkan keputusasaan yang lebih besar dan ide bunuh diri.
Penelitian yang dilakukan Yusra (2011) tentang dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien DM didapatkan hasil nilai p value (0,001) yang
menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
penderita DM.

STIKes Marendeng Majene


4

Penelitian yang dilakukan Mirza (2017) tentang dukungan keluarga


untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM, menyatakan bahwa dukungan
yang diberikan keluarga kepada keluarganya yang menderita DM dapat
meningkatkan kualitas hidup bagi pasien DM yang secara otomatis akan
meningkatkan kepercayaan diri dan mereka lebih survive dalam menjalani
kehidupan dengan penyakit DM yang diderita.
Rumah sakit umum daerah Majene sebagai rujukan pelayanan
kesehatan di wilayah Kabupaten Majene dan sangat mempunyai peranan
penting dalam menangani berbagai penyakit yang ada termasuk penyakit
Diabetes Mellitus. Dari tahun 2016 kunjungan rawat jalan penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 245 orang dan pada tahun 2017 penderita Diabetes
mellitus meningkat menjadi 375 orang, tahun 2018 cenderung mengalami
peningkatan dari bulan ke bulan, yakni Januari sebanyak 12 orang, Febryari
10 orang, Maret 14 orang. Penderita DM rawat inap tahun 2016 sebanyak 25
orang, meningkat pada tahun 2017 sebanyak 33 orang, tahun 2018 pada bulan
Januari sebanyak 4 orang, Februari 6 orang dan Maret 6 orang.
Hasil wawancara dengan 2 pasien DM kunjungan rawat jalan
mengatakan pasien merasakan dukungan dari keluarganya, dukungan yang
diterima biasanya berupa semangat serta bantuan dalam pengobatan. Pasien
mengatakan akan memiliki semangat untuk melakukan aktivitas dan
melakukan pengobatan ketika keluarga memberikan dukungan berupa
perhatian.
Berdasarkan gambaran permasalahan diatas maka peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian mengenai ”Hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Bagaimana hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di
RSUD Majene 2018?”.

STIKes Marendeng Majene


5

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus di
RSUD Majene 2018.
1.3.2.2 Diketahuinya kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene
2018.
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan dapat menambah
pengetahuan dalam bidang keperawatan tentang pentingnya dukungan
keluarga terhadap kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus.
1.4.2 Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi rumah sakit
dalam menyusun tindakan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus
dengan berfokus pada dukungan keluarga.
1.4.3 Pasien DM
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan
kualitas hidup. Dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga,
diharapkan penderita DM akan menjalani pengobatan dengan rutin, merasa
dirinya lebih berharga walaupun menderita penyakit DM.
1.4.4 Keluarga Pasien DM
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi stimulus untuk memberikan
dukungan kepada penderita DM bahwa pentingnya peran keluarga untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita DM.

STIKes Marendeng Majene


6

1.4.5 Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian
selanjutnya.untuk meningkatkan dukungan keluarga dan kualitas hidup
penderita DM.

STIKes Marendeng Majene

Anda mungkin juga menyukai