Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak menyelamatkan manusia. Penyakit-penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis dan terobati sekarang sudah banyak yang teratasi, tetapi untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengandalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit-penyakit yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasikan dana kesehatan yang lebih menekankan kepada segi preventif daripada kuratif (Noer, 2014). Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang diabetes mellitus adalah salah satu diantaranya. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus dibeberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Saat ini diabetes bukan hanya mengalami peningkatan terus menerus tiap tahun di kalangan masyarakat perkotaan namun sudah merambat ke kalangan masyarakat pedesaan. Hal ini disebabkan karena tingkat perekonomian yang semakin meningkat sehingga pola hidup sehat kurang diperhatikan, ketidaktahuan atau ketidakpedulian untuk menjaga pola makan yang sehat. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, serta diabetes (Noer, 2014). Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam golongan penyakit kronik yang terjadi pada jutaan orang di dunia. Penderita DM pada tahun 2002 mencapai 171 juta orang dan akan terus meningkat hingga 366 juta orang di tahun 2030 (WHO, 2006).
1 2
Estimasi International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta
orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pengobatan. Prevalensi penderita DM di Amerika Utara dan Karibia pada tahun 2015 jumlah penderita DM sebanyak 44,3 juta jiwa dan estimasi untuk tahun 2040 penderita DM akan meningkat menjadi 60,5 juta jiwa. Tahun 2015 di Afrika penderita DM sebanyak 14,2 juta jiwa, Eropa sebanyak 59,8 juta jiwa, Timur Tengah dan Afrika Utara sebanyak 35,4 juta jiwa. Penderita DM di Asia Tenggara pada tahun 2015 jumlah penderita DM sebanyak 415 juta jiwa dan pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 642 juta jiwa. Pada tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat ke tujuh di tingkat dunia dengan jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat di setiap tahunnya sebanyak 6%. Penderita diabetes di Sulawesi Barat tahun 2013 sebanyak 6.405 orang (Kemenkes RI, 2014). Komplikasi yang dialami penderita DM bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan pada mata, ginjal, jantung, hipertensi, stroke bahkan sampai menyebabkan gangren. Komplikasi psikologis yang muncul diantaranya dapat berupa kecemasan. Secara sosial penderita DM akan mengalami hambatan umumnya yang berkaitan dengan pembatasan diet dan keterbatasan aktivitas karena komplikasi yang muncul (Barnes, 2011). Penanganan penyakit DM memerlukan pendekatan yang komprehensif, penanganan penderita DM harus memperhatikan keseimbangan aspek fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Berbagai komplikasi tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita DM. Kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang nilai, konsep dan budaya dimana mereka tinggal dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan dan harapan hidup (WHO, 2004). Kualitas hidup dinyatakan sebagai ukuran
STIKes Marendeng Majene
3
konseptual atau operasional mencakup kesejahteraan, kualitas kelangsungan
hidup serta kemampuan untuk secara mandiri melakukan aktivitas sehari- hari. Pengukuran kualitas hidup bersifat multi dimensi yang meliputi fungsi fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan kualitas hidup secara umum. Dalam meningkatkan kualitas hidup penderita DM, dukungan keluarga memegang berperan yang sangat penting (Bahremand dkk, 2014). Penanganan DM salah satunya adalah dukungan keluarga yang merupakan bentuk bantuan yang diberikan salah satu anggota keluarga untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada saat seseorang mengalami sakit (Friedman, 2014). Dukungan keluarga berupa sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita. Dukungan ini bisa berasal dari orang tua, anak, suami, istri atau saudara yang berupa bentuk dukungan tentang informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan penderita merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai (Ali, 2010). Friedman (2014) mengatakan, dukungan keluarga terbagi 4 dimensi dukungan yaitu dimensi empatetic (emosional), dimensi encouragement (penghargaan), dimensi fasilitatif (instrumental), dimensi participative (partisipasi/informatif). Masing-masing dimensi tersebut penting dipahami oleh individu yang ingin memberikan dukungan kepada keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan dan ketepatan dukungan. Dukungan bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi bagaimana cara persepsi penerima terhadap makna bantuan tersebut (Hensarling, 2009). Hasil penelitian Pompili (2009) di Italia tentang kualitas hidup dan resiko bunuh diri pada pasien DM, diketahui bahwa pasien DM memiliki kualitas hidup yang buruk terkait dengan self efficacy yang rendah, pasien DM menunjukkan keputusasaan yang lebih besar dan ide bunuh diri. Penelitian yang dilakukan Yusra (2011) tentang dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien DM didapatkan hasil nilai p value (0,001) yang menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita DM.
STIKes Marendeng Majene
4
Penelitian yang dilakukan Mirza (2017) tentang dukungan keluarga
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM, menyatakan bahwa dukungan yang diberikan keluarga kepada keluarganya yang menderita DM dapat meningkatkan kualitas hidup bagi pasien DM yang secara otomatis akan meningkatkan kepercayaan diri dan mereka lebih survive dalam menjalani kehidupan dengan penyakit DM yang diderita. Rumah sakit umum daerah Majene sebagai rujukan pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten Majene dan sangat mempunyai peranan penting dalam menangani berbagai penyakit yang ada termasuk penyakit Diabetes Mellitus. Dari tahun 2016 kunjungan rawat jalan penderita Diabetes Mellitus sebanyak 245 orang dan pada tahun 2017 penderita Diabetes mellitus meningkat menjadi 375 orang, tahun 2018 cenderung mengalami peningkatan dari bulan ke bulan, yakni Januari sebanyak 12 orang, Febryari 10 orang, Maret 14 orang. Penderita DM rawat inap tahun 2016 sebanyak 25 orang, meningkat pada tahun 2017 sebanyak 33 orang, tahun 2018 pada bulan Januari sebanyak 4 orang, Februari 6 orang dan Maret 6 orang. Hasil wawancara dengan 2 pasien DM kunjungan rawat jalan mengatakan pasien merasakan dukungan dari keluarganya, dukungan yang diterima biasanya berupa semangat serta bantuan dalam pengobatan. Pasien mengatakan akan memiliki semangat untuk melakukan aktivitas dan melakukan pengobatan ketika keluarga memberikan dukungan berupa perhatian. Berdasarkan gambaran permasalahan diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai ”Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018?”.
STIKes Marendeng Majene
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diketahuinya dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018. 1.3.2.2 Diketahuinya kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018. 1.3.2.3 Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Majene 2018. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan dalam bidang keperawatan tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus. 1.4.2 Rumah Sakit Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi rumah sakit dalam menyusun tindakan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus dengan berfokus pada dukungan keluarga. 1.4.3 Pasien DM Diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga, diharapkan penderita DM akan menjalani pengobatan dengan rutin, merasa dirinya lebih berharga walaupun menderita penyakit DM. 1.4.4 Keluarga Pasien DM Hasil penelitian ini diharapkan menjadi stimulus untuk memberikan dukungan kepada penderita DM bahwa pentingnya peran keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup penderita DM.
STIKes Marendeng Majene
6
1.4.5 Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.untuk meningkatkan dukungan keluarga dan kualitas hidup penderita DM.