ABSTRAK
Perawatan diri pada pasien diabetes melitus merupakan sesuatu yang sangat penting sebab berperan sebagai
pengontrol penyakit (peningakatan gula darah) dan pencegah terjadinya komplikasi, sehingga perlu adanya peran
keluarga dalam mengontrol gula darah tersebut. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan peran keluarga dalam
meningkatkan self care agency klien diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Amelia Pare. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Populasi penelitian ini adalah keluarga klien di ruang
penyakit dalam yang mempunyai anggota keluarga dengan diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Amelia Pare
dengan jumlah sampel sebanyak 4 partisipan dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian diperoleh pengalaman keluarga dalam meningkatkan kemampuan perawatan
diri memiliki cara dan koping yang berbeda-beda, serta pemahaman dalam identifikasi, penetapan masalah dan
pengananan berbeda setiap partisipan. Analisis penelitian ini menghasilkan tema tentang cara keluarga dalam
meningkatkan self care agency, antara lain ; 1) Pengertian self care agency, 2) Komponen dalam Meningkatkan Self
Care Agency, 3) Cara Meningkatkan Self Care Agency, 4) Masalah dalam Meningkatkan Self Care Agency. Upaya
penderita diabetes melitus tipe II dapat berupa diskusi dengan keluarga terdekat atau layanan kesehatan yang
dipercaya dalam mengatasi permasalahan yang diderita klien.
Kata kunci: Diabetes Melitus Tipe II, Peran Keluarga, Self Care Agency
ABSTRACT
Self-care in patients with diabetes mellitus is something that is very important because it acts as a disease control
(blood sugar increase) and prevents complications, so there needs to be a family role in controlling blood sugar. The
purpose of the study was to describe the role of families in improving the self-care agency of type II diabetes mellitus
clients at Amelia Pare Hospital. This research uses qualitative methods with a phenomenological study approach.
The population of this study was a family of clients in the internal medicine room who had family members with type
II diabetes mellitus at Amelia Pare Hospital with a sample number of 4 participants with purposive sampling
techniques. Data analysis techniques use qualitative descriptive. The results of the study obtained family experience
in improving the ability of self-care to have different ways and coping, as well as understanding in identification,
problem-solving and confectionery differently each participant. The analysis of this study produced a theme about the
way families improve self-care agencies, among others; 1) Understanding self care agency, 2) Components in
Improving Self Care Agency, 3) How to Improve Self Care Agency, 4) Problems in Improving Self Care Agency.
Efforts of people with type II diabetes mellitus can be in the form of discussions with close family or health services
that are trusted in overcoming problems suffered by clients.
Keywords: Diabetes Mellitus Type II, Role of Family, Self Care Agency
*Korespondensi Author: Hakim Tobroni HR, Program Studi S1 Keperawatan, STIKes bhakti Mulia Kediri,
hakimtobronihr29@gmail.com, 08223014948
diabetes melitus, dengan angka kejadianya 138 dapat mempengaruhi kualitas hidup dari segi
juta kasus (8.5%). IDF memperkirakan pada kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,
tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami hubungan sosial, dan hubungan dengan
6
peningkatan menjadi 205 juta kasus di antara usia lingkungan. Self care yang dilakukan pada
penderita DM 40-59 tahun. Indonesia berada di penderita diabetes melitus lebih dititik beratkan
posisi kedua terbanyak di kawasan Asia pada pencegahan komplikasi dan pengontrolan
Tenggara. Menurut IDF (2014), angka kejadian gula darah. Apabila self cere dilakukan dengan
diabetes melitus di Indonesia sebesar 9,116.03 baik maka secara tidak langsung dapat
kasus.4 meningkatkan kualitas hidup klien diabetes
Indonesia termasuk 10 besar negara melitus sehingga dapat menjalankan aktifitas
dengan jumlah penderita DM terbanyak. Pada sehari-hari dengan normal .15 Lebih lanjut,
tahun 2000 jumlahnya 8.426.000 orang, dan diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit
WHO memprediksi pada tahun 2030 jumlah ini kronis yang memmbutuhkan perawatan jangka
akan meningkat menjadi 21.257.000 orang . Studi panjang sehingga memerlukan pengelolaan
epidemiologi di Indonesia menunjukkan data perawatan mandiri (self care) dan dukungan dari
angka prevalensi DM sebesar 1,5 – 2,3 % pada keluarga untuk mencegah komplikasi akut dan
penduduk yang usianya lebih dari 15 tahun, kronis. Kurangnya dukungan keluarga bagi
bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar penderita diabetes dapat berpengaruh terhadap
14,7% dan di daerah rural sebesar 7,2%. perilaku perawatan mandiri (self care
PERKENI memprediksi jumlah penderita DM behavior).2,4
pada tahun 2030 akan meningkat 2-3 kali lipat.5 Pengembangan kemampuan perawatan
Menurut data Riskesda Jawa Timur (2013), diri (self-care agency) klien dengan kemampuan
kejadian diabetes melitus merupakan kejadian meregulasi diri (self Regulation) melalui
yang mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat peningkatan kemampuan klien mengenal
pada tahun 2010 persentase angka kejadian penyakitnya (illness cognition), agar klien
diabetes melitus sebesar 1.2% dan meningkat mampu mengembangkan koping yang
ditahun 2016 menjadi 1.8%.6 konstruktif. Koping yang konstruktif tersebut
Berdasarkan studi pendahuluan dengan juga harus difasilitasi oleh perawat agar
data yang peneliti peroleh dari Rumah Sakit memaksimalkan potensi klien dan keyakinan
Baptis Kediri kejadian diabetes melitus keberhasilan diri (self efficacy) klien untuk
merupakan kasus yang terbanyak.7 Angka melakukan regulasi diri yang positif (self
kejadian diabetes melitus pada tahun 2016 regulation). kemampuan perawatan diri (self-
adalah 323 kunjungan. Data tersebut mengalami care agency) ini berdasarkan pemikiran bahwa
peningkatan ditahun 2017 menjadi 408 self-care yang dilakukan oleh klien secara
kunjungan dan menurut kategori umur kejadian mandiri melalui proses regulasi diri (self
diabetes melitus banyak terjadi pada usia 55-59 regulation) yang baik akan membantu klien
tahun. Rata – rata penderita diabetes melitus mampu mengelola penyakitnya. Pengetahuan dan
paling banyak adalah diabetes melitus tipe II keterampilan mengelola penyakitnya diperoleh
sebanyak 65%.8 melalui proses regulasi perawatan diri (self-care
Klien diabetes melitus yang tidak regulation).12
dikelola dengan baik akan meningkatkan resiko Ada tujuh jenis perilaku perawatan diri
terjadinya komplikasi. Komplikasi yang yang penting pada penderita DM yang bisa
ditimbulkan bersifat akut maupun kronik. Ketika digunakan untuk memprediksi luaran yang baik,
penderita diabetes melitus mengalami yaitu: 1) Makan sehat, 2) Aktif secara fisik, 3)
komplikasi, maka akan berdampak pada Memantau kadar gula darah, 4) Minum obat
menurunnya umur harapan hidup (UHP), dengan baik, 5) Mampu memecahkan masalah
penurunan kualitas hidup, serta meningkatnya dengan baik, 6) Memiliki keterampilan koping
angka kesakitan.9 Ketidaksanggupan klien adaptif; dan 7) Melaksanakan perilaku
diabetes melitus dalam melakukan self care pengurangan risiko komplikasi penyakit. Tujuh
masyarakat, salah satu bentuk pelayanan data, yaitu kuesioner.16 Metode pengumpulan
kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta data yang akan digunakan pada penelitian ini
menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui adalah wawancara (interview).
peran keluarga dalam memenuhi tugas sebagai
perlindungan kesehatan.14,15 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
i i i
Berdasarkan di atas mempunyai masalah Partisipan yang diambil oleh peneliti adalah
tetang kurang mandirinya keluarga klien dalam anggota keluarga klien yang menjaga klien saat
mengontrol gula darah pada klien dengan menjalani perawatan di ruang penyakit dalam
diabetes melitus tipe II. Oleh karena itu, peneliti Rumah Sakit Amelia Pare. Partisipan berjumlah
tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang 4 orang dengan latar belakang asal wilayah yang
”peran keluarga dalam meningkatkan self care berbeda-beda dan dengan karakter yang berbeda.
agency klien diabetes melitus tipe II di Rumah Berikut akan dijelaskan karakteristik partisipan
Sakit Amelia Pare Tahun 2021”. pada tabel dibawah ini.
Hasil Validitas terhadap Interview Sumber yang diperoleh dari partisipan. Berdasarkan hasil
Hasil interview sumber digunakan untuk interview anggota partisipan (P1, P2, P3 dan P4)
memperoleh keabsahan data, peneliti dengan mengemukakan penjelasan serta
menggunakan teknik triangulasi dengan memberikan catatan hasil dari hasil wawancara
memanfaatkan metode lainnya yang berarti masing-masing partisipan (P1, P2, P3 dan P4)
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data didapatkan kesamaan dan kesesuaian, serta data
menggunakan metode observasi dengan melihat saling mendukung dengan hasil interview yang
secara langsung peran keluarga dalam telah dilakukan peneliti pada partisipan (P1, P2,
meningkatkan self care agency klien diabetes P3 dan P4), maka dapat disimpulkan bahwa data
melitus tipe II yang berbeda. Triangulasi metode tersebut valid.
observasi digunakan peneliti untuk validitas data
agency, antara lain ; 1) Persepsi diri tentang “Ya kalau bisa cari info terkait perawatan
kondisi penyakit, 2) Pemahaman diri tentang pasien DM gitu. Kan, bisa diskusi bareng
kondisi penyakit, 3) Motivasi diri untuk sama keluarga dan dikonsulkan ke
sadar dan berfikir secara realistis, 4) pelayanan kesehatan. Sekarang, cari info
Pemecahan masalah untuk mendapatkan kan bisa banyak, dari internet juga bisa”
solusi dan saran, dan 5) Tindakan dalam P2
mencegah dan cara bertindak melakukan Klien tersebut dalam meningkatkan
perawatan diri. kemampuan diri dalam melakukan
Kemampuan Kemampuan dasar pemecahan masalah dan melakukan
meliputi sensasi, persepsi, dan memori, tindakan perawatan untuk mencari solusi
sedangkan disposisi meliputi pemahaman dan sekaligus berusahan melaksanakan
seseorang mengenai dirinya sendiri, kegiatan untuk mencegah atau bahkan
kesadaran diri dan citra diri atau mengurangi resiko komplikasi penyakit
motivasi seseorang dalam mencapai tujuan diabetes melitus. Upaya tersebut dapat
untuk perawatan diri sesuai dengan berupa diskusi dengan keluarga terdekat
karakteristik dan maknanya bagi kehidupan, atau layanan kesehatan yang dipercaya
kesehatan dan kesejahteraan. Komponen dalam mengatasi permasalahan yang
kekuatan atau tenaga merupakan diderita klien. Hal tersebut untuk
kemampuan spesifik untuk mengurangi resiko terjadinya kekambuhan
mempertahankan kesehatan yang maupun mencegah terjadi gejala berulang
berhubungan dengan tindakan perawatan dalam kehidupan sehari-hari supaya klien
diri. Kemampuan seseorang untuk terus tidak cemas maupun takut terhadap
melakukan perawatan diri baik untuk diri perkembangan penyakitnya.
mereka sendiri maupun orang lain sangat
bervariasi, dimana hal ini dapat dipengaruhi 3) Pemahaman Keluarga tentang Cara
oleh pertumbuhan dan perkembangan status Meningkatkan Self Care Agency pada
kesehatan, tingkat pendidikan, pengalaman Klien Diabetes Melitus Tipe II
dan budaya.12 Berdasarkan pemahaman partisipan
Berdasarkan fakta dan teori tersebut terhadap pengalamannya tentang cara
maka dapat diketahui bahwa partisipan keluarga meningkatkan self care agency
memberikan pendapat tentang komponen pada klien diabetes melitus tipe II,
dalam meningkatkan self care agency pada sebelumnya partisipan 1, 2, 3, dan 4
klien diabetes melitus tipe II memiliki memberikan suatu penjelasan terkait topik
indikator yang berbeda – beda setiap pertanyaan yang ketiga diberikan peneliti
partisipan. Hal tersebut menunjukkan dan mengarahkan tentang cara keluarga
adanya indikator untuk meningkatkan meningkatkan self care agency pada klien
kemampuan perawatan diri klien dengan diabetes melitus tipe II, setelah itu setiap
diabetes melitus tipe II berupa persepsi dan point jawaban partisipan dikembangkan
pemahaman yang harus digunakan klien berdasarkan kebutuhan tujuan penelitian.
dalam melihat dan merasakan kondisi Hasil tersebut sesuai dengan tema 3 tentang
penyakit yang dideritanya supaya klien cara keluarga dalam meningkatkan self care
mampu memahami resiko lebih lanjut agency, antara lain ; 1) Pendidikan
apabila tidak dilakukan perawatan diri. kesehatan untuk pencegahan kekambuhan
Kemudian klien tersebut juga harus penyakit, 2) Pola pemberian nutrisi dengan
memotivasi diri untuk melakukan perawatan mengurasi makanan dan minuman yang
diri dengan terus berusaha menanamkan mengandung gula tinggi, 3) Terapi aktifitas
dalam dirinya untuk berusaha sembuh dan dengan olah raga dan terapi aktifitas sehari-
menghindari komplikasi lebih lanjut. hari, 4) Konsumsi obat dan pemberian
insulin yang teratur, 5) Konsultasi terhadap
serta sebagai anggota masyarakat dari 1 Self care agency adalah kemampuan dan
lingkungannya.12 kesadaran diri klien diabetes melitus tipe II
Berdasarkan fakta dan teori tersebut untuk melakukan pencegahan dan
maka dapat diketahui bahwa setiap pengontrolan pola hidup dan kebiasaan
partisipan yang mempunyai pengalaman hidup dalam mencari solusi untuk
terhadap masalah keluarga dalam mendapatkan pengambilan keputusan
meningkatkan self care agency memiliki yang digunakan klien untuk mengurangi
kesamaan. Hal tersebut tergantung dari tanda dan gejala penyakit.
kondisi pasien dengan pengalaman keluarga 2 Komponen dalam meningkatkan self care
saat memberikan solusi dalam memecahkan agency, antara lain ; 1) Persepsi diri
masalah pada naggota keluarganya yang tentang kondisi penyakit, 2) Pemahaman
menderita penyakit diabetes melitus. diri tentang kondisi penyakit, 3) Motivasi
Masalah pertama terhadap penolakan diri untuk sadar dan berfikir secara
sumber informasi kesahatan terjadi pada saat realistis, 4) Pemecahan masalah untuk
salah satu anggota kelurga memperhatikan mendapatkan solusi dan saran, dan 5)
pola hidup penderita DM dengan Tindakan dalam mencegah dan cara
memberikan informasi untuk mencegah bertindak melakukan perawatan diri.
kekambuhan, namun penderita DM biasanya 3 Cara keluarga dalam meningkatkan self
memiliki dampak yang buruk terhadap care agency, antara lain ; 1) Pendidikan
sumber informasi tersebut. Hal tersebut kesehatan untuk pencegahan kekambuhan
dikarenakan adanya ketidakpercayaan penyakit, 2) Pola pemberian nutrisi dengan
terhadap informasi yang diberikan oleh mengurasi makanan dan minuman yang
keluarganya, sehingga butuh orang mengandung gula tinggi, 3) Terapi
terpercaya atau tenaga medis yang aktifitas dengan olah raga dan terapi
memberikan informasi secara langsung aktifitas sehari-hari, 4) Konsumsi obat dan
untuk memberukan pendidikan kesehatan pemberian insulin yang teratur, 5)
dalam pencegahan perkembangan Konsultasi terhadap perkembangan dan
4
penyakitnya. penanganan penyakit ke layanan kesehatan
“Ya, pendapatan kami kan pas pas an terdekat.
gitu, jadi ya kalau pas ada uang kami ke 4 Masalah keluarga dalam meningkatkan
dokter periksa. Nah, mau gimana lagi self care agency, antara lain ; 1) Penolakan
hehehehe. Tapi kadang ke puskesmas informasi penderita diabete, 2) Emosional
juga sih, kan lebih murah.” P4 penderita diabetes karena penyangkalan
Hasil penelitian juga mengarah pada dan ketakutan penderita diabetes, 3)
masalah ekonomi keluarga yang rata-rata Keterbatasan ekonomi karena sumber
anggota keluarga memeliki penghasilan penghasilan keluarga menurun.
yang minimum, sehingga keluarga belum Klien diabetes melitus tipe II dapat
mampu memberikan layanan kesehatan memningkatkan kemampuan perawatan diri
yang diberikan secara terus-menerus. dengan meningkatkan kemampuan dalam
Keterbatasan sumber ekonomi tersebut mengidentifikasi penyakitnya, menganalisa
kebutuhannya dan melaksanakan perawatan diri Umum Tangerang. Depok: FIK UI.
untuk mengatasi masalah yang muncul dari 7. Creswell, J.W. 2010. Research Design : i