Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS

HIDUP KLIEN DM TIPE 2 DI PUSKESMAS TAMBAKREJO SURABAYA

The Correlation between Family Support with Quality of Life Diabetes Mellitus
Type 2 in Tambakrejo PHC

Bella Dama Shinta


Prodi DIV Keperawatan Surabaya, Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Email: belladamashinta@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia terutama DM
Tipe 2 semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi faktor
genetik dengan lingkungan serta faktor risiko lain seperti obesitas dan gaya hidup
bermalas-malasan. Untuk mencegah komplikasi dan penurunan kualitas hidup
yang disebabkan DM diperlukan kepatuhan klien terhadap manajemen yang
diberikan. Salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan klien tersebut adalah
dukungan dari keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup klien DM Tipe 2.
Metode : Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dianalisis dengan uji statistik chi square. Teknik
pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik purposive sampling dengan
jumlah sampel 100 klien. Instrumen penelitian pada variabel dukungan keluarga
menggunakan menggunakan kuesioner Hensarling Diabetes Family Support
Scale (HDFSS), dan variabel kualitas hidup menggunakan kuesioner Diabetes
Quality Of Life (DQOL) yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Uji
statistik menggunakan uji chi-square dengan nilai signifikansi α = 0,05. Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan klien DM Tipe 2 yang memiliki dukungan keluarga
yang baik sebanyak 62 (62%). Kualitas hidup diperoleh hasil terbanyak dengan
kategori baik yaitu sebanyak 65 orang (65%). Kesimpulan : Penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup klien
DM Tipe 2 di Puskesmas Tambakrejo Surabaya (p = 0,015). Rekomendasi :
Keluarga harus diedukasi untuk mendukung klien DM Tipe 2 dalam menjalani
rangkaian tatalaksana yang diberikan agar klien patuh terhadap manajemen terapi
DM Tipe 2 sehingga kualitas hidup klien DM Tipe 2 tidak memburuk.

ABSTRACT
Background: The prevalence of diabetes melitus (DM) in Indonesia especially
DM Type 2 is increasing. This is due to the interaction of genetic factors with the
environment and other risk factors such as obesity and lazy lifestyles. To prevent
complications and decrease the quality of life caused by DM, it requires patient
compliance with the management provided. One of the things that affects the
patient's compliance is support from the family. The purpose of this study was to
analyze the relationship between family support and the quality of life of Type 2
DM patients. Method: This study was a descriptive analytic study with a cross
sectional approach that was analyzed with the chi square statistical test. The
sampling technique is using purposive sampling technique with a sample size of
100 klients. The research instrument on family support variables uses the
Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) questionnaire, and the
quality of life variable uses the Diabetes Quality Of Life (DQOL) questionnaire
which has been translated into Indonesian. Statistical tests using the chi-square
test with a significance value of α = 0,05. Results: The results showed that Type 2
DM patients who had good family support were 62 (62%). Quality of life obtained
the most results with a good category that is as many as 65 people (65%).
Conclusion: This study shows the relationship between family support and the
quality of life of Type 2 DM patients in Tambakrejo Public Health Center (p =
0.015). Recommendations: Families should be educated to support Type 2 DM
patients in undergoing a series of procedures so that patients adhere to the
management of Type 2 DM therapy so that the quality of life of Type 2 DM
patients does not deteriorate.
Keywords: family support, quality of life, type 2 diabetes melitus
PENDAHULUAN
Tingginya angka kejadian (International Diabetes Federation,
diabetes mellitus (DM) di Indonesia 2017). Hampir 80% klien DM berada
membuat berbagai aspek pada Negara yang berpenghasilan
penatalaksanaan DM sering dan rendah dan menengah (World Health
berisiko mengalami permasalahan Organization, 2016).Di Indonesia pada
(PERKENI, 2015). Klien DM yang tahun 2015 menempati peringkat ke
cenderung mengalami banyak stresor tujuh prevalensi klien diabetes di dunia
akibat perkembangan penyakit maupun setelah Negara Cina, India, Amerika
pengelolaannya akan mengalami Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko
perubahan pada kualitas hidupnya. dengan jumlah estimasi orang dengan
Kualitas hidup klien juga dapat diabetes kurang lebih sebesar 10 juta
dipengaruhi oleh dukungan keluarga. orang (International Diabetes
Kurangnya dukungan keluarga bisa Federation, 2017).
berdampak terhadap keterlaksanaan Peningkatan angka insiden
pengelolaan DM. Akibatnya, klien diabetes mellitus tipe 2 ini diikuti oleh
dapat mengalami kejenuhan dan peningkatan kejadian komplikasi.
berkurangnya motivasi dalam Komplikasi yang dialami klien
menjalani pengobatan. Hal ini dapat bervariasi diantaranya komplikasi fisik,
menyebabkan komplikasi yang dapat psikologis, sosial dan ekonomi.
memperburuk kualitas hidup. (Winda, Komplikasi fisik yang timbul berupa
2017). kerusakan mata, kerusakan ginjal,
Pada tahun 2015, sebanyak 415 penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
juta orang dewasa menderita DM, naik stroke bahkan sampai menyebabkan
mencapai 4 kali lipat dari 108 juta gangren. Penyakit diabetes juga dapat
orang di 1980an. Pada tahun 2040 kualitas hidup dari kliennya, seperti
diperkirakan jumlah klien DM akan kesehatan psikologi, fungsi fisik, dan
meningkat menjadi 642 juta orang peranan sosial. Kualitas hidup
merupakan salah satu kriteria utama ibadah dan kurang diperhatikan
untuk mengetahui intervensi pelayanan keluarganya. Oleh sebab itu, kondisi
kesehatan seperti morbiditas, penyakit DM tipe 2 menimbulkan
mortalitas, fertilitas dan masalah psikologis dan fisik yang
kecacatan.(Meidikayanti, W,2017) berfokus pada pentingnya dukungan
Keluarga memiliki peran yang orang sekitar terutama keluarga.
sangat penting terhadap peningkatan
status kesehatan pada klien diabetes Prevalensi diabetes se-Indonesia
melitus. Dukungan keluarga dapat diduduki oleh provinsi Jawa Timur
memberikan dampak positif terhadap karena diabetes merupakan 10 besar
kepatuhan manajemen perawatan pada penyakit terbanyak. Jumlah klien DM
klien DM. (Friedman, Bowden, & menurut Riskesdas mengalami
Jones, 2010) dalam Ningrum (2018). peningkatan dari tahun 2007 sampai
Dukungan keluarga diyakini memiliki tahun 2013 sebesar 330.512 klien
pengaruh terhadap kualitas hidup klien (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan
DM. Keluarga merupakan bagian prevalensi dari tahun 2013 meningkat
penting dari seseorang begitu pula dari 2,1% menjadi 2,6% pada tahun
dengan klien DM. Klien DM tipe 2 2018 (Riskesdas, 2018). Prevalensi
diasumsikan memiliki masa-masa sulit klien DM di Puskesmas Tambakrejo
seperti berbenah diri, sering mengontrol Surabaya pada tahun 2018. Di Bulan
gula darah, pola makan, dan aktivitas. Januari hingga Bulan Desember
Noviarini dkk (2013), mengungkapkan didapatkan 3931 dengan jumlah klien
bahwa salah satu faktor yang dapat DM yang dilayani di Puskesmas
meningkatkan kualitas hidup adalah Tambakrejo Surabaya dari Bulan
adanya dukungan keluarga, pola diet Januari hingga Desember pada Tahun
sehat, dan aktivitas fisik. 2018 klien DM sebanyak 1540 orang.

Dukungan keluarga dan Tingginya kasus DM tipe 2


kepedulian dari orang- orang terdekat merupakan ancaman bagi status
klien diabetes mellitus memberikan kesehatan masyarakat di wilayah kerja
kenyamanan, perhatian, kasih sayang, puskesmas. Penyakit DM tipe 2 yang
dan motivasi pencapaian kesembuhan tidak segera ditangani dapat
dengan sikap menerima kondisinya. menimbulkan berbagai permasalahan
Hal tersebut dapat teramati melalui fisik maupun psikologis. Salah satu
ungkapan salah satu klien diabetes permasalahan adalah komplikasi DM
mellitus yang menyebutkan bahwa tipe 2 yang akan semakin menurunkan
melalui usahanya serta bantuan dari kualitas hidup klien. Penurunan kualitas
hidup DM tipe 2 dapat disebabkan oleh
orang-orang terdekat, klien tersebut
dapat teratur mengonsumsi obat sesuai faktor-faktor seperti kurangnya
dukungan keluarga maupun sosial
dosis yang diberikan dokter. Penelitian
Yusra (2010), menyatakan bahwa hasil demografi . Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk mengetahui hubungan
wawancara dengan lima orang klien
DM tipe 2, dua orang diantaranya dukungan keluarga dengan kualitas
hidup klien DM, di mana belum pernah
mengatakan sudah bosan dengan
penyakitnya dan merasa telah dilakukan penelitian sejenis di
Puskesmas Tambakrejo, Surabaya
membebani keluarga, sedangkan tiga
klien lainnya merasa sulit melakukan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan dukungan DM di Puskesmas Tambakrejo.
keluarga dengan kualitas hidup klien
METODE
Penelitian ini merupakan jenis menggunakan HDFSS (Hensarling
penelitian observasional analitik Diabetes Family Support Scale) yang
dengan desain penelitian cross- dikembangkan oleh Hensarling 2009
sectional yaitu pendekatan yang dalam Yusra 2011 )terdiri dari 29 soal.
bertujuan untuk mengetahui hubungan Variabel terikat berupa kualitas
antara variabel dependen dan hidup DM tipe 2 yang terdiri dari empat
independen dengan mengambil data dimensi yaitu kepuasan DM,
pada satu waktu tertentu secara kekhawatiran pandangan sosial,
bersamaan. Populasi dalam penelitian kekhawatiran DM dan dampak dari
ini adalah klien DM tipe 2 yang DM. Variabel kualitas hidup DM tipe 2
melakukan rawat jalan di Puskesmas diukur dengan menggunakan kuesioner
Tambakrejo pada Bulan Januari Tahun Diabetes Quality of Life (DQOL)
2020. Sampel dalam penelitian ini Kuesioner Menggunakan instrument
adalah sebagian klien DM tipe 2 yang DQOL(Diabetes Quality Of Life) dari
berobat jalan di Puskesmas Tambakrejo DCCT (Diabetes Control &
Bulan Januari Surabaya, Jawa Timur Complications Trial) Research Group
sebanyak 100 sampel. Kriteria inklusi (1988) Dimodifikasi oleh Tyas (2008)
yang digunakan adalah klien yang terdiri dari 30 item pertanyaan dengan
terdaftar dan berobat di Puskesmas pembagian berupa skala dampak,
Tambakrejo Surabaya, berusia ≤ 65 kepuasan. pandangan sosial dan
tahun, lama menderita minimal 1 tahun, pandangan terhadap penyakit DM tipe
memiliki minimal satu anggota 2. Metode pengumpulan data dilakukan
keluarga, dapat berkomunikasi verbal secara primer dan sekunder. Data
dengan baik, mampu membaca dan primer berupa metode wawancara di
menulis, bersedia menjadi responden Puskesmas kepada responden dengan
penelitian. Kriteria ekslusi adalah klien berpedoman pada kuesioner terstruktur.
yang tidak bersedia menjadi sampel Data sekunder didapatkan dari
penelitian, dan yang mengalami Puskesmas berupa profil Puskesmas
keterbatasan fisik sehingga tidak Tambakrejo, distribusi DM Puskesmas
mampu datang berobat ke puskesmas Tambakrejo tahun terakhir. Setelah data
secara mandiri Pengambilan sampel terkumpul maka dilakukan pengolahan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan data dengan tahapan editing, coding,
teknik purposive sampling. Variabel entry dan cleaning data. Data kemudian
penelitian berupa variabel bebas dan dianalisis dengan analisis univariat dan
variabel terikat serta karakteristik bivariat.
responden (usia, jenis kelamin, status Analisis univariat dilakukan untuk
pekerjaan, status sosial ekonomi, memperoleh deskripsi karakteristik dari
tingkat pendidikan, lama menderita dan masing-masing variabel yang telah
komplikasi DM), dukungan keluarga diteliti. Analisis univariat dapat berupa
yang terdiri dari dimensi dukungan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
emosional, penghargaan, instrumental lama menderita penyakit DM tipe 2,
dan informasional. Dukungan keluarga status pekerjaan, status sosial ekonomi,
diukur dengan kuesioner Kuesioner komplikasi yang dialami, dukungan
keluarga serta kualitas hidup digunakan untuk membuktikan
selanjutnya dilakukan dengan hipotesis dari penelitian apakah ada
menghitung persentase dari masing- hubungan antara dukungan keluarga
masing kelompok selanjutnya maka dengan kualitas hidup pasien DM tipe
diinterprestasikan dalam bentuk tabel. 2. Uji statistik yang digunakan adalah
Analisis bivariat dilakukan untuk chi-square dengan tingkat kemaknaan
memperoleh apakah terdapat hubungan sebesar 5% (α = 0,05).
di antara dua variabel. Analisis bivariat
HASIL nefropati, neuropati, hipertensi,
Penelitian dilakukan pada 100 retinopati dan lainnya. Pada variabel
orang klien DM tipe 2 yang menjadi dukungan keluarga dibagi menjadi kategori
responden yang melakukan rawat jalan baik, cukup dan kurang. Pada variabel
di Puskesmas Tambakrejo, Surabaya. kualitas hidup kategori baik, cukup
Data yang diambil meliputi
karakteristik responden meliputi jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, Variabel Kategori F (%)
status pekerjaan, penghasilan, lama Jenis Laki-laki 28 28
klien menderita DM, komplikasi DM, Kelamin Perempuan 72 72
distribusi jenis komplikasi dan keluarga Usia Dewasa Awal 7 7
yang merawat,dukungan keluarga, dan (36-45Tahun) 43 43
kualitas hidup DM tipe 2. Variabel usia Lansia Awal 50 50
dibagi menjadi kategori umur dewasa (46-55 Tahun)
awal (36-45 tahun), lansia awal (46-55 Lansia Akhir
tahun), lansia akhir (56-65 tahun), (56-65 Tahun)
Variabel tingkat pendidikan Tingkat Tidak Sekolah 3 3
dikategorikan menjadi (tidak sekolah, Pendidikan Tamat SD 22 22
SD dan SMP, SMA dan PT/D3/D4). Tamat SMP/MTs 41 41
Variabel jenis kelamin dibagi menjadi Tamat SMA/MA 30 30
dua kategori yaitu laki-laki dan Tamat 4 4
perempuan. diploma/sarjana
Variabel status ekonomi
Status Status Pekerjaan
dibedakan status pekerjaan (tidak sosial
bekerja/IRT, swasta, wiraswasta, PNS,
Ekonomi Tidak bekerja 13 13
pensiunan) serta penghasilan perbulan, IRT 45 45
(Variabel lama menderita dibagi
Swasta 12 12
menjadi tiga yakni klien yang memiliki Wiraswasta 13 13
DM tipe 2 kurang dari lima tahun, klien
Buruh 5 5
yang memiliki DM tipe 2 lima hingga PNS 9 9
sepuluh tahun dan klien yang memiliki
Pensiunan 3 3
DM tipe 2 lebih dari sepuluh tahun.
Variabel komplikasi DM dibagi
menjadi tiga yaitu kategori tidak ada,
menderita komplikasi hanya satu atau
lebih, Pada variabel ini juga dijelaskan
komplikasi yang ada dapat berupa
Penghasilan Berdasarkan Tabel 1.
Tidak ada 58 58 menunjukkan klien yang
<Rp 2.000.000 6 6 mengalami DM tipe 2 sebagian
Rp2.000.000- 32 32 besar adalah perempuan yaitu 72
4.000.000 4 4 orang (72%), Sedangkan yang
>4.000.000 laki-laki sebanyak 28 Orang
Lama <5 Tahun 33 33 (28%), Latar belakang
Menderita 5-10 Tahun 44 44 pendidikan terbanyak adalah
DM >10 Tahun 23 23 tamatan SMP yaitu 41 orang
Komplik Tidak ada 25 25 (41%). Selanjutnya, untuk status
-asi Komplikasi sosial ekonomi sebagian besar
Terkena 61 61 klien DM tipe 2 adalah tidak
Komplikasi 1 bekerja / IRT yaitu 58 orang
Terkena komplikasi (58%) dan tidak berpenghasilan,
2 atau lebih 14 14 Sedangkan yang berpenghasilan
Tidak ada 25 20 perbulan rata rata memiliki gaji
Distribusi Hipertensi 52 42 ± Rp2.000.000-4.000.000
jenis Katarak 3 2 sebanyak 32 orang (32%), Serta
Komplikasi Retinopati Diabetik 7 6 sebagian besar klien DM tipe 2
Hiperkolesterolemia 18 11 mengalami komplikasi yaitu 75
Hiperurisemia 9 7 orang (75%) dan komplikasi
Aterosklerosis 2 2 terbesarnya dengan penyakit
Stroke 2 2 hipertensi yaitu sebanyak 52
Neuropati Diabetic 2 2 orang (52%). Serta keluarga
PJK 1 1 yang paling banyak merawat
Nefropati Diabetik 2 2 klien DM Tipe 2 yaitu suami
sebanyak 56 orang (56%).
Keluarga Suami 56 56
yang Istri 22 22
Merawat Anak 22 22

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Klien DM Tipe 2 Di


Puskesmas Tambakrejo Surabaya Pada Bulan Januari Tahun 2020 (n=100)
Variabel Frekuensi Presentase

Dukungan Baik 62 62
Keluarga Cukup 33 33
Kurang Baik 5 5
Total 100 100
Berdasarkan Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa klien DM tipe 2 yang
memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 62 (62%), yang cukup 33
(33%), sedangkan yang kurang hanya 5 (5%). Ini menunjukkan bahwa klien DM
Tipe 2 yang memiliki dukungan keluarga yang baik lebih banyak dari pada yang
cukup maupun kurang baik.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Klien DM Tipe 2 Di
Puskesmas Tambakrejo Surabaya Pada Bulan Januari Tahun
2020 (n=100)
Variabel Frekuensi Persentase
(%)
Kualitas Baik 65 65
Hidup Cukup 35 35
Kurang - -

Total 100 100


Berdasarkan Tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa klien DM Tipe 2 yang
memiliki Kualitas hidup yang baik sebanyak 65 (65%), yang cukup 35 (35%).
Ini menunjukkan bahwa klien DM tipe 2 yang memiliki kualitas hidup yang baik
lebih banyak dari pada yang cukup.
Tabel 4. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pada Klien DM Tipe 2 Di Puskesmas Tambakrejo Pada Bulan
Januari 2020
Kualitas Hidup
Dukungan
Baik Cukup Total %
Keluarga
F % F %
Baik 46 74 16 26 62 100
Cukup 18 55 15 45 33 100
Kurang baik 1 20 4 80 5 100
Total 100 100
Uji Chi Square P value 0,015 < nilai α=0,05
Berdasarkan tabel 4. didapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar
klien DM Tipe 2 menunjukkan bahwa dari 62 klien DM tipe 2 yang memiliki
dukungan keluarga baik sebanyak 46 Orang (74%) memiliki kualitas hidup baik,
sedangkan 16 orang (26%) memiliki kualitas hidup yang cukup. Dari 33 klien
DM tipe 2 yang memiliki dukungan keluarga cukup sebanyak 18 orang (55%)
yang memiliki kualitas hidup baik, sedangkan 15 orang (45%) memiliki kualitas
hidup yang cukup dan dari 5 klien DM tipe 2 yang memiliki dukungan keluarga
kurang baik sebanyak 1 orang (20%) justru memiliki kualitas hidup baik
sedangkan sebanyak 4 orang (80%) memiliki kualitas hidup cukup.
Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai signifikan P=0,015 < nilai
α=0,05 Sehingga, terbukti bahwa klien DM tipe 2 yang mendapatkan dukungan
keluarga yang baik akan memiliki kualitas hidup yang baik.
PEMBAHASAN
Dukungan Keluarga sukarela terhadap keadaan serta
Berdasarkan hasil penelitian memberikan bimbingan dan perhatian.
menunjukkan bahwa sebagian besar Penelitian ini sejalan dengan Luthfa
klien DM Tipe 2 di Puskesmas (2016) yang menyatakan dukungan
Tambakrejo. mendapatkan dukungan emosional merupakan dimensi yang
keluarga yang baik sebanyak 62 mudah didapatkan dalam keluarga.
(62%), yang cukup 33 (33%), Penerimaan keluarga pada kondisi
sedangkan yang kurang hanya 5 (5%). apapun merupakan dukungan
Ini menunjukkan bahwa klien yang emosional yang sangat penting dan
memiliki dukungan keluarga baik lebih termasuk dalam fungsi afektif
banyak daripada klien yang memiliki keluarga. Dukungan emosional ini
dukungan keluarga yang cukup akan membuat klien DM tipe 2 untuk
maupun kurang. Ini berarti mayoritas selalu waspada dan mengendalikan
klien sudah mendapatkan dukungan emosi terhadap komplikasi yang ada
dari keluarganya. Dukungan keluarga serta dapat mengurangi perasaan
merupakan proses menjalin hubungan rendah diri terhadap kondisi
antar keluarga melalui sikap, tindakan keterbatasan fisik yang
dan penerimaan keluarga yang terjadi dialami.(Luthfa, 2016)
selama masa hidup (Friedman, 2010 Pada dimensi informasional
dalam Fatimah, 2016). Dukungan kebanyakan klien sudah mendapatkan
keluarga dapat berupa dukungan dari dukungan keluarga untuk
internal dan juga berupa dukungan memeriksakan kesehatannya di
eksternal dari keluarga inti. Dukungan puskesmas maupun dokter terdekat dan
yang diberikan keluarga dapat berupa kebanyakan klien sudah memanfaatkan
dukungan emosional, dukungan posyandu lansia dalam pemanfaatan
penghargaan, dukungan informasional pelayanan kesehatan dengan petugas
dan dukungan instrumental (House dan puskesmas. Akan tetapi, pada dimensi
Kan, 1985 dalam Fatimah, 2016). ini masih terdapat keluarga yang belum
Dukungan keluarga sangat diperlukan memberikan informasi dalam
dalam proses penyembuhan anggota penatalaksanaan klien DM.
keluarga yang sakit, dukungan Dikarenakan masih kurangnya
keluarga yang baik akan meningkatkan informasi yang dimiliki keluarga
derajat kesehatan anggotanya. Dari dalam membantu anggota keluarga
hasil penelitian ini didapatkan klien lainnya yang mengalami DM. Hal ini
yang medapatkan dukungan keluarga dapat dibuktikan ketika setiap kali
didapatkan dari 4 dimensi (emosional, wawancara, masih ada klien yang
penghargaan, instrumental, serta masih belum tahu mengenai penyakit
informasi) dari keluarganya. DM secara mendasar sehingga
(Hensarling,2009) Dari keempat pemberian informasi ini perlu
dimensi tersebut, dimensi yang paling dilakukan kembali oleh petugas
berpengaruh adalah dimensi emosional Puskesmas. Menurut Dikkers, Dunning
dan dimensi penghargaan. Hal ini dan Savage (2013) informasi menjadi
dapat dibuktikan setiap kali wawancara hal yang sulit diterima oleh klien DM
dengan klien maupun keluarga tipe-2 hal ini dikarenakan keluarga
menyatakan telah menerima dengan tidak memiliki informasi yang cukup
untuk memungkinkan mereka klien DM yang sudah berusia lanjut
membantu anggota keluarga mengelola sebenarnya membutuhkan keluarganya
diabetes. Informasi yang seharusnya untuk berjalan maupun untuk
dimiliki oleh keluarga mencakup pengobatan Untuk pengecekan darah
bagaimana melakukan tugas-tugas kurang teratur dan hanya melakukan
perawatan diabetes, apa saja fokus cek darah ketika sakit. Pada klien DM
perawatan yang dibutuhkan, tipe 2 sebaiknya sering melakukan
bagaimana cara manajemen glukosa pengecekan darah minimal satu bulan
darah, EOL (end of life), dan sekali. Meskipun puskesmas saat ini
pengambilan keputusan yang melakukan pemeriksaan darah tanpa
melibatkan klien dan keluarga. dipungut biaya. Dalam hal pengobatan
Informasi lainnya yang perlu diketahui mendapat masalah yang sama, Ada
oleh keluarga adalah apa saja sebagian klien yang jarang untuk
komplikasi yang ditimbulkan dari meminum obat secara rutin. Meskipun
penyakit DM, hal ini diperlukan telah meminum obat, masyarakat akan
supaya keluarga ikut mendukung berhenti jika sudah sembuh. Pada
pencegahan komplikasi. Salah satu hakikatnya pengobatan farmakologis
komplikasi dari penyakit DM yang DM tipe 2 bersifat berkelanjutan
tidak banyak diketahui adalah sepanjang umur. Rendahnya dukungan
terjadinya periodontitis, kondisi ini instrumental ini dapat disebabkan oleh
menyebabkan terbentuknya kantung tingkat pendidikan dan pengalaman
antara gigi dan gusi yang lama- masyarakat yang menyepelekan
kelamaan akan memicu kunjungan rutin untuk cek darah
berkembangnya banyak kuman, ataupun tingkat pendapatan penduduk
sehingga menyebabkan gusi sering yang berbeda sehingga hal ini
berdarah dan gigi goyah, serta mudah membuat klien DM tipe 2 tidak
lepas. Dukungan keluarga dalam membeli obat secara rutin.
memberikan informasi terbaru tentang (Meidikayanti, 2017)
penyakit DM dan pemeriksaan Dari hasil penelitian
kesehatan gigi seharusnya menjadi menunjukkan bahwa klien DM Tipe 2
penting untuk diberikan supaya di Puskesmas Tambakrejo paling
mencegah terjadinya komplikasi yang banyak dijumpai yaitu dengan jenis
lebih parah. (Luthfa, 2016) kelamin perempuan dengan jumlah 72
Sedangkan pada dimensi instrumental orang (72%) dan mayoritas
yang dilakukan oleh keluarga mendapatkan dukungan keluarga dari
seharusnya dengan cara menyediakan suami sebanyak 56 orang (56%).
waktu luang, membantu biaya Pasangan hidup memiliki fungsi
pengobatan, membantu pergi ke sebagai supporting dalam berbagai hal
pelayanan kesehatan, dan membantu misalnya emosi, problem solving,
menyediakan diit yang tepat.(Yusra, keuangan, maupun pengasuhan
2011). Tetapi pada dimensi (Papalia & Feldman, 2009). Menurut
instrumental ini ternyata masih kurang Anggina (2010) dukungan pasangan
diberikan oleh keluarga untuk klien merupakan segala bentuk perilaku dan
DM. Klien banyak yang memeriksakan sikap positif yang diberikan kepada
secara mandiri tanpa diantarkan oleh individu yang sakit atau mengalami
keluarganya di Puskesmas padahal masalah kesehatan, sehingga dapat
memberikan kenyamanan fisik dan Puskesmas Tambakrejo . Klien yang
psikologis karena dapat mempercepat memiliki kualitas hidup baik bisa
pemulihan sakit, meningkatkan terjadi dikarenakan Sebagian banyak
kekebalan tubuh, dapat menurunkan klien masih memiliki kepuasan dalam
stres dan gangguan psikologis (Taylor, terapi serta motivasi untuk sembuh
2005). serta mayoritas klien sudah
Dari hasil penelitian serta mendapatkan dukungan sosial dari
pendapat diatas dapat disimpulkan keluarganya. Pada penelitian (Hasina,
bahwa dukungan keluarga merupakan 2017) Hasil kepuasan terapi klien pada
sistem pendukung bagi klien diabetes domain kenyamanan terdapat 41 klien
sehingga dapat memberikan pengaruh yang puas dengan terapi diabetesnya
yang besar untuk mengontrol gaya dan kondisi gaya hidup klien tersebut
hidup dan mampu memberikan tinggi dan pada kontrol medisnya
dukungan yang positif baik dari segi
fisik, psikologi, emosional serta puas. Pada hasil uji kepuasan terapi
informasi yang penting terkait dengan diabetes domain kenyamanan memiliki
masalah kesehatan sepertihalnya nilai rerata paling tinggi dengan
penyakit diabetes mellitus interpretasi puas dan rerata
Kualitas hidup keseluruhan kategori kepuasan terapi
Berdasarkan hasil penelitian diabetes klien adalah puas. Secara
menunjukkan sebagian besar klien DM keseluruhan respon klien terhadap
Tipe 2 di Puskesmas Tambakrejo terapi diabetes yang telah dijalaninya
diatas dapat dilihat bahwa klien yang termasuk dalam kategori puas (7,10
memiliki Kualitas hidup yang baik 1,05). Menurut (Pranarka, 2006)
sebanyak 65 (65%), yang cukup 35 Kenyamanan, partisipatif dan
(35%). Ini menunjukkan bahwa klien mengoptimalkan kesempatan untuk
yang memiliki kualitas hidup yang sehat dalam tujuan meningkatkan
baik lebih banyak dari pada yang kualitas hidup saat seseorang proses
cukup. Kualitas hidup didefinisikan menua aktif. Klien merasa puas dengan
sebagai persepsi individu dari posisi terapi yang dijalaninya selama ini
individu dalam kehidupan dalam dapat disebabkan klien merasa terapi
konteks sistem budaya dan nilai tersebut menjadi kebutuhan mereka
dimana individu hidup dan dalam sehingga mereka rutin cek kesehatan
kaitannya dengan tujuan, harapan, ke dokter setiap bulannya.
standar dan kekhawatiran. Kualitas (Hasina,2017)
hidup adalah konsep yang luas mulai Selain itu motivasi, dukungan
terpengaruh dengan cara yang keluarga dan sosial juga merupakan
kompleks dengan kesehatan fisik faktor yang tidak dapat diabaikan.
individu, keadaan psikologis, Motivasi, dukungan dari keluarga atau
keyakinan pribadi, hubungan sosial sosial akan meningkatkan kepatuhan
dan hubungan individu dengan fitur- klien DM dalam menjalankan aktivitas
fitur penting dari lingkungan individu self-care (Nouwen, et al., 2011;
(WHO, 2016). Ouyang, 2007; Mayberry, et al., 2012;
Dari hasil penelitian ini Tan, et al., 2005). Bila klien patuh
didapatkan mayoritas memiliki kualitas menjalankan aktivitas self-care, maka
hidup baik pada klien DM tipe 2 di pengendalian kadar glukosa darah
yang menjadi tujuan utama pemulihan sakit, meningkatkan
penatalaksanaan DM akan berada kekebalan tubuh, dapat menurunkan
dalam batas normal, komplikasi tidak stres dan gangguan psikologis (Taylor,
terjadi dan keadaan ini akan 2005).
meningkatkan kualitas Sedangkan klien yang memiliki
hidup..(Rantung, 2015). kualitas hidup cukup didapatkan pada
Pada dasarnya motivasi klien yang rata-rata berada pada usia
merupakan interaksi seseorang dengan yang tidak produktif yaitu lansia akhir
situasi tertentu yang dihadapinya . (56-65 tahun), klien dengan umur tidak
Notoadmojo (2010) menyatakan produkif cenderung memiliki semangat
bahwa motivasi merupakan suatu hidup yang kurang dan tidak lagi
dorongan dari dalam diri seseorang memiliki keinginan untuk hidup yang
yang menyebabkan orang tersebut lebih baik sehingga memiliki kualitas
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu hidup yang rendah serta mayoritas
guna mencapai suatu tujuan. Di dalam klien memiliki penyakit penyerta
diri seseorang terdapat kebutuhan atau (komplikasi).WHO mengatakan
keinginan terhadap objek luar individu yang berusia setelah 30 tahun
seseorang tersebut. Motivasi akan mengalami kenaikan kadar
mempunyai peran yang sangat besar glukosa darah 1-2 mg/dl/tahun pada
dalam pembentukan perilaku klien DM saat puasa dan akan naik 5,6-13 mg/dl
diantaranya kepatuhan dalam pada 2 jam setelah makan (Sudoyo,
pengobatan. Motivasi merupakan Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, &
predictor terhadap kepatuhan dalam Setiati, 2009). Hal ini juga sejalan
regimen control dan glikemik (Butler, dengan penelitian yang dilakukan
(2002) dalam Retno, 2018) Rochmah (2006) yang menyatakan
Dari hasil penelitian ini bahwa umur sangat erat kaitannya
didapatkan sebagian klien yang dengan terjadinya kenaikan kadar
memiliki dukungan keluarga dari glukosa darah, sehingga semakin
suami sebanyak 56 orang (56%). Hasil meningkat umur maka prevalensi DM
penelitian didapatkan bahwa mayoritas dan gangguan toleransi glukosa
klien mempunyai pasangan memiliki semakin tinggi.
kualitas hidup yang tinggi. Hal tersebut Umur merupakan salah satu
disebabkan karena klien mendapatkan faktor yang berpengaruh terhadap
dukungan dari suaminya. Pasangan kualitas hidup, klien DM tipe 2 yang
hidup memiliki fungsi sebagai memiliki usia lebih dari 40 tahun
supporting dalam berbagai hal mempunyai kualitas hidup lebih
misalnya emosi, problem solving, rendah, karena bertambahnya usia pada
keuangan, maupun pengasuhan klien diabetes, maka dapat
(Papalia & Feldman, 2009). Menurut menyebabkan perubahan pada fungsi
Anggina (2010) dukungan pasangan dan anatomi tubuh yang dapat
merupakan segala bentuk perilaku dan menganggu toleransi glukosa dan
sikap positif yang diberikan kepada resistensi insulin. Hal ini dapat
individu yang sakit atau mengalami menyebabkan berbagai masalah seperti
masalah kesehatan, sehingga dapat psikologi, sosial, fisik, dan
memberikan kenyamanan fisik dan menimbulkan keterbatasan yang dapat
psikologis karena dapat mempercepat berpengaruh pada kualitas hidup.
Kemampuan diri dapat menurun merupakan salah satu komplikasi yang
seiring dengan bertambahnya umur. sering mengiringi penyakit DM tipe 2.
Dampak dari penurunan fungsi tubuh Prabawati (2012) menyatakan klien
dapat berpengaruh pada keberhasilan DM tipe 2 ditemukan kondisi resistensi
manajemen diabetes yang akan insulin. Resistensi insulin ini dapat
berakibat munculnya gangguan mengakibatkan hormon insulin tidak
kesehatan sehingga berpengaruh dapat mengubah glukosa menjadi lebih
terhadap kualitas hidup klien diabetes sederhana di dalam darah sehingga hal
melitus tipe 2 (Herdianti, 2017). ini dapat meningkatkan tekanan darah
Serta lama menderita DM dan di dalam tubuh. Fungsi hormon insulin
komplikasi adalah faktor yang bisa selain bekerja untuk mengubah
mempengaruhi kualitas hidup glukosa menjadi glikogen namun juga
(Saragih,2010). Berdasarkan hasil dapat meningkatkan retensi natrium di
penelitian lama menderita klien dalam ginjal dan meningkatkan
mayoritas dengan durasi 5-10 tahun. aktivitas syaraf simpatik. Kedua fungsi
Hal ini dapat mempengaruhi dalam merupakan hal yang berpengaruh
kepatuhan penatalaksanaan pengobatan terhadap meningkatkan tekanan darah.
pada klien DM sehingga dapat Hasil penelitian ini sesuai dengan
menurunkan kualitas hidup klien . penelitian Tamara (2014), yang
Penelitian ini sejalan dengan Ningtyas menyatakan bahwa sebesar 45,9%
(2014), yang sehingga ada hubungan yang memiliki hipertensi juga
yang signifikan antara lama menderita menderita DM tipe 2. Hal ini sejalan
dengan kualitas hidup DM tipe 2 dengan Ningtyas (2013), yang
dengan nilai risiko 3,8 kali lebih besar menyatakan bahwa ada hubungan yang
kualitas hidup yang buruk pada klien signifikan antara komplikasi dengan
DM tipe 2 yang memiliki dukungan kualitas hidup dengan OR = 10,7
keluarga yang kurang. sehingga klien DM tipe 2 yang
Boulton (2004) mengatakan memiliki komplikasi memiliki risiko
bahwa lama menderita ≥ 10 tahun 11 kali lebih besar mempunyai kualitas
merupakan faktor risiko terjadinya hidup yang buruk daripada klien yang
ulkus diabetikum, sesuai dengan tidak memiliki komplikasi. Penelitian
penelitian Boyko yang juga ini juga sejalan dengan penelitian
mengatakan bahwa lama DM ≥ 10 Retnowati (2015) yang menyatakan
tahun merupakan faktor risiko komplikasi merupakan faktor perancu
terjadinya ulkus diabetikum (Hastuti, penentu utama penentu kualitas hidup
2008). Semakin lama seseorang DM.
mengalami diabetes melitus maka Maatouk et al (2012),
semakin besar risiko terjadinya menyatakan komplikasi DM
komplikasi-komplikasi yang akan merupakan faktor penentu terkuat
muncul, seperti ulkus diabetes, terhadap kualitas hidup klien DM
retinopati, nefropati, neuropati, CAD, selama 5 tahun ke depan. Penelitian
dan PAD (LeMone et al, 2011). lain yang sejenis adalah Yusra (2011)
Berdasarkan penelitian ini klien yang menyatakan bahwa komplikasi
mayoritas mengalami komplikasi 75% yang telah dialami klien DM dapat
dengan komplikasi terbanyak yaitu mengakibatkan adanya keterbatasan
dengan penyakit Hipertensi. Hipertensi baik segi fisik, psikologis dan sosial
yang juga akan berdampak terhadap penyakit serta memelihara
kualitas hidup. kesehatannya dalam jangka waktu
Donald et al (2013), menyatakan yang panjang untuk melihat tingkat
komplikasi DM akan mengakibatkan kecemasan yang dimilikinya
komplikasi fisik seperti hipertensi, (Wahyuni, Arsin& Abdullah, 2013).
gangren, katarak, obesitas, kehilangan Indikator kualitas hidup baik
berat badan dan gangguan seksual dapat dipengaruhi dari beberapa faktor
yang akan menurunkan kualitas hidup. kesehatan fisik, kesehatan psikososisal,
Selain menyerang dari segi fisik, keyakinan diri sendiri maupun
namun juga mengakibatkan kerusakan hubungan sosial dari orang lain yang
pada mental. Hal ini terjadi disebabkan dimana, klien DM Tipe 2 harus
klien terkadang memiliki depresi, rasa meningkatkan keinginan dan
gelisah dan skizofrenia yang motivasinya dalam memperoleh
menyebabkan turunnya kualitas hidup. kesehatan fisik maupun psikososial
(Meidikayanti, 2017). Semakin rendah yang dapat mempengaruhi panjangnya
kualitas hidup seseorang, semakin usia seseorang dan menurunkan
tinggi resiko kesakitan dan bahkan terjadinya resiko komplikasi.
kematian. Seseorang yang memiliki Dikarenakan kualitas hidup sangat
kualitas hidup yang kurang baik akan berkorelasi erat dengan respon
semakin memperburuk kondisi suatu terhadap terapi, perkembangan
penyakit, dan begitu pula penyakit dan bahkan kematian akibat
sebaliknya.(Margaretha,2016) DM.
Menurut Mandagni (2010) dalam Hubungan antara Dukungan
Zainuddin & Utomo (2015) Kualitas Keluarga dengan Kualitas Hidup
hidup yang buruk serta disertai Klien DM Tipe 2 di Puskesmas
problem psikologis dapat Tambakrejo
mengakibatkan terjadinya gangguan Berdasarkan hasil penelitian
metabolik, baik secara langsung dapat disimpulkan terdapat hubungan
melalui stress hormonal ataupun secara antara dukungan keluarga dengan
tidak langsung yaitu melalui kualitas hidup klien DM Tipe 2 di
komplikasi.. Puskesmas Tambakrejo. Hasil Uji
Dalam penelitian yang statistic Chi Square menunjukkan
dilakukan Wahyuni, Arsin & Abdullah bahwa terdapat hubungan antara
(2013) disebutkan bahwa klien dukungan keluarga (dimensi
diabetes melitus akan memikul beban emosional, penghargaan, instrumental
setiap hari sepanjang hidupnya, beban dan informasi) dengan kualitas hidup,
tersebut baik secara fisik ataupun menunjukkan semakin tinggi nilai
psikologis. Beban psikologis yang dukungan keluarga semakin tinggi
berkaitan yaitu mempunyai perasaan nilai kualitas hidup klien DM tipe 2.
yang tidak berdaya, tidak nyaman, Hasil uji statistik didapatkan nilai
cemas bahkan sampai putus asa dan signifikan P value 0,015 < nilai
depresi. Pendapat yang lain juga α=0,05 sehingga (H0 ditolak) dapat
mengungkapkan bahwa kualitas hidup disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang dimiliki oleh klien diabetes dukungan keluarga dengan kualitas
melitus sangat penting untuk melihat hidup klien DM Tipe 2 di Puskesmas
bagaimana cara mereka mengelola Tambakrejo Surabaya. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Tamara (2014) dari keluarga merupakan faktor
yang dilakukan di RSUD Arifin psikososial penting yang dapat
Achmad Provinsi Riaujuga memengaruhi kontrol glikemik pada
menyatakan bahwa ada hubungan klien dengan diabetes tipe 2.Motivasi
antara dukungan keluarga dan kualitas keluarga dalam peningkatan kualitas
hidup di RSUD Arifin Achmad hidup bagi klien diabetes tipe 2 sangat
Provinsi Riau dengan hasil nilai besar pengaruhnya, maka dari pihak
p=0,030 (p<0,05). medis dan paramedis yang terkait
Herdianti (2017) menyatakan selalu mendukung keluarga untuk terus
klien DM tipe 2 yang mendapat mendekatkan diri kepada klien
dukungan keluarga yang kurang termasuk dalam mengatur jadwal rutin
memiliki risiko 5,14 kali kualitas hidup cek gula darah.(Meidikiyanti, 2017).
yang buruk daripada klien DM tipe Namun dari hasil penelitian ini
yang memiliki dukungan keluarga masih didapatkan klien yang
yang baik. Dukungan keluarga diyakini mendapatkan dukungan keluarga yang
sangat membantu klien DM tipe 2 baik masih memiliki kualitas hidup
dalam melakukan tindakan perawatan cukup dan dukungan keluarga yang
seperti pengecekan cek gula darah kurang baik justru memiliki kualitas
secara teratur dan minum obat. hidup baik. Hal ini dikarenakan klien
Penelitian sama yang lain adalah yang mendapatkan dukungan keluarga
Retnowati (2015), yang menghasilkan yang baik tetapi kualitas hidupnya
p value = 0,000 sehingga dukungan cukup dikarenakan klien ini biasanya
keluarga memiliki hubungan dengan memiliki usia yang sudah lanjut serta
kualitas hidup klien DM tipe 2. memiliki komplikasi.
Semakin tinggi dukungan yang Dan dari segi usia klien DM Tipe
diperoleh maka semakin rendah derajat 2 di Puskesmas Tambakrejo
depresi yang dialami klien DM menunjukkan bahwa paling banyak
sehingga kualitas hidupnya akan yaitu di usia lansia akhir (56-65 tahun).
semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Usia mempengaruhi risiko dan angka
Dukungan keluarga mempunyai kejadian DM Tipe 2. Usia sangat erat
dampak terhadap kesehatan fisik dan kaitannya dengan kenaikan kadar
mental anggota keluarga yang glukosa darah, sehingga semakin
menderita DM. Dukungan keluarga meningkatnya usia maka prevalensi
yang biasanya diterima dari keluarga DM Tipe 2 dan gangguan toleransi
berupa dorongan untuk mengontrol glukosa semakin tinggi. Proses menua
kesehatannya ke RS dan memotivasi berlangsung setelah usia 30 tahun
untuk mendukung usaha klien DM mengakibatkan perubahan anatomis,
dalam perawatan penyakitnya sehingga fisiologis, dan biokimia. (Felicia,
dukungan keluarga ini dapat 2017). Menurut Smeltzer dan Bare
meningkatkan kualitas hidup klien (2008), mayoritas klien DM tipe 2
DM. Dukungan keluarga dapat paling banyak dialami oleh orang-
meningkatkan kesehatan dan orang berada di usia 40 tahun ke atas.
mengurangi depresi pada klien Hal ini disebabkan karena pada umur
diabetes hingga akhirnya dapat 40 tahun ke atas retensi insulin pada
meningkatkan kualitas hidup klien DM tipe 2 akan semakin meningkat di
DM. Klien merasakan dukungan sosial samping terdapat riwayat keturunan
dan obesitas. WHO mengasumsikan sistem syaraf simpatik. Hal tersebut
bahwa setelah umur 30 tahun, maka yang dapat berpengaruh terhadap
kadar glukosa darah akan naik 1-2 meningkatnya tekanan darah (Tamara,
mg/dL/tahun sedangkan pada saat 2014).
puasa akan naik 5,6-13 mg/dL pada Hal ini sejalan dengan penelitian
saat 2 jam setelah makan. (Fitria, 2018) yang telah dilakukan
(Meidikayanti, 2017) Menurut menunjukkan ada 4 klien yang
PERKENI, orang pada usia di atas 45 mendapatkan dukungan keluarga baik
tahun harus dilakukan pemeriksaan tetapi memiliki kualitas hidup buruk.
DM. Berdasarkan hasil pengambilan data
Kualitas hidup yang rendah juga pada saat penelitian, ada faktor lain
dihubungkan dengan berbagai yang menyebabkan kualitas hidup
komplikasi dari diabetes melitus tidak baik, yaitu penyakit kronis yang
seperti hipertensi, gangren, katarak, dialami klien berupa diabetes melitus,
obesitas, penurunan berat badan, dan keganasan, dan penyakit
perubahan fungsi seksual. Komplikasi kardiovaskular. MenurutYenny (2006)
yang dialami mengakibatkan bahwa keberadaan penyakit kronis
keterbatasan fungsi dan perubahan dari identik dengan penurunan kualitas
kualitas hidup.(Yusra, 2011). hidup. Penyakit kronis merupakan
Didapatkan dari hasil penelitian penyakit yang berkepanjangan dan
kebanyakan lama klien menderita DM jarang sembuh sempurna. Penyakit
Tipe 2 adalah 5-10 tahun. Lama kronis akan menyebabkan masalah
menderita DM Tipe 2 sering dikaitkan medis, sosial dan psikologis yang akan
dengan terjadinya komplikasi pada membatasi aktifitas sehingga akan
klien DM Tipe 2, yang akan menyebabkan penurunan kualitas
berhubungan dengan kualitas hidup hidup lansia. Penyakit kronis
klien. Pada tabel 5.1 dapat dilihat mempengaruhi kualitas hidup pada
bahwa klien DM tipe 2 di Puskesmas lansia dan berperan pada
Tambakrejo banyak yang mengalami ketidakmampuan lansia untuk hidup
komplikasi sebanyak 75 (75%) dan mandiri Simpson & Pilot, 2005) dalam
komplikasi terbanyak dengan penyakit Fitria 2018).
hipertensi berjumlah 52 (42%). Berdasarkan hasil penelitian
Komplikasi dapat mengakibatkan didapatkan bahwa jumlah klien DM
keterbatasan baik dari segi fisik, Tipe 2 sebagian besar mereka tidak
psikologis maupun sosial (Felicia, berpenghasilan dikarenakan
2011). Komplikasi yang dapat terjadi kebanyakan mereka sudah tidak
seperti hipertensi. Hipertensi terjadi bekerja/ IRT sebanyak 58 orang
karena insulin yang tidak bekerja (58%). Dan penghasilan dari klien DM
sehingga tidak akan dirombak menjadi tipe 2 yang masih bekerja ± 2.000.000-
apapun dan akan tetap dalam bentuk 4.000.000 sebanyak 32 orang (32%).
insulin sehingga insulin yang berlebih Hal ini sesuai dengan penelitian Yusra
ini menjadi hipertensi pada klien DM. (2011) didapatkan bahwa jumlah klien
Insulin bekerja merubah glukosa DM yang berpenghasilan rendah yaitu
menjadi glikogen, selain itu insulin 51.7% dan tidak jauh berbeda dengan
dapat meningkatkan retensi natrium di yang berpenghasilan tinggi yaitu
ginjal dan meningkatnya aktivitas 48.3%. Menurut Yusra (2011)
penghasilan yang rendah akan bisa sudah ada. Menurut Butler (2002
mempengaruhi kondisi DM yang
) dalam Yusra 2011) status sosial sosial dan kualitas hidup lansia.
ekonomi dan pengetahuan tentang Hubungan sosial merupakan ikatan
diabetes mempengaruhi seseorang yang dimiliki oleh seseorang dengan
untuk melakukan manajemen lingkungan sosialnya, diantaranya
perawatan diri DM. Keterbatasan senang berkumpul dengan teman-
finansial akan membatasi klien untuk teman, mempunyai hubungan sosial,
mencari informasi, perawatan dan aktif serta tidak mengalami kesulitan
pengobatan untuk dirinya sehingga dalam hubungan sosial.
dapat menurunkan kualitas hidup. Awadalla et al (2006) meyakini
Sedangkan 1 klien yang memiliki pemberian dukungan dari keluarga
dukungan keluarga yang kurang baik terhadap klien DM tipe 2 akan
justru memiliki kualitas hidup baik. meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dikarenakan klien memiliki kepuasan Begitu juga dari penelitian (Issa &
dalam terapi sehingga klien dapat Baiyewu 2006 dalam Merris, 2019),
patuh dalam menjalani pengobatan, bahwa dukungan keluarga
serta klien masih bekerja dan berhubungan secara signifikan dengan
berpenghasilan serta tidak memiliki kualitas hidup klien DM tipe 2.
komplikasi sehingga klien tersebut Dengan adanya dukungan
memiliki kualitas hidup yang baik. keluarga sangat membantu klien DM
Pada penelitian (Fitria, 2018) tipe 2 untuk dapat meningkatkan
berdasarkan hasil uji statistik yang keyakinan akan kemampuannya
telah dilakukan menunjukkan ada 1 melakukan tindakan perawatan diri.
klien yang mendapatkan dukungan Dukungan bisa berasal dari orang lain
keluarga buruk tetapi memiliki kualitas (orang tua, anak, suami, istri atau
hidup baik. Berdasarkan hasil saudara) yang dekat dengan subjek
pengambilan data pada saat penelitian, dimana bentuk dukungan berupa
klien memiliki suami, memiliki informasi, tingkah laku tertentu atau
pendidikan SD, dan berprofesi sebagai materi yang dapat menjadikan individu
penjual, yang berarti bahwa klien merasa disayangi, diperhatikan dan
tersebut sering melakukan interaksi dicintai. Jadi dukungan yang diberikan
terhadap pembelinya atau orang- orang keluarga kepada klien diabetes melitus
disekitarnya. bukan hanya sekedar perhatian
Hal ini menunjukkan klien terhadap kebutuhan fisik saja namun
memiliki kondisi sosial yang baik. Hal kebutuhan psikis serta pemahaman
ini sejalan dengan penelitian yang keluarga akan penyakit yang diderita
dilakukan oleh Dewi & Sudana (2013) oleh anggota keluarganya, sehingga
yang mengatakan bahwa kondisi sosial akan menimbulkan perasaan nyaman
seseorang dapat meningkatkan kualitas dan aman sehingga akan tumbuh rasa
hidup lansia hipertensi melalui perhatian terhadap diri sendiri dan
perhatian yang diberikan oleh meningkatkan motivasi untuk
pasangan hidup dan orang-orang melaksanakan perawatan diri.
disekitarnya. Dalam penelitian Supraba Peran keluarga merupakan
(2016) juga mengatakan bahwa salah satu aspek penting dimana dapat
terdapat hubungan antara kondisi mempengaruhi kondisi kesehatan
psikologis, sosial, emosional bagi oleh sel tubuh, sehingga dapat
individu. Kondisi ini akan mencegah mempengaruhi kadar glukosa darah.
munculnya stress pada klien DM tipe Selanjutnya kortisol juga akan
2.Dapat dipahami jika klien DM tipe 2 berdampak terhadap penurunan daya
mengalami stres, tentunya ini akan tahan tubuh klien DM tipe 2, sehingga
berpengaruh kepada fungsi tubuh. akan mudah untuk mengalami
Terjadinya peningkatan kortisol akibat permasalahan kesehatan. Dampak yang
stres akan mempengaruhi peningkatan terjadi baik fisik maupun psikologis
glukosa darah melalui tentunya akan berlanjut terhadap
glukoneogenesis, katabolisme protein penurunkan kualitas hidup klien DM
dan lemak. Selain itu kortisol juga tipe 2.(Yusra, 2011)
dapat menghalangi ambilan glukosa SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dukungan keluarga dan aktivitas fisik
Pada penelitian didapatkan bahwa ke seluruh wilayah Tambakrejo.
sebagian besar dukungan keluarga pada Program ini tidak hanya ditujukan
klien DM tipe 2 di Puskesmas kepada klien DM tipe 2, namun juga
Tambakrejo adalah baik. Sebagian mencakup keluarga untuk
besar kualitas hidup pada klien DM tipe menyamakan persepsi penatalaksanaan
2 di Puskesmas Tambakrejo adalah DM tipe 2. Puskesmas hendaknya
baik. Sehingga dapat disimpulkan tidak hanya mengadakan posyandu
bahwa dukungan keluarga yang baik lansia di Puskesmas saja namun juga
berdampak pada kualitas hidup yang dapat dilakukan di setiap dusun dengan
baik pada klien DM Tipe 2 di memberdayakan kader yang telah ada.
Puskesmas Tambakrejo.
Saran DAFTAR PUSTAKA
Bagi Klien Angina, L.L. (2010). Hubungan Antara
Sebaiknya klien DM Tipe 2 dalam Dukungan Sosial Keluarga
upaya mengendalikan kadar gula dan Dengan Kepatuhan Pasien
menghindari resiko terjadinya Diabetes Mellitus Dalam
komplikasi hendaknya rajin melakukan Melaksanakan Program Diet Di
aktivitas fisik, mengkonsumsi obat Poli Penyakit Dalam RSUD
teratur dan mematuhi program diet. Cibabat Cimahi. Jurnal Ilmiah
Bagi Keluarga Klien Mahasiswa Universitas Surabaya.
Hendaknya senantiasa meningkatkan
Vol.2. Diperoleh Pada Tanggal 24
pengetahuan mengenai diabetes dan
April 2020 Dari
meningkatkan ketrampilan individu
dan keluarga dalam mengelola Https://Journal.Ubaya.Ac.Id.
penyakit DM dgn cara mengikuti Awadallah AW, Ohaer, JUl, Al-Awadi
pelatihan maupun seminar awam SA, & Tawqin AA. Diabetes
secara mandiri. mellitus patients family caregiver
Bagi Puskesmas subjective quality ot life. Journal
Puskesmas Tambakrejo sebagai of The National Medical
institusi pemberi pelayanan kesehatan Assocation. 2010; 98 (5) : 727-
hendaknya semakin meningkatkan 736.
promosi program edukasi diabetes Choirunissa’ L. 2018. Hubungan
terutama mengenai pentingnya Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Melakukan Kontrol Terapi Dengan Kualitas Hidup
Rutin pada Klien Diabetes melitus Pasien Usia Lanjut Diabetes
di Surabaya.[Skripsi]. Fakultas Melitus Tipe 2 Jurnal Manajemen
Keperawatan Universitas Dan Pelayanan Farmasi. P-Issn :
Airlangga. 2088-8139 E-Issn : 2443-2946
Desy L. Allorerung*, Sekplin A. S. Hensarling, J. 2009. Development and
Sekeon*, Wooford B. S. Psychometric Testing of
Joseph**2016 Hubungan Antara Hensarling’s Diabetes Family
Umur, Jenis Kelamin Dan Tingkat Support Scale, a Disssertation.
Pendidikan Dengan Kejadian Degree of Doctor of Philosophy In
Diabetes Melitus Tipe 2 Di The Graduate School of The
Puskesmas Ranotana Weru Kota Texa’s Women’s
Manado. Jurnal Kesehatan University.https://twu-
Masyarakat: Universitas Sam ir.tdl.org/bitstream/handle/11274/1
Ratulangi 0794/2009HensarlingOCR.pdf?se
Dikkers, M.F., Dunning, T., and quence=3 diunduh pada tanggal 25
oktober 2019
Savage, S. (2013). Information
Herdianti, H. 2017. Determinan
needs of family carers of people
Kualitas Hidup Penderita DM
with diabetes at the End of Life: Tipe 2 di RSUD Ajjappange.
A literature review. Journal of Journal Endurance. Vol 29(1)
paliatif medicine, volume 16, Februari 2017 74- 80. Tersedia di:
number 12. DOI: ejournal.kopertis10.or.id/index.
10.1089/jpm.2013.0265. php/endurance/article/download/1
Fatimah.2016. Hubungan Factor 662/567. [Sitasi 24 April 2020]
Personal Dan Dukungan Keluarga International Diabetes Federation.
Dengan Manajemen Diri Klien 2017. IDF Diabetes Atlas Eighth
Diabetes melitus Di Posbindu Edition 2017.
Wilayaha Kerja Puskesmas https://doi.org/10.1016/j.diabre
Pisangan Kota Tangerang Selatan s.2009.10.007 diunduh pada
dalam Skripsi, Universitas Islam tanggal 17 Juli 2019
Negeri Syarif Hidayatullah. Kemenkes, RI. 2014. Infodatin
Felicia.2017.Hubungan Dukungan Diabetes. Jakarta: Pusat data dan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup informasi Kemenkes RI. Tersedia
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di di:
Puskesmas Amplas Medan. Dalam http://www.depkes.go.id/downloa
Skripsi Kedokteran: Universitas d.php?file=download/pusdatin/inf
Sumatera Utara odatin-diabetes. pdf. [Sitasi: 14
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Agustus 2019].
Jones, E.G. 2010. Buku Ajar Luthfa, I. (2019). Implementasi self
Keperawatan Keluarga: Riset, care activity klien diabetes melitus
teori dan praktik. Edisi 5. Jakarta : di Wilayah Puskesmas Bangetayu
EGC. Semarang. Buletin Penelitian
Hasina R , Probosuseno Dan Chairun Kesehatan, 47(1), 23–28.
Wiedyaningsih .2014 .Hubungan Luthfa, I. 2016. Family Support pada
Tingkat Kepatuhan, Kepuasan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
di Puskesmas Bangetayu Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian
Semarang, Analisis Rasch Model. Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Praktis. Ed. 4. Jakarta: Salemba
Ilmiah, Vol. 2(2): 1-7. Tersedia di: Medika
jurnal.unissula.ac.id/index.php/ Penelitian dan Pengembangan
jnm/article/download/723/602 Kesehatan. 2018. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2018.
[Sitasi pada tanggal 24 April
Laporan Nasional 2018,
2020]. https://www.depkes.go.id/diakses
Meidikayanti W, Chatarina Umbul pada tanggal 17 Juli 2019
Wahyuni. 2018. Hubungan PERKENI. 2015. Pengelolaan dan
Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Diabetes melitus
Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu Perkumpulan Endokrinologi
dalam Jurnal Berkala Indonesia.
Epidemiologi : Universitas Pribadi, Anggit Yatama
Airlangga Embun (2016) Hubungan
Millah, F N, 2016 hubungan antara Dukungan Keluarga Klien Dengan
optimisme dan kualitas Kepatuhan Pengendalian Gula
hidup ,Skripsi : Universitas Islam Darah Pada Klien Diabetes
Indonesia melitus Di Wilayah Puskesmas
Manurung, N. 2018 ‘Keperawatan Rakit 2 Banjarnegara Tahun
Medikal Bedah’, in Keperawatan 2016. Bachelor Thesis, Universitas
Medikal Bedah. 1st edn. Jakarta: Muhammadiyah Purwokerto.
Trans Indo Medik Rantung J, Krisna Yetti , Tuti
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Herawati .2015. hubungan Self-
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Care Dengan Kualitas Hidup
Rineka Cipta Pasien Diabetes Melitus (Dm) Di
Nuraisyah F, Kusnanto J dan Persatuan Diabetes Indonesia
Rahayujati TB. 2017. Dukungan (Persadia) Cabang Cimahi Jurnal
Keluarga dan Kualitas Hidup Skolastik Keperawatan Vol. 1,
Klien DM. Journal of Community No.1 Januari – Juni 2015 Issn:
Medicine and Public Health. 2443 – 0935 E-Issn: 2443 – 1699.
Berita Kedokteran Masyarakat,
Restada, Ertana, 2016. Hubungan
Vol. 33 No. 01 Tahun 2017. Lama Menderita Dan Komplikasi
UGM: Departemen Biostatistik,
Diabetes Melitus Dengan Kualitas
Epidemiologi, dan Kesehatan
Hidup Pada Klien Diabetes
Populasi
Melitus Di Wilayah Puskesmas
Ningrum, Isna. 2018. Hubungan Gatak Sukoharjo Skripsi Ilmu
dukungan keluarga dan Tingkat
Kesehatan :Universitas
Pengetahuan dengan Kualitas Muhammadiyah Surakarta.
Hidup Klien DM Tipe 2 di
Retno Dwi Susanti 2018 Hubungan
Puskesmas Nogosari Boyolali
Motivasi Dan Health Locus Of
Skripsi Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Control Dengan Kepatuhan Diet
Surakarta Pada Penderita Diabetes Mellitus
Dalam Skripsi Keperawatan : Isbn, 978, p. 88. doi: ISBN 978
Universitas Airlangga 92 4 156525 7.
Retnowati, N. 2015. Hubungan Yusra, A. 2011, ‘Hubungan antara
Dukungan Keluarga dengan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Kualitas Hidup Pasien
Melitus di Puskesmas Tanah Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam
Kalikedinding. Jurnal Berkala
Rumah Sakit Umum Pusat
Epidemiologi Vol. 3 No. 1 Januari Fatmawati Jakarta’, tesis
2015 57-68 Tersedia di: e- Magister Ilmu Keperawatan
journal.unair.ac.id/index.php/ Kekhususan Keperawatan
JBE/article/download/1314/1073 Medikal Bedah, Universitas
[Sitasi 21 April 2020]. Indonesia. doi: ISBN 978 92 4
Setyowati N,dkk.2019. Pengaruh 156525 7.
Peran Keluarga terhadap
Regulasi Kadar Gula Darah
Klien DM. dalam Jurnal
keperawatan
https://journal.ppnijateng.org/in
dex.php/jpi/article/view/312
diakses pada tanggal 01
Desember 2019
Tamara, E., Bayhakki, Nauli, F.A.
2014, ‘Hubungan antara
Dukungan Keluarga dan
Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di
RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau’, vol.1, no.2, h.
7.
The DCCT Research Group,
“Reliability and validity of a
diabetes quality-of-life measure
for the diabetes control and
complications trial (DCCT),”
Diabetes Care, vol. 11, no. 9, pp.
725–732, 1988.
Trisnawati, S. K., Setyorogo, S.
2013, ‘Faktor Risiko Kejadian
Diabetes Melitus Tipe II di
Puskesmas Kecamatan
Cekareng Jakarta Barat Tahun
World Health Organization .2016.
Global Report on Diabetes,

Anda mungkin juga menyukai