Anda di halaman 1dari 49

TUGAS ILMU DASAR KEPERAWATAN IV

BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT

DOSEN PENGAMPU :
IKHSAN MUJAHID, M. SI.

DISUSUN OLEH :
FINI ALFIANI CANTIGI RAM
1611020088
KELAS: B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
A. PENGERTIAN

Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok organisme yang tidak
memiliki membran inti sel. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular
(bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton,
dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut
dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan
mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota.

Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka,
tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.Bakteri adalah yang paling berkelimpahan
dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis
dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya
hanya berukuran 0,5-5 m, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter
(Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi
dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela,
yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.

B. REPRODUKSI BAKTERI

Bakteri mampu melakukan reproduksi baik secara seksual ataupun secara aseksual berdasarkan
kondisi lingkungan atau kebutuhan bakteri tersebut.
1. Reproduksi Seksual

Ciri khas reproduksi seksual pada bakteri adalah terjadinya penggabungan gen (genetic
recombination) antar bakteri, hal ini akan meningkatkan keanekaragaman jenis bakteri karena
munculnya variasi baru dari penyatuan gen bakteri ini. Mutasi adalah akibat dari reproduksi ini,
bakteri mengalami perubahan genetik. Pada banyak kasus, mutasi menyebabkan bakteri
mengalami kekebalan terhadap antibiotik. Reproduksi seksual pada bakteri membutuhkan waktu
yang lebih lama dibanding reproduksi aseksual, namun hasil dari reproduksi seksual menghasilkan
spesies baru yang lebih kuat dibanding induknya. Penyatuan genetik pada reproduksi seksual dapat
diperoleh melalui berbagai cara:
a. Transformasi

Pada metode ini, bakteri mengambil fragment DNA bakteri lain dari lingkungan kemudian
merekontruksi dengan DNA yang ia miliki. Bakteri rekombinan yang terbentuk kemudian akan
melakukan reproduksi secara aseksual untuk menghasilkan spesies bakteriyang sama.

Teknik ini pertama kali ditemukan oleh Fred Griffith pada bakteri penyebab pneumonia
(Streptococcus pneumonia). Ditemukan varian baru dari S. pneumonia berkapsul, penelitian
Griffith menunjukkan bahwa varian baru ini terbentuk hasil dari S. pneumonia tak berkapsul yang
mengambil gen kapsul dari fragmen DNA bakteri lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Tidak
semua bakteri mampu melakukan metode ini, hal ini dipengaruhi oleh stuktur morfologi bakteri
tersebut untuk mengambil dan menggabungkan DNA donor. Fragment DNA donor ini dikenal
dengan istilah eksogen, sedang DNA asli bakteri penerima disebut endogen, hasil gabungan dari
dua DNA ini akan menghasikan merozigote.

b. Transduksi
Rekombinasi genetik yang diperantarai oleh bakteriofage virus. Virus bakteriofage adalah
kelompok virus yang menyerang bakteri, virus ini meminjam tubuh bakteri untuk melakukan
reproduksi. Virus bakteriofage membawa DNA dari bakteri yang sebelumnya telah diinfeksi ke
dalam tubuh bakteri lain. Fragmen DNA antar bakteri kemudian akan menyatu (merekombinasi)
sehingga terbentuk Bakteri rekombinan. Penemuan Zander dan Lederberg ini membawa
perkembangan dalam dunia rekayasa genetik. Virus bakteriofage sering digunakan untuk
menyisipkan gen-gen yang diinginkan ke dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan menghasilkan
produk untuk kemaslahatan manusia, seperti pembuatan hormon insulin.

c. Konjugasi

Konjugasi melibatkan dua sel bakteri yang akan secara langsung melakukan transfer
genetik. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Lederberg dan Tatum pada bakteri E.coli.
Plasmid adalah DNA ektstra yang dimiliki oleh beberapa bakteri. Pertukaran ini akan melalui
jembatan konjugan yang dibentuk oleh Bakteri F+ . Bakteri F+ akan memperpanjang pili yang
berperan sebagai jembatan konjugan menembus sel bakteri penerima (F-). Pili ini akan ditarik
kembali setelah plasmid selesai ditransfer. Sebelumnya, bakteri donor (F+) akan mengcopy
plasmid, sehingga terbentuk dua plasmid (asli dan replica). Plasmid replica ini yang akan ditransfer
ke bakteri recipient (F-) sehingga bakteri penerima kini bermutasi memiliki kombinasi gen dari
bakteri F+.

2. Reproduksi Aseksual (Vegetatif)


Reproduksi aseksual tidak terjadi penyatuan gen. Reprosuksi ini berlangsung
sangat cepat, dalam satu jam dapat dihasilkan jutaan bakteri dengan reproduksi aseksual
(bila kondisi lingkungan mendukung). Macam-macam reproduksi aseksual yang dilakukan
bakteri:

a. Pembelahan Biner (binary fission)


Pembelahan biner adalah reproduksi sel bakteri dengan membelah diri menjadi dua bagian
yang identik. Dalam proses ini bakteri yang merupakan sel tunggal terbagi menjadi dua sel anak
yang identik. Pembelahan biner dimulai ketika DNA dari bakteri terbagi menjadi dua (mereplika
diri). Sel bakteri kemudian memanjang dan terbagi menjadi dua sel, masing-masing anak
mempunyai DNA yang identik dengan sel induk. Setiap sel anak adalah tiruan dari sel induk.

Ketika bakteri berada pada kondisi yang memungkinkan, seperti suhu yang tepat dan nutrisi
yang tersedia, beberapa bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) dapat membelah diri setiap 20
menit. Artinya bahwa hanya dalam 7 jam saja, satu bakteri dapat menghasilkan lebih dari dua juta
bakteri. Setelah satu jam lebih dengan jumlah bakteri akan meningkat menjadi hampir tujuh belas
juta sel bakteri. Itu sebabnya kami dapat dengan cepat menjadi sakit ketika mikroba
patogen menyerang tubuh kita.

b. Fragmentasi (fragmentation)
Fragmentasi adalah cara perkembangbiakan bakteri dimana bakteri baru tumbuh dari bagian
tubuh (fragmen) induknya. Bakteri induk akan melakukan pemutusan bagian selnya secara
sederhana dan bagian yang terpisah akan tumbuh menjadi bakteri baru dan berkembang menjadi
dewasa.
c. Tunas (budding)
Bakteri juga berkembangbiak dengan cara bertunas. Sel induk bakteri akan mereplika DNA-
nya yang kemudian akan ditransfer kepada tunas yang masih melekat pada tubuh induk. Jika
ukuran tunas hampir sama besar dengan induknya, sel tunas lalu melepaskan diri dari induknya.

d. Endospora
Endospora adalah perkembangbiakan bakteri dengan membungkus dirinya. Endospora
dilakukan bakteri hanya jika terjadi perubahan lingkungan yang buruk atau jika bakteri berada
pada lingkungan yang ekstrim sperti suhu yang tinggi. Endospora juga dilakukan bakteri jika
nutrisi di lingkungannya langka atau populasi bakteri sangat padat. Dalam keadaan yang tidak
menguntungkan ini bakteri akan mereplika DNA dan membentuk pembungkuas (coat) yang
sangat kuat. Induk bakteri kemudian akan mati dan endospora akan terlepas keluar dan
membentuk bakteri yang baru hingga kondisi lingkungannya kembali normal
C. KLASIFIKASI BAKTERI

1. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Bentuk


a. Bentuk batang (Bacillus)
Berdasarkan jumlah sel penyusunnya,jenis bakteri berbentuk batang dibedakan menjadi yaitu :

Monobasilus (basil tunggal): bakteri berbentuk batang yg bersifat soliter (hidup sendiri).
Contoh: Lactobacillus, Salmonella typhosa, Eschericcia coli (bakteri usus besar manusia),
Propionibacterium acnes (penyebab jerawat).

Diplobasilus: Bakteri berbentuk batang yg bergandengan


dua-dua. Contoh: Azotobacter, Bacillus subtilis.
Streptobasilus: barteri berbentuk batang yg tersusun seperti rantai. Contoh: Bacillus anthracis,
Streptobacillus moniliformis.

b. Bakteri Kokus (Bulat)

Monokokus
Berupa sel bakteri kokus tunggal, bersifat soliter (hidup sendiri). Contoh :Chlamydia
trachomatis (penyebab penyakit mata )
Diplokokus
Berupa dua sel bakteri kokus berdempetan. Contoh :Diplococcus pnemoniae (penyebab
penyakit pneumonia) , Neisseria gonorhoeae (penyebab penyakit kelamin raja singa).
Tetrakokus
Berupa empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat. Contoh : Pediococcus
cerevisiae.
Sarkina
Berupa delapan sel bakteri kokus berdempetan berbentuk kubus. Contoh : Thiosarcina
rosea(bakteri belerang).
Streptokokus
Berupa lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai. Contoh
:Streptococcus mutans (penyebab gigi berlubang).
Stafilokokus
Berupa lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk seperti buah anggur.
Contoh : Staphylococcus aureus (penyebab penyakit radang paru-paru).

c. Bentuk spiral (spirilum)

Spiral
Bentuk sel bergelombang. Contoh : Thiospirillopsis floridina (bakteri belerang).

Bakteri Vibrio (koma)


Bentuk sel seperti tanda baca koma. Contoh : Vibrio cholera (penyebab penyakit kolera).

Bakteri Spiroseta
Bentuk sel seperti sekrup. Contoh : Treponema pallidum (penyebab penyakit kelamin
sifilis).
2. Berdasarkan Letak Flagel
Bakteri diklasifikasikan berdasarkan jumlah dan tempat kedudukan flagel menjadi 5 kelompok,
yaitu :

Kelompok bakteri atrik- bakteri yang tidak memiliki flagel.


Kelompok bakteri monotrik Pada kelompok monotrik ini, bakteri
hanya memiliki satu flagel saja sebagai alat gerak bakteri tersebut
yang terdapat pada bagian ujung sisi tubuhnya. Sebagai contoh yaitu
bakteri pseudomonas aeruginosa yang hanya memiliki satu flagel
saja di bagian sisi tubuhnya sebagai alat geraknya.
Kelompok bakteri lofotrik Pada pengelompokan bakteri lofotrik
ini, alat gerak yang dimiliki jumlahnya lebih dari satu dan hanya
terdapat di salah satu sisi tubuh dari bakteri ini. Contohnya seperti
pada bakteri pseudomonas fluorescens dimana bakteri ini memiliki alat gerak lebih dari satu di
salah satu sisi tubuhnya.
Kelompok bakteri amfitrik Sama halnya dengan kelompok lofotrik, pada kelompok amfitrik
jumlah flagel yang dimiliki bakteri lebih dari satu, hanya saja ada perbedaan antara kelompok
lofitrik dan kelompok amfitrik, dimana pada kelompok bakteri lofotrik flagelnya hanya terdapat
di salah satu sisi tubuh bakteri, sedangkan pada kelompok amfitrik, flagelnya terdapat di kedua
sisi ujung bakteri. Sebagai contohnya yaitu bakteri aquaspirillum serpens, pada bakteri ini,
flagel yang dimiliki jumlahnya lebih dari satu dan berada di kedua sisi ujung bagian tubuhnya.
Kelompok bakteri peritrik Pada kelompok peritrik ini umumnya bakteri memiliki flagel di
seluruh permukaan tubuhnya sebagai alat gerak mereka. Contohnya yaitu pada bakteri
salmonela typhosa dimana bakteri ini memiliki flagel hampir diseluruh tubuhnya yang
berfungsi sebagai alat geraknya.
3. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Pewarnaan

Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram Negatif

GRAM POSITIF

Gram-positif adalah bakteri yang Mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu
proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop.

Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada
manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan
sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat.

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

1) Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2) Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang
sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
3) Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4) Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5) Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6) Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7) Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
8) Tidak peka terhadap streptomisin
9) Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
GRAM NEGATIF

Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal
violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati
dengan mikroskop.

Bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran
pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal
berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.

Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

1) Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
2) Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat
didalam
3) lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak
mengandung asam tekoat.
4) Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5) Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
6) Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
7) Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8) Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
9) Peka terhadap streptomisin
10) Toksin yang dibentuk Endotoksin
Karakteristik Gram Positif Dan Negatif

Karakteristik Gram positif Gram negatif

Homogen dan tebal (20-80 nm) serta Peptidoglikan (2-7 nm) di antara
sebagian besar tersusun dari membran dam dan luar, serta adanya
Dinding sel peptidoglikan. Polisakarida lain dan membran luar (7-8 nm tebalnya) yang
asam teikoat dapat ikut menyusun terdii dari lipid, protein, dan
dinding sel. lipopolisakarida

Bulat, batang atau filamen Bulat, oval, batang lurus atau melingkar
seprti tand koma, heliks atau filamen;
Bentuk sel
beberapa mempunyai selubung atau
kapsul

Pembelahan biner Pembelahan biner, kadang-kadang


Reproduksi
pertunasan

kemoorganoheterotrof Fototrof, kemolitoautotrof, atau


Metabolisme
kemoorganoheterotrof

Kebanyakan nonmotil, bila motil tipe Motil atau nonmotil. Bentuk flagela
flagelanya adalah petritrikus dapat bervariasi-polar,lopotrikus
Motilitas
(petritrichous) (lophtrichous), petritrikus
(petritrichous).

Anggota tubuh Biasanya tidak memiliki apendase Dapat memiliki pili, fimbriae, tangkai
(apendase)

Beberapa grup dapat membentuk Tidak dapat membentuk endospora


Endospora
endspora
4. Klasifikasi berdasarkan kebutuhan oksigen

Bakteri aerobik dan anaerobik

Bakteri juga diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan oksigen untuk kelangsungan hidup mereka.

Bakteri aerobik Bakteri yang membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidup mereka.

Bakteri anaerob Bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.

Bakteri anaerob tidak tahan oksigen dan bisa mati jika disimpan dalam lingkungan beroksigen.
Jenis bakteri yang biasanya ditemukan di tempat-tempat seperti, di bawah permukaan bumi, lautan
dalam, dan bakteri yang hidup di beberapa media.
D. JENIS- JENIS BAKTERI DAN PENYAKITNYA

No Bakteri Penyebab Penyakit


1. Haemophilus influenza influensa
2. Salmonella thyposa Tifus/thypoid
3. Mycobacterium tuberculosis TBC paru-paru
4. Helicobacter pylori Gastritis (maagh)
5 Escherichia coli Diare berat & keracunan makanan
6. Diplococcus pneumoniae Pneumonia (radang paru-paru)

7. Clostridium tetani Tetanus


8. Staphylococcus aureus Abses (bisul)
9. Neiseria gonorrhoeae Gonorrhaeae (kencing nanah)
10. Treponema pallidum Sifilis atau raja singa
11. Neiseria meningitis Meningitis (radang selaput otak)

12. Mycobacterium leprae Lepra (kusta)


13. Clostridium botulinium Keracuanan makanan
14. Shigella dysenteriae Disentri basiler
15. Vibrio comma Kolera

1. Haemophilus influenza influenza

a. Cara infeksi
Infeksi oleh haemophilus influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau
batuk. Haemophilus influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian
atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik.
Meningitis karena haemophilus influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari 3 bulan
dan tidak umum dijumpai pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain meningitis,
haemophilus influenzae tipe b juga menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut.
b. Gejala Klinis

Gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit ini cukup banyak, tergantung letak infeksi
dan jenis penyakit yang disebabkannya. Anak-anak mungkin memiliki gejala klinis yang berbeda
tiap pribadi, namun jika disimpulkan, gejala klinis tersebut adalah Irritability (kekurangan
makanan dan nutrisi saat bayi, demam (pada bayi prematur temperaturnya dibawah normal), sakit
kepala, muntah, sakit di leher, sakit di punggung, posisi badan yang tidka biasa, kepekaan terhadap
cahaya, epiglottitis, dyspnoea (sulit bernafas), dysphagia (sulit menelan), septic arthritis, cellulitis,
pneumonia, sepicaemia, osteomyelitis, bacteramia, dan empyema. Kasus Hib jarang terjadi pada
bayi di bawah 3 bulan atau di atas 6 tahun. Biasanya terjadi pada umur 4-18 bulan.

c. Patogenesis

Haemophilus influenzae tidak menghasilkan eksotoksin dan peranan antigen somatik


toksiknya pada penyakit alamiah belum jelas. Organisme yang tidak bersimpai termasuk anggota
flora normal saluran pernapasan manusia. Simpai bersifat antifagositik bila tidak terdapat antibodi
antisimpai khusus. Haemophilus influenzae yang memiliki simpai khususnya tipe b menyebabkan
infeksi pernapasan supuratif (sinusitis, laringotrakeitis, epiglotitis, otitis) dan pada anak kecil
meningitis.
Darah dari orang dengan umur kira-kira 3-5 tahun memiliki daya bakterisidal kuat terhadap
Haemophilus influenzae, dan infeksi klinik lebih jarang terjadi pada orang itu. Namun sekarang
antibodi bakterisidal sudah jarang ditemukan pada 25% orang AS dan infeksi yang bersifat klinik
lebih sering terjadi pada orang dewasa. Haemophilus influenzae yang dapat digolongkan atau tidak
bersimpai tipe b umumnya menyebabkan otitis media (mekanisme patogeniknya belum jelas).
Bakteri ini dan pneumonia menjadi penyebab utama otitis media bacterial dan sinusitis akut.
Organisme ini dapat ikut aliran darah atau terkadang menetap di sendi. Jika menetap di sendi maka
bakteri dapat menyebabkan Artritis Infeksiosa
d. Diagnosa

Dalam mendiagnosis penyakit ini, dapat dipergunakan cairan serebrospinal, sputum, dan
cairan telinga sebagai bahah pemeriksaan. Dari bahan ini dibuat preparat Gram, dan ditanam pada
perbenihan agar coklat yang dieramkan dalam suasana CO2 10%. Ada 3 cara untuk
mendiagnosanya, yaitu dengan Staphylococcus streak technique, untuk mengasingkan
Haemophilus influenzae, terutama dari bahan-bahan yang tidak terkontaminasi dengan kuman-
kuman lain seperti cairan serebrospinal dan darah. Cara lain adalah dengan reaksi Quellung yang
khas sangat membantu diagnosis, kecuali untuk kuman-kuman tak bersimpai. Sedangkan untuk
menegakkan diagnosis meningitis, digunakan deteksi antigen polisakarida simpai di dalam cairan
tubuh.

e. Pengobatan
Pemilihan antibiotika yang akan digunakan dapat ditentukan dengan tes kepekaan secara
in vitro. Kebanyakan H. influenzae peka terhadap ampisilin, khloramfenikol, tetrasiklin,
sulfonamida dan kotrimoksasol, dan terapi dengan salah satu atau kombinasi obat-obat ini, namun
kepekaan kumannya sendiri dan hasil suatu terapi tidak dapat diperkirakan. Terapi untuk anak atau
bayi yang terinfeksi meningitis karena Hbi dapat diberikan dexamethasone atau campuran dari
cefotaxime sodium/ceftriaxone sodium/ampicillin dengan chloramphenicol.

f. Pencegahan

Sementara untuk pencegahannya, dapat digunakan vaksin khas polisakarida simpai (vaksin
PRP). Disarankan juga untuk menjaga pola hidup bersih di daerah yang padat penduduk.

5. Salmonella thyposa Tifus/thypoid

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
a. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

b. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi
oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
d. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
2) Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

c. Pengobatan

Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan
dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan
rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang
utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi
kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat
antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol,
sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan
penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

d. Pencegahan Penyakit Demam Tifoid

Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi
lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin
suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan
terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-
tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga
divaksinasi.
6. Mycobacterium tuberculosis TBC paru-paru

Tuberculosis Paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
mycrobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Tuberculosis Paru mencakup 80% dari
keseluruhan kejadian penyakit tuberculosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan
tuberculosis ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa 1/3 penduduk dunia pernah terinfeksi
kuman M. tuberculosis.

a. Patofisiologi

Infeksi diawali Karena seseorang menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri


menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru
(lobus atas). Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh
lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry). Selanjutnya system kekebalan tubuh memberikan
respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.

Interaksi antara M. tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri
atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jangringan fibrosa. Bagian tengah
dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju
(necrotizing caseosa) hal ini kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan
kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.
Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini, ghon tubercle
mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam brounkhus.
Tubercle yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-
paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak didalam
sel. Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10 20
hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid
dan fibroblas akan menimbulkan respons berbeda, pada akhirnya akan membentuk suatu
kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

b. Diagnosa TBC

Sebuah pemeriksaan sederhana untuk menegakkan diagnosa TBC adalah dengan


tes tuberculin. Dokter akan menyuntikkan sedikit cairan ke dalam kulit seseorang. Jika
kulit itu berubah menjadi merah dan meradang, kemungkinan besar seseorang tu mengidap
TBC. Namun sebaiknya jangan hanya melakukan tes ini, karena ada TBC yang
tersembunyi, setelah dites tuberculin tidak menunjukkan reaksi apa-apa, padahal
sesungguhnya ia sedang mengidap TBC.
Karena itu pemeriksaan dengan X-ray (rontgen) harus dilakukan, bukan hanya
untuk memastikan apakah seseorang itu menderita TBC atau tidak, tapi juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit-penyakit serius lain seperti jantung dan kanker
paru-paru. Beberapa ahli kesehatan menyarankan bahwa setiap orang itu sebaiknya
melakukan X-ray dada setiap tahun.

c. Pengobatan
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu obat primer
dan sekunder. Obat primer untuk TBC adalah isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, dan Pirazinamid. Sebagian besar penderita TBC sembuh dengan obat-obat
ini. Selain itu ada juga obat sekunder untuk TBC yaitu Exionamid, Paraaminosalisilat,
Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Penggunaan obat-obat primer dan
sekunder tergantung dari tingkat keparahan TBC yang diderita.

d. Pencegahan Penyakit TBC


Agar orang yang sehat tidak tertular penyakit TBC, ada dua jalan, yaitu tindakan dari
orang yang sehat dan tindakan dari penderita TBC itu sendiri. Usahakanlah penderita TBC
tidak membuang ludah, batuk dan bersin di sembarang tempat. Ada baiknya dilakukan di
tempat yang terkena sinar matahari langsung. Jadi, seperti yang dikatakan di atas, kamar
penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari langsung. Sinar matahari akan
membunuh bakteri-bakteri TBC yang tersebar.
Ada baiknya bagi seorang yang sehat menghindari kontak bicara pada jarak yang
dekat dengan penderita TBC. Atau Anda bisa menggunakan masker, namun hal ini masih
tetap rentan. Bila penderita TBC batuk atau bersin, sebaiknya orang yang sehat menutup
mulut. Satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu arah angin. Jangan sampai angin berhembus
mengarah ke orang yang sehat setelah sebelumnya melalui orang yang menderita TBC.
Bukan mencegah arah anginnya, namun kita yang harus menghindari angin tersebut yang
bisa merupakan angin karena alam atau angin karena kipas angin dll. Ingat, bakteri TBC
bisa terbawa oleh angin.
Jemur tempat tidur penderita TBC di panas matahari langsung, ini untuk
menghindari hidupnya bakteri di tempat tidur tersebut. Pada bayi, jangan pernah
melewatkan imunisasi BCG, ini penting untuk mencegah dari terserangnya penyakit TBC
di kemudian hari.
Dari semua hal-hal diatas, daya tahan tubuh orang yang sehat sangat berperan
dalam mencegah penularan TBC. Karena rasanya sulit untuk menghindari terhirupnya
bakteri TBC di saat tinggal serumah dengan penderita TBC. Bila seseorang itu memiliki
daya tahan tubuh yang kuat, walaupun bakteri TBC masuk, sistem pertahanan tubuhnya
akan memusnahkannya. Apa saja yang harus dilakukan untuk memiliki daya tahan tubuh
yang kuat ini? Tidak lain adalah rajin berolahraga, konsumsi cukup makanan yang
seimbang, terapkan pola hidup sehat seperti tidur yang cukup dan tidak merokok.
4. Helicobacter pylori Gastritis (maagh)

a. Mendiagnosis Infeksi Helicobacter Pylori

Tes-tes yang akurat dan mudah untuk mendeteksi infeksi H. pylori :

1) Tes-tes darah untuk kehadiran antibodi-antibodi dari H. Pylori. . Bagaimanapun, antibodi-


antibodi darah dapat bertahan bertahun-tahun setelah pembasmian H. pylori dengan
antibiotik-antibiotik. Oleh karenanya, tes-tes antibodi darah mungkin baik untuk
mendiagnosis infeksi, namun mereka tidak baik untuk menentukan apakah antibiotik-
antibiotik telah membasmi secara sukses bakteri-bakterinya.

2) Tes napas urea [urea breath test (UBT)] adalah suatu tes yang aman, mudah dan akurat
untuk kehadiran dari H. pylori didalam perut/lambung. Tes napas bersandar pada
kemampuan dari H. pylori mengurai kimia yang terjadi secara alami, urea, kedalam
karbondioksida yang diserap dari perut dan dieliminasi dari tubuh dalam napas. Sepuluh
sampai 20 menit setelah menelan sebuah kapsul yang mengandung suatu jumlah yang
sangat kecil dari urea yang beradioaktif, suatu contoh napas diambil dan dianalisa untuk
karbondioksida yang beradioaktif. Kehadiran dari karbondioksida yang beradioaktif dalam
napas (sebuah tes yang positif) berarti bahwa ada infeksi yang aktif. Tes menjadi negatif
(tidak ada karbondioksida beradioaktif dalam napas) tidak lama sesudah pembasmian
bakteri dari perut dengan antibiotik-antibiotik

3) Endoskopi adalah suatu tes yang akurat untuk mendiagnosis H. pylori begitu juga
peradangan dan borok-borok yang disebabkan olehnya. Untuk endoskopi, dokter
memasukkan suatu tabung peneropong yang lentur (endoscope) melalui mulut turun ke
kerongkongan (esophagus), dan kedalam lambung dan duodenum. Sewaktu endoskopi
contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dari lapisan lambung dapat diangkat/diambil.
Sebuah contoh biopsi diletakkan diatas sebuah kaca mikroskop khusus yang mengandung
urea (contoh, CLO test slides). Jika ureanya diurai oleh H. pylori didalam biopsi, ada suatu
perubahan warna sekeliling biopsi pada kaca mikroskop. Ini berarti ada suatu infeksi dengan
H. pylori didalam perut/lambung.
4) Tes yang paling akhir dikembangkan untuk H. pylori adalah suatu tes dimana kehadiran
bakteri dapat didiagnosis dengan sebuah contoh dari feces/tinja. Tes menggunakan suatu
antibodi dari H. pylori untuk memastikan jika H. pylorihadir dalam feces/tinja. Jika ya, itu
berarti H. pylori menginfeksi perut. Seperti tes napas urea, sebagai tambahan pada diagnosis
infeksi dengan H. pylori, feces dapat digunakan untuk menentukan apakah pembasmian
telah efektif tidak lama kemudian setelah perawatan.

b. Pengobatan

Berikut ini adalah obat-obat yang digunakan untuk eradikasi bakteri H.pylori dan mengobati
tukak:

1) Antibiotik.

H.pylori sensitif dengan antibiotik tertentu misalnya amoxicillin (Amoxillin(R)-Pharos,


kapsul 500 mg) dan antibiotik golongan makrolida misalnya clarithromycin (Comtro(R)-
Combiphar, tablet salut selaput 250 mg).

Antibiotik lini kedua yang digunakan yaitu tetrasiklin (Tetrin(R)-Interbat, kapsul 250 mg
dan 500 mg), metronidazole (Farizol(R)-Ifars, kaplet 250 mg dan 500
mg), dan ciprofloxacin (Cetafloxo(R)-Soho, kapsul 250 mg dan kaplet 500 mg) . Salah
satu indikasi semua obat golongan ini adalah untuk mengeradikasi bakteri H.pylori di saluran
cerna.

Kontraindikasi : pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap antibiotik, ibu hamil dan
menyusui (tetrasikiln).

Efek samping yang paling umum terjadi dari penggunaan antibiotik adalah permasalahan di
saluran pencernaan misalnya mual, muntah dan diare. Reaksi alergi dapat terjadi dengan semua
antibiotik tetapi yang paling sering terjadi adalah alergi antibiotik golongan penisilin atau sulfa.
Reaksi alergi yang terjadi mulai dari bercak merah pada kulit, biasanya jarang, namun parah dan
mengancam jiwa karena menyebabkan shock anafilaksis
2) Obat penekan jumlah asam lambung.

Beberapa golongan obat penekan jumlah asam lambung adalah :

a) PPI (Proton Pump Inhibitor) bekerja dengan cara menghambat atau memblok langsung
tempat yang menghasilkan asam. Beberapa macam obat ini yaitu omeprazole (OMZ(R)-
Ferron, kapsul 20 mg), esomeprazole (Nexium(R)-AstraZeneca, tablet salut selaput 20 dan
40 mg), lansoprazole (Nufaprazol(R)-Nufarindo, kapsul 30 mg)(1), rabeprazole (Pariet(R)-
Eisai, tablet salut enterik 10 mg dan 20 mg)(1), dan pantoprazole (Pantozol(R)-Pharos, tablet
20 dan 40 mg). Efek samping obat golongan ini jarang, meliputi sakit kepala, diare,
konstipasi, muntah, dan ruam merah pada kulit. Ibu hamil dan menyusui sebaiknya
menghindari penggunaan PPI.

b) Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung dengan cara berkompetisi


dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal lambung. Bila
histamin berikatan dengan reseptor H2, maka akan dihasilkan asam. Dengan diblokirnya
tempat ikatan antara histamin dan reseptor, digantikan dengan obat-obat ini, maka asam
tidak akan dihasilkan. Beberapa macam obat ini yaitu cimetidine (Corsamet(R)-Corsa,
tablet 200 mg dan 400 mg) , famotidine (Ifamul(R)-Guardian Pharmatama, tablet 20 mg),
ranitidine (Tricker(R)-Meprofarm, tablet salut selaput 150 mg), dan nizatidine (Axid(R)-
Eli Lily, kapsul 150 mg). Efek samping obat golongan ini yaitu diare, sakit kepala, kantuk,
lesu, sakit pada otot, dan konstipasi.

c) Bismut. Bismut biasanya dikombinasikan dengan obat penekan jumlah asam pada terapi
tukak yang disertai infeksi bakteri H.pylori. Bismut aktif melawan H.pylori dengan
konsentrasi hambat minimal yaitu 16 mg/ml. Beberapa macam obat yang mengandung
bismut yaitu Diotame(R) dan Pepto-Bismol(R), keduanya dalam bentuk tablet kunyah 262
mg. Bismut dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap bismut.

Berikut ini adalah terapi kombinasi beserta dosis obat yang direkomendasikan dan telah disetujui
oleh Food And Drugs Association (FDA) untuk melawan bakteri H.pyloridan menjaga agar tidak
terjadi sekresi asam berlebih yang dapat memperparah tukak:

a) PPIAC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, amoksisilin, dan clarithromycin yang mempunyai
keefektifan 90-95% dalam eradikasi H.pylori. Ketika menggunakan terapi ini, PPI
diminum dua kali sehari sebelum makan selama 14 hari; amoksisilin 1000 mg dua kali
sehari bersama dengan makanan selama 14 hari; dan clarithromycin 500 mg dua kali sehari
diminum bersama dengan makanan selama 14 hari. FDA sudah membuktikan bahwa terapi
selama 10 hari juga sudah efektif. Terapi 7 hari tidak disarankan oleh FDA karena kurang
efektif dibandingkan terapi selama 10-14 hari. Antagonis reseptor H2 sebaiknya tidak
ditambahkan pada kombinasi yang menggunakan PPII

b) PPIMC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, metronidazole, dan clarithromycin. Metronidazole
500 mg dapat digunakan sebagai pengganti amoksisilin karena memiliki daya eradikasi
yang sama. Efektivitas kombinasi ini yaitu antara 88-95% untuk memeberantas
bakteri H.pylori.

c) BMT-H2. Kombinasi ini terdiri dari bismut, metronidazole, dan terasiklin, ditambah
dengan antagonis reseptor H2. Terapi ini agak rumit karena menggunakan empat macam
obat yang diberikan empat kali sehari selama dua minggu dan masih dilanjutkan terapi
dengan obat antagonis reseptor H2selama 16 hari. Bismut yang diberikan adalah bismuth
salisilat 262 mg, dua tablet empat kali sehari dengan cara dikunyah selama 14 hari diminum
bersama makanan dan sebelum tidur. Metronidazole 250 mg diminum empat kali sehari
selama dua minggu diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Tetrasiklin 500 mg
diberikan empat kali sehari selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum tidur.
Antagonis reseptor H2 diberikan selama 30 hari untuk meningkatkan kesembuhan. PPI
yang diminum dua kali sehari dapat digunakan untuk mengganti antagonis reseptor H2.

d) RBC-C. Kombinasi ini terdiri dari ranitidine, bismut citrat, dan clarithromycin. Ranitidine
150 mg ditambah bismut sitrat 240 mg diminum dua kali sehari selama empat minggu
dikombinasikan dengan clarithromycin 500 mg diminum tiga kali sehari untuk dua minggu
pertama. Kombinasi ini kurang efektif dibanding kombinasi lainnya di atas. Selain itu,
waktu pemberiannya juga agak merepotkan, durasinya lama (empat minggu), ditambah
lagi hanya satu antibiotik yang digunakan. RBC merupakan pilihan untuk pasien yang
alergi terhadap penisilin
c. Pencegahan

Upaya Pencegahan

1) Orang yang tinggal di lingkungan yang tidak padat penduduk dan lingkungan yang bersih
akan mempunyai risiko lebih kecil untuk terkena H. pylori

2) Lakukan disinfeksi lengkap terhada alat-alat gastroskopi, elektroda pH dan alat-alat


medis lain yang pengoperasiannya dimasukkan kedalam perut.

B Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar

1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat

2) Isolasi: Tidak diperlukan.

3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan pada alat-alat medis yang dimasukkan kedalam
lambung.

4) Karantina: Penderita yang terinfeksi H. pylori tidak perlu ditempatkan pada ruang
karantina yang terpisah.

5) Imunisasi kontak: Tidak ada vaksin yang tersedia pada saat in

5. Escherichia coli Diare berat & keracunan makanan

E.coli adalah penyebab dari 8085% infeksi saluran kemih, dan Staphylococcus saprophyticus
menjadi penyebab pada 510%. Meskipun jarang, infeksi virus atau jamur dapat menyebabkan
penyakit ini.

a. Diagnosis

Beberapa basil (bakteri berbentuk batang, pada gambar ini tampak berbentuk
seperti kacang berwarna hitam) yang terlihat di antara sel darah putih dalam pemeriksaan
mikroskopik urin. Perubahan ini menandakan infeksi saluran kemih.

Dalam kasus sederhana, diagnosis dapat ditegakkan dan pengobatan diberikan


berdasarkan gejalanya saja tanpa konfirmasi laboratorium lebih lanjut. Dalam kasus yang
kompleks atau meragukan, mungkin berguna untuk memastikan diagnosis dengan
urinalisis, mencari adanya nitrit urin, sel darah putih (leukosit), atau esterase leukosit.
Pemeriksaan lain, mikroskopi urin, mencari adanya sel darah merah, sel darah
putih, atau bakteri. kultur urin dianggap positif bila menunjukkan jumlah koloni bakteri
lebih besar atau sama dengan 103unit pembentuk koloni (colony forming unit/CFU) per
mL organisme saluran kemih biasa. Sensitivitas antibiotik juga dapat diuji dengan kultur
ini, sehingga berguna dalam pemilihan pengobatan antibiotik. Akan tetapi, perempuan
dengan hasil kultur negatif masih mungkin membaik dengan pengobatan antibiotik. Karena
gejala bisa samar dan tanpa pemeriksaan yang dapat diandalkan untuk infeksi saluran
kemih, diagnosis bisa sulit pada orang lanjut usia.

b. Pencegahan

Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat kontaminasi:

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan, setelah memegang
daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain dengan binatang piaraan.
2. Jagalah kebersihan kuku Anda terutama jika memiliki kuku yang panjang.
3. Menjauhi makanan dan minuman yang kebersihannya diragukan.
4. Tidak minum air keran.
5. Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
6. Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.
7. Makan makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar.
8. Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan tertinggal di bawah
paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
9. Buang makanan dan minuman yang sudah kedaluarsa.

c. Pengobatan

Bagi orang dengan infeksi berulang, antibiotik harian jangka panjang cukup efektif.
Pengobatan yang sering digunakan mencakup nitrofurantoin dan
trimethoprim/sulfamethoxazole. Methenamine adalah obat lain yang sering digunakan
untuk keperluan ini karena di kandung kemih yang tingkat keasamannya rendah, obat ini
memproduksi formaldehid yang tidak menyebabkan resistensi. Dalam kasus infeksi yang
terkait dengan hubungan seksual, minum antibiotik sesudahnya mungkin bermanfaat. Pada
perempuan pasca-menopause, estrogen vagina topikal dapat mengurangi kekambuhan.
Tidak seperti krim topikal, manfaat penggunaan estrogen vagina dari pesarium tidak
setinggi antibiotik dosis rendah. Sejumlah vaksin sedang dikembangkan sampai dengan
tahun 2011.

d. Diagnosis

Beberapa basil (bakteri berbentuk batang, pada gambar ini tampak berbentuk
seperti kacang berwarna hitam) yang terlihat di antara sel darah putih dalam pemeriksaan
mikroskopik urin. Perubahan ini menandakan infeksi saluran kemih.

Dalam kasus sederhana, diagnosis dapat ditegakkan dan pengobatan diberikan


berdasarkan gejalanya saja tanpa konfirmasi laboratorium lebih lanjut. Dalam kasus yang
kompleks atau meragukan, mungkin berguna untuk memastikan diagnosis dengan
urinalisis, mencari adanya nitrit urin, sel darah putih (leukosit), atau esterase leukosit.
Pemeriksaan lain, mikroskopi urin, mencari adanya sel darah merah, sel darah
putih, atau bakteri. kultur urin dianggap positif bila menunjukkan jumlah koloni bakteri
lebih besar atau sama dengan 103unit pembentuk koloni (colony forming unit/CFU) per
mL organisme saluran kemih biasa. Sensitivitas antibiotik juga dapat diuji dengan kultur
ini, sehingga berguna dalam pemilihan pengobatan antibiotik. Akan tetapi, perempuan
dengan hasil kultur negatif masih mungkin membaik dengan pengobatan antibiotik. Karena
gejala bisa samar dan tanpa pemeriksaan yang dapat diandalkan untuk infeksi saluran
kemih, diagnosis bisa sulit pada orang lanjut usia.

6. Diplococcus pneumoniae Pneumonia (radang paru-paru)

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru,
lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus, jamak: alveoli).
Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk
berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.

a. Diagnosis
Diagnosis pneumonia atau paru-paru basah terkadang sulit dilakukan karena gejalanya
mirip dengan penyakit lain. Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami
serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga.

Dokter juga memeriksa rongga dada Anda dengan stetoskop. Paru-paru yang penuh
cairan memiliki bunyi yang berbeda dengan yang sehat. Jika mencurigai Anda menderita
pneumonia, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan
diagnosis. Proses pemeriksaan tersebut biasanya meliputi:

Rontgen dada untuk memastikan keberadaan pneumonia serta tingkat keparahannya.


Tes darah dan pemeriksaan sampel dahak. Kedua proses ini bisa membantu
pengidentifikasian bakteri atau virus penyebab infeksi.
Pulse oximetry, yaitu proses pengukuran kadar oksigen dalam darah.

b. Pengobatan
Untuk penderita yang terkena penyakit ini, sebaiknya diberikan obat antivirus
(misalnya ribavirin atau amantadin, untuk virus influenza tipe A), terutama pada bayi dan
anak-anak. Untuk pneumonia karena virus herpes dan cacar air bisa diberikan acyclovir.
Beberapa penderita akan mengalami pemulihan dalam waktu 2 minggu, tanpa
meninggalkan gejala sisa.
Akibat yang fatal mungkin akan ditemukan pada:
penderita lanjut usia
penderita gangguan sistem kekebalan
bayi yang menderita kelainan jantung bawaan.
Selain itu, menurut Mansjoer (2000), pengobatan pneumonia dapat dilakukan
dengan cara pemberian antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan:
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
Amikasin 1015 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
c. Pencegahan

1. Memberikan vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut vaksin IPD


2. Memberi imunisasi pada anak sesuai waktunya
3. Menjaga keseimbangan nutrisi anak
4. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara cukup istirahat dan juga banyak olahraga.
5. Mengusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai udara yang bersih dan ventilasi
yang cukup

7. Clostridium tetani Tetanus


Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka.

a. Patofisiologi
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku,
pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat
melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang
merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan
mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler.
Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi
dinetralkan oleh antitoksin spesifik.
Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi
pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan
saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah
arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural
junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa
inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari .
b. Diagnose
Diagnosis Penyakit Tetanus Dokter mendiagnosis penyakit tetanus berdasarkan
pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan (luka pada tubuh) dan riwayat imunisasi, serta tanda-
tanda dan gejala tetanus yang khas yaitu kejang otot, kekakuan dan nyeri seperti telah
disebutkan di atas. Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak membantu diagnosis tetanus.
Disamping itu ada pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosis tetanus, yaitu tes spatula. Tes ini dilakukan dengan cara menyentuh dinding
tenggorokan dengan spatula (semacam sendok), pada orang normal akan memberikan
reaksi mual dan menghindar, sedangkan pada penderita tetanus akan memberi respon
menggigit spatula dan menutup mulut

c. Pengobatan

Pengobatan tetanus dengan memberikan immunoglobulin tetanus untuk


menetralisir racun yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Selanjutnya diberikan
Antibiotik tetrasiklin dan penisilin untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut,
supaya racun yang ada mati.
Selain itu diberikan obat lainnya untuk menenangkan penderita,
mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot. Untuk infeksi menengah sampai
berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernapasan.
Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan untuk
mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus
diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan kekebalan terhadap
infeksi berikutnya.

d. Pencegahan

Pencegahan tetanus dengan cara vaksinasi. Pada anak-anak, vaksin tetanus


diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Dan untuk orang
sudah dewasa sebaiknya diberikan booster.

Pada seseorang yang memiliki luka, jika:


1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksinasi lebih lanjut
2. Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan
vaksinasi
3. Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.

Pencegahan lain dengan cara membersihkan setiap luka terutama luka tusukan
yang dalam harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan
mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani. Bagi orang yang rentan
terhadap luka (luka tertutup, misalnya tertusuk paku dan bukannya luka terbuka yang
mengeluarkan darah mengalir) perlu dilakukan vaksinasi toksoid.

8. Staphylococcus aureus Abses (bisul)

a. Penyebab

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab yang tersering. Secara normal,


bakteri ini terdapat pada kulit hidung dan sekitar kemaluan. Ada bukti yang menyatakan bahwa
ujung hidung merupakan tempat utama dari bakteri ini sebelum menyebar dan menyebabkan
infeksi pada kulit bagian tubuh lain. Infeksi oleh bakteri ini berawal di folikel rambut, lalu
dalam waktu lama dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Integritas (kualitas) permukaan kulit sebagai benteng pertahanan terhadap bakteri ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti iritasi, tekanan, gesekan, keringat, radang kulit,
bercukur, dan faktor yang akan dijelaskan lebih lanjut. Jika integritas ini terganggu, bakteri ini
dapat masuk ke bagian dalam kulit dan menimbulkan terjadinya infeksi. Bakteri ini dapat
berpindah dari bagian atau tempat yang paling banyak menyentuh bagian tubuh lainnya, seperti
tangan yang tidak bersih memegang daerah dengan integritas kulit yang kurang.
Berbagai faktor yang mempermudah seseorang terinfeksi oleh bakteri ini antara lain:
peminum alkohol berat, kurang nutrisi, tingkat kebersihan yang buruk, kulit yang berminyak,
riwayat jerawat dan ketombe, gangguan daya tahan tubuh dan kondisi-kondisi di mana daya
tahan tubuh menurun, seperti diabetes melitus atau AIDS.
Selain itu, pasien yang memiliki kencederungan untuk berkeringat berlebih juga lebih
mudah terkena bakteri ini, terutama pada daerah yang tertutup pakaian seperti paha dan
bokong

b. Diagnosis

Temuan yang umum peradangan-panas, kemerahan, bengkak, dan nyeri-mudah


mengidentifikasi abses dangkal. Abses di tempat lain mungkin hanya memproduksi gejala
umum seperti demam dan ketidaknyamanan. Jika seseorang gejala dan hasil pemeriksaan
fisik tidak membantu, dokter mungkin harus resor untuk baterai tes untuk menemukan
lokasi abses. Biasanya sesuatu dalam mengarahkan evaluasi awal pencarian. Baru atau
penyakit kronis di organ mungkin menunjukkan lokasi abses. Disfungsi organ atau sistem,
misalnya kejang atau berubah fungsi usus, dapat memberikan petunjuk. Rasa sakit dan nyeri
pada pemeriksaan fisik adalah temuan umum. Kadang-kadang abses yang mendalam akan
makan saluran kecil (sinus) ke permukaan dan mulai bocor nanah. Sebuah abses steril hanya
dapat menyebabkan benjolan yang menyakitkan jauh di pantat di mana tembakan itu
diberikan
c. Pengobatan

Bisul umumnya bisa disembuhkan dengan langkah simpel di rumah dan jarang
memerlukan penanganan medis oleh dokter. Beberapa cara sederhana yang bisa kita
lakukan untuk mempercepat penyembuhan adalah:

Antibiotik Tujuan utama dari antibiotik adalah untuk membantu mengontrol dan
akhirnya menghilangkan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi d abses. Namun,
perlu diingat bahwa antibiotik juga dapat membunuh bakteri baik, yang dapat
membantu dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Oleh karena itu perlu untuk
mengikuti petunjuk dokter mengenai dosisnya.
Penghilang rasa sakit Obat ini bertujuan untuk mengurangi pembengkakan,
kemerahan, nyeri, dan rasa sakit yang terkait dengan abses. Karena obat ini juga
memiliki efek samping, sebaiknya menggunakannya hanya bila diperlukan.
Drainase Drainase mengacu pada proses pembuatan sayatan kecil pada abses untuk
memungkinkan nanah atau cairan mengalir, yang secara signifikan dapat mengurangi
rasa sakit. Daerah ini dibersihkan dengan larutan steril sebelum dan sesudah tindakan
untuk mengurangi risiko infeksi.
Operasi Tindakan ini lebih cocok ketika drainase biasa tidak mungkin dilakukan
atau ketika abses memiliki risiko. Tindakan operasi melibatkan pembentukan sayatan
yang lebih besar pada daerah tindakan untuk membuat nanah mengalir
Mengompres bisul dengan air hangat. Lakukanlah setidaknya tiga kali sehari. Langkah ini
akan mengurangi rasa sakit sekaligus mendorong nanah untuk berkumpul di puncak
benjolan.

Bersihkan bisul yang pecah dengan kain kasa beserta alkohol dan sabun anti-bakteri.
Jangan lupa untuk membubuhkan obat oles dan membungkus bisul yang pecah dengan
kain kasa steril.

Gantilah perban sesering mungkin (dua hingga tiga kali sehari).

Jangan lupa untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah mengobati
bisul.

d. Pencegahan

Jaga kebersihan tubuh dengan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, terutama untuk
bagian yang rentan terkena bisul seperti ketiak atau bagian pangkal paha.
Pilihlah pakaian yang nyaman digunakan serta dapat meyerap keringat agar terhindar dari
jamur sehingga meminimalisir terjadinya infeksi serta penularannya.
Memilih menu makanan yang tepat dan sehat serta pola makan yang benar agar terhindar
dari bermacam penyakit.
Selalu menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
9. Neiseria gonorrhoeae Gonorrhaeae (kencing nanah)
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang umum dan
disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Pria maupun wanita
bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina
dari orang yang terinfeksi.

a. Patofisologi

Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan
farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis
dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada
wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub epitel
di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA),
dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus
mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum,
fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung
virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
N. gonorrhoeae terbaik hidup pada udara yang mengandung 2 10% CO2, dengan suhu
35oC, dan pH optimum 7,2 7,6.
N. gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan
cepat, menghasilkan keradangan yang eksudatif, dan juga dapat masuk keliaran darah

b. Diagnosa

1) Pewarnaan gram: hasil positif bila didapatkan gram negative kokus intrasel dalam eksudat
sel polimorfonuklear.
2) Kultur: sampel diisolasi di media khusus, contoh media coklat atau Thayer-Martin.

Diagnose juga dapat dilakukan berdasarkan tempat pengambilan spesimen. Contohnya laki-laki
dari uretra, dan perempuan dari serviks.
1) Pemeriksaan darah: hal ini dilakukan bila pasien juga dicurigai mengalami infeksi HIV.

c. Pengobatan

. Dokter biasanya akan memberikan antibiotik jangka pendek untuk mengobati


gonore. Jika Anda mengalami salah satu kondisi seperti di bawah ini, sebaiknya segera
lakukan pengobatan.

Ada kemungkinan besar terkena gonore, walau hasil pemeriksaan belum keluar.
Pasangan Anda diketahui menderita gonore.
Pemeriksaan menunjukkan Anda menderita gonore.
Sangat penting untuk memeriksakan dan mengobati pasangan seksual Anda
karena gonore bisa ditularkan dengan mudah melalui hubungan seksual. Jika salah satu
pasangan mengidap gonore, kemungkinan pasangan yang satunya juga tertular gonore.

10. Treponema pallidum Sifilis atau raja singa


11. Neiseria meningitis Meningitis (radang selaput otak)

a. Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis.Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya
ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis.

Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri


dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan
oleh meningokokus.
b. Diagnose
Tes laboratorium. Dilakukan untuk mencari bakteri, parasit, atau virus yang
menyebabkan meningitis pada sampel darah, cairan dubur, tinja, atau serum dari tubuh
penderita. Tes khusus untuk mendeteksi jenis jamur tertendu dapat dilakukan juga.
Lumbar puncture atau pungsi lumbal. Sampel dari cairan serebrospinal diambil dari
dasar tulang belakang dan diperiksa apakah terdapat bakteri, jamur, parasit, atau virus.
Pindai X-ray dada. Untuk mencari tanda-tanda infeksi.
CT scan
Tes urine, untuk memeriksa infeksi pada saluran urine.
Biopsi. Pengambilan sampel jaringan dari ruam pada kulit.

C, Pencegahan

Meningitis adalah hasil dari infeksi yang menjalar. Bakteri atau virus yang
menyebabkan meningitis bisa tersebar melalui batuk, bersin, ciuman, atau berbagi
peralatan. Beberapa langkah awal untuk mencegah terjangkit meningitis adalah:

1. Mencuci tangan
2. Berlatih hidup higienis
3. Pola hidup sehat
4. Menutup mulut saat bersin atau batuk
5. Jika sedang hamil, berhati-hati dalam memilih makanan

Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam
vaksin. Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang
terbaru atau tidak. Vaksin yang sudah tersedia antara lain:

Vaksin MMR (campak, gondongan dan campak Jerman): Dapat diberikan pada umur 12
bulan, vaksin ulangan umur 5-7 tahun
Vaksin pneumokokus (PCV): Usia di bawah 1 tahun diberikan setiap dua bulan sekali, di
atas dua tahun cukup diberikan sekali
Vaksinasi DTaP/IPV/Hib: Perlindungan pada bakteri Hib, difteri, batuk, tetanus dan
virus polio
Vaksin meningitis belum termasuk dalam jadwal imunisasi anak, tetapi vaksin ini bisa
didapatkan di Indonesia. Konsultasikanlah dengan dokter Anda jika menginginkan vaksin
tersebut.
12. Mycobacterium leprae Lepra (kusta)
a. Patofisiologi

Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan
seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena
kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak
semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika
juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di
keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap
individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.

Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa
hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya sejumlah organisme di
dermis kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat
berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam
di epitel deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri
tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan adanya sejumlah M.
leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini
membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat.

Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan oleh Schffer pada 1898. Jumlah dari
bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga
10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan
adanya bakteri di sekret hidung mereka. Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari
pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari.

Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini
diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari masuknya bakteri.
Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta melalui aerosol di mencit yang ditekan
sistem imunnya. Laporan yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada mencit dengan
pemaparan bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa saluran
pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya bakteri, walaupun
demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan.

Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha
mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu,
berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30
tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di
daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah disetujui,
bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

b. Diagnosis Kusta

Kebanyakan kasus kusta didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita biasanya
bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau merah pada
kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak di bawah kulit dapat
teraba membesar bahkan terlihat) seringkali dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada
kawasan endemik kusta, seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah
satu dari dua tanda utama berikut ini:

Adanya bercak pada kulit yang mati rasa.

Sampel dari usapan kulit positif terdapat bakteri penyebab kusta

c. Pengobatan
Kusta merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu
cukup lama, yaitu 6-12 bulan. Pengobatan umumnya menggunakan multiple drug
therapy (menggunakan gabungan beberapa obat).

d. Pencegahan
kusta dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG tetapi efektivitasnya bervariasi pada
masing-masing individu, yaitu antara tidak efektif sampai 80% efektif. Pencegahan dengan obat
dapat dilakukan dengan pemberian Dapsone, tetapi hanya efektif untuk Tuberculoid Leprosy.

13. Clostridium botulinium Keracuanan makanan

a. Diagnosis

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi


berdasarkan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Dokter akan menjalankan
pemeriksaan fisik untuk mengecek tanda-tanda lemah otot atau kelumpuhan, seperti kelopak
mata lemas dan suara lemah.

Selain pemeriksaan fisik, dokter juga akan mengajukan pertanyaan tentang makanan
yang dikonsumsi pasien selama beberapa hari terakhir dan tentang luka di tubuh yang berisiko
terinfeksi bakteri.

Dokter bisa menyarankan tes darah dan tinja untuk memeriksa apakah terdapat bakteri
Clostridium botulinum di dalamnya. Jika masih ada, makanan yang dicurigai juga bisa dibawa
untuk diuji di laboratorium.

Pada botulisme bayi, dokter akan bertanya pada orang tua bayi apakah bayinya diberi
makan madu, ataukah mengalami sembelit atau lesu. Dokter mungkin juga akan menganalisa
darah, tinja atau muntah bayi untuk mengidentifikasi racun penyebab botulisme.

b. Pengobatan

Penderita botulisme perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Tujuan dari pengobatan
botulisme adalah untuk menetralisir racun dan membantu fungsi tubuh (seperti pernapasan)
berjalan normal, hingga penderita pulih kembali.
Pengobatan botulisme tidak akan menyembukan kelumpuhan otot dan pernapasan yang
mungkin sudah terjadi, tapi pengobatan akan menjaga kondisi tidak semakin memburuk.
Beberapa minggu atau bulan setelah pengobatan, umumnya kelumpuhan yang muncul sebelum
pengobatan akan menghilang dan tubuh kembali normal.Beberapa perawatan bagi penderita
botulisme yang biasanya diberikan oleh dokter adalah:

Pemberian antitoksin. Pada penderita botulisme keracunan makanan atau botulisme luka,
biasanya dokter akan menyuntikkan obat antitoksin untuk mengurangi risiko komplikasi.
Antitoksin dengan jenis imun globulin botulisme biasanya diberikan untuk mengobati botulisme
bayi.
Pemberian antibiotik. Prosedur ini direkomendasikan hanya untuk penderita botulisme luka,
karena antibiotik justru mempercepat pelepasan racun.
Alat bantu pernapasan. Alat ini akan dipasang oleh dokter jika penderita mengalami kesulitan
bernapas.
Rehabilitasi. Kelumpuhan pada penderita botulisme bisa sembuh secara bertahap. Penderita
membutuhkan terapi untuk membantu proses pemulihan berbicara, menelan, dan fungsi tubuh
yang terkena dampak botulisme.

c. Pencegahan

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah seseorang terkena botulisme yaitu:

Hindari mengonsumi makanan dengan kemasan yang sudah rusak, makanan diawetkan yang
sudah berbau, makanan yang disimpan pada suhu yang tidak sesuai, serta makanan kadaluarsa.

Jangan berikan madu pada bayi berusia di bawah satu tahun, meskipun dalam jumlah sedikit,
karena diketahui madu mengandung spora bakteri Clostridium botulinum. Sirup jagung juga
dilarang diberikan pada bayi di bawah satu tahun.

Jangan menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang.


14. Shigella dysenteriae Disentri basiler

a. Patofisiologi

Kuman Shigella secara genetik tahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati
barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh
ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel
mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang
Shigella namun ileum terminalis dapat juga terserang. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan
mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada
keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan
transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak
berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara
lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan
neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih
mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang
mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang
tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil.
Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum

b. Diagnose

o Pemeriksaan tinja

o Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam
tinja

o Benzidin test

o Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .

o Biakan tinja : Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
o Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat
ditemukan leukopenia.( wikpedia.co.id

c. Pengobatan :

Banyak Minum Cairan


Pencegahan dehidrasi pada bayi dan anak-anak sangatlah penting. Anda dianjurkan memberi anak
minum air putih sedikit demi sedikit dan sesering mungkin walau mereka muntah. Sedikit minum
lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindari memberi jus buah atau minuman bersoda pada anak
Anda karena bisa memperparah diare.

Sama halnya dengan anak-anak, orang dewasa sebaiknya banyak minum agar cairan yang terbuang
dapat digantikan dan terhindar dari dehidrasi. Minumlah beberapa teguk air sesering mungkin.
Pada kasus diare yang parah, cairan perlu diberikan melalui infus di rumah sakit.

Oralit
Penggunaan oralit dianjurkan jika:

Penderita rentan terhadap dehidrasi, misalnya karena berusia 60 tahun ke atas.


Penderita anak-anak yang sudah atau berisiko mengalami dehidrasi.

Oralit biasanya bisa dibeli tanpa resep dokter. Cairan ini berfungsi menggantikan garam, glukosa,
dan mineral penting lainnya yang hilang dari tubuh karena dehidrasi.
Namun harap diingat bahwa oralit bukan untuk menyembuhkan diare, melainkan membantu
mengobati atau mencegah dehidrasi.

Konsumsi Makanan Padat


Konsumsilah makanan ringan dengan porsi kecil. Jangan lupa untuk menghindari makanan
berlemak, pedas, dan berat.Pemberian makanan padat pada anak yang mengalami dehidrasi
sebaiknya dihindari sampai mereka sudah cukup minum. Saat gejala dehidrasi sudah berkurang,
anak Anda boleh mulai mengonsumsi makanan seperti biasa.
Pemberian Antibiotik
Penderita diare tingkat menengah sampai tingkat parah yang disebabkan bakteri shigella biasanya
dianjurkan untuk meminum antibiotik guna mempercepat kesembuhan. Penderita diare dengan
gejala yang bertambah parah juga demikian. Jenis antibiotik yang diberikan akan ditentukan oleh
dokter setelah hasil pemeriksaan laboratorium membuktikan jenis disentri yang diidap oleh pasien.

Pada pasien disentri amoeba, dokter biasanya akan menganjurkan konsumsi antibiotik yang akan
memberantas amoeba selama setidaknya 10 hari.

d. Penyebab

Karena pengidap tidak mencuci tangan setelah buang air besar.


Jika kita mengonsumsi minuman atau makanan yang terkontaminasi.

Apabila kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri karena
disentuh penderita yang tidak mencuci tangan.

e. Pencegahan
Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun setelah
menggunakan toilet, sebelum makan, memasak, menyiapkan makanan, dan setelah
bermain dengan hewan peliharaan.
Bersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar.
Memisahkan pakaian pengidap saat dicuci.
Mencuci pakaian pengidap dengan air panas.
Jangan menggunakan handuk atau peralatan makan yang sama dengan pengidap.
Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal 48 jam setelah periode disentri
berakhir.
Hindari konsumsi makanan mentah, seperti karedok. Jika Anda ingin mengonsumsi buah-
buahan, pilihlah buah dengan kulit yang bisa dikupas.
Menjauhi makanan yang kebersihannya tidak terjamin, misalnya yang dijual pedagang
kaki lima.
Hanya mengonsumsi makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.
Hindari konsumsi es batu yang terbuat dari air yang tidak bersih.
Menghindari minum air langsung dari keran. Rebuslah terlebih dahulu.
Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal dua hari setelah diare yang
terakhir.
Hindari konsumsi minuman botol dengan segel yang rusak.
Jagalah kebersihan kuku, terutama jika Anda memiliki kuku yang panjang.

15. Vibrio comma Kolera

a. Patologi

Kolera ditularkan melalui jalur oral. Bila vibrio berhasil lolos dari pertahanaan primer dalam
mulut dan tertelan, bakten ini akan cepat terbunuh dalam asam lambung yang tidak diencerkan.
Bila Vibrio dapat selamat melalui asam lambung, maka ia akan berkembang di dalam usus halus.
Suasana alkali dibagian usus halus ini merupakan medium menguntungkan baginya untuk hidup
dan memperbanyak diri. Jumlahnya bisa mencapai sekitar 10/ml cairan tinja. Langkah awal dari
patogenesis terjadinya kolera yaitu karena adanya membrane protein terluar dan adhesin flagella.

vibrio chollerae merupakan bakteri non invasif, patogenesis yang mendasari terjadinya
penyakit ini disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan vibrio chollerae yang menyebabkan
hilangnya cairan dan elektrolit yang masif yang disebabkan oleh kerja toksin pada sel epitel usus
halus, terutama pada duodenum dan yuyenum.

Enterotoksin adalah suatu protein, dengan berat molekul 84.000 Dalton, tahan panas dan
tak tahan asam, resisten terhadap tripsin tapi dirusak oleh protease. Toksin kolera mengandung 2
sub unit yaitu sub unit B (binding) dan A (active). Sub unit B mengandung 5 polipeptida dimana
masing-masing molekul memiliki berat 1500 dan terikat pada gangliosid monosialosil yang
spesifik, reseptor GMI yang terdapat pada sel epitel usus halus. Sub unit A kemudian dapat
masuk menembus membran sel epitel.
Sub unit ini memiliki aktivitas adenosine diphospate (ADP) ribosiltranferase dan
menyebabkan transfer ADIP ribose dari Nicotinamide- adenine dinucleotide (NAD) ke
sebuah guanosine triphospate (GTP) binding protein yang mengatur aktivitas adenilat siklase.
Hal ini menyebabkan peningkatan produksi cAMP, yang menghambat absorpsi NaCl dan
merangsang ekskresi klorida, yang menyebabkan hilangnya air, NaCl, Kalium dan
bikarbonat.

Toksin-toksin tambahan dan faktor-faktor lain sekarang telah diketahui terlibat pada
patogenesis kolera. zonula occludens toxin (Zot) meningkatkan permiabilitas mukosa usus
halus dengan mempengaruhi stuktur light juction interceluler. Accessory cholerae esotoxin
(ACE) ditemukan pada tahun 1993 dan diketahui meningkatkan transpor ion transmembran.

Imunitas terhadap toksin kolera dan antigenpermukaan bakteri sama dengan respon
infeksi alami. Kebanyakan study terhadap respon imun telah mengukur antibodi bakt in vivi
kemungkinan besar di mediasi oleh IgA sekretorik.

Kolera ditandai dengan diare yang sangat berat yang dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit dan hipovolemia dengan angka kematian (mortality rate) yang
berkisar dari kurang dari 1% hingga 40%. Terdapat spektrum yang luas mulai dari yang
asimtomatik ringan hingga berat.

b. Diagnosis penyakit kolera

Dalam menegakan suatu diagnosis kolera meliputi gejalaklinis, pemeriksaan fisik ,reaksi
aglutinasi dengan anti serumspesifik dan kultur bakteriologis. Menegakkan diagnosis penyakit
kolera yang berat terutama diderah endemik tidaklah sukar.Kesukaran menegakkan diagnosis
biasanya terjadi pada kasus-kasus yang ringan dan sedang, terutama di luar endemic atau epidemi.

Gejala klinik

Kolera yang tipik dan berat dapat dikenal dengan adanyaberak-berak yang sering tanpa mulas
diikuti dengan muntah-muntah tanpa mual, cairan tinja berupa air cucian beras,suhu tubuh yang
tetap normal atau menurun dan cepatbertambah buruknya keadaan pasien dengan gejala-
gejalaakibat dehidrasi, renjatan sirkulasi dan asidosis yang jelas.(PD, FKUI, 1996)(6 )

Pemeriksaan Fisik.

Adanya tanda-tanda dehidrasi yaitu keadaan turgor kulit,mata cekung, Ubun ubun besar yang
cekung, mulutkering,denyut nadi lemah atau tiada, takikardi, kulit dingin,sianosis, selaput lendir
keringdan kehilangan berat badan

Kultur Bakteriologis

Diagnosis pasti kolera tergantung dari keberhasilanmengisolasi V. Kolera 01 dari tinja penderita
penanaman padamedia seletif agar gelatin tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa

(TCBS) dan TTGA.Tampak pada TCBS organisme V. Koleramenonjol sebagai koloni besar,
kuning halus berlatarbelakang medium hijau kebiruan. Pada TTGA koloni kecil,opak dengan zone
pengkabutan sekelilingnya.

Reaksi aglutinasi dengan antiserum spesifik

Yaitu melalui penentuan antibodi-antibodi vibriosidal,aglutinasi dan penetralisasi toksin, titer


memuncrat dan ke 3antibodi tersebut akan terjadi 7-14 hari setelah awitanpenyakit-titer antibodi
vibriosidal dan aglutinasi akan kembalipada kadar awal dalam waktu 8-12 minggu setelah
awitanpenyakit, sedangkan titer antitoksin akan tetap tinggi hingga12-18 bulan. Kenaikan sebesar
4x atau lebih selama masapenyakit akut atau penurunan titer selama masa penyembuhan.

Pemeriksaan darah

Pada darah lengkap ditemukan angka leukosit yang meninggiyang menunjukkan adanya suatu
proses infeksi, pemeriksaanterhadap pH, bikarbonat didalam plasma yang menurun,
danpemeriksaan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa.
c. Pengobatan Kolera
Diagnosis dilakukan untuk mengatasi kolera dan menentukan pengobatan yang tepat. Satu-satunya
cara untuk memastikan diagnosis kolera adalah dengan menguji sampel tinja guna melihat
keberadaan bakteri. Kini petugas medis di daerah terpencil bisa menggunakan tes untuk
mendiagnosis kolera lebih cepat dan mengurangi dampak fatal yang bisa terjadi.

Dampak paling fatal akibat kolera adalah kematian yang dapat terjadi dalam hitungan jam saja. Itu
sebabnya pasien membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.

Pemberian oralit, untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Oralit tersedia dalam
bentuk bubuk yang bisa dicampur dengan air mineral botol atau air yang dimasak hingga mendidih.

Pemberian infus, untuk orang yang mengalami dehidrasi parah.


Pemberian suplemen seng, untuk meredakan diare pada anak-anak penderita kolera.
Pemberian antibiotik, untuk mengurangi jumlah bakteri, sekaligus mempersingkat diare
akibat kolera.

d. Pencegahan Kolera
Untuk mencegah terjangkit kolera, sebaiknya senantiasa menjaga kebersihan diri dan makanan.
Anda bisa mengurangi risiko terjangkit kolera dengan melakukan beberapa hal berikut ini:

Hindari membeli makanan dari penjaja keliling atau pedagang kaki lima, Konsumsilah
makanan yang benar-benar matang.
Hindari mengonsumsi makanan laut mentah atau yang tidak dimasak sampai matang.
Hindari konsumsi susu mentah dan waspadai produk olahan susu (misalnya es krim), karena
sering terkontaminasi bakteri.
Cuci tangan dengan sabun dan air secara rutin, terutama sebelum makan dan setelah
menggunakan toilet. Sebelum dibasuh dengan air, gosok kedua tangan dengan sabun setidaknya
selama 15 detik. Anda juga bisa menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol jika tidak
ada sabun dan air.
Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga mendidih. Pada umumnya,
minuman botol, kaleng, atau minuman hangat lebih aman. Namun sebelum membuka minuman
kemasan, lap bagian luarnya terlebih dahulu.
Berkumurlah dengan air bersih setelah menyikat gigi.
Hindari makan salad dan buah-buahan yang tidak dikupas, seperti buah anggur. Pilih sayuran
dan buah-buahan yang bisa dikupas sendiri, seperti kiwi, pisang, dan pepaya.

Anda mungkin juga menyukai