Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

DISUSUN OLEH :

MAYANG ANGGRAINY

PO0220220015

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TA.2021/2022
TUGAS 1

1. Siklus Hidup Mikroorganisme


Siklus hidup dalam biologi adalah rangkaian perubahan yang dijalani anggota
spesies ketika mereka lulus dari tahap awal perkembangan yang diturunkan kepada
tahap dimulainya perkembangan yang sama pada generasi berikutnya. Dalam banyak
organisme sederhana, termasuk bakteri dan berbagai protista, siklus hidup selesai
dalam satu generasi: organisme dimulai dari pembelahan individu yang ada;
organisme baru tumbuh hingga jatuh tempo; dan kemudian terbagi menjadi dua
individu baru, sehingga menyelesaikan siklus.
Pada hewan yang lebih tinggi, siklus hidupnya mencakup satu generasi:
hewan memulainya dengan peleburan sel jantan dan sel kelamin betina (gamet);
tumbuh hingga jatuh tempo reproduksi; dan kemudian menghasilkan gamet, di mana
titik siklus dimulai lagi (dengan asumsi bahwa pembuahan berlangsung).
Pada kebanyakan tanaman, sebaliknya, siklus hidup multigenerasi. Tanaman
memulainya dengan perkecambahan spora, yang tumbuh menjadi organism gamet –
memproduksi (gametofit). Gametofit mencapai kematangan dan berbentuk gamet,
setelah fertilisasi, tumbuh menjadi organisme penghasil spora (sporofit). Setelah
mencapai kematangan reproduksi, sporophyte menghasilkan spora, dan siklus dimulai
lagi.
Siklus hidup multigenerasi ini disebut pergantian generasi; itu terjadi pada
beberapa protista dan jamur serta tanaman. Kehidupan karakteristik siklus bakteri
disebut haplontic. Istilah ini mengacu pada fakta bahwa itu mencakup satu generasi
organisme sel haploid (yaitu, berisi satu set kromosom). Siklus hidup satu generasi
dari hewan diplontic yang lebih tinggi; melibatkan organisme yang tubuhnya
memiliki sel diploid (yaitu, mengandung dua set kromosom).
Organisme dengan siklus diplontic menghasilkan sel kelamin yang haploid,
dan masing – masing gamet tersebut harus menggabungkan dengan gamet lain untuk
mendapatkan set ganda kromosom yang diperlukan untuk tumbuh menjadi organisme
lengkap. Siklus hidup ditandai oleh tanaman ini dikenal sebagai diplohaplontic,
karena mencakup generasi diploid (sporofit) dan generasi haploid (gametofit).
2. Kembang Biak Mikroorganisme

Berikut ini merupakan cara perkrmbangbikan mikroorganisme secara Aseksual dan


Seksual :
a. Perkembangbiakan Aseksual
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual
yang paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual atau vegetatif.
Reproduksi aseksual tidak melibatkan pertukaran bahan genetik sehingga tidak
terjadi variasi genetik, suatu kerugian karena organisme tersebut menjadi
terbatas kemampuannya dalam berespon dan beradaptasi terhadap tekanan
lingkungan. Macam-macam perkembangbiakan aseksual adalah sebagai
berikut :
 Pembelahan biner (binary fission)
Yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak.
Kemudian masing-masing sel anak membentuk dua sel anak lagi dan
Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner
suatu proses aseksual sederhana berupa pembelahan suatu sel bakteri
menjadi dua sel anak yang secara genetis identik. Kecepatan
pembelahan biner bergantung pada spesies yang bersangkutan dan
keadaan lingkungan.
Dalam kondisi ideal (Mis. Bangsal rumah sakit yang hangat
dan lembab), basil negatif-gram tipikal misalnya E.coli akan membelah
diri setiap 20 menit. Kuman lain, misalnya M. tuberculosis, membelah
dengan sangat lambat. Hasil uji laboratorium untul E.coli tersedia
dalam 24 jam, tapi diagnosis pasti tuberculosis mungkin belum selesai
setelah beberapa minggu. Namun pengobatan untuk tuberculosis dapat
dimulai berdasarkan temuan klinis uji lain, misalnya uji kulit,
radiografi, dan adanya BTA di spesimen sputum.
 Pembelahan ganda (multiple fission)
Yakni satu sel induk membelah menjadi lebih dari dua sel anak.

 Perkuncupan (budding)
Yakni pembentukan kuncup dimana tiap kuncup akan membesar
seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya,
sehingga akhirnya akan membentuk semacam mata rantai.

 Pembelahan tunas
Yakni kombinasi antara pertunasan dan pembelahan. Biasanya terjadi
pada khamir, misalnya Saccharomyces cerevisiae. Sel induk akan
membentuk tunas. Jika ukuran tunas hampir sama besar dengan
inangnya inti sel induk membelah menjadi dua dan terbentuk dinding
penyekat. Sel anak lalu melepaskan diri dari induk atau menempel
pada induknya dan membentuk tunas baru. Pada khamir terdapat
berbagai bentuk pertunasan, yakni:
1) Multilateral, tunas muncul di sekitar ujung sel, misal pada sel
yang berbentuk silinder dan oval (Saccharomyces).
2) Pertunasan di setiap tempat pada permukaan sel yakni terjadi
pada sel khamir berbentuk bulat, misal Debaryomyces.
3) Pertunasan polar, dimana tunas muncul hanya pada salah satu
atau kedua ujung sel yang memanjang, misal sel berbentuk
lemon seperti Hanseniaspora dan
4) Pertunasan triangular, yakni pertunasan yang terjadi pada
ketiga ujung sel yang memanjang seperti Trigonopsis.
5) Pseudomiselium apabila tunas tidak lepas dari induknya.

 Pembentukan spora atau sporulasi


Adalah perkembangbiakan dengan pembentukan spora. Spora ini
terbagi menjadi dua, yakni spora aseksual (reproduksi vegetatif) dan
spora seksual (reproduksi generatif).

b. Perkembangbiakan Seksual
Perkembangbiakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan
mikro alga serta secara terbatas terjadi pada bakteri dapat terjadi secara:
 Oogami, bila sel betina berbentuk telur.
 Anisogami, bila sel betina lebih besar daripada sel jantan.
 Isogami, bila sel jantan dan betina mempunyai bentuk yang sama.
Reproduksi bakteri secara seksual atau generatif  yaitu dengan
pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik
disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.  Rekombinasi genetik
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
 Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara
langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti
jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi
pada bakteri gram negatif.
 Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel
bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu
bakteriofage (virus bakteri).
 Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu
gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.

3. Cara Penularan Mikroorganisme


Pada banyak kasus bakteri keluar dari tubuh melalui rute masuk, tetapi terdapat
pengecualian. Bakteri penyebab gastroenteritis memperoleh akses melalui mulut dan
keluar dari tinja sehingga dikatakan menyebar melalui rute fekal-oral.
Mikroorganisme disebarkan dari satu individu ke individu berikutnya melalui kontak
langsung dan tidak langsung. Penyebaran juga dapat terjadi melalui udara, makanan,
air yang tercemar, dan melalui serangga.

 Kontak
Kontak adalah rute utama penyebaran kuman di rumah sakit dan juga
mungkin di masyarakat. Di rumah sakit, bakteri disebarkan terutama melalui
tangan staf karena mereka sering menangani pasien dan peralatan, sehingga
terjadi peningkatan kemungkinan infeksi-silang. Hubungan antara mencuci
tangan dan penurunan angka infeksi pertama kali dibuktikan oleh Ignaz
Semmelweiss dalam serangkaian studi epidemiologi pada tahun 1940-an
(Newson, 1993).
Di masyarakat, terdapat bukti bahwa banyak patogen yang dahulu
diperkirakan menyebar melalui percikan ludah ternyata menyebar melalui
kontak (Worsley et al., 1994). Stimulasi laboratorium membuktikan bahwa
individu lebih besar kemungkinannya terjangkit infeksi saluran nafas setelah
berkontak dengan tangan dan benda (fomites) yang tercemar oleh virus
daripada setelah terpajan pada aerosol yang mengandung virus (Gwaltney et
al., 1978).
Diperkirakan bahwa batuk dan bersin menyebabkan pengeluaran
percikan ludah terinfeksi yang mengendap ke berbagai permukaan, termasuk
busana, di lingkungan sekitar. Bakteri kemudian dipindahkan oleh tangan ke
benda lain (Peralatan makan minum, pegangan pintu, dsb), mencapai korban
baru setelah tangan mereka kemudian tercemar.
Virus mencapai hidung dan konjungtiva saat wajah tersentuh higiene
tangan dapat mengurangi insiden infeksi saluran nafas atas. (Leclair et al.,
1987). Demikian juga, rotavirus yang menyebabkan muntah dan diare,
walaupun keluar melalui percikan ludah, tampaknya disebarkan melalui
kontak tangan.
Pada studi insiden eksperimen yang dilakukan di tempat penitipan
anak, dibuktikan bahwa terjadi penurunan angka infeksi saat mencuci tangan
diperkenalkan pada anak dan petugas yang merawatnya (Black et al., 1981).
Perlu diingat bahwa mencuci tangan adalah cara yang mudah dan hemat untuk
infeksi (Gould, 1997;May, 1998).

 Penyebaran melalui udara


Penyebaran melalui udara terjadi hanya dalam jarak yang pendek
untuk patogen positif-gram dan untuk infeksi virus misalnya cacar air. Kajian
ekstensif terhadap literatur memastikan bahwa infeksi silang melalui rute ini
tidak lazim diluar lingkungan beresiko tinggi misalnya ruang operasi dan unit
luka bakar (ayliffe dan lowbury., 1982).
Diruang operasi, skuama kulit yang penuh dengan stafilococcus
memperoleh akses ke jaringan yang terbuka, sering dengan mendarat di duk
dari udara. Kuman mungkin berasal dari pasien atau petugas yang hadir. Rute
melalui udara juga penting di unit luka bakar. Kulit adalah pertahanan utama
terhadap bakteri, dan apabila kulit tidak lagi utuh maka pasien menjadi sangat
rentan terhadap infeksi.

 Makanan dan air yang tercemar


Makanan yang tercemar cepat berfungsi sebagai kendaraan bagi
bakteri. Infeksi seperti ini terjadi higiene yang buruk di rumah, restoran,
tempat penjualan capat saji, toko, dan pabrik (North, 1989; Hobbs dan Roberts
1993). Pada sebagian besar kasus, pencemaran terjadi melalui tangan.
Salmonella yang mencemari jari tangan dan sumber makanan yang
tercemar dapat bertahan dari pencucian tangan. Dengan demikian penyebarah
terjadi melalui rute fekal-oral. Penyebaran melalui air terjadi di daerah dengan
sanitasi yang buruk. Kolera bersifat endemik di seluruh negara yang sedang
berkembang termasuk asia dan kejadian luar biasa di inggris.
Thypoid juga ditularkan melalui air yang tercemar. Penyakit
Legionnaire (Disebabkan oleh Legionella pneumophila) menyebar melalui
aerosol yang tercemar (Woo et al., 1986); kejadian luar biasa penyakit ini
pernah terjadi di inggris.

 Vektor serangga
Vektor serangga menyebarkan infeksi melalui penularan mekanis dan
biologis. Penularan mekanis terjadi apabila patogen di pindahkan dari satu
lokasi ke lokasi lain melalui permukaan serangga, sering dengan kakinya.
Lalat rumah berlaku sebagai vektor mekanis untuk Shigella.
Di rumah sakit, lalat, semut pharaoh, dan artropoda lain mungkin
mengangkut bakteri patogenik di dalam lingkungan klines (Fotedar et al.,
1992). Penularan biologis melibatkan interaksi kompleks antara patogen dan
vektor. Plasmodium, organisme penyebab malaria, berkembang biak di dalam
usus nyamuk dan meningkatkan jumlah protozoa yang tersedia untuk dosis
infeksi. Penularan terjadi saat serangga menggigit penjamu manusia.

 Resevoar infeksi
Resevoar infeksi terbentuk apabila kondisi yang menguntungkan
mendorong pertumbuhan dan reproduksi sejumlah besar bakteri. Resevoar
dapat terbentuk di kulit petugas atau pasien sehingga terjadi infeksi-silang.
Peran resevoar lingkungan terhadap infeksi silang bergantung pada situasi.
Suatu reservoar bakteri yang besar dalam suatu drain kecil kemungkinannya
berperan dalam infeksi nosokomial (infeksi yang diperoleh di rumah sakit)
karena hanya sedikit kesempatan terjadinya pemindahan ke individu lain yang
rentan tetapi apabila reservoar melibatkan benda-benda yang mungkin
berkontak dengan pasien atau petugas, maka resiko akan meningkat.
Penelitian epidemiologis telah berperan banyak dalam meningkatkan
pemahaman kita tentang resiko infeksi dan pengembangan petunjuk
pengendalian infeksi untuk mengurangi penyebaran penyakit. Penelitian
tersebut memberikan sangat banyak bukti bahwa apabila pasien mengalami
infeksi atau terkolonisasi, maka organisme penyebab berasal dari orang lain
dan bukan dari tempat jauh di lingkungan.

4. Jenis Organisme Parasit


a. Protozoa
Protozoa adalah organisme bersel tunggal yang dapat hidup dan berkembang
biak di dalam tubuh. Salah satu infeksi yang disebabkan oleh protozoa
termasuk giardiasis. Giardiasis adalah infeksi serius yang biasanya muncul
setelah Anda minum air yang terkontaminasi protozoa Flagellata.
Selain itu, ada juga jenis-jenis protozoa lainnya, seperti:
 Amoeba, penyebab penyakit amebiasis
 Siliofora, penyebab penyakit balantidiasis
 Sporozoa, penyebab penyakit kriptosporidiosis dan toxoplasmosis

b. Cacing
Cacing adalah organisme multisel yang dapat hidup di dalam atau di luar
tubuh Anda. Kebanyakan cacing hidup di usus, antara lain seperti:
 Cacing pipih
 Cacing pita
 Cacing kremi
 Cacing gelang
 Cacing tambang
c. Ektoparasit
Ektoparasit adalah organisme bersel banyak yang disebarkan oleh
serangga atau arachnida, seperti nyamuk, kutu, dan tungau yang bertindak
sebagai inang pembawa penyakit.
Contok kasus ektoparasit adalah malaria yang disebarkan oleh nyamuk
Anopheles pembawa parasit Plasmodium. Ektoparasit ini dapat berpindah ke
manusia saat nyamuk tersebut menggigit kulit untuk mengisap darah.

Berikut adalah contoh-contoh lain dari ektoparasit:


 Pediculus humanus capitus atau kutu rambut
 Pthirus pubis atau kutu pada kulit kemaluan
 Sarcoptes scabiei, tungau yang mengakibatkan penyakit kulit skabies
atau kudis

5. Siklus Hidup Organisme Parasit


Siklus hidup parasit secara umum dapat dibedakan menjadi :
 Siklus hidup secara Langsung
Untuk melangsungan hidup parasit memerkulan hanya satu hospes (hospes
definitif) dan parasit ini biasanya memiliki fase bebas. Contoh cacing Ascaris
suum yang menginfeksi babi, cacing dewasa bertelur dan keluar bersama tinja
dan mencemari lingkungan, telur mengalami perkembangan dimana di dalam
telur terbentuk larva stadium 1 dan 2 yang bersifat infektif dan akhirnya
tertelan lagi oleh babi dan berkembang menjadi dewasa. Disini hanya
memerluka satu hospes babi dan perkembangan telur terjadi diluar tubuh babi
(fase bebas).

 Siklus hidup secara tidak langsung


Untuk kelangsungan hidup parasit membutuhkan satu hospes definitive dan
satu atau lebih hospes intermedier. Contoh cacing hati Fasciola gigantica yang
menginfeksi sapi, cacing dewasa yang berpredileksi didalam kantung empedu
bertelur dan keluar bersama tinja dan mencemari lingkungan, dari dalam telur
akan keluar mirasidium yang harus membutuhkan hospes intermedier siput
Lymnaea sp untuk berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria,
serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput menjadi
Metaserkaria infektif dan akhirnya harus tertelan oleh sapi.

6. Cara Berkembang Biak


Ada lima jenis parasit yang bisa berkembang biak di kulit manusia, yaitu:
 Kutu
Kutu merupakan parasit yang sulit ditemukan, tapi telurnya tidak. Terdapat
tiga kategori kutu yang bisa mengganggu manusia yaitu kutu kepala, badan
dan kutu kemaluan. Cara makan kutu adalah dengan menggigit dan minum
darah dari inangnya. Kutu hanya pindah ke kulit saat ia akan makan, tapi
untuk kutu kemaluan memang hidup secara langsung di kulit.
Parasit ini tidak bisa terbang atau melompat, tapi hanya bisa merangkak.
Selain itu larva dari telur kutu ini akan menetas setelah beberapa hari dan
seminggu kemudian telah menjadi dewasa serta mampu mereproduksi.
Sebagian besar pengobatan untuk parasit kutu dalam bentuk obat cair seperti
shampoo.

 Kutu tuma
Kutu tuma dikenal dengan banyak nama termasuk kutu belatung dan kutu
pasir, parasit ini akan hidup di kulit inangnya untuk makan. Kutu ini akan
bernapas, buang air besar dan juga bertelur melalui sepasang kakinya di
belakang. Kutu perempuan akan menembus kulit dan bertelur di sana,
periodenya dapat berlangsung hingga tiga minggu.
Setelah itu kutu perempuan ini akan mati dan setelah telur menetas, kutu-kutu
ini akan menggigit inangnya dan melanjutkan siklus hidupnya. Bintil (nodul)
di kulit yang dibentuk oleh kutu ini akan membuat zat-zat lain mudah masuk
sehingga berisiko infeksi. Infeksi dari kutu ini disebut dengan tungiasis. Selain
itu kutu ini juga bisa menyebabkan necrosis (kematian jaringan) yang harus
dihilangkan dengan cara pembedahan.

 Tungau kudis, kurap


Makhluk mikroskopik ini bisa menjadi masalah yang besar dan
penyebarannya melalui kontak kulit. Saat pertama kali terinfeksi, seseorang
mungkin tidak memiliki gejala sampai dua bulan tapi tetap bisa menular.
Kondisi yang parah menimbulkan kerak di kulit dan menjadi rumah bagi
jutaan tungau untuk bertelur.
Salah satu gejala yang timbul adalah gatal, sehingga memicu seseorang untuk
membuat luka di kulit akibat menggaruk. Luka ini bisa menjadi terinfeksi dan
memperburuk kondisi seseorang. Biasanya dokter akan memberikan resep
obat berupa lotion atau krim.

 Screwworm
Parasit ini disebut juga dengan Cochliomyia hominivorax, bentuk dewasa dari
serangga ini mirip dengan lalat. Serangga dewasa akan terbang mencari luka
terbuka, lalu meletakkan ratusan telur di sekitar tepi luka. Setelah beberapa
jam telur akan menetas dan larva mulai muncul. Larva ini akan bersembunyi
masuk ke dalam daging melalui luka.

 Cacing filarial
Siklus hidup cacing filarial cukup menarik. Sebuah serangga seperti nyamuk
akan menggigit dan memakan darah dari inang yang terinfeksi, larva dari
filarial ini akan masuk ke serangga. Larva berkembang biak di dalam usus
serangga dan setelah matang akan masuk ke korban lain melalui gigitan
serangga. Setelah masuk ke inang maka akan melanjutkan siklusnya. Parasit
ini bisa menyebabkan penyakit kaki gajah yaitu pembengkakan ekstrim pada
tungkai dan bagian tubuh lainnya.

7. Cara Penularan Parasit


Parasit dapat hidup di dalam atau di luar tubuh manusia dan hewan.
Mikroorganisme ini bisa ditemukan di tanah, air, tinja, serta benda yang
terkontaminasi tinja.Oleh karena itu, penderita infeksi parasit yang tidak mencuci
tangannya dengan bersih setelah buang air besar (BAB) dapat menularkan parasit ke
orang lain melalui kontak langsung atau benda apa pun yang disentuhnya.

Infeksi parasit juga dapat terjadi melalui cara lain, seperti:


 Konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi parasit
 Kontak dengan hewan yang terinfeksi parasit atau penderita infeksi parasit,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya lewat sisir atau topi
 Gigitan nyamuk atau serangga lain yang terinfeksi parasit
 Hubungan seks secara oral (melalui mulut) dan anal (melalui dubur)

Pada kasus yang jarang terjadi, parasit juga dapat menular melalui transfusi
darah, transplantasi organ, dan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.
TUGAS 2

1. Perbedaan Antara Sterilisasi dan Desinfeksi


Perbedaan desinfeksi dan sterilisasi tidak terletak pada tujuan akhirnya,
melainkan prosesnya. Hal ini karena keduanya sama-sama mengacu pada proses
dekontaminasi.
Dalam kamus besar bahasa indonesia kontaminasi artinya adalah pengotoran
atau pencemaran karena kemasukan unsur dari luar.
Sedangkan dekontaminasi diartikan sebaliknya. Yakni usaha untuk
menghilangkan pengotoran dan pencemaran tersebut. Dekontaminasi juga bisa
diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap kondisi kotor.
Dari pengertian kontaminasi dan dekontaminasi ini dapat disimpulkan bahwa
sterilisasi dan desinfeksi mengacu pada aktivitas yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan suatu unsur yang mencemari benda lain atau mengotorinya.
Desinfeksi adalah sebuah proses menghilangkan, mencegah, atau mengurangi
mikroorganisme seperti virus, kuman, dan bakteri yang berbahaya dari sebuah benda
mati dan permukaannya.
Sementara itu, sterilisasi adalah sebuah proses membunuh semua
mikroorganisme. Dalam hal ini, ia juga menghancurkan spora dari berbagai
organisme. Dari yang ada di benda mati, permukaan barang, cairan, pengobatan,
hingga media biologis.
Pengertian inilah yang menjadi perbedaan sterilisasi dan desinfeksi yang
utama. Pembedanya cukup kompleks meski tujuan desinfeksi dan sterilisasi sama-
sama menghilangkan mikroorganisme.

Berikut ini adalah faktor pembeda dan ringkasan perbandingan antara disinfeksi dan
sterilisasi:

Faktor Disinfeksi Sterilisasi


pembeda

Pengertian Menghilangkan sebagian besar Membasmi semua mikroorganisme atau


mikroorganisme berbahaya (tidak termasuk mikroba baik yang berbahaya maupun
spora-nya) yang ada di permukaan benda yang tidak, termasuk sporanya pada
mati dan virus yang non aktif. benda dan permukaan.

Metode Memakai desinfektan, misalnya fenol, Pemanasan, iradiasi, tekanan yang tinggi,
klorin, detergen, hidrogen peroksida, penyaringan, dan bahan kimia
pemutih, pemanasan, dan pasteurisasi.
Jenis Disinfektan udara, aldehida, alkohol, dan Penguapan, pemanasan, proses kimia,
agen pengoksidasi. radiasi, dan filtrasi.

Aplikasi Digunakan untuk men-dekontaminasi Lebih sering digunakan untuk makanan,


permukaan benda dan udara. instrumen bedah sebelum operasi, dan
medis serta obat-obatan.

Secara ringkas, tabel ini sudah memberikan penggambaran mengenai


perbedaan dua istilah yang erat kaitannya dengan dekontaminasi ini.

Dari tabel di atas, satu hal yang sangat terlihat antara keduanya dan jelas
berbeda selain pengertian adalah pemakaian pada benda. Di mana sterilisasi lebih
sering digunakan di dunia kesehatan, sementara desinfeksi lebih berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.

Contohnya adalah pemakaian desinfektan untuk membersihkan kamar mandi,


lantai, hingga ruangan. Agar lebih jelas silakan simak ulasan lengkap faktor pembeda
di bawah ini:

Perbedaan sterilisasi dan desinfeksi dilihat dari bendanya

Selain pengertian, perbedaan yang paling mencolok adalah benda yang


disterilkan dan yang menerima desinfektan. Kalau disinfeksi hanya dipakai pada
benda mati dan di permukaannya saja. Tidak boleh kena kulit karena berbahaya.

Sedangkan proses steril bisa dilakukan pada makanan dan umumnya


dipakaikan pada alat-alat kesehatan. Treatment ini juga bisa dilakukan pada zat yang
berbentuk cairan.

Benda yang menggunakan desinfektan umumnya adalah benda rumahan


seperti kamar mandi, lantai, dan area-area bermain yang bisa dijadikan sebagai sarang
kuman. Sementara proses steril lebih khusus dan seringnya dilakukan di rumah sakit
atau bidang medis.
2. Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksi dalam Keseharian di Dunia Kesehatan dan
Keperaawatan
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun
kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman
pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau
kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan
kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi
gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
a. Mengisap jalan napas pasien
b. Memasukkan kateter urinarius
c. Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi dengan duksteril atau lapisan tebal
kertas berlilin atau kemasan terbuka tempat bahan-bahan steril dikemas.
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat
kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta desterilkan. Hasil prose ini
dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta
bahan yang dijual dalam keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik,
jarum, sarung tangan dan masker, tidak saja mengurangi waktu yang
diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan peralatan,
tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang.
d. Sanitas ilingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan
pencemaran oleh mikroba dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan
cara-cara untuk mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh
mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan petri yang
menunjukan adanya pertumbuhan mikrobese belum dan sesudah pembersihan
merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang
baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan
kombinasi pergeseran dan penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup,
kecuali bilas pencemarannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan.
Agarefektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama
waktu tertentu. Penggunaan desinfektan, misalnya, membantu menjaga air
untuk mengepel agar tidak tercemar. Kain pel harus di cuci dan di keringkan
baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan dan kain
pel basah sering kali di gunakan untuk membersihkan permukaan benda lain
selain lantai. Bila larutan yang sama dipakai seharian, maka dapat
mengakibatkan pencemaran oleh mikroba yang lebih parah dibandingkan
sebelum di bersihkan. Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka
keadaan asepsis lebih mudah dicapai.
e. Universal Precaution
Pengendali aninfeksi untuk penyakit-penyakit yang menular melalui darah.
Berlaku universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu atau
pun tidak tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa
semua pasien berpotensi menularkan berbagai penyakit.
f. Cuci Tangan
Pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan
yang mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung
tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung
tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika
melakukan prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
 Gown/barakschort
 Masker
 Sarung Tangan
 Kaca mata pelindung/goggles
g. Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril, tidak
berdekata ndengan limbah atau sampah medis. Membaka rsampah medis
sampai menjadi arang.
Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
1) Desinfekatan :
 Aseptik/Asepsis
Suatu istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganise
kedalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan
infeksi. Tujuannya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
baik pada permukaan hidup maupun bendamati agar alat-alat
kesehatan dapat dengan aman digunakan.
 Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput
lendir atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan
anti mikrobial (anti septik)
 Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali
beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus,
mengukus atau penggunaan desinfektan kimia

2) Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yang dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganiseme (bakteri, virus,
fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan
uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan
kimia atau radiasi.
 Pemprosesan Alat
 Dekontaminasi
Proses yang membuat benda mati lebih aman ditangani staff
sebelum dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini dilakukan agar
benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara
aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian
berlangsung.
 Pencucian/ bilas
Proses yang secara fisik membuang semua debu yang
tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda
mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yang menangani objek
tersebut.
Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan
sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
 Sterilisasi / DTT
Desinfeksi Tingkat Tinggi merupakan suatu proses perebusan
air dimana suhu air mencapai 100˚C setelah itu alat-alat
kesehatan dimasukan kedalamnya dan direbus selama 20
menit. Setelah itu di dinginkan dan dikeringkan dengen kain
yang steril. Setelah kering dimasukan kedalam bak instrument
dengan menggunakan korentang dan simpan ditempat yang
steril.

Anda mungkin juga menyukai