Anda di halaman 1dari 151

https://zaifbio.wordpress.

com/category/mikrobiologi/
BAKTERI
Pernahkah kalian berpikir bahwa di dalam tubuh kita ini terdapat berjuta-juta
bakteri yang bersimbiosis mutualisme, parasitisme, ataupun saprofit dengan tubuh
kita? Bakteri dapat kita jumpai di berbagai tempat. Di tubuh kita misalnya, bakteri
terdapat di permukaan kulit, dalam sistem pencernaan, dalam kotoran gigi yang
membusuk, ataupun di kulit kepala kita.

Tubuh bakteri yang sangat kecil dan cara hidup yang beraneka ragam
memungkinkan bakteri untuk hidup di mana saja sehingga bakteri dapat ditemukan
di mana-mana, misalnya, di dalam tanah, dalam air, dalam sisa-sisa makhluk hidup,
dalam tubuh manusia, bahkan dalam sebutir debu. Luasnya distribusi bakteri ini
menyebabkan bakteri sering disebut juga dengan kosmopolit.

Pada umumnya, bakteri bersifat heterotrof dan dapat hidup sebagai saprofit atau
parasit. Ada juga bakteri yang dapat membuat makanan sendiri yang disebut
bakteri autotrof. Untuk lebih jelasnya, marilah kita perdalam dengan kajian di bawah
ini.
1. Ciri-Ciri Bakteri
Bakteri merupakan makhluk hidup bersel satu yang berukuran sangat kecil dan
mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Bakteri dapat berbentuk batang, spiral,
atau bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar klasifikasi bakteri.
Ukuran bakteri yang paling besar kira-kira 100 m. Ada pula yang kurang dari 1 m
dan yang terkecil kira-kira berukuran 0,1 m (1 mikron = 0,001 mm). Bakteri hanya
dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Ukuran bakteri yang lebih kecil dari
0,1 m hanya dapat diamati dengan mikroskop elektron. Sekumpulan bakteri dapat
membentuk koloni. Contohnya, pada makanan yang telah busuk, koloni bakteri
dapat terlihat dalam bentuk cairan kental, lengket seperti lendir yang berwarna
putih kekuningan.

Bakteri tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri.
Berdasarkan sumber zat makanannya, bakteri dibagi menjadi bakteri autotrofdan
heterotrof. Bakteri heterotrof terbagi menjadi bakterisaprofitdan parasit.
Berdasarkan kebutuhan oksigen-nya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri
aerobdan anaerob.

2. Struktur Tubuh Bakteri


Bakteri berukuran sangat kecil sehingga struktur tubuhnya sulit untuk diamati.
Tubuh bakteri berupa sel tunggal, dinding selnya tersusun dari hemiselulosa dan
senyawa semacam pektin yang lebih mendekati pada sel hewan. Dinding sel dilapisi
selaput mirip gelatin yang menyebabkan dinding sel berlendir. Isi sel berupa
protoplas dengan membran plasma dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersebar
butiran-butiran nukleotida yang mengandung DNA, belum terdapat inti dengan
membran inti seperti pada sel umumnya. Belum terdapat plastida dan zat warna.
Sebagian bakteri ada yang mempunyai karotenoida.

Jika dilihat dari struktur luarnya, bentuk bakteri akan beraneka ragam, yaitu
berbentuk batang, spiral, dan bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar
klasifikasi bakteri. Jika bakteri cocus membelah diri pada satu bidang dan tetap
saling melekat berpasangan dua dua, disebut diplococus, contohnya, Diplococus
bacillus. Jika selnya membelah diri pada satu bidang dan tetap melekat berbaris
seperti rantai, disebut streptococus, misalnya, Spirillum.Jika selnya membelah diri
pada dua bidang dan secara khas membentuk kelompok terdiri dari empat sel,
disebut tetracocus (Pediococcus cerevisiae). Jika selnya membelah diri pada tiga
bidang dalam suatu pola tak teratur seperti anggur, disebut stafilcocus, misalnya,
Staphylococcus aureus. Jika selnya membelah diri pada tiga bidang dalam suatu
pola teratur membentuk penataan seperti kubus, disebut sarsina, misalnya, Sarcina
ventriculi. Bakteri yang berbentuk spiral biasanya tidak berkelompok. Spirillum
dibedakan menjadi (1) bentuk spiral (berupa lengkung lebih dari setengah
lingkaran), misalnya, Spirillum minor, (2) koma (berupa lengkung kurang dari
setengah lingkaran, pendek, dan tidak lengkap), misalnya, Vibrio comma, dan (3)
spiroseta (berupa spiral yang halus dan lentur), misalnya, Treponema pallidium.
Plasma bakteri banyak mengandung vakuola-kecil yang berisi cadangan makanan,
seperti glikogen, amilosa, lemak, zat putih telur, dan vulotin.

Umumnya, bakteri bergerak pasif, tetapi ada juga yang dapat bergerak aktif dalam
medium cair. Pada fase tertentu, bakteri tersebut dapat membentuk rambut-rambut
plasma yang dapat menembus dinding plasma. Rambut plasma ini disebut bulu
cambukatau flagel. Jumlah flagel dapat berbeda-beda, misalnya, monorik(satu flagel
pada salah satu kutubnya), subpolar(dua flagel masing-masing di bawah kutubnya),
lofotrik(ada seberkas flagel pada salah satu kutubnya), dan peritrik (flagel
menyebar di seluruh permukaan sel). Dengan mikroskop, terlihat tiga struktur
utama di luar dinding sel walaupun tidak semua bakteri memiliki ketiga struktur
tersebut. Ketiga struktur tersebut adalahflagel,pili, dan kapsul. Mengenai flagel,
telah dijelaskan di atas. Sekarang kalian juga perlu mengetahui tentang pili dan
kapsul. Pili (fimbriae),berupa filamen atau benang, lebih kecil, lebih banyak, dan

lebih pendek daripada flagel. Pili hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron
dan tidak berhubungan dengan pergerakan. Fungsi pili adalah sebagai pintu
gerbang bagi masuknya materi genetik selama perkawinan dan berfungsi
membantu untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan yang
merupakan sumber nutriennya. Kapsul atau lapisan lendir merupakan bahan kental
yang mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi bakteri karena
merupakan pelindung dan sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada bakteri
penyebab penyakit, kapsul dapat berfungsi meningkatkan kemampuan bakteri
dalam menginfeksi inangnya atau dengan kata lain meningkatkan daya virulensi.

Selain tiga struktur utama di luar tubuh bakteri, terdapat struktur dalam tubuh
bakteri. Setelah kapsul ditemukan tubuh bakteri yang batas terluarnya adalah
dinding sel, kemudian di bawahnya terdapat membran sel. Membran sel pada
bagian tertentu membentuk mesosom, lalu bagian dalam tubuh terdapat sitoplasma
dan struktur-struktur di dalam sitoplasma.

3. Reproduksi Bakteri
Bakteri dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri pada
lingkungan yang tepat atau sesuai. Proses pembelahan diri pada bakteri terjadi
secara biner melintang. Pembelahan biner melintang adalah pembelahan yang
diawali dengan terbentuknya dinding melintang yang memisahkan satu sel bakteri
menjadi dua sel anak. Dua sel bakteri ini mempunyai bentuk dan ukuran sama
(identik). Sel anakan hasil pembelahan ini akan membentuk suatu koloni yang
dapat dijadikan satu tanda pengenal untuk jenis bakteri. Misalnya, bakteri yang
terdiri dari sepasang sel (diplococcus), delapan sel membentuk kubus (sarcina), dan
berbentuk rantai (streptococus). Reproduksi bakteri dapat berlangsung dengan
sangat cepat. Pada keadaan optimal, beberapa jenis bakteri dapat membelah setiap
20 menit. Dalam satu jam bakteri dapat berkembang biak menjadi berjuta-juta sel.
Coba kamu hitung kalau setiap 20 menit bakteri dapat membelah, berapa jumlah
bakteri yang dihasilkan dari 1 bakteri dalam waktu 24 jam. Diskusikan dengan guru
dan teman-temanmu, apa yang akan terjadi kalau perkembangbiakan bakteri ini
terus-menerus berlangsung tanpa ada faktor yang membatasinya?

Pada kondisi yang kurang menguntungkan, sel-sel bakteri dapat mempertahankan


diri dengan pembentukan spora. Akan tetapi, ada pula jenis bakteri yang akan mati
karena perubahan faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini adalah cahaya matahari
yang terus-menerus, kenaikan suhu, kekeringan, dan adanya zat-zat penghambat
dan pembunuh bakteri, seperti antibiotika dan desinfektan. Keadaan tersebut juga
menunjukkan bahwa meskipun populasi bakteri sangat besar, tetap saja dapat

dikendalikan oleh faktor-faktor penghambat sehingga peranan bakteri di alam


sebagai salah satu peng-urai dapat seimbang dengan makhluk hidup produsen dan
konsumen.

Dalam keadaan normal, spora akan tumbuh kembali menjadi satu sel bakteri.
Bakteri tidak melakukan pembiakan seksual yang sebenarnya, seperti yang terjadi
pada makhluk hidup eukariot, karena bakteri tidak mengalami penyatuan sel
kelamin. Meskipun demikian, pada bakteri terjadi pertukaran materi genetikdengan
sel pasangannya. Oleh karena itu, perkembangbiakan bakteri yang terjadi dengan
cara ini disebut perkembangbiakan paraseksual. Perkembangbiakan parasekual
bakteri dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu transformasi,konjugasi, dan transduksi.

a. Transformasi adalah pemindahan potongan materi genetik atau DNA dari luar ke
sel bakteri penerima. Dalam proses ini, tidak
terjadi kontak langsung antara bakteri pemberi DNA dan penerima.

b. Konjugasiadalah penggabungan antara DNA pemberi dan DNA penerima melalui


kontak langsung. Jadi, untuk memasukkan DNA dari sel pemberi ke sel penerima,
harus terjadi hubungan langsung.

c. Transduksi adalah pemindahan DNA dari sel pemberi ke sel penerima dengan
perantaraan virus. Dalam hal ini, protein virus yang berfungsi sebagai cangkang
digunakan untuk pembungkus dan membawa DNA bakteri pemberi menuju sel
penerima.

4. Macam-Macam Bakteri
Dalam subbab ini akan dibahas tentang bakteri berdasarkan cara memperoleh
makanannya dan kebutuhan oksigennya.
a. Berdasarkan Cara Memperoleh Makanannya
1) Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrofadalah bakteri yang hidup dan memperoleh makanan dari
lingkungannya karena tidak dapat membuat makanan

sendiri. Bakteri ini dapat hidup secara saprofit dan parasit. Bakteri saprofitadalah
bakteri yang hidup pada jasad yang sudah mati, misalnya, sampah, bangkai, atau
kotoran. Bakteri ini sering disebut sebagai bakteri pembersih karena dapat
menguraikan sampah-sampah organik sehingga menguntungkan bagi manusia,
contohnya, bakteri Eschericia coli yang berperan sebagai pembusuk sisa makanan
dalam usus besar dan bakteri Lactobacillus garicusyang berperan dalam pembuatan
yogurt.
Bakteri parasit adalah bakteri yang hidup menumpang pada makhluk hidup lain.
Bakteri ini biasanya bersifat merugikan makhluK hidup yang ditumpanginya karena
dapat menimbulkan penyakit. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini,
antara lain, kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, TBC disebabkan oleh
bakteri Mycobac-terium tuberculosis, disentri disebabkan oleh bakteri Shigella
dysenterriae, sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, dan radang paruparu (pneumoniae) disebabkan oleh bakteri Diplococcus pneumoniae.

Penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat melalui makanan,


minuman, pernapasan, ataupun kontak langsung dengan penderita, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

2) Bakteri Autotrof
Bakteri autotrofa dalah bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri.
Berdasarkan asal energi yang digunakan, bakteri autotrof dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu bakteri yang bersifat kemoautotrof dan bakteri yang bersifat fotoatotrof.
Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan
energi yang berasal dari reaksi-reaksi kimia, misalnya,
proses oksidasi senyawa tertentu. Contohnya, bakteri nitrit dengan mengoksidkan
NH3, bakteri nitrat dengan mengoksidkan HNO
2, bakteri belerang dengan mengoksidkan senyawa belerang, Nitosococcus, dan
Nitrobacter.

Bakteri fotoautotrofadalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan


energi yang berasal dari cahaya matahari. Bakteri ini adalah bakteri yang
mengandung zat warna hijau sehingga dapat melakukan fotosintesis, seperti
tumbuhan hijau. Contohnya bakteri-bakteri yang mempunyai zat warna, antara lain,
dari golongan Thiorhodaceae(bakteri belerang berzat warna).

b. Berdasarkan Kebutuhan Oksigennya


Berdasarkan kebutuhan oksigennya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri
aerobdan bakteri anaerob.
1) Bakteri Aerob
Bakteri aerobadalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri
yang hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2 , dan energi.
Bakteri aerob secara obligatadalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas
dalam hidupnya, misalnya, bakteri Nitrosomonas.
2) Bakteri Anaerob
Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas, misalnya,
bakteri asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan Clostridium tetani. Akan
tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak
atau dapat hidup tanpa adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob
fakultatif.

IKLAN

CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN,
RPP, SILABUS, DLL))

Ingin membuat PTK tapi merasa sulit???? Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi
kesusahan??? Ingin membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa
sulit dan gaptek????? Ingin membuat RPP dan silabus serta perangkat pembelajaran
tetapi susah????? Kini tidak usah bingung lagi ada Pak Zaif yang siap membantu
berbagai kesulitan dan kesusahan yang anda hadapi di bidang pendidikan di CV Zaif
Ilmiah semua masalah anda di bidang pendidikan akan dibantu, ingin membuat PTK
saya bantu, membuat Karya Ilmiah saya bantu, membuat berbagai perangkat
pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi Contact Person
081938633462 INSYA ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada
solusinya jangan lupa hubungi Pak Zaif di nomer 081938633462 ATAU lewat E-mail

di zaifbio@gmail.com. DIJAMIN PTK ATAU KARYA ILMIAHNYA BARU LANGSUNG


DIBIKINKAN BUKAN STOK LAMA ATAU COPY PASTE SEHINGGA DIJAMIN
ORIGINALITASNYA TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES PAK ZAIF

06/06/2012 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 2 Komentar

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI MIKROBA


OLEH: DR.H.M.AGUS KRISNO BUDIYANTO,M.KES

DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM

Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan


sekitarnya, terlebih-lebih mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat
menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali
tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh
faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat
sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga
mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun menurun.
Kehidupan bakteri tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan
tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula
mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini di sebut perubahan
secara kimia.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktorfaktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup, sedang faktorfaktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam (fisika) dan faktorfaktor kimia.
5.1 Faktor-Faktor Abiotik.
Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat
fisika dan kimia. Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH,
tekanan osmose, pengeringan, sinar gelombang pendek, tegangan muka dan daya
oligodinamik.
1. Suhu

Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu


pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan
maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan
mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia
perlu di tentukan titik kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian
termal (thermal death time)- nya.
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang
mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada
suhu 60C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan
Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100C atau lebih selama
kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap
spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit
dengan tekanan 15 pound serta suhu 121C di dalam autoklaf.
Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syaratsyarat sebagai berikut:
1. Berapa tinggi suhu.
2. Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di
dalam keadaan basah.
4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.
5. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.
Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai berikut. Di
dalam keadaan basah, maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal daripada
di dalam keadaan kering, pada temperartur yang sama. Berdasarkan ini, maka
sterilisasi barang-barang gelas di dalam oven kering itu memerlukan suhu yang
lebih tinggi daripada 121 C dan waktu yang lebih lama daripada 15 menit. Sedikit
perubahan pH menju ke asam atau ke basa itu sangat berpengaruh kepada
pemanasan. Berhubung dengan ini, maka buah-buahan yang masam itu lebih
mudah disterilisasikan daripada sayur-sayur atau daging.
Untuk menentukan suhu maut bagi bakteri orang mengambil pedoman sebagai
berikut: Suhu maut (Thermal Death Point) ialah suhu yang serendahrendahnya yang
dapat membunuh bakteri yang berada di dalam standard medium selama 10 menit.
Ketentuan ini mencakup kelima syarat-syarat tersebut diatas. Perlu diperhatikan
kiranya, bahwa tidak semua individu dari suatu spesies itu mati bersama-sama
pada suatu suhu tertentu. Biasanya, individu yang satu lebih tahan daripada
individu yang lain terhadap suatupemanasan, sehingga tepat jugalah bila kita
katakana adanya angka kematian pada suatu suhu (Thermal Death Rate).
Sebaliknya jika suatu standard suhu sudah ditentukan seperti pada perusahaan

pengawetan makanan atau dalam perusahaan susu, maka lamanya pemanasan


merupakan faktor yang berbeda-beda bagi tiap-tiap dapatlah kita adakan
penentuan waktu maut (Thermal Death Rate). Biasanya standard suhu itu diatas
titik didih dan pemanasan setinggi ini perlu bagi pemusnahan bakteri yang
berspora. Umumnya bakteri lebih tahan suhu rendah daripada suhu tinggi. Hanya
beberapa spesies neiseria mati karena pendinginan sampai 0 C dalam kedaan
basah. Bakteri patogen yang bias hidup di dalam tubuh hewan atau manusia dapat
bertahan sampai beberapa bulan pada suhu titik beku.
Pembekuan itu sebenarnya tidak berpengaruh kepada spora, karena spora sangat
sedikit mengandung air. Pembekuan bakteri di dalam air lebih cepat membunuh
bakteri daripada kalau pembekuan itu di dalam buih, buih tidak membeku sekeras
air beku. Bahwa pembekuan air itu menyebabkan kerusakan mekanik pada bakteri
mudahlah dimaklumi, tentang efek yang lain misalnya secara kimia, kita belum
tahu. Pembekuan secara perlahan-lahan dalam suhu -16C ( es campur garam )
lebih efektif dari pada pembekuan secara mendadak dalam udara beku (-190 C ).
Juga pembekuan secara terputus-putus ternyata lebih efektif dari pada pembekuan
secara terusmenerus. Sebagai contoh, piaraan basil tipus mati setelah dibekukan
putus putus dalam waktu 2 jam, sedang piaraan itu dapat bertahan beberapa
minggu dalam keadaan beku terus-menerus.
Mengenai pengaruh suhu terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan
mahluk-mahluk lain, mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batasbatas suhu tertentu. Batas-batas itu ialah suhu minimum dan suhu maksimum,
sedang suhu yang paling baik bagi kegiatan hidup itu disebut suhu optimum.
Berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri, yaitu:
Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada
suhu setinggi 55 sampai 65C, meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu
lebih rendah atau lebih tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40C sampai
80C. Golongan ini terutama terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat
lain yang bersuhu lebih tinggi dari 55C.

Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5 dan 60C,
sedang suhu optimumnya ialah antara 25 sampai 40C, minimum 15C dan
maksimum di sekitar 55C. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadangkadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada suhu 40C atau lebih.
Bakteri psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0 sampai
30C, sedang suhu optimumnya antara 10 sampai 20C. Kebanyakan dari
golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun di lautan.
Pada tahun 1967 di Yellowstone Park di temukan bakteri yang hidup dalam air yang
panasnya 93 94 C dan pada tahun 1969 berapa spesies lagi di tempat yang sama

yang juga sangat termofil. Spesies-spesies itu di tabiskan menjadi Thermus


aquaticus, Bacillus caldolyticus, dan Bacillus caldotenax. Dalam praktek, batasbatas antara golongan-golongan itu sukar di tentukan, juga di antara beberapa
individu di dalam satu golongan pun batas-batas suhu optimum itu sangat berbedabeda. Bakteri termofil agak
menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena pemanasan pada pasteurisasi itu hanya
sekitar 70 C saja, sedang pada suhu setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora
bakteri termofil juga merepotkan perusahaan pengawetan makanan. Selama bahan
makanan di dalam kaleng itu di simpan pada suhu yang rendah, spora-spora tidak
akan tumbuh menjadi bakteri. Akan tetapi, jika suhu sampai naik sedikit, besarlah
bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai akibat dari pertumbuhan spora-spora
tersebut.
Sebaliknya, bakteri psikrofil dapat mengganggu makanan yang di simpan terlalu
lama di dalam lemari es. Golongan bakteri yang dapat hidup pada bata-batas suhu
yang sempit, misalnya, Conococcus itu hanya dapat hidup subur antara 30 dan 40
C, jadi batas antara minimum dan maksimum tidak terlampau besar, maka bakteri
semacam itu kita sebut stenotermik. Sebaliknya Escherichia coli tumbuh baik antara
8 C sampai 46 C, jadi beda antara minimum dan maksimum suhu di sini ada lebih
besar daripada yang di sebut di atas, maka Escherichia coli itu termasuk golongan
bakteri yang kita sebut euritermik. Pada umumnya dapat di pastikan, bahwa suhu
optimum itu lebih mendekati suhu maksimum daripada suhu minimum.Hal ini nyata
benar bagi Gonococcus dan Escherichia coli, keduanya mempunyai optimum suhu
37 C. Bakteri yang dipiara di bawah
suhu minimum atau sedikit di atas suhu maksimum itu tidak segera mati,
melainkan berada di dalam keadaan tidur (dormancy).
Suhu berpengaruh terhadap kinerja reaksi dalam mikroorganisme. Kecepatan reaksi
kimia merupakan fungsi langsung daripada suhu dan mengikuti hubungan yang
dikemukakan semula oleh Arrhenius :
Log10 V =

H*

+C

2.303RT

v ialah kecepatan reaksi, H* ialah energi aktivitas pada reaksi, R ialah konstante
gas, T ialah suhu dalam derajat Kelvin. Karena itu, kecepatan reaksi kimia sebagai
fungsi T menghasilkan garis lurus dengan lereng negatif (Gambar 10.6). Gambar
10.7 menunjukkan kecepatan tumbuh E. coli yang dapat disamakan dengan fungsi T
. Kurvenya linear hanya pada bagian kisaran suhu untuk tumbuh. Sebab
kecepatan tumbuh dengan tibatiba sangat menurun pada batas atas dan bawah
kisaran suhu. Kecepatan tumbuh pada suhu tinggi yang menurun tiba-tiba

disebabkan oleh denaturasi panas protein dan mungkin pula denaturasi struktur sel
seperti membran. Pada suhu maksimum untuk tumbuh maka reaksi yang merusak
menjadi sangat besar. Suhu itu biasanya hanya berapa derajat lebih tinggi daripada
suhu untuk kecepatan tumbuh maksimal, yang dinamakan suhu optimum.

Gambar 5.3 Hubungan antara kecepatan reaksi kimiawi dan suhu menurut rumus
arrthenius
Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi kimia, dapat diramalkan bahwa semua
bakteri dapat melanjutkan tumbuhnya (meskipun dengan kecepatan yang makin
lama makin lebih rendah) selama suhu diturunkan sampai sistem itu membeku.
Akan tetapi, kebanyakan bakteri berhenti tumbuh pada suhu (suhu minimum untuk
tumbuh ) jauh di atas titik beku air. Setiap mikroorganisme mempunyai suhu yang
tepat untuk pertumbuhan, tetapi di bawah suhu ini pertumbuhan tidak terjadi
betapa pun lamanya masa
inkubasi.
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum, dan maksimum) dan
kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan, sangat beragam pada bakteri.
Beberapa bakteri yang diisolasi dari sumber air panas dapat tumbuh pada suhu
setinggi 95C; yang diisolasi dari lingkungan dingin, dapat tumbuh sampai suhu
serendah 10C jika konsentrasi solut yang tinggi mencegah mediumnya menjadi
beku. Berdasarkan kisaran suhu untuk tumbuh, bakteri seringkali dibagi atas tiga
golongan besar: termofil, yang tumbuh pada suhu tinggi (diatas 55C); mesofil,
yang tumbuh baik antara 20C sampai 45C dan psikrofil, yang tumbuh baik pada
0C.
Seperti juga dalam sistem klasifikasi biologis yang kerap kali benar, terminologi ini
menunjukan perbedaan yang lebih jelas di antara tipe-tipe daripada yang di jumpai
di alam. Klasifikasi reaksi suhu tiga pihak tidak memperhitungkan seluruh variasi di
antara bakteri berkenaan dengan adanya perluasan kisaran suhu yang
memungkinkan pertumbuhan. Perbedaan dalam kisaran suhu di antara termofil
kadang-kadang dinyatakan dengan istilah stenotermofil (organisme yang tidak
dapat tumbuh di bawah 37 C),
dan euritermofil (organisme yang dapat tumbuh di bawah 37 C). psikrofil yang
masih dapat tumbuh di atas 20 C di sebut psikrofil fakultatif; dan yang tidak dapat
tumbuh di atas 20 C di sebut psikrofil obligat.
Garis dengan satu tanda panah menunjukkan batas suhu tumbuh untuk paling
sedikit satu galur spesies itu terdapat variasi di antara bermacam galur beberapa
spesies. Tanda dengan dua panah menunjukkan bahwa pada batas suhu
sebenarnya terletak di antara tanda panah tersebut. Garis dengan titik-titik

menunjukkan bahwa pertumbuhan minimum belum ditentukan. Data yang


menggambarkan kisaran suhu tumbuh berbagai macam bakteri menunjukkan sifat
termofil, mesofil, dan psikrofil yang agak berubah-ubah.
Kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan itu berubah-ubah seperti halnya
suhu-suhu maksimum dan minimum. Kisaran suhu beberapa bakteri kurang dari
10C, sedangkan untuk lainnya dapat sampai 50C.
Faktor yang menentukan batas suhu untuk tumbuh telah disingkapkan oleh dua
macam penelitian; perbandingan antara sifat organisme dengan kisaran suhu yang
sangat berbeda; dan analisis sifat mutan yang peka terhadap suhu, kisaran suhunya
menjadi lebih sempit oleh perubahan satu mutan. Ada dua macam mutan yang
peka terhadap suhu; mutan peka panas, dengan suhu tumbuh maksimum yang
menurun ; dan mutan peka dingin, dengan suhu tumbuh minimum yang menaik.
Studi mengenai kinetika denaturasi panas pada enzim dan struktur sel yang
berprotein (misalnya flagelum, ribosom) menunjukkan bahwa banyak protein
khusus pada bakteri termofil lebih tahan panas daripada protein homolognya dari
bakteri mesofil. Mungkin pula untuk mengira-ngirakan ketahanan panas menyeluruh
protein sel yang dapat larut, dengan mengukur kecepatan protein di dalam ekstrak
bakteri menjadi tidak larut karena denaturasi panas pada beberapa suhu yang
berbeda. Percobaan seperti ini (Tabel 10.6). Dengan jelas menunjukkan bahwa pada
hakekatnya semua protein bakteri termofilik setelah perlakuan panas tetap pada
tingkat asalnya yang sebenarnya menghilangkan semua protein mesofil yang
sekelompok. Karena itu adaptasi mikroorganisme termofilik terhadap suhu di
sekitarnya hanya dapat dicapai dengan perubahan mutasional yang mempengaruhi
struktur utama kebanyakan (jika tidak semua) protein sel tersebut. Meskipun
adaptasi evalusionar yang menghasilkan termofil agaknya melibatkan ,mutasi yang
meningkatkan ketahanan panas proteinnya , namun kebanyakan mutasi yang
berpengaruh pada struktur utama suatu protein khusus ( misalnya enzin)
mengurangi ketahanan panas protein tersebut, walaupun banyak di antara mutasi
ini mungkin berpengaruh sedikit atau tidak sama sekali pada sifat-sifat katalitik.
Akibatnya, dengan tidak adanya seleksi tandingan oleh tantangan panas, maka
suhu maksimum untuk pertumbuhan mikroorganisme apa pun harus menurun
secara berangsur-angsur sebagai akibat mutasi acak yang berpengaruh pada
struktur pertama proteinnya. Kesimpulan ini ditunjang oleh pengamatan bahwa
bakteri psikrofilik yangdiisolasi dari air antartik mengandung sejumlah besar protein
yang luar biasa labilnya terhadap panas.
Pada suhu rendah, semua protein mengalami sedikit perubahan bentuk, yang
dianggap berasal dari melemahnya ikatan hidrofobik yang memegang peran
penting dalam penentuan struktur tartier (berdimensi tiga). Semua tipe ikatan lain
pada protein menjadi lebih kuat bila suhu diturunkan. Pentingnya bentuk yang tepat
untuk fungsi sebenarnya protein alosterik dan untuk perakitan sendiri protein
ribosomal menjadi kedua kelas protein ini teramat peka terhadap inaktivasi dingin.

Oleh karen aitu, tidaklah mengherankan bahwa mutasi yang menaikkan suhu
minimum untuk pertumbuhan biasanya terjadi di dalam gen yang menyandikan
protein-protein ini.
Susunan lipid pada hampir semua organisme, baik prokariota maupun eukariota,
berubah-ubah menurut suhu tumbuh. Bila suhu turun, kandungan relatif asam
lemak tidak jenuh didalam lipid selular meningkat. Ilustrasi kejadian ini pada E. coli
tampak pada perubahan dalam susunan lemak ini adalah komponen penting
daripada adaptasi suhu pada bakteri. Titik cair lipid berhubungan langsung dengan
asam lemak jenuh. Akibatnya, derajat kejenuhan asam lemak pada lipid membran
menentukan derajat keadaan cairnya pada suhu tertentu. Karena fungsi membran
bergantung pada keadaan cair komponen lipid, dapatlah dipahami bahwa
pertumbuhan pada suhu rendah haruslah diikuti dengan penambahan derajat
ketidakjenuhan asam lemak.
2. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada
pH 6,5 7,5; khamir pada pH 4,0 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada
daerah pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan
maksimum untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk
pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan
alkalofil. Untuk menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan
bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5.
Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau
sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula
disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat
adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya.
Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga mengahambat pertumbuhan
seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan
menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah
senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.
Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan;
pH=log (1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah
7,0 (netral); cuka 2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4;
susu magnesia, 10,5.

Tabel 5.7 Indikator Asam Basa

NAMA
ASAM BASA

INTERVAL pH

PK INDIKATOR

WARNA

Biru timol

8,0 9,6

1,7

Merah kuning

Biru brom fenol

3,0 4,6

4,1

Kuning biru

Merah metal

4,4 6,2

5,0

Merah kuning

Biru brom timo

Merah feno

6,0 7,6

6,8 8,4

Merah kresol

Kuning biru

7,8

7,0 8,8

Fenolftalein

7,1

Kuning merah

8,2

8,2 9,8

Kuning merah

9,6

Tak berwarna -merah muda

Tabel 5.8 pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa


spesies bakteri

Bakteri

KISARAN pH UNTUK PERTUMBUHAN

Batas bawah

Optimum

Thiobacillus

0,5

Thiooxidans

4,0-4,5

Acetobacter aceti

2,0-3,5

4,2

Staphylococcus aureus
Azotobacter spp
Clhorobium limicola

Batas atas

5,4-6,3
7,0-7,5

5,5

6,0

7,0-7,5
6,8

6,0

6,0
7,0-8,0
9,3
8,5

7,0
7,5 7,8

9,5

Thermos aquaticus
Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan menjadi 3
golongan besar yaitu:
Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,05,0
Mikroorganisme yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada
pH antara 5,5-8,0
Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,49,5

Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus
dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan
kebanyakan spesies bakteri. Beberapa kelompok bakteri mempunyai persyaratan
tambahan. Sebagai contoh, organisme fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi
sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber energinya. Pertumbuhan
bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga atau tegangan
yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan
hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan
dijumpai di air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau
air asin, hanya tumbuh bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang
tinggi. Air laut mengandung 3,5 persen natrium klorida; di danau air asin,
konsentrasi natrium kloridanya dapat mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang
membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya di sebut halofil obligat mereka tidak
akan tumbuh kecuali bila konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat tumbuh dalam
larutan natrium kloride tetapi tidak mensyaratkannya disebut halofil fakultatif
mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau rendah. Ini
menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri
dari parit-parit terdalam dilautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton
meter persegi.

Tabel 5.9 Kondisi-kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

Kondisi Fisik

Tipe Bakteri

(Kelompok Psikologis)
Suhu (kisaran

Kondisi Biakan

(Inkubasi

Psikrofil

pertumbuhan) :

0 30c

Mesofil

minimum dan

25 40c

Termofil :

maksimum;

Termofil

25 55c

optimumnya pada

Fakultatif (bebas pilih)

suatu titik didalam

Termofil obligat

45 75c

kisaran bergantung ada


spesies

Aerob

ada oksigen bebas


Anaerob

Hanya tumbuh

Hanya tumbuh bila

Persyaratan akan gas

tanpa oksigen

Anaerob fakultatif

bebas

Tumbuh baik tanpa


Mikroaerofil

oksigen bebas

Tumbuh bila ada


oksigen bebas
dalam jumlah
sedikit
Kebanyakan bakteri
berkaitan dengan
kehidupan hewan dan

pH optimum 6,5

Keasaman atau

tumbuhan

7,5

alkanitas (pH)

Beberapa spesies eksotik

pH minimum 0,5;
Fotosintetik (autotrof dan

pH maksimum 9,5

heterotrof)
Cahaya

sumber cahaya

Halofil (halofil obligat)


Salinitasi

konsentrasi garam

yang tinggi, 10 15% NaCl

3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85C,
sedangkan untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah
dibawah 80C. Kadar air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan
antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari

kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90
0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme
yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam
bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan
metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan
perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan
naiknya kadar zat terlarut.
4. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang
hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan
yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel.
Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi;
tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau
halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang
isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan
yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan
garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan
kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain,
bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan
suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan
seharusnyalah medium cair.
Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong, akan
tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat
menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.
6. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar
sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam
berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada
kadar rendah disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat
dan benzoat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya
perbedaan sifat fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka
sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga
berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam
organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan
karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul asam organik
tersebut terhadap gugusan didalam sel.
7. Tegangan Muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai


membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme.
Protoplasma mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel.
Dengan adanya perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan
mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat
pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang mempunyai tegangan
permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan
yang relatif tinggi.
8. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan
tekanan lebih dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik.
Selain itu tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi
kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm persegi dapat menyebabkan
denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses biologi sel jasad
hidup.
9. Kebasahan dan kekeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di
dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di
sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah
bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering.
Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,sporaspora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan
mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering,
misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syaratsyarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih
lama daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan
kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar
yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di
dalam gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk
daripada pengeringan pada suhu titik-beku.

Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam


vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan
faktor-maut.
10. Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar
Ultra violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap
mikribia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian. Perubahan genetik
(mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak
digunakan di dalam praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan.
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi
dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar
yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m sampai 760
m , tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek
gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m sampai 300 m . Lampu
air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat,
pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri
bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali
hanya pembiakannya sajalah yang terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat
bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk
mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya. Suatu
kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda
kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh penyinaran. Alangkah baiknya, jika
kertas-kertas pembungkus makanan, ruang-ruang penyimpan daging, ruang-ruang
pertemuan, gedunggedung bioskop dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu
dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu. Sinar X dan sinar radium yang
bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-ungu juga dapat membunuh
mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada sinar ultraungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali mengalami mutasi. Aliran
listrik tidak nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika ada bakteri yang mati
karenanya, hal ini di sebabkan oleh panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam
medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti ozon dan klor (chlor).
11. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan itu menyerupai
membran yang elastik. Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel
mikrobia. Tekanan dari membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma sel
melalui dinding sel dan membran sitoplasma, Sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih menyukai tegangan muka yang
relatif tinggi. Tetapi adapula yang hidup pada tegangan muka yang relatif rendah.
Misalnya bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan. Sabun mengurangi
ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya

bakteri. Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap sabun. Empedu juga


mempunyai khasiat seperti sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam usus
mempunyai daya tahan terhadap empedu. Bolehlah dikatakan pada umumnya,
bahwa bakteri yang Gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan (depresi)
tegangan permukaan daripada bakteri yang Gram positif.
12. Daya oligodinamik
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang
sangat rendah bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat
bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat
pada kadar yang sangat rendah ini di sebut daya oligodinamik. Garam dari
beberapa logam berat seperti air rasa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
membunuh bakteri, daya mana di sebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali di
pertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar garam dari logam berat itu
mudah merusak kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan lagipula mahal
harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat. Persenyawaan air rasa yang organic dapat
pula dipergunakan untuk membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan
bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi selaput
lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea.
Banyak juga orang yang mempergunakan persenyawaan perak dan protein. Garam
tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk
menyemprot tanamantanaman mematikan tumbuhan ganggang dikolam-kolam
renang.
13. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap desinfektan
daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama berada dibawah
pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula.
Kenaikan suhu menambah daya desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga
menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa
protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Dalam
menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini.
Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia tidak
menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan logam, apakah ia dapat
diminum, apakah ia stabil, bagaimanakah baunya, bagaimanakah warnanya,
apakah ia mudah dihilangkan dari pakaian apabla desinfektan tersebut sampai kena
pakaian, dan apakah ia murah harganya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
orang sulit untuk menilai suatu desinfektan. Zat-zat yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol
dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, alcohol, yodium, klor dan
persenyawaan klor, zat warna, detergen, sulfonamide, dan anti biotik.

a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis


Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang
sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak
sekali digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa
digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk
merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya
pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air
murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai
desinfektan.
d. Yodium

Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan


orang untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai.
Kulit dapat terbakar karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar
tidak digunakan yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur
atau natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat
makan dan minum.
f. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada
umumnya bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna
daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal
ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri
gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada kulit.
Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak sampai
kena pakaian.
g. Obat Pencuci (Detergen)

Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi
kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak
lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai
pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik, melainkan juga
merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali
terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang mengandung empat
bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari suatu basa yang kuat dengan
komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan untuk sterilisasi alat-alat
bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan,
karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai
larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula
beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil
bensil-amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat
makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai
tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung
belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak
jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka
terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan
menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan
golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu
oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai
pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil
dari darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu
tidak dapat dipiara di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan sedikit asamp-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat tumbuh biasa.
.

Gambar 5.5 Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat

i. Antibiotik
Menurut Waksman, antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat
kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin,
yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh

Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan
sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya
bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan.
Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin,
teramisin, eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang
berlainan. Akhir-akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik,
obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik
yang lain pun dapat dibuat secara sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur,
melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus
brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik
yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan
mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk
spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif
untuk membrantas terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan
mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis
spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah
terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Pada
medium agar-agar yang telah disebari spesies bakteri tertentu diletakkan beberapa
kepingan kertas yang masing-masing mengandung antibiotik yang diuji dalam
kontrentasi yang tertentu. Jika sesudah 24 jam kemudian tidak nampak
pertumbuhan bakteri sekitar bahwa bakteri itu tercekik pertumbuhannya oleh
antibiotik yang terkandung dalam kepingan kertas. Besar kecilnya daerah kosong
sekitar kepingan kertas itu sesuai dengan konsentrasi antibiotik yang terkandung
didalamnya.
Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan kepada seorang
pasien dengan jalan penelanan atau penyuntikan. Penyuntikan dapat dilakukan
intra vena (dalam pembuluh darah balik) atau intra muscular (dalam daging).
a. daerah pertumbuhanbakteri

b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam konsentasitertentu.


c. daerah kosong
a. daerah pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam konsentasitertentu.
c. daerah kosong

Gambar 5.6 Pengaruh antibiotic terhadap pertumbuhan bakteri, M adalah agar-agar


lempengan yang disebari bakteri
j. Garam Garam Logam
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang
kecil saja dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini
mudah sekali dipertunjukkan dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alatalat yang
terbuat dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih
bisa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk
tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan
biji bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2%
banyak digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang
baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan
persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai
bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk
mematikan tumbuhan ganggang di kolamkolam renang.
Cara Menilai Khasiat Desinfektan
Untuk mengetahui kekuatan masing-masing desinfektan, orang perlu mempunyai
suatu ukuran pokok. Adapun zat yang dipakai ialah fenol. Mikroorganisme yang
dipakai sebagai penguji khasiat desinfektan ialah Salmo nella typhosa, kadangkadang digunakan juga Micrococcus aureus. Desinfektan yang akan diuji itu di
encerkan menurut perbandingan tertentu. Misal, kita membuat 2 larutan fenol,
yang satu (1:90) dan yang lain (1:100). Di samping itu kita membuat beberapa
larutan suatu desinfektan A yang akan kita banding khasiatnya dengan khasiat
fenol. Katakan, larutan desinfektan A itu (1:300), (1:350), (1:400), (1:450). Dari tiaptiap larutan kita ambil 5 ml untuk kita masukkan dalam tabung steril banyaknya
tabung sesuai dengan banyaknya larutan fenol dan desinfektan A. kita memerlukan
3 perangkat dalam pengujian ini, yaitu 12 tabung untuk desinfektan 0,5 ml
inokulum Salmonella typhosa yang masih muda. Setelah 5 menit berada di dalam
larutan, maka diambillah satu kolong inokulum untuk digesekkan pada agar-agar
lempengan, dan piaraan ini kemudian disimpan dalam suhu 37 C. Setelah
berselang 48 jam piaraan dapat diperiksa tentang ada tidaknya koloni-koloni
Salmonella. Jika tak ada pertumbuhan, hal ini berarti bahwa bakteri telah mati
ketika diambil dari tabung yang berisi larutan desinfektan. Hal semacam ini
dikerjakan pula dengan perangkat kedua, dimana Salmonella dibiarkan berada
dalam larutan selama 10 menit. Di dalam perangkat yang ketiga bakteri dibiarkan
selama 15 menit berada dalam desinfektan.
5.2 Faktor-Faktor Biotik

Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia)


atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau
mikrobia lain. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau
kehidupan bersama diantara jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme,
mutualisme, parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan
keuntungan sedang lainnya tidak mendapat keuntungan atau kerugian.
Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan.
Sering simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik,
tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Sebagai
contoh mutualisme antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.

Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang
obligat dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini
akan dapat pula memusnahkan (melenyapkan) parasitnya sendiri, karena jasad
inang sebagai sumber kehidupannya.
Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis
(spesies) di antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan,
Sedangkan jasad yang lain mungkin mengalami kerugian atau tidak, tergantung
pada macamnya simbiose. Simbiose dapat dibedakan tiga macam, ialah
komensalisme, mutualisme, dan
parasitisme.
Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu
kemampuan untuk melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau
medium. Tanpa sinergisme masing-masing mikkrobatidak mampu melakukan
perubahan tersebut.
Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi
antara jasat (mikkroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi

tersebut terbunuh. tErhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguangangguan yang lain. Contohnya adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika
oleh salah satu mikroorganisme pada suatu asosiasi.
Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi
yang lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme
yang satu dengan yang lainnyaakan saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}nya misalnya mikrobia jenis pertama akan menguraikan suatu subtrad yang
hasilnya dapat digunakan dan di uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil
hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan seterusnya yang hasil
hasilnya akhirnya dapat menstimulasi kegiatan mikrobia jenis pertama.
5.3 Fungi Dan Lingkungannya
Christensen (1957) membagi fungi dalam 3 golongan berdasar keadaan lingkungan
perkembangannya yaitu: 1) fungi lapangan (field fungi), 2) fungi penyimpanan
(storage fungi) dan 3) fungi perusakan lanjutan (advanced decay fungi). Golongan
3) merupakan bagian sementara, sedang 2 bagian terdahulu khusus padakomoditas
biji-bijian. (Bothast, 1978). Fungi lapangan menyerang bijian yang sedang dan
masak penuh dengan kandungan air paling sedikit 20% atau keseimbangan lembab
relatif (Rh) 90 100%; fungi penyimpanan menyerang bijian yang tersimpan setelah
panen dengan kandungan air sekitar 13 20 % atau keseimbangan lembab relative
(Rh) 70 90% (Bothast, 1978).
Contoh fungi lapangan adalah alternaria, Fusarium, Helminthosporium dan
Cladosporium (Uraguci dan yamazaki, 1978). Juga termasuk pula Curvularia,
Stemphylium, Epicoccum dan Nigospora yang umumnya menyerang dekat atau
saat panen (Bothast, 1978). Menurut Christensen dan Kauftmann (1969) dilaporkan
lebih dari 150 spesies fungi telah diisolasi dari bagian biji tanaman. Fungi yang
dominan pada suatu komoditas tergantung atas macam tanaman, wilayah atau
lokasi geografis dan keadaan iklim. Alternaria, umumnya banyak terdapat pada biji
sayuran atau biji serealia, namun tidak hanya terbatas pada biji serealia.
Cladosporium umumnya pada biji serelia dalam kondisi basah selama panennya,
dan pada tempat
penyimpanan fungi ini hamper tidak terdapat. Helminthosporium banyak didapat
pada jenis padi, barley, dan obat khususnya bila terjadi cuaca lembab sebelum
panen. Fusarium banyak terdapat pada serealia yang baru dipanen. Pada barley,
gandum, dan jagung dikenal sebagai bentuk kudis biji-biji yangdemikian dapat
mendatangkan kercunan pada hewan maupun manusia(Uraguchi dan Yamazaki,
1978). Beberapa spesies tertentu penicillium kadang-kadang dimasukkan dalam
fungi lapangan (Mislivec dan Tuite, 1970).

Fungi penyimpanan juga terdiri dari beberapa spesies antara lain Penicillium,
Aspergillus dan Sporendomena dan kadang-kadang beberapa jenis khamir
(Uraguchi dan Yamazaki, 1978). Penicillium dan Aspergillus merupakan fungi yang
diketahui ada dimana-mana dan hamper terdapat disetiap wilayah. Kebanyakan
fungi penyimpanan terdiri dari dari 5 atau 6 golongan Apergillus dan baru kemudian
dan beberapa spesies Penicillium sampai terjadi kerusakan lebih lanjut (Christensen
dan Kaufmann, 1974). Wallace (1973)menyebutkan 26 spesies Aspergillus dan 66
spesies Penicillium yang dapat diisolasi pada produk simpanan. Selain Aspergillus
dan Penicillium dikategorikan pula dalam fungi penyimpanan adalah Absidia, Mucor,
Rhizopus, Chaetomium, Scopulariopis, Paecylomices, dan Neurospora. Ibasidia,
Mucor dan Rhizopus pada umumnya ada hubungannya dengan kerusakan pada
kondisi lembab, karena mereka menghendaki suatu lembab relatif (Rh) minimum
88% untuk pertumbuhannya, mereka bukanlah fungi pemula kerusakan bahan
dalam penyimpanan (Wallace, 1973). Kekecualian adalah Aspergillus flavus yang
dapat menyerang bahan dilapangan (meski termasuk fungi penyimpanan) demikian
pula Fusarium akan dapat melanjutkan kerusakan bahan bijian dalam gudang
(meski termasuk fungi lapangan) bila kandungan air bahan cukup tinggi (Lillehoj
dkk,1975;1976; Caldwell dan Tuite, 1974).
Terdapat beberapa faktor pokok yang akan mempengaruhi perkembangan fungi
pada bahan pangan yang disimpan, antara lain: 1) Kandungan air bijian yang
disimpan, 2) suhu ruang penyimpanan, 3)periode penyimpanan, 4) derajat awal
penyerangan oleh fungi sebelum sampai tempat penyimpanan, 5) banyknya bendabenda asing (bukan bahan sejenisnya) dan 6) terdapatnya aktivitas serangga dan
kutu dalam ruang simpan (Uraguchidan Yamazaki, 1978). Faktor-faktor seperti
disebutkan diatas ditujukan pada bahan dimana fungi tumbuh, maka untuk
pertumbuhan fungi endiri memerlukan faktor fisik-khemis antara lain 1) suhu, 2)
aktivitasair (water activity), 3) tekanan osmosis, 4) pH, 5) potensial oksidasi-reduksi
(Eskin dkk, 1975). Suhu dan aktivitas air sangatlah penting dan perlu mendapat
perhatian, disamping faktor lainnya. Lihatlah dua table dibawah ini. Fungi pada
umumnya akan dapat berkembang baik pada aw sekitar 0,65- 0,80, sedangkan
golongan fungi hidrofil diinginkan aw mencapai 0,89. Dalam kaitannya dengan
kelembaban relatif (Rh) yang dapat diukur dari sekeliling bahan maka umumnya
diharapkan kelembaban relatif sekitar 70-80%.
Setiap jenis fungi selain adalah batasan-batasan normal, mempunyai kekhususan
diantara spesies dan lainnya seperti terlihat pada beberapa table kelembaban
relatif, suhu dan lainnya. Dibawah ini diberikan gambaran Rh ruang penyimpanan
dan suhu untuk pertumbuhan beberapa fungi penyimpanan yang penting.
Kelembaban relatif minimum untuk perkecambahan fungi umumnya adalah 75%
pada suhu biasa, dalam keadaan iniuntuk setiap bahan bijian akan berbeda
kandungan airnya sesuai komposisi (Pomeranz, 1974). Keseimbangan lembab relatif
bijian lebih penting daripada kandungan air guna mengendalikan kerusakan fungi

dalam ruang penyimpanan, meskipun keduanya mempunyai hubungan erat.


Pertumbuhan fungi berkaitan dengan kenaikan suhu yang dipengaruhi berbagai
faktor antara laininaktivitas thermal enzim, kehilangan substrat, mengecilnya
oksigen dan kandungan air atau akumulasi CO2 menjadi terbatas. Hubungan antara
bagian-bagian tersebut sangat kompleks maka kondisi minimum, optimum dan
maksimum
sebagaimana tercantum dalam tabel diatas adalah perkiraan (Christensen dan
Kaufmann, 1974)

11/08/2010 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 4 Komentar

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
OLEH:DR.H. AGUS KRISNO BUDIYANTO, M.KES

DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM

4.1 Pendahuluan
Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan yang
optimum bagi pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi
dalam waktu yang relatif pendek. Perbanyakan seperti ini disebabkan oleh
pembelahan sel secara aseksual. Pembelahan sel terjadi secara pembelahan biner
melintang. Pembelahan biner melintang adalah suatu proses reproduksi aseksual.
Setelah pembentukan dinding sel melintang maka satu sel tunggal membelah
menjadi dua sel, dan disebut sel anak. Beberapa spesies mikroorganisme dapat
bereproduksi dengan proses tambahan termasuk produksi spora reproduktif,
fragmentasi pertumbuhan berfilamen, dengan masing-masing fragmen
menghasilkan pertumbuhan dan penguncupan.
Para peneliti mikrobiologi tertarik untuk menentukan dengan tepat apa yang terjadi
di dalam sel induk ketika berevolusi ke suatu taraf pada saat membelah menjadi
dua sel baru. Hasilhasil penelitian mengenai proses pembelahan sel telah
menampakkan hal- hal berikut:
Terdapat kenaikan jumlah bahan inti, yang terpisah menjadi dua unit, satu untuk
masing-masing sel anak baru.

Dinding sel dan membran sel tumbuh ke arah luar dan membran sel tumbuh
(meluas) ke dalam sitoplasma pada suatu titik di tengah-tengah sumbu panjang sel.
Pada perbatasan tersebut disintesis dua lapisan bahan dinding sel.
Pembentukan mesosom menjadi lebih jelas. Mesosom mempunyai kaitan dengan
pembentukan septum (dinding sel yang membagi) dan juga memungkinkan
perpautan dengan daerah inti.
Pertumbuhan digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain dan biasanya
mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel)
dan bukan perubahan individu organisme. Inokulum hamper selalu mengandung
ribuan organisme. Pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah dan massa
melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya. Selama fase pertumbuhan seimbang
(balanced growth), maka pertambahan massa melebihi massa bakteri berbanding
lurus (proporsial) dengan pertambahan komponen selular yang lain seperti DNA,
RNA, dan protein. Oleh karena itu maka mungkinlah untuk mengembangkan
pengukuran bagi pertumbuhan dengan berbagai cara.
Cara khas reproduksi bakteri ialah pembelahan biner melintang; satu sel membelah
diri, menghasilkan dua sel. Jadi bila kita mulai dengan satu bakteri tumggal, maka
populasi bertambah secara geometric 1 2 22 23 24 25..2n atau dengan
perhitungan sederhana,1 2 4 8 16 23
Istilah pertumbuhan sebagaimana digunakan pada bakteri mengacu pada
perubahan dalam populasi total dan bukannya perubahan dalam suatu individu
organisme saja. Tambahan pula pada kondisi pertumbuhan seimbang ada suatu
pertambahan semua komponen selular secara teratur. Akibatnya, pertumbuhan
dapat ditentukan tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan
mengukur jumlah berbagai komponen selular (RNA, DNA, protein) dan juga produkproduk metabolism tertentu. Pertumbuhan mikroorganisme dapat diketahui dengan
berbagai metode.

Tabel 4.1 Rangkaian metode-metode untuk mengukur pertumbuhan bakteri

Metode

Penggunaan

Hitungan mikroskopik
Hitungan cawan
dan sebagainnya

Perhitungan bakteri dalam susu, air, makanan, tanah, biakan

Membran atau filter


Molekuler

Perhitungan bakteri dalam susu dan vaksin

Sama seperti hitungan cawan

Pengukuran kekeruhan

Uji mikrobiologis, pendugaan hasil panen sel

dalam kaldu, biakan, atau suspense berair


Penentuan nitrogen

Pengukuran panen sel dari suspense biakan

kental untuk digunakan pada


penelitian mengenai metabolisme
Penentuan berat
Pengukuran aktivitas

Sama seperti untuk penentuan nitrogen


Uji mikrobiologis

biokimiawi

4.2 Pertumbuhan Mikroorganisme


Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian
menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu
sendiri. Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan
juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk
mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang
relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan mikroorganisme yang bersel satu berbeda dengan mikroorganisme
yang bersel banyak (multiseluler). Pada mikroorganisme yang bersel satu
(uniseluler) pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya sel tersebut. Setiap sel
tunggal setelah mencapai ukuran tertentu akan membelah menjadi mikroorganisme
yang lengkap, mempunyai bentuk dan
sifat fisiologis yang sama. Pertumbuhan jasad hidup, dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu pertumbuhan sei secara individu dan pertumbuhan kelompok sebagai satu
populasi.
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagianbagian sel lainnya, yang diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas isi dan
kandungan didalam selnya. Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya
pertumbuhan individu, misal dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat
,empat menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah banyak.

Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi


pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu
serta satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu
cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan dibedakan. Pada pertumbuhan

populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran jumlah sel atau massa sel
yang terjadi pada saat tertentu. Kadang-kadang didapatkan bahwa konsentrasi sel
sesuai dengan jumlah sel perunit volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah
materi perunit volume.
Penambahan dan pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme pada umumnya dapat
digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan. Kurva tersebut merupakan
penjabaran dari penambahan jumlah sel dalam waktu tertentu, misal bernilai b,
maka:
a. Pada generasi pertama, b = 12
b. Pada generasi kedua,b = 122
c. Pada generasi ke-n,b = 1x2n sehingga akhirnya: b=a x 2n
Dengan perhitungan logaritma, persamaan dapat dituliskan menjadi :
Log b = log 10a + alog 102
= log 10a + 0,301 n
= log 10b log 10a
atau n = 0,301
Pertumbuhan bakteri dalam biak statik akan mengikuti kurva pertumbuhan. Jika
bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai
salah satu faktor mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas.
Pertumbuhan biak bakteri dengan mudah dapat dinyatakan secara grafik dengan
logaritme jumlah sel hidup terhadap waktu. Suatu kurva pertumbuhan punya
bentuk sigmoid dan dapat dibedakan dalam beberapa tahap pertumbuhan. Ada
beberepa tahap pertumbuhan yaitu : terdapat kurva pertumbuhan atau gambar.
Tahap ancang-ancang yang mencakup interval waktu antara saat penanaman dan
saat tercapainya kecepatan pembelahan maksimum, lamanya tahap ancang-ancang
ini terutama tergantung dari biak wal, umur bahan yang ditanam dan juga dari sifat
larutan biak.
Tahap eksponensial; Pada tahap pertumbuhan eksponensial terciri oleh kecepatan
pembelahan maksimum yang konstan kecepatan pembelahan diri sepanjang tahap
log bersifat spesifik untuk tiap jenis bakteri dan tergantung lingkungan.
Tahap stationer; Tahap ini dimulai kalau sel-sel sudah tidak tumbuh lagi. Kecepatan
pertumbuhan tergantung dari kadar substrat, menurunnya kecepatan pertumbuhan
sudah terjadi ketika kadar subtrat berkurang sebelum subtrat habis terpakai. Massa
bakteri yang dicapai pada tahap stationer dinamakan hasil atau keuntungan.

Tahap kematian; Pada tahap kematian dan sebab-sebab kematian sel bakteri dalam
larutan biak normal masih kurang diteliti. Ada kemungkinan bahwa sel-sel
dihancurkan oleh pengaruh enzim asal sel sendiri (otolisis)
Pertumbuhan bakteri dalam biak sinambung tidak akan mengikuti kurva
pertumbuhan. Dalam pertumbuhan bakteri ini terdapat prosedur yang menjadi
dasar biak sinambung yang dilakukan dalam kemostat dan turbidostat
1. Pertumbuhan dalam kemostat
Kemostat terdiri dari bejana biak yang dimasuki larutan biak dari bejana persediaan
dengan kecepatan aliran tetap. Diusahakan dalam bejana biak terdapat pemasokan
O2 secara optimum dan supaya selekas mungkin terjadi distribusi merata dari
nutrien yang dialirkan masuk sebagai larutan biak. Kecepatan pertambahan
dinyatakan sebagai x = dx/dt dan kerapatan bakteri meningkat dengan x = x0 e
/t. Biak dalam kemostat dikendalikan subtrat. Stabilitas sistem ini berlandaskan
keterbatasan kecepatan tumbuh oleh konsentrasi subtrat yang diperlukan
pertumbuhan (donor H, sumber N, Sumber S, atau sumber P).
2. Pertumbuhan dalam turbidostat
Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang
dipertahankan konstan. Ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan
biak sinambung dalam kemostat biak static harus dilihat sebagai sistem tertutup
(boleh disamakan dengan organisme sial, tahap stationer dan tahap kematian.
Kalau pada biak sinambung merupakan sistem terbuka yang mengupayakan
keseimbangan aliran untuk organisme selalu terdapat kondisi lingkungan yang
sama.
Dalam pertumbuhan sinkron akan terjadi sinkronisasi pembelahan sel. Hal ini
dimaksudkan agar proses metabolisme siklus pembelahan bakteri dapat dipelajari
disperlukan suspensi sel yang mengalami pembelahan sel dalam waktu sama yaitu
sinkron. Sinkronisasi populasi sel dapat dicapai dengan berbagai tindakan buatan
antara lain dengan merubah suhu rangsangan cahaya, pembatasan nutrien atau
menyaring untuk memperoleh sel-sel yang sama ukurannya. Sinkronisasi
pertumbuhan ini juga dimaksudkan untuk menyediakan stater dengan usia yang
sama.
4.3 Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut.
1. Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial,
tetapi dalam tahap masa persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan,
apabila mikroorganisme yang ditanami pada substrat atau medium yang sesuai,

maka pertumbuhan akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan


mikroorganisme yang sudah tua meskipun makanannya cocok, maka
pertumbuhannya mikroorganisme ini membutuhkan masa persiapan atau fase lag.
Waktu yang diperlukan pada fase ini digunakan untuk mensintesa enzim. Sehingga
mencapai konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan pertumbuhan ekponensial.
Fase ini berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari jenis
mikroorganisme serta lingkungan yang hidup.
Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara
nyata terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi
(penyesuaian) ataupun fase-pengaturan jasad untuk suatu aktivitas didalam
lingkungan yang mungkin baru. Sehingga grafik selama fase ini umumnya
mendatar.
Kalau G ( = waktu generasi rata-rata ) sama dengan t ( = waktu yang dibutuhkan
dari jumlah a menjadi b ) dibagi oleh a ( = jumlah keturunan ) sehingga:
G=t/n
=

0,301

log10a -log10b
2. Fase tumbuh dipercepat (fase logaritme, fase eksponensial, logaritma phase)
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah diri.masa ini
disebut masa pertumbuhan, yang setiap selnya tidak sama dalam waktu masa
persiapan.Sehingga secara berangsur-angsur kenaikan jumlah populasi sel
mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase pertumbuhan mikroorganisme.
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag,
maka mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu
sel sehingga kurva meningkat dengan tajam (menanjak). Peningkatan ini harus
diimbangi dengan banyak faktor, antara lain:
Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta
assosiasi kehidupan di antara jasad yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.
Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam media,
temperatur, kadar oksigen, cahaya, dan lain sebagainya.
Kalau faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam
seperti gambar. Pada fase ini pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka
pertumbuhan secara ekponensial akan tercapai. Pada fase ini menunjukkan
kemampuan mikroorganisme berkembang biak secara maksimal. Setiap sel
mempunyai kemampuan hidup dan berkembang biak secara tepat. Fase
pengurangan pertumbuhan akan terlihat berupa keadaan puncak dari fase

logaritmik sebelum mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah individu


mulai berkurang atau menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain
berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya jumlah kejenuhan
pertumbuhan jasad. Fase tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma
mencapai puncaknya, maka zat-zat makanan yang diproduksi oleh setiap sel
mikroorganisme akan mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pada
masa pertumbuhan ini reda atau dikatakan sebagai fase tumbuh reda.
3. Fase stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor faktor yang terkandung di dalam
jasadnya sendiri, maka sampailah puncak aktivitas pertumbuhan kepada titik yang
tidak bisa dilampaui lagi, sehingga selama fase ini, gambaran grafik seakan
mendatar. Populasi jasad hidup di dalam keadaan yang maksimal stasioner yang
konstan.
4. Fase kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai jumlah
yang konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap maksimum pada masa
tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel yang
mati melebihi jumlah sel yang hidup. Fase ini disebut fase kematian dipercepat.
Fase kematian dipercepat mengalami penurunan jumlah sel, karena jumlah sel
mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel tidak mencapai nol, sebab
sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap hidup dalam beberapa saat
waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva dimana jumlah
individu secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ke
titik awal lagi.
Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak sesuai seperti yang sudah
diterangkan kalau faktor-faktor lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi
persyaratan. Beberapa penyimpangan yang sering terjadi pada gambaran kurva
tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
Pengaruh lingkungan terhadap kurva pertumbuhan
1. Kurva A : Menunjukkan terdapatnya fase lag yang cukup lama sebelum
mikroorganisme dapat tumbuh dan bertambah.
2. Kurva B : Menunjukkan tidak adanya fase lag, karena begitu ditanamkan, maka
pertumbuhan mikroorganisme dapat langsung ke fase logaritmik atau fase
eksponensial pertumbuhan.
3. Kurva C : Menunjukkan fase lag yang panjang atau lama serta tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru (mati).

4. Kurva D : adalah gambaran suatu kurva pertumbuahan mikroorganisme yang


secara kontinu terus menerus diberi tambahan sumber nutrient, sehingga ada
kesinambungan pertumbuhan walau makin lama mengarah kepada penurunan.
4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
A. Faktor alam
1. Temparatur
Umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisme terletak antara
0-90oC. Temperatur minimum adalah suhu paling rendah dimana kegiatan
mikroorganisme masih dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah
temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktifitas mikroorganisme,
tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologis paling minimal. Sedang temparatur yang
paling baik bagi aktivitas hidup disebut temperatur optimum.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikroorganisme dapat dibagi
menjadi tiga golongan utama yaitu:
Tabel 4. 4 Daerah aktivitas temperatur mikroorganisme
Suhu Pertumbuhan
Golongan

Minimum

Optimum
10o-15oC

Maksimum

Psychrophil

0oC

30oC

Mesophil

15o-25oC

25o-37oC

40o-55oC

Thermophil

24o-45oC

50o-60oC

60o-90oC

Bakteri-bakteri patogen pada manusia termasuk bakteri Mesophil. Suhu


optimumnya sama dengan suhu tubuh manusia ( 37oC ). Titik kematian termal
suatu jenis mikroorganisme ialah nilai temparatur yang dapat mematikan jenis
tersebut didalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu. Sedang waktu kematian
termal adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroorganisme
pada suatu temperatur yang tetap. Kedua istilah tersebut mempunyai arti yang
penting di dalam praktek, terutama di dalam industri pengawetan bahan makanan
dan obat-obatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal
antara lain: waktu, temperature, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur
mikroorganisme, pH dan komposisi medium.
Komposisi medium juga mempengaruhi kepekaan bakteri terhadap pemanasan.
Adanya partikel atau benda padat dan senyawa tertentu di dalam medium akan
menaikkan resistensi ( ketahanan ) mikroorganisme terhadap panas, sebab
penetrasi panas kedalam medium terhalang oleh adanya benda atau zat tadi.

Temparatur rendah menyebabkan gangguan pada metabolisme, jenisnya


tergantung pada temparatur dan cara perlakuanya. Kematian mikroorganisme pada
temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan koloid
protoplasma yang tidak reversible. Penurunan temperature yang tiba-tiba di atas
titik beku dapat menyebabkan kematian, akan tetapi penurunan temperature
secara bertingkat hanya mengakibatkan kegiatan metabolisme untuk sementara
saja. Bila suspensi bakteri didinginkan dengan cepat dari 45oC, maka jumlah bakteri
yang mati mencapai 95%, tetapi pendinginan secara bertingkat menyebabkan
jumlah kematian tersebut akan berkurang.
Kematian akibat penurunan temperatur yang tiba-tiba, mungkin karena air menjadi
tidak siap untuk kegiatan fisiologi. Misalnya pada pembekuan, mungkin terjadi
kerusakan sel oleh adanya kristal es di dalam air antar sel. Proses pendinginan di
bawah titik beku dan di dalam keadaan hampa udara secara bertingkat, banyak
digunakan untuk mengawetkan biakan dan proses tersebut disebut lyofilisasi. Hasil
lyofilisasi merupakan tepung yang terdiri atas sel yang lyofilik dan sangat mudah
menarik air, juga tidak menyebabkan denaturasi protein sebab molekul air
protoplasma di dalam proses ini langsung dirubah menjadi uap air tanpa melalui
fase cair (sublimasi ).
2. Cahaya
Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya tidak
tergantung pada cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya matahari dapat
membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet.
3.Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat
mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri
tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat
tumbuh pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban
optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan
kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset
diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan
merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap
air murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan
untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk
bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam
keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia,
arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuaan, proses
pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti.
Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh tekanan
osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. pH

pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Umumnya asam


mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri. Lebih baik hidup dalam
suasana netral ( pH 7,0 ) atau sedikit basa ( pH 7,2-7,4), tetapi pada umumnya
dapat hidup pada pH 6,6 7,5. Bakteri-bakteri yang patogen pada manusia tumbuh
baik pada pH 6,8-7,4, yaitu sama dengan pH darah.
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu gambaran dari batas pH bagi
kegiatan enzim. Untuk itu jasad dikenal nilai pH minimum, optimum, dan
maksimum. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara 4,0-4,5, sedang
jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas. Atas dasar
daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan adanya tiga golongan
besar,yaitu:
a. Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara
2,0-5,0
b. Mikroorganisme yang mesofilik (Neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada
pH antara 5,5-8,0
c. Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara
8,4-9,5.
5. O2 dari udara
Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup membutuhkan O2 yang diambil
dari udara melalui pernafasan. Fungsi O2 ini sudah jelas yaitu untuk pembakaran
zat-zat jaringan, sehingga dihasilkan panas dan tenaga. Hidup dalam lingkungan
yang mengandung O2 dalam jumlah yang normal disebut hidup secara aerob.
Organisme yang tidak hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 bebas disebut
organisme anaerob. Berdasarkan responnya terhadap O2 bebas, maka bakteri
dibagi dalam tiga golongan yaitu :
Bakteri aerob ( obligate aerob )
Yaitu bakteri yang hanya hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 bebas.
Misalnya : Vibroiro cholera, Corynebacterium diphtheriea
Bakteri anaerob ( obligate anaerob )
Yaitu bakteri yang hanya dapat hidup di dalam lingkungan yang tidak mengandung
oksigen bebas. Misal: Clostridium tetani,Treptonema pallida.
Fakultatif aerob
Yaitu bakteri yang hidup di dalam lingkungan yang mengandung oksigen bebas
maupun tidak. Misal : Salmonella typhi, Neisseria mengitidis. Bakteri-bakteri
fakultatif aerob pada umumnya lebih baik tumbuh pada pada lingkungan yang

sedikit mengandung oksigen bebas. Karena itu lebih tepat bila dinamakan bakteri
microaerophil.
6. Tekanan osmotik
Air keluar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan tekanan
osmotik antara cairan yang ada di dalam dengan sel yang ada di luar
bakteri.Protoplasma selalu mengandung zat yang terlarut di dalamnya, karena itu
tekanan osmotiknya selalu tinggi dari air murni. Bila bakteri dimasukkan dalam
aquades, maka air akan masuk ke dalam sel bakteri. Hal ini menyebabkan bakteri
menggembung, mungkin pecah dan mati. Peristiwa ini disebut Plasmoptysis.
Sebaliknya bila bakteri dimasukkan ke dalam cairan hipertonis akan menyebabkan
plasma dari dinding sel dan kematian bakteri. Peristiwa ini disebut Plasmolisa.
Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat
menyebabkan plasmolisa. Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan di dalam
praktek untuk pengawetan bahan-bahan makanan, seperti pengawetan ikan
dengan penambahan garam, untuk pengawetan buah-buahan dengan penambahan
gula. Beberapa mikroorganisme dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam
atau kadar gula yang tinggi, antara lain ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada
kadar garam tinggi), bahkan beberapa mikroorganisme dapat tahan di dalam
substrat dengan kadar garam sampai 30%,golongan ini bersifat halodurik.
7. Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain.
Seperti halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan.
Organisme-organisme di alam ini berada dalam suatu keseimbangan yang disebut
keseimbangan biologis.

B. Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang
keluar masuk sel mikroorganisme menjadi kacau.
Oksidasi,beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga
fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim.
Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada
beberapa enzim. Sehigga fungsi enzim terganngu.
Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid
di dalam sel mikroorganisme.
Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur.

Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.


Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
Logam-logam berat

Klor dan senyawa klor

Fenol dan senyawa-senyawa sejenis


Alkohol

Detergen

Aldehit

Zat pewarna

Yodium

Peroksida

Zulfonomida

4.5 Media biak dan persyaratan bagi pertumbuhan


Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme diperlukan suatu
substrat yang disebut media. Dikarenakan dengan media yang cocok, maka
pertumbuhan mikroorganisme akan maksimal, subur dan cepat. Media biak (larutan
biak) dapat di buat dari senyawa-senyawa tertentu.
Media biak dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
Media biak sintetik : media ini dibuat dari senyawa senyawa kimia.
Media biak kompleks, media ini dibuat dari senyawa yang mengandung ektrak ragi,
otolitas ragi, pepton dan ekstrak daging.
Media biak padat, media ini dibuat dari larutan biak cair kemudian ditambahkan
bahan pemadat yang memberi konsistensi seperti selai pada larutan air.
Salah satu syarat untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah kadar ion hidrogen
yang ada dilingkungannya. Perubahan kadar yang kecil saja sudah mampu
menimbulkan pengaruh yang besar. Alasan inilah yang amat penting untuk
menggunakan nilai pH awal yang optimum dan mempertahankannya sepanjang
pertumbuhan. Organisme hidup paling baik pada pH 7. selain kadar ion hydrogen,
dibutuhkan juga karbondioksida dan kadar air, suhu dan tekanan osmatik.
Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari bahan-bahan makanan.
Pada dasarnya larutan biak sekurang-kurangnya harus mengandung sebagai berikut
:
Kebutuhan nutrien pokok. Diantaranya karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen,
belerang, fosfat, kalium, magnesium dan besi.
. Sumber-sumber karbon dan energi.

Zat-zat pelengkap, yaitu suplemen yang termasuk komponen dasar dan yang oleh
beberapa mikroorganisme tidak dapat disintesis dari komponen-komponen
sederhana.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan mikroorganisme secara berkelanjutan dapat
dilakukan dengan menyediakan media yang dikayakan. Kondisi pengkayaan adalah
kondisi dimana organisme dapat tetap tumbuh dengan kehadiran saingan dengan
menetapkan sejumlah faktor (sumber energi, sumber karbon dan sumber nitrogen
akseptor hidrogen dan atmosfir gas, cahaya, suhu, pH dan selanjutnya) dapat
ditetapkan kondisi lingkungan tertentu dan dapat ditanamkan populasi campur
yang terdapat dalam tanah atau dalam lumpur. Bahan-bahan penanaman yang
menguntungkan ialah bahan-bahan yang berasal dari tempat dimana telah terjadi
pengkayaan alamiah seperti : mikroorganisme pengolah CO dalam limbah air
pabrik gas, pengolah hemoglobin dalam limbah pajagalan dan oksidator
hidrokarbon di ladang minyak bumi dan bak minyak.
Untuk mikroorganisme yang sangat terspesialisasi harus dibuat kondisi pengkayaan
yang sangat selektif. Medium mineral yang bebas nitrogen terikat dan tanpa cahaya
merupakan medium yang amat selektif untuk sianobakteri yang memfiksasi
nitrogen. Bila larutan medium yang sama dilengkapi dengan suatu sumber energi
atau sumber energi dan sumber karbon maka pada keadaan gelap dan pada kondisi
aerob dan tumbuh Azotobacter dan kalau Biak Murni.
Untuk menumbuhkan dan mengembang-biakan mikroorganisme, diperlukan suatu
substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus
dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme lain yang tidak
diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti tauge, kentang,
daging, telur, wortel), ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia organik
ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme dinamakan media. Secara garis besar media dibedakan atas :
1. Media hidup
Media hidup umumnya dipakai dalam laboratorium virology untuk pembiakan
berbagai virus, sedangkan dalam bakterologi hanya beberapa
jenis kuman tertentu saja dan terutama hewan percobaan.
2. Media mati
Berdasarkan konsentrasinya
Media padat, terbagi media agar miring, agar deep dan agar sebar. Media ini
umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur.
. Media cair, jika media tidak ditambahkan zat pemadat, biasanya media cair
dipergunakan untuk pembiakan mikroalga, bakteri dan ragi.

Media semi padat atau semi cair, jika penambahan zat pemadat hanya 50% atau
kurang dari yang seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau
fakultatif.
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya Sesuai dengan fungsi fisiologis dari
masing-masing komponen ( unsure hara ) yang terdapat di dalam media, maka
susunan media pada semua jenis mempunyai kesamaan isi, yaitu:
a. Kandungan air
b. Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa lain
yang mengandung nitrogen.
c. Kandungan sumber energi / unsur C, baik yang berasal dari karbohidrat,
lemak,protein, ataupun senyawa-senyawa lain.
d. Faktor pertumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.
Berdasarkan kepada persyaratan,susunan media dapat berbentuk:
a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang,
tepung, daging, telur, ikan, umbi-umbian.
b. Media sintetis, yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk
pertumbuhan dan perkembang-biakan bakteri clostridium.
c. Media semi sintetis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahanbahan alami
dan bahan-bahan sintetis.
Berdasarkan sifat Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme, tetapi juga untuk isolasi, seleksi,evaluasi, dan
diferensiasi biakan yang didapatkan berdasarkan sifat-sifat media, yaitu:
Media umum, kalau media a dapat dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroorganisme secara umum.
Media penyangga, kalau media dipergunakan dengan maksud memberikan
kesempatan terhadap suatu jenis atau kelompok mikroorganisme untuk tumbuh
dan berkembang lebih cepat dari jenis atau kelompok lainnya yang sama-sama
berada dalam satu bahan.
Media selektif, adalah media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis
mikroorganisme tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan untuk jenis
jenis lainnya.
Media diferensial, adalah media yang dipergunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme tertentu serta penemuan sifatsifatnya.

Media penguji, yaitu media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda
tertentu dengan bantuan mikroorganisme.
Media penghitungan, yaitu media yang digunakan untuk menghitungn jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media
selektif ataupun media differensial dan penguji.
Agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media
diperlukan persyaratan tertentu, yaitu:
Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
Bahwa media harus dalam keadaan steril.
4.6 Reproduksi Mikroorganisme sebagai Komponen Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme ditentukan pula oleh kemampuan dalam
mereproduksi sel. Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara aseksual
(yang paling umum) dan secara seksual (terjadi pada beberapa individu saja). Pada
bakteri misalnya, perkembang-biakan secara aseksual terjadi secara pembelahan
biner, yaitu sel induk membelah menjadi dua selanak. Kemudian masing-masing sel
anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya hingga makin
membanyak. Selama sel membelah maka akan terjadi keselarasan replikasi DNA
sehingga tiap-tiap sel anak akan menerima paling sedikit satu kopi (salinan) dari
genom.
Perbanyakan sel dengan cara pembelahan ini, kecepatannya ditentukan oleh waktu
generasi.Ada jenis yang mempunyai waktu generasi lambat atau lambat sekali. Ada
pula yang waktu generasinya sangat singkat atau cepat.

Tabel 4.5 Waktu generasi mikroorganisme

Kelompok Jenis
Mikroorganisme

Waktu Generasi ( Jam )

Bakteri heterotrofik:
Bacillus megatarium
Escherichia coli
Rhizobium meliloti

0,58
0,28
1,80

Treponema pallidum

34,0

Bakteri fotosintetik:
Chloropseupdomonas
Ethylicum

7,0
2,4

Rhodopseudomonas spheroids

5,0

Rhodospirillum rubrum
Ragi:
Saccharomyces cerevisiae

2,0

Bakteri memang mempunyai cara-cara perkembang-biakan aseksual yang unik


kalau dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Juga didalam kecepatan
perbanyakan dan waktu generas, tetapi pembelahan sel mikroorganisme tidak saja
terjadi hanya secara biner sajamungkin pula dapat berbentuk multiple
perkuncupan.
Ragi, seperti ragi untuk membuat kue atau roti Saccharomyces cerevisiae
pembelahan ada yang seperti bakteri (dari satu sel menjadi dua dst.) tetapi ada
pula yang membentuk kuncup, dimana tiap kuncup akan membesar seperti
induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya sehingga akhirnya
membentuk semacam mata rantai.
Virus tumbuh dan berkembang-biak di dalan sel hidup jasad lain, perbanyakan
individunya terjadi secara pembelahan atau replikasi DNA(gambar 47) Perkembangbiakan aseksual dapat juga terjadi secara fragmentasi, yaitu pemotongan serat atau
hifa atau filamen. Misal yang terjadi pada jamur atau mikroalge. Filamen yang
terpotong menjadi beberapa bagian, tiap potongannya akan tumbuh dan
berkembang pula seperti induknya. Perkembang-biakan aseksual yang paling umum
lagi adalah melalui spora. Spora yang dapat diumpamakan seperti biji tanaman
tinggi, dihasilkan dalam berbagai bentuk mikroorganisme. Untuk bakteri, spora
terbentuk didalam sel, sehingga dinamakan endospora. Sedang untuk jamur
misalnya, spora terbentuk diluar tubuh jasadnya, sehingga dinamakan
eksospora. Kalau spora jatuh ke tempat yang lembab maka ia akan berkecambah
dan tumbuh menjadi individu baru. Perkembang biakan secara seksual, umumnya
terjadi pada jamur dan mikro alga serta secara terbatas pada bacteria, dapat terjadi
secara :
1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.
2. Secara anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.

3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk yang sama.
Hasil perkawinan (fertilisasi) akan membentuk zigot (sel betina atau sel telur yang
telah di buahi oleh sel jantan atau sel sperma), yang kemudian zigot akan
berkecambah membentuk individu baru setelah mengalami pembelahan. Rangkaian
kehidupan mikroorganisme yang dimulai dari spora, spora berkecambah,
membentuk massa sel ataupun tubuh buah kemudian menghasilkan alat
perkembang biakan kembali, disebut siklus atau daur hidup. Pada bacteria siklus
hidup kurang jelas rangkaianya, berbeda pada jamur dan mikro alga. Pada jamur
kompos (Agaricus bisporus), yaitu jenis jamur yang sudah dibudidayakan dan
bernilai ekonomi dengan nama mushroom atau champignon, siklus hidupnya sangat
jelas mulai dari spora yang berkecambah, membentuk massa hifa atau misellia,
membentuk tubuh buah stadia awal sampai membentuk tubuh buah yang nyata
terlihat. Juga pada alga hijau (Chlamydomonas) jenis alag yang banyak kita
temukan pada bak aquarium ataupun pada kolam ikan, serta pada protozoa
(Trypanosoma gambiense) penyebab penyakit tidur yang ditularkan melalui lalat
tsese.
Di dalam siklus hidup, tahapan yang terjadi sejak spora berkecambah sampai
menghasilkan kembali alat perkembang biakan, akan di lalui tingkat perkembang
biakan secara seksual ataupun aseksual sesuai dengan sifat mikroorganisme. Faktor
faktor yang mempengaruhi, khususnya factor lingkungan abiotik seperti :
1. Kelengkapan unsur yang terdapat di dalam media
2. pH media
3. Kadar air media

5. Cahaya

6. Sirkulasi oksigens
7. Kelembaban

4. Temperatur
A. Bakteri
Pada umumnya bakteri berkembang biak secara aseksual atau vegetatif yaitu
dengan cara membelah diri. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, bakteri
akan membelah diri dengan cepat. Pembelahan terjadi setiap 15-20 menit.
Sehingga dalam waktu kurang lebih 7-8 jam bakteri sudah menjadi jutaan.
Proses pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase,yaitu:
1. Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus
pada arah memanjang.
2. Sekat tersebut diukuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak
selalu merupakan penyekat yang sempurna,ditengah-tengah sering ketinggalan
suatu lubang kecil, dimana protoplasma kedua sel baru masih tetap berhubunghubungan. Hubungan protoplasma ini disebut plasmodesmida.

3. Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera berpisah,
yaitu yang satu terlepas sama sekali dari pada yang lain, setelah dinding melintang
menyekat secara sempurna. Bakteri yang semacam ini merupakan koloni yang
merata, jika dipiara pada medium yang padat. Sebaliknya, bakteri-bakteri yang
dindingnya lebih kokoh tetap bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri
macam ini merupakan koloni yang kasar permukaannya.

B. Jamur
Perkembangbiakan jamur ditemukan dua macam,yaitu: aseksul dan seksual.
1. Secara aseksual
Dengan cara membelah diri atau bertunas, dilakukan oleh jamur yang bersel satu.
Tunas yang dihasilkan disebut blastospora.
Dengan fragmentasi, berupa potongan misselium atau hifa.
Dengan pembentukan konidia,yaitu ujung-ujung hifa tertentu membagi-bagi diri
membentuk :
bentuk-bentuk yang bulat ( konidiospora ) atau serupa telur (oidiospora)
bentuk empat persegi panjang ( artispora )
spora yang berdinding tebal,disebut klamidospora
2. Secara seksual
Perkembangbiakan secara seksual memerlukan 2 jenis jamur yang cocok. Untuk
kecocokan ini diberikan tanda + dan Proses perkawinannya terdiri atas persatuan
2 protoplas ( plasmogami ) kemudian diikuti persatuan inti ( kariogami ). Jamur ada
yang menghasilkan alat kelamin jantan saja atau hanya alat kelamin betina
saja,sehingga jamur yang seperti ini disebut jamur berumah dua (diesi).jamur yang
dapat menghasilkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina disebut
hermaprodit atu disebut berumah satu (monoesi).
Alat kelamin disebut gametangium.gametangium menghasilkan se l kelamin jantan
disebut anteridium, sedangkan gametangium yang menghasilkan sel kelamin betina
disebut oogonium. Gamet jantan dan betina yang tidak dapat dibedakan disebut
isogamet. Jika jelas berbeda disebut anisogamet yang berciri besar dan kecil,atau
heterogamet (bila beda jenis kelamin). Pada jamur tingkat rendah dijumpai gamet
gamet yang dapat bergerak (planogamet). Sel telur adalah suatu aplanogamet,
sedangkan anterozoida adalah planogamet.
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Persatuan planogamet
Merupakan persatuan 2 gamet yang dapat bergerak, untuk itu disebut
planogametogami. Kalau persatuan terjadi antara dua gamet yang berbeda ukuran,
atau planogamet yang satu dapat bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan
itu disebut anisogametogami.
b. Kontak antara gametangium
Pada spesies jamur yang tidak menghasilkan sel kelamin, plasmogami dapat terjadi
langsung antara dua gametangium yang kompatiabel, sedang masing-masing
gametangium selama plasmogami terjadi tidak mengalami perubahan. Lewat suatu
lubang atau saluran kecil yang terjadi antara kedua gametangium yang
mengadakan kontak. Mengalirlah inti atau inti-inti dari anteridium ke oogonium.
c. Persatuan antara gametangium dengan gametangiogami
Pada gametangiogami terjadi perpindahan seluruh isi anteridium ke
oogonium,dalam hal ini ada dua cara : Pertama, antara anteridium dan oogonium
terbentuk lubang atau saluran, sehingga seluruh protoplast dari anteridium pindah
ke oogonium lewat lubang atau saluran tersebut. Kedua, gametangium luluh
menjadi satu tubuh baru.
1) Spermatisasi
Beberapa jamur tingkat tinggi menghasilkan semacam konidia kecil berinti satu
disebut spermatia.spermatia dapat dibawa angin, air, serangga yang berguna untuk
membuahi gametangium betina.
2) Somatogami
Pada jamur tingkat tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin maupun sel kelamin
dan persatuan antara protoplas antara dua jenis yang kompatibel dapat
berlangsung dari setiap hifa dari jenis yang satu dengan hifa jenis yang lainnya.
Somatogami terdiri dari peristiwa.
a) Terjadinya inti diploid dalam miselium yang heterokariotik
b) Pembiakan inti diploid, bersama-sama dengan pembiakan inti-inti haploid dalam
miselium yang heterokariotik
c) Terjadi pemisahan inti haploid hingga terkurung dalam sel yang homo kariotik,
kemudian tumbuh menjadi miselium baru.
d) Terjadinya meiosis dan mitosis yang mengakibatkan adanya inti- inti haploid lagi.

11/08/2010 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 2 Komentar

SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI


OLEH: DR.H.M. AGUS KRISNO BUDIYANTO, M.KES

DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM

SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI


1.1. Pendahuluan
Mikrobiologi merupakan suatu istilah luas yang berarti studi tentang organisme
hidup yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata terlanjang. Dalam bahasa
Yunani Mikrobiologi diartikan mikros yang berarti kecil, bios yang artinya hidup
dan logos yang artinya kata atau ilmu. Dalam konteks pembagian ilmu modern,
Mikrobiologi mencakup studi tentang bakteri (bakteriologi), jamur (mikologi), dan
virus (virologi).
Di Indonesia sendiri, dunia mikrobiologi saat ini telah berkembang pesat dan
mempunyai perhimpunan sendiri yakni Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI)
adalah suatu organisasi profesi ilmiah dalam bidang mikrobiologi yang
beranggotakan ilmuwan, pakar dan teknisi yang mempunyai keahlian dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang mikrobiologi serta ilmuwan lain yang berminat
dalam bidang mikrobiologi.
Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu
sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak Dapat dilihat dengan
mata telanjang. Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Walaupun beberapa pengaruh mikroorganisme telah diketahui dan juga telah
dimanfaatkan selama ribuan tahun, tetapi baru 300 tahun yang lalu organismeorganisme mikroskopik terlihat dan dipelajari pertama kali.
Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui
adanya dunia mikroorganisme itu. Pada tahun 1675 Antonie, membuat mikroskop
dengan kualitas lensa yang cukup baik, sehingga dia bisa mengamati
mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air
jambangan bunga. Dari air hujan yang menggenang di kubangan-kubangan dan dari
air jambangan bunga, ia peroleh beraneka hewan bersel satu dengan menggunakan
mikroskop buatan yang diperbesar hingga 300 kali. Ia tertarik dengan banyaknya
benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia
menyebut benda-benda bergerak tadi dengan animalcule yang menurutnya
merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Selain itu ia juga menemukan adanya

Hewan bersel satu ini kemudian diberi nama Infusoria atau hewan tuangan.
Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi
dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumbuk
lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek
membuat 250 mikroskop yang mampu memperbesar 200- 300 kali. Leewenhoek
mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut dan mengirimkannya ke
British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7
September 1674 ia menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang
sekarang dikenal dengan protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari
300 surat yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya
adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri.
Pentingnya penemuan tersebut tidak dihargai pada saat itu terlebih lagi Penemuan
Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan darimana asal animalcules
tersebut. Ada dua pendapat yang muncul, satu mengatakan animalcules ada karena
proses pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat
ini mendukung terori yang mengatakan bahwa Makhluk hidup berasal dari benda
mati melalui proses abiogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea.
Pendapat ini mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules
sebelumnya seperti halnya organismea tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini
disebut dengan biogenesis. Mikrobiologi tidak berkembang sampai perdebatan
tersebut terselesaikan dengan dibuktikannya kebenaran teori biogenesis.
Pembuktian ini memerlukan berbagai macam eksperimen yang nampaknya
sederhana dan perlu waktu lebih dari 100 tahun.. Baru setelah hampir 200 tahun
berikutnya, seorang ahli Perancis, Louis Pasteur, Louis Pasteur (1822 1895)
seorang ahli kimia yang menaruh perhatian pada mikroorganisme, Oleh karena itu
ia tertarik untuk meneliti peran mikroba dalam industri anggur dan pembuatan
alkohol dalam mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa
mikroorganismelah penyebab rasa asam yang tidak dikehendaki pada beberapa
jenis anggur. Kenyataannya, ada satu jenis
mikroorganisme yang membantu pembuatan anggur, namun ada organisme lain
yang menyebabkan rusaknya minuman anggur. Setelah gagasan ini diterima studi
tentang organisme dengan proses metabolisme menjadi ilmu yang penting.
Antara tahun 1674 sampai 1683 ia terus menerus mengadakan hubungan
dengan lembaga Royal Society di Inggris.Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya
dengan miskroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai
dengan gambar-gambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Atas
kecermatanketelitian pengamatan leeuwenhock nyata sekali pada gambargambar
tersebut.Kemudian ia membuat sketsa bakteri dengan bentuk bola (kokus), silindris
atau bentuk batang (basillus), spiral (spirilum). Akan tetapi arti penemuan
leeuwcnhock tidak dihiraukan sebelum tahun 1800, ketika orang belum menyadari
benar bahwa mikroorganisme adalah penyebab banyak penyakit atau
menyebabkan perubahan kimia pada pahan bahan disekitar kita yang tidak

terhitung banyaknya. Dalam sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dipandang


sebagai peletak dasar utama atau bapak mikrobiologi.
1.2 Pembahasan
Mikrobiologi mencangkup pengetahuan tentang virus (virologi), pengetahuan
tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tetang hewan bersel satu
(Protozoologi), pengetahuan tentang jamur (Mikologi), terutama yang meliputi
jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta
Deuteromycetes. Lebih dari satu abad yang lalu Louis Pasteur dan beberapa
rekannya meyakinkan profesi medis bahwa sebenarnya organisme yang kecil inilah
yang menyebabkan penyakit. Informasi yang diperoleh dari mikrobiologi membawa
kemajuan besar untuk mengawasi banyaknya penyakit menular. Disamping itu
mikroorganisme telah digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang
diketahui terjadi pada bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Jadi banyak fakta
tentang metabolisme manusia yang diketahui oleh sekarang, mula-mula diketahui
terjadi pada bukan hanya studi tentang mikroorganisme penyebab penyakit, tetapi
merupakan studi tentang semua aktifitas hayati mikroorganisme.
1.2 Perkembangan Studi Mikroorganisme
Studi pengaruh dan pemanfaatan mikroorganisme, sebenarnya sudah berlangsung
selama ribuan tahun, tetapi baru 300 tahun yang lalu mikroorganisme dipelajari dan
dikaji lebih mendalam.
1.2.1 Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723)
Antony van Leeuwenhoek (1632 1723) sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan
yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai wine terster di kota Delf,
Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada
kain. Sebenarnya ia bukan orang pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi
rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikannya salah
seorang penemu mikrobiologi. Mikroorganisme untuk pertama kali diketahui oleh
Leeuwenhoek dengan menggunakan karya ciptaannya yaitu mikroskop. Dengan
sarana ini ia mengamati mikroorganisme dalam air hujan, air laut, bahan
pengorekan dari sela-sela gigi, campuran yang sedang berfermentasi dan berbagai
bahan lainnya, kemudian ia menamakan hewan temuan pertamanya ini hewan
kecil (animalcule).
1.2..2 Teori Generatio Spontanea (Abiogenesis) dan Biogenesis
Teori Generatio Spontanea ini dikembangkan untuk menjelaskan adanya lalat pada
daging yang membusuk. Tikus pada makanan ternak yang terurai, dan ular yang
membusuk pada air yang menggenang. Pada abad XIX, muncul isu ilmu
pengetahuaan mengenai asalusul kehidupan. Setelah ditemukannya suatu dunia
organisme yang tidak tampak dengan mata telanjang membangun minat terhadap

perbedaan mengenai asalusul kehidupan yaitu dari manakah asal jasad jasad
renik ini muncul. Oleh karena itu muncullah pertentangan dari para ahli dan
ilmuwan, sehingga melahirkan dua aliran atau tokoh yaitu aliran Non Vital dan
aliran Vital. Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu (300 sebelum
isa almasih) muncul suatu pendapat, bahwa kehidupan berasal dari bahan atau
benda mati yang mengalami penghancuran. Konsepsi ini dikenal sebagai teori
sebagai spontan atau abiogenesis (abio,tidak hidup: genesis asal). Aristoteles
berpendapat, bahwa organisme hidup (mahluk mahluk kecil) terjadi daribenda
mati. Banyak orang pada masa yang lalu tidak sependapat bahwa mikroorganisme
menjelma melalui generasi spontan, tetapi tidak sedikit pula yang mendukung
berlakunya generasi. Spontan bagi cacing, serangga,bahkan binatang seperti tikus
dan katak.Ilmuwan-ilmuwan yang juga mengamati teori Generatio Spontanea
antaralain:
1. Francesco Redi
Francesco Redi (1668), seorang fisikawan Italia merupakan orang pertama yang
melakukan pembantahan teori generation spontania. Dia melakukan experimen
dengan memasukkan daging ke dalam wadah yang ditutup dengan kain tipis yang
berlubang halus untuk mencegah masuknyalalat, ia membuktikan bahwa belatung
tidak terjadi secara mendadak pada daging yang membusuk. Lalatlah yang tertarik
oleh daging yang membusuk, bertelur di atas kain tipis penutup wadah. Ketiadaan
belatung yang tumbuh pada daging yang membusuk memberikan bukti yang
menentukan untuk menentang perkembangan secara mendadak.. disamping itu dia
melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar yang telah
dipanaskan terlebih dahulu. Redi memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan
lalat sela ia terdapat jauh dari sisa sisa daging. Pada penelitiannya Redi
menggunakan dua kerat daging segar yang diletakkan dalam dua wadah. Wadah
yang satu ditutupi kain yang tembus udara dan yang satu tidak ditutupi. Setelah
beberapa hari, pada daging tidak tertutup mulailah keluar belatungbelatung.
Sementara itu pada daging yang tertutup tidak tumbuh belatung dari experimen itu
maka Franscesco Redi menyimpulkan dan menunjukkan bahwa ulat yang ada dalam
daging busuk adalah larva yang berasal dari telur lalat, bukan hasil dari generatio.
Sehingga Tujuan dari penelitian Redi ini adalah untuk menjelaskan bahwa setiap
makhluk hidup perlu asalusul dimana ia berasal. Teori Abiogenesis juga ditentang
pula oleh Lazzaro Spallinzani.

2. John Needham (1713-1781)


Needhan (1713-1781), adalah seorang pendeta bangsa Irlandia. Selama tahun
1745-1750 ia mengadakan eksperimeneksperimen atau percobaan dengan daging
yang direbus. Ia juga mengadakan eksperimen-eksperimen dengan berbagai
rebusan padi-padian, dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut

disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup, namun timbulah mikroorganisme


dengan kata lain menurutnya kehidupan dapat timbul dari benda mati. Pendapat ini
lebih dikenal sebagai teori Abiogenesis. Kemudian air tersebut disimpannyarapatrapat dalam botol tertutup, dan mengamati bahwa terdapat mikroorganisme pada
awal percobaan. Sehingga menyimpul bahwa jasad- jasad (mikroorganisme)
tersebut terjadi secara spontan dari daging. Dengan kata lain bahwa adanya
animalcules berasal dari air kaldu hasil. perebusan daging namun teori necdhan ini
lalu dipatahkan oleh Lazzaro Spallanzani.
3. Lazzaro Spallanzani (1729-1799)
Lazzaro Spallinzani (1729 1799), seorang biologiwan italia, dalam usahanya untuk
membantah dan membuktikan bahwa konsepsi abiogenesis yang dikemukakan oleh
Aristoteles dan Nedham itu tidak benar. Dia mengatakan bahwa perebusan dan
kemudian penutupan botolbotol berisi air rebusan yang dilakukan needham itu
tidak sempurna. Kemudian Spallanzani melakukan percobaan dengan merebus
kaldu daging selama 1 jam dan menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup
rapat dan hasilnya menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu
tersebut, karena dengan menutup botol tidak memungkinkan masuknya udara
(oksigen) yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan mikroorganisme. Jadi ekperimen
ini menentang teori abiogenesis. Hal ini juga tetap tidak dapat menyakinkan
Needham bahwa mikroorganisme tidaklah muncul karena generasi spontan. Lazzaro
menyimpulkan bahwa faktor yang menentukan kehidupan adalah potensi faktor
biologis. Namun Needham bersikeras dan membantah bahwa pemanasan yang oleh
Spallanzani menyebabkan bahan makan makhluk hidup rusak, dan udara atau
oksigen itu hilang karena dikeluarkan dari toples selagi percobaan pemanasan
sehingga generasi spontan mikroorganisme tidak dapat hidup dan muncul.
4. Franz Shchulze (1815-1873) dan Theodor Shcwann (1810-1882).
Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham ada 2 peneliti Franz Shchulze (18151873) dan Theodor Shcwann (1810-1882). Mereka berdua yang mencoba
memecahkan kontroversi tentang peran udara. Pada tahun 1836, Franz Schulze
dengan experimennya melewatkan larutan asam kuat ke dalam tabung tertutup
yang berisi daging yang telah dimasak. Tahun 1837, Theodor Schwann mengalirkan
udara melalui pipa yang dipanai ke dalam tabung tertutup yang bersisi kaldu yang
dipanasi dan membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan berjamjam lamanya. Maka baik Schultze maupun Schwann tidak menemukan
mikroorganisme di dalam kaldunya sebab mikroba telah mati oleh adanya asam
kuat maupun oleh panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea
berpendapat bahwa adanya asam dan panas akan mengubah udara sehingga tidak
mendukung pertumbuhan mikroba Namun tetap saja hal ini belum meyakinkan
mereka yang menyokong konsepsi abiogenesis terhadap eksperimen kedua sarjana
tersebut. Mereka mengatakan bahwa udara yang lewat asam ataupun pipa panas
itu telah mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga tidak memungkinkan

dan tidak mendukung timbulnya kehidupan makhlukmakhluk baru. Sampai akhirnya


tahun 1954 peneliti menyelesaikan perdebatan tersebut dengan melakukan
percobaan menggunakan tabung tertutup berisi kaldu yang telah dipanaskan. Ke
dalam tabung tersebut dimasukkan pipa yang pada sebagiannya diisi dengan kapas
dan ujungnya dibiarkan terbuka. Dengan demikian mikroba akan tersaring dan
udara tetap bisa masuk. Dengan tidak ditemukannya mikroba dalam kaldu daging
tersebut membuktikan bahwa teori generatio spontanea adalah salah.
5. H. Scroeder dan Th. Von Dusch
H. Scroeder dan Th. Von Dusch (1854) melakukan percobaan yang lebih meyakinkan
dan memantapkan. Penelitian Schwan yaitu dengan melewatkan udara melalui
tabung berisi kapas yang steril menuju ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya
dipanaskan. Dengan cara ini mikroorganisme disaring keluar dari udara oleh seratserat kapas dan dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu maka ia tidak
mendapatkan mikroorganisme (jasad renik) baru yang tumbuh di dalam kaldu
tersebut. Dengan demikian tumbanglah teori abiogenesis.
6. Louis Pasteur dan John Tyndall
Louis Pasteur (1822-1895), seorang ahli kimia yang mendapat pengakuan nasional
tidak lama setelah memulai karirnya ketika ia menemukan rumus bangun asam
tertarat. Kemudian Pasteur tertarik pada industri minuman anggur dan perubahanperubahan yang terjadi selama proses fermentasi. Melalui penelitian fermentasi
gula, Pasteur mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat penting bagi kehidupan
mikroorganisme. Hal ini menandakan berakhirnya pertentangan konflik nonvital dan
vital.
Berdasarkan hasil-hasil percobaan ilmuwan yang juga seorang biologiwan bernama
Louis Pasteur ini, dapat meyakinkan khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru
yang dapat timbul dari benda mati, maka muncullah teori Biogenesis yaitu Omne
vivum ex ovo, omne ovum ex vivo yang berarti semua kehidupan itu berasal dari
telur, dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup. Louis Pasteur
sebenarnya seorang sarjana kimia, akan tetapi berkat jasa-jasanya dalam bidang
mikrobiologi demikian banyaknya, sehingga ia disebut seorang pelopor
mikrobiologi.
@Pernyataan Louis Pasteur tersebut, belum memberi jawaban atas pertanyaan
darimana asal bakteri?. Sesungguhnya, bahwa pertanyaan ini hingga sekarang
belum terjawab, pertanyaan ini identik dengan pertanyaandarimana asal
kehidupan. Jawaban atas semua ini bergantung pada pandangan hidup seseorang,
dan dengan demikian terletak diluar bidang ilmu pengetahuan atau science.
Seorang vitalist akan menjawab berlainan dengan paham gereja yang berlandaskan
materialisme, sehingga akan menyebabkan timbulnya pemisahan antara ilmu
dengan urusan agama dimana paham vital yang mengarah pada peranan adanya

organisme dan paham non vital yang peranannya mengarah pada faktor diluar
organisme. Pada masa pasteur terdapat salah seorang penyokong yang penuh
dedikasi terhadap generasi spontan (Abiogenesis) pasteur ialah Felix Arhimede
Pautcht, seorang naturalis Perancis. Dalam tahun 1859 ia menerbitkan laporan
panjang lebar untuk membuktikan kejadiannya, tetapi ia tidak memperhitungkan
sifat Louis Pasteur yang cerdik, keras kepala dan tak kenal lelah.Karena merasa
jengkel akan logika dan data Pouchet, maka Louis Pasteur didalam tahun 1865
melakukan percobaan untuk lebih meyakinkan dan untuk mengakhiri pertikaian itu
untuk selama-selamanya. Louis Pasteur mempersiapkan larutan nutrien (kaldu)
didalam labu yang dilengkapi dengan lubang atau pipa panjang dan sempit
berbentuk leher angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal
dari sel lainnya. Dalam percobaannya menggunakan tabung berleher angsa,
Pasteur memanaskan dengan merebus larutan nutrien (kaldu) itu dan udara tanpa
perlakuan dan tanpa disaring kemudian dibiarkan lewat keluar masuk. Setelah
sekian lama, ternyata tidak ada mikroorganisme yang tumbuh dalam larutan itu.
Pada prinsipnya udara mampu masuk ke dalam tabung, namun partikel-partikel
debu yang mengandung mikroorganisme tidak mencapai larutan nutrien karena
partikel debu akan menempel dan mengendap dalam bagian lengkungan tabung
leher angsa yang berbentuk huruf V dan aliran udara demikian berkurangnya
sehingga partikel-partikel debu yang mengandung mikroorganisme tidak terbawa
masuk ke dalam labu. Dalam hal ini mikroba beserta debu akan mengendap pada
bagian tabung yang berbentu U sehingga tidak akan dapat mencapai kaldu. Ia juga
membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes dan Alpen. Pasteur menemukan
bahwa mikroorganime terbawa debu oleh udara dan ia menyimpilkan bahwa
semakin bersih/murni udara yang masuk ke dalam bejana, semakin sedikit
kontaminasi yang terjadi. Dari hasil experiment tersebut Pada tanggal 7 April 1864
ia mengatakan bahwa: For I have kept them and am still keeping from them, that
one thing that is above the power of man to make; I have kept from them, the germ
that float in the air, I have kept them from life.
Salah satu argumen klasik untuk menantang buiogenesis adalh bahwa panasang
digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap merusak vital
force. Mereka yang mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa tanpa
adanya kekuatan vital force tersebut mikroorganisma tidka dapat muncul serta
spontan. Untuk merespon argumen tersebut John Tyndall mengatakan udara dapat
dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisma dengan cara melakukan percobaab
dengan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke dalam kotak tertutup. Udara
dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa yang sudah dibengkokkan membentuk
dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat masuk ke dalam
kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, namun tidak ditemukan
adanya mikroba. Hasil percobaan Pasteur dan Tyndall memacu diterimanya konsep
biogenesis.

Di antara bukti-bukti yang paling penting ialah hasil percobaan John Tyndall pada
awal tahun 1870-an, denan menciptakan sebuah kotak bebas debu, dan
menempatkan tabung-tabung berisi kaldu steril didalamnya. Selama udara dalam
kotak bebas dari debu maka selama itu pula kaldu akan mengendap dan tertahan
pada tabung berleher angsa yang menuju ke dalam kotak, sehingga dari percobaan
John Tyndall terbukti bahwa mikroorganisme terbawa oleh partikel-partikel debu.
Disamping percobaan abiogenesis Pasteur juga tertarik pada industry minuman
anggur dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses
fermentasi. Pada zaman dahulu, orang memperbaiki mutu produk-produk
fermentasinya dengan cara mencoba-coba, tanpa menyadari bahwa mutu
sesungguhnya bergantung kepada penyediaan atau perbaikan kondisi bagi
pertumbuhan mikroorganisme pelaku fermentasi tersebut. Barulah setelah Pasteur
menelaah peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi pada pembuatan
anggur maka orang menjadi mengerti bahwa mikroorganisme itulah yang
menyebabkan terjadinya fermentasi.
Dimana proses fermentasi terjadi karena enzim yakni zat yang dihasilkan sel hidup
yang menyebabkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu. Untuk masa
berpuluh-puluh tahun tetap dianut adalah tentang proses fermentasi. Proses
tersebut adalah suatu proses kimia.Karena jasad pemrosesannya tidak nampak.
Serta kalaupun kemudian adanya pertumbuhan jasad (misal ragi) pada permukaan
larutan dianggap sebagai akibat proses fermentasi. Tetapi berkat penelitian tiga
orang ahli, antara lain Pasteur pada tahun 1830, dapat diketahui dan dipastikan
bahwa proses fermentasi adalah proses biologis dimana mikroorganisme (ragi) yang
berperan. Ia setelah membuktikan ketidakbenaran teori spontan, jadi memastikan
bahwa mikroorganisme merupakan penyebab fermentasi, ia siap membantu para
pembuat minuman anggur dan bir Perancis, yang acapkali menghadapi kesukaran
untuk menghasilkan produk bermutu tinggi. Setelah memeriksa banyak kelompok
minuman anggur, maka dia menemukan berbagai macam mikroorganisme. Pasteur
menetapkan bahwa dengan seleksi yang tepat terhadap mikroorganisme yang
bersangkutan, maka dapat dipastikan bahwa akan diperoleh hasil yang baik dan
merata secara konsisten. Untuk mencapai hal ini, maka mikroorganisme yang sudah
ada dalam sari buah harus dihilangkan dan fermentasi yang baru dimulai dengan
biakan, yaitu suatu pertumbuhan mikroorganisme yang diambil dari tong anggur
yang dinilai baik. Pasteur menyarankan agar menghilangkan tipe-tipe
mikroorganisme yang tidak diinginkan dengan pemanasan-yang tidak sampai
merusaka aroma sari buah tetapi cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Ia
mendapati bahwa perlakuan dengan suhu 62,80C selama setengah jam cukuplah
untuk mencapai hal tersebut. Kini proses ini, dinamai pasteurisasi, digunakan
secara meluas pada industri fermentasi, tetapi yang paling kita kenal ialah yang
dimanfaatkan di industri hasil susu, untuk membunuh jasad-jasad renik penyebab
penyakit yang terdapat dalam susu dan produk-produk susu. Bahkan sebelum
Pasteur berhasil membuktikan bahwa bakteri menjadi sebab beberapa penyakit,

banyak pengamatan yang cermat menentang keras adanya teori nutfah penyakit.
Dalam tahun 1546 Francastoro dari Verona (1483-1553) menyatakan bahwa
penyakit dapat disebabkan oleh jasad renik yang terlalu kecil untuk dapat dilihat
yang dipindahkan (ditularkan) dari seseorang ke seseorang lain. Pada
tahun 1762 von Plnciz dari Vienna tidak hanya mengemukakan bahwa
sesungguhnya makhluk hiduplah yang menjadi penyebab penyakit, tetapi juga
berpendapat bahwa berbagai jasad renik menimbulkan bermacammacam penyakit
pula. Konsepsi parasitisme, yakni adanya organism yang hidup pada atau didalam
organisme lain dengan mengambil nutrient dari padanya, tersebar luas dalam tahun
1700-an. Dikarenakan keberhasilan Pasteur dalam memecahkan masalah
fermentasi maka pemerintah Perancis memintanya untuk meneliti pebrine, penyakit
pada ulat sutra yang menghancurkan industri sutra yang penting di Negara
tersebut. Ternyata masalah itu rumit, dan selama bertahun mereka mencari-cari
pemecahannya dengan susah payah. Akan tetapi, pada akhirnya ia berhasil
mengisolasi jasad renik (suatu protozoa) penyebabnya. Pasteur bahkan meningkat
lebih lanjut dan menganjurkan kepada para petani ulat sutra agar mereka
menyeleksi ulatulat / baru yang sehat dan bebas penyakit untuk menghindari
penyakit itu. Kemudian pasteur (1877) menangani masalah antraks. Penyakit pada
sapi, domba, dan terkadang manusia. Setelah mengamati penyebab penyakit itu
dari darah hewan yang mati karena penyakit tersebut. Maka ia menumbuhkannya
dalam labu labu di laboratorium. Walaupun sejak jaman dulu sudah banyak ahli
yang mempunyai keyakinan bahwa penyebab penyakit dapat berpindah tempat dan
menyebar dari satu orang ke orang lain, baik melalui udara, melalui air. Ataupun
melalui pembawa lainnya. Baru oleh Fracastorius (1478-1553) dasar-dasar yang
meyakinkan tentang perpindahan dan penyebaran jasad penyebab penyakit, mulai
diungkapkan. Serta lebih kurang satu setengah abad kemudian oleh Kircher (16021680) cara-cara yang pasti tentang penularan, penyebaran dan perpindahan jasad
penyebab penyakit lebihterperinci. Uraian, bahasan, dan batasan Kircher inilah
yang kemudian dapat mengungkapkan berbagai jenis penyebab penyakit serta cara
penyebaran dan penularannya, seperti yang kemudian dilanjutkan oleh Panum
(1820-1885) ahli kedokteran Denmark untuk penyakit campak, Snow (1813-1858)
dan Budd (1811-1880) tentang epidemi kolera Asia, dan sabagainya. Pada periode
ini terjadinya gejala pembengkakan pada luka yang dibiarkan,kemudian diketahui,
disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroorganisme pengubah darah menjadi
nanah yang kemudia banyak hidup di sekitar dan didalam luka.
Menurut Pasteur, fermentasi asam laktat yang tidak ingin terjadi dari kontaminasi
dengan bakteri berbentuk batang. Produksi etanol terjadi karena aktivitas sel
khamir. Menurut penelitian yang dilakukan Pasteur bahwa jenis bakteri mampu
mengubah gula menjadi produk akhir. Jadi suatu bakteri menyebabkan
pembentukan asam laktat dari gula. Jenis lain membentuk asam butirat dan
seterusnya. Pasteur menemukan bahwa proses fermentasi terjadi tanpa adanya
udara. Ialah yang pertama menggunakan istilah aerob (aerobic) dan anaerob

(anaerobic) yang artinya proses yang memerlukan udara dan proses yang yang
tidak mungkin berlangsung jika tidak ada udara.
7. Robert Koch (1843-1910)
Di Jerman, Robert Koch (1843 1910) seorang profesional di bidang kesehatan
mendapat hadiah mikroskop dari istrinya untuk hadiah ulang
tahunnya yang ke-28.. Koch adalah seorang dokter yang tenang dan sangat teliti, ia
terkadang melalaikan praktek dokternya untuk mengejar ilmu baru yang sangat
memukau yaitu bakteriologi. Selanjutnya ia mulai meneliti dunia mikroorganisma
yang sudah dilihat oleh Pasteur. Baik Pasteur maupun Koch menjadi rival bersama
yang sama-sama ingin mengetahui penyebab penyakit anthrax yang sangat
merugikan peternak sapi dan domba di Eropa. Koch akhirnya menemukan dari
darah domba yang telah mati karena anthrax. Dengan sering meninggalkan
prkateknya sebagai dokter, Koch membuktikan bahwa bakteri tersebut penyebab
anthrax dengan cara memisahkan bakteri untuk batang tersebut dari bakteri lain
yang ada kemudian menginjeksikannya ke dalam tikus yang sehat. Tikus
selanjutnya menunjukkan perkembangan menuju anthrax dan bakteri yang diisolasi
dari tikus menunjukkan kesamaan bakteri yang berasal dari domba yang sakit
sebelumnya. Pada 1876, setelah meneliti selama 6 tahun Koch mengumumkan
bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab anthrax. Ia juga menyarankan
bahwa ternak sakit supaya dibunuh dan dibakar atau dikubur yang dalam, setelah
ia mengetahui bahwa spora yang dihasilkan oleh bakteri dapat bertahan hidup
selama berbulan-bulan di daerah peternakan. Dengan penemuan anthraxnya Koch
merupakan orang pertama yang membuktikan mikroba tertentu merupakan agen
penyakit tertentu. Selanjutnya Koch dan kawan-kawan menemukan bakteri
penyebab tuberculosis dan cholera. Perkembangan teknik laboratorium untuk
mempelajari mikroorganisma. Koch dan anggotanya banyak memberi kontribusi
mengenai teknik-teknik tersebut. Diantaranya adalah prosedur pengecatan bakteri
untuk pengamatan dengan mikroskop cahaya dan juga koch menemukan bakteri
yang menimbulkan tuberkolosis dan kolera. Khusus mengenai Robert Koch yang
sampai sekarang namanya tetap dikenang dan dihargai karena jasajasanya
besarnya di bidang mikrobiologi kedokteran dan kemanusiaan. Berkat penelitian
Koch ini maka ihwal dan penyebab penyakit TBC, tifus, difteri, kolera dan gonorhu
serta antraks, dapat terungkap dan dipisahkan secara murni. Yang paling penting
untuk diketahui adalah Postulat Koch yang menjadi dasar bagi seorang ahli untuk
mencari, menemukan dan mengetahui jasad penyebab suatu penyakit didalam
suatu wabah yang sedang berkecamuk. Tahap-tahap kerja Postulat tersebut
mempunyai 4 dalil, yaitu :
Bahwa mikroorganisme yang disangka penyebab harus selalu didapatkan pada
semua penderita penyakit dan tidak didapatkan pada bukan penderita atau yang
masih sehat.

Bahwa mikroorganisme penyebab harus dapat dibiakkan secara murni di dalam


media tanpa kehadiran bagian/jaringan jasad yang tadinya dikenai.
Bahwa biakan jasad yg sudah dibiakkan, bila diinokulasikan (disuntikkan) kepada
hewan percobaan, akan menimbulkan gejala penyakit yg sama
Bahwa biakan jasad yang sudah diinokulasikan. Dapat diisolasi/dipisahkan kembali
serta kalau kemudian dibiakkan akan mempunyai bentuk yang sama seperti asal.
Dalam perkembangan berikutnya, nama-nama seperti Ehrlich (1854- 1915), Von
Behring dan Kitasato (1890), Metchnikoff (1883), Loeffer (1884) Park (1894) dan
banyak nama-nama ahli di bidang mikrobiologi, merupakan nama yang ditulis
dengan tinta emas di dalam sejarah perkembangan mikrobiologi. Seperti secara
khusus untuk bidang mikroorganisme penyakit di Amerika Serikat oleh Rush (1813),
Webster (1843), Spencer (1851), Welch (1894), McCoy (1910) dalam bidang
penyakit sipilis, pes, kolera, tifus dan difteri. Virus misalnya, sudah sejak Pasteur
dan Koch melakukan penelitian, masalahnya sudah ada dan di usahakan untuk
diketahuinya. Tetapi baru ketika diumumkan hasil penelitian Iwanowski (1892)
sarjana mikroorganisme Rusia, meneliti penyebab penyakit aneh pada daun
tembakau (yang dikenal dengan nama TMV/tobacco mosaic virus) Dimitri Ivanovski
menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau
dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring
dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut
diketahui dapat menyaring bakteri.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran yang
jauh lebih kecil dari bakteri. Selanjutnya nama-nama ahli seperti Buist (1887), Negri
(1903),Ricketts (1906), Woodruff dan Goodpasture (1930), Stanley (1937) banyak
berkecimpung didalam penelitian dan
pengembangan virus. Pada tahun 1900 seorang ahli bedah bernama Walter reed
(1851-1902) dengan menggunakan manusia sebagai volunteer membuktikan
bahwa virus tersebut dibawa oleh nyamuk tertentu lainnya membawa protozoa
penyebab malaria. Salah satu cara penting untuk mencegah penyakit tersebut
adalah mengurus air yang tergenang yang digunakan nyamuk untuk tempat
berkembang biak. Pada massa periode modern ditandai dengan diraihnya beberapa
hadiah Nobel oleh para ahli mikrobiologi yang bergerak dalam bidang pengobatan
dan kedokteran, seperti oleh Domagk (1939) untuk penemuan obat-obat sulfa
sebagai obat ampuh untuk infeksi bakteri, oleh Flemming, Florey & Chain (1945)
untuk penemuan antibiotika penisilin, oleh Waksman (1952) untuk penemuan
antibiotik sterptomisin, oleh Stanley (1946) untuk penemuan protein-virus secara
murni, dan oleh Enders, Welle Beadle (1954) untuk penemuan virus poliomyelitis
sehingga pembuatan vaksin polio memungkinkan untuk dilakukan. Metode
pencegahan dan pengobatan yang telah dikemukakan untuk memberantas penyakit
karena mikroorganisme mencakup imunisasi (misalnya vaksinasi), antisepsis (cara-

cara untuk meniadakan atau mengurangi kemungkinan infeksi), kemoterapi


(perawatan pasien dengan bahan kimia), dan cara-cara kesehatan masyarakat
(misalnya, pemurnian air, pembuangan limbah, dan pengawetan makanan). Pasteur
melanjutkan penemuannya mengenai penyebab dan pencegahan penyakit-penyakit
menular. Sekitar 1880 ia mengisolasi bakteri yang menjadi penyebab kolera ayam
dan menumbuhkannya pada biakan murni. Untuk menunjukkan bahwa benar-benar
dia telah mengisolasi bakteri penyebab penyakit tersebut maka ia menggunakan
teknik-teknik dasar yang dikemukakan Koch.
Pada tahun 1880, Pasteur dengan menggunakan teknik dari Konch untuk
mengisolasi dan membiakkan bakteri yang menyebabkan kolera pada ayam. Untuk
membuktikan penemuannya, Pasteur membuat demonstrasi dihadapan publik
tentang percobaannya yang telah dilakukan berulang kali di laboratorium. Dia
menginjeksikan biakkan bakteri kolera pada ayam sehat dan menunggunya sampai
ayam tersebut menunjukkan gejala penyakit. Akan tetapi hasilnya membuat Pasteur
mendapat malu karena ayamnya tetap hidup dan sehat. Pasteur kemudian
mengevaluasi langkah-langkah yang menyebabkan demonstrasi tersebut gagal. Dia
menemukan bahwa secara kebetulan dia menggunakan biakan tua seperti yang
telah dilakukan sebelumnya, dan satu kelompok adalah ayam yang tidak pernah di
inokulasi. Selanjutnya kedua kelompok ayam tersebut diinjeksi dengan biakan
segar. Hasilnya, kelompok ayam yang kedua mati sedang kelompok ayam yang
pertama tetap sehat. Pertama hal ini membuatnya bingung, tetapi Pasteur segera
menemukan jawabannya. Pasteur menemukan bahwa, bakteri jika dibiarkan
tumbuh menjadi biakan tua menjadi avirulen yaitu kehilangan virulensinya atau
kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Tetapi bakteri avirulen ini masih dapat
menstimulasikan sesuatu dalam tubuh host dan pada infeksi berikutnya manjadi
imun atau tahan terhadap penyakit. Pasteur selanjutnya menerapkan prinsip
imunisasi untuk mencegah anthrax. Pasteur menyebut bakteri yang telah avirulen
tersebut engan vaccin dari bahasa latin vaccayang artinya sapi dan imunisasi
dengan biakan tersebut dikenal dengan vaksinasi (istilah yang diturunkan dari
bahasa Latin vacca yang berarti sapi) dan imunisasi dengan biakan bakteri
diatenuasi disebutnya vaksinasi. Dengan demikian Pasteur telah menghormati
Edward Jenner (1749- 1823). Dengan vaksinasi tersebut Pasteur mengenali atau
mengetahui hasil kerja sebelumnya yang dilakukan oleh Edward Jenner (1749
1823) yang telah sukses memfaksinasikan para pekerjanya di peternakan yang
telah terkena copox dari ternak sapinya tetapi tidak pernah berkembang menjadi
serius. Jenner menduga bahwa karena terbiasa menghadapi cowpox akan
mencegahnya dari serangan smallpox. Untuk membuktikan hipotesisnya ini Jener
menginokulasi James Phipps pertama dengan materi yang menyebabkan cowpox
yang diambil dari luka, kemudian dengan agen smallpox. Anak laki-laki tersebut
tidak menunjukkan gejala smallpox. Nama Pasteur selanjutnya dikenal dimanamana dan oleh banyak orang dianggap sebagai peneliti tentang mikroorganisme
yang ajaib. Untuk itu ia diminta membuat vaksin pencegah hidrofobia atau rabies,
penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing, kucing, atau binatang

yang terinfeksi lainnya. Pasteur adalah seorang ahli kimia, bukan dokter dan
Pasteur tidak biasa memperlakukan manusia. Disamping kenyataan bahwa
penyebab penyakit rabies adalah belum diketahui, tetapi Pasteur mempunyai
keyakinan yang kuat bahwa itu adalah mikroorganisma. Ia dapat membuat kelinci
terkena penyakit setelah diinokulasi dengan saliva anjing. Selanjutnya Pasteur dan
asistennya mengambil otak dan tulang belakang kelinci tersebut dan
mengeingkannya dan membuatnya menjadi larutan. Anjing yang diinokulasi dengan
campuran tersebut dapat terhindar dari rabies. Akan tetapi vaksinasi terhadap
anjing sangat berbeda dengan manusia. Pada bulan Juli 1885, seorang anak laki-laki
bernama Joseph Meister digigit oleh serigala dan keluarganya membujuk Pasteur
untuk menginokulasi anak tersebut. Kekawatiran Pasteur dan orang-orang menjadi
berkurang setelah anak laki-laki tersebut tidak mati. Selanjutnya Pasteur menjadi
terkenal dan memperoleh banyak dana yang kemudian digunakan untuk mendirikan
Institute Pasteur di Paris yang sangat terkenal.
Dalam waktu yang bersamaan. Elie Metchnikoff (1845-1916) yang bekerja di
laboratorium Pasteur, mengamati bahwa leukosit, semacam sel dalam darah
manusia, dapat memakan bakteri penyebab penyakit yang ada dalam tubuh.
Pelindung terhadap infeksi ini dinamakan fagosit atau pemakan sel dan prosesnya
disebut fagositosis. Dalam pengertian umum, kata sepsis berarti infeksi, antisepsis
berkenaan dengan cara-cara pemberantasan atau pencegahan infeksi. Telah
dikemukakan mengenai diperkenalkannya oleh Semmelweis tentang caracara
aseptik selama kelahiran agar mengurangi terjadinya demam nifas karena
mikroorganisme. Dalam tahun 1860-an seorang ahli bedah Inggris Joseph Lister
(1827-1912) mencari cara-cara menjauhkan mikroorganisme dari luka dan torehan
(insisi) yang dibuat para ahli bedah karena kematian akibat sebab-sebab tinggi
sekali. Dalam tahun 1864, misalnya, Lister mencatat 45 persen dari pasiennya
sendiri meninggal setelah pembedahan. Desinfektan pada waktu itu belum dikenal,
tetapi asam karbolat (fenol). Sudah diketahui membunuh bakteri,maka Lister
menggunakan larutan encer asam tersebut untuk merendam perlengkapan bedah
dan menyemprot ruang bedah.Luka dan torehan yang dilindungi dengan cara ini
jarang terkena infeksi dan dengan cepat menjadi sembuh. Demikian gemilangnya
keberhasilannya itu sehingga tekniknya dengan cepat diterima oleh para ahli bedah
lain, dan praktek antisepsis inilah yang mendasari prinsip teknik asesptik masa kini
yang digunakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam luka atau
insisi. Sekarang banyak sekali macam zat kimia, seperti alkohol dan larutan iodium,
dan teknik fisik, seperti misalnya saringan udara, dan lampu ultraviolet
germisidal(dapat membunuh kuman), yang digunakan menurunkan jumlah
mikroorganisme di tempat tempat seperti kamar bedah dan kamar anak- anak
untuk bayi yang prematur. Pada peralihan abad ini telaah tentang mikrobiologi
bercabang menjadi dua arah berbeda tetapi saling melengkapi; yang pertama
berkenaan dengan penelitian lebih lanjut untuk menemukan kegunaan
mikroorganisme dan yang kedua berkaitan dengan telaah terperinci ciri-ciri hayati
jasad renik. Jasad-jasad renik ini acapkali diteliti untuk memperoleh informasi

mengenai organisme lain yang tidak mudah diperoleh melalui percobaan-percobaan


langsung pada organism tersebut. Penelitian ini dengan jasad renik telah
menghasilkan banyak sumbangan yang luar biasa bagi biologi, biokimia dan
kedokteran. Mikrobiologi yang merupakan bagian dari bidang biologi, tersusun oleh
banyak disiplin (sub bidang). Pembagian disiplin ini tergantung kepada arah atau
orientasinya, apakah terhadap taksonomi (susunan dan pengelompokan
mikroorganisme), terhadap habitat (tempat hidup dan perkembangan
mikroorganisme), terhadap problema (permasalahan yang ada atau ditimbulkan
akibat mikroorganisme), sehingga sedikitnya akan ada 21 disiplin/sub bidang
mikrobiologi yang dikenal sesuai keberadaannya. Berdasarkan kepada disiplin
didalam bidang mikrobiologi, akan nampak jelas kaitan ilmu tersebut sebagai ilmu
dasar dan ilmu terapan. Sebagai ilmu dasar karena di dalamnya tercakup
pembahasan permasalahan yang berhubungan dengan bentuk, sifat,
perkembangbiakan, penyebaran dan lingkungan yang mempengaruhinya. Sedang
sebagai ilmu terapan, karena secara langsung jasad-jasad yang terdapat di dalam
dapat berperan, baik di bidang yang menguntungkan seperti proses pembuatan dan
peningkatan nilai gizi-nutrisi dan organileptik bahan makanan, industri farmasi,
industri-kimia, bidang pertanian dan sebagainya. Juga secara langsung peranan
jasad-jasad sebagai penyebab penyakit pada tanaman, hewan dan manusia, serta
sebagai jasad penghasil toksin (racun) yang membahayakan. Bahkan peranan
mikroorganisme di dalam lingkungan hidup, yang saat ini mulai dikembangkan
adalah:
Sebagai jasad yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
lingkungan
Juga sebagai jasad yang secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh
lingkungan,
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengembangan penggunaan
mikroorganisme sebagai jasad parameter-alami (indikatoralami) terhadap
perubahan didalam lingkungan, mulai banyak digunakan, khususnya akibat adanya
pencemaran domestik (dari rumah tangga) ataupun non-domestik (dari pabrik,
industri, pertanian dan sebagainya).
Mengkaji sejarah perkembangan mikrobiologi sangat menarik. Dimana dalam
perjalanan sejarahnya tepatnya pada abad ke XIX, muncul isu tentang asal-usul
perbedaan pendapat dari para ilmuwan dan para peneliti pada zaman itu. Mereka
tetap bersikeras dengan pendapat dan teori-teori masing-masing, sehingga secara
tidak langsung, menyebabkan lahirnya dua paham aliran, yaitu paham aliran non
vital atau Abiogenesis yang lebih dikenal dengan teori generatio spontania, dimana
para ilmuwan yang mendukung teori ini berpendapat bahwa kehidupan itu asalnya
atau kejadiannya secara tiba-tiba ada dengan sendirinya, dan mereka menganggap
bahwa makhluk hidup (mikroorganisme) berasal dari benda mati. Adapun para
ilmuwan penganut paham non vital diantaranya Antonie van Leeuwenhock yang

diberi gelar sebagai bapak mikrobiologi atau orang pertama kali yang meletakkan
dasar utama, Jhon Needlot dan John Nedham. Sedangkan para ilmuwan yang
menganut paham aliran vital atau dikenal sebagai teori biogenesis adalah Lazzaro
Spallazani, Schwan dan Schroder, mereka mengemukakan bahwa makhluk hidup ini
berasal dari makhluk hidup yang sebelumnya. Mereka membantah dan menentang
teori abiogenesis atau generasio spontanea dengan melakukan berbagai
pembuktian dan percobaan. Dari sini terlihat bahwa timbulnya pertentanganpertentangan dari para ilmuwan yang mengemukakan teori asal-usul kehidupan
ialah salah satunya adanya factor pertentangan ahli-ahli ilmuwan dari paham gereja
yang lebih berlandaskan atas unsur materialisme semata, dan adanya pemisahan
ilmu pengetahuan dengan urusan agama yang terutama berhubungan dengan
Tuhan sebagai sang Khalik yang menciptakan alam semesta. Sehingga teori-teori
yang mengungkap tentang rahasia darimana sebenarnya asal-usul kehidupan itu
berasal, sesungguhnya belum semuanya terbukti. Jawaban atas ini bergantung
pada pandangan hidup seseorang, jika dikaitkan dengan segi spiritual yaitu aqidah
Islam yaitu keyakinan dasar seseorang tentang adanya Allah SWT sebagai pencipta,
dan pengatur seluruh alam semesta. Dialah yang maha kuasa atas segala
sesuatunya, baik yang ada di langit dan di bumi semua berada di bawah
pengawasan dan kekuasaan Allah SWT. Bukti-bukti tentang penciptaan alam
semesta termasuk di dalamnya seluruh makhluk hidup di muka bumi, jelas
tercantum dalam Al-Quran sebagaimana firman Allah yaitu:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia
berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan- Nya tujuh langit! Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu (QS Al Baqarah : 29)
Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dalam kekuasan-Nya. Dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya
sesuai dengan apa yang dikehendaki mudah bagi Allah (QS Al-Furqon:2).
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya : Jadilah! maka terjadilah ia. (QS Yaasiin :82).
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan ) Ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud (QS. Al-Hijr: 28-29 ).
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiaanya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang

telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada
yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat Bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. Al-Hajj: 5).
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu
selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S. As-Sajadah: 4).
Dari penggalan bukti ayat-ayat Al-quran tersebut telah jelas bahwa kita sebagai
orang yang beriman, yang yakin akan adanya sang Khalik harus percaya bahwa
seluruh makhluk baik di langit dan di bumi, baik berukuran besar maupun kecil,
bahkan sampai mikroorganisme (jasad renik) yang tidak dapat terlihat dengan mata
telanjang adalah makhluk ciptaan Allah SWT, sehingga dengan mempelajari sejarah
mikrobiologi. Secara tidak langsung pengetahuan tentang aqidah kitapun semakin
bertambah. Sesungguhnya manusia hanyalah sedikit pengetahuannya, jika
dibandingkan dengan ilmu Allah SWT yang maha luas dan tak terbatas.
1.3 Ringkasan
Definisi mikrobiologi
Menurut bahasa mikrobiologi yang berasal dari bahasa yunani mikros yang berarti
kecil, bios yang artinya hidup dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian dapat
ditarik satu arti mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
makhluk hidup yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasap mata
biasa serta memerlukan suatu benda untuk dapat melihatnya yang telah kita kenal
dengan nama mikroskop yang mencakup bakteri, miko (jamur), viro (virus).
Perkebangan Mikrobiologi
Mikrobiologi mulai ada dan dipelajari sekitar 300 tahun yang lalu, dimulai dari
beberapa ilmuwan yang melakukan berbagai eksperimen untuk mengetahui
keberadaan mikroba
Antonie Van Leeuwenhock (1632-1723)
Tahun 1675 Antonie membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik,
dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia bisa mengamati
mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air
jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi. Ia menyebut
benda-benda bergerak tadi dengan animalcule. Selain itu ia juga menemukan
adanya hewan bersel satu ini kemudian diberi nama Infusoria atau hewan

tuangan. Maka muncul pendapat bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati
biogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea. Pendapat ini
mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya.
@Louis Pasteur (1822 1895)
Mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah
penyebab rasa asam yang tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur. Ia
membuat sketsa bakteri dengan bentuk bola (kokus), silindris atau bentuk batang
(basillus), spiral (spirilum). Melalui penelitian fermentasi gula, Pasteur mengatakan
bahwa faktor lingkungan sangat penting bagi kehidupan mikroorganisme. Louis
Pasteur dapat meyakinkan khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru yang dapat
timbul dari benda mati, maka muncullah teori Biogenesis yaitu Omne vivum ex
ovo, omne ovum ex vivo yang berarti semua kehidupan itu berasal dari telur, dan
semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup. Untuk membunuh
mikroorganisme. Pasteur mendapati bahwa perlakuan dengan suhu 62,80C selama
setengah jam cukuplah untuk mencapai hal tersebut. Kini proses ini, dinamai
pasteurisasi.
@Aristoteles
Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu (300 sebelum isa almasih)
muncul suatu pendapat, bahwa kehidupan berasal dari bahan atau benda mati yang
mengalami penghancuran. Teori ini disebut juga dengan Teori Generateo
Spontanea. Merupakan suatu teori yang berpendapat bahwa makhuk hidup terjadi
secara spontan.
@ Francesco Redi (1668)
Melakukan suatu penelitian menggunakan daging yang diletakan dalam suatu
wadah dan diberi lubang kemudian ditutup kain.. Percobaan yang kedua ia
menggunakan daging yang telah dipanaskan, dalam satu wadah ditutup dan satu
wadah lain tidak diberi tutup. Pada daging tidak tertutup mulailah keluar belatungbelatung. Pada daging yang tertutup tidak tumbuh belatung dari experimen itu
maka Franscesco Redi menyimpulkan dan menunjukkan bahwa ulat yang ada dalam
daging busuk adalah larva yang berasal dari telur lalat, bukan hasil dari generatio.
@John Needham (1713 1781)
John Needhem mengadakan eksperimen dengan daging yang direbus juga berbagai
rebusan padi-padian, dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut
disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup, namun timbulah mikroorganisme,
dengan kata lain menurutnya kehidupan dapat timbul dari benda mati. Pendapat ini
lebih dikenal sebagai teori Abiogenesis. menyimpul bahwa jasad (mikroorganisme)
tersebut terjadi secara spontan dari daging.
@Lazzaro Spallanzani (1729 1799)

Spallanzani melakukan percobaan dengan merebus kaldu daging selama 1 jam,dan


menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat dan hasilnya
menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu tersebut, karena
dengan menutup botol tidak memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang sangat
dibutuhkan bagi kehidupan mikroorganisme dan ini menentang teori abiogenesis.
@Franz Shchulze (1815 1873) dan Theodor Shcwann (1810 1882)
Franz Schulze experimennya melewatkan larutan asam kuat ke dalam tabung
tertutup yang berisi daging yang telah dimasak. Theodor Schwann mengalirkan
udara melalui pipa yang dipanai ke dalam tabung tertutup yang bersisi kaldu yang
dipanasi dan membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan
berjamjam lamanya. Mereka berpendapat bahwa sebab mikroba telah mati oleh
adanya asam kuat maupun oleh panas.
@H. Scroeder dan Th. Von Dusch (1854)
Penelitian Schwan yaitu dengan melewatkan udara melalui tabung berisi kapas
yang steril menuju ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya dipanaskan.
Dengan cara ini mikroorganisme disaring keluar dari udara oleh serat-serat kapas
dan dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu maka ia tidak mendapatkan
mikroorganisme (jasad renik) baru yang tumbuh di dalam kaldu tersebut. Hal ini
menyebabkan tumbangnya teori abiogenesis.
@Robert Koch (1843-1910)
Koch membuktikan bahwa bakteri tersebut penyebab anthrax dengan cara
memisahkan bakteri untuk batang tersebut dari bakteri lain yang ada kemudian
menginjeksikannya ke dalam tikus yang sehat. Koch mengumumkan bahwa dia
telah menemukan bakteri penyebab TBC, tifus, difteri, kolera dan gonorhu serta
antraks. Seiring dengan perkembangan mikrobiologi, terdapat peranan
mikroorganisme dalam proses fermentasi pada pembuatan anggur. Dimana proses
fermentasi terjadi karena enzim yakni zat yang dihasilkan sel hidup yang
menyebabkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu, proses biologis
dimana mikroorganisme (ragi) yang berperan.
.

11/08/2010 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| Tinggalkan komentar

MORFOLOGI DAN ANATOMI MIKROORGANISME


Planet Bumi kita ini dihuni oleh jutaan jenis mahluk hidup. Di antara jutaan jenis
makhluk hidup ini ada yang terlihat oleh mata dan ada yang tak terlihat oleh mata.

Mahluk hidup yang tidak dapat dilihat oleh mata tersebut berukuran amat kecil,
disebut mikroorganisme. Untuk mengetahui atau mengamati mikroorganisme
tersebut diperlukan alat bantu berupa alat pembesar, seperti loop, mikroskop biasa,
dan mikroskop elektron. Mikroorganisme tersebut diantaranya adalah bakteri,
jamur, dan virus. Secara umum, bakteri, jamur, dan virus mempunyai morfologi dan
struktur anatomi yang berbeda. Di dalam kehidupannya beberapa mikroorganisme
seperti bakteri, jamur, dan virus selalu dipengaruhi oleh lingkungannya dan untuk
mempertahankan hidupnya mikroorganisme melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara
waktu dan dapat pula perubahan itu bersifat permanent sehingga mempengaruhi
bentuk morfologi serta struktur anatomi dari bakteri, jamur, dan virus. Untuk
mengidentifikasikan suatu mikroorganime dapat dilakukan dengan mengetahui
morfologi dan struktur anatominya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bentuk
morfologi dan struktur anatomi dari bakteri, jamur, dan virus.
Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti umum
didapatkan pada bacteria, ragi dan mikroalgae. Dapat pula berbentuk filamen atau
serat, yaitu rangkaian terdiri atas 2 sel atau lebih yang berbentuk rantai, seperti
yang umum didapatkan pada fungi dan mikroalgae.bentuk filament pada
kenyataannya dapat berupa filament semu kalau hubungan antara satu sel dengan
yang lainnya tidak nyata atau tidak ada. Filament benar apabila hubungan satu sel
dengan lainnya terdapat terdapat hubungan jelas, baik hubungan secara morfologis
maupun secara fisiologis. Bentuk lainnya adalah koloni, yaitu gabungan dua sel
atau lebih di dalam satu ruangan. Bentuk jaringan semu, yaitu susunan serat
membentuk jaringan seperti yang didapatkan pada fungi atau jamur, tetapi jaringan
tersebut tidak berfungsi seperti layaknya jaringan yang dimiliki oleh tumbuhan
ataupun hewan.
2.1. BAKTERI
1. Morfologi
Bentuk tubuh bakteri terpengaruh oleh keadaan medium dan oleh usia. Maka untuk
membandingkan bentuk serta ukuran bakteri perlu diperhatikan bahwa kondisi
bakteri itu harus sama, temperature dimana piaraan itu disimpan harus sama,
penyinaran oleh sumber cahaya apapun harus sama, dan usia piaraan pun harus
sama. Pada bakteri umumnya dikenal 3 macam bentuk yaitu kokus, basil, dan
spiral.
a. Kokus
Kokus berasal dari kata coccus yang berarti bola, jadi kokus adalah bakteri yang
bentuknya serupa bola-bola kecil. Beberapa kokus secara khas ada yang hidupnya
sendiri-sendiri, ada yang berpasangan, atau rantai panjang bergantung. Caranya
membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelah pembelahan.
Golongan kokus tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang berdiameter 0,5

m adapula yang diameternya sampai 2,5 m. Pada bentuk kokus ada beberapa
tipe morfologi diantaranya adalah:
1. Streptococcus
Kokus yang bergandeng-gandeng panjang serupa tali leher. Streptococcus dicirikan
dengan sel-sel yang membelah menjadi dua kokus, yang pada pembelahan
berikutnya tidak memisahkan diri, biasanya dengan meninggalkan dua kokkus yang
melekat satu sama lain. Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang
namun tidak memisahkan diri membentuk rantai kokkus. Berdiameter 0,5 1,2
mikron
2. Sarcina
Kokus yang mengelompok serupa kubus,yaitu kokus membelah ke dalam tiga
bidang yang tegak lurus satu sama lain membentuk paket kubus Berdiameter 4,0
4,5 mikron..
3. Staphylococcus
Kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian yaitu kokus yang membelah
dalam dua bidang yang membentuk dua gugusan yang tidak teratur bagaikan buah
anggur. Berdimeter 0,8 1,0 mikron
4. Diplococcus
Kokus yang bergandengan dua-dua.
5. Tetracoccus
K okus yang mengelompokkan berempat.
b. Basil
Basil berasal dari kata bacillus yang artinya tongkat pendek atau batang kecil
silindris. Bakteri yang berbentuk basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai
tongkat pendek atau batang kecil silindris. Basil mempunyai bentuk dan ukuran
yang beraneka ragam. Ujung beberapa basillus di antaranya ada yang berupa
batang rokok dan ada yang berbentuk seperti cerutu. Basil juga sama seperti
kokkus ada yang bergandeng-gandengan panjang yang disebut Streptobasil, ada
yang bergandengan dua-dua yang disebut diplobasil dan ada yang terlepas satu
sama lain. Ujung-ujung basil yang terlepasa satu sama lain itu tumpul, sedang
ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam. Akan tetapi bila ditinjau dari segi
pembelahan basil membelah hanya dalam satu bidang sehingga disebut sebagai sel
tunggal. Beberapa basil ada yang bentuknya hampir sama dengan kokkus yaitu
lebar dan panjangnya sama serta bentuknya lonjong sehingga disebut koko basil.
Basil ada yang lebarnya antara 0,2 sampai 2,0 , sedang panjangnya ada yang satu
sampai 15 .

c. Spiral
Spiral adalah bakteri yang bengkok atau tidak lurus atau berbentuk silinder. Bakteri
yang berbentuk spiral itu tidak banyak terdapat. Spiral terbagi menjadi tiga bentuk
diantaranya :
1. Vibrio atau bakteri koma
Batang melengkung seperti koma dan kadang membelit seperti huruf S. Mempunyai
spiral yang pendek.
2. Spiril
Bentuknya seperti spiral atau seperti lilitan. Individu-individu sel yang tidak saling
melekat.
3. Spirocheta
Bentuknya seperti spiral tetapi pergerakannya sangat aktif yang dimungkinkan
karena adanya flagela yang membelit diketahui bentuk aslinya.
2. Anatomi bakteri
Struktur di luar dinding sel yang dapat dilihat pada mikroskop kekuatan tinggi
dengan memfokuskan satu sel bakteri tunggal maka struktur yang dapat dilihat
adalah:
a. Flagellum atau Flagella
Falgella merupakan bentuk seperti rambut dan teramat tipis mencuat menembus
dinding sel dan bermula dari tubuh dasar suatu struktur granular tepat di bawah
membran sel dalam sitoplasma, disebut flagellum (jamak,flagella). Flagellum terdiri
dari tiga bagian: tubuh dasar, struktur seperti kait, dan sehelai filamen panjang di
kluar dinding sel. Panjang flagellum biasanya beberapa kali lebih panjang dari
selnya, namun diameternya jauh lebih kecil daripada diameter selnya, misalnya 10
sampai 20 nm. Flagel merupakan benang-benang protoplasma yang berpangkal
pada titik tepat dibawah membran sel. Flagellum di buat dari subunit-subunit
protein yang disebut untuk pergerakan (motilitas). Tidak semua bakteri punya
flagellum, banyak spesies basillus dan spirilum memilikinya tapi flagellum jarang
dijumpai pada kokus. Dari golongan kokus tidaklah banyak yang dapat bergerak
(motil) karena sebagian golongan kokkus adalah bakteri non motil (tidak bergerak),
kalaupun bakteri kokkus dapat bergerak biasanya hanya mempunyai satu sampai
lima flagel saja. Sedangkan dari golongan spiril banyak dapat bergerak karena
mempunyai flagel pada salah satu atau kedua ujung sel. Golongan basil yang dapat
bergerak mempunyai flagel yang tersebar baik pada ujung-ujung maupun pada sisi.
Berdasarkan tempat kedudukan flagel tersebut bakteri dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

1. Jika flagel hanya satu dan flagel itu melekat pada ujung sel maka bakteri
tersebut monotrik
2. Jika flagel yang melekat pada salah satu ujung itu banyak maka bakteri
tersebut disebut lofotrik
3. Jika banyak flagel yang melekat pada kedua ujung sel maka bakteri tersebut
disebut amfitrik.
4. Jika flagel tersebar dari ujung sampai pada semua sisi bakteri maka bakteri
tersebut disebut peritrik.
5. Jika bakteri tersebut tidak memiliki flagel sama sekali maka bakteri tersebut
disebut atrik
Akan tetapi flagela bukanlah satu-satunya sarana untuk bergerak bagi bakteri.
Beberapa tipe memperlihatkan gerakan melata. Bakteri-bakteri ini melata di atas
permukaan dengan gelombang-gelombang yang dihasilkan di dalam protoplasma.
Banyak bakteri yang dapat berenang dalam cairan dengan kecepatan yang
mengagumkan mengingat ukuranukurannya yang sangat kecil.
b. Pili atau Pilus dan Fimbria atau Fimbriae
Pili atau pilus ini banyak dimiliki oleh bakteri gram negatif. Apendiks ini yang
disebut pilus (jamak, pili) merupakan organ tambahan berbentuk benang yan
berukuran lebih pendek, lebih lurus, dan jauh lebih kecil daripada flagela. Pilus F
berfungsi dalam pemindahan DNA pada konjugasi bakteri atau sebagai pintu
gerbang bagi masuknya bahan genetik, selama berlangsungnya perkawinan antar
bakteri. Susunan kimia phili terdiri sari protein yang dinamakan pilia, yaitu
heteropolimer dari 18 asam amino yang bersifat antigenic. Beberapa pili berfungsi
sebagai alat untuk melekat pada permukaan yaitu pada jaringan-jaringan hewan
atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya fimbria ini termasuk golongan
yang disebut lektin.
c. Kapsul (lapisan lendir)
Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel
seluruhnya. Jika lendir ini cukup tebal maka bungkus itu disebut kapsul atau lapisan
lendir terdiri atas hasil metabolisme yang disekresikan misalnya : karbohidrat dan
pada species tertentu mengandung ungsur N atau P. Lendir ini bukan suatu bagian
integral dari sel melainkan suatu hasil pertukaran zat. Kapsul bakteri sangat penting
artinya baik bagi bakterinya maupun bagi organisme lain Bagi bakteri, kapsul
merupakan penutup lindung dan juga berfungsi sebagai gudang cadangan
makanan. Kapsul bakteri-bakteri penyebab penyakit tertentu menambah
kemampuan bakteri tersebut untuk menginfeksi. Bakteri yang mempunyai kapsul
itu termasuk bakteri ganas (virulent). Bila bakteri itu kehilangan kapsulnya sama

sekali, maka ia dapat kehilangan virulensinya dan dengan demikian kehilangan


kemampuannya menyebabkan infeksi.
Selain berfungsi sebagai penutup lindung atau melindungi sel dan lingkungan dan
sebagai gudang cadangan makanan, kapsul juga berfungsi sebagai antigen
membantu mencegah ragositosis dan sebagai hasil pembuangan dari sel.
d. Selongsong
Beberapa spesies bakteri, terutama dari lingkungan air tawar dan marin atau
tempat yang kotor atau tempat pembuangan limbah terbungkus di dalam
selongsong atau tubul. Selongsong tersebut terdiri dari senyawasenyawa logam
tidak larut, seperti feri dan mangan okside yang mengendap di sekeliling sel
sebagai produk dari kegiatan metaboliknya. Senyawasenyawa logam ini dibentuk
oleh sel dari senyawa-senyawa besi dan mangan terlarut yang ada di lingkungan
tersebut. Selongsong itu dapat meluas di sekitar banyak sel yang berjajar dari ujung
ke ujung, sehingga memberikan kesan pertumbuhan seperti filamen. Sesungguhnya
sel-sel yang terbungkus selongsong itu terdapat tunggal secara berkala mereka
menyembul dari suatu ujung terbuka selongsongnya. Dan mengawali lagi proses
baru pembentukan selongsong. Selongsong bukanlah suatu bagian yang amat
diperlukan sel. Bakteri berselongsong membentuk suatu kelompok utama
mikroorganisme. Mereka banyak dijumpai di dalam habitat air tawar yang kaya
akan bahan organic, juga di aliran air kotor dan di tempat-tempat pembuangan
limbah.
e. Tangkai
Spesies-spesies bakteri tertentu dicirikan oleh pembentukan suatu embel-embel
setengah kaku yang memanjang dari sel yang disebut tangkai. Diameter dari
apendiks itu lebih kecil daripada diameter sel yang menghasilkannya.Tangkai ini
berfungsi untuk melekat pada permukaan padat.karena memiliki suatu substansi
yang lengket pada ujung yang jauh dari sel. Bakteri bertangkai banyak di jumpai di
lingkungan air tawar dan marin. Di lingkungan semacam itu kemampuan untuk
melekat pada permukaan padat amatlah penting bagi pertumbuhan dan ketahanan
hidupnya.
f. Dinding sel
Dinding sel terletak dibawah substansi ekstraseluler seperti kapsul atau lendir dan
diluar membran sitoplasma terletak di dinding sel adalah suatu struktur yang amat
kaku yang memberikan bentuk pada sel. Fungsi utama dari dinding sel adalah
menyediakan komponen struktural yang kaku dan kuat yang dapat menahan
tekanan osmosis yang tinggi disebabkan kimia tinggi ion organik dalam sel. Tanpa
adanya dinding sel, dalam kondisi normal bakteri akan menyerap air dan pecah.
Semua dinding sel, peptidoglikan atau meruein komponen ini memberi kekakuan
yang diperlukan untuk mempertahankan keutuhan sel. Peptidoglikan adalah

molekul yang sangat besar terbuat dari N-asetil muramat dikaitkan tetrapeptida
yang terdiri atas empat asam amino,yaitu : L-alanin, D-alanin, asam D-glutamat,
dan lisin atau asam diaminopimelat, untuk menyediakan tambahan yang diperlukan
bagi jembatan molekul asam amino yang dihubungkan secara menyilang
tetrapeptida yang terkait pada asam N-asitil muramat. Sebagian besar komponen
struktur dinding sel berkaitan silang oleh ikatan kovalen, dan setiap substansi yang
menghalangi pembentukan atau pengangkutan masing-masing komponen ke
dinding sel akan melemahkan struktur dan mematikan sel.
Funsi dinding sel yang paling menonjol adalah : memberi perlindungan pada lapisan
protoplasma, berperan dalam reproduksi sel, turut mengatur pertukaran zat dari
dalam dan luar sel, mempengaruhi kegiatan metabolisme.
Bakteri dari komponen dan struktur dinding selnya dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif pengelompokan ini
didasari teknik pewarnaan diferensial yang disebut pewarnaan gram.
1. Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan dan
semua bakteri gram-positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan Nasetil glukosamin dinding sel beberapa bakteri gram positif mengandung substansi
asam teikoat yang dikaitkan pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan. Asam
teikoat ini berwujud dalam dua bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan asam
teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah mengatur pembelahan sel normal.
Apabila diberi pewarna gram menghasilkan warna ungu

2. Bakteri gram-negatif
Dinding sel gram negatif mengandung 10-20 % peptidoglikan, diluar lapisan
peptidoglikan ada struktur membran yang tersusun dari protein fostolipida dan
lipopolisakarida. Apabila diberi pewarna gram menghasilkan warna merah

CIRI

Perbedaan Relatif

Gram Positif

Gram Negatif

Struktur dinding sel


Berlapis tunggal
Komposisi dinding sel
(1-4 %)

Tebal (15-80 nm)

Tipis (10-15 nm)

Berlapis tiga (multi)


Kandungan lipid rendah

(11-22 %)

Kandungan lipid tinggi

Peptidoglikan ada

Peptigodoglikan ada di

sebagai lapisan tunggal;


komponen utama

dalam lapisan kokus

sebelah dalam jumlahnya

merupaka lebih dari 50 %


berat kering pada

sedikit merupakan sekitar

10 % berat kering.

beberapa sel bakteri


Ada asam tekoat

Tidak ada asam tekoat

Kerentanan terhadap

Lebih rentan

Kurang rentan

Penisilin
Pertumbuhan dihambat

Pertumbuhan dihambat

oleh zat-zat warna dasar

dengan nyata

Pertumbuhan tidak

begitu dihambat

misalnya unggu kristal


Persyaratan nutrisi

Relatif rumit pada banyak

Relatif sederhana

spesies
Resistensi terhadap

Lebih resisten

Kurang resisten

gangguan fisik

Bakteri dapat kehilangan dinding sel akibat pengaruh antibiotik, misalnya penisilin.
Sel bakteri tersebut disebut protoplas. Membran sitoplasma terletak didalam
sitoplasma yang merupakan pembungkus dari protoplasma dan membran ini ikut
menyusut bersamasama dengan menyusutnya protoplasma pada waktu mengalami
plasmalisis membran stoplasma terdiri atas fospolifida (yang mengandung
gliserol,asam lemak dan fosfat) dan protein terpadu didalamnya membrane
sitoplasma memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah :
1. Pada organisme aerob membran ini mengangkut elektron dan proton yang
dibebaskan pada waktu oksidasi dan mengubah energi yang dihasilkan dari oksidasi
menjadi energi kimia yang dapat digunakan oleh sel.
2. Membran sitoplasma mengandung enzim yang diperlukan untuk sintesis dan
pengangkutan peptidoglikan, asam teikoat dan komponen membran luar sel
3.

Mengeluarkan enzim hidrolistis luar sel

4. Menjamin pemisahan material nukleus (DNA) ke sel anak pada waktu


pembelahan sel.
5. Mengatur pengangkutan sebagian besar senyawa yang memasuki dan
meninggalkan sel.

h. Cairan sel atau sitoplasma


Cairan sel atau eitoplasma atau disebut juga protoplasma. Protoplasma 80 % terdiri
atas air, selain itu protoplasama juga mengandung asam nukleat, protein,
karbohidrat, lipida, ion organik, belerang, kalsium karbohidrat dan volutin yaitu
suatu zat yang banyak mengandung asam ribonukleat (ARN) dan yang mudah
menyerap zat warna tertentu.
i. Kromosom bakteri
Walaupun sel prokariot tidak memiliki pembungkus nukleus, kromosomnya terbuat
dari asam deoksiribonukleat yang secara kimia sama dengan yang terdapat dalam
sel berbagai molekul tunggal dalam sel juga terdapat potongan-potongan DNA yang
disebut plasmid. Akan tetapi, karena sifat basofil sitoplasma, tidaklah mudah untuk
melihat DNA yang sudah di warnai, kecuali jika sel sebelumnya dihidrolisis dengan
asam lemak untuk menghilangkan asam ribonukleat sitoplasma.
j. Ribosom
Sitoplasma bakteri dipenuhi oleh ribosom-ribosom dalam jumlah yang besar ini
menyebabkan tingginya laju aktivitas metabolisme bakteri fungsi dari ribosom
adalah dalam sintesis protein komposisi kimia dari ribosom adalah 40 % protein dan
60% RNA.
k. Mesosom
Invaginasi (lekukan atau melipat kearah dalam membran sitoplasma akan biasanya
menghasilkan suatu struktur, biasanya bentuknya tak menentu yang disebut
mesosom. Mesosom selalu sinambung dengan membran siplasma, mereka sering
dijimpai bermula pada titik tempat membran memulai invaginasi sebelum
terjadinya pembelahan sel dan mereka jadi lekat pada daerah nukleus. Fungsi dari
mesosom adalah dalam replikasi sel dengan bertindak sebagai organ pelekatan
kromosom bakteri, juga berfungsi dalam sintesis dinding sel dan pembelahan
nukleus.
l. Inkubasi Sitoplasma
Berbagai substansi kimiawi dapat menumpuk dan membentuk granul serta globul
dalam sitoplasma yang disebut tubuh inklusi sel terdiri dari kepingan-kepingan kecil
material yang tidak menjadi bagian untuk struktur sel kepingan ini terdiri dari

satuan butiran yang beraneka ragam yaitu : glikogen, tetesan asam


polihidroksibutirat, metafosfat anorganik, belerang, atau senyawa yang
mengandung nitrogen. Satu inklusi yang umum tersusun dari polimer polimeta
fosfat yang berbobot molekul tinggi. Butiran-butiran khusus ini yang rupanya
bertindak sebagai fosfat dan sumber energi bagi sel butiran ini disebut butiran
metakromat.
m. Kromatofor
Karena sel-sel prokariotik tidak mempunyai kloroplas maka pada bakteri terdapat
kromatofor yang mewakili sistem membran khusus dalam berfotosintesis krmotofor
terbentuk gelembung yang terdapat diseluruh sitoplasma kromaton tersebut berisi
pigmen-pigmen yang berhubungan dengan fotosintesis.
n. Benang aksial
Benang aksial terdiri dari fibril yang dililitkan secara spiral disekelilingi organisme
dan menempel pada kedua kutub sel. Benang aksial terletak di luar dinding sel yang
tersusun atas fibril yang saling bertumpukan.Benang akasial berfungsi sebagai alat
untuk menggerakan (motilitas) spirochaeta karena benang akasial ini hanya
terdapat pada spirochaeta.
o. Spora
Pada spesies-spesies tertentu, ialah bentuk bakteri menghasilkan spora. Spora
bakteri ialah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri dari
pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista
pada amoeba. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri akan
membentuk spora, jika keadaan lingkungan membaik maka spora akan pecah.
Marga yang mempunyai kemampuan membentuk endospora hanya marga bacillus,
clostridium, sporosarium, sporolactobacillus dan deslfotomaculum.. Endospora
adalah tubuh kecil yang tahan lama yang terbentuk di dalam sel dan mampu
tumbuh menjadi organisme vegetative yang baru. Apabila sel vegetatif membentuk
endospora, sel ini membentuk enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama
sekali baru dan berubah bentuk, dengan kata lain sporulasi adalah bentuk
sederhana diferensiasi sel. Bakteri yang mampu membentuk endospara dapat
tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif, namun
pada beberapa tahapan didalam pertumbuhannya terjadi sintesis protopiasma baru
didalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora.
Langkah-langkah utama didalam proses tersebut adalah sebagai berikut :
a) Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membawa sel ke
dekat satu ujung sel membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora.

b) Pembentukan sederetan lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks


spora diikuti dengan selubung spora berlapis banyak.
c)

Pelepasan spora bebas seraya sel mengalami irsis.

Salah satu ciri unik endospora bakteri ialah susunan kimiawinya semua endospora
bakteri mengandung sejumlah besar asam dipikolinat (subtansi yang tidak
terdeteksi pada sel vegetatif).

2.2 JAMUR
Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat
pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju jadi
cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya.
Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang dan
khamir. Kapang bersifat filamentus sedangkan khamir biasanya uniseluler.
Jamur atau cendawan merupakan organisme yang heterotrofik. Mereka memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang
terlarut, maka mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan
dan hewan yang kompleks. Menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih
sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan akan meningkatkan
kesuburan tanah. Jadi mereka bisa sangat menguntungkan manusia. Sebaliknya
mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil,
makanan dan bahan-bahan lain. cendawan saprofitik juga penting dalam fermentasi
industri misalkan pembuatan bir, minuman anggur dan produksi antibiotik seperti
penisilin. Peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung kepada
kegiatan cendawan.
1. Morfologi Jamur
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).
a. Khamir.
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir
mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang
paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam
ukurannya,berkisar antara 1-5 m lebarnya dan panjangnya dari 5-30 m atau
lebih.Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau
berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun
dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel
individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi
flagellum atau organ-organ penggerak lainnya.

1). Khamir Murni


Adalah khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan
pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes
(Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala,
Nadsonia sp).
2).Khamir Liar
Adalah khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin
digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah
dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau
yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan
penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan.
Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk
memfermentasi air perasan anggur.
3). Khamir Atas
Adalah khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu
fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup
khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman
dan bir inggris (Saccharomyces cereviceae).
4). Khamir Dasar
Adalah khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal
fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih
digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis).
5). Khamir Palsu atau Torulae
Adalah khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan
spora seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi
medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans).
b.Kapang.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan
spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 m, dibandingkan
dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 m. Disepanjang setiap hifa
terdapat sitoplasma bersama.
Ada 3 macam morfologi hifa:

1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum.
2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengahtengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang
keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu
membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya
dinamakan sel.
3.
Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.
Kapang lendir merupakan sekumpulan mikroorganisme yang heterogen. Pada
kapang lendir terdapar ciri-ciri hewan dan tumbuhan. Fase vegetatif atau somatic
yang aselular dan merayap jelas mempunyai struktur dan fisiologi seperti binatang,
struktur reproduktifnya seperti tumbuhan,yaitu menghasilkan spora yang
terbungkus dinding yang nyata.gabungan fase seperti binatang dan seperti
tumbuhan dalam satu daur hidup merupakan ciri pembeda kapang lendir. Ada 4 tipe
kapang lendir yang berbeda dalam struktur dan fisiologi serta masing-masing
mempunyai daur hidup yang khas yaitu kapang lendir sejati (Myxomycetes), kapang
lendir endoparasit (Plasmodiophoromycetes), kapang lendir jaring (Labyrinthulales),
kapang lendir selular (Acraciales).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrof, mereka memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya.Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, kemudian
dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi
mereka sangat menguntungkan bagi manusia.sebaliknya mereka juga dapat
merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahanbahan yang lain. Cendawan saprofitik juga penting dalam fermentasi industri,
misalnya pembuatan bir, minuman anggur dan produksi antibiotic seperti penisilin,
peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung kepada kegiatan
cendawan.
2. Anatomi Jamur
Jamur tersusun dari benang-benang yang panjang yang dihubungkan bersama dari
ujung keujung.Benang-benang itu disebut hifa.Banyak jamur mempunyai dinding
sekat (septat) dalam hifanya yang membagi masingmasing hifa menjadi banyak sel
dengan nucleus pada masing-masing sel, susunan semacam ini disebut sebagai hifa
bersekat.Dalam beberapa klas fungi, benang-benang itu tidak mempunyai septat
jadi kelihatan sebagai satu sel panjang yang mengandung banyak nucleus.hifa
semacam ini disebut hifa senosit.

Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur satu dengan yang
lain.yang besar dapat memiliki garis tengah 10-20 m (berbeda sekali dengan sel
bakteri ,yang bergaris tengah reta-rata (mikrometer). Panjang benang dapat
berbeda tergatung pada sejumlah faktor tergantung pada sejumlah faktor seperti
bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Jamur juga memiliki hifa yang saling mmbelit
untuk membentuk masa benang ( masa ini disebut miselium ) yang cukup besar
untuk dilihat dengan mata telanjang. Miselium yang berbulu inilah yang
memungkinkan jamur dikenal dengan mudah. Berbagai pigmen yang teramati pada
jamur terdapat hanya setelah sporaspora dibentuk.
Pada suatu koloni jamur dibedakan atas adanya hifa yang menjalar dan hifa yang
tidak menjalar. Hifa yang tegak menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora.
Jamur yang sederhana yang terdiri dari anyaman hifa yang disebut prolenkim atau
pseudoprolenkim. Prolenkim adalah jaringan hifa yang kendor. Pseudoprolenkim
adalah jaringan hifa yang lebih padat dan seragam. Seringkali ada anyaman hifa
yang padat sekali dan berguna untuk mengatasi keadaan yang buruk disebut
rizomorf. Stroma adalah jaringan hifa yang cukup kuat atau padat dan berfungsi
sebagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam bagian lainnya. Anyaman
hifa sepadat rizomorf yang berguna untuk mengatasi keadaan buruk disebut
sklerotin. Pada jamur yang terdiri atas hifa yang tidak bersekat-sekat, inti tersebar
dan tidak terikat pada suatu tempat tertentu. Hifa yang berinti banyak disebut
senisit ( coenocyte ). Pada jamur yang bersifat parasit, zat makan dari inang dapat
terserap oleh sel-sel jamur dengan jalan osmosis lewat dinding inang dan inti jamur.
Tetapi ada juga parasit-parasit yang membentuk semacam akar ( haustoria ) yang
masuk ke dalam sel inang untuk mengambil makanannya. Bentuk haustoria ada
yang berupa suatu gelembung bertangkai, tidak bertangkai dan atau berupa suatu
hifa yang bercabang-cabang.
3. Reproduksi Jamur
Spora aseksual,yang berfungsi untuk penyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah
besar. Ada banyak spora aseksual :
a.Konidiospora atau konidium.
Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar
lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk diujung atau
disisi suatu hifa.
b. Sporangiospora.
Spora bersel ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium diujung hifa
khusus (sporangiosfor). Aplanospora ialah sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah
sporangiospora yang motil,motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
c. Oidium atau artrospora.

Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.


d. Klamidospora.
Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan
buruk,terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
e. Blastospora.
Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora. Spora seksual, yang
dihasilkan dari peleburan 2 nukleus. Terbentuk lebih jarang, lebih kemudian dan
dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Juga,hanya
terbentuk dalam keadaan tertentu. Ada beberapa tipe spora seksual :
a. Askospora.
Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan askus.
Biasanya terdapat 8 askospora didalam setiap askus.
b. Basidiospora.
Spora bersel satu ini terbentuk diantara struktur berbentuk gada yang dinamakan
basidium.
c. Zigospora.
Zigospora adalah spora besar berdinding besar yang terbentuk apabila ujung-ujung
dua hifa yang secara seksual serasi,disebut juga gametangia,pada beberapa
cendawan melebur.
d. Oospora.
Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium.
Pembuahan telur,atau oosfer,oleh gamet jantan yang terbentuk didalam anteredium
menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa
oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelundung yang sangat
terorganisasi yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya ialah
aservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual yang umum disebut peritesium dan
apotesium.

2.3. VIRUS
Virus adalah parasit intraselular obligat. Virus memberikan perhatian pada satuan
biologi yang dalam keadaan sendiri tidak memiliki kehidupan, sebab virus
memanifestasikan kehidupan sendiri yang diukur oleh reproduksi hanya setelah

berhasil memasuki sel inang yang rentan. Jadi virus berada dalam daerah somatik
samar-samar antara hidup dan tidak hidup. Statusnya bergantung kepada apakah
virus berkembang biak didalam sel yang rentan atau apakah virus berada dalam
ekstraselular. Pemilahan viru dapat dilakukan berdasarkan ukuran, bentuk, susunan
kimiawi, kisaran organisme yang diserang kerusakan ditimbulkan pada sel dan
mengubah sifat genetik.
Virus mempunyai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya
jelas dibawah batas penglihatan mikroskop cahaya. Ukuran virus dapat ditentukan
dengan beberapa teknik, virus menduduki kisaran 20 hingga 250 nm (satu
nanometer adalah sepermilyar meter). Jadi bakteri yang panjangnya 1 nm sama
dengan 1000 nm. Tiga teknik dasar yang digunakan untuk menentukan ukuran virus
adalah :
1. Filtrasi melalui membran yang degradasi yang ukuran pori membrannya
diketahui.
2.

Sentrifugasi kecepatan tinggi (100.000 kali lebih besar dari gravitasi)

3.

Pengamatan langsung dengan mikroskop elektron

Virus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :


a. Virus Bakterial
Bakteriofage (atau sederhananya fage) yaitu virus yang menginfeksi bakteri dan
hanya dapat bereproduksi didalam sel bakteri, ditemukan secara terpisah oleh
Frederick W. T di Inggris pada tahun 1915 dan oleh Felix dHerelle di institut Pasteur
di Paris pada tahun 1917.
Ciri-ciri umum
Virus bacterial tersebar luas di alam. Bagi kebanyakan (tidak semua) bakteri, ada
fage. Dengan teknik yang sesuai, fage-fage ini dapat diisolasi dengan mudah di
laboraturium. Bakteriofage seperti halnya semua virus, terdiri dari sebuah inti asam
nukleat yang dikelilingi selubung protein. Virus bacterial terdapat dalam bentuk
yang berbedabeda, meskipun banyak yang mempunyai ekor yang digunakannya
untuk melewatkan asam nukleatnya ketika menginokulasi sel inang. Ada dua tipe
utama virus bacterial yaitu litik atau virulen dan tenang (lisogenik) atau avirulen.
Bila fage litik dan menginfeksi sel, sel tersebut memberikan
tanggapan dengan cara menghasilkan virus-virus baru dalam jumlah besar, yaitu
pada akhir masa inkubasi, sel inang itu pecah atau mengalami lisis, melepaskan
fage-fage baru untuk menginfeksi sel-sel inang yang lain. Hal ini disebut daur litik.
Pada infeksi tipe tenang, akibatnya tidak sedemikian jelas. Asam nukleat virus itu
dibawa dan direplikasikan didalam sel-sel bakteri dari satu generasi ke generasi
yang lain tanpa terjadi lisis pada sel-selnya. Namun fage tenang dapat secara

mendadak menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis
pada sel inangnya. Disamping itu, ada pula beberapa fage berbentuk filament yang
hanya sekedar keluar dari sel tanpa mematikannya.
Morfologi dan struktur
a. Morfologi
Mikroskop elektron telah memungkinkan ditentukannya ciri-ciri struktural virus
bakterial. Semua fage mempunyai inti asam nukleat yang ditutupi oleh selubung
protein atau kapsid. Kapsid ini tersusun dari sub unit sub unit morfologis (seperti
tampak pada mikroskop elektron) yang disebut kapsomer. Kapsomer terdiri dari
sejumlah sub unit atau molekul protein yang disebut protomer. Struktur halus dan
anatomis suatu bentuk morfologis umum bakteriofage yaitu satu kepala dan satu
ekor.
Virus bakteri dapat dikelompokkan kedalam enam tipe morfologis, yaitu :
1. Tipe yang paling rumit mempunyai kepala heksagonal, ekor yang kaku dengan
seludang kontraktil dan serabut ekor.
2. Serupa dengan yang pertama, tipe ini mempunyai kepala heksagonal tetapi
tidak mempunyai seludang kontraktil, ekornya kaku dan mengenai serabut ekor ada
yang mempunyai dan ada yang tidak.
3. Tipe ini dicirikan oleh sebuah kepala heksagonal dan sebuah ekor yang lebih
pendek daripada kepalanya. Ekornya itu tidak mempunyai seludang kontraktil dan
mengenai serabut ekor ada yang mempunyai dan ada yang tidak.
4.
Tipe ini mempunyai sebuah kepala tanpa ekor dan kepalanya tersusun dari
kapsomer besar.
5. Tipe ini mempunyai sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun dari
kapsomer kecil.
6.

Tipe ini berbentuk filamen.

Tipe-tipe 1, 2 dan 3 menunjukkan morfologi yang unik bagi bakteriofage. Tipe-tipe


morfologis dalam kelompok 4 dan 5 dijumpai pula pada virus tumbuhan dan hewan
(termasuk serangga). Bentuk yang seperti filamen pada kelompok 6 dijumpai pada
beberapa virus tumbuhan. Bentuk virus pada umumnya mengingatkan kita pada
bentuk hablur, ada yang serupa kotak, berbidang banyak (polihedron), ada yang
serupa bola dan ada yang serupa batang jarum. Tubuh virus terdiri atas kulit yang
berupa protein sematamata dan isi tubuh ada yang berupa ADN saja atau ARN saja.
Virus tanaman berisi ARN atau ADN, virus hewan dapat mengandung ARN atau ADN
sedang fage berisi ADN
Bentuk dan isi berbagai virus dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

VIRUS

UKURAN

Mosaik tembakau

BENTUK
180 X 300

Kerdil tomat

300

Poliomielytis

270

Influenza
cacar

ASAM NUKLEAT

800

Jarum

Bola
Bola
Bola

280 X 220 X 220

ARN

ARN
ARN
ARN

Kotak

AND

b. Struktur fage
Fage seperti halnya semua virus, dijumpai dalam dua bentuk struktural yang
mempunyai simetri kubus atau helikal. Pada penampilan keseluruhan, fage kubus
adalah bentuk pada teratur,atau lebih spesifiknya polihedra (tunggal, polyhedron)
sedangkanfage helikal berbentuk batang. Virus T (fage T) terdiri atas kepala, ekor,
dan benang-benang ekor. Diameter kepala 50 65 m, sedang panjangnya sampai
100 m.
panjang ekor kira-kira 100 m juga ukuran ini berbeda bagi masingmasingT.
Beberapa Bakteriofage Escherichia coli
Kelompok bakteriofage yang diteliti paling ekstensif adalah fagekoli, dinamakan
demikian karena menginfeksi Escherichia coli galur B yang non motil.
Isolasi dan kultivasi virus bakterial
Virus bacterial mudah diisolasi dan dikultivasi pada biakan bakteri yang mudah dan
sedang tumbuh aktif dalam kaldu atau cawan agar. Pada biakan cair, melisisnya
bakteri dapat menyebabkan suatu biakan yang keruh menjadi jernih. Sedangkan
pada biakan cawan agar, akan tampak oleh mata biasa daerah-daerah yang jernih
atau plak (plaque). Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage ialah harus
adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber
bakteriofage yang paling baik dan paling umum ialah habitat inang. Sebagai contoh,
fagekoli atau fage-fage lain yang patogenik bagi bakteri lain yang dijumpai didalam
saluran pencernaan dapat diisolasi dengan paling baik dari limbah atau pupuk
kandang. Hal ini dilakukan dengan sentrifugasi atau filtrasi bahan sumbernya dan
penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya.
Reproduksi virus bakterial
Banyak dari apa yang diketahui mengenai reproduksi bakteriofage telah diperoleh
dari penelitian mengenai fage-fage T yang bernomor genap yang virulen pada E.

coli (T2, T3, T6). Kita akan menggunakan fage-fage ini sebagai suatu model untuk
membahas reproduksi fage.
Adsorpsi dan penetrasi
Langkah pertama pada reproduksi suatu bakteriofage ialah adsorpsi. Disini ujung
ekor virus menjadi melekat pada dinding sel. Pelekatan itu khusus bagi virus-virus
tertentu tersebut dan bakteri yang rentan mempunyai konfigurasi molekular yang
komplementer pada situs-situs penerimanya yang berlawanan.
Bila terlampau banyak fage melekat pada bakteri itu dan menembusnya, maka
mungkin terjadi lisis prematur, yang tidak di sertai pembentukan virus-virus baru.
Penetrasi yang sesungguhnya oleh fage ke dalam sel inang bersifat mekanis, tetapi
mungkin dipermudah oleh suatu enzim, lisozim, yang dibawa pada ekor fage yang
mencernakan dinding sel. Penetrasi tercapai bila :
1.

Serabut ekor virus melekat pada sel dan ekor terikat erat pada diding sel.

2. Seludang sel berkontraksi, mendorong inti ekor kedalam sel melalui dinding sel
danmembran sel.
3. Virus itu menginfeksikan DNAnya seperti sebuah alat suntik menyuntikkan
vaksin.
Seludang proteinnya yang berbentuk kepala fage dan struktur ekor virus tetap
tertinggal diluar sel. Setelah melakukan penetrasi virus berikutnya melakukan
replikasi yang diikuti dengan siklus yang dimilliki (lisogenik atau litik).
Lisogeni
Tidak semua infeksi pada sel bakteri fage berlangsung sebagaimana diuraikan
diatas untuk menghasilkan lebih banyak partikel virus dan berakhiran dengan lisis.
Suatu hubungan yang sama sekali berbeda dikenal sebagai lisogeni, dapat
berkembang antara virus dan bakteri inangnya. Pada lisogeni DNA virus fage tenang
itu tidak mengambil alih fungsi gen-gen sel tetapi menjadi tergabung ke dalam DNA
inang dan menjadi profage pada kromosom bakteri, berlaku seperti gen. Pada
keadaan ini bakteri itu bermetabolisme dan berbiak secara normal, dengan DNA
virusnya diteruskan kepada setiap sel anak semua generasi
berikutnya. Tetapi, kadang-kadang karena alasan-alasan yang belum diketahui, DNA
virus itu terlepas dari kromosom inang dan terjadilah daur litik. Proses ini disebut
induksi spontan.
b. Virus Hewan dan Tumbuhan
Seperti halnya bakteriofage, virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti
asam nukleat yang terletak di tengah dikelilingi oleh suatu kapsid yang terbuat dari
kapsomer-kapsomer. Semua virion memiliki struktur simetri sejati. Namun pada

beberapa virus hewan, nukleokapsid (asam nukleat dan kapsid) dibungkus oleh
suatu membran luar yang disebut sampul, yang terbuat dari lipoprotein dan
menyembuntikan simetri ini. Virion yang mempunyai sampul peka terhadap pelarut
lemak seperti eter dan kloroform. Kemampuan menginfeksinya dilumpuhkan oleh
pelarut semacam ini. Virus yang tidak bercampur disebut virion bugil. Virus-virus ini
tidak terpengaruh oleh pelarut lemak.
Virus-virus hewan dan tumbuhan sangat beragam ukuran serta bentuknya. tetapi
tidak mempunyai morfologi berudu yang khas seperti pada beberapa
bakteriofage. Ukuran dan bentuk merupakan ciri khas bagi setiap tipe virus. Ukuran
virion berkisar dari 10 sampai 300 nm.
1. Morfologi
Virus hewan dan tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok,
berdasarkan pada morfologi keseluruhan sebagai berikut :
a). Ikosahedral
Contoh-contohnya ialah poliovirus dan adenovirus masing-masing merupakan
penyebab penyakit polio dan infeksi saluran pernafasan.
b). Helikal
Virus rabies merupakan salah satu contohnya, banyak virus tumbuhan yang
berbentuk heliks.
c). Bersampul
Nukleokapsid bagian dalam virus ini yang dapat berbentuk ikosahedral ataupun
helikal dikelilingi oleh sampul seperti membrane. Beberapa sampul mempunyai
proyeksi permukaan yang disebut duri yang terbuat dari glikoprotein (protein
dengan gugusan-gugusan karbohidrat). Kehadirannya biasanya dihubungkan
dengan kemampuan virion beraglutinasi (menggumpal) dengan eritrosit atau sel-sel
darah merah. Virion bersampul bersifat pleomorfik (terbentuk beragam) karena
sampul itu tidak kaku. Didalam suatu virus bersampul seperti virus influenza,
nukleokapsidnya bergelung didalam sampul.
d). Kompleks
Beberapa virus mempunyai struktur yang rumit sebagai contoh virus stomatitis
vesiculer (patogen pada ternak) berbentuk peluru dan bagian luar virion
mempunyai duri-duri seperti yang dijumpai pada sampul. Virus cacar (seperti virus
vaksinia, virus yang avirulen atau tidak infektif yang digunakan untuk vaksinasi
terhadap penyakit cacar) tidak memiliki kapsid yang dapat dikenali dengan jelas.
Tetapi mempunyai beberapa selubung yang mengelilingi asam nukleat.

2. Stuktur dan Komposisi


Seperti halnya bakteriofage virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti
asam nukleat yang terletak ditengah dikelilingi oleh kapsid, yang terbuat dari
kapsomer-kapsomer. Semua virion mempunyai struktur simetri sejati, namun pada
beberapa virus hewan nukleokapsid (asam nukleat dan kapsid) dibungkus oleh
suatu membrane luar yang disebut sampul, yang terbuat dari lipoprotein dan
menyembunyikan simetri ini. Virion yang mempunyai sampul peka terhadap pelarut
lemak seperti eter dan kloroform. Kemampuan menginfeksinya dilumpuhkan oleh
pelarut semacam ini. Virus yang tidak bersampul disebut virion bugil. Virus-virus ini
tidak terpengaruh oleh pelarut lemak.
a. Asam nukleat
Seperti halnya bakteriofage virus-virus ini hewan dan tumbuhan mengandung DNA
atau RNA. Tetapi virion yang sama tidak dapat mengandung kedua-duanya. Hal ini
tentunya berbeda dengan semua bentuk kehidupan selular yang tanpa
perkecualian, mengandung kedua tipe asam nukleat dalam setiap sel. Ada empat
jenis asam nukleat yang mungkin yaitu :
DNA berutasan tunggal
RNA berutasan tunggal
DNA berutasan ganda
RNA berutasan ganda
Keempat tipe itu telah dijumpai pada virus hewan. Pada virus tumbuhan telah
dijumpai RNA berutasan tunggal dan ganda dan juga DNA berutasan tunggal.
Disamping itu, struktur asam nukleat di dalam virion dapat lurus atau bundar.
Sebagai contoh virus simian pembentuk vakuola 40 (sv 40) yang di jumpai pada selsel ginjal kera, mempunyai DNA bundar berutasan ganda. Sedangkan virus
herpes,mempunyai DNA lurus berutasan ganda.
b. Protein
Merupakan komponen kimiawi utama yang lain pada virus, dan merupakan bagian
yang terbesar dari kapsid. Banyak virus yang kini telah diketahui mengandung
suatu enzim atau enzim-enzim yang berfungsi dalam replikasi komponen-komponen
asam nukleatnya. Beberapa virion dapat mengandung suatu enzim khusus yang
menggunakan RNA virus sebagai model untuk mensintesis utasan RNA kedua yang
dapat mengarahkan sel-sel inang untuk membuat virus. Virus tumor RNA
mengandung suatu enzim yang mensintesis utasan DNA dengan menggunakan
genom RNA virus sebagai acuan.
c. Lipid

Berbagai ragam senyawa lipid (lemak) telah ditemukan pada virus. Senyawasenyawa ini meliputi fosfolipid, glikolipid, lemak-lemak alamiah, asam lemak
aldehide lemak dan kolesterol, fosfolipid adalah substansi lipid yang predominan
dan dijumpai pada sampul virus.
d. Karbohidrat
Semua virus mengandung karbohidrat karena asam nukleatnya itu sendiri
mengandung ribose dan deoksiribose. Beberapa virus hewan bersampul, seperti
virus influenza dan miksovirus yang lain, pada umumnya terdapat duri-duri yang
terbuat dari glikoprotein. Keberadaan mikroorganisme merupakan bukti empiris
(faktual) kebesaran Allah SWT sebagai Maha Pencipta. Berdasarkan Alquran
tentang bukti-bukti kebesaran Allah SWT dalam kehidupan alam semesta seperti
tersirat dalam surat AN NAHL ayat 13 dan surat THAAHAA ayat 6, yang berbunyi:
Wamaadzaroalakum fil ardhi muhtalifan alwaa nuhu inna fii dzaalika la aayatal
liqoumiyyadzakruuna
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan
berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Lahumaafiisamaawaati wamaa fil ardhi wamaa baynahumaa wamaa tahtassaroo.
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua
yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

11/08/2010 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 5 Komentar

SIMBIOSIS FUNGI ENDOFIT DENGAN INANG

Sebagian besar mikroorganisme pada tingkat tertentu dalam hidupnya dipengaruhi


oleh kegiatan mikroorganisme lain. Pengaruh tersebut dapat terjadi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Salah satu dari fenomena antagonisme yaitu
antibiosis. Dalam hal ini salah satu dari dua populasi organisme yang berinteraksi
menghasilkan senyawa antibiotik.

Antibiotik adalah substansi kimia alamiah hasil metabolisme sekunder


mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan baik menghambat pertumbuhan

maupun membunuh mikroorganisme lain. Definisi tersebut sangat terbatas, karena


sekarang banyak molekul yang diperoleh melalui sintesis kimia, mempunyai
aktivitas terhadap mikroorganisme.
Sekarang istilah antibiotika berarti semua
substansi baik yang berasal dari alam maupun sintetik yang mempunyai toksisitas
selektif terhadap satu atau beberapa mikroorganisme tujuan, tetapi mempunyai
toksisitas cukup lemah terhadap inang (manusia, hewan, atau tumbuhan) dan dapat
diberikan melalui jalur umum.

Walaupun masa jaya penemuan antibiotika telah berlalu, dimulai sejak tahun 1939
sampai 1959, tetapi penelitian dibidang ini bangkit kembali sejak tahun 1965
dengan penemuan antibiotika semisintetik seperti -laktamin. Masa kini,
bioteknologi antibiotika diarahkan untuk menemukan antibiotika baru dengan
mengeksploitasi dunia mikroba, mencari galur yang beragam dari habitat yang
beragam, seleksi galur dan perbaikan genetik, tekhnik media dan kultur, biosintesa
molekul, fisiologi produksi antibiotika dan optimalisasi, serta modelisasi fermentasi
industri. Disamping itu digalakkan mencari antibiotika yang dapat mengatasi AIDS,
HIV dan virus hepatitis B (Sudirman, 1994).

Salah satu organisme penghasil antibiotika yang sedang banyak dibicarakan


sekarang ini adalah fungi endofit. Fungi endofit biasanya terdapat dalam suatu
sistem jaringan seperti daun, ranting, atau akar tumbuhan. Fungi ini dapat
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol,1988 ; Clay, 1988). Asosiasi beberapa
fungi endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari
beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun jamur (Bills dan Polyshook, 1992).

PEMBAHASAN

A. Fungi Endofit

Fungi endofit adalah fungi yang terdapat di dalam sistem jaringan tumbuhan,
seperti daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan (Clay, 1988). Fungi ini
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol, 1988 ; Clay, 1988).

Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, oleh Carrol (1988) digolongkan
dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme
konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara fungi dengan tumbuhan terutama
rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi endofit menginfeksi ovula (benih) inang,
dan penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme
induktif adalah asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya
terjadi secara bebas melalui air dan udara. Jenis ini hanya menginfeksi bagian
vegetatif inang dan seringkali berada dalam keadaan metabolisme inaktif pada
periode yang cukup lama.

Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, fungi ini merupakan organisme yang sangat
heterogen. Petrini et al. (1992) menggolongkan fungi endofit dalam kelompok
Ascomycotina dan Deuteromycotina. Keragaman pada jasad ini cukup besar seperti
pada Loculoascomycetes, Discomycetes, dan Pyrenomycetes. Strobell et al. (1996),
mengemukakan bahwa fungi endofit meliputi genus Pestalotia, Pestalotiopsis,
Monochaetia, dan lain-lain. Sedangkan Clay (1988) melaporkan, bahwa fungi endofit
dimasukkan dalam famili Balansiae yang terdiri dari 5 genus yaitu Atkinsonella,
Balansiae, Balansiopsis, Epichloe dan Myriogenospora. Genus Balansiae umumnya
dapat menginfeksi tumbuhan tahunan dan hidup secara simbiosis mutualistik
dengan tumbuhan inangnya. Dalam simbiosis ini, fungi dapat membantu proses
penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis
serta melindungi tumbuhan inang dari serangan penyakit, dan hasil dari fotosintesis
dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
(Bacon, 1991 ; Petrini et al., 1992 ; Rao, 1994).

B. Produksi Senyawa Antibiotika Oleh Fungi Endofit

Banyak kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotika


yang aktif melawan bakteri maupun fungi patogenik terhadap manusia, hewan dan
tumbuhan, terutama dari genus Coniothirum dan Microsphaeropsis (Petrini et al.,
1992). Penelitian Dreyfuss et al. (1986), menunjukkan aktivitas yang tinggi dari
penisilin N, sporiofungin A, B, serta C yang dihasilkan oleh isolat-isolat endofit
Pleurophomopsis sp. dan Cryptosporiopsis sp. yang diisolasi dari tumbuhan
Cardamin heptaphylla Schulz. Lebih lanjut, suatu penelitian yang dilakukan oleh
Tscherter dan Dreyfuss (1982) dalam Petrini et al. (1992) menghasilkan suatu
kesimpulan bahwa galur-galur endofit Cryptosporiopsis pada umumnya merupakan
penghasil senyawa antibiotika berspektrum lebar. Isolat fungi endofit Xylaria spp.
juga memiliki potensi besar dalam penelitian-penelitian industri farmasi maupun

pertanian. Suatu strain Xylaria yang diisolasi dari tumbuhan epifit di Amerika
Selatan dan Meksiko dilaporkan dapat menghasilkan suatu senyawa antibiotika baru
dari kelompok sitokalasin (Dreyfuss et al., 1986).

Penelitian Brunner dan Petrini ( 1992) yang melakukan seleksi pada lebih dari 80
spora fungi endofit, hasilnya menunjukkan bahwa 75 % fungi endofit mampu
menghasilkan antibiotika. Fungi endofit Xylotropik, suatu kelompok fungi yang
berasosiasi dengan tumbuhan berkayu, juga merupakan penghasil metabolit
sekunder. Pada suatu studi perbandingan yang dilakukan terhadap berbagai fungi,
lebih dari 49 % isolat Xylotropik yang diuji menunjukkan aktivitas antibiotika,
sedangkan fungi pembandingnya hanya 28 % (Petrini et al., 1992).

Fungi endofit juga mampu menghasilkan siklosporin A, yang berpotensi sebagai


antifungal dan bahan imunosupresif (Borel et al., 1976 ; Petrini et al., 1992).
Siklosporin dihasilkan oleh strain Acremonium luzulae (Fuckel) W. Gams, yang
diisolasi dari buah strawberry (Moussaif et al., 1977). Senyawa antibiotika lainnya
seperti sefalosporin mulanya dihasilkan oleh satu strain Cephalosporium dan
Emericellopsis (Acremonium). Selanjutnya juga ditemukan pada fungi Anixiopsis,
Arachnomyces,Diheterospora, Paecilomyces, Scopulariopsis dan Spiroidium (Morin
dan Gorman, 1982).

Fungi endofit Acremonium coenophialum yaitu yang berasosiasi dengan rumputrumputan dapat menghambat pertumbuhan patogen rumput Nigrospora sphaerica,
Periconia sorghina dan Rhizoctonia cerealis (White and Cole, 1985). Fungi endofit
lainnya seperti Taxomyces andreanae dapat menghasilkan senyawa taxol yang
berguna sebagai obat anti kanker (Strobel et al., 1996). Menurut Bacon (1988),
fungi endofit yang mempunyai nilai komersial dalam bidang farmasi, antara lain
Balansia spp. dan Acremonium coenophialum.

Kesimpulan

Fungi endofit dapat menjalin kehidupan bersama dengan tumbuhan inang, dan
mampu melindungi tumbuhan inang dari beberapa patogen virulen, diantaranya
adalah Acremonium coenophialum. Berbagai senyawa antibiotika yang sangat
berguna yang dihasilkan oleh fungi endofit antara lain siklosporin oleh Acremonium
luzulae, dan senyawa taxol oleh Taxomyces andreanae.

02/09/2009 Posted by zaifbio | BTR, MIKROBIOLOGI | 3 Komentar

LINGKUNGAN DAN PROSES ADAPTASI PERTAHANAN MIKROORGANISME DALAM


KEHIDUPAN

Abstrak

Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga
jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktorfaktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan
sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan apa sajakah yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme terutama dalam hal fisik, kimia, dan
biologi. Kesimpulan dari penulisan ini adalah faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme diantaranya adalah pengaruh
temperatur, zat warna, dan parasitisme

Kata kunci: Lingkungan, Biotik, Abiotik

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga
jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktorfaktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan

sekitar. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari faktor lingkungan adalah
dengan cara menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar.
Penyesuaian mikroorganisme terhadap faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat
dan ada yang bersifat sementara, tetapi ada juga perubahan itu bersifat permanen
sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologik secara turun
menurun.

Kehidupan mikroba tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, akan tetapi
juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis
menimbulkan panas di dalam medium tempat tumbuhnya. Beberapa mikroba dapat
pula mengubah pH dari medium tempat hidupnya, perubahan ini dinamakan
perubahan secara kimia.

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan


lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan.
Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru
tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan
faktor biotik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu:

Faktor-faktor fisik apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme ?

Faktor-faktor kimia apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme ?

Faktor-faktor biologi apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme ?

Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan apa sajakah yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme terutama dalam hal fisik, kimia, dan
biologi.

Manfaat Penulisan

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan


informasi ilmiah kepada masyarakat tentang faktor-faktor dan pengaruh lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Aspek ekonomi, dengan
mengetahui faktor-faktor dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme, masyarakat atau juga pihak industri dapat
mengembangbiakan mikroorganisme untuk dimanfaatkan dalam berbagai hal yang
ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

PEMBAHASAN

1. Faktor-faktor Fisik

a.

Pengaruh temperatur

Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan.


Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis
lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah tempetur bagi
kehidupan mikroba terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masin -masing
mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur
minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroba
asih berlangsun. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk

kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat
digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang
paling minimal.

Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada
spesies yng mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium
pada temperature 60oC; sebaliknya bakteri yang membentuk spora seperti genus
Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 100oC atau
lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses sterilisasi untuk membunuh setiap
spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20 menit dengan tekanan 1
atm dan temperatur 121oC di dalam otoklaf.

Mengenai pH medium kenapa berpengaruh terhadap daya tahan mikroba terhadap


pemanasan bahwa sedikit perubahan pH menuju asam atau basa sangat
berpengaruh terhadap pemanasan. Sehubungan dengan hal ini, maka buah-buahan
yang masam lebih mudah disterilkan dari pada sayur mayur atau daging.

Golongan bakteri yang dapat hidup pada batas-batas temperature yang sempit,
misalnya Gonococcus yang hanya dapat hidup pada kisaran 30-40oC. golongan
mikroba yang memiliki batas temperatur minimum dan maksimum tidak telalu
besar, disebut stenotermik. Tetapi Escherichia coli tumbuh pada kisaran temperatur
8-46oC, sehingga beda (rentang) antara temperatur minimum besar, inilah yang
disebut golongan euritermik. Bila mikroba dipiara dibawah temperatur minimum
atau sedikit diatas temperatur maksimum tidak segera mati, melainkan dalam
keadaan dormansi (tidur).

Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan,


yaitu:

a.
Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh
pada daerah temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15
C. kebanyakan golongan ini tumbuh d tempat-tempat dingin, baik di daratan
maupun di lauatan.

b.
Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur
optimum pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar
55 C. umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang
dapat hidup dengan baik pada temperatur 40 C atau lebih.

c.
Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah
temperature tinngi, optimum 55C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C.
golongan ini terutama terdapat di dalam sumber-sumber air panas dan tempattempat lain yang bertemperatur lebih tinggi dari 55 C.

Grafik pertumbuhan mikroba pada berbagai kisaran suhu pertumbuhan

Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi


protein dan enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan
nilai temperatur yang melebihi maksimum, mikroba akan mengalami kematian. Titik
kematian termal suatu jenis mikroba (Thermal Death Point) adalah nilai temperatur
serendah-rendahnya yang dapat mematikan jenis mikroba yang berada dalam
medium standar selama 10 menit dalam kondisi tertentu. Laju kematian termal
(thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian mikroba akibat pemberian
temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati bersama-sama pada suatu
temperatur tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang lain
terhadap suatu pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka
kematian pada suatu temperatur. Waktu kematian temal (Thermal Death Time)
merupakan waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroba pada
suatu temperatur yang tetap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah waktu,
temperatur, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikrroba, pH dan komposisi
medium. Contoh waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untuk
beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut :

Nama mikroba

Waktu

(menit)

Suhu (0C)

Escherichia coli

20-30

57

Staphylococcus aureus

19

60

Spora Bacilus subtilis

20-50

100

Spora Clostridium botulinum

100-330

100

b.

Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan

Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk


pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%,
sedangkan untuk jamur di perlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Banyak
mikroba yang tahan hidup di dalam keadaan kering untuk waktu yang lama, seperti
dalam bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora dan kista.

Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya,


biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif.
Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya
memerlukan aw 0,90- 0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw
terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan
jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw
atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw
0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia
atau dapat membentuk kista. Tabel berikut ini memuat daftar aw yang diperlukan
oleh beberapa jenis bakteri dan jamur :

Nilai aw

Bakteri

Jamur

1,00

Caulobacter

Spirillum

0,90

Lactobacilus

Bacillus

Fusarium

Mucor

0,85

Staphylococcus

Debaromyces

0,80

Penicillium

0,75

Halobacterium

Aspergillus

0,60

Xeromyces

Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di
dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di
sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah
bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering.
Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,sporaspora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering.

Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan
mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering,
misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syaratsyarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu ialah:

Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih
lama daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan
kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar
yang kering.

Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di


dalam gelap.

Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk
daripada pengeringan pada suhu titik-beku.

Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam


vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan
faktor-maut.

c.

Pengaruh perubahan nilai osmotik

Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.


Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami
plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.

Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1)


mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2)
mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen
yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan
(tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya
dapat mencapai 30 %.

Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu
tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).

Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya


Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai
kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan
konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang
mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga
tahan terhadap ion Natrium.

d.

Kadar ion hidrogen (pH)

Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada
pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia,
actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat
toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina
ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya
dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan
pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka
pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang
dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok
mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah
kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5. Contoh pH minimum,
optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut :

Nama mikroba

pH

minimum

optimum

maksimum

Escherichia coli

Proteus vulgaris

Enterobacter aerogenes

Pseudomonas aeruginosa

Clostridium sporogenes

Nitrosomonas spp

Nitrobacter spp

Thiobacillus Thiooxidans

Lactobacillus acidophilus

4,4

4,4

4,4

5,6

5,0-5,8

7,0-7,6

6,6

1,0

4,0-4,6

6,0-7,0

6,0-7,0

6,0-7,0

6,6-7,0

6,0-7,6

8,0-8,8

7,6-8,6

2,0-2,8

5,8-6,6

9,0

8,4

9,0

8,0

8,5-9,0

9,4

10,0

4,0-6,0

6,8

Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama


pada mikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan
beberapa Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam medium diberi tambahan
buffer untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam
mono dan dibasik, maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh
adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja
buffe adalah garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan
bereaksi dengan ion OH-.

e.

Tegangan muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut


menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba
terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan
tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma.
Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan bentuk
morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan)
seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka cairan/larutan.
Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.

f.

Tekanan hidrostatik

Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba.


Umumnya tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang
lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena
tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein, serta
mengganggu fungsi transport membran sel maupun mengurangi aktivitas berbagai

macam enzim. Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi


protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi (mikroba
barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai
16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam umumnya adalah
barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri Spirillum.

g.

Pengaruh Sinar

Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi


dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang
bergelombang antara 390 m sampai 760 m , tidak begitu berbahaya; yang
berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang
antara 240 m sampai 300 m . Lampu air rasa banyak memancarkan sinar
bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan
penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang
pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang
terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu.
Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan
bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu
mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh
penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus makanan, ruangruang penyimpan daging, ruang-ruang pertemuan, gedung-gedung bioskop dan
sebagainya pada waktu-waktu tertentu dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu.

2. Faktor-faktor Kimia

a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis

Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang
sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

b. Formaldehida (CH2O)

Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak
sekali digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa
digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk
merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya
pada ahli kecantikan.

c. Alkohol

Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air
murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai
desinfektan.

d. Yodium

Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan


orang untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai.
Kulit dapat terbakar karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar
tidak digunakan yodium-tinktur.

e. Klor Dan Senyawa Klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur
atau natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat
makan dan minum.

f. Zat Warna

Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada


umumnya bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna
daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal
ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri

gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada kulit.
Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak sampai
kena pakaian.

g. Obat Pencuci (Detergen)

Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi
kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak
lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai
pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik, melainkan juga
merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali
terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang mengandung empat
bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari suatu basa yang kuat dengan
komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan untuk sterilisasi alat-alat
bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan,
karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai
larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula
beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil
bensil-amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat
makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai
tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.

h. Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung


belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak
jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka
terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan
menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan
golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu
oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai
pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil
dari darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu
tidak dapat dipiara di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan sedikit asamp-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat tumbuh biasa. Berikut
ialah rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat.

Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat

i. Antibiotik

Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh
jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru
sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama
Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan,
dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan. Genus Streptomyces menghasilkan
streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin yang
masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir ini orang telah dapat
membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai
kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara
sintetik pula.

Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur,
melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus
brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik
yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan
mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk
spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif
untuk membrantas terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan
mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis
spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah
terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu.

j. Garam Garam Logam

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang
kecil saja dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini
mudah sekali dipertunjukkan dengan suatu eksperimen.

Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-alat yang
terbuat dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih
bisa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk
tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. ONa
HgOH SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen mertiolat

Rumus bangun merkurokrom, metafen atau mertiolat

Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan
biji bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2%
banyak digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang
baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan
persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai
bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk
mematikan tumbuhan ganggang di kolam-kolam renang.

3. Faktor-faktor Biologi

a. Netralisme

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi.
Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik
dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya.
Sebagai contoh interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan
mikroba autochthonous (indigenous), dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer
yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan
mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora,
kista).

b. Komensalisme

Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi


diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:

- Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat


digunakan oleh Legionella pneumophila.

- Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic


Methanobacterium.

c. Sinergisme

Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk


dapat melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi
melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut
sintropisme. Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau
proses pembersihan air secara alami.

d. Mutualisme (Simbiosis)

Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling
tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga
simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi
anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip.
Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil akar tanaman
kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis
antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont) sebagai produser yang
dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik. Senyawa
organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi memberikan bentuk
perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral serta membentuk faktor
tumbuh untuk algae.

Lichenes

e. Kompetisi

Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian.


Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya.
Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan
yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara
protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.

f. Amensalisme (Antagonisme)

Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak
dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya
merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya
dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah
bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat. Thiobacillus
thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat
menghambat populasi Nitrobacter.

g. Parasitisme

Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan
populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena
keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari
inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun
metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri
Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit
jamur Agaricus sp.

h. Predasi

Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau


memakan dan mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih
besar dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah
Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator)
dengan Paramaecium caudatum (prey), dapat dilihat di gambar sebagai berikut.

KAJIAN RELIGI

Di dalam Al-Quran secara tersirat Allah SWT telah menyiratkan akan pentingnya
pengaruh lingkungan bagi kehidupan makhluk hidup yang ia ciptakan termasuk
mikroorganisme yang juga merupakan salah satu contoh makhluk hidup ciptaan
Allah SWT, hal ini tersirat dalam beberapa ayat di dalam Al-Quran diantaranya
dalam :

Q.S AL BAQARAH 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Q.S AL FURQAAN 61. Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusangugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang
bercahaya.

Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT mengisyaratkan
bahwa faktor lingkungan sangat berperan dalam kehidupan mikroorganisme. Hal ini
diisyaratkan oleh Al Quran dengan angin dan cahaya matahari yang merupakan
salalh satu faktor lingkungan yang berperan dalam kehidupan mikroorganisme
sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penulisan Lingkungan dan Proses Adaptasi Pertahanan


Mikroorganisme Terhadap Kehidupan dapat diambil kesimpulan bahwa:

a.
Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme,
yaitu pengaruh temperatur, kelembaban dan pengaruh kebasahan serta kekeringan,
pengaruh perubahan nilai osmotic, kadar ion Hidrogen (pH), tegangan muka,
tekanan, hidrostatik, pengaruh sinar.

b.
Faktor lingkungan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme,
yaitu Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis, Formaldehida (CH2O), alcohol,
yodium, Klor Dan Senyawa Klor, zat warna, Obat Pencuci (Detergen), Sulfonamida,
antibiotik, garam-garam logam.

c.
Faktor lingkungan biologi yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme,
yaitu netralisme, komensalisme, sinergisme, mutualisme (simbiosis), kompetisi,
Amensalisme (Antagonisme), parasitisme, predasi.

SARAN

Berdasarkan penulisan Lingkungan dan Proses Adaptasi Pertahanan


Mikroorganisme Terhadap Kehidupan maka dapat disarankan bahwa masyarakat
ataupun pihak industri yang ingin memanfaatkan jasa dari mikroorganisme harus
selalu memperhatikan pengaruh lingkungan yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
proses kehidupannya. Hal ini sangat diperlukan agar masyarakat ataupun pihak
industri dapat memanfaatkan semaksimal mungkin jasa dari mikroorganisme
tersebut untuk meningkatkan pendapatan atau juga untuk kepentingan lainnya
yang bermanfaat dalam kehidupannya, tanpa menganggu kehidupan dari
mikroorganisme tersebut.

DARTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. (Online).


(http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhanmikroba/) Diakses Tanggal 17 Desember 2008.

Dwijoseputro. 1995. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

Stanier Roger. Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Suriawiria U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees.


Malang.

02/08/2009 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 6 Komentar

GENETIKA MIKROORGANISME, SEBUAH ELEMEN DASAR PENYUSUN KEHIDUPAN


MIKROORGANISME
Abstrak

Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi


dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk karakter
organisme. Genetika mikroba telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA,
suatu pengamatan yang melekat dasar bagi biologi molekuler. Penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui pengertian dari genetika virus, bakteri, dan jamur dan
komponen yang menyusun genetika dari virus, bakteri, dan jamur. Kesimpulan dari
penulisan ini adalah gen dari bakteri virus dan jamur secara umum tersusun dari
DNA dan RNA, namun dalam hal tertentu terdapat perbedaan tergantung dari jenis
bakteri, virus, dan jamur tersebut.

Kata Kunci: Genetika, DNA, RNA.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi


dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk karakter
organisme. Unit keturunan disebut gen,adalah suatu segmen DNA yang
nukleotidanya membawa informasi karakter biokimia atau fisiologis tertentu.
Pendekatan tradisional pada genetika telah mengidentifikasikan gen sebagai dasar
kontribusi karakter fenotip atau karakte dari keseluruhan stuktural dan fisiologis
dari suatu sel atau organisme, karakter fenotip seperti warna mata pada manusia
atau resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, pada umumnya di amati pada
tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi daam fenotip, atau perubahan urutan
DNA dalam suatu gen atau dalam organisasi gen.(Jawets, 2001).

Penelaahan tentang genetika pertama kali dilakukan oleh seorang ahli botani
bangsa Austria, Gregor Mendel pada tanaman kacang polongnya. Pada tahun 1860an ia menyilangkan galur-galur kacang polong dan mempelajari akibat-akibatnya.
Hasilnya antara lain terjadi perubahan-perubahan pada warna,bentuk, ukuran, dan
siat-sifat lain dari kacang polong tersebut.penelitian inilah ia mengembangkan
hukum-hukum dasar kebakaan. Hukum kebakaan berlaku umum bagi semua bentuk
kehidupan. Hukum-hukum mendel berlaku manusia dan juga organisme percobaan
dahulu amat populer dalam genetika, yakni lalat buah Drosophila. Namun sekarang,
percobaan-percobaan ilmu kebakaan dengan menggunakan bakteri Escherichia coli.
Bakteri ini di pilih karena paling mudah di pelajari pada taraf molekuler sehingga
merupakan organisme pilihan bagi banyak ahli genetika. Hal ini membantu
perkembangan bidang genetika mikroba. Jasad renik yang di pelajari dalam bidang
genetika mikroba meliputi bakteri, khamir, kapang, dan virus (Waluyo, 2005).

Genetika mikrobia tradisional terutama berdasarkan pada pengamatan atau


observasi perkembangan secara luas. Variasi fenotif telah diamati berdasar
kemampuan gen untuk tumbuh dibawah kondisi terseleksi, misalnya bakteri yang
mengandung satu genyang resisten terhadap ampisilin dapat dibedakan dari
bakteri kekurangan gen selama pertumbuhannya dalam lingkungan yang
mengandung anti biotik sebagai suatu bahan penyeleksi. Catatan, bahwa seleksi
gen memerlukan expresinya dibawah kondisi yang tepat, dapat diamati pada
tingkat fenotif.

Genetika mikrobia telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA, suatu
pengamatan yang melekat dasar bagi biologi molekuler. Penemuan selanjutnya dari
bakteri telahmengungkapkan adanya restriction enzymes (enzim restriksi) yang
memotong DNA pada tempat spesifik, menghasilkan fragmen potongan DNA.
Plasmida diidentifikasikan sebagai elemen genetika kecil yang mampu melakukan
replikasi diri pada bakteri dan ragi. Pengenalan dari sebuah fragmen potongan DNA
kedalam suatu plasmid memungkinkan fragmen di perbanyak (teramplifikasi).
Amplifikasi regio DNA spesifik dapat di capai oleh enzim bakteri menggunakan
polymerase chain reaction (PCR) atau metode amplifikasi nukleotida berdasar enzim
yang lain (misalnya amplifikasi berdasar transkripsi). DNA yang di masukkan
kedalam plasmid dapat di kontrol oleh promoter ekspresi pada bakteri yang
mengamati protein, di ekspresi pada tingkat tinggi. Genetika bakteri mendasari
perkembangan rekayasa genetika, suatu teknologi yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan di bidang kedokteran.(Jewetz, 2001).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :

Apa pengertian dari genetika virus, bakteri, dan jamur ?

Apa saja komponen yang menyusun genetika dari virus, bakteri, dan jamur ?

Tujuan Penelitian

Penulisan ini betujuan untuk mengetahui pengertian dari genetika virus, jamur, dan
bakteri dan komponen apa sajakah yang menyusun genetika virus, jamur, dan
bakteri.

Manfaat Penelitian

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan


informasi ilmiah kepada masyarakat tentang pengertian dari genetika virus, bakteri,
dan jamur serta komponen apa sajakah yang menyusun genetika virus, jamur, dan
bakteri. Aspek ekonomi dengan mengetahui genetika dari mikroorganisme serta
kompoen penyusunnya maka pihak industri dapat membuat mikoorganisme yang
mempunyai kualitas yang sama yang digunakan dalam produksi di industrinya
dengan memanfaatkan genetika dari mikroorganisme yang mempunyai sifat
unggul.

PEMBAHASAN

Struktur DNA dan RNA

Informasi genetika disimpan sebagai suatu urutan basa pada DNA. Pada RNA
bakteriofaga (contohnyaQ MS2) dan beberapa virus RNA (contohnya virus
influenza, dan reovirus), informasi genetika disimpan sebagai urutan basa dalam
RNA. Kebanyakan molekul DNA adalah rantai ganda, dengan basa-basa
komplementer (A-T; G-C) berpasangan menggunakan ikatan hydrogen pada pusat
molekul. Sifat komplementer dari basa memungkinkan satu rantai (rantai cetakan,
template) menyediakan informasi untuk salinan atau ekpresi informasi pada suatu
rantai yang lain (rantai penyandi). Pasangan-pasangan basa tersusun dalam bagian
pusat double helix DNA dan menentukan informasi genetiknya. Setiap empat basa
diikatkan pada phosphor-2-deoxyribose membentuk suatu nukleotida. Muatan
negetif phosphodiester backbone dari DNA berhadapan dengan pelarut, dan
muatan ini tersusun sepanjang struktur linear dari molekul. Panjang molekul DNA
pada umumnya tersusun dalam ribuan pasang DNA ribuan pasang basa, atau
kilobase pavis (kbp). Suatu virus kecil dapat mengandung satu molekul DNA tunggal
yang terdiri dari lima kbp, sedangkan kromosom Eshericia coli adalah 4639 kbp.
Setiap pasangan basa dipisahkan dari urutan sebelumnya sekitar 0,34 nm, atau 3,4
X 10-7 nm, sehingga panjang keseluruhan kromosom E.coli diperkirakan I nm. Oleh
karena keseluruhan dimensi sel bakteri diperkirakan 1000 kali lebih kecil dari pada
panjangnya tersebut sehingga terbentuk lipatan yang melipat lagi atau
supercoiling, menyusun struktur fisik dari molekul in vivo.

RNA pada umumnya dalam bentuk rantai tunggal. Basa uracil (U) pada RNA
membantu fungsi hibridisasi, sedangkan thymine (T) pada DNA, sehingga basa-basa
komplementer yang menentukan struktur RNA adalah A-U dan C-G. keseluruhan
struktur dari molekul RNA rantai tunggal di tentukan oleh hibridisasi di antara

urutan basa yang membentuk lipatan (loops), membentuk struktur utuh yang
mampu mengekspresikan informasi genetik yang terkandung dalam DNA.

Beberapa molekul RNA memiliki fungsi enzim (ribozymes). Fungsi utama RNA
adalah komunikasi dari susunan gen DNA ke ribosom dalam bentuk messenger RNA
(mRNA). Ribosom yang mengandung ribosomal RNA (rRNA) dan protein-protein,
menterjemahkan pesan ke dalam struktur primer dari protein-protein perantara
aminoacyl transfer RNA (tRNA). Molekul-molekul RNA bervariasi dalam ukuran dari
tRNA yang kecil, yang mengandung kurang dari 100 basa, sampai mRNA yang
dapat membawa pesan genetik sepanjang ribuan basa. ribosom bakteri
mengandung 3 macam rRNA dengan ukuran 150, 1540, dan 2900 basa, dengan
sejumlah protein. Ribosom eukariota memiliki molekul rRNA yang lebih besar.
Kebutuhan fisiologik ini ditunjukkan dalam perputaran metabolic yang cepat dari
kebanyakan mRNA. Selain itu, tRNA dan rRNA yang dihubungkan dengan fungsi
umumnya pada sintesa protein, cenderung stabil, dan keduanya terhitung lebih dari
95 % dari total RNA dalam satu sel bakteri.

Contoh Gambar DNA dan Komponen Secara Umum

Genetika Bakteri

Ada dua fenomena biologi pada konsep hereditas yaitu:

1.
Hereditas yang bersifat stabil di mana generasi berikut yang terbentuk dari
pembelahan satu sel mempunyai sifat yang identik dengan induknya

2.
Variasi genetik yang mengakibatkan adanya perbedaan sifat generasi berikut
dari sel induknya akibat peristiwa genetik tertentu, misalnya mutasi

Pada bakteri, unit herediternya disebut genom bakteri. Genom bakteri lazimnya
disebut sebagai gen saja. Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam
deoksirinukleat) tunggal, meskipun dikenal pula adanya materi genetik di luar
kromosom (ekstra kromosomal), yang di sebut plasmid, yang tersebar luas dalam
populasi bakteri. Meskipun bakteri bersifat haploid, transimisi gen dari satu generasi
ke generasi berikutnya berlangsung secara linier, sehingga pada setiap siklus
pembelahan sel, sel anaknya menerima satu set gen yang identik dengan sel
induknya.

Kromosom bakteri yang terdiri dari DNA mempunyai berat lebih kurang2-3% dari
berat kering satu sel. Dengan mikroskop elektron, DNA tampak sebagai benangbenang fibriler yang menempati sebgian besar dari volume sel. Molekul DNA bila
diekstraksi dari sel bakteri biasanya mempunyai bentuk yang sirkuler, dengan
panjang kira-kira 1 mm. DNA ini mempunyai berat molekul yang tinggi karena
terdiri dari heteropolimer dari deoksiribonukleotida purin yaitu Adenin dan Guanin
dan deoksiribonukleotida pirimidin yaitu Sitosin dan Timin.

Watson dan Crick, dengan sinar X menemukan bahwa struktur DNA terdiri dari dua
rantai poliribonukleotida yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan hidrogen
antara purin di satu rantai dengan pirimidin di rantai lain, dalam keadaan
antiparalel, dan disebut sebagai struktur double helix. Ikatan hidrogen ini hanya
dapat menhubungkan Adenin (6 aminopurin) dengan Timin (2,4 dioksi 5 metil
pirimidin) dan antara Guanin (2 amino 6 oksipurin) dengan Sitosin (2 oksi 4 amino
pirimidin). Singkatnya pasangan basa pada suatu sekuens DNA adalah A-T dan S-G.
Karena adanya sistem berpasangan demikian, maka setiap rantai DNA dapat
dijadikan cetakan/template untuk membangun rantai DNA yang komplementer.
Waktu terjadinya proses replikasi DNA dalam pembelahan sel, molekul DNA dari sel
anaknya terdiri dari satu rantai DNA yang komplememter tapi dibuat baru, dengan
kata lain, pemindahan materi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya
adalah dengan cara semikonservatif.

Fungsi primer DNA pada hakikatnya adalah sebagai sumber perbekalan informasi
genetik yang di miliki oleh sel induk. Proses replikasi di kerjakan dengan amat
lengkap sehigga sel anaknya mendapatkan pula informasi genetik yang lengkap,
sehingga terjadi kesetabilan genetik dalam suatu populasi mikroorganisme. Satu
benang kromosom biasanya terdiri dari 5 juta pasangan basa dan terbagi atas
segmen atau sekwens asam amino tertentu. Dari akan terbentuk stuktur protein.

Protein ini kemudian menjadi enzim-enzim, komponen membran sel dan struktur sel
yang lain yang secara keseluruhan menentukan karakter dari sel itu.

Mekanisme yang menunjukan bahwa sekuen nukleotida di dalam gen menentukan


sekuens asam amino pada pembentukan protein adalah sebagai berikut:

1.
Suatu enzim amino sel bakteri yang disebut enzim RNA polimerase
membentuk satu rantai oliribonukleotida (= messesnger RNA = mRNA) dari rantai
DNA yang ada. Proses ini diseut transkripsi. Jadi pada transkripsi DNA, terbentuk
satu rantai RNA yang komplementer denagan salah satu rantai double helix dari
DNA.

2.
Secara enzimatik asam amino akan teraktifasi dan di transfer kepada transfer
kepada transfer RNA (= tRNA yang mempunyai daptor basa yang komplementer
dengan basa mRNA di satu ujungnya dan mempunyai asam amino spesifik di ujung
lainnya tiga buah basa pada mRNA di sebut triplet basa yang lazim disebut sebagai
kodon untuk suatu asam amino.

3.
mRNA dan tRNA bersama-sama menuju kepermukaan ribosom kuman, dan
disinilah rantai polipeptida terbentuk sampai seluruhkodon selesai dibaca menjadi
menjadi suatu sekwen asam amino yang membentuk protein tertentu. Proses ini
disebut translasi.

DNA Bakteri

Bakteri memiliki kekurangan unsur-unsur yang mengacu pada stuktur komplek yang
terlibat dalam pemisahan kromsom-kromosom eukariota menjadi nukleid anak yang
berbeda. Replikasi dari DNA bakteri dimulai pada satu titik dan bergerak ke semua
arah. Dalam prosesnya, dua pita lama DNA terpisah dan digunakan sebagai model
untuk mensistensiskan pita-pita baru (replikasi semikonservatif). Strukur dimana
dua pita terpisah dan sintesis baru terjadi disebut sebagai percabangan replikasi.
Replikasi kromosom bakteri sangat terkontrol, dan kromosom tiap sel yang tumbuh
berkisar antara satu dan empat. Beberapa plasmida bakteri bias memiliki sampai 30
tiruan dalam satu sel bakteri, dan mutas yang menyebabkan control bebas dari
relikasi plasmida bahkan bias menghasilkan tirun yang lebih banyak.

Replikasi pita DNA ganda sirkular dimuli pada locus ori dan membuuhkan interaksi
dengan beberapa protein. Dalam E coli, replikasi kromosom berakhir pada suatu
tempat yang disebut ter. Dua kromosom anak terpisah, atau terpecah sebelum
pembagian sel, sehingga tiap-tiap keturunan memiliki satu DNA anak. Hal ini dapat
disempurnakan dengan bantuan topoisomerase atau melakukan pengkombinasian.
Proses serupa yang mengacu pada replikasi DNA plasmida, kecuali pada beberpa
kasus, replikasinya adalah tidak terarah.

Contoh Gambar Molekul DNA Bakteri

Transposon

Transposon tidak membawa informasi genetika yang dibutuhkan untuk


memasangkan replikasi sendiri terhadap pembagian sel, sehingga
perkembangbiakannya tergantung pada penyatuan fisiknya dengan replika bakteri.
Penyatuan ini dibantu oleh kemampuan transposon untuk membentuk tiruannya
sendiri, yang mungkin disisipkan dalam replika yang sama atau mungkin disatukan
pada replika lainnya. Spesifisitas dari rangkaian pada bagian sisipan biasanya
rendah, sehingga transposon kadang cenderung menyisip dalam sistem acak.
Sebagian besar plasmida ditransfer antar sel-sel bakteri, dan penyisipan dari
sebuah transposon ke dalam suatu plasmida bisa menyebabkan penyebaran dalam
sebuah populasi.

Fagus

Bakteriofagus menunjukkan cukup banyak keragaman dalam sifat dasar asam


nukleat mereka, dan perbedaan ini direfleksikan pada bentuk replikasi yang
berbeda. Berbagai strategi perkembangbiakan pada dasarnya ditunjukkan oleh
fagus litik dan temperature. Fagus litik menghasilkan banyak tiruan mereka sendiri

dalam satu laju pertumbuhan tunggal. Fagus temperatur membentuk mereka


sendiri sebagai profagus, baik dengan bagian replika yang terbentuk atau dengan
membentuk replika bebas.

Pita DNA ganda dari banyak litik adalah linear dan fase pertama dari replikasinya
merupakan pembentukan DNA sirkular. Proses ini tergantung pada ujung-ujung
kohesif, ekor pita tunggal pelengkap DNA yang berhibridasi. Ligasi, pembentukan
sebuah ikatan fosfodiester antar ekornya, meningkatkan DNA sitkular yang terikat
secara kovalen yang mungkin mengalami replikasi dengan cara yang serupa
dengan yang digunakan untuk replika lainnya. Pembelahan dari lingkaran sel
menghasilkan DNA linear yang terbungkus dalam lapisan protein unuk membentuk
fagus turunan.

Pita tunggal DNA dari fagus filamentus diubah menjadi sebuah bentuk replikatif pita
ganda sirkular. Sebuah pita bentuk replikatif digunakan sebagai model dalam suatu
proses yang terus menerus yang menghasilkan pita DNA. Modelnya adalah
lingkaran berputar, dan pita tunggal DNA yang dihasilkan terbelah dan terbungkus
protein untuk pengelupasan ekstraseluler.

Ditunjukkan diantara pita tunggal RNA, fagus merupakan partikel ekstraseluler


terkecil yang mengandung informasi untuk membantu replikasi diri mereka sendiri.
RNA dari fagus MS2 misalnya, berisi (kurang dari 4000 nukleotida) tiga gen yang
bias berlaku seperti mRNA yang mengikuti infeksi. Satu gen mewakili protein
pelindung dan yang lain mewakili polimerase RNA yang menghasilkan bentuk
replikatif adalah inti partikel infeksi baru. Mekanisme perkembangbiakan retrovirus,
virus-virus RNA hewan yang menggunakan RNA sebagai model untuk sintesis DNA.

Beberapa bakteriofagus sederhana yang dicontohkan oleh fagus P1 E. coli dapat


dibentuk pada tahap profagus sebagai plasmida. Pita ganda DNA dari bakteriofagus
sederhana lainnya terbentuk sebagai profagus melalui penyisipannya dalam
kromosom induk. Tempat penyisipannya mungkin cukup spesifik, seperti yang
dicontohkan oleh penyatuan fagus E. coli pada lokus int. tunggal pada kromosom
bakteri.

Contoh-Contoh Gambar Proses Genetika Bakteri

Genetika Virus

Virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh, bila tidak di dalam sel inang.
Replikasi genom virus tegantung pada energi metabolik dan mesin sintesis
makromolekul pada inang. Sering, bentuk parasitisme genetik ini mengakibatkan
debilitas atau kematian sel inang. Oleh karena itu, keberhasilan perbanyakan virus
memerlukan (1) suatu bentuk stabil yang memungkinkan virus bertahan hidup di
luar inangnya, (2) suatu mekanisme invasi pada sel inang, (3) informasi genetik
untuk replikasi komponen virus dalam sel, dan (4) informasi tambahan yang
mungkin diperlukan untuk packaging (menyimpan) komponen virus dan
pengeluaran virus dari sel inang.

Perbedaan sering ditemukan antara virus pada sel eukariotik dengan virus pada sel
prokariotik (bacteriophage). Perhatian lebih tepat pada sub grup virus, tetapi jangan
dilupakan dictum Andre Lwoff : Virus adalah virus. Banyak konsep dasar dari biologi
molekuler, muncul dari penemuan bacteriophage.

Molekul asam nukleat bacteriophage dikelilingi suatu mantel protein. Beberapa faga
juga mengandung lipid, tetapi hal ini adalah perkecualian. Asam nukleat pada faga
bervariasi. Banyak faga memiliki DNA rantai ganda, yang memiliki RNA rantai
tunggal. Basa yang tidak umum ditemukan seperti hydroxylmethylcytosine kadang
kadang ditemukan pada asam nukleat faga. Banyak faga memiliki struktur
menyerupai alat injeksi syringe khusus yang dapat mengikat reseptor pada
permukaan sel dan menginjeksikan asam nukleat ke dalam sel inang.

Faga dapat dibedakan berdasarkan pada cara perbanyakan dirinya. Lytic phagers
menghasilkan banyak salinan dirinya sebagai cara memastikan sel inangnya.
Kebanyakan laporan studi Lytic phagers, T-phages (missal T2, T4) pada Escherichia
coli, memerlukan waktu yang tepat untuk ekspresi gen virus untuk koordinasi
pembentukan faga. Temperate phages mampu masuk ke dalam suatu prophage
pada keadaan nonlitik, pada replikasi asam nukleatnya dikaitkan dengan replikasi
DNA sel inang. Bakteri yang membawa prophage disebut lysogenic, karena suatu
signal fisiologik dapat menjadi trigger suatu siklus litik yang mengakibatkan
kematian sel inang dan mengeluarkan banyak salinan phages. Karakter terbaik
temperate phages adalah E.coli phage (lambda). Gen gen penentu litik atau
respons lysogenic pada infeksi telah diidnetifikasi dan interaksi yang kompleks
telah diexsplorasi secara teliti.

Filamenthous phages, contoh yang telah dipelajari dengan baik adalah E.coli phage
M13, filamennya mengandung DNA rantai tunggal yang kompleks dengan protein
dan diperoleh dari inangnya, dimana inang mengalami debilitas (keadaan
memburuk) tetapi tidak dimatikan oelh infeksi ini. Rekayasa DNA ke dalam phage
M13 menyediakan rantai rantai tunggal yang sangat bernilai untuk analisis dan
manipulasi DNA.

Contoh Gambar Struktur Virus

Genetika Jamur

Genom adalah keseluruhan informasi genetik dalam suatu organisme. Hampir


semua genom eukariota dibawa pada satu atau lebih kromosom linear terpisah dari
sitoplasma didalam membran inti sel (nukleus). Diploid sel eukariota mengandung 2
homologeus (salinan evolusioner) dari setiap kromosom. Mutasi atau perubahan
genetik sering tidak dapat dideteksi pada sel diploid karena susunan satu salinan
gen kompensasi untuk perubahan fungsi homolognya. Satu gen yang tidak dapat
mengekspresi fenotipitik pada keberadaan homolognya. Dinyatakan resesif,
sedangkan satu gen yang mengatasi efek homolognya dinyatakan dominan. Efek

mutasi dapat sangat tampak pada sel sel haploid, yang membawa hanya satu
salinan tunggal dari kebanyakan gen. Sel sel yeast (suatu eukairota) sering diteliti,
Karena dapat dipertahankan dan dianalisis pada keadaan haploid.

Sel-sel eukariota mengandung mithocondria. Pada beberapa kasus dinyatakan


sebagai kllroplas. Didalam setiap organel ini ada satu molekul DNA sirkuler yang
mengandung beberapa gen yang berfungsi seperti organel khusus. Kebanyakan gen
berhubungan dengan fungsi organel, dibawa oleh kromosom eukariota. Banyak
yeast mengandung suatu elemen genetik tambahan, suatu lingkaran 2 m mampu
berreplikasi secara independen, mengandung 6,3 kbp DNA. Semacam lingkaran
kecil DNA ini disebut plasmid, sering ditmukan padagenetik eukariota. Ukuran kecil
dari plasmid memudahkan manipulasi genetik, dan setelah perubahannya, dapat
dimasukkan ke dalam sel-sel. Oleh karena itu, plasmid digunakan pada rekayasa
genetika.

Repetitive DNA, dalam jumlah besar pada sel eukariota, telah di temukan pula pada
sel prokariota. Pada genom eukariota, repetitive DNA sering dihubungkan dengan
region penyandi dan lokasi utama pada regio penyandi dan lokasi utama pada
region ekstra gen. susunan pendek berulang (short sequence,SSR) ini atau short
tandemly repeateds sequences (STR) ada dalam beberapa salinan atau sampai
ribuan salinan yang menyebar di seluruh genom. Adanya SSR pokariata telah di
dokumentasikan dengan baik dan beberapa menunjukan polymorfisme yang luas,
variasi ini di perkirakan karena kesalahan pasangan rantai (slipped-strand
mispairing) dan hal ini di perlukan untuk adatasi dan hal ini di perlukan untuk
adaptasi dan variasi bakteri. Banyak gen eukariota disisipi intron, sisipan susunan
DNA yang akan hilang pada mRNA yang di tranlasi. Intron telah diamati pada gen
archze tetapi hanya sedikit perkecualian yang tidak di temukan pada eubakteria

Kebanyakan gen jamur di bawa pada kromosom bakteri. Data susunan genom
menunjukan bahwa kebanyakan genom jamur terdiri dari satu molekul DNA sirkuler
yang mengandung DNA 580 kbp sampai lebih dari 4600 kbp. Banyak bakteri pada
jamur mengandung gen-gen tambahan pada plasmid yang bervariasi mulai dari
beberapa kbp sampai 100 kbp. DNA sirkuler (kromosom dan plasmid), yang
mengandung informasi genetik di perlukan untuk respirasinya disebut replicon.
Membrane tidak memisahkan gen bakteri dari sitoplasma seperti pada eukariota
dengan beberapa perkecualian, gen bakteri adalah haploid.

Gen-gen yang penting untuk pertumbuhan jamur dibawa pada kromosom, dan
plasmid yang membawa gen dikaitkan dengan fungsi-fungsi spesifik. Banyak
plasmid membawa gen untuk di pindahkan dari satu organisme ke organisme lain
sebaik pada pengaturan DNA (rearrangement DNA). Oleh karena itu gen-gen yang
berasal dari hasil evolusi independent dapa di gabungkan dengan plasmid, dapat
menyebar diantara populasi bakteri secara luas. Akibat kejadian genetik ini telah
diamati pada penyebaran plasmid pembawa resistensi anti biotika setelah
penggunaan anti biotika yang bebas di rumah sakit.

Transposon adalah element-element genetik yang mengandung beberapa kbp DNA,


termasuk informasi yang di perlukan untuk migrasinya dari satu lokus gen ketempat
lainya, sehinga menciptakan mutasi. Peran transposon pendek (750-200 bp),
dikenel sebagai incertion element, menghasilkan banyak mutasi akibat insersi.
Element ini hanya membawa gen-gen untuk enzim-enzim, yang diperlukan untuk
mendorong transposisinya sendiri. Hampir semua bakteri membawa element IS,
yang penting pada pembentukan strain-strain dengan high-frequency recombinant
(Hfr). Kompleks tranposon membawa gen-gen untuk fungi-fungsi khusus seperti
resistensi antibiotika dan diapit oleh IS. Tidak seperti plasmid, tranposom tidak
mengandung informasi genetik yang di perluken untuk replikasinya. Seleksi
transposon tergantung pada replikasinya sebagai bagian dari suatu replicon.
Deteksi atau ekploitasi gen transposon di capai dengan cara seleksi dari informasi
genetik khusus (secara normal, resistensi terhadap antibiotika) yang di bawanya.

DNA Eukariota

Replikasi DNA eukariota terjadi pada beberapa titk tumbuh di sepanjang kromosom
linear. Replikasi akurat pada ujung-ujung kromosom linear membutuhkan aktifitas
enzimatis yang berbeda dari fungsi-fungsi normal yang terkait dengan replikasi
DNA. Berbagai aktifitas tersebut mungkin melibatkan telomere, rangkaian DNA
khusus (yang dibawa pada ujung kromosom eukariota) yang cenderung terlibat
dalam replikasi akurat dari ujung kromosom. Eukariota telah mengembangkan alat
alat khusus yang disebut kumparan, yang melepas kromosom anak menjadi nukleid
terpisah yang baru terbentuk oleh proses mitosis. Pembagian nukleid yang lebih
ekstensif oleh meiosis merupakan satu faktor penting dalam mempertahankan
struktur kromosom dalam satu spesies. Terkadang sel sel tunggal tersebut
merupakan gamet. Pembentukan gamet yang diikuti oleh penyatuan mereka untuk
membentu zigot zigot gandan merupakan sumber utama untuk variabilitas
genetika melalui rekombinasi eukariota.

Gambar Contoh Perkembangbiakan Jamur

Kajian Religi

Di dalam Al Quran, Allah SWT menyiratkan akan penciptaan makhluk hidup


termasuk penciptaan mikroorganisme yang merupakan bagian dari mahluk hidup
ciptaan Allah SWT, serta proses penciptaan dan komponen penyusun makhluk hidup
termasuk mikroorganisme seperti dalam beberapa ayat yaitu:

Q.S Al Baqarah 164: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Q.S An Nur 45: Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.

Q.S An Nahl 12: Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memahami (nya).

Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan
makhluk hidup termasuk mikroorganisme secara sempurna atau secara mendetail
tanpa ada hal yang tertinggal atau kurang pada diri makhluk hidup tersebut
termasuk mikroorganisme. Sehingga kita sebagai makhluk hidup harus bersukur
dengan pemberian Allah SWT, termasuk penciptaan mikroorganisme yang banyak
member manfaat kepada manusia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan Genetika Mikroorganisme, Sebuah Elemen Dasar


Penyusun Kehidupan Mikroorganisme, dapat diambil kesimpulan bahwa:

v
Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam deoksirinukleat)
tunggal, meskipun dikenal pula adanya materi genetik di luar kromosom (ekstra
kromosomal), yang di sebut plasmid, yang tersebar luas dalam populasi bakteri.

v
Virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh, bila tidak di dalam sel inang.
Replikasi genom virus tegantung pada energi metabolik dan mesin sintesis
makromolekul pada inang.

v
Kebanyakan gen jamur di bawa pada kromosom bakteri. Data susunan genom
menunjukan bahwa kebanyakan genom jamur terdiri dari satu molekul DNA sirkuler
yang mengandung DNA 580 kbp sampai lebih dari 4600 kbp.

Secara umum gen dari bakteri, virus, dan jamur tersusun atas DNA dan RNA

Saran

Berdasarkan penulisan Genetika Mikroorganisme, Sebuah Elemen Dasar Penyusun


Kehidupan Mikroorganisme, maka dapat disarankan bahwa untuk para ilmuwan
atau mahasiswa agar lebih meneliti tentang genetika karena masih banyak hal yang

menjadi misteri tentang genetika dari mikroorganisme, sehingga dapat diambil


manfaat dari genetika mikroorganisme. Untuk pihak industri penelitian yang
mendalam pada genetika mikroorganisme sangat disarankan, salah satu
manfaatnya adalah dengan mengetahui genetika dari mikroorganisme tersebut
maka pihak industri dapat menghasilkan mikroorganisme yang bermanfaat bagi
pihak industri dengan didasarkan genetika dari mikroorganisme yang unggul
sehingga pihak industri dapat memperoleh untung atau manfaat yang besar.

Daftar Pustaka

Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

Stanier Roger, Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Syurachman, Agus. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees.


Malang.

01/31/2009 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 15 Komentar

NUTRISI MIKROBA, SEBUAH ESENSI DASAR UNTUK KEHIDUPAN MIKROBA


Abstrak

Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan.


Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,
fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Bahan makanan ini diperlukan

untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Penulisan ini bertujuan
untuk mengetahui jenis-jenis nutrisi yang ada pada mikoorganisme dan
kegunaanya. Kesimpulan dari penulisan ini adalah jenis-jenis nutrisi berdasarkan
elemenya adalah sumber karbon, nitrogen, belerang, phospat, mineral, dan
oksigen. Fungsi utama dari nutrisi ini adalah sumber energi, bahan pembangun sel,
dan sebagai aseptor atau donor elektron.

Kata Kunci: Mikroba, Nutrisi, Kehidupan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan.


Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan
energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan
bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut
disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses
nutrisi (Suriawiria, 1985).

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam
lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi
tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan
bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi
bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali (Anonymous, 2006).

Menurut Waluyo (2005), peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi
yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri

dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral,
faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient dalam media
pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).

Pertumbuhan mikoorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang


terlarut dalam air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan
sel dan memperoleh energi, adalaah bahan makanan. Tuntutan berbagai
mikroorganisme yang menyangkt susunan larutan makanan dan persyaratan
lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperkenalkan banyak
resep untuk membuat media biak untuk mikroorganisme. Pada dasarnya sesuatu
larutan biak sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat-syarat berikut. Di
dalamnya harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada pembentukan bahan sel
dalam bentuk berbagai senyawa yang dapat dioloah (Schlegel, 1994).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :

Apa saja jenis-jenis nutrisi yang diperlukan dalam perkembangan


mikroorganisme ?

Apa saja fungsi nutrisi dalam kehidupan mikroorganisme ?

Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam jenis nutrisi yang
diperlukan oleh mikroorganisme dan apa saja fungsinya dalam membantu
kehidupan mikroorganisme.

Manfaat Penulisan

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan


informasi ilmiah kepada masyarakat tentang jenis-jenis nutrisi yang ada pada
mikroorganisme dan apa saja kegunaan dari mikroorganisme tersebut. Aspek
ekonomi, dengan mengetahui jenis-jenis nutrisi dan fungsi nutrisi pada
mikroorganime, masyarakat atau juga pihak industri dapat mengembangbiakan
mikroorganisme untuk dimanfaatkan dalam berbagai hal yang ditujukan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.

PEMBAHASAN

Jenis Nutrisi

Nutrien dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting
untuk sintesis biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan
elemen yang mereka suplai.

Sumber Karbon

Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik


untuk mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk
kelompok autotrof, makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk
pertumbuhannya. Autotrof lain adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan
substrat anorganik seperti hidrogen atau thiosulfat sebagai reduktan dan
karbondioksida sebagai sumber karbon.

Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon


organik tersebut harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Contohnya,
naphthalene dapat menyediakan semua karbon dan energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan respirasi heterotropik, tetapi sangat sedikit organisme yang memiliki
jalur metabolik yang perlu untuk asimilasi naphthalene. Sebaliknya, glukosa, dapat
membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak organisme. Adalah
penting bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok untuk

galur mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah


reaksi biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih dari cukup
karbondioksida untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan
sumber karbondioksida pada medium pertumbuhannya (Jawetz, 2001).

Keperluan akan Zat Karbon

Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi
senyawa organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas,
CO2, sebagai satu-satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2, menjadi
unsur pokok sel organik adalah proses reduktif, yang memerlukan pemasukan
bersih energi. Karena itu, di dalam golongan faali ini, sebagian besar dari energi
yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi senyawa anorganik yang tereduksi
harus dikeluarkan untuk reduksi CO2 sampai kepada tingkat zat organik.

Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik.
Karena kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum
sebagai unsur pokok sel organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi
pertama yang berguna sebagai sumber karbon sel. Selain untuk memenuhi
keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik harus memberikan
keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon yang
terdapat pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang
menghasilkan energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO2 (hasil
utama dalam metabolisme pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai
campuran CO2 dan senyawa organik). Jadi, substrat organik biasanya mempunyai
peran gizi yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan berguna sebagai sumber
karbon dan sumber energi. Banyak mikroorganisme dapat menggunakan senyawa
senyawa organik tunggal untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut
seluruhnya. Akan tetapi, yang lain tidak dapat tumbuh bila hanya diberi satu
senyawa organik dan mereka memerlukan bermacam-macam jumlah senyawa
tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi organik ini mempunyai fungsi
biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-unsur pokok sel
organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu disebut
faktor tumbuh.

Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah senyawa
organik yang dapat mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan energi.
Keanekaragaman ini diperlihatkan secara nyata bahwa tidak ada senyawa organik

yang dihasilkan secara alamiah yang tidak dapat digunakan sebagai sumber karbon
dan energi oleh beberapa mikroorganisme. Karena itu, tidaklah mungkin untuk
memberikan secara singkat sifat-sifat kimiawi sumber karbon organik untuk
mikroorganisme. Variasi yang luar biasa mengenai keperluan akan karbon adalah
salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam mikrobiologi.

Bila keperluan karbon organik mikroorganisme tersendiri dipelajari, beberapa


memperlihatkan tingkatan serbaguna yang tinggi, sedangkan yang lain teramat
khusus. Bakteri tertentu dari golongan Pseudomonas misalnya, dapat menggunakan
setiap salah satu diantara lebih dari 90 macam senyawa organik sebagai satusatunya sumber karbon dan energi. Pada ujung lain dalam spektrum terdapat
bakteri yang mengoksidasi metan, yang hanya dapat menggunakan dua substrat
organik, metan dan methanol, dan bakteri pengurai selulose tertentu hanya dapat
menggunakan selulose.

Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang bergantung pada sumbersumber karbon organik memerlukan CO2 pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang
sangat kecil, karena senyawa ini digunakan dalam beberapa reaksi biosentitik. Akan
tetapi, karena CO2 biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak oleh organisme yang
menggunakan senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat terpenuhi melalui
metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun demikian, peniadaan
CO2 sama sekali sering kali menangguhkan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media organik, dan beberapa bakteri dan cendawan
memerlukan konsentrasi CO2 yang relatif tinggi di dalam atmosfer (5-10 %) untuk
pertumbuhan yang memadai dalam media organik.

Sumber Nitrogen dan Belerang

Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar
lebih kurang 10 persen dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai
dalam bentuk yang berbeda, dan mikroorganisme beragam kemampuannya untuk
mengasimilasi nitrogen. Hasil akhir dari seluruh jenis asimilasi nitrogen adalah
bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium (NH4+).

Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO3) dan


nitrit (NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH3). Jalur
asimilasi ini berbeda dengan jalur dissimilasi nitrat dan nitrit. Jalur dissimilasi

digunakan oleh organisme yang menggunakan ion ini sebagai elektron penerima
terminal dalam respirasi, proses ini dikenal sebagai denitrifikasi, dan hasilnya
adalah gas nitrogen (N2), yang dikeluarkan ke atmosfer.

Kemampuan untuk mengasimilasi N2 secara reduksi melalui NH3, yang disebut


fiksasi nitrogen, adalah sifat untuk prokariota, dan relatif sedikit bakteri yang
memiliki kemampuan metabolisme ini. Proses tersebut membutuhkan sejumlah
besar energi metabolik dan tidak dapat aktif dengan adanya oksigen. Kemampuan
fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam bakteri yang berevolusi sangat berbeda
dalam strategi biokimia untuk melindungi enzim fixing-nitrogen nya dari oksigen.

Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH4+ sebagai sumber nitrogen


utama, dan banyak organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH4+ dari
amina (R-NH2) atau dari asam amino (RCHNH2COOH). Produksi amoniak dari
deaminasi asam amino disebut ammonifikasi. Amoniak dimasukkan ke dalam bahan
organik melalui jalur biokomia yang melibatkan glutamat dan glutamine.

Seperti nitrogen, belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel.
Belerang membentuk bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam
rantai samping cisteinil dan merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak
dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan. Namun, beberapa bakteri autotropik
dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan mikroorganisme dapat
menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi hidrogen
sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S secara langsung
dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun bagi banyak
organisme.

Kedua unsur ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk
tereduksi, sebagai gugus sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme
mampu menampung unsur-unsur ini dalam bentuk oksida dan mereduksi sulfat dan
juga nitrat. Sumber nitrogen yang paling lazim untuk mikroorganisme adalah
garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu mereduksi nitrogen molekul
(N2 atau dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino sebagai
sumber nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen organik. Tidak semua
mikroorganisme mampu mereduksi sulfat, beberapa diantaranya memerukan H2S
atau sistein sebagai sumber S.

Keperluan Akan Nitrogen dan Belerang

Nitrogen dan belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk
yang terinduksi masing-masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan
organisme fotosintetik mengasimilasi kedua unsur ini dalam keadaan anorganik
yang teoksidasi, sebagai nitrat dan sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya meliputi
reduksi pendahuluan. Banyak bakteri nonfotosintetik dan cendawan dapat juga
memenuhi keperluannya akan nitrogen dan belerang dari nitrat dan sulfat.
Beberapa mikroorganisme tidak dapat mengadakan reduksi salah satu atau kedua
anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi. Keperluan akan sumber
nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan nitrogen
sebagai garam-garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih jarang,
bahan itu dipenuhi dari persediaan sulfida atau dari senyawa organik yang
mengandung satu gugus sulfhidril (misalnya sisteine).

Persyaratan akan nitrogen dan belerang sering kali juga dapat diperoleh dari zat gizi
organik yang mengandung kedua unsur ini dalam kombinasi organik yang tereduksi
(asam amino atau hasil penguraian protein yang lebih kompleks, seperti pepton).
Tentu saja, senyawa-senyawa seperti itu dapat menyediakan sumber karbon organik
dan energi, sekaligus memenuhi keperluan selular akan karbon, nitrogen, belerang,
dan energi.

Beberapa bakteri dapat juga memanfaatkan sumber nitrogen alam yang paling
banyak, yaitu N2. Proses asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi nitrogen dan meliputi
reduksi permulaan N2 menjadi amino.

Sumber Phospor

Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah
koenzim seperti NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid,
lipid A), komponen dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan
beberapa protein adalah bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai fosfat
anorganik bebas (Pi).

Sumber Mineral

Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg2+) dan
ion ferrum (Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam
molekul klorofil, dan besi sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase.
Mg2+ dan K+ keduanya sangat penting untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca2+
dibutuhkansebagai komponen dinding sel gram positif, meskipun ion tersebut bebas
untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut membutuhkan Na+ untuk
pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk pembiakan kebanyakan
mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium,
magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K+, Mg2+, Ca2+,
dan Fe2+). Banyak mineral lainnya (seperti Mn2+, Mo2+, Co2+, Cu2+, dan Zn2+)
dibutuhkan: mineral ini kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan
dari kandungan medium lainnya.

Pengambilan besi dalam bentuk hidroksida yang tak larut pada pH netral, difasilitasi
pada banyak bakteri dan fungi dengan produksi senyawa siderofor yang mengikat
besi dan mendukung trasnportasinya sebagai kompleks terlarut. Semua ini meliputi
hydroxymates (-CONH2OH) yang disebut sideramines, dan turunan catechol (seperti
2,3-dihydroxybenzolyserine). Siderofor yang dibentuk plasmid memainkan peranan
utama dalam sifat invasi beberapa bakteri patogen.

Sumber Oksigen

Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat
dalam CO2 dan dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme
yang tergantung dari oksigen molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal
dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai
sumber karbon digunakan metana atau hidrokarbon aromatic yang berantai
panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat dibedakan sekurangkurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada
oksigen. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas
oksigen. Untuk organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif
tumbuh dengan adanya O2 udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini
tidak dapat memanfaatkan O2, tetapi memperoleh energi semata-mata dari
peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain (Enterobacteriaceae) dan banyak ragi

dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan adanya O2) ke peragian
(tanpa O2).

Tabel Kebutuhan Oksigen Pada Mikoorganisme

Banyak, kalau tidak sebagian besar, jenis bakteri aerob, bersifat mikroaerofil,
artinya mereka memang memerlukan O2 untuk mendapatkan energi, tetapi tidak
tahan terhadap tekana parsial udara (0,20 bar), tetapi hanya tahan terhadap
tekanan parsial 0,01 sampai 0,03 bar.

Tipe Tipe Nutrisi Utama Bakteri

TIPE

SUMBER

ENERGI UNTUK

PERTUMBUHAN

SUMBER
KARBON

UNTUK

PERTUMBUHAN

CONTOH GENUS
Fototrof

Fotoautotrof

Fotoheterotrof

Cahaya
Cahaya

CO2
Senyawa organik

Chromatium
Rhodopseumdomonas

Kemotrof
Kemoautotrof

Kemoheterotrof

Oksidasi senyawa
organik

Oksidasi senyawa

organik

CO2

Senyawa organik

Thiobacillus
Esherichia

Contoh Nutrisi Mikronutrein

Contoh Produk Nutrisi Untuk Mikroorganisme

Contoh Grafik Nutrisi dan Pengaruhnya Terhadap Jenis Bakteri

Fungsi Nutrisi Untuk Mikroba

Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut
diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya
berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya
diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam
bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na)

untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak
tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan
bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen
yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat
maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk
padat tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam
bentuk cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan
makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu
di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini
dikenal sebagai extracorporeal digestion. Bahan makanan yang digunakan oleh
jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi
menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen.

1. Air

Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai
sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi
sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.

2. Sumber energi

Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik
yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.

3. Sumber karbon

Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun


anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino,
asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama
terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.

4. Sumber aseptor elektron

Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron


dari substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka
harus ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron
ini disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada
mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik,
NO3-, NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan Fe3+.

5. Sumber mineral

Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan
P. unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral
yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni,
Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan
dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan
dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai
ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam medium
lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain berfungsi
sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan
osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox
potential) medium.

6. Faktor tumbuh

Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
(sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis
dari sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh
dan hanya diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan
fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino,
sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam
nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.

7. Sumber nitrogen

Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino,
protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada
jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas
N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.

Unsur utama, sumber dan fungsi mereka dalam sel bakteri.

Elemen

% dari berat kering

Sumber

Fungsi

Karbon
selular

50

Kompleks organik atau CO 2

material Utama dari bahan

Oksigen
20
H 2 O, Kompleks organik, CO 2, dan O 2
Konstituen dari sel
dan sel bahan air; O 2 adalah menerima elektron dalam respirasi aerobik
Nitrogen
+14 NH 3, NO 3, Kompleks organik, N 2
amino, asam nukleik nucleotides, dan coenzymes
Hidrogen
dan sel air

H 2 O, Kompleks organik, H 2

Fosfor 3
anorganik Fosfat (PO 4)
phospholipids, LPS, teichoic asam

Konstituen dari asam

Utama dari organik memanjang

Konstituen dari asam nukleik, nucleotides,

Belerang
1
SO 4, H 2 S, S o, belerang organik memanjang
dari cysteine, methionine, glutathione, beberapa coenzymes
Kalium
1
Kalium GARAM dapur
cofactor untuk enzim tertentu

Konstituen

Utama selular anorganik gigih dan

Magnesium 0.5 0,5


Magnesium GARAM dapur Anorganik selular dengan gigih,
cofactor tertentu untuk reaksi enzimatis
Kalsium
0.5 0,5
Kalsium GARAM dapur
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor untuk enzim tertentu dan komponen endospores
Besi 0.2 0,2
GARAM dapur besi Komponen tertentu cytochromes dan
nonheme-besi dan protein yang cofactor untuk beberapa reaksi enzimatis
Penggolongan Mikroba Berdasarkan Nutrisi Dan Oksigen

1. Berdasarkan sumber karbon

Berdasarkan atas kebutuhan karbon jasad dibedakan menjadi jasad ototrof dan
heterotrof. Jasad ototrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk
anorganik, misalnya CO2 dan senyawa karbonat. Jasad heterotrof ialah jasad yang
memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. Jasad heterotrof
dibedakan lagi menjadi jasad saprofit dan parasit. Jasad saprofit ialah jasad yang
dapat menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa jasad hidup atau sisa
jasad yang telah mati. Jasad parasit ialah jasad yang hidup di dalam jasad hidup lain
dan menggunakan bahan dari jasad inang (hospes)-nya. Jasad parasit yang dapat
menyebabkan penyakit pada inangnya disebut jasad patogen.

2. Berdasarkan sumber energi

Berdasarkan atas sumber energi jasad dibedakan menjadi jasad fototrof, jika
menggunakan energi cahaya; dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi
kimia. Jika didasarkan atas sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad
fotoototrof, fotoheterotrof, khemoototrof dan khemoheterotrof. Perbedaan dari
keempat jasad tersebut sbb:

Jasad Sumber Karbon


Fotoototrof
Fotoheterotrof

Sumber Energi

Khemotrof

khemoheterotrof

Zat anorganik
Zat organik

Zat anorganik

Zat organik

Cahaya matahari
Cahaya matahari

Oksidasi zat anorganik

Oksidasi zat organik

3. Berdasarkan sumber donor elektron

Berdasarkan atas sumber donor elektron jasad digolongkan manjadi jasad litotrof
dan organotrof. Jasad litotrof ialah jasad yang dapat menggunakan donor elektron
dalam bentuk senyawa anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S. jasad organotrof
ialah jasad yang menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa organik.

4. Berdasarkan sumber energi dan donor elektron

Berdasarkan atas sumber energi dan sumber donor elektron jasad dapat
digolongkan menjadi jasad fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan
khemoorganotrof. Perbedaan keempat golongan jasad tersebut sbb:

Jasad Sumber Energi


Fotolitotrof
Fotoorganotrof

Khemolitotrof

Khemoorganotrof

Cahaya
Cahaya

Oksidasi zat

anorganik

Oksidasi zat organik

Zat anorganik
Zat organik

Zat anorganik

Sumber Donor Elektron

Contoh

Zat organik

Tumbuhan tingkat tinggi, alga


Bakteri belerang fotosintetik

Bakteri besi, bakteri

hidrogen, bakteri nitrifikasi

Jasad heterotrof

5. Berdasarkan kebutuhan oksigen

Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob,
anaerob, mikroaerob, anaerob fakultatif, dan kapnofil. Pertumbuhan mikroba di
dalam media cair dapat menunjukkan sifat berdasarkan kebutuhan oksigen.

Obligat aerob Fakultatif anaerob Obligat anaerob Aerotoleran/Anaerob Mikroaerofil


Jasad aerob ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai
satusatunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya. Jasa
anaerob, sering disebut anaerob obligat atau anaerob 100% ialah jasad yang tidak
dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses
respirasinya. Jasad mikroaerob ialah jasad yang hanya memerlukan oksigen dalam
jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob fakultatif ialah jasad yang dapat hidup
dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran.
Jasad kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2
tinggi.

Interaksi Antar Jasad Dalam Menggunakan Nutrien

Jika dua atau lebih jasad yang berbeda ditumbuhkan bersama-sama dalam suatu
medium, maka aktivitas metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan
berbeda jika dibandingkan dengan jumlah aktivitas masing-masing jasad yang
ditumbuhkan dalam medium yang sama tetapi terpisah. Fenomena ini merupakan
hasil interaksi metabolisme atau interaksi dalam penggunaan nutrisi yang dikenal
sebagai sintropik atau sintropisme atau sinergitik. Sebagai contoh ialah bakteri
penghasil metan yang anaerob obligat tidak dapat menggunakan glukosa sebagai
substrat, tetapi bakteri tersebut akan segera tumbuh oleh adanya hasil
metabolisme bakteri anaerob lain yang dapat menggunakan glukosa. Contoh lain
ialah biakan campuran yang terdiri atas dua jenis mikroba atau lebih sering tidak
memerlukan faktor tumbuh untuk pertumbuhannya. Mikroba yang dapat
mensintesis bahan selnya dari senyawa organik sederhana dalam medium, akan
mengekskresikan berbagai vitamin atau asam amino yang sangat penting untuk
mikroba lainnya. Adanya ekskresi tersebut memungkinkan tumbuhnya mikroba lain.
Kenyataan ini dapat menimbulkan koloni satelit yang dapat dilihat pada medium
padat. Koloni satelit hanya dapat tumbuh kalau ada ekskresi dari mikroba lain yang
menghasilkan faktor tumbuh esensiil bagi mikroba tersebut. Bentuk interaksi lain
adalah cross feeding yang merupakan bentuk sederhana dari simbiose mutualistik.
Dalam interaksi ini pertumbuhan jasad yang satu tergantung pada pertumbuhan
jasad lainnya, karena kedua jasad tersebut saling memerlukanm faktor tumbuh
esensiil yang diekskresikan oleh masing-masing jasad.

Kajian Religi

Di dalam Al-Quran secara tersirat Allah SWT telah menyiratkan akan pentingnya
nutrisi atau proses penyerapan bahan makanan bagi makhluk hidup yang ia
ciptakan termasuk mikroorganisme yang juga merupakan salah satu contoh
makhluk hidup ciptaan Allah SWT, hal ini tersirat dalam beberapa ayat di dalam AlQuran diantaranya dalam :

QS. AL, MAIDAH AYAT 88. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.

QS. AN NAHL 114. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepadaNya saja menyembah.

QS AL HIJR AYAT 20. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluankeperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk makhluk yang kamu
sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.

Q.S AL ANKABUT AYAT 60. Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat)
membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya
dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT sangat
menganjurkan makan makanan yang bergizi dimana dengan makanan atau nutrient
yang bergizi, akan terjadi proses nutrisi yang juga bagus kepada semua mahluknya
termasuk kepada mikoorganisme, namun semua mahluknya tidak boleh khwatir
akan kekurangan bahan makanan karena Allah SWT yang akan menjamin makanan
atau rezeki yang diberikan kepada mereka termasuk juga akan menjamin sember
daya makanan kepada mikroorganisme, makhluk terkecil yang Allah SWT ciptakan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penulisan Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan
Mikroba, dapat diambil kesimpulan bahwa:

Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai yaitu:

Sumber Karbon

Sumber Nitrogen dan Belerang

Sumber Phospor

Sumber Mineral

Sumber Oksigen

v
Fungsi utama nutrisi bagi organisme diantaranya adalah: sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.

SARAN

Berdasarkan penulisan Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan


Mikroba, maka dapat disarankan bahwa masyarakat ataupun pihak industri yang
ingin memanfaatkan jasa dari mikroorganisme harus selalu memperhatikan nutrisi
dari mikroorganisme terutama jenis jenis nutrisi yang dibutuhkan dan fungsi apa
saja dari nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut. Hal ini sangat
diperlukan agar masyarakat ataupun pihak industri dapat memanfaatkan
semaksimal mungkin jasa dari mikroorganisme tersebut untuk meningkatkan
pendapatan atau juga untuk kepentingan lainnya yang bermanfaat dalam
kehidupannya, tanpa menganggu kehidupan dari mikroorganisme tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. (Online).


(http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhanmikroba/) Diakses Tanggal 15 Desember 2008.

Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

Stanier Roger, Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees.


Malang.

01/31/2009 Posted by zaifbio | MIKROBIOLOGI

| 21 Komentar

Anda mungkin juga menyukai